Anda di halaman 1dari 22

33

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel ayam pedaging (Gallus domesticus) dilakukan pada
8 penjual ada di Pasar Tradisional dan Pasar Modern Kota Pekanbaru. Penentuan
lokasi pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik random
purposive sampling yang artinya penentuan lokasi pengambilan sampel
berdasarkan atas pertimbangan ilmiah tertentu dan berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan peneliti, yaitu berdasarkan perbedaan cara penyimpanan kebersihan,
alat yang digunakan, lokasi penjualan berada di pinggir jalan dan dekat dengan
parit atau pembuangan sampah dan jumlah konsumen yang membeli cukup
banyak (± 50 orang/hari), sedangkan di pasar modern cara penyimpanan lebih
higenis. Berikut ini merupakan tabel deskripsi lokasi pengambilan sampel
Tabel 4.1. Deskripsi lokasi pengambilan sampel
Pasar Tradisional Keterangan

Lokasi 1 pengambilan sampel yaitu di


Pasar Cikpuan. Berdasarkan gambar
terlihat bahwa kondisi sampel ayam
pedaging dijual dalam keadaan di
tumpuk. Cara penyimpanannya di suhu
A. Pasar Cikpuan ruang 25oC.

Lokasi ke 2 pengambilan sampel yaitu di


Pasar Kodim. Berdasarkan gambar
terlihat bahwa kondisi sampel ayam
pedaging dijual dalam keadaan di
B. Pasar Kodim tumpuk. Cara penyimpanannya di suhu
ruang 25oC.

33
34

Lokasi ke 3 pengambilan sampel yaitu di

Pasar Simpang Baru. Berdasarkan

gambar terlihat bahwa kondisi sampel

ayam pedaging dijual dalam keadaan di


C. Pasar Simpang Baru
tumpuk. Cara penyimpanannya di suhu

ruang 25oC..

Lokasi ke 4 pengambilan sampel yaitu di


Pasar Rumbai. Berdasarkan gambar
terlihat bahwa kondisi sampel ayam
pedaging dijual dalam keadaan di
D. Pasar Rumbai
tumpuk. Cara penyimpanannya di suhu
ruang 25oC..

Lokasi ke 5 pengambilan sampel yaitu di


Supermarket Giant. Berdasarkan gambar
terlihat pengemasan daging ayam di
E. Supermarket Giant dalam styrofoam dan plastik.
Penyimpanan sampel pada suhu dingin
4-5oC.

Lokasi ke 6 pengambilan sampel yaitu di


Hypermart SKA. Berdasarkan gambar
terlihat pengemasan daging ayam di
dalam styrofoam dan plastik.
Penyimpanan sampel pada suhu dingin
4-5oC.
F. Hypermart SKA
35

Lokasi ke 7 pengambilan sampel yaitu di


Hypermart Transmart Carrefour.
Berdasarkan gambar terlihat pengemasan
daging ayam di dalam styrofoam dan
plastik. Penyimpanan sampel pada suhu
dingin 4-5oC.

G. Hypermart Transmart

Lokasi ke 8 pengambilan sampel yaitu di


Jumbomart. Berdasarkan gambar terlihat
pengemasan daging ayam di dalam
styrofoam dan plastik. Penyimpanan
sampel pada suhu dingin 4-5oC.

H. Jumbomart

Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa terdapat perbedaan cara penyimpanan


pada sampel ayam pedaging yang dijual, ada yang disimpan di suhu ruangan,
lemari pendingin/showcase, dan freezer. Penyimpanan ayam pedaging yang dijual
di pasar tradisional dengan penyimpanan di suhu ruangan dapat memicu
pertumbuhan bakteri Salmonella sp. Namun, tidak menutup kemungkinan
penyimpanan ayam di pasar modern juga terkontaminasi bakteri Salmonella sp.
Sehingga, untuk memastikan bahwa kedelapan lokasi tersebut telah tercemar oleh
bakteri Salmonella sp atau tidak, dilakukan deteksi bakteri Salmonella sp pada
ayam pedaging di Laboratorium.
36

4.2 Tahap Pengkayaan


Hasil pengujian sampel ayam pedaging pada media Selenite Cystine Broth
setelah diinkubasi selama 2x24 jam menunjukan hasil yang positif, karena dapat
dilihat terjadi kekeruhan pada media Selenite Cystine Broth. Kekeruhan media
Selenite Cystine Broth dapat dilihat pada gambar 4.2
1. Tahap Pengkayaan

Gambar 4.2.1 Media SCB sebelum diinkubasi


(Sumber: Dokumentasi Penelitian, 2020)

Gambar 4.2.2 Kekeruhan pada Media SCB setelah diinkubasi.


