Anda di halaman 1dari 41

ASKEP SINUSITIS

Filed Under: Persepsi sensori putri_rahza 12 Comments February 10, 2010 2.1 DEFINISI SINUSITIS Sinusitis adalah suatu keradangan yang terjadi pada sinus. Sinus sendiri adalah rongga udara yang terdapat di area wajah yang terhubung dengan hidung. Fungsi dari rongga sinus adalah untuk menjaga kelembapan hidung & menjaga pertukaran udara di daerah hidung. Rongga sinus sendiri terdiri dari 4 jenis, yaitu a. Sinus Frontal, terletak di atas mata dibagian tengah dari masing-masing alis b. Sinus Maxillary, terletak diantara tulang pipi, tepat disamping hidung c. Sinus Ethmoid, terletak diantara mata, tepat di belakang tulang hidung d. Sinus Sphenoid, terletak dibelakang sinus ethmoid & dibelakang mata Didalam rongga sinus terdapat lapisan yang terdiri dari bulu-bulu halus yang disebut dengan cilia. Fungsi dari cilia ini adalah untuk mendorong lendir yang di produksi didalam sinus menuju ke saluran pernafasan. Gerakan cilia mendorong lendir ini berguna untuk membersihkan saluran nafas dari kotoran ataupun organisme yang mungkin ada. Ketika lapisan rongga sinus ini membengkak maka cairan lendir yang ada tidak dapat bergerak keluar & terperangkap di dalam rongga sinus. Jadi sinusitis terjadi karena peradangan didaerah lapisan rongga sinus yang menyebabkan lendir terperangkap di rongga sinus & menjadi tempat tumbuhnya bakteri. Sinusitis paling sering mngenai sinus maksila (Antrum Highmore), karena merupakan sinus paranasal yang terbesar, letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran sekret (drenase) dari sinus maksila hanya tergantung dari gerakan silia, dasar sinus maksila adalah dasar akar gigi (prosesus alveolaris), sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan sinusitis maksila, ostium sinus maksila terletak di meatus medius di sekitar hiatus semilunaris yang sempit sehingga mudah tersumbat. 2.2 KLASIFIKASI SINUSITIS Sinusitis sendiri dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu 1. Sinusitis akut : Suatu proses infeksi di dalam sinus yang berlansung selama 3 minggu. Macam-macam sinusitis akut : sinusitis maksila akut, sinusitis emtmoidal akut, sinus frontal akut, dan sinus sphenoid akut. 2. Sinusitis kronis : Suatu proses infeksi di dalam sinus yang berlansung selama 3-8 minggu tetapi dapat juga berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. 2.3 ETIOLOGI SINUSITIS Pada Sinusitis Akut, yaitu: 1. Infeksi virus Sinusitis akut bisa terjadi setelah adanya infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas (misalnya Rhinovirus, Influenza virus, dan Parainfluenza virus). 2. Bakteri Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae). Jika

sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut. 3. Infeksi jamur Infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut pada penderita gangguan sistem kekebalan, contohnya jamur Aspergillus. 4. Peradangan menahun pada saluran hidung Pada penderita rhinitis alergi dan juga penderita rhinitis vasomotor. 5. Septum nasi yang bengkok 6. Tonsilitis yg kronik Pada Sinusitis Kronik, yaitu: 1. Sinusitis akut yang sering kambuh atau tidak sembuh. 2. Alergi 3. Karies dentis ( gigi geraham atas ) 4. Septum nasi yang bengkok sehingga menggagu aliran mucosa. 5. Benda asing di hidung dan sinus paranasal 6. Tumor di hidung dan sinus paranasal. 2.4 MANIFESTASI KLINIK 2.4.1 Sinusitis maksila akut Gejala : Demam, pusing, ingus kental di hidung, hidung tersumbat, nyeri pada pipi terutama sore hari, ingus mengalir ke nasofaring, kental kadang-kadang berbau dan bercampur darah. 2.4.2 Sinusitis etmoid akut Gejala : ingus kental di hidung dan nasafaring, nyeri di antara dua mata, dan pusing. 2.4.3 Sinusitis frontal akut Gejala : demam,sakit kepala yang hebat pada siang hari,tetapi berkurang setelah sore hari, ingus kental dan penciuman berkurang. 2.4.4 Sinusitis sphenoid akut Gejala : nyeri di bola mata, sakit kepala, ingus di nasofaring 2.4.5 Sinusitis Kronis Gejala : pilek yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-kadang berbau,selalu terdapat ingus di tenggorok, terdapat gejala di organ lain misalnya rematik, nefritis, bronchitis, bronkiektasis, batuk kering, dan sering demam. 2.5 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 2.5.1 Rinoskopi anterior Tampak mukosa konka hiperemis, kavum nasi sempit, dan edema.Pada sinusitis maksila, sinusitis frontal dan sinusitis ethmoid anterior tampak mukopus atau nanah di meatus medius, sedangkan pada sinusitis ethmoid posterior dan sinusitis sfenoid nanah tampak keluar dari meatus superior. 2.5.2 Rinoskopi posterior : Tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip). 2.5.3 Dentogen : Caries gigi (PM1,PM2,M1) 2.5.4 Transiluminasi (diaphanoscopia) Sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap. Pemeriksaan transiluminasi bermakna bila salah satu sisi sinus yang sakit, sehingga tampak lebih suram dibanding sisi yang normal.

2.5.5 X Foto sinus paranasalis: Pemeriksaan radiologik yang dibuat ialah Posisi Waters, Posteroanterior dan Lateral. Akan tampak perselubungan atau penebalan mukosa atau batas cairan udara (air fluid level) pada sinus yang sakit. Posisi Waters adalah untuk memproyeksikan tulang petrosus supaya terletak di bawah antrum maksila, yakni dengan cara menengadahkan kepala pasien sedemikian rupa sehingga dagu menyentuh permukaan meja. Posisi ini terutama untuk melihat adanya kelainan di sinus maksila, frontal dan etmoid. Posisi Posteroanterior untuk menilai sinus frontal dan Posisi Lateral untuk menilai sinus frontal, sphenoid dan etmoid 2.5.6 Pemeriksaan CT -Scan Pemeriksaan CT-Scan merupakan cara terbaik untuk memperlihatkan sifat dan sumber masalah pada sinusitis dengan komplikasi. CT-Scan pada sinusitis akan tampak : penebalan mukosa, air fluid level, perselubungan homogen atau tidak homogen pada satu atau lebih sinus paranasal, penebalan dinding sinus dengan sklerotik (pada kasus-kasus kronik).Hal-hal yang mungkin ditemukan pada pemeriksaan CT-Scan : a. Kista retensi yang luas, bentuknya konveks (bundar), licin, homogen, pada pemeriksaan CTScan tidak mengalami ehans. Kadang sukar membedakannya dengan polip yang terinfeksi, bila kista ini makin lama makin besar dapat menyebabkan gambaran air-fluid level. b. Polip yang mengisi ruang sinus c. Polip antrokoanal d. Massa pada cavum nasi yang menyumbat sinus e. Mukokel, penekanan, atrofi dan erosi tulang yang berangsur-angsur oleh massa jaringan lunak mukokel yang membesar dan gambaran pada CT Scan sebagai perluasan yang berdensitas rendah dan kadang-kadang pengapuran perifer. 2.5.7 Pemeriksaan di setiap sinus a. Sinusitis maksila akut Pemeriksaan rongga hidung akan tampak ingus kental yang kadang-kadang dapat terlihat berasal dari meatus medius mukosa hidung. Mukosa hidung tampak membengkak (edema) dan merah (hiperemis). Pada pemeriksaan tenggorok, terdapat ingus kental di nasofaring. Pada pemeriksaan di kamar gelap, dengan memasukkan lampu kedalam mulut dan ditekankan ke langit-langit, akan tampak pada sinus maksila yang normal gambar bulan sabit di bawah mata. Pada kelainan sinus maksila gambar bulan sabit itu kurang terang atau tidak tampak. Untuk diagnosis diperlukan foto rontgen. Akan terlihat perselubungan di sinus maksila, dapat sebelah (unilateral), dapat juga kedua belah (bilateral ). b. Sinusitis etmoid akut Pemeriksaan rongga hidung, terdapat ingus kental, mukosa hidung edema dan hiperemis. Foto roentgen, akan terdapat perselubungan di sinus etmoid. c. Sinusitis frontal akut Pemeriksaan rongga hidung, ingus di meatus medius. Pada pemeriksaan di kamar gelap, dengan meletakkan lampu di sudut mata bagian dalam, akan tampak bentuk sinus frontal di dahi yang terang pada orang normal, dan kurang terang atau gelap pada sinusitis akut atau kronis. Pemeriksaan radiologik, tampak pada foto roentgen daerah sinus frontal berselubung. d. Sinusitis sfenoid akut Pemeriksaan rongga hidung, tampak ingus atau krusta serta foto rontgen.

2.6 PENATALAKSANAAN 2.6.1 Penatalaksanaan Medis 1. Drainage a. Dengan pemberian obat, yaitu Dekongestan local : efedrin 1%(dewasa) %(anak). Dekongestan oral sedo efedrin 3 X 60 mg. b. Surgikal dengan irigasi sinus maksilaris. 2. Pemberian antibiotik dalam 5-7 hari (untuk Sinusitis akut) yaitu : a. Ampisilin 4 X 500 mg b. Amoksilin 3 x 500 mg c. Sulfametaksol=TMP (800/60) 2 x 1tablet d. Diksisiklin 100 mg/hari. 3. Pemberian obat simtomatik Contohnya parasetamol., metampiron 3 x 500 mg. 4. Untuk Sinusitis kromis bisa dengan a. Cabut geraham atas bila penyebab dentogen b. Irigasi 1 x setiap minggu ( 10-20) c. Operasi Cadwell Luc bila degenerasi mukosa ireversibel (biopsi). 2.6.2 Penatalaksanaan Pembedahan Pencucian sinus paranasal : a. Pada sinus maksila Dilakukan fungsi sinus maksila, dan dicuci 2 kali seminggu dengan larutan garam fisiologis. Caranya ialah, dengan sebelumnya memasukkan kapas yang telah diteteskan xilokain dan adrenalin ke daerah meatus inferior. Setelah 5 menit, kapas dikeluarkan, lalu dengan trokar ditusuk di bawah konka inferior, ujung trokar diarahkan ke batas luar mata. Setelah tulang dinding sinus maksila bagian medial tembus, maka jarum trokar dicabut, sehingga tinggal pipa selubungnya berada di dalam sinus maksila. Pipa itu dihubungkan dengan semprit yang berisi larutan garam fisiologis, atau dengan balon yang khusus untuk pencucian sinus itu. Pasien yang telah ditataki plastik di dadanya, diminta untuk membuka mulut. Air cucian sinus akan keluar dari mulut, dan ditampung di tempat bengkok. Tindakan ini diulang 3 hari kemudian. Karena sudah ada lubang fungsi, maka untuk memasukkan pipa dipakai trokar yang tumpul. Tapi tindakan seperti ini dapat menimbulkan kemungkinan trokar menembus melewati sinus ke jaringan lunak pipi,dasar mata tertusuk karena arah penusukan salah, emboli udara karena setelah menyemprot dengan air disemprotkan udara dengan maksud mengeluarkan seluruh cairn yang telah dimasukkan serta perdarahan karena konka inferior tertusuk. Lubang fungsi ini dapat diperbesar, dengan memotong dinding lateral hidung, atau dengan memakai alat, yaitu busi. Tindakan ini disebut antrostomi, dan dilakukan di kamar bedah, dengan pasien yang diberi anastesi. b. Pada sinus frontal, etmoid dan sfenoid Pencucian sinus dilakukan dengan pencucian Proetz. Caranya ialah dengan pasien ditidurkan dengan kepala lebih rendah dari badan. Kedalam hidung diteteskan HCL efedrin 0,5-1,5 %. Pasien harus menyebut kek-kek supaya HCL efedrin yang diteteskan tidak masuk ke dalam mulut, tetapi ke dalam rongga yang terletak dibawah ( yaitu sinus paranasal, oleh karena kepala diletakkan ebih rendah dari badan). Ke dalam lubang hidung dimasukkan pipa gelas yang

