Anda di halaman 1dari 180

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DEMENSIA DENGAN

GANGGUAN POLA TIDUR DI GRIYA ASIH LAWANG

LAPORAN TUGAS AKHIR

OLEH :
NUR FAJARWATI MAYASARI
AOA0150764

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG


PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
2018
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DEMENSIA DENGAN
GANGGUAN POLA TIDUR DI GRIYA ASIH LAWANG

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan


Pendidikan Diploma III Keperawatan

OLEH :
NUR FAJARWATI MAYASARI
AOA0150764

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG


PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
2018

i
ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir ini oleh Nur Fajarwati Mayasari NIM AOA0150764 dengan
judul “Asuhan Keperawatan pada Pasien Demensia dengan Gangguan Pola
Tidur di Griya Asih Lawang”telah diuji dan dipertahankan di depan Tim Penguji
ujian sidang laporan tugas akhir studi D III Keperawatan STIKes Kendedes
Malang pada :

Hari :
Tanggal :
Disahkan oleh :

Ns. Siti Kholifah, S.Kep., M.Kep (…………… ) (…………… )


NIDN. 0726068301 Tanda Tangan Tanda Tangan
Penguji I

Ns. Eny Rahmawati, S.Kep., M.Kep (…………… ) (…………… )


NIDN. 0728097503 Tanda Tangan Tanda Tangan
Penguji II/Pembimbing I

Ns. Dwi Nur Rahmantika, S.Kep., M.Kep (…………… ) (…………… )


Penguji III/ Pembimbing II Tanda Tangan Tanda Tangan

Mengetahui,
Ketua Program Studi D III Keperawatan
STIKes Kendedes Malang

Ns. Chinthia Kartikaningtias, S.Kep.,M.Kep


NIDN. 0706028401

iv
ABSTRAK

Mayasari, Nur Fajarwati. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Demensia


dengan Gangguan Pola Tidur di Griya Asih Lawang. Laporan Tugas
akhir Program Studi Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Kendedes Malang. Pembimbing I: Ns. Eny Rahmawati, M.
Kep. Pembimbing II: Ns. Dwi Nur Rahmantika, M. Kep.

Demensia adalah sindrom neurodegeneratif yang timbul karena adanya


kelainan yang bersifat kronis dan progesifitas disertai dengan gangguan fungsi
luhur multiple seperti kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa, pengambilan keputusan
dan juga gangguan fungsi kognitif biasanya disertai dengan memburuknya kontrol
emosi, perilaku dan motivasi, dan penurunan daya ingat yang menyebabkan
kerusakan memori. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan asuhan
keperawatan pada klien demensia dengan gangguan pola tidur dengan
menerapkan terapi musik. Metode yang digunakan adalah studi kasus yang
melibatkan 2 orang klien yang didiagnosa demensia, usia 70-80 tahun, dengan
hasil pengkajian Mini Mental Status Exam ringan-sedang dan The Pittsburgh
Sleep Quality Index buruk dan lansia penghuni Griya Asih Lawang. Hasil dari
asuhan keperawatan ini yaitu gangguan pola tidur pada klien 1 dan 2 mengalami
perubahan ditunjukkan dengan klien dapat memulai sedikit lebih awal tidur pada
malam hari. Kesimpulan dari studi kasus ini yaitu asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan pola tidur menggunakan terapi musik mengalami kemajuan
yang tidak signifikan sehingga masalah tidak teratasi. Dengan demikian latihan ini
dapat diaplikasikan sebagai asuhan keperawatan dalam melatih klien dengan
gangguan pola tidur. Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi dengan tercapainya
target yang ditentukan yaitu ada kenaikan satu skore dari sebelumnya.

Kata kunci : Demensia, Gangguan Pola Tidur

v
ABSTRACT

Mayasari, Nur Fajarwati. 2018. Nursing Care for Dementia Patients with
Sleeping Disorder at Griya Asih Lawang. . Final Project Report of
Nursing Diploma III Study Program of Kendedes Health Sciences
Malang. Counselor I: Ns. Eny Rahmawati, M. Kep.; Counselor II: Ns.
Dwi Nur Rahmantika, M. Kep.

