02 Panduan Operasional Kinerja Rujukan
02 Panduan Operasional Kinerja Rujukan
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Definisi
C. Tujuan Umum dan Khusus
D. Dasar Hukum
A. Rujukan Medis
B. Sistim Rujukan Efektif, Efisien dan Berkeadilan
C. Alur Rujukan
D. Tatakelola yang baik
III Pengorganisasian
A. Pra Rujukan
1. Promosi Tanda Bahaya
2. P4K (Program Persiapan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi)
3. Kelas Ibu dan Bapak
4. Pemanfaatan Buku KIA
5. PWS-KIA (elektronik)
B. Pelayanan Rujukan
1. Komponen Rujukan
a. Komponen Tanda Bahaya
b. Komponen Stabilisasi
c. Komponen Konseling
d. Komponen Komunikasi
e. Komponen Pengantar
f. Komponen Transportasi
g. Komponen Peralatan dan Obat
h. Komponen SOP Pelayanan
2. Paket Persiapan Rujukan
C. Fasilitas Pelayanan Kegawat-daruratan Ibu dan BBL (Neonatus)
1. PPGDN Pelayanan Dasar
2. Puskesmas PONED
3. Rumah Sakit PONEK
VI Penutup
Lampiran
DAFTAR
SINGKATAN
AMP : Audit Maternal Perinatal
AKI : Angka Kematian Ibu
AKB : Angka Kematian Bayi
AKN : Angka Kematian Neonatal
APN : Asuhan Persalinan Normal
BBL : Bayi Baru Lahir
BDD : Bidan Di Desa
BPS : Bidan Praktek Swasta
GIS : Geografic Information System
HPP : Hemorrage Post Partum
JAMPERSAL : Jaminan Persalinan
LKBK : Lembaga Kesehatan Budi Kemuliaan
MDGs : Millenium Development Goals
MPS : Making Pregnancy Saver
PEB : Pre Eklamsi Berat
PMK : Penanganan Metoda Kanguru
POKJA : Kelompok Kerja
P4K : Program Persiapan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
PK : Perjanjian Kerjasama
POLINDES : Pondok Bersalin Desa
PONED : Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar
PONEK : Pelayanan Obstetri Emergensi Komprehensif
POSKESDES : Pos Kesehatan Desa
PPGDON : Program Penanganan Gawat Darurat Obstetri dan Neonatal
RSIA : Rumah Sakit Ibu dan Anak
RPJMN : Rencana Pemerintah Jangka Menengah Nasional
RTI : Reseach Triangle Institute
Tabulin : Tabungan Ibu Bersalin
TIK : Teknologi Informasi Komunikasi
SDKI : Survei Demografi Kesehatan Indonesia
SEKDA : Sekretariat Daerah
UGD : Unit Gawat Darurat
DAFTAR
PENGERTIAN & ISTILAH
Ibu
Ibu hamil, bersalin, dan masa nifas (ibu yang telah melahirkan sampai dengan masa
42 hari).
Neonatus
Bayi umur 0 – 28 hari.
Kegawatdaruratan
Kondisi ibu hamil, bersalin, dan nifas serta bayi baru lahir dengan komplikasi/
penyulit yang menyertai atau diperberat oleh kehamilan, persalinan, dan nifas.
Sistem rujukan
Penyelenggaraan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggungjawab
secara timbal balik baik vertikal maupun horisontal, struktural, dan fungsional
terhadap suatu penyakit, masalah kesehatan ataupun permasalahan kesehatan.
Tata kelola/Governance
Penerapan tatakelola yang baik.
PPGDON
Pelayanan Penanganan Gawat darurat Obstetri dan Neonatal di tingkat pelayanan
bidan/perawat.
PONED
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar di tingkat pelayanan dasar
(Puskesmas, Balkesmas).
PONEK
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif di tingkat pelayanan rujukan
(Rumah Sakit).
Angka Kematian Ibu
Angka yang menunjukkan rasio kematian ibu hamil, bersalin, dan nifas yang
diakibatkan oleh penyebab langsung maupun tidak langsung kecuali kecelakaan.