dihubungkan dengan alat pengisap untuk menampung ingus yang terisap dari sinus. Pada pipa gelas itu dibuat lubang yang dapat ditutup dan dibuka dengan ujung jari jempol. Pada waktu lubang ditutup maka akan terisap ingus dari sinus. Pada waktu meneteskan HCL ini, lubang di pipa tidak ditutup. Tindakan pencucian menurut cara ini dilakukan 2 kali seminggu. Pembedahan, dilakukan : a. bila setelah dilakukan pencucian sinus 6 kali ingus masih tetap kental. b. bila foto rontgen sudah tampak penebalan dinding sinus paranasal. Persiapan sebelum pembedahan perlu dibuat foto ( pemeriksaan) dengan CT scan. Macam pembedahan sinus paranasal 1. Sinus maksila a. Antrostomi, yaitu membuat saluran antara rongga hidung dengan sinus maksila di bagian lateral konka inferior. Gunanya ialah untuk mengalirkan nanah dan ingus yang terkumpul di sinus maksila. Alat yang perlu disiapkan ialah : - alat fungsi sinus maksila - semprit untuk mencuci - pahat untuk memotong dinding lateral hidung - alat pengisap - tampon kapas atau kain kasa panjang yang diberi salep Tindakan dilakukan di kamar besdah, dengan pembiusan ( anastesia ), dan pasien dirawat selama 2 hari. Perawatan pasca tindakan : - beri antrostomi dilakukan pada kedua belah sinus maksila, maka kedua belah hidung tersumbat oleh tampon. Olehkarena itu pasien harus bernafas melalui mulut, dan makanan yang diberikan harus lunak. - tampon diangkat pada hari ketiga, setelah itu, bila tidak terdapat perdarahan, pasien boleh pulang. b. Operasi Caldwell-Luc Operasi ini ialah membuka sinus maksila, dengan menembus tulang pipi. Supaya tidak terdapat cacat di muka, maka insisis dilakukan di bawah bibir, di bagian superior ( atas ) akar gigi geraham 1 dan 2. Kemudian jaringan diatas tulang pipi diangkat kearah superior, sehingga tampak tulang sedikit di atas cuping hidung, yang disebut fosa kanina. Dengan pahat atau bor tulang itu dibuka, dengan demikian rongga sinus maksila kelihatan. Dengan cunam pemotong tulang lubang itu diperbesar. Isi sinus maksila dibersihkan. Seringkali akan terdapat jaringan granulasi atau polip di dalam sinus maksila. Setelah sinus bersih dan dicuci dengan larutan bethadine, maka dibuat anthrostom. Bila terdapat banyak perdarahan dari sinus maksila, maka dimasukkan tampon panjang serta pipa dari plastik, yang ujungnya disalurkan melalui antrostomi ke luar rongga hidung. Kemudian luka insisi dijahit. Perawatan pasca bedah : - beri kompres es di pipi, untuk mencegah pembengkakan di pipi pasca-bedah. - perhatikan keadaan umum : nadi, tensi,suhu - perhatikan apakah ada perdarahan mengalir ke hidung atau melalui mulut. Apabila terdapat perdarahan, maka dokter harus diberitahu.

- makanan lunak -tampon dicabut pada hari ketiga. 2. Sinus etmoid Pembedahan untuk membersihkan sinus etmoid, dapat dilakukan dari dalam hidung (intranasal) atau dengan membuat insisi di batas hidung dengan pipi (ekstranasal). a. Etmoidektomi intranasal Alat yang diperlukan ialah : a. spekulum hidung b. cunam pengangkat polip c. kuret ( alat pengerok ) d. alat pengisap e. tampon Tindakan dilakukan dengan pasien dibius umum ( anastesia). Dapat juga dengan bius lokal (analgesia). Setelah konka media di dorong ke tengah, maka dengan cunam sel etmoid yang terbesar ( bula etmoid ) dibuka. Polip yang ditemukan dikeluarkan sampai bersih. Sekarang tindakan ini dilakukan dengan menggunakan endoskop, seh igga apa yang akan dikerjakan dapat dilihat dengan baik. Perawatan pasca-bedah yang terpenting ialah memperhatikan kemungkinan perdarahan. b. Etmoidektomi ekstranasal Insisi dibuat di sudut mata, pada batas hidung dan mata. Di daerah itu sinus etmoid dibuka, kemudian dibersihkan. 3. Sinus frontal Pembedahan untuk membuka sinus frontal disebut operasi Killian. Insisi dibuat seperti pada insisi etmoidektomi ekstranasal, tetapi kemudian diteruskan ke atas alis.Tulang frontal dibuka dengan pahat atau bor, kemudian dibersihkan. Salurannya ke hidung diperikasa, dan bila tersumbat, dibersihkan. Setelah rongga sinus frontal bersih, luka insisi dijahit, dan diberi perbantekan. Perban dibuka setelah seminggu. Seringkali pembedahan untuk membuka sinus frontal dilakukan bersama dengan sinus etmoid, yang disebut fronto-etmoidektomi. 4. Sinus sfenoid Pembedahan untuk sinus sfenoid yang aman sekarang ini ialah dengan memakai endoskop. Biasanya bersama dengan pembersihan sinus etmoid dan muara sinus maksila serta muara sinus frontal, yang disebut Bedah Endoskopi Sinus Fungsional. Bedah endoskopi sinus fungsional ( FESS=functional endoscopic sinus surgery) Cara pemeriksaan ini ialah dengan mempergunakan endoskop, tanpa melakukan insisis di kulit muka. Endoskop dimasukkan ke dalam rongga hidung. Karena endoskop ini dihubungkan dengan monitor (seperti televisi), maka dokter juga melakukan pembedahan tidak perlu melihat kedalam endoskop, tetapi cukup dengan melihat monitor. Dengan bantuan endoskop dapat dibersihkan daerah muara sinus, seperti daerah meatus medius untuk sinus maksila, sinus etmoid anterior dan sinus frontal. Endoskop juga dapat dimasukkan kedalam sinus etmoid anterior dan posterior untuk membuka

sel-sel sinus etmoid. Kemudian dapat diteruskan kedalam sinus sfenoid yang terletak dibelakang sinus etmoid apabila di CT scan terdapat kelainan di sinus sfenoid. Sekitar sinus yang sakit dibersihakan, dilihat juga muara sinus-sinus yang lain. Setelah selesai, rongga hidung di tampoan untuk mencegah perdarahan. Tampon dicabut pada hari ketiga. 2.7 KOMPLIKASI 2.7.1 Kelainan pada Orbita Sinusitis ethmoidalis merupakan penyebab komplikasi pada orbita yang tersering. Pembengkakan orbita dapat merupakan manifestasi ethmoidalis akut, namun sinus frontalis dan sinus maksilaris juga terletak di dekat orbita dan dapat menimbulkan infeksi isi orbita juga. Pada komplikasi ini terdapat lima tahapan : a. Peradangan atau reaksi edema yang ringan. Terjadi pada isi orbita akibat infeksi sinus ethmoidalis didekatnya. Keadaan ini terutama ditemukan pada anak, karena lamina papirasea yang memisahkan orbita dan sinus ethmoidalis sering kali merekah pada kelompok umur ini. b. Selulitis orbita Edema bersifat difus dan bakteri telah secara aktif menginvasi isi orbita namun pus belum terbentuk. c. Abses subperiosteal Pus terkumpul diantara periorbita dan dinding tulang orbita menyebabkan proptosis dan kemosis. d. Abses orbita Pus telah menembus periosteum dan bercampur dengan isi orbita. Tahap ini disertai dengan gejala sisa neuritis optik dan kebutaan unilateral yang lebih serius. Keterbatasan gerak otot ekstraokular mata yang tersering dan kemosis konjungtiva merupakan tanda khas abses orbita, juga proptosis yang makin bertambah. e. Thrombosis sinus kavemosus Akibat penyebaran bakteri melalui saluran vena kedalam sinus kavernosus, kemudian terbentuk suatu tromboflebitis septik. 2.7.2 Kelainan intracranial a. Meningitis akut Salah satu komplikasi sinusitis yang terberat adalah meningitis akut, infeksi dari sinus paranasalis dapat menyebar sepanjang saluran vena atau langsung dari sinus yang berdekatan, seperti lewat dinding posterior sinus frontalis atau melalui lamina kribriformis di dekat sistem sel udara ethmoidalis. b. Abses dura Kumpulan pus diantara dura dan tabula interna kranium, sering kali mengikuti sinusitis frontalis. Proses ini timbul lambat, sehingga pasien hanya mengeluh nyeri kepala dan sebelum pus yang terkumpul mampu menimbulkan tekanan intra kranial. c. Abses subdural Kumpulan pus diantara duramater dan arachnoid atau permukaan otak. Gejala yang timbul sama dengan abses dura. d. Abses otak Setelah sistem vena, dapat mukoperiosteum sinus terinfeksi, maka dapat terjadi perluasan metastatik secara hematogen ke dalam otak.

2.7.3 Osteitis dan Osteomylitis. Penyebab tersering osteomielitis dan abses subperiosteal pada tulang frontalis adalah infeksi sinus frontalis. Nyeri tekan dahi setempat sangat berat. Gejala sistemik berupa malaise, demam dan menggigil. 2.7.4 Mukokel Suatu kista yang mengandung mukus yang timbul dalam sinus, kista ini paling sering ditemukan pada sinus maksilaris, sering disebut sebagai kista retensi mukus dan biasanya tidak berbahaya. Dalam sinus frontalis, ethmoidalis dan sfenoidalis, kista ini dapat membesar dan melalui atrofi tekanan mengikis struktur sekitarnya. Kista ini dapat bermanifestasi sebagai pembengkakan pada dahi atau fenestra nasalis dan dapat menggeser mata ke lateral. Dalam sinus sfenoidalis, kista dapat menimbulkan diplopia dan gangguan penglihatan dengan menekan saraf didekatnya. 2.7.5 Pyokokel. Mukokel terinfeksi, gejala piokel hampir sama dengan mukokel meskipun lebih akut dan lebih berat. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 PENGKAJIAN 3.1.1 Data Demografi Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya. 3.1.2 Riwayat Sakit dan Kesehatan 1. Keluhan utama Biasanya klien mengeluh nyeri kepala sinus dan tenggorokan 2. Riwayat penyakit saat ini Klien mengeluh hidung tersumbat, pilek yang sering kambuh, demam, pusing, ingus kental di hidung, nyeri di antara dua mata, penciuman berkurang. 3. Riwayat penyakit dahulu a. Klien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma. b. Klien pernah mempunyai riwayat penyakit THT. c. Klien pernah menderita sakit gigi geraham. 4. Riwayat penyakit keluarga Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang. 5. Pengkajian psiko-sosio-spiritual a. Intrapersonal : Perasaan yang dirasakan klien ( cemas atau sedih ) b. Interpersonal : hubungan dengan orang lain 6. Pola fungsi kesehatan a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup Contohnya untuk mengurangi flu biasanya klien mengkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek samping

b. Pola nutrisi dan metabolism Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung. c. Pola istirahat dan tidur Adakah indikasi klien merasa tidak dapat istirahat karena sering flu. d. Pola persepsi dan konsep diri Klien sering flu terus menerus dan berbau yang menyebabakan konsep diri menurun. e. Pola sensorik Daya penciuman klien terganggu kaena hidung buntu akibat flu terus menerus ( baik purulen, serous maupun mukopurulen ). 3.1.3 Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System ) Pemeriksaan fisik pada klien dengan sinusitis meliputi pemeriksaan fisik umum per system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone). 1. Pernafasan B1 (breath) a. Bentuk dada : normal b. Pola napas : tidak teratur c. Suara napas : ronkhi d. Sesak napas : ya e. Batuk : tidak f. Retraksi otot bantu napas ; ya g. Alat bantu pernapasan : ya (O2 2 lpm) 2. Kardiovaskular B2 (blood) a. Irama jantung : regular b. Nyeri dada : tidak c. Bunyi jantung ; normal d. Akral : hangat 3. Persyarafan B3 (brain) a. Penglihatan (mata) : normal b. Pendengaran (telinga) : tidak ada gangguan c. Penciuman (hidung) : ada gangguan d. Kesadaran: gelisah e. Reflek: normal 4. Perkemihan B4 (bladder) a. Kebersihan : bersih b. Bentuk alat kelamin : normal c. Uretra : normal d. Produksi urin: normal 5. Pencernaan B5 (bowel) a. Nafsu makan : menurun b. Porsi makan : setengah c. Mulut : bersih d. Mukosa : lembap 6. Muskuloskeletal/integument B6 (bone) a. Kemampuan pergerakan sendi : bebas b. Kondisi tubuh: kelelahan