Dementia is neurodegenerative syndrome which occurs because a chronic


disorder and progressivity accompanied by multiple major brain function
disorders such as calculation, learning capacity, language, decision making as
well as cognitive function disorder which usually coexist with worsen of emotion
control, behavior and motivation, and memory loss that causes memory damage.
The objective of this research is to provide nursing care for dementia patients
with sleeping disorder by implementing music therapy. The research approach
used is a case study which involves 2 patients who are diagnosed with dementia,
70-80 years old, with assessment result is Mini Status Exam light-moderate and
The Pittsburgh Sleep Quality bad, and elderlies who are staying at Griya Asih
Lawang. The result of this nursing care is the sleeping disorder of patient 1 and 2
is experiencing changes which are shown by the patients are starting to go to
sleep a little bit early in the evening. The conclusion of this study is the nursing
care to patients with sleeping disorder is having improvement insignificantly thus
the problem is not resolved. Therefore, this therapy may not be able to be
implemented as a nursing care in training patients with sleeping disorder. This
can be seen from the evaluation result that the appointed target has been achieved
which there is an improvement by 1 score from the previous one.

Keywords: Dementia, Sleeping Disorder

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, kasih sayang dan
Kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal laporan tugas akhir
dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Pasien Demensia dengan Gangguan
Pola Tidur di Griya Asih Lawang Kabupaten Malang”sebagai salah satu syarat
menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Keperawatan pada Program Studi
Diploma III Keperawatan STIKes Kendedes Malang.
Penulis menyadari bahwa proposal laporan tugas akhir ini tidak mungkin
selesai tanpa bantuan, bimbingan, dan pengarahan.Penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu.Ucapan terima kasih terutama
ditujukan kepada pihak-pihak sebagai berikut.
1. dr. Muljo Hadi Sungkono, Sp.OG (K) Pembina Yayasan Kendedes Malang
yang telah memberikan kesempatan menyusun proposal laporan tugas akhir.
2. drg. Suharwati ketua Yayasan Kendedes Malang yang telah memberikan
kesempatan menyusun proposal laporan tugas akhir.
3. dr. Endah Puspitorini, MscIH., DTMPH., selaku PLH Ketua Yayasan
Kendedes Malang yang telah memberikan kesempatan menyusun proposal
laporan tugas akhir.
4. Ns. Chinthia Kartiningtias, M.Kep selaku Ketua Program Studi D III
Keperawatan yang telah memberikan bimbingan sehingga proposal laporan
tugas akhir ini dapat terselesaikan.
5. Ns. Eny Rahmawati, M.Kep selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan sehingga proposal laporan tugas akhir ini dapat terselesaikan.
6. Ns. Afiatur Rohimah, S.Kep selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan sehingga proposal laporan tugas akhir ini dapat terselesaikan.
7. Orang Tua dan saudara, dukungan dan doa yang selalu diberikan sehingga
proposal laporan tugas akhir ini dapat selesai pada waktunya.
8. Rekan seangkatan dan pihak-pihak yang terkait dan banyak membantu dalam
menyelesaikan proposal laporan tugas akhir ini.
Peneliti menyadari bahwa penyusunan Proposal Laporan Tugas Akhir ini
masih jauh dari sempurna, maka dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini.Akhirnya peneliti berharap semoga penelitian ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.

Malang, Agustus2018
Penulis

Nur Fajarwati Mayasari

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................ i

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. iv

ABSTRAK .............................................................................. v

ABSTRACT……………………………………………………………... vi
KATA PENGANTAR .......................................................................... vii

DAFTAR ISI ........................................................................................ viii

DAFTAR BAGAN ............................................................................... xii

DAFTAR TABEL ................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xv

DAFTAR SINGKATAN ...................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................... 1

1.2 Batasan Masalah ......................................................... 5

1.3 Rumusan Masalah ...................................................... 5

1.4 Tujuan ....................................................................... 5

1.4.1 Tujuan Umum ................................................... 5

1.4.2 Tujuan Khusus .................................................. 5

1.5 Manfaat ...................................................................... 6

1.5.1 Bagi Teoritis...................................................... 6

viii
1.5.2 Bagi Praktis ....................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KonsepLansia ............................................................... 8