Untuk mencapai target MDGs pada tahun 2015 yaitu 102/100.000 kelahiran
hidup, masih diperlukan akselerasi kegiatan agar target AKI yang berada diluar
jalur dan AKN yang cenderung stagnan dapat dicapai. Berbagai kebijakan dan
program telah disiapkan dan diimplementasikan selama ini, baik program lama
maupun yang baru diluncurkan, tentunya membutuhkan kerja keras berbagai
pihak pengelola program dan sektor untuk secara bersama sama saling
berkoordinasi dalam menjalankannya.
Salah satu keluaran dari Program EMAS yaitu berfungsinya Sistem Rujukan
Kegawat-daruratan Ibu dan BBL (Neonatal) yang efektif, efisien dan berkeadilan
di semua kabupaten yang di fasilitasi yaitu 10-30 kabupaten selama 5 tahun,
agar kematian ibu dan BBL (Neonatus) dapat dicegah sebanyak-banyaknya. Hasil
Kajian awal di 10 kabupaten tahun I memperlihatkan adanya ketidakselarasan
pelayanan rujukan antar fasilitas dan belum memadainya implementasi berbagai
program pelayanan Ibu dan BBL (Neonatus) di lapangan yang seyogianyanya
berjalan beriringan dan terpadu. Hal ini mengakibatkan keluaran dan dampak
yang diharapkan masih belum memadai.
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu dan Bayi di Indonesia masih cukup memprihatinkan terlebih
apabila dibandingkan dengan negara tetangga di Asia. Data terakhir yang ada yaitu
AKI dan AKB dari SDKI (Survei Demografi Kesehatan Indonesia) tahun 2012. AKI
berada pada posisi 359/100.000 kelahiran hidup dan AKB ada di 34/1000 kelahiran
hidup. Angka ini lebih memprihatinkan apabila dilihat dari jumlah riil kematian
ibu dan bayi. Kematian bayi, khususnya komponen neonatus memberi kontribusi
kematian yang cukup besar yaitu kurang lebih sebesar 40% dan komponen ini
sangat terkait dengan pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas.
Situasi ini membuat program Kesehatan Ibu dan Bayi harus melaksanakan
upaya akselerasi dalam pelayanan persalinan dan komplikasinya karena hampir
semua ibu hamil sudah bertemu dengan tenaga kesehatan pada saat mereka
mendapatkan pelayanan antenatal pertama kali. Angka capaian tahun 2011
menunjukkan Kunjungan Pertama Antenatal (K1) mencapai 95%. Sayangnya
belum semua ibu tersebut mendapatkan pelayanan Antenatal berkualitas,
mengingat angka kunjungan antenatal minimal 4 kali (K4) lebih kecil yaitu 89%
dan bahkan belum semua mendapatkan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan terampil (Pn. 84%), serta masih cukup banyak yang melahirkan
dirumah. Hal ini cukup memprihatinkan padahal pemerintah telah meluncurkan
program dengan tujuan “universal coverage” yang artinya pelayanan persalinan
bagi semua ibu hamil.
Selayaknya kematian ibu dan bayi dapat dicegah sebanyak mungkin, namun
pada kenyataannya angka menunjukkan bahwa kematian menurun sangat
lambat dan data menunjukkan bahwa semakin banyak kematian terjadi di rumah
sakit, bahkan di beberapa provinsi jumlah tersebut sangat meningkat, walau-
pun mungkin merupakan rujukan tidak berkualitas. Hal ini dapat diakibatkan
karena pelayanan di tingkat institusi pelayanan belum prima ataupun terjadi
keterlambatan pelayanan rujukan ibu dan BBL/neonatus yang mengakibatkan
sangat terlambat pula ketibaan ibu/BBL/neonatus di fasilitas pelayanan rujukan.