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Bersihan jalan nafas tidak efetif berhubungan dengan obstruksi / adanya secret yang mengental. 2. Nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung. 3. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi 4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu makan manurun sekunder dari peradangan dengan sinus. 5. Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan hidung tersumbat, nyeri sekunder akibat peradangan hidung. 6. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis ( irigasi sinus / operasi ) 3.3 INTERVENSI 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi / adanya secret yang mengental. Tujuan : bersihan jalan nafas menjadi efektif setelah secret dikeluarkan. Kriteria hasil : - Respiratory Rate 16-20x/menit - Suara napas tambahan tidak ada - Ronkhi (-) - Dapat melakukan batuk efektif INTERVENSI RASIONAL a. Kaji penumpukan secret yang ada b. Observasi tanda-tanda vital. c. Ajarkan batuk efektif d. Koaborasi nebulizing dengan tim medis untuk pembersihan secret e. Evaluasi suara napas, karakteristik sekret, kemampuan batuk efektif a. Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya b. Mengetahui perkembangan klien sebelum dilakukan operasi. c. Mengeluarkan sekret di jalan napas d. Kerjasama untuk menghilangkan penumpukan secret. e. Ronkhi (-) mengindikasikan tidak ada cairan/sekret pada paru, jumlah, konsistensi, warna sekret dikaji untuk tindakan selanjutnya 2. Nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung. Tujuan : Nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat diadaptasi oleh klien Kriteria hasil : - Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat diadaptasi - Klien tidak merasa kesakitan.

- Dapat mengidentifikasi aktifitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri, klien tidak gelisah, skala nyeri 0-1 atau teradaptasi INTERVENSI RASIONAL a. Kaji terhadap nyeri dengan skala 0-4 b. Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman. c. Mengajarkan tehnik relaksasi dan metode distraksi d. Kolaborasi analgesic e. Observasi tingkat nyeri dan respon motorik klien, 30 menit setelah pemberian analgesik untuk mengkaji efektivitasnya dan setiap 1-2 jam setelah tindakan perawatan selama 1-2 hari. a. Nyeri merupakan respon subjektif yang bisa dikaji menggunakan skala nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya di atas tingkat cidera. b. Istirahat akan merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan kenyamanan. c. Akan melancarkan peredaran darah, dan dapat mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan d. Analgesik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri berkurang e. Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data yang objektif untuk mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat. 3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu makan manurun sekunder akibat peradangan dengan sinus. Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan adekuat Kriteria hasil : - Antropometri: berat badan tidak turun (stabil), tinggi badan, lingkar lengan - Biokimia: albumin normal dewasa (3,5-5,0) g/dl Hb normal (laki-laki 13,5-18 g/dl, perempuan 12-16 g/dl) - Clinis: tidak tampak kurus, terdapat lipatan lemak, rambut tidak jarang dan merah - Diet: klien menghabiskan porsi makannya dan nafsu makan bertambah INTERVENSI RASIONAL a. Kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi klien b. Jelaskan pentingnya makanan bagi proses penyembuhan. c. Mencatat intake dan output makanan klien. d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk membantu memilih makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi selama sakit e. Manganjurkn makan sedikit- sedikit tapi sering.

f. Menyarankan kebiasaan untuk oral hygine sebelum dan sesudah makan a. Mengetahui kekurangan nutrisi klien. b. Dengan pengetahuan yang baik tentang nutrisi akan memotivasi untuk meningkatkan pemenuhan nutrisi. c. Mengetahui perkembangan pemenuhan nutrisi klien. d. Ahli gizi adalah spesialisasi dalam ilmu gizi yang membantu klien memilih makanan sesuai dengan keadaan sakitnya, usia, tinggi, berat badannya. e. Dengan sedikit tapi sering mengurangi penekanan yang berlebihan pada lambung. f. Meningkatkan selera makan klien. 4. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi Tujuan : suhu tubuh kembali dalam keadaan normal Kriteria hasil : - suhu tubuh 36,5-37,5 C - kulit hangat dan lembab, membran mukosa lembab INTERVENSI RASIONAL a. Monitoring perubahan suhu tubuh b. Mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh dengan pemasangan infus c. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik guna mengurangi proses peradangan (inflamasi) d. Anjurkan pada pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang optimal sehingga metabolisme dalam tubuh dapat berjalan lancar a. Suhu tubuh harus dipantau secara efektif guna mengetahui perkembangan dan kemajuan dari pasien. b. Cairan dalam tubuh sangat penting guna menjaga homeostasis (keseimbangan) tubuh. Apabila suhu tubuh meningkat maka tubuh akan kehilangan cairan lebih banyak. c. Antibiotik berperan penting dalam mengatasi proses peradangan (inflamasi) d. Jika metabolisme dalam tubuh berjalan sempurna maka tingkat kekebalan/ sistem imun bisa melawan semua benda asing (antigen) yang masuk. 5. Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan hidung tersumbat, nyeri sekunder akibat peradangan hidung. Tujuan : Klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman. Kriteria hasil : - Klien tidur 6 8 jam sehari. INTERVENSI RASIONAL a. Kaji kebutuhan tidur klien.

b. Menciptakan suasana yang nyaman. c. Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat a. Mengetahui permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan istirahat atau tidur. b. Supaya klien dapat tidur dengan nyaman dan tenang. c. Pernafasan dapat efektif kembali lewat hidung 6. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis ( irigasi sinus / operasi ). Tujuan : Perasaan cemas klien berkurang atau hilang. Kriteria hasil : - Klien dapat menggambarkan tingkat keemasa dan pola kopingnya. - Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang di deritanya serta pengobatannya. INTERVENSI RASIONAL a. Kaji tingkat kecemasan klien b. Berikan kenyamanan dan ketentraman pada klien dengan, - Temani klien - Perlihatkan rasa empati ( datang dengan menyentuh klien ) c. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakit yang dideritanya secara perlahan dan tenang serta menggunakan kalimat yang jelas, singkat dan mudah dimengerti d. Menjauhkan stimulasi yang berlebihan misalnya : - Tempatkan klien diruangan yang lebih tenang. - Batasi kontak dengan orang lain atau klien lain yang kemungkinan mengalami kecemasan e. Observasi tanda-tanda vital. f. Bila perlu , kolaborasi dengan tim medis. a. Menentukan tindakan selanjutnya. b. Memudahkan penerimaan klien terhadap informasi yang diberikan. c. Meingkatkan pemahaman klien tentang penyakit dan terapi untuk penyakit tersebut sehingga klien lebih kooperatif. d. Dengan menghilangkan stimulus yang mencemaskan akan meningkatkan ketenangan klien. e. Mengetahui perkembangan klien secara dini. f. Obat dapat menurunkan tingkat kecemasan klien.
http://putrisayangbunda.blog.com/2010/02/10/askep-sinusitis/

Sinusitis
A. Pengertian Sinusitis adalah merupakan penyakit infeksi sinus yang disebabkan oleh kuman atau virus.

B. Etiologi

1. Rinogen Obstruksi dari ostium Sinus (maksilaris/paranasalis) yang disebabkan oleh : o Rinitis Akut (influenza) o Polip, septum deviasi 2. Dentogen Penjalaran infeksi dari gigi geraham atas Penyebabnya adalah kuman : o Streptococcus pneumoniae o Hamophilus influenza o Steptococcus viridans o Staphylococcus aureus o Branchamella catarhatis

C. Tanda dan Gejala 1. Febris, pilek kental, berbau, bisa bercampur darah 2. Nyeri pada : o Pipi : biasanya unilateral o Kepala : biasanya homolateral, terutama pada sorehari o Gigi (geraham atas) homolateral. 3. Hidung : o buntu homolateral o Suara bindeng

D. Pemeriksaan Penunjang 1. Rinoskopi anterior : o Mukosa merah o Mukosa bengkak o Mukopus di meatus medius 2. Rinoskopi postorior o Mukopus nasofaring 3. Nyeri tekan pipi yang sakit 4. Transiluminasi : kesuraman pada ssisi yang sakit 5. X Foto sinus paranasalis o Kesuraman o Gambaran airfluidlevel o Penebalan mukosa

E. Penatalaksanaan 1. Drainage o Medical :

Dekongestan lokal : efedrin 1%(dewasa) %(anak) Dekongestan oral :Psedo efedrin 3 X 60 mg o Surgikal : irigasi sinus maksilaris. 2. Antibiotik diberikan dalam 5-7 hari (untk akut) yaitu : o Ampisilin 4 x 500 mg o Amoksilin 3 x 500 mg o Sulfametaksol=TMP (800/60) 2 x 1tablet o Diksisiklin 100 mg/hari 3. Simtomatik o Prasetamol, metampiron 3 x 500 mg. 4. Untuk kronis adalah : o Cabut geraham atas bila penyebab dentogen o Irigasi 1 x setiap minggu (10-20) o Operasi Cadwell Luc bila degenerasi mukosa ireversibel (biopsi)
 

Download Askep Sinusitis di sini dan di sini

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Sinusitis


A. Pengkajian 1. Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan,, 2. Riwayat Penyakit sekarang : penderita mengeluah hidung tersumbat,kepala pusing, badan terasa panas, bicara bendeng. 3. Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh nyeri kepala sinus, tenggorokan. 4. Riwayat penyakit dahulu : o Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma o Pernah mempunyai riwayat penyakit THT o Pernah menedrita sakit gigi geraham 5. Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang. 6. Riwayat spikososial o Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih) o Interpersonal : hubungan dengan orang lain. 7. Pola fungsi kesehatan o Pola persepsi dan tata laksanahidup sehat Untuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek samping. o Pola nutrisi dan metabolisme Biasanya nafsumakan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung

Pola istirahat dan tidur Selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek o Pola Persepsi dan konsep diri Klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsepdiri menurun o Pola sensorik Daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus (baik purulen , serous, mukopurulen). 8. Pemeriksaan fisik o status kesehatan umum : keadaan umum , tanda viotal, kesadaran. o Pemeriksaan fisik data focus hidung : nyeri tekan pada sinus, rinuskopi (mukosa merah dan bengkak).
o

B. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri : kepala, tenggorokan , sinus berhubungan dengan peradangan pada hidung 2. Cemas berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis(irigasi sinus/operasi) 3. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi /adnya secret yang mengental 4. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hiidung buntu., nyeri sekunder peradangan hidung 5. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun sekunder dari peradangan sinus 6. Gangguan konsep diri berhubungan dengan bau pernafasan dan pilek

C. Intervensi 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung Tujuan : Nyeri klien berkurang atau hilang Kriteria hasil : o Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang o Klien tidak menyeringai kesakitan.