2.1.1 Definisi Lansia ................................................ 8

2.1.2 Klasifikasi Lanjut usia..................................... 9

2.1.3 Perubaha Pada Lansia...................................... 9

2.2 Konsep Demensia ....................................................... 10

2.2.1 Definisia Demensia ......................................... 10

2.2.2 Klasifikasi ...................................................... 11

2.2.3 Etiologi ........................................................... 17

2.2.4 Manifestasi Klinis ........................................... 19

2.2.5 Patofisiologi .................................................... 20

2.2.6 WOC............................................................... 21

2.2.7 Pemeriksaan Penunjang Demensia .................. 23

2.2.8 Penatalaksanaan .............................................. 24

2.3 Konsep Kognitif ......................................................... 26

2.3.1 Definisi Kognitif ............................................. 26

2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif

....................................................................... 26

2.3.3 Aspek-Aspek Kognitif..................................... 27

2.3.4 Penyebab Gangguan Kognitif .......................... 31

2.3.5 Penatalaksanaan Gangguan Kognitif ............... 32

2.3.6 Pemeriksaan Gangguan Kognitif ..................... 32

ix
2.4 Konsep Tidur.............................................................. 35

2.4.1 Definisi Tidur.................................................. 35

2.4.2 Fungsi tidur ..................................................... 36

2.4.3 Tahap-tahap Siklus Tidur ............................... 36

2.4.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Tidur 38

2.4.5 Gangguan Pola Tidur ...................................... . 40

2.4.6 Pemeriksaan penunjang….……………………. 41

2.4.7 Penatalaksanaan………………………………. 44

2.5 Konsep Keperawatan .................................................. 46

2.5.1 Pengkajian ...................................................... 46

2.5.2 Analisa Data.................................................... 57

2.5.3 Intervensi keperawatan....................................... 58

2.5.4 Implementasi...................................................... 65

2.5.5 Evaluasi.............................................................. 67

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian ....................................................... 69

3.2 Batasan Ilmiah ............................................................ 69

3.3 Partisipan.................................................................... 70

3.4 Lokasi dan Waktu penelitian....................................... 70

3.5 Pengumpulan Data...................................................... 70

3.6 Uji Keabsahan Data .................................................... 71

3.7 Alur Studi Kasus ........................................................ 72

3.8 Analisis Data .............................................................. 73

x
3.9 Etika Penelitian .......................................................... 74

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil ........................................................................... 77

4.1.1 Lokasi Penelitian ............................................. 77

4.1.2 Pengkajian ...................................................... 77

4.1.3 Analisa Data.................................................... 83

4.1.4 Diagnosa Keperawatan .................................... 86

4.1.5 Intervensi ........................................................ 86

4.1.6 Implementasi .................................................. 93

4.1.7 Evaluasi .......................................................... 100

4.2 Pembahasan ................................................................ 107

4.2.1 Pengkajian ...................................................... 107

4.2.2 Diagnosa Keperawatan .................................... 108

4.2.3 Rencana Keperawatan ..................................... 110

4.2.4 Implementasi................................................... 111

4.2.5 Evaluasi .......................................................... 112

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ................................................................ 115

5.2 Saran ........................................................................ 117

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 WOC Demensia .............................................................................. 21

Bagan 3.1 Alur Studi Kasus ................................................................ 72

Bagan 4.1 Genogram ........................................................................... 78

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pengkajian MMSE .............................................................. 34

Tabel 2.2 Pengkajian PSQI ................................................................. 41

Tabel 2.3 Cara Pembacaan PSQI ......................................................... 42

Tabel 2.4 SOP Terapi Musik ............................................................... 45

Tabel 2.5 Pengkajian KATZ ............................................................... 47

Tabel 2.6 Pengkajian ADL .................................................................. 48

Tabel 2.7 Pengkajian BBS .................................................................. 49

Tabel 2.8 Intervensi ............................................................................ 58

Tabel 4.1 Identitas Klien ..................................................................... 77

Tabel 4.2 Status Kesehatan Dan Riwayat Kesehatan ........................... 78

Tabel 4.3 Pola Kesehatan .................................................................... 79

Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik ............................................................... 80

Tabel 4.5 Pengkajian Psikososial Klien………………………………… 82

Tabel 4.6 Hasil Indeks ........................................................................ 83

Tabel 4.7 Analisa data klien I.............................................................. 83

Tabel 4.8 Analisa data klien II ............................................................ 84

Tabel 4.9 Diagnosa Keperawatan ........................................................ 86