Oleh sebab itu untuk mengatasi “3 terlambat” tersebut di atas, perlu disiapkan
suatu jejaring sistem pelayanan rujukan kegawatdaruratan termasuk persiapan
keluarga ibu hamil/BBL/Neonatus di tingkat keluarga, masyarakat baik dari
segi sosial ekonomi, pendidikan, budaya, agama sampai ke tingkat pelayanan
dasar bidan di desa, Bidan Praktek Swasta, Puskesmas, praktik dokter, pelayanan
rujukan primer, sekunder dan tersier bila diperlukan.
B. Definisi
C. Tujuan
Tujuan Umum
Tersedianya jejaring sistem rujukan pelayanan kegawatdaruratan ibu dan BBL/
neonatus yang berfungsi secara efektif, efisien dan berkeadilan.
Tujuan Khusus
• Membangun jejaring pelayanan sistem rujukan ibu dan BBL/neonatus yang
berfungsi secara efektif, efisien dan berkesinambungan.
• Memerankan organisasi penanganan pelayanan jejaring sistem rujukan
(POKJA Jejaring Rujukan Kegawatdaruratan) sebagai pengawal.
• Menata mekanisme sesuai alur pelayanan rujukan penanganan kegawat-
daruratan.
• Memanfaatkan berbagai panduan teknis dan alat yang tersedia (KIA,
Tatakelola, TIK, Pemberdayaan Ormas dan lain-lain.)
• Melaksanakan sistem monitoring dan evaluasi agar pelayanan dalam jejaring
rujukan gawat darurat akuntabel.
• Memanfaatkan alat pantau kinerja untuk meningkatkan kinerja jejaring sistem
rujukan secara berkesinambungan.
D. Dasar Hukum
Di dalam Undang Undang No. 46 tahun 2009 tentang Kesehatan dan Undang
Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rujukan tidak hanya terdapat
dibidang kegawatdaruratan tetapi juga rujukan perorangan dan kesehatan
masyarakat lainnya. Dalam Panduan ini, tidak semua jenis rujukan dimanfaatkan di
dalam kerangka pikir.
A. Rujukan Medis
B. Sistem Rujukan Efektif, Efisien, dan Berkeadilan
C. Mekanisme Alur Rujukan
D. Tata Kelola yang Baik
Rujukan Medis sesuai Undang Undang Rumah Sakit No. 44 tahun 2009 merupakan
kegiatan rujukan yang berkaitan dengan urusan medis dan dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Rujukan Kasus
Rujukan kasus merupakan rujukan yang berkaitan
dengan kasus yang dialami klien dalam hal ini
komplikasi ibu dan bayi baru lahir/neonatus.
2. Rujukan Laboratorium
Rujukan bahan laboratorium yang berkaitan dengan
kebutuhan diagnosa komplikasi ibu dan bayi baru
lahir/neonatus.
3. Rujukan Ilmu
Rujukan ilmu pengetahuan diantara tenaga kesehatan
dalam rangka peningkatan pengetahuan penanganan komplikasi ibu dan bayi
baru lahir/neonatus dimana pihak yang lebih kompeten akan memberikan ilmu
sesuai kebutuhan dan kewenangan.
Sistem rujukan dibangun dengan membuat jejaring antar fasilitas dan pemangku
kepentingan agar pelayanan rujukan kegawat-daruratan ibu dan BBL/Neonatus
dapat menjadi efektif, efisien dan berkeadilan.
Terdapat dua prinsip yang perlu diperhatikan agar dapat dihasilkan suatu sistem
jejaring pelayanan rujukan yang efektif, efisien dan berkeadilan, yaitu:
1. Kolaborasi
2. Pertukaran Informasi
Hal ini telah diakomodasi dalam RPJMN dan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Kesehatan yang tertera dalam Permendagri/Permenkes yang keluar setiap
tahunnya dan terdiri dari:
2. Pertukaran Informasi
Agar dapat terbangun suatu jejaring sistem rujukan yang efektif dan efisien,
maka antar pemberi layanan di semua fasilitas yang telah berjejaring seyogianya
harus terjadi suatu pertukaran informasi yang tepat dan sama.