(Sumber: Dokumentasi Penelitian,2020)

Hasil penelitian yang diperoleh pada tabung pengkayaan yang berisi media
Selenite Cystine Broth memperlihatkan hasil yang positif pada 8 sampel yang di
uji ditandai dengan kekeruhan pada media Selenite Cystine Broth. Hasil positif
pada media pengkayaan dapat dilihat pada tabel 4.2
37

Tabel 4.2 Pengkayaan pada Media Selenite Cystine Broth


Sampel Kondisi Cara Penyimpanan Kekeruhan
Sampel pada media
SCB
P1 (Pasar tradisional Cikpuan) Segar Suhu ruang (25 oC ) Keruh
P2 (Pasar tradisional Kodim) Segar Suhu ruang (25 oC ) Keruh
P3 (Pasar tradisional Segar Suhu ruang (25 oC ) Keruh
Simpang
baru)
P4 (Pasar tradisional Rumbai) Segar Suhu ruang (25 oC ) Keruh
P5 (Supermarket Giant Panam) Dingin Suhu dingin (4-5 oC) Keruh
Segar

P6 (Hypermart SKA) Dingin Suhu dingin (4-5 oC) Keruh


Segar
P7 (Hypermart Transmart Dingin Suhu dingin (4-5 oC) Keruh
Carrefour) Segar
P8 (Jumbomart Delima) Dingin Suhu dingin (4-5 oC) Keruh
Segar
(Sumber : Data Primer Penelitian, 2020)

Berdasarkan tabel 4.2 hasil pengamatan pada sampel yang telah diinkubasi
selama 2x24 jam menunjukkan keberadaan Salmonella pada 8 sampel positif yaitu
di pasar tradisional Cikpuan (P1), pasar tradisional Kodim (P2), pasar tradisional
Simpang Baru (P3), pasar tradisional Rumbai (P4) kondisi dari keempat sampel
dari pasar tradisional tersebut dengan kondisi sampel segar. Menurut Badan
Standarisasi Nasional daging ayam tahun 2009, kondisi sampel ayam pedaging
segar yaitu sampel ayam pedaging yang baru selesai diproses selama tidak lebih
dari 6 jam dan tidak mengalami perlakuan lebih lanjut, dan pada sampel pasar
modern yaitu di supermarket Giant Panam (P5), Hypermart SKA (P6), Hypermart
Transmart Carrefour (P7), dan Jumbomart Delima (P8) yang ditandai dengan
perubahan warna media dari bening berubah menjadi keruh yang diduga karena
adanya kolonisasi bakteri Salmonella sp, kondisi dari keempat sampel dari pasar
modern tersebut dengan kondisi sampel dingin segar. Menurut Badan Standarisasi
Nasional daging ayam tahun 2009, kondisi sampel ayam pedaging dingin segar
yaitu sampel ayam pedaging segar yang segera didinginkan setelah selesai
diproses sehingga suhu di dalam daging menjadi 4-5oC. Hasil pengamatan ini
sesuai dengan pernyatan Kusuma (2009), media Selenite Cystine Broth (SCB)
38

mengandung inhibitor natrium selenit yang tereduksi menjadi selenium yang


merupakan media selektif yang dapat digunakan khusus untuk bakteri gram
negatif seperti Salmonella sp. Hasil positif pada media ini ditandai dengan
kekeruhan pada media.

4.3 Isolasi Bakteri Pada Media Selektif


Hasil pengujian pada media Salmonella Shigella Agar delapan sampel
ayam pedaging yang diuji seluruhnya menunjukkan hasil positif (+) dan diduga
mengandung bakteri Salmonella sp. dari total 8 sampel yang dilakukan pengujian.
Hasil deteksi Bakteri Salmonella sp. dari ayam pedaging pada media Salmonella
Shigella Agar ditunjukan pada Tabel 4.3
Tabel 4.3. Hasil deteksi Bakteri Salmonella sp. pada media Salmonella Shigella
Agar
Sampel Hasil Pengamatan
P1 (Pasar tradisional Cikpuan) +
P2 (Pasar tradisional Kodim) +
P3 (Pasar tradisional Simpang baru) +
P4 (Pasar tradisional Rumbai) +
P5 (Supermarket Giant Panam) +
P6 (Hypermart SKA) +
P7 (Hypermart Transmart Carrefour) +
P8 (Jumbomart Delima) +
Keterangan: (+) positif Salmonella sp
Delapan Sampel ayam pedaging di P1 (pasar tradisional cikpuan), P2
(pasar tradisional kodim), P3 (pasar tradisonal simpang baru), P4 (pasar
tradisional rumbai), P5 (Supermarket Giant Panam), P6 (Hypermart SKA), P7
(Hypermart Transmart Carrefour), dan P8 (Jumbomart Delima) pada media
Salmonella Shigella Agar diduga mengandung Salmonella sp. (Tabel 4.3) Hal ini
ditunjukan dengan adanya warna hitam dibagian tengah, berbentuk bulat,
cembung, pinggiran rata dan mengkilap diduga sebagai bakteri Salmonella sp.
Isolasi bakteri Salmonella sp. dari ayam pedaging pada media Salmonella Shigella
Agar dapat dilihat pada Gambar 4.3.1
39