Intervensi : Kaji tingkat nyeri klien R/: Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya o Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya R/: Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri
o

Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi R/: Klien mengetahui tehnik distraksi dn relaksasi sehinggga dapat mempraktekkannya bila mengalami nyeri o Observasi tanda tanda vital dan keluhan klien R/: Mengetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi klien. o Kolaborasi dengan tim medis :  Terapi konservatif :  Obat Acetaminopen; Aspirin, dekongestan hidung  Drainase sinus  Pembedahan :  Irigasi Antral : Untuk sinusitis maksilaris  Operasi Cadwell Luc
o

R/: Menghilangkan /mengurangi keluhan nyeri klien

2. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis (irigasi/operasi) Tujuan : Cemas klien berkurang/hilang Kriteria hasil: o Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya o Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta pengobatannya.

Intervensi : Kaji tingkat kecemasan R/: Menentukan tindakan selanjutnya o Berikan kenyamanan dan ketentaman pada klien :  Temani klien  Perlihatkan rasa empati(datang dengan menyentuh klien)
o

klien

R/: Memudahkan penerimaan klien terhadap informasi yang diberikan Berikan penjelasan pada klien tentang penyakit yang dideritanya perlahan, tenang seta gunakan kalimat yang jelas, singkat mudah dimengerti R/: Meingkatkan pemahaman klien tentang penyakit dan terapi untuk penyakit tersebut sehingga klien lebih kooperatif o Singkirkan stimulasi yang berlebihan misalnya :  Tempatkan klien diruangan yang lebih tenang  Batasi kontak dengan orang lain /klien lain yang kemungkinan mengalami kecemasan
o

R/: Dengan menghilangkan stimulus yang mencemaskan akan meningkatkan ketenangan klien. Observasi tanda-tanda R/: Mengetahui perkembangan klien secara dini. o Bila perlu, kolaborasi dengan R/: Obat dapat menurunkan tingkat kecemasan klien
o

vital tim medis

3. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi (penumpukan secret hidung) sekunder dari peradangan sinus Tujuan : Jalan nafas efektif setelah secret (seous, purulen) dikeluarkan Kriteria hasil : o Klien tidak bernafas lagi melalui mulut o Jalan nafas kembali normal terutama hidung

Intervensi : Kaji penumpukan secret yang R/: Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya o Observasi tanda-tanda R/: Mengetahui perkembangan klien sebelum dilakukan operasi o Koaborasi dengan tim medis untuk pembersihan R/: Kerjasama untuk menghilangkan penumpukan secret/masalah
o

ada vital sekret

DAFTAR PUSTAKA Doenges, M. G. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 EGC, Jakarta 2000 Lab. UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan tenggorokan FK Unair, Pedoman diagnosis dan Terapi Rumah sakit Umum Daerah dr Soetom FK Unair, Surabaya

http://kumpulan-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2008/12/asuhan-keperawatansinusitis.html SINUSITIS A. Pengertian Sinusitis adalah merupakan penyakit infeksi sinus yang disebabkan oleh kuman atau virus. SELENGKAPNYA di: Askep Sinusitis askep askeb | asuhankeperawatan-kebidanan.co.cc selengkapnya URL Shorten: http://brta.in/dSGco43U

Dimasukkan: 9 bulan 27 hari 5 jam lalu

ETIOLOGI a. Rinogen Obstruksi dari ostium Sinus (maksilaris/paranasalis) yang disebabkan oleh : Rinitis Akut (influenza) Polip, septum deviasi b. Dentogen Penjalaran infeksidari gigi geraham atas Kuman penyebab : - Streptococcus pneumoniae - Hamophilus influenza - Steptococcus viridans - Staphylococcus aureus - Branchamella catarhatis TINJAUAN KEPERAWATAN PENGKAJIAN : 1. Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan,, 2. Riwayat Penyakit sekarang : 3. Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh nyeri kepala sinus, tenggorokan. 4. Riwayat penyakit dahulu : - Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma - Pernah mempunyai riwayat penyakit THT - Pernah menedrita sakit gigi geraham 5. Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang. 6. Riwayat spikososial a. Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih0 b. Interpersonal : hubungan dengan orang lain. 7. Pola fungsi kesehatan a. Pola persepsi dan tata laksanahidup sehat - Untuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek samping b. Pola nutrisi dan metabolisme : - biasanya nafsumakan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung c. Pola istirahat dan tidur - selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek d. Pola Persepsi dan konsep diri - klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsepdiri menurun e. Pola sensorik - daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus (baik purulen ,

serous, mukopurulen). 8. Pemeriksaan fisik a. status kesehatan umum : keadaan umum , tanda viotal, kesadaran. b. Pemeriksaan fisik data focus hidung : nyeri tekan pada sinus, rinuskopi (mukosa merah dan bengkak). Data subyektif : 1. Observasi nares : a. Riwayat bernafas melalui mulut, kapan, onset, frekwensinya b. Riwayat pembedahan hidung atau trauma c. Penggunaan obat tetes atau semprot hidung : jenis, jumlah, frekwensinyya , lamanya. 2. Sekret hidung : a. warna, jumlah, konsistensi secret b. Epistaksis c. Ada tidaknya krusta/nyeri hidung. 3. Riwayat Sinusitis : a. Nyeri kepala, lokasi dan beratnya b. Hubungan sinusitis dengan musim/ cuaca. 4. Gangguan umum lainnya : kelemahan Data Obyektif 1. Demam, drainage ada : Serous Mukppurulen Purulen 2. Polip mungkin timbul dan biasanya terjadi bilateral pada hidung dan sinus yang mengalami radang ? Pucat, Odema keluar dari hidng atau mukosa sinus 3. Kemerahan dan Odema membran mukosa 4. Pemeriksaan penunjung : a. Kultur organisme hidung dan tenggorokan b. Pemeriksaan rongent sinus. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri : kepala, tenggorokan , sinus berhubungan dengan peradangan pada hidung 2. Cemas berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis(irigasi sinus/operasi) 3. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi /adnya secret yang mengental 4. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hiidung buntu., nyeri sekunder peradangan hidung 5. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun sekunder dari peradangan sinus 6. Gangguan konsep diri berhubungan dengan bau pernafasan dan pilek

GEJALA KLINIS : a. Febris, filek kental, berbau, bisa bercampur darah b. Nyeri : - Pipi : biasanya unilateral - Kepala : biasanya homolateral, terutama pada sorehari - Gigi (geraham atas) homolateral. c. Hidung : - buntu homolateral - Suara bindeng. CARA PEMERIKSAAN a. Rinoskopi anterior : - Mukosa merah - Mukosa bengkak - Mukopus di meatus medius. b. Rinoskopi postorior - mukopus nasofaring. c. Nyeri tekan pipi yang sakit. d. Transiluminasi : kesuraman pada ssisi yang sakit. e. X Foto sinus paranasalis - Kesuraman - Gambaran airfluidlevel - Penebalan mukosa PENATALAKSANAAN : a. Drainage - Medical : * Dekongestan lokal : efedrin 1%(dewasa) %(anak) * Dekongestan oral :Psedo efedrin 3 X 60 mg - Surgikal : irigasi sinus maksilaris. b. antibiotik diberikan dalam 5-7 hari (untk akut) yaitu : - ampisilin 4 X 500 mg - amoksilin 3 x 500 mg - Sulfametaksol=TMP (800/60) 2 x 1tablet - Diksisiklin 100 mg/hari. c. Simtomatik - parasetamol., metampiron 3 x 500 mg. d. Untuk kromis adalah : - Cabut geraham atas bila penyebab dentogen - Irigasi 1 x setiap minggu ( 10-20) - Operasi Cadwell Luc bila degenerasi mukosa ireversibel (biopsi) DAFTAR PUSTAKA Doenges, M. G. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 EGC, Jakarta 2000 Lab. UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan tenggorokan FK Unair, Pedoman diagnosis dan

Terapi Rumah sakit Umum Daerah dr Soetom FK Unair, Surabaya Prasetyo B, Ilmu Penyakit THT, EGC Jakarta Sumber: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/2162532asuhan-keperawatan-askep-sinusitis/#ixzz1V6hkxQCO

Apakah sinusitis itu? Sinusitis adalah peradangan yang terjadi pada rongga sinus. Sinusitis banyak ditemukan pada penderita hay fever yang mana pada penderita ini terjadi pilek menahun akibat dari alergi terhadap debu dan sari bunga. Sinusitis juga dapat disebabkan oleh bahan bahan iritan seperti bahan kimia yang terdapat pada semprotan hidung serta bahan bahan kimia lainnya yang masuk melalui hidung. Jangan dilupakan kalau sinusitis juga bisa disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri. Tulisan kali ini lebih menitikberatkan pembahasan pada sinusitis yang disebabkan oleh infeksi. Apakah sinus itu? Sinus atau sering pula disebut dengan sinus paranasalis adalah rongga udara yang terdapat pada bagian padat dari tulang tenggkorak di sekitar wajah, yang berfungsi untuk memperingan tulang tenggkorak. Rongga ini berjumlah empat pasang kiri dan kanan. Sinus frontalis terletak di bagian dahi, sedangkan sinus maksilaris terletak di belakang pipi. Sementara itu, sinus sphenoid dan sinus ethmoid terletak agak lebih dalam di belakang rongga mata dan di belakang sinus maksilaris. Dinding sinus terutama dibentuk oleh sel sel penghasil cairan mukus. Udara masuk ke dalam sinus melalui sebuah lubang kecil yang menghubungkan antara rongga sinus dengan rongga hidung yang disebut dengan ostia. Jika oleh karena suatu sebab lubang ini buntu maka udara tidak akan bisa keluar masuk dan cairan mukus yang diproduksi di dalam sinus tidak akan bisa dikeluarkan. Apa yang menyebabkan sinusitis? Sinusitis dapat terjadi bila terdapat gangguan pengaliran udara dari dan ke rongga sinus serta adanya gangguan pengeluaran cairan mukus. Adanya demam, flu, alergi dan bahan bahan iritan dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan pada ostia sehingga lubang drainase ini menjadi buntu dan mengganggu aliran udara sinus serta pengeluaran cairan mukus. Penyebab lain dari buntunya ostia adalah tumor dan trauma. Drainase cairan mukus keluar dari rongga sinus juga bisa terhambat oleh pengentalan cairan mukus itu sendiri. Pengentalan ini terjadi akibat pemberiaan obat antihistamin, penyakit fibro kistik dan lain lain. Sel penghasil mukus memiliki rambut halus (silia) yang selalu bergerak untuk mendorong cairan mukus keluar dari rongga sinus. Asap rokok merupakan biang kerok dari rusaknya rambut halus ini sehingga pengeluaran