Pertukaran informasi bisa berbentuk media cetak berupa surat, pedoman, leaflet,
poster, buku saku maupun elektronik berupa SMS, email, atau dalam pertemuan,
magang, pembinaan, pelatihan dan lain-lain.
Tata kelola yang baik mengusung prinsip akuntabel, transparan, partisipasi berbagai
pihak. Dengan adanya tata kelola yang baik, maka lingkungan untuk berfungsinya
suatu jejaring sistem rujukan akan terbangun dan diharapkan dapat berfungsi
dengan efektif, efisien dan berkeadilan.
Berbagai “alat” tata kelola dikenal dan dapat dimanfaatkan untuk tujuan di atas:
4. Maklumat Pelayanan
Merupakan Janji fasilitas dalam memberikan pelayanan yang berkualitas pada
rakyat dan telah disepakati bersama FMM sebagai wakil rakyat. Maklumat
pelayanan sejalan dengan PK yang ditandatangani. Bertujuan agar fasilitas
akuntabel memberikan pelayanan berkualitas sesuai dengan yang dijanjikan.
(Pedoman Teknis Maklumat Pelayanan Program EMAS 2012).
Selain itu bisa pula dipakai metoda lain, misalnya temu pelanggan bersama
FMM dan fasilitas atau Diskusi Kelompok berupa Kelompok Pemantauan
Kolaboratif (KPK) dan Pemantauan Bersama (PB) atau penelitian yang
dilaksanakan FMM. (Pedoman Teknis Monitoring Pelayanan 2013).
1. Latar Belakang
Oleh sebab itu, semua pemberi pertolongan persalinan baik publik maupun
swasta di suatu wilayah sangat perlu berada dalam suatu jejaring sistem rujukan
yang solid agar dapat memberikan pelayanan gawat darurat secara efektif,
efisien, dan berkeadilan.
Maka, jaringan sistim rujukan perlu di tata kelola, dengan menyepakati berbagai
hal yang dibutuhkan untuk merujuk ibu dan bayi baru lahir/neonatus yang
mengalami komplikasi dan dalam situasi gawat darurat. Selanjutnya setelah
penataan dan kesepakatan dibuat maka dilakukan penandatanganan suatu
Perjanjian Kerjasama (PK) antar semua fasilitas terkait termasuk fasilitas swasta.
3. Tujuan Khusus
4. Rincian Kesepakatan
Pernyataan Kerja Sama akan ditandatangani setelah tata kelola diatur dan
disepakati oleh semua jejaring fasilitas dan para pemangku kepentingan yang
telah bersepakat untuk memberikan pelayanan rujukan kegawatdaruratan
secara terpadu baik oleh institusi swasta maupun pemerintah sesuai dengan
peran dan kewenangan serta sesuai dengan situasi setempat.
Di bawah ini akan dilampirkan contoh Perjanjian Kerja Sama antar fasilitas
di suatu kabupaten/kota tertentu yang harus disesuaikan oleh pemerintah
daerah setempat sesuai keadaan sarana prasarana dan tenaga kesehatan serta
kesepakatan masing-masing.
Selain itu kesepakatan di daerah yang sudah ada yang berhubungan dengan
rujukan bisa dipakai dan dilampirkan pula. Misalnya: apabila sudah ada
kesepakatan penyediaan darah, SK pengaturan pelayanan dukun, Kerjasama
dengan IBI dalam pelayanan BPS, dan lain-lain.
1. Latar belakang
Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir di Indonesia sudah menunjukkan
penurunan yang cukup berarti selama dasawarsa terakhir, angka SDKI 201
menunjukkan AKI 359/100.000 kelahiran hidup dan AKN 34/1000 kelahiran
hidup. Walaupun demikian, angka ini masih cukup jauh untuk dicapai dalam
rangka pemenuhan target capaian MDGs tahun 2015 yaitu AKI sebesar
102/100.000 kelahiran hidup dan masih berada diluar jalur. Sedangkan untuk
kematian bayi selama dasawarsa ini kurang menunjukkan penurunan walaupun
masih di dalam jalur capaian target MDGs, sedangkan kematian neonatal
khususnya bayi baru lahir memberikan kontribusi yang cukup besar.