Gambar 4.3.1 Media SSA sebelum diinkubasi


(Sumber : Dokumentasi Penelitian,2020)

Gambar 4.2 Koloni Salmonella sp. pada media SSA

Gambar 4.3.2 Media SSA setelah diinkubasi 24 jam


(Sumber : Dokumentasi Penelitian,2020)
Isolasi pada media selektif Salmonella Shigella Agar menunjukan adanya
pertumbuhan koloni Salmonella sp. yang ditandai dengan ciri koloni tidak
berwarna sampai merah muda, bening sampai buram dengan bintik hitam di
tengah (Hart dan Paul, 1997).

4.4 Uji Biokimia


Uji biokimia bertujuan untuk menguatkan dugaan bahwa bakteri yang
diisolasi merupakan bakteri Salmonella sp. Hasil pengamatan Salmonella sp pada
delapan sampel ayam pedaging dapat dilihat pada Tabel 4.4.
40

Tabel 4.4. Hasil Pengamatan Uji Biokimia.


Sampel TSIA SCA SIM
Slant/butt/ H2S
P1 Merah/Hitam/ + Motil +H2S
(pasar tradisional Cikpuan) H 2S
P2 Merah/Hitam/ + Motil +H2S
(pasar tradisional Kodim) H 2S
P3 Merah/Hitam/ + Motil +H2S
(pasar tradisional Simpang Baru) H 2S
P4 Merah/Hitam/ + Motil +H2S
(pasar tadisional Rumbai) H 2S
P5 Merah/Hitam/ + Motil +H2S
(Supermarket Giant Panam) H 2S
P6 Merah/Hitam/ + Motil +H2S
(Hypermart SKA) H 2S
P7 Merah/Hitam/ + Motil +H2S
(Hypermart Transmart Carrefour) H 2S
P8 Merah/Hitam/ + Motil +H2S
(Jumbomart Delima) H 2S
(Sumber : Data Primer Penelitian, 2020)
Pada uji Triple Sugar Iron Agar (TSIA) berdasarkan Tabel 4.4 hasil pada
sampel ayam pedaging di P1 (pasar tradisional cikpuan), P2 (pasar tradisional
kodim), P3 (pasar tradisonal simpang baru), P4 (pasar tradisional rumbai), P5
(supermarket Giant Panam), P6 (hypermart SKA), P7 (Hypermart Transmart
Carrefour), dan P8 (Jumbomart Delima) menghasilkan warna merah pucat pada
bagian slant dan warna hitam pada bagian butt. TSIA mengandung natrium
trisulfat, yaitu suatu substrat untuk penghasil H2S, bewarna hitam untuk
membedakan bakteri H2S dengan bakteri-bakteri lainnya. Pada media TSIA warna
media slant berubah menjadi merah karena bakteri bersifat basa ini menandakan
bahwa bakteri ini tidak memfermentasi laktosa dan sukrosa. Pada media daerah
butt media berubah berwarna hitam ini menandakan terbentuknya H2S.
Pembentukan H2S positif ditandai dengan adanya endapan berwarna hitam.
41

Gambar 4.3.3 Media SIM, TSIA, dan SCA sebelum diinkubasi


(Sumber: Dokumentasi Penelitian,2020)

Bagian slunt
berwarna
merah pucat

Bagian butt
berwarna
hitam

Gambar 4.3.4 Bakteri Salmonella sp. pada media TSIA setelah diinkubasi 24 jam
(Sumber: Dokumentasi Penelitian, 2020)

Berdasarkan pengamatan pada Tabel 4.4 hasil yang diperoleh pada uji
Simmon’s Citrat Agar (SCA) yaitu pada isolat sampel P1 (pasar tradisional
Cikpuan), P2 (pasar tradisional Kodim), P3 (pasar tradisonal Simpang Baru), P4
(pasar tradisional Rumbai), P5 (supermarket Giant Panam), P6 (Hypermart SKA),
P7 (Hypermart Transmart Carrefour), dan P8 (Jumbomart Delima) menunjukkan
42

hasil positif. Hasil positif ditandai dengan adanya perubahan warna media dari
warna hijau menjadi warna biru yang menandakan bakteri dapat tumbuh dengan
menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon. Pada umumnya,
Salmonella sp menunjukkan hasil positif pada uji citrate (Gambar 4.3.5)

Gambar 4.3.5. Bakteri Salmonella sp. pada media SCA setelah diinkubasi 24 jam
(Sumber: Dokumentasi Penelitian, 2020)