cairan mukus menjadi terganggu. Cairan mukus yang terakumulasi di rongga sinus dalam jangka waktu yang lama merupakan tempat yang nyaman bagi hidupnya bakteri, virus dan jamur. Apa saja tipe sinusitis? Sinusitis dapat dibagi menjadi dua tipe besar yaitu berdasarkan lamanya penyakit (akut, subakut, khronis) dan berdasarkan jenis peradangan yang terjadi (infeksi dan non infeksi). Disebut sinusitis akut bila lamanya penyakit kurang dari 30 hari. Sinusitis subakut bila lamanya penyakit antara 1 bulan sampai 3 bulan, sedangkan sinusitis khronis bila penyakit diderita lebih dari 3 bulan. Sinusitis infeksi biasanya disebabkan oleh virus walau pada beberapa kasus ada pula yang disebabkan oleh bakteri. Sedangkan sinusitis non infeksi sebagian besar disebabkan oleh karena alergi dan iritasi bahan bahan kimia. Sinusitis subakut dan khronis sering merupakan lanjutan dari sinusitis akut yang tidak mendapatkan pengobatan adekuat. Apa saja gejala sinusitis? Gejala sinusitis yang paling umum adalah sakit kepala, nyeri pada daerah wajah, serta demam. Hampir 25% dari pasien sinusitis akan mengalami demam yang berhubungan dengan sinusitis yang diderita. Gejala lainnya berupa wajah pucat, perubahan warna pada ingus, hidung tersumbat, nyeri menelan, dan batuk. Beberapa pasien akan merasakan sakit kepala bertambah hebat bila kepala ditundukan ke depan. Pada sinusitis karena alergi maka penderita juga akan mengalami gejala lain yang berhubungan dengan alerginya seperti gatal pada mata, dan bersin bersin. Bagaimana mendiagnosa sinusitis? Sinusitis sebagian besar sudah dapat didiagnosa hanya berdasarkan pada riwayat keluhan pasien serta pemeriksaan fisik yang dilakukan dokter. Hal ini juga disebabkan karena pemeriksaan menggunakan CT Scan dan MRI yang walaupun memberikan hasil lebih akurat namun biaya yang dikeluarkan cukup mahal. Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan adanya kemerahan dan pembengkakan pada rongga hidung, ingus yang mirip nanah, serta pembengkakan disekitar mata dan dahi. Pemeriksaan menggunakan CT Scan dan MRI baru diperlukan bila sinusitis gagal disembuhkan dengan pengobatan awal. Rhinoskopi, sebuah cara untuk melihat langsung ke rongga hidung, diperlukan guna melihat lokasi sumbatan ostia. Terkadang diperlukan penyedotan cairan sinus dengan menggunakan jarum suntik untuk dilakukan pemeriksaan kuman. Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan jenis infeksi yang terjadi. Bagaimana mengobati sinusitis? Untuk sinusitis yang disebabkan oleh karena virus maka tidak diperlukan pemberian antibiotika. Obat yang biasa diberikan untuk sinusitis virus adalah penghilang rasa nyeri seperti parasetamol dan dekongestan. Curiga telah terjadi sinusitis infeksi oleh bakteri bila terdapat gejala nyeri pada wajah, ingus yang bernanah, dan gejala yang timbul lebih dari seminggu. Sinusitis infeksi bakteri umumnya diobati dengan menggunakan antibiotika. Pemilihan antibiotika berdasarkan jenis bakteri yang paling sering menyerang sinus karena untuk mendapatkan antibiotika yang benar benar pas harus menunggu hasil dari biakan kuman yang memakan waktu lama. Lima jenis

bakteri yang paling sering menginfeksi sinus adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus pyogenes. Antibiotika yang dipilih harus dapat membunuh kelima jenis kuman ini. Beberapa pilihan antiobiotika antara lain amoxicillin, cefaclor, azithromycin, dan cotrimoxazole. Jika tidak terdapat perbaikan dalam lima hari maka perlu dipertimbangkan untuk memberikan amoxicillin plus asam klavulanat. Pemberian antibiotika dianjurkan minimal 10 sampai 14 hari. Pemberian dekongestan dan mukolitik dapat membantu untuk melancarkan drainase cairan mukus. Pada kasus kasus yang khronis, dapat dipertimbangkan melakukan drainase cairan mukus dengan cara pembedahan. Apa komplikasi dari sinusitis? Komplikasi yang serius jarang terjadi, namun kemungkinan yang paling gawat adalah penyebaran infeksi ke otak yang dapat membahayakan kehidupan. Kesimpulan Sinusitis jika diobati secara dini dengan pengobatan yang tepat akan mampu sembuh dengan baik. Segeralah ke dokter jika anda menjumpai gejala gejala sinusitis.
http://www.blogdokter.net/2008/01/30/sinusitis/

Font Size Ukuran Font A Sebuah A Sebuah A Sebuah


y y y y y

11 22 33

y y y y y y y y

44 55 66 77 Next Berikutnya Sinusitis Index Sinusitis Indeks Glossary Glosarium Find a Local Doctor Cari Dokter Lokal

Sinus Infection Infeksi Sinus


Sinusitis (Sinus Infection) Slideshow Pictures Sinusitis (sinus Infeksi) Slideshow Foto Nasal Allergy Relief Products Slideshow Pictures Alergi hidung Produk Bantuan Slideshow Foto 10 Common Allergy Triggers Slideshow Pictures 10 Pemicu Alergi umum Slideshow Foto

Medical Author: Kedokteran Penulis: Charles P. Davis, MD, PhD Charles P. Davis, MD, PhD

Charles P. Davis, MD, PhD Charles P. Davis, MD, PhD

Dr. Charles "Pat" Davis, MD, PhD, is a board certified Emergency Medicine doctor who currently practices as a consultant and staff member for hospitals. Dr Charles "Pat" Davis, MD, PhD, adalah sebuah papan bersertifikat Darurat Kedokteran dokter yang praktek saat ini sebagai konsultan dan anggota staf rumah sakit. He has a PhD in Microbiology (UT at Austin), and the MD (Univ. Texas Medical Branch, Galveston). Dia memiliki gelar PhD dalam Mikrobiologi (UT di Austin), dan MD (Univ. Texas Medical Branch, Galveston). He is a Clinical Professor (retired) in the Division of Emergency Medicine, UT Health Science Center at San Antonio, and has been the Chief of Emergency Medicine at UT Medical Branch and at UTHSCSA with over 250 publications. Dia adalah Profesor Klinis (pensiun) di Divisi of Emergency Medicine, UT Pusat Ilmu Kesehatan di San Antonio, dan telah menjadi Kepala Kedokteran Darurat di UT Medical Branch dan pada UTHSCSA dengan lebih dari 250 publikasi.
View Full Profile View Full Profile

Medical Editor: Kedokteran Editor: William C. Shiel, Jr., MD, FACP, FACR William C. Shiel, Jr, MD, FACP, FACR

William C. Shiel, Jr., MD, FACP, FACR William C. Shiel, Jr, MD, FACP, FACR

Dr. Shiel received a Bachelor of Science degree with honors from the University of Notre Dame. Dr Shiel menerima gelar Bachelor of Science dengan pujian dari University of Notre Dame. There he was involved in research in radiation biology and received the Huisking Scholarship. Ada dia terlibat dalam penelitian dalam biologi radiasi dan menerima Beasiswa Huisking. After graduating from St. Louis University School of Medicine, he completed his Internal Medicine residency and Rheumatology fellowship at the University of California, Irvine. Setelah lulus dari St Louis University School of Medicine, ia menyelesaikan Internal Medicine nya domisili dan Rematologi persekutuan di University of California, Irvine.
View Full Profile View Full Profile
y y y y y y y y y y y y y y y y y y

Sinus infection facts Infeksi sinus fakta What is a sinus? Apakah sinus? What is a sinus infection? Apa yang dimaksud dengan infeksi sinus? What causes sinus infections? Apa yang menyebabkan infeksi sinus? What are the types of sinusitis? Apa jenis sinusitis? What are the signs and symptoms of sinus infection? Apa saja tanda dan gejala infeksi sinus? How is sinus infection diagnosed? Bagaimana didiagnosa infeksi sinus? How is sinus infection treated? Bagaimana infeksi sinus diobati? Are there home remedies for a sinus infection? Apakah ada pengobatan rumah untuk infeksi sinus? What are complications of sinus infection? Apa komplikasi dari infeksi sinus? Can sinus infection be prevented? Infeksi sinus dapat dicegah? Related sinus infection article: Infeksi sinus terkait artikel: Sinus infection - on eMedicineHealth Infeksi sinus - pada eMedicineHealth Pictures of Sinusitis (Sinus Infection) - Slideshow Gambar Sinusitis (infeksi sinus) - Slideshow Pictures of Nasal Allergy Relief Products - Slideshow Gambar Produk Pertolongan Alergi Hidung Slideshow Pictures of 10 Common Allergy Triggers - Slideshow Gambar 10 Pemicu Alergi Umum - Slideshow Patient Discussions: Sinus Infection - Symptoms Pasien Diskusi: Infeksi Sinus - Gejala Patient Discussions: Sinus Infection - Effective Treatments Pasien Diskusi: Infeksi Sinus Perawatan Efektif Find a local Ear, Nose, & Throat Doctor in your town Cari Dokter Telinga, Hidung, & Tenggorokan lokal di kota Anda

Sinus Infection Signs & Symptoms Infeksi sinus Tanda & Gejala
Commonly sinus infection signs and symptoms are headache, facial tenderness, pressure or pain, and fever. Umumnya tanda-tanda dan gejala infeksi sinus adalah sakit kepala, nyeri wajah, tekanan atau nyeri, dan demam. However, as few as 25% of patients may have fever associated with acute sinus infection. Namun, sedikitnya 25% dari pasien mungkin mengalami demam terkait dengan infeksi sinus akut. Other common symptoms include: Gejala umum lainnya termasuk:
y y y y

cloudy, discolored nasal drainage, mendung, berubah warna hidung drainase, a feeling of nasal stuffiness, perasaan hidung tersumbat, sore throat, and sakit tenggorokan, dan cough. batuk.

Some people notice an increased sensitivity or headache when they lean forward because of the additional pressure placed on the sinuses. Beberapa orang melihat sebuah sensitivitas meningkat atau sakit kepala saat mereka bersandar ke depan karena tekanan tambahan ditempatkan pada sinus. Others may experience tooth or ear pain, fatigue, or bad breath. Yang lain mungkin mengalami sakit gigi atau telinga, kelelahan, atau bau mulut. Nasal drainage is usually clear or whitish-colored in people with noninfectious sinusitis. Drainase hidung biasanya jelas atau berwarna keputihan pada orang dengan sinusitis tidak menular. Learn more about sinus infection (sinusitis) symptoms Pelajari lebih lanjut tentang sinus (sinusitis) gejala infeksi
Top Searched Sinus Infection (Sinusitis) Terms: Top Pencarian Infeksi Sinus (Sinusitis) Persyaratan: symptoms , treatment , remedies , contagious, antibiotics , pictures , sinus headache gejala , pengobatan , obat , menular, antibiotik , gambar , sinus sakit kepala Sinus infection facts Infeksi sinus fakta
y

Sinus infections are caused by infections from a pathogenic microorganism (virus, bacterium, or fungus), which grows within a sinus and causes intermittent blockage of the sinus ostium. Infeksi sinus disebabkan oleh infeksi mikroorganisme patogen dari (virus, bakteri, atau jamur), yang tumbuh di dalam sinus dan menyebabkan penyumbatan intermiten dari ostium sinus. Most people do not transmit sinus infections; most clinicians agree that except for rare instances, sinus infections are not contagious but arise from mainly viruses and bacteria that, by chance, contaminate a person who sinuses support their proliferation because of minor, and rarely, major abnormalities in the person's sinus tissue (for example, swelling, inflammation, abnormal mucus production, and rarely, facial or nasal trauma). Kebanyakan orang tidak

mengirimkan infeksi sinus; kebanyakan dokter setuju bahwa kecuali untuk kasus yang jarang terjadi, infeksi sinus tidak menular, tapi muncul dari terutama virus dan bakteri yang, secara kebetulan, mencemari orang yang sinus dukungan proliferasi mereka karena ringan, dan jarang, utama kelainan pada jaringan sinus orang itu (misalnya, pembengkakan, peradangan, produksi lendir yang abnormal, dan jarang, trauma wajah atau hidung).
y