Untuk itu perlu dilakukan akselerasi penurunan kematian ibu dan bayi baru
lahir/neonatus melalui pemantapan sistem rujukan kegawatdaruratan. Oleh
Apabila jejaring sistim rujukan telah berfungsi dengan baik, ada kemungkinan
peran POKJA bisa diambil alih oleh Dinas Kesehatan setempat.
A. Pelayanan Rujukan
Tanda Bahaya dan Stabilisasi Pelayanan, alat obat dan SOP pelayanan di
transportasi
Puskesmas PONED
BDD/BPS
Persetujuan atau penolakan pasien atas pelayanan yang akan diberikan perlu
diketahui oleh petugas dan ada bukti tertulisnya dengan tujuan pasien diberi
informasi yang benar dan akuntabel atas apa yang akan dilakukan pada dirinya.
Format Inform consent tersedia di RS/Puskesmas masing masing (manfaatkan
yang sudah ada). Inform consent/penolakan kalau tidak ada bisa dituliskan di
status.
Daftar Jaga tidak saja bagi mereka yang memberikan pelayanan di dalam
gedung, tetapi juga bagi mereka yang harus mengantar pasien rujukan, sesuai
dengan kemampuan, mengingat selama dalam perjalanan tetap perlu dilakukan
pelayanan gawat darurat.
“Ambulans Desa tertera di dalam “stiker ibu hamil” dan berupa catatan yang
ada di bidan di desa ataupun kepala desa dan di tempelkan di kantor desa,
rumah kepala desa, bidan di desa.
Peralatan dan obat yang perlu dibawa pada saat tenaga kesehatan mengantar
kasus maternal atau neonatal sesuai tabel di bawah ini.
Peralatan dan obat ini harus selalu disediakan dan siap 24 jam di tempat layanan
khususnya di UGD baik Puskesmas PONED maupun Puskesmas Perawatan
ataupun Puskesmas TT serta Poskesdes/BPS. Hal ini akan mendukung kecepatan
penanganan rujukan kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal (BBL)
SOP Pelayanan yang dimaksud adalah SOP pada saat petugas kesehatan
mengantar kasus gawat darurat ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
8. Komponen Komunikasi
Agar rujukan dapat berjalan dengan baik maka sangat diperlukan adanya
komunikasi antar fasilitas ataupun tenaga kesehatan yang berbeda dan fasilitas
tersebut harus berkolaborasi dalam suatu jejaring pelayanan, khususnya dalam
penanganan kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal (BBL).
b. Data KIA
Data KIA dimanfaatkan untuk pengelolaan program KIA melalui sistem
PWS KIA. PWS KIA merupakan salah satu alat pantau jalannya program
KIA di suatu wilayah. Pemantauan ini dilaksanakan di sesemua tingkat
pemerintahan dari tingkat desa sampai provinsi bahkan pusat.
Dengan sistem ini semua ibu hamil dan BBL di suatu wilayah dapat terpantau
baik yang mendapatkan pelayanan dari bidan, dokter maupun spesialis
swasta maupun pemerintah dari:
• Sejak awal kehamilan dimana pelayanan antenatal diberikan.
• Tercatat kesehatannya dan terdeteksi apabila perlu dilakukan rujukan
kasus berupa konsultasi.
• Rujukan penanganan persalinan dengan risiko ataupun penyulit terencana
ataupun,
• Rujukan kegawatdaruratan.
• Persalinan normal.
Data ini dicatat di dalam kohort ibu dan kohort bayi serta Buku KIA yang
berada di tangan ibu hamil.
Selama ini PWS-KIA dilaksanakan secara manual, walaupun sejak tahun 2009
telah direformasi mengakomodasi pelayanan KIA terpadu dan tehnologi
informasi kedalam bentuk software/perangkat lunak komputer dengan Nama
PWS Kartini. Belum banyak kabupaten memanfaatkan software/ perangkat
lunak ini mengingat di seluruh Indonesia baru tersedia pelayanan online di
tingkat Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Puskesmas di Indonesia masih
akan dikembangkan dalam tahun-tahun mendatang termasuk jaringan
pelayanan di tingkat desa.