Uji Simmons citrate bertujuan untuk mendekteksi kemampuan suatu


organisme dalam menggunakan citrate sebagai satu-satunya sumber karbon dan
energi (Saraswati, 2012).
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh pada uji Sulfide Indole
Motility (SIM) dari 8 sampel yaiitu sampel P1 (pasar tradisional Cikpuan), P2
(pasar tradisional Kodim), P3 (pasar tradisonal Simpang Baru), P4 (pasar
Tradisional Rumbai), P5 (supermarket Giant Panam), P6 (Hypermart SKA), P7
(Hypermart Transmart Carrefour), dan P8 (Jumbomart Delima) seluruhnya
menunjukkan hasil positif. (Gambar 4.3.6) menunjukkan terbentuknya pola
pergerakan bakteri dipermukaan media yang berwarna putih seperti kapas dan
terdapat gas H2S. Hal ini menandakan bahwa isolat motil. Salmonella merupakan
bakteri bakteri gram negatif yang tergolong motil. Hasil positif ditandai dengan
pertumbuhan bakteri yang menyebar, maka bakteri tersebut dinyatakan bergerak
(motil) dan bila pertumbuhan bakteri tidak menyebar, hanya yang didapatkan
43

berupa satu garis, maka bakteri tersebut (non motil) tidak bergerak (Sudarsono
2008).

pola sebaran
pergerakan bakteri
berwarna putih
seperti kapas

Endapan H2S

Gambar 4.3.6. Pergerakan Salmonella sp.pada media SIM setelah inkubasi 24 jam
(Sumber: Dokumentasi Penelitian,2020)

Hasil uji Salmonella sp. Pada media SIM dari isolat sampel P1 (pasar
tradisional cikpuan), P2 (pasar tradisional kodim), P3 (pasar tradisonal simpang
baru), P4 (pasar tradisional rumbai), P5 (supermarket Giant Panam), P6
(hypermart SKA), P7 (Hypermart Transmart Carrefour), dan P8 (Jumbomart
Delima) memiliki hasil (motil) dan menghasilkan H2S. Umumnya Salmonella sp
memberikan hasil positif pada uji SIM yang ditandai dengan pertumbuhan bakteri
yang menyebar, bergerak (motil) dan ada atau tidak adanya H2S. Uji Sulfide
Indole Motility (SIM) bertujuan mengetahui pergerakan bakteri. Pada uji ini
terlihat pergerakan (motilititas) pada media yang ditusuk dengan ose dan warna
media SIM berubah menjadi hitam yang merupakan endapan H2S.

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian


Ayam pedaging dapat mengalami cemaran bakteri dengan mudah jika cara
penyimpanannya tidak sesuai. Perbedaan cara penyimpanan dapat menjadi faktor
pemicu terjadinya kontaminasi pada ayam pedaging.
44

4.5.1 Pengkayaan
Selenite Cystine Broth merupakan media selektif yang khusus
digunakan untuk bakteri Gram negatif seperti Salmonella sp. Selenite Cystine
Broth digunakan untuk kultur pengayaan bakteri Salmonella sp dari kotoran,
bahan makanan dan bahan lainnya. Media Selenite Cystine Broth dapat
menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan bakteri coliform fekal.
Selenite Cystine Broth digunakan sebagai media selektif untuk menumbuhkan
bakteri Salmonella sp. yang mungkin ada dalam jumlah kecil dan bersaing
dengan flora usus. Selenite yang terkandung dalam media Selenite Cystine
Broth dapat menghambat streptocoocus yag terdapat dalam kotoran dan
coliform fekal selama 8-12 jam inkubasi. Media Selenite Cystine Broth
mengandung inhibitor natrium selenit yang tereduksi menjadi selenium
merupakan media selektif yang artinya adalah media ini dapat digunakan
khusus untuk bakteri gram negatif seperti bakteri Salmonella sp (Kusuma,
2009). Hasil positif pada media ini ditandai dengan kekeruhan pada media.

4.5.2 Isolasi Media Selektif


Media Salmonella Shigella Agar mampu menghambat pertumbuhan
bakteri gram positif sehingga medium ini bersifat selektif untuk bakteri gram
negatif khususnya Salmonella-Shigella yang tumbuh dan berkembang biak
berdasarkan komposisinya. Pertumbuhan Salmonella sp. pada media
Salmonella Shigella Agar ditandai dengan terbentuknya koloni berwarna
kehitaman karena Salmonella sp. dapat menghasilkan H2S. Media Salmonella
Shigella Agar mengandung sodium thiosulphate yang dirombak oleh
mikroorganisme enterik tertentu menjadi sulfit dan gas H2S menggunakan
enzim reduktif tiosulfat reduktase. Produksi gas H2S dideteksi sebagai
endapan hitam ferrous sulfida yang tidak larut, terbentuk pada reaksi H 2S
dengan ion ferric atau ferriccitrate, yang ditunjukkan di tengah koloni
(Budiarso dan Maria, 2009).
45