Sinusitis is inflammation of the air cavities within the passages of the nose. Sinusitis adalah peradangan pada rongga udara di dalam saluran hidung. Sinusitis can be caused by infection, but also can be caused by allergies and chemical or particulate irritation of the sinuses. Sinusitis dapat disebabkan oleh infeksi, tetapi juga dapat disebabkan oleh alergi dan iritasi kimia atau partikel dari sinus. Sinusitis may be classified in several ways such as acute sinus infection, subacute sinus infection, chronic sinus infection, infected sinusitis, and noninfectious sinusitis. Sinusitis dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara seperti infeksi sinus akut, subakut infeksi sinus, infeksi sinus kronis, sinusitis terinfeksi, dan menular sinusitis. Sinus infection symptoms include sinus headache , facial tenderness, pressure or pain in the sinuses, fever , cloudy discolored drainage, and feeling of nasal stuffiness, sore throat , and cough . Gejala sinus infeksi termasuk sakit kepala sinus , nyeri wajah, tekanan atau nyeri pada sinus, demam , berawan drainase berubah warna, dan rasa hidung tersumbat, sakit tenggorokan , dan batuk . Bacterial infection of the sinuses is suspected when facial pain, pus-like nasal discharge, and symptoms that persists for longer than a week and are not responding to over-the-counter nasal medications. Infeksi bakteri dari sinus dicurigai ketika rasa sakit wajah, nanah seperti nasal discharge, dan gejala yang berlangsung selama lebih dari seminggu dan tidak menanggapi overthe-counter obat hidung. Sinus infection is generally diagnosed based on patient history and physical examination by a health care practitioner. Infeksi sinus umumnya didiagnosis berdasarkan riwayat pasien dan pemeriksaan fisik oleh dokter. Bacterial sinusitis is usually treated with antibiotic therapy. Sinusitis bakterial biasanya dirawat dengan terapi antibiotik. Early treatment of allergic sinusitis may prevent secondary bacterial sinus infections. Pengobatan dini sinusitis alergi dapat mencegah infeksi sekunder bakteri sinus. Home remedies for sinus infections include OTC medications such as Tylenol , decongestants, and mucolytics. Home remedies untuk infeksi sinus termasuk obat OTC seperti Tylenol , dekongestan, dan mucolytics. Nasal irrigation can be accomplished with a Neti-pot or rinse kit (nasal bidet). Irigasi hidung dapat dicapai dengan pot Neti-atau bilas kit (bidet hidung). Rare fungal infections of the sinuses (for example, zygomycosis ) constitute a medical emergency. Infeksi jamur yang jarang dari sinus (misalnya, zygomycosis ) merupakan darurat medis. Complications of a sinus infection that may develop are meningitis , brain abscess, osteomyelitis

, and orbital cellulitis. Komplikasi dari infeksi sinus yang mungkin berkembang adalah meningitis , abses otak, osteomielitis , dan selulitis orbital.
y

There are no fungal vaccines available to prevent fungal sinus infections. Tidak ada vaksin yang tersedia untuk mencegah jamur infeksi sinus jamur.

What is a sinus? Apakah sinus?

A sinus is a hollow, air-filled cavity. Sinus adalah, berongga rongga berisi udara. For the purposes of this article, a sinus will referred to those hollow cavities that are in the skull and connected to the nasal airway by a narrow hole in the bone (ostium). Untuk tujuan pasal ini, sinus akan menunjuk mereka rongga berongga yang di tengkorak dan terhubung ke saluran napas hidung dengan lubang sempit dalam tulang (ostium). Normally all are open to the nasal airway through an ostium. Biasanya semua terbuka untuk saluran udara hidung melalui ostium suatu. Humans have four pair of these cavities each referred to as the: Manusia memiliki empat pasang dari setiap rongga disebut sebagai:
1. frontal sinus (in forehead), sinus frontal (di dahi), 2. maxillary sinus (behind cheeks), maxillary sinus (di belakang pipi), 3. ethmoid sinus (between the eyes), and ethmoid sinus (antara mata), dan 4. sphenoid sinus (deep behind the ethmoids). sphenoid sinus (yang mendalam di balik ethmoid).

The four pair of sinuses are often described as a unit and termed the "paranasal sinuses." Pasangan empat sinus sering digambarkan sebagai sebuah unit dan disebut "sinus paranasal." The cells of the inner lining of each sinus are mucus-secreting cells, epithelial cells and some cells that are part of the immune system (macrophages, lymphocytes, and eosinophils). Sel-sel dari lapisan dalam sinus setiap sel mensekresi lendir, sel epitel dan beberapa sel yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh (makrofag, limfosit, dan eosinofil). Functions of the sinuses include humidifying and warming inspired air, insulation of surrounding structures (eyes, nerves), increasing voice resonance, and as buffers against facial trauma. Fungsi sinus termasuk pelembab dan pemanasan udara terinspirasi, insulasi struktur di sekitarnya (mata, saraf), meningkatkan resonansi suara, dan sebagai buffer terhadap trauma wajah. The sinuses decrease the weight of the skull. Sinus menurunkan berat tengkorak. Picture of the anatomy of the sinuses Gambar anatomi sinus

What is a sinus infection? Apa yang dimaksud dengan infeksi sinus?

A sinus infection occurs when a pathogenic microorganism (virus, bacterium, or a fungus) grows within a sinus and causes intermittent blockage of the sinus ostium. Sebuah infeksi sinus terjadi ketika mikroorganisme patogen (virus, bakteri, atau jamur) tumbuh di dalam sinus dan menyebabkan penyumbatan intermiten dari ostium sinus. Drainage of mucus and pus often occur when the blockage is relieved. Drainase lendir dan nanah sering terjadi ketika penyumbatan yang lega. The drainage usually goes from the nasal passages to the throat or out the nostrils. Drainase biasanya berlangsung dari saluran hidung ke tenggorokan atau keluar lubang hidung. Such infections also cause inflammation (an influx of immune cells and swelling of the sinus tissue) of one or more sinuses. Infeksi tersebut juga menyebabkan peradangan (masuknya sel-sel kekebalan tubuh dan pembengkakan jaringan sinus) dari satu atau lebih sinus. This can to block the openings of the sinuses and leads to discomfort. Hal ini dapat untuk memblokir bukaan sinus dan menyebabkan ketidaknyamanan. Inflammation of the air cavities within the passages of the nose (paranasal sinuses) is referred to as sinusitis. Peradangan rongga udara dalam saluran hidung (sinus paranasal) disebut sebagai

sinusitis. Sinusitis can be caused by infection, but can also be caused by allergy and irritation of the sinuses. Sinusitis dapat disebabkan oleh infeksi, tetapi juga dapat disebabkan oleh alergi dan iritasi sinus. Sinusitis is one of the more common conditions that can afflict people throughout their lives. Sinusitis adalah salah satu kondisi yang lebih umum yang dapat menimpa orang sepanjang hidup mereka. Sinusitis commonly occurs when environmental pollens irritate the nasal passages, such as with hay fever . Sinusitis biasanya terjadi ketika serbuk sari lingkungan mengiritasi saluran hidung, seperti dengan demam . Sinusitis can also result from irritants, such as chemicals or the use and/or abuse of over-the-counter (OTC) nasal sprays, and illegal substances that may be snorted through the nose. Sinusitis juga dapat hasil dari iritasi, seperti bahan kimia atau penggunaan dan / atau penyalahgunaan over-the-counter (OTC) semprot hidung, dan zat-zat ilegal yang dapat mendengus melalui hidung. About 30 million adults have "sinusitis." Sekitar 30 juta orang dewasa memiliki "sinusitis." 2011 is a year that sinus infections are getting much lay press as sinus infections have been reported in several sports figures in basketball and baseball. 2011 adalah tahun yang infeksi sinus semakin jauh berbaring pers sebagai infeksi sinus telah dilaporkan dalam beberapa tokoh olahraga basket dan bisbol. The sinus infections have been reported to alter the ability of the athletes to play at their peak performance. Infeksi sinus telah dilaporkan untuk mengubah kemampuan atlet untuk bermain di kinerja puncak mereka. One young (18yr old) professional baseball player reportedly died from a bacterial sinus infection that spread to his brain. Satu muda (18yr tua) pemain bisbol profesional dilaporkan meninggal dari infeksi sinus bakteri yang menyebar ke otaknya. Also, about 15 trauma victims of the May tornado disaster in Joplin, Missouri developed fungal infections that are rarely seen (some of them in the sinuses). Juga, korban trauma sekitar 15 bencana tornado Mei di Joplin, Missouri mengembangkan infeksi jamur yang jarang terlihat (beberapa dari mereka dalam sinus).

Apa yang menyebabkan infeksi sinus?

Sinus infection may be caused by anything that interferes with airflow into the sinuses and the drainage of mucus out of the sinuses. Infeksi sinus dapat disebabkan oleh apapun yang mengganggu aliran udara ke dalam sinus dan drainase lendir dari sinus. The sinus openings (ostea) may be blocked by swelling of the tissue lining and adjacent nasal passage tissue, for example with common colds , allergies, and tissue irritants such as OTC nasal sprays, cocaine, and cigarette smoke . Bukaan sinus (ostea) dapat diblokir oleh pembengkakan lapisan jaringan dan jaringan bagian hidung yang berdekatan, misalnya dengan masuk angin , alergi, dan iritasi jaringan seperti semprotan hidung OTC, kokain, dan asap rokok . Sinuses can also become blocked by tumors or growths that are near the sinus openings. Sinus dapat juga tersumbat oleh tumor atau pertumbuhan yang dekat bukaan sinus. The drainage of mucous from the sinuses can also be impaired by thickening of the mucous secretions, by decrease in hydration (water content) of the mucous brought on by disease ( cystic fibrosis ), drying medications (antihistamines), and lack of sufficient humidity in the air. Drainase lendir dari sinus juga dapat terganggu oleh penebalan sekresi lendir, dengan penurunan hidrasi (kandungan air) dari mukosa yang disebabkan oleh penyakit ( cystic fibrosis ), pengeringan obat (antihistamin), dan kurangnya kelembaban yang cukup dalam udara. The epithelial cells have small hairlike fibers, called cilia, which move back and forth to help the mucus move out of the sinuses. Sel-sel epitel memiliki serabut mirip rambut kecil, yang disebut silia, yang bergerak maju mundur untuk membantu lendir keluar dari sinus. These small cilia may be damaged by many irritants, especially smoke. Silia kecil ini mungkin akan rusak oleh iritasi, terutama asap. This can prevent them from assisting the mucus in draining from the sinuses. Hal ini dapat mencegah mereka dari membantu lendir di sinus mengalir dari. Stagnated mucus provides an environment for bacteria, viruses and in some circumstances (for example, AIDS or immunodepressed persons) fungus to grow within the sinus cavities. Stagnasi lendir menyediakan suatu lingkungan untuk bakteri, virus dan dalam beberapa keadaan (misalnya, AIDS atau orang-orang immunodepressed) jamur untuk tumbuh di dalam rongga sinus. In addition, the microbes themselves can initiate and exacerbate sinus blockage. Selain itu, mikroba sendiri dapat memulai dan memperburuk penyumbatan sinus. The most commonly

infected sinuses are the maxillary and ethmoid sinuses. Sinus yang terinfeksi paling sering adalah sinus maksilaris dan ethmoid. Rarely, immunodepressed or victims of multiple traumas in disasters such as tsunamis, hurricanes , earthquakes , or tornadoes may breathe in fungi from the soil or water. Jarang, immunodepressed atau korban trauma ganda dalam bencana seperti tsunami, angin topan , gempa bumi , atau tornado dapat bernapas dalam jamur dari tanah atau air. Eventually, in a few days to over a week, the fungi can grow and cut off blood supply to almost any type of tissue, especially in the nose and eyes. Akhirnya, dalam beberapa hari untuk lebih dari seminggu, jamur dapat tumbuh dan memotong suplai darah ke hampir semua jenis jaringan, terutama di hidung dan mata. These infections, although rare, are serious and can be deadly and require immediate medical and surgical care. Infeksi ini, meskipun jarang, serius dan dapat mematikan dan membutuhkan perawatan medis dan bedah segera. Although the fungal infection may resemble common bacterial sinusitis initially, it is a disease termed zygomycosis or mucormycosis. Meskipun infeksi jamur mungkin mirip sinusitis bakteri umum awalnya, itu adalah penyakit yang disebut zygomycosis atau mucormycosis.
Apa jenis sinusitis?