Urutan konsultasi dapat meloncat alur apabila telah mendapat saran dari
tingkat diatasnya sesuai alur rujukan yang ada. Contoh: bidan di desa dapat
menghubungi spesialis setelah menghubungi bidan/dokter puskesmas
PONED. Hal ini dapat disepakati di tingkat kabupaten.
d. Rujukan Ilmu
Rujukan ilmu perlu dilaksanakan agar semua pemberi layanan rujukan dapat
memberikan pelayanan prima sesuai kemampuan dan kewenangannya agar
rujukan gawat darurat dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
e. Pemantapan Kualitas
Kualitas pelayanan prima harus selalu dijaga dan ditingkatkan agar
keselamatan ibu hamil, bersalin. nifas dan neonatal dapat selamat dari
kesakitan dan kematian.Oleh sebab itu semua kasus kematian maternal dan
neonatal (BBL) harus melalui suatu Audit yang telah kita kenal dengan AMP
(Audit Maternal dan Perinatal).
f. Umpan Balik
Suatu sistem agar dapat berjalan dengan baik tentunya memerlukan suatu
sistim umpan balik.
SMS Gateway
Mekanisme SMS Gateway adalah sebagai berikut: Setelah masyarakat
mengetahui pelayanan prima yang diberikan oleh jejaring pelayanan sesuai
maklumat pelayanan yang disepakati bersama masyarakat dan diumumkan,
maka masalah atau apresiasi dapat disampaikan melalui SMS dengan nomor
tertentu.
SMS akan dikompilasi oleh suatu institusi yang ditunjuk dan didistribusikan
kepada para pemberi layanan dan penanggung jawab dan penentu
kebijakan pemberi Layanan untuk mendapatkan penyelesaian ataupun
2. Buku KIA
Mengisi Buku KIA sesuai apa yang perlu dilakukan sepulang dari fasilitas
yang menangani kepada fasilitas di bawahnya atau kepada keluarga.
(Buku KIA merupakan satu satunya catatan ibu dan bayi yang bisa
menjembatani keluarga dan berbagai macam fasilitas agar penanganan
3. Komunikasi Elektronik
Melakukan komunikasi kepada perujuk melalui SMS ( jaringan komunikasi
yang ada).
1. Metode Kantong
Tempelkan semua dokumen dekat tempat pelayanan dan troli gawat darurat
serta peralatan dan obat yang harus dibawa.
Paket paket ini harus selalu tersedia disemua fasilitas dari mulai tingkat
desa sampai puskesmas PONED. Cara penghitungan ketersediaan kantong
disesuaikan dengan proyeksi kasus berdasarkan kasus tahun sebelumnya.
Isi kantong dapat di-down load dan di-print atau di fotokopi di setiap jenjang
pelayanan.
Tanda bahaya ini menunjukkan ibu dan bayi dalam kandungan dalam
bahaya. Gangguan bisa terjadi pada 15-20% dari jumlah ibu hamil, dan
biasanya terjadi mendadak dan tidak dapat diprediksi sebelumnya.
Oleh sebab itu, ibu, suami, keluarga, kader dan masyarakat perlu mengetahui
tanda bahaya ini, sehingga bisa menolong ibu dan bayi untuk segera mencari
pertolongan ke tenaga/fasilitas kesehatan terdekat.
Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan Desa SIAGA yang melaksanakan
Pemantauan kesehatan ibu secara tepat melalui ANC yang berkualitas dan
memanfaatkan stiker yang ditempel di setiap rumah ibu hamil agar ibu
selamat dan bayi sehat.
Isi stiker:
• Nama Ibu hamil.
• Taksiran Persalinan.
• Penolong Persalinan.
• Tempat Persalinan.
• Pendamping Persalinan.
• Transpor yang akan digunakan.