4.5.3 Uji Biokimia


Tripel Sugar Iron Agar (TSIA) mengandung natrium trisulfat, yaitu
suatu substrat untuk penghasil H2S, bewarna hitam untuk membedakan
bakteri H2S dengan bakteri-bakteri lainnya. Salmonella sp pada mediaTripel
Sugar Iron Agar (TSIA)menunjukan warna media slant berubah menjadi
merah pucat karena bakteri bersifat basa ini menandakan bahwa bakteri ini
tidak memfermentasi laktosa dan sukrosa. Pada media daerah butt media
berubah berwarna hitam ini menandakan terbentuknya H2S. Pembentukan
H2S positif ditandai dengan adanya endapan berwarna hitam pada media
(Arifah, 2010).
Hasil positif pada Simmon’s Citrate Agar ditandai dengan adanya
perubahan warna media dari warna hijau menjadi warna biru yang
menandakan bakteri mampu tumbuh dengan menggunakan sitrat sebagai
satu-satunya sumber karbon. Umumnya Salmonella sp memberikan hasil
positif pada uji citrate. Uji Simmons citrate bertujuan untuk mendekteksi
kemampuan suatu organisme dalam menggunakan citrate sebagai satu-
satunya sumber karbon dan energi (Saraswati, 2014).
Hasil positif pada uji Sulfide Indole Motility (SIM) ditunjukkan dengan
terbentuknya pola pergerakan bakteri dipermukaan media yang berwarna
putih seperti kapas dan terdapat gas H2S. hal ini menandakan bahwa isolat
motil. Salmonella sp merupakan bakteri bakteri gram negatif yang tergolong
motil. Hasil positif ditandai dengan pertumbuhan bakteri yang menyebar,
maka bakteri tersebut dinyatakan bergerak (motil) dan bila pertumbuhan
bakteri tidak menyebar, hanya yang didapatkan berupa satu garis, maka
bakteri tersebut tidak bergerak/non motil (Sudarsono, 2008). Umumnya
Salmonella sp memberikan hasil positif pada uji SIM yang ditandai dengan
pertumbuhan bakteri yang menyebar, bergerak (motil) dan ada atau tidak
adanya H2S. Uji Sulfide Indole Motility (SIM) bertujuan mengetahui
pergerakan bakteri. Pada uji ini terlihat pergerakan (motilititas) pada media
yang ditusuk dengan ose dan warna media Sulfide Indole Motility (SIM)
berubah menjadi hitam yang merupakan endapan gas H2S.
46

Setelah dilakukan tahapan uji biokimia diperoleh 8 sampel posotif (+)


mengandung bakteri Salmonella sp. Salmonella merupakan salah satu spesies
bakteri yang termasuk dalam anggota famili Enterobacteriaceae. Habitat
utamanya berada dalam saluran pencernaan hewan dan manusia. Salmonella sp
biasanya ditemukan pada bahan pangan yang mengandung protein tinggi. Protein
merupakan salah satu zat yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Keadaan
tertentu atau dalam jumlah yang melebihi batas, bakteri dapat menyebabkan
gangguan kesehatan bagi yang mengkonsumsinya. Salmonellosis, merupakan
penyakit yang disebabkan oleh Salmonella dengan gejala seperti mual-mual,
muntah, sakit perut, sakit kepala, kedinginan, demam dan diare. Faktor yang dapat
mempengaruhi adanya kontaminasi bakteri Salmonella sp pada daging ayam yang
dijual juga dapat terjadi pada saat proses pemeliharaan yang dapat berasal dari
pakan ternak itu sendiri dan juga berasal dari sanitasi kandang yang kurang baik.
Secara umum pencegahan penyakit pada ternak dapat dilakukan dengan cara
sanitasi, pemberian pakan, penyediaan lingkungan yang baik, dan program
vaksinasi (Suprijatna, 2005).
Hasil observasi dengan frekuensi yang diharapkan dari sampel pada pasar
tradisional dan pasar modern merupakan perbedaan yang tidak signifikan. Pada
sampel-sampel P1 (pasar tradisional Cikpuan), P2 (pasar tradisional Kodim), P3
(pasar tradisonal Simpang Baru), P4 (pasar tradisional Rumbai), P5 (supermarket
Giant Panam), P6 (Hypermart SKA), P7 (Hypermart Transmart Carrefour), dan
P8 (Jumbomart Delima) seluruhnya mengandung Salmonella sp. Oleh karena itu,
meskipun higiene sanitasi di pasar modern lebih baik dari pasar tradisional,
namun tidak menutup kemungkinan bahwa sampel ayam pedaging di pasar
modern terbebas dari bakteri Salmonella sp. Hal ini dapat juga terjadi karena pada
pasar modern juga belum bisa mendukung ayam terbebas dari kontaminasi
mikroba.
Berdasarkan pengujian Biokimia dari delapan sampel ayam pedaging yang
diuji melalui tiga tahapan pengujian diperoleh seluruhnya positif Salmonella sp.
Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia,
kandungan Salmonella sp. yaitu negatif per 25 mg bahan makanan. Sedangkan
47