Sinusitis may be classified in several ways, based on the time span of the problem (acute, subacute, or chronic) and the type of inflammation (either infectious or noninfectious). Sinusitis dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara, berdasarkan rentang waktu masalah (akut, subakut, atau kronik) dan jenis peradangan (baik infeksi atau noninfectious).
y

Acute sinus infection (also termed acute sinusitis caused by infection) is usually defined as being of less than 30 days duration. Infeksi sinus akut (juga disebut sinusitis akut disebabkan oleh infeksi) biasanya didefinisikan sebagai kurang dari 30 durasi hari. Subacute sinus infection as being over 1 month but less than 3 months. Subakut infeksi sinus sebagai lebih dari 1 bulan tetapi kurang dari 3 bulan. Chronic sinus infection as being greater than 3 months duration. Infeksi sinus kronis sebagai lebih besar dari 3 bulan durasi.

There is no medical consensus on the above time periods. Tidak ada konsensus medis pada periode waktu di atas.
y

Infected sinusitis usually is caused by uncomplicated virus infection. Sinusitis terinfeksi biasanya disebabkan oleh infeksi virus tidak rumit. Less frequently, bacterial growth causes sinus infection and fungal sinus infection is very infrequent. Kurang sering, pertumbuhan bakteri penyebab infeksi sinus dan infeksi sinus jamur sangat jarang terjadi. Subacute and chronic forms of sinus infection usually are the result of incomplete treatment of an acute sinus infection. Bentuk subakut dan kronis infeksi sinus biasanya hasil pengobatan tidak lengkap dari infeksi sinus akut. Noninfectious sinusitis is caused by irritants and allergic conditions and follows the same general time line for acute, subacute and chronic as infectious sinusitis. Sinusitis tidak menular

disebabkan oleh iritasi dan kondisi alergi dan mengikuti garis waktu umum yang sama untuk akut, subakut dan kronis seperti sinusitis menular. What are the signs and symptoms of sinus infection? Apa saja tanda dan gejala infeksi sinus?

Commonly the symptoms of sinus infection are headache , facial tenderness, pressure or pain, and fever . Umumnya gejala infeksi sinus adalah sakit kepala , nyeri wajah, tekanan atau nyeri, dan demam . However, as few as 25% of patients may have fever associated with acute sinus infection. Namun, sedikitnya 25% dari pasien mungkin mengalami demam terkait dengan infeksi sinus akut. Other common symptoms include: Gejala umum lainnya termasuk:
y y y y

cloudy, discolored nasal drainage, mendung, berubah warna hidung drainase, a feeling of nasal stuffiness, perasaan hidung tersumbat, sore throat , and sakit tenggorokan , dan cough. batuk.

Some people notice an increased sensitivity or headache when they lean forward because of the additional pressure placed on the sinuses. Beberapa orang melihat sebuah sensitivitas meningkat atau sakit kepala saat mereka bersandar ke depan karena tekanan tambahan ditempatkan pada sinus. Others may experience tooth or ear pain, fatigue, or bad breath . Yang lain mungkin mengalami sakit gigi atau telinga, kelelahan, atau bau mulut . In noninfectious sinusitis, other associated allergy symptoms of itching eyes and sneezing may be common, but may include some of the symptoms listed above for infectious sinusitis. Pada sinusitis tidak menular, lain yang terkait gejala alergi dari gatal mata dan bersin mungkin umum, tetapi dapat mencakup beberapa gejala yang tercantum di atas untuk sinusitis menular. Nasal drainage is usually clear or whitish-colored in people with noninfectious sinusitis. Drainase hidung biasanya jelas atau berwarna keputihan pada orang dengan sinusitis tidak menular. With rare fulminant fungal infections, there may be ulceration, with sharply defined edges and a black, necrotic center in the nasal area. Dengan jarang infeksi jamur fulminan, mungkin ada ulserasi, dengan tepi tajam didefinisikan dan pusat, hitam nekrotik di daerah hidung. Some fungal infections cause a dark, black-appearing exudates. Beberapa infeksi jamur menyebabkan, gelap hitam muncul eksudat. This requires immediate medical evaluation. Hal ini memerlukan evaluasi medis segera.
Bagaimana didiagnosa infeksi sinus?

Sinus infection is most often diagnosed based on a history and examination made by a doctor. Infeksi sinus yang paling sering didiagnosis berdasarkan riwayat dan pemeriksaan yang dibuat oleh dokter. Because plain X-ray studies of the sinuses may be misleading and procedures such as CT and MRI scans , which are much more sensitive in their ability to diagnose sinus infection, are so expensive and not available in most doctors offices, most cases of sinus infection are initially diagnosed and treated based on clinical findings on examination. Karena polos X-ray studi sinus dapat menyesatkan dan prosedur seperti CT dan MRI scan , yang jauh lebih sensitif

dalam kemampuan mereka untuk mendiagnosa infeksi sinus, sangat mahal dan tidak tersedia di kantor-kantor kebanyakan dokter, sebagian besar kasus infeksi sinus pada awalnya didiagnosis dan diobati berdasarkan temuan klinis pada pemeriksaan. These physical findings may include: Temuan fisik mungkin termasuk:
y

redness and swelling of the nasal passages, kemerahan dan pembengkakan pada saluran hidung, purulent (pus like) drainage from the nasal passages (the symptom most likely to clinically diagnose a sinus infection), purulen (nanah seperti) drainase dari saluran hidung (infeksi gejala klinis yang paling mungkin untuk mendiagnosa sinus), tenderness to percussion (tapping) over the cheeks or forehead region of the sinuses, and kelembutan untuk perkusi (menekan) atas daerah pipi atau dahi dari sinus, dan swelling about the eyes and cheeks. pembengkakan sekitar mata dan pipi.

Occasionally, nasal secretions are examined for secreted cells that may help differentiate between infectious and allergic sinusitis. Kadang-kadang, sekresi hidung diperiksa untuk sel disekresikan yang dapat membantu membedakan antara sinusitis infeksi dan alergi. Infectious sinusitis may show specialized cells of infection (polymorphonuclear cells) while allergic sinusitis may show specialized cells of allergy (eosinophils). Infeksi sinusitis dapat menunjukkan sel-sel khusus infeksi (sel polimorfonuklear) sedangkan sinusitis alergi dapat menunjukkan selsel khusus alergi (eosinofil). Physicians prescribe antibiotics if bacterial infection is suspected. Dokter meresepkan antibiotik jika infeksi bakteri dicurigai. Antibiotics are not effective against viral infections; many physicians then treat the symptoms. Antibiotik tidak efektif terhadap infeksi virus; banyak dokter kemudian mengobati gejala. If sinus infection fails to respond to the initial treatment prescribed, then more in-depth studies such as CT or MRI scans may be performed. Ultrasound has been used to diagnose sinus infections in pregnant women , but is not as accurate as CT or MRI. Jika infeksi sinus gagal untuk merespon pengobatan awal yang ditentukan, maka lebih mendalam studi seperti CT atau MRI scan dapat dilakukan. USG telah digunakan untuk mendiagnosis infeksi sinus pada wanita hamil , tetapi tidak seakurat seperti CT atau MRI. Rhinoscopy, a procedure for directly looking in the back of the nasal passages with a small flexible fiber optic tube, may be used to directly look at the sinus openings (ostea) and check for obstruction of these openings by either swelling or growths. Rhinoskopi, prosedur untuk langsung mencari di belakang hidung dengan tabung serat optik yang fleksibel kecil, dapat digunakan untuk langsung melihat bukaan sinus (ostea) dan memeriksa obstruksi ini bukaan baik oleh pembengkakan atau pertumbuhan. It may sometimes be necessary to perform a needle aspiration (needle puncture) of a sinus to get infected material to culture to determine what pathogen is actually causing the sinus infection. Kadang-kadang mungkin perlu untuk melakukan aspirasi jarum (tusuk jarum) dari sinus untuk mendapatkan bahan yang terinfeksi untuk budaya untuk menentukan apa patogen sebenarnya menyebabkan infeksi sinus. Cultures of the nasal passages are rarely helpful in determining what bacteria or fungus is causing a sinus infection since the nasal passages are often colonized by non-infecting bacteria. Budaya dari bagian hidung jarang membantu dalam menentukan apa

bakteri atau jamur yang menyebabkan infeksi sinus karena hidung sering dijajah oleh nonmenginfeksi bakteri. The needle puncture procedure is usually done by an otolaryngologist when treatments have failed to alleviate the disease. Prosedur tusukan jarum biasanya dilakukan oleh seorang otolaryngologist bila pengobatan telah gagal untuk meringankan penyakit. The procedure is uncomfortable and requires local anesthesia; some patients require general anesthesia. Prosedur ini tidak nyaman dan membutuhkan anestesi lokal, beberapa pasien memerlukan anestesi umum. The sinus is aspirated, the contents sent for culture and staining, and the sinus may be flushed with a saline solution. Sinus adalah disedot, isi dikirim untuk budaya dan pewarnaan, dan sinus dapat memerah dengan larutan garam. This is technically the most accurate way to diagnose infectious sinusitis. Hal ini secara teknis cara yang paling akurat untuk mendiagnosa sinusitis menular. In addition, both rigid and flexible endoscopy has been used to obtain diagnostic material from sinuses. Selain itu, baik endoskopi kaku dan fleksibel telah digunakan untuk mendapatkan bahan diagnostik dari sinus. Unfortunately, these procedures are also uncomfortable and need to be done by an otolaryngologist who may need to sedate the patient. Sayangnya, prosedur ini juga tidak nyaman dan perlu dilakukan oleh seorang otolaryngologist yang mungkin perlu untuk pasien tersebut tenang. Some investigators suggest that endoscopy specimens are comparable to those obtained by needle puncture. Beberapa peneliti berpendapat bahwa endoskopi spesimen sebanding dengan yang diperoleh oleh tusukan jarum. Fungal infections are usually diagnosed by such biopsy procedures and tissue removed by a surgeon, or by fungal culture and microscopic identification by a microbiologist or pathologist trained to identify fungi. Infeksi jamur biasanya didiagnosis dengan prosedur biopsi tersebut dan jaringan yang diambil oleh dokter bedah, atau oleh budaya dan identifikasi jamur mikroskopis oleh seorang ahli mikrobiologi atau patologi dilatih untuk mengidentifikasi jamur.
Bagaimana infeksi sinus diobati?