Tabel 4.10 Intervensi klien I ................................................................. 86

Tabel 4.11 Intervensi klien II ................................................................ 89

Tabel 4.12 Implementasi klien IGangguan pola tidur berhubungan

dengan halangan lingkungan

xiii
............................................................................................ 93

Tabel 4.13 Implementasi klien I Kerusakan memori berhubungan

dengan distraksi lingkungan

............................................................................................ 95

Tabel 4.14 Implementasi klien II Risiko Jatuh………………………….. 96

Tabel 4.15 Implementasi klien II Gangguan pola tidur berhubungan

dengan halangan lingkungan………………………………… 97

Tabel 4.16 Implementasi klien II Kerusakan memori berhubungan

dengan distraksi lingkungan…………………………………. 99

Tabel 4.17 Evaluasi klien I Gangguan pola tidur berhubungan dengan

halangan lingkungan ........................................................... 100

Tabel 4.18 Evaluasi klien IKerusakan memori berhubungan

dengan distraksi lingkungan………………………………… 102

Tabel 4.19 Evaluasi klien II Risiko Jatuh .............................................. 103

Tabel 4.20 Evaluasi klien II Gangguan pola tidur berhubungan dengan

halangan lingkungan ........................................................... 104

Tabel 4.21 Evaluasi klien II Kerusakan memori berhubungan dengan

distraksi lingkungan………………………………………… 104

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian

Lampiran 2 : Lembar Permohonan Ijin Pengambilan Kasus dari Stikes

Lampiran 3 : Lembar Permohonan Ijin Pengambilan Kasus dari Bakesbangpol

Lampiran 4 : Lembar Permohonan Ijin Pengambilan Kasus dari Griya Asih

Lawang

Lampiran 5 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Klien I

Lampiran 6 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Klien I

Lampiran 7 : Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 8 : Lembar Pengkajian Dasar

Lampiran 9 : SOP Terapi Musik

Lampiran 10 : Daftar Kegiatan Klien I

Lampiran 11 : Daftar Kegiatan Klien II

Lampran 12 : Dokumentasi Kegiatan

xv
DAFTAR SINGKATAN

MMSE : Mini Mental Status Exam

PSQI : Pittsburgh Sleep Quality Index

ADL : Activities of Daily Living

WHO : World Health Organization

NANDA : Nursing Diagnoses; Definitions and Classification

NIC : Nursing Interventions Classification

NOC : Nursing Outcomes Classification

BBS : Berg Balance Scale

TUM : Tujuan Umum

TUK : Tujuan Khusus

SOP : Standart Operasional Prosedur

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demensia merupakan jenis penyakit tidak menular, tetapi mempunyai

dampak yang membahayakan bagi fungsi kognitif lansia. Demensia adalah

keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya ingat dan daya pikir lain

yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari (Nugroho, 2014).

Kriteria demensia yaitu kehilangan kemampuan intelektual, termasuk daya ingat

yang cukup berat, sehingga dapat mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan

(Santoso&Ismail, 2013).

Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual

progresif yang menyebabkan deteriorasi kognisi dan fungsional, sehingga

mengakibatkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari.

Demensia bukanlah suatu penyakit yang spesifik. Demensia merupakan istilah

yang digunakan untuk mendeskripsikan kumpulan gejala yang bisa disebabkan

oleh berbagai kelainan yang mempengaruhi otak. Seorang penderita demensia

memiliki fungsi intelektual yang terganggu dan menyebabkan gangguan dalam

aktivitas sehari-hari baik dari pola aktivitas, pola nutrisi, pola tidur maupun

hubungan dengan orang sekitarnya. Penderita demensia juga kehilangan

kemampuan untuk memecahkan masalah, mengontrol emosi, dan bahkan bisa

mengalami perubahan kepribadian dan masalah tingkah laku seperti mudah marah

dan berhalusinasi. Seseorang didiagnosa demensia bila dua atau lebih fungsi otak,

1
2

seperti ingatan dan keterampilan berbahasa menurun secara signifikan tanpa

disertai penurunan kesadaran (Turana, 2015).