pada sampel penelitian ditemukan 8 sampel seluruhnya mengandung bakteri


patogen Salmonella sp.
Ditinjau dari tatalaksana dan pengelolaan penjualan daging ayam di pasar
tradisional Pekanbaru umumnya masih sangat kurang baik. Kondisi ayam yang
diletakkan saja diatas meja yang kurang bersih merupakan sumber pertumbuhan
bakteri Salmonella sp. Dengan demikian untuk mengurangi cemaran bakteri perlu
diperhatikan soal kebersihan tempat. Hal ini sesuai dengan pendapat Nugroho
(2005), yang mengemukakan bahwa tempat yang kotor dan lembab serta berbau
dapat menjadi sarang penyakit yang disebabkan oleh bakteti patogen. Untuk
menghindari terjadinya kondisi lingkungan yang buruk dalam tempat penjualan
daging ayam segar maka kebersihan tempat penjualan harus dijaga.
Kondisi penempatan ayam segar yang dijual di pasar tradisional dengan
cara diletakkan saja diatas meja penjualan tanpa adanya perlakuan tertentu akan
mempengaruhi tingkat kontaminasi dan pertumbuhan bakteri pada ayam yang
memang merupakan pangan yang sangat cocok untuk media pertumbuhan bakteri
Salmonella sp. Terdapat penjual yang menjual kembali stok daging ayam selama
2 hari. Kondisi ayam segar yang diletakkan saja tanpa adanya proses pendinginan
akan meningkatkan pertumbuhan bakteri. Hal ini sesuai pendapat Cox (2000),
yang menyatakan bahwa kontrol suhu harus diperhatikan untuk mencegah
pertumbuhan bakteri Salmonellasp. Makanan harus disimpan pada kondisi yang
sesuai karena suhu yang tidak tepat dapat memungkinkan tumbuhnya bakteri
Salmonella sp.Untuk itu produk pangan yang didinginkan harus disimpan
dibawah suhu 5oC, sedangkan untuk produk pangan yang dipanaskan atau hangat
harus disimpan pada suhu di atas 60oC.
Kondisi pasar serta tatalaksana pemasaran sangat berpengaruh terhadap
timbulnya kontaminasi berbagai agen penyakit baik bakteri, virus, jamur maupun
parasit. Kondisi pasar yang kurang memadai dari segi infrastruktur maupun
kebersihan sangat mempengaruhi pertumbuhan bakteri terutama pada daging.
Secara umum daging merupakan produk pangan yang sangat mudah rusak oleh
aktivitas mikroba jika tidak dilakukan penanganan yang baik. Produk daging
sangat mudah mengalami kerusakan oleh adanya aktivitas mikroorganisme
48

perusak maka diperlukan penanganan penyimpanan atau pengolahan yang sesuai.


Pada dasarnya metode-metode penyimpanan atau pengolahan tersebut hanya bisa
menghambat pertumbuhan mikroorganime perusak (Soeparno,2005).
Faktor lain yang menjadi penyebab bakteri Salmonella sp sangat banyak
ditemukan pada sampel, diduga disebabkan karena kondisi yang mendukung
pertumbuhan bakteri yaitu pengambilan sampel di pasar tradisional dilakukan
pada saat cuaca yang sangat cerah namun kondisi pasar yang sangat becek.
dimana kondisi suhu ruang relatif tinggi sehingga membantu pertumbuhan bakteri
tersebut. Perkembangan bakteri Salmonella sp sangat cepat, setiap selnya mampu
membelah diri setiap 20 menit sekali pada suhu hangat. Hal ini sesuai dengan
pendapat Irianto (2006), mengemukakan bahwa Temperatur yang sesuai untuk
tumbuhnya bakteri yang menimbulkan penyakit (Pathogen) secara cepat ialah
pada suhu 37oC.
Menurut penelitian Setiowati et al.(2011), persentase sampel daging ayam
dari pasar tradisional di Indonesia yang positif tercemar Salmonella adalah
10,06%. Kontaminasi Salmonella sp pada ayam berasal dari peternakan yang
terinfeksi (Aksakal, 2010). Selain itu, kejadian meningkatnya salmonellosis
dikarenakan sistem pemotongan tradisional, penanganan kebersihan, dan jarak
transportasi. Agen penyebab wabah salmonellosis mudah ditransmisikan dari
lingkungan ke hewan dan manusia baik langsung ataupun tidak langsung melalui
produk pangan asal ternak. Salmonella sp. dapat mencemari ayam sejak dari
peternakan, dimana titik awal dari rantai penyediaan pangan asal ternak adalah
kandang atau lingkungan peternakan.
Cemaran mikroba pada produk unggas juga dapat disebabkan dari tempat
peternakan dimana terdapatnya kotoran ternak yang telah tertular oleh Salmonella
yang mencemari tempat pakan maupun tempat minum ternak, sehingga masuk
dan berkembang biak di dalam saluran pencernaan unggas. Hal lain yang mungkin
dapat terjadi yaitu pada saat pemotongan dan pengemasan melalui pisau ataupun
alat-alat lainnya, sehingga keadaan karkas yang tercemar oleh bakteri Salmonella
lebih banyak sesudah proses penyembelihan daripada sebelumnya. Oleh karena
itu, adanya temuan bakteri Salmonella sp. pada ayam pedaging di pasar modern
49

tersebut menunjukkan bahwa mikroorganisme patogen juga bisa hidup dalam


suhu rendah sebelum pembusukan terjadi.