For sinusitis caused by virus infection, no antibiotic treatment is required. Untuk sinusitis yang disebabkan oleh infeksi virus, tidak ada pengobatan antibiotik diperlukan. Frequently recommended treatments include pain and fever medications (such as acetaminophen [Tylenol]), decongestants and mucolytics. Perawatan sering direkomendasikan termasuk obat nyeri dan demam (seperti acetaminophen [Tylenol]), dekongestan dan mucolytics. Bacterial infection of the sinuses is suspected when facial pain, nasal discharge resembling pus, and symptoms persist for longer than a week and are not responding to OTC nasal medications. Infeksi bakteri dari sinus dicurigai bila nyeri wajah, nanah menyerupai nasal discharge, dan gejala menetap selama lebih dari seminggu dan tidak menanggapi obat OTC hidung. Acute sinus infection from bacteria is usually treated with antibiotic therapy aimed at treating the most common bacteria known to cause sinus infection, since it is unusual to be able to get a reliable culture without aspirating the sinuses. Infeksi sinus akut dari bakteri biasanya diobati dengan terapi antibiotik ditujukan untuk mengobati bakteri yang paling umum diketahui menyebabkan infeksi sinus, karena biasa untuk bisa mendapatkan sebuah budaya handal tanpa aspirating sinus.

The five most common bacteria causing sinus infections are Streptococcus pneumoniae , Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis, Staphylococcus aureus , and Streptococcus pyogenes . Lima bakteri yang paling umum yang menyebabkan infeksi sinus adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus pyogenes. The antibiotics that are effective treatment for sinus infection must be able to kill these bacterial types. Antibiotik yang pengobatan yang efektif untuk infeksi sinus harus dapat membunuh jenis bakteri. Although amoxicillin (Amoxil) is an acceptable first antibiotic for an uncomplicated acute sinus infection, many physicians choose amoxicillin-clavulanate (Augmentin) as the first-line drug for treatment of a suspected bacterial sinus infection because it is usually effective against most of the species and strains of bacteria that cause the disease. Meskipun amoksisilin (Amoxil) merupakan antibiotik pertama yang dapat diterima untuk infeksi sinus akut tanpa komplikasi, dokter banyak yang memilih amoksisilin klavulanat- (Augmentin) sebagai obat lini pertama untuk pengobatan infeksi sinus yang dicurigai karena bakteri biasanya efektif terhadap sebagian besar spesies dan strain bakteri yang menyebabkan penyakit. In the penicillin allergic Pada alergi penisilin Septra) and other antibiotics may be used as first choices. Septra) dan antibiotik lainnya dapat digunakan sebagai pilihan pertama. If a patient is not improving after five days of treatment with amoxicillin, the patient may be switched to one of the above drugs or amoxicillin-clavulanate (Augmentin. Generally, an effective antibiotic needs to be continued for a minimum of 10-14 days. It is however not unusual to need to treat sinus infection for 14-21 days. Jika pasien tidak membaik setelah lima hari pengobatan dengan amoksisilin, pasien dapat beralih ke salah satu obat atas atau amoksisilin klavulanat-(Augmentin. umumnya, perlu antibiotik yang efektif untuk dilanjutkan selama minimal 10-14 hari. Meskipun demikian tidak biasa perlu untuk mengobati infeksi sinus selama 14-21 hari. Taking decongestants (pseudoephedrine) and mucolytics ( guaifenesin ) orally may be helpful in assisting drainage of sinus infection. Mengambil dekongestan (pseudoefedrin) dan mucolytics ( guaifenesin ) secara lisan mungkin dapat membantu dalam membantu drainase infeksi sinus. The treatment of chronic forms of sinus infection requires longer courses of medications, such as Augmentin, and may require a sinus drainage procedure. Pengobatan bentuk kronis infeksi sinus memerlukan kursus yang lama obat, seperti Augmentin, dan mungkin memerlukan prosedur drainase sinus. This drainage typically requires a surgical operation to open the blocked sinus under general anesthesia. Drainase ini biasanya memerlukan operasi bedah untuk membuka sinus diblokir di bawah anestesi umum. In general, antihistamines should be avoided unless it is felt that the sinusitis sinus infection is due to allergy, such as from pollens, dander, or other environmental causes. Secara umum, antihistamin harus dihindari kecuali jika merasa bahwa infeksi sinus sinusitis karena alergi, seperti dari serbuk sari, ketombe, atau penyebab lingkungan lainnya. It is likely that the use of a topical nasal steroid spray will help reduce swelling in the allergic individual without the drying that is caused by using antihistamines although both are occasionally used. Sangat mungkin bahwa penggunaan spray hidung steroid topikal akan membantu mengurangi pembengkakan pada individu alergi tanpa pengeringan yang disebabkan oleh penggunaan antihistamin meskipun keduanya kadang-kadang digunakan.

In many people, allergic sinusitis develops first, and later, bacterial infection occurs. Pada banyak orang, sinusitis alergi mengembangkan pertama, dan kemudian, infeksi bakteri terjadi. For these individuals, early treatment of allergic sinusitis may prevent development of secondary bacterial sinusitis. Untuk orang-orang, pengobatan dini sinusitis alergi dapat mencegah perkembangan bakteri sekunder sinusitis. In rare instances or in natural disasters, fungal infections (termed zygomycosis or mucormycosis) may develop in debilitated patients. Pada kasus yang jarang atau bencana alam, infeksi jamur (disebut zygomycosis atau mucormycosis) dapat berkembang pada pasien lemah. Death rates of 50%-85% have been reported for patients with these sinus infections. Angka kematian dari 50% -85% telah dilaporkan untuk pasien dengan infeksi sinus. Treatment relies on early diagnosis followed by immediate surgical debridement, antifungal drugs, (mainly Amphotericin B) and stabilizing any underlying health problem such as diabetes . Pengobatan bergantung pada diagnosis dini diikuti oleh debridement bedah segera, obat antijamur, (terutama Amfoterisin B) dan menstabilkan masalah kesehatan yang mendasari seperti diabetes .
Apakah ada pengobatan rumah untuk infeksi sinus?

Sinus infections caused by viruses can use home (over-the-counter) treatments such as pain and fever medications (acetaminophen [Tylenol]), decongestants, and mucolytics. Sinus infeksi yang disebabkan oleh virus bisa menggunakan rumah (over-the-counter) perawatan seperti rasa sakit dan obat demam (asetaminofen [Tylenol]), dekongestan, dan mucolytics. In addition, some health care providers suggest that nasal irrigation or a sinus rinse solution will help relieve symptoms of sinus infections, even chronic sinusitis symptoms. Selain itu, beberapa dokter menyarankan bahwa irigasi hidung atau sinus bilas solusi akan membantu meringankan gejala infeksi sinus, bahkan gejala sinusitis kronis. This irrigation is accomplished with a "Neti-Pot" or a sinus rinse kit (sometimes termed a nasal bidet). Irigasi Hal ini dicapai dengan "Neti Pot-" atau sinus bilas kit (kadang-kadang disebut sebagai bidet hidung). The last reference of this article shows a video of a sinus rinse procedure. Referensi terakhir dari artikel ini menunjukkan video sinus bilas prosedur. Bacterial and fungal sinus infections usually require antibiotic or antifungal therapy so home treatments without them are often not successful. Infeksi sinus bakteri dan jamur biasanya memerlukan terapi antibiotik atau antijamur sehingga perawatan rumah tanpa mereka sering tidak berhasil. However, some authors suggest home treatments may reduce symptoms after medical therapy has begun; some health care practitioners recommend nasal irrigation after sinus surgery. Namun, beberapa penulis menyarankan perawatan di rumah dapat mengurangi gejala setelah terapi medis telah dimulai; praktisi beberapa dokter menganjurkan irigasi hidung setelah operasi sinus.
What are complications of sinus infection? Apa komplikasi dari infeksi sinus?

While serious complications do not occur frequently, it is possible for sinus infection to cause a direct extension of infection into the brain through a sinus wall, creating a life-threatening emergency (for example, meningitis or brain abscess). Sementara komplikasi serius tidak sering terjadi, adalah mungkin untuk infeksi sinus menyebabkan perpanjangan langsung dari infeksi ke

otak melalui dinding sinus, menciptakan keadaan darurat yang mengancam kehidupan (misalnya, meningitis atau abses otak). In addition, other adjacent structures can become infected and develop problems, such as osteomyelitis of bones in the skull and infection around the eye (orbital cellulitis ). Selain itu, struktur yang berdekatan lainnya dapat menjadi terinfeksi dan mengembangkan masalah, seperti osteomielitis tulang pada tengkorak dan infeksi di sekitar mata (orbital selulitis ). Rarely, these infections (mainly bacterial and fungal organisms) may cause death. Jarang, infeksi ini (terutama organisme bakteri dan jamur) dapat menyebabkan kematian. The most susceptible individuals to complications are patients with suppressed immune systems and relatively rarely from multiple trauma injuries that may occur in natural disasters. Individu yang paling rentan terhadap komplikasi pasien dengan sistem kekebalan ditekan dan relatif jarang dari beberapa luka trauma yang mungkin terjadi pada bencana alam.
Can sinus infection be prevented? Infeksi sinus dapat dicegah?

Currently, there are no vaccines designed specifically against infectious sinusitis. Saat ini, tidak ada vaksin yang dirancang khusus terhadap sinusitis menular. However, there are vaccines against viruses ( influenza ) and bacteria (pneumococci) that may cause some infectious sinusitis. Vaccination against pathogens known to cause infectious sinusitis may indirectly reduce or prevent the chance of getting the disease but there are no specific studies to support this assumption. Namun, ada vaksin terhadap virus ( influenza ) dan bakteri (pneumococci) yang dapat menyebabkan beberapa infeksi sinusitis. Vaksinasi terhadap patogen diketahui menyebabkan sinusitis infeksi secara tidak langsung dapat mengurangi atau mencegah kemungkinan mendapatkan penyakit ini tetapi tidak ada studi khusus untuk mendukung ini asumsi. There are no fungal vaccines against sinusitis. Tidak ada vaksin terhadap sinusitis jamur. If a person is prone to recurrent bouts of "yearly sinus infection" it may be important to consider allergy testing to see if this is the underlying cause of the recurring problem. Jika seseorang rentan terhadap serangan berulang dari "infeksi sinus tahunan" mungkin penting untuk mempertimbangkan tes alergi untuk melihat apakah ini adalah penyebab yang mendasari masalah yang berulang. Treatment of the allergy may prevent secondary bacterial sinus infections. Pengobatan alergi dapat mencegah infeksi sekunder bakteri sinus. In addition, sinus infections may be due to other problems such as nasal polyps, tumors or diseases that obstruct normal mucus flow. Selain itu, infeksi sinus mungkin karena masalah lain seperti polip hidung, tumor atau penyakit yang menghambat aliran lendir normal. Treatment of these underlying causes may prevent recurrent sinus infections. Pengobatan ini dapat mencegah penyebab infeksi sinus berulang
http://www.medicinenet.com/sinusitis/article.htm

Asli Sinusitis berasal dari akar bahasa Latinnya, akhiran umum dalam kedokteran itis
berarti peradangan karena itu sinusitis adalah suatu peradangan sinus paranasal. Di sekitar rongga hidung terdapat empat sinus yaitu sinus maksilaris ( terletak di pipi) , sinus etmoidalis ( kedua mata) , sinus frontalis (terletak di dahi) dan sinus sfenoidalis ( terletak di belakang dahi).

Secara klinis sinusitis dibagi atas : 1. Sinusitis akut 2. Sinusitis subakut 3. Sinusitis Kronis Sedangkan berdasarkan penyebabnya sinusitis :
y y

Rhinogenik (penyebab kelainan atau masalah di hidung), Segala sesuatu yang menyebabkan sumbatan pada hidung dapat menyebabkan sinusitis Dentogenik/Odontogenik (penyebabnya kelainan gigi), yang sering menyebabkan sinusitis infeksi pada gigi geraham atas (pre molar dan molar)

http://id.wikipedia.org/wiki/Sinusitis

Anda mungkin juga menyukai