Menurut Alzheimer’s Disease International (2015), demensia merupakan

suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif yang menyebabkan

deteriorasi kognitif dan fungsional, sehingga mengakibatkan gangguan fungsi

sosial, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari. Demensia sendiri dapat memunculkan

gejala-gejala neuropsikiatrik sehingga dapat menyebabkan penderita kesulitan

untuk mengatur pola tidur, sehingga penderita mengalami gangguan pola tidurnya.

Lebih dari 80% penduduk usia lanjut menderita penyakit fisik yang mengganggu

fungsi mandirinya. Sejumlah 30% klien yang menderita sakit fisik tersebut

menderita kondisi komorbid psikiatrik, terutama depresi dan anxietas maupun

demensia. Sebagian besar usia lanjut yang menderita penyakit fisik dan gangguan

mental tersebut menderita gangguan tidur.

Terdapat 46,8 juta orang dinyatakan terkena demensia di dunia (World

Alzheimekanr Report, 2015). Sedangkan di Asia terdapat 22,9 juta penderita

demensia dan di Indonesia pada tahun 2015 lansia yang menderita demensia

diperkirakan sebesar 1,2 juta jiwa, dan masuk dalam sepuluh Negara dengan

demensia tertinggi di dunia dan di Asia Tenggara 2015 dan usia diatas 60 tahun

merupakan usia yang rentan terkena demensia Menurut Alzheimer’s Disease

International (2015). Data yang didapatkan dari dinas kesehatan didapatkan

bahwa penderita demensia di Malang sebesar 2800 lansia terkena demensia

(Dinkes provinsi jawa timur, 2014). Data lansia yang berada di Griya Asih

Lawang pada tahun 2017 sebanyak 22 lansia dan terdapat yang mengalami tanda

dan gejala demensia.


3

Ada beberapa dampak jika fungsi kognitif pada lansia demensia tidak

diperbaiki. Dampak tersebut yaitu menyebabkan hilangnya kemampuan lansia

untuk mengatasi kehidupan sehari-hari seperti, toileting, mandi, makan, dan

gangguan pola tidur (Hutapea, 2014). Demensia juga berdampak pada

pengiriman dan penerimaan pesan atau disebut kerusakan memori, risiko jatuh,

defisit perawatan diri, gangguan pola tidur. Tetapi peneliti lebih tertarik

kegangguan pola tidur karena jika tidak teratasi dapat menyebabkan berbagai

gejala salah satunya terdapat kantung mata, tidak konsen dalam bekerja. Dampak

pada penerimaan pesan, antara lain: lansia mudah lupa terhadap pesan yang baru

saja diterimanya; kurang mampu membuat koordinasi dan mengaitkan pesan

dengan konteks yang menyertai; salah menangkap pesan; sulit membuat

kesimpulan. Dampak pada pengiriman pesan, antara lain: lansia kurang mampu

membuat pesan yang bersifat kompleks; bingung pada saat mengirim pesan;

sering terjadi gangguan bicara; pesan yang disampaikan salah (Nugroho, 2014).

Penelitian lain dari Wreksoatmodjo ( 2013) menyatakan bahwa aktivitas fungsi

kogntif yang buruk akan memperbesar resiko fungsi kogntif yang buruk dan

mengganggu pola tidur dikalangan lansia.

Kualitas tidur adalah suatu keadaan tidur yang dijalani seorang individu

menghasilkan kesegaran dan kebugaran saat terbangun. Kualitas tidur mencakup

aspek kuantitatif dari tidur, seperti durasi tidur, latensi tidur serta aspek subjektif

dari tidur. Hal ini berhubungan dengan proses degeneratif sistem dan fungsi dari

organ tubuh seperti gangguan kognitif pada lansia seperti penyakit demensia

pada lansia atau sering dikenal oleh orang awam sebagai penyakit pikun.

Gangguan tidur yang disertai gangguan kognitif salah satunya disorientasi waktu
4

menyebabkan penderitaan secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial,

pekerjaan, atau fungsi penting lain. Gangguan pola tidur yang sering terjadi pada

usia lanjut pada dasarnya sulit untuk mempertahankan tidur dan jika terbangun di

malam hari, sulit untuk tidur kembali.