• Calon-calon donor darah.
Dengan data dalam stiker, maka suami, keluarga, kader, dukun, masyarakat
bersama tenaga kesehatan dapat memantau secara intensif keadaan dan
perkembangan kesehatan ibu hamil, untuk mendapatkan pelayanan sesuai
standar dari sejak hamil sehingga proses persalinan sampai nifas termasuk
rujukannya bila terjadi dapat berjalan dengan baik dan tepat sehingga dapat
dicegah kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.
Tujuan
• Terdatanya ibu hamil dan terpasangnya Stiker P4K di rumah setiap ibu
hamil.
• Adanya perencanaan persalinan dan pemakaian KB paska salin bagi
pasangan tersebut dan disepakati bersama dengan petugas kesehatan/
penolong persalinan.
• Terjadinya pengambilan keputusan yang berlangsung dengan cepat dan
tepat apabila terjadi komplikasi.
• Adanya dukungan masyarakat setempat dalam penanganan gawat
darurat bila terjadi komplikasi.
P4K sangat bermanfaat dalam memfungsikan Desa Siaga, kemitraan bidan
dukun, tertanganinya komplikasi secara dini, meningkatkan cakupan KIA-KB,
menurunnya kesakitan, kematian serta tercatat dan teraudit. Secara lengkap
terdapat dalam Pedoman P4K dengan Stiker dalam rangka mempercepat
penurunan AKI (Departemen Kesehatan RI tahun 2008).
Selama masa Antenatal diharapkan ibu hamil dan suami mengikuti kelas
ibu agar pasangan dapat memahami tentang kehamilan dan bagaimana
persiapan untuk menghadapi persalinan agar selamat dan bayi lahir
dengan sehat. Setiap pasangan diharapkan bisa mengikuti 3 kali pertemuan
kelompok dengan bidan agar dapat mendapatkan informasi tentang
beberapa hal sebagai berikut:
Lengkapnya ada di Pedoman Kelas Ibu , CD dan Lembar Balik Kelas Ibu
(Departemen Kesehatan RI 2009)
Buku KIA wajib dipakai dalam memberikan pelayanan yang sesuai standar
selain merupakan salah satu persyaratan yang akan dipakai pada saat ibu
perlu penanganan rujukan termasuk biayanya apabila diperlukan (JUKNIS
Jampersal 2012).
Tujuan
Terpantaunya dan terjaganya mutu pelayanan KIA secara terus menerus di
suatu wilayah kerja.
Tujuan khusus
• Memantau secara individu melalui kohort.
• Memantau kemajuan pelayanan KIA dan cakupan indikator KIA secara
teratur (bulanan) dan terus menerus.
• Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap standar.
• Menentukan sasaran individu dan wilayah prioritas yang akan ditangani
berdasarkan kesenjangan.
• Merencanakan tindak lanjut.
• Meningkatkan peran aparat setempat dalam penggerakan sasaran dan
mobilisasi sumber dana.
• Meningkatkan peran serta dan kesadaran masyarakat untuk
memanfaatkan pelayanan KIA.
Catatan:
Indikator PK merupakan salah satu indikator penting berkaitan dengan
keberhasilan penanganan kegawat-daruratan maternal dan neonatal di mana
makin tinggi % makin baik ( jumlah diharapkan mendekati 20% ibu hamil
dan 15% neonatal.
Catatan: Alat Pantau Kinerja tidak merubah Pedoman Penyeliaan Fasilitatif KIA/
KB yang ada, tetapi menambahkan khusus untuk pemantapan jejaring sistem
rujukannya.
Alat Pantau Kinerja merupakan suatu alat pantau yang berisi kinerja yang
disepakati bersama lintas program terkait (“performance standard”) dan
diharapkan dapat dicapai oleh suatu jejaring pelayanan rujukan agar dapat
berfungsi dengan efektif, efisien dan berkeadilan.
Tujuan Umum:
Membangun jejaring sistem rujukan kegawat-daruratan ibu dan neonatal yang
berfungsi secara efektif, efisien dan berkeadilan.