4.6 Potensi Hasil Penelitian Sebagai Rancangan Handout Pembelajaran


Biologi SMA Kelas X
Hasil penelitian tentang deteksi Salmonella sp berdasarkan cara
penyimpanan ayam pedaging (gallus domesticus) di pasar tradisional dan pasar
modern kota Pekanbaru dapat digunakan sebagai salah satu rancangan bahan ajar
berupa handout pembelajaran Biologi SMA kelas X. Model pengembangan
rancangaan handout yakni model pengembangan ADDIE (Analyze, Design,
Development, Implementation dan Evaluation) yang disederhanakan menjadi dua
tahap yakni Analyze dan Design. Tahapan-tahapan tersebut dijadikan landasan
dalam merancang handout untuk memperkaya bahan ajar di sekolah. Pembahasan
dari tiap tahapan model pengembangan ADDIE yang disederhanakan menjadi
Analyze dan Design dapat dilihat dibawah ini :
1. Analyze (Analisis)
Pada tahap analisis peneliti melakukan analisis kurikulum dan analisis
materi. Pada tahap ini dilakukan telaah terhadap kurikulum yang digunakan
pada tingkat SMA yaitu Kurikulum 2013. Selanjutnya, dilakukan analisis
terhadap silabus, KI dan KD. Kompetensi Dasar (KD) dan potensinya yang
berkaitan dengan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6. Kompetensi dasar yang dapat dijadikan rancangan Handout
pembelajaran Biologi SMA kelas X
Satuan Kelas Kompetensi Dasar Uraian Potensi
Pendidika (KD) Materi Pengembangan
n
3.5 mengidentifikasi
struktur, cara hidup, Eubacteria Handout
SMA/MA X reproduksi dan
peranan bakteri dalam
kehidupan
4.5 menyajikan data
tentang ciri-ciri dan Eubacteria LKPD
peranan bakteri dalam
kehidupan
50

Berdasarkan hasil analisis tersebut, perancangan handout pembelajaran


disesuaikan dengan Kompetensi Dasar 3.5 yaitu mengidentifikasi struktur,
cara hidup, reproduksi dan peran bakteri dalam kehidupan. KD ini menuntut
pembelajaran yang mengharuskan adanya metode praktikum dan teori.
Namun faktanya, masih terdapat permasalahan dalam melaksanakan
pembelajaran, yaitu kurangnya handout yang membahas mengenai ciri-ciri
bakteri Salmonella sp pada ayam pedaging. Sehingga, perancangan handout
menjadi salah satu alternatif pemecah masalah pada KD 3.5 untuk
pembelajaran terkait pemantapan materi pembelajaran (kognitif). Sedangkan
pada KD 4.5 untuk penuntun pembelajaran praktikum di sekolah
(psikomotor).
KD 4.5 kelas X menyajikan data tentang ciri-ciri dan peran bakteri
dalam kehidupan. Hasil uji bakteri Salmonella sppada ayam pedaging dapat
dijadikan sumber belajar berupa rancangan handout. Handout ini nantinya
digunakan sebagai sumber literatur pada pengamatan bakteri Salmonella sp
secara makroskopis (bentuk koloni, warna koloni, tepian koloni).
Selama ini, peserta didik maupun guru masih terpaku pada buku ajar
biologi SMA kelas X seperti buku paket penerbit Erlangga halaman 140-160
dan LKPD yang merujuk pada buku paket yang digunakan di sekolah
tersebut. Rancangan handout ini dapat dimanfaatkan peserta didik dan guru
secara mandiri untuk menunjang materi pembelajaran mengenai ciri bakteri
yang tergolong eubacteria khususnya bakteri Salmonella sp dan dapat
dilakukan praktikum untuk mengetahui ciri dari bakteri tersebut pada ayam
pedaging dan berisi Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).
Berdasarkan dari analisis tersebut, diperoleh spesifikasi indikator
pencapaian yang digunakan untuk merancang modul pembelajaran pada
konsep eubacteria. Materi yang dikembangkan pada handout ini adalah
“Bakteri Patogen Salmonella sp dalam Kehidupan”.
51

Dari analisis Kompetensi Dasar (KD) diperoleh Indikator Pencapaian


Kompetensi (IPK) yang dilakukan maka handout yang akan dirancang yaitu
pada pertemuan ke empat yang dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7 Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) yang dapat dijadikan
rancangan handout pembelajaran Biologi SMA Kelas X

Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)


3.5 mengidentifikasi 1. Menganalisis pencegahan terhadap bakteri
struktur, cara hidup, patogen
reproduksi dan peranan 2. Menghubungkan karakteristik dan peranan
bakteri dalam kehidupan bakteri dalam kehidupan
3. Mengemukakan hasil diskusi kelompok

2. Design (Perancangan)
Pada tahap ini dilakukan perancangan konsep materi yang berkaitan
dengan data penelitian, merancang indikator, merancang indikator pencapaian
kompetensi yang ingin dicapai dan merancang butir soal baik objektif
maupun uraian untuk mengevaluasi peserta didik. Data-data dari hasil
penelitian dihubungkan dengan konsep eubacteria dalam Mata Pelajaran
Biologi Kelas X. Hal ini agar handout yang dibuat relevan dengan materi
yang akan diajarkan.
Indikator yang dapat dicapai meliputi: (a) menjelaskan cara hidup
bakteri Salmonella sp, (b) menjelaskan jenis-jenis media tumbuh bakteri
Salmonella sp, (c) menjelaskan tahapan-tahapan dalam uji bakteri Salmonella
sppada makanan dan (d) menganalisis ciri-ciri bakteri Salmonella sp
berdasarkan hasil pengamatan.
Indikator Pencapaian Kompetensi yang dapat dicapai meliputi:
(a) melalui kegiatan diskusi, peserta didik mampu menjelaskan cara hidup
bakteri Salmonella sp dengan tepat, (b) melalui kegiatan diskusi, peserta didik
mampu menjelaskan jenis-jenis media tumbuh bakteri Salmonella sp dengan
tepat, (c) melalui kegiatan diskusi, peserta didik mampu menjelaskan
52

tahapan-tahapan dalam uji bakteri Salmonella sp pada makanan dengan tepat


dan (d) melalui kegiatan diskusi, peserta didik mampu menganalisis ciri-ciri
bakteri Salmonella sp berdasarkan hasil pengamatan dengan tepat.
Adapun modifikasi struktur rancangan modul pembelajaran biologi
yang akan dibuat mengacu pada format modul menurut Depdiknas (2008)
dengan beberapa peneliti yang telah melakukan pengembangan handout yaitu
Yessi Hermawati, dkk (2017) dan Qorry Aulya Rohmana, dkk (2018) yakni
struktur handout yang terdiri dari cover (judul, nama penulis, pokok
bahasan), pendahuluan yang terdiri dari KI dan KD, tujuan, dan petunjuk
penggunaan handout, selanjutnya penjabaran materi, soal evaluasi dan daftar
pustaka. Adapun penjelasan dari masing-masing struktur handout tersebut
sebagai berikut:
a. Cover (pokok bahasan, nama penulis, nama mata pelajaran)
Cover atau halaman judul yang memuat judul dan pokok bahasan.
Pada halaman ini dapat juga ditambahkan misalnya nama penulis,
nama mata pelajaran dan keterengan lain yang diperlukan sebagai
informasi. Judul handout yang akan dirancang pada penelitian
berdasarkan hasil analisis kurikulum, analisis tugas dan analisis
konsep adalah ciri-ciri bakteri Salmonella sp.
b. Pendahuluan
Pendahuluan dalam rancangan handout ini berisi Kompetensi Inti,
Kompetensi Dasar, tujuan handout, dan petunjuk penggunaan handout
yang merupakan petunjuk bagi peserta didik maupun guru dalam
menggunakan modul yang melampirkan langkah-langkah
pembelajaran, metode dan model pembelajaran.
c. Penjabaran materi
Materi yang terkait dengan penelitian ini ciri bakteri Salmonella sp
Pembelajaran dituntaskan satu kali pertemuan dalam satu jam
pelajaran (2 JP). Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
saintifik dan model pembelajaran yang cocok dengan waktu serta
tingkatan sekolah (SMA) yaitu model inkuiri terbimbing. Pada
53

masing-masing sub-pokok bahasan dengan menyajikan uraian materi


dilengkapi data, gambar dari hasil penelitian yang mampu
meningkatkan rasa ingin tahu peserta didik, melampirkan tugas yang
terkait dengan materi dan hasil penelitian.
d. Soal evaluasi
Soal evaluasi berbentuk pilihan ganda sebanyak 10 soal dan uraian
singkat yang bertujuan untuk mengukur kemajuan belajar peserta
didik dalam satu unit pembelajaran.
e. Daftar Pustaka
Bagian tambahan dengan melampirkan daftar pustaka sesuai dengan
kutipan materi yang diambil dari berbagai sumber. Dengan daftar
pustaka yang lengkap dan relevan, peserta didik dapat menelusuri
informasi untuk melakukan pendalaman dan pengembangan materi
pembelajaran sesuai dengan sasaran pembelajaran yang telah
dirumuskan.
54

Anda mungkin juga menyukai