Tujuan Khusus:
1. Melakukan penyeliaan fasilitatif jejaring sistem rujukan di wilayah kabupaten/
kota berkala dan berkesinambungan.
2. Melaksanakan rencana tindak lanjut manajemen dan pelayanan rujukan
sesuai hasil penyeliaan fasilitatif.
Keluaran:
Dengan memanfaatkan Alat Pantau Kinerja ini diharapkan Dinas Kesehatan
bisa memantau perkembangan secara berkala dan berkesinambungan untuk
mencapai dan mempertahankan kinerja 100%
Kegiatan ini dilaksanakan secara berkala, sebaiknya 3 bulan sekali agar dapat
terjadi peningkatan atau terpelihara kinerja secara berkesinambungan.
Langkah langkah:
• Lakukan penyeliaan.
• Catat hasil penyeliaan dalam format alat pantau kinerja, data dimasukkan ke
dalam template yang ada (terlampir).
• Isi format RTL Fasilitas.
• Isi format RTL Penyelia.
Tujuan Umum
AMP bertujuan untuk menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan KIA disemua
tingkatan dari Kabupaten/Kota sampai ke Pusat melalui penerapan tatakelola
klinik yang baik.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus AMP adalah:
• Menerapkan pembahasan analitik mengenai kasus secara teratur dan
berkesinambungan
• Mengidentifikasi penyebab kematian dan mengkaji faktor-faktor penyebab
yang dapat dicegah yaitu penyebab yang berhubungan dengan: pasien/
keluarga (situasi pribadi, keluarga, lingkungan, sosial ekonomi, budaya, nilai,
ketidakadilan gender, dan perilaku pasien), petugas kesehatan, manajemen
pelayanan kesehatan dan, kebijakan pelayanan kesehatan.
• Mengembangkan mekanisme pembelajaran, pembinaan, pelaporan dan
perencanaan terpadu antar pemangku kepentingan dan antar fasilitas.
• Menentukan rekomendasi, intervensi, strategi pembelajaran bagi masing-
masing pihak terkait sesuai masalah yang ada.
• Mengembangkan mekanisme pemantauan, evaluasi dan pengembangan
terhadap rekomendasi.
• Memperoleh kesepakatan pemecahan masalah yang paling sesuai.
Pengelolaan AMP
AMP dikelola oleh TIM AMP yang terdiri dari:
Pelindung:
Bupati/Walikota memberikan payung hukum dan kebijakan.
Tim Pengkaji
Komunitas Pelayanan
Suatu sistem agar dapat berjalan dengan baik tentunya memerlukan suatu
sistem umpan balik.
SMS akan dikompilasi oleh suatu institusi yang ditunjuk dan didistribusikan
kepada para pemberi layanan dan penanggung- jawab dan penentu kebijakan
pemberi layanan untuk mendapatkan penyelesaian ataupun usulan perbaikan
yang akan ditindak-lanjuti oleh para penanggung-jawab di dinas kesehatan,
dinas terkait, PEMDA ataupun organisasi profesi maupun masyarakat.
Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir di Indonesia masih memerlukan percepatan
melalui berbagai macam kegiatan dengan pemilihan kegiatan yang efektif,
efisien dan berkeadilan agar target MDGs dapat dicapai pada tahun 2015.
Selain itu agar suatu sistem rujukan dapat berjalan efektif efisien dan
berkeadilan, maka manajemen berbagai program dalam suatu wilayah
semestinya berjalan secara komprehensif dan terpadu.
Untuk itu telah dikembangkan Alat Pantau Kinerja dilengkapi dengan Panduan
Operasional Jejaring Sistem Rujukan Kegawat-daruratan Ibu dan BBL/Neonatal
dengan secara terpadu dan komprehensif termasuk beberapa Panduan Teknis
terkaitnya agar dapat membantu suatu kabupaten/kota mencapai peningkatan
kinerja rujukannya dengan tujuan berfungsinya jejaring sistem rujukan yang
efektif, efisien dan berkeadilan.