Gangguan pola tidur pada kelompok usia lanjut cukup tinggi. Pada usia 65

tahun, mereka yang tinggal di rumah setengahnya diperkirakan mengalami

gangguan tidur dan dua pertiga dari mereka yang tinggal di tempat perawatan

usia lanjut juga megnalami gangguan pola tidur. Pada usia lanjut tersebut

tentunya ingin tidur enak dan nyaman setiap hari, yang merupakan indikator

kebahagiaan dan derajat kualitas hidup. Sedangkan insomnia dan gangguan tidur

yang lain dapat dianggap sebagai bentuk paling ringan dari gangguan mental

(Prayitno, 2013). Gangguan tidur juga dikenal sebagai penyebab morbiditas yang

signifikan. Ada beberapa dampak serius gangguan tidur pada lansia misalnya

mengantuk berlebihan di siang hari, gangguan atensi dan memori. Gangguan

pola tidur yang terjadi pada lansia dengan gangguan kognitif adalah karena

adanya disorientasi lingkungan, waktu, maupun tempat sehingga lansia

kebingungan untuk mengatur pola tidurnya, maupun mengatur jadwal tidurnya

sehingga kwalitas tidurnya pun terganggua juga inilah yang dinamakan gangguan

pola tidur pada lansia dengan gangguan kognitif. Sulitnya kemampuan tidur

lansia disebabkan karena perlahan-lahan matinya neuron yang terkait mengatur

pola tidur yang bernama nukleus preoptic ventrolateral seiring usia bertambah.

Upaya yang dapat dilakukan oleh tenaga keperawatan untuk mencegah

penurunan fungsi kognitif pada lansia demensia yaitu dengan terapi kolaboratif

farmakologis dan terapi non farmakologis. Disini peran perawat sendiri adalah
5

memberikan asuhan keperawatan pada lansia seperti melakukan intervensi yang

sesuai dengan keluhan yang dialami lansia sehingga keluhan lansia dapat teratasi

sehingga kemampuan kognitif maupun motorik dapat meningkat. Perawat juga

dituntut untuk membantu dalam pemenuhan sehari-hari lansia sehingga

diharapkan kualitas hidup lansia dapat meningkat dan para lansia bisa hidup

produktif diusia senja mereka. Disini perawat juga memberi dukungan dalam

kehidupan lansia dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi kematian

mereka (Suwandari, 2014).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin meneliti terkait Asuhan

Keperawatan Pada Demensia Dengan Masalah Keperawatan Gangguan Pola

Tidur di Griya Asih Lawang.

1.2 Batasan Masalah

Asuhan keperawatan pada klien dengan demensia dengan gangguan pola

tidur di Griya Asih Lawang.

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimana proses asuhan keperawatan pada klien demensia dengan

gangguan pola tidur di Griya Asih Lawang ?

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui tentang asuhan keperawatan pada klien demensia dengan gangguan

pola tidur di Lansia Griya Asih Lawang.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien demensia

dengan gangguan pola tidur di Griya Asih Lawang.


6

2. Mampu melakukan diagnosa keperawatan pada klien demensia

dengan gangguan pola tidur di Griya Asih Lawang.

3. Mampu melakukan intervensi keperawatan pada klien demensia

dengan gangguan pola tidur di Griya Asih Lawang.

4. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada klien demensia

dengan gangguan pola tidur di Griya Asih Lawang.

5. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien demensia

dengan gangguan pola tidur di Griya Asih Lawang.

1.5 Manfaat Penulisan

1.5.1 Manfaat Teoritis

Meningkatkan pengetahuan dan wawasan pada klien demensia dengan

gangguan pola tidur di Griya Asih Lawang.

1.5.2 Manfaat Praktis

Dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien demensia dengan

gangguan pola tidur di Griya Asih Lawang.

1) Bagi Peneliti

Untuk meningkatkan pengalaman, wawasan, dan pengetahuan Mahasiswa

dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien demensia dengan

gangguan pola tidur di Griya Asih Lawang.

2) Bagi Institusi Pendidikan

Dapat memberikan masukan kepada sistem pendidikan terutama STIKes

Kendedes Malang dan sebagai tambahan referensi materi perkuliahan

tentang yang terkait dengan demensia, sehingga mahasiswa dapat mengerti

terhadap gambaran dan Informasinya.


7

3) Bagi Perawat

Asuhan keperawatan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ide

dan informasi dibidang keperawatan gerontik tentang asuhan keperawatan

pada klien demensia dengan gangguan pola tidur di Griya Asih Lawang.

4) Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan

Memberikan masukan kepada panti jompo terkait dalam memberikan

asuhan keperawatan pada klien demensia dengan gangguan pola tidur di

Griya Asih Lawang.

5) Bagi Masyarakat

Dapat menambah pengetahuan, wawasan dan panduan bagi masyarakat

mengenai penyakit Demensia dan cara perawatanya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lansia

2.1.1 Definisi

Proses menua merupakan proses yang terus-menerus secara alami. Menua

bukanlah suatu proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi

rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Memang harus diakui bahwa ada

berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia. Lanjut usia akan

selalu bergandengan dengan perubahan fisiologi maupun psikologi (Nugroho,

2013).

Dalam buku keperawatan gerontik dan geriatric, Wahyudi Nugroho (2013)

mengatakan bahwa menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan

mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan

dari jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang di derita.

Pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia secara perlahan

mengalami kemunduran struktur dan fungsi organ. Kondisi ini jelas

menunjukkan bahwa proses menua itu merupakan kombinasi dari bermacam-

macam factor yang saling berkaitan yang dapat mempengaruhi kemandirian dan

kesehatan lanjut usia, termasuk kehidupan seksualnya.

Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.

Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di mulai dari satu

waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menua merupakan

proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya,

8
9

yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis, maupun

psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya

kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi

mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk,

gerakan-gerakan lambat, dan postur tubuh yang tidak proforsional (Iknatius,

2013).

2.1.2 Klasifikasi Lanjut usia

Menurut Word Healty Organisation (WHO) dalam (Anggreini 2015), usia

lanjut meliputi:

1) Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45-59 tahun.

2) Lanjut usia (elderly) antara 60-74 tahun.

3) Lanjut usia tua (old) antara 75-90 tahun.

4) Lanjut usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

2.1.3 Perubaha Pada Lansia

Proses menua menyebabkan terjadinya perubahan secara fisik dan

psikososial pada lansia.

1) Perubahan Fisik

Perubahan fisik yang terjadi antara lain penurunan sistem

muskuloskeletal, sistem persarafan, gangguan pendengaran danpenglihatan,

sistem reproduksi. Penurunan kemampuan pada sistem muskuloskeletal

akibat digunakan secara terus-menerus menyebabkan sel tubuh lelah

terpakai dan regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan

lingkungan internal, seperti penurunan aliran darah ke otot, atropi dan

penurunan massa otot, gangguan sendi, tulang kehilangan densitasnya,


10

penurunan kekuatan dan stabilitas tulang, kekakuan jaringan penghubung

yang menyebabkan hambatan dalam aktivitas seperti gangguan gaya

berjalan (Santoso & Rohmah 2011).

2) Perubahan Psikososial

Perubahan psikososial dapat terjadi akibat adanya penyakit kronis,

gangguan panca indra seperti kebutaan dan ketulian, dan gangguan gerak

sehingga intensitas hubungan lansia dengan lingkungan sosialnya berkurang

karena lansia lebih banyak berada di rumah. Bahkan dapat timbul kesepian

akibat pengasingan dari lingkungan sosialnya ini(Nugroho, 2014).

3) Penurunan Fungsi Kognitif

Perubahan tidak hanya terjadi pada fisik dan psikososial, tetapi juga

pada kognitif, karena fungsi kognitif dipengaruhi oleh adanya perubahan

pada struktur dan fungsi organ otak, penurunan fungsi sistem

muskuloskeletal, dan sistem reproduksi. Atropi yang terjadi pada otak akibat

penuaan menyebabkan penurunan hubungan antarsaraf, mengecilnya saraf

panca indra sehingga waktu respon dan waktu bereaksi melambat, defisit

memori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan.

Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap nada

tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada orang di

atas umur 65 tahun (Nugroho, 2014).

2.2 Konsep Demensia

2.2.1 Definisi

Definisi demensia menurut WHO adalah sindrom neurodegeneratif yang

timbul karena adanya kelainan yang bersifat kronis dan progesifitas disertai
11

dengan gangguan fungsi luhur multiple seperti kalkulasi, kapasitas belajar,

bahasa, dan mengambil keputusan. Kesadaran pada demensia tidak terganggu.

Gangguan fungsi kognitif biasanya disertai dengan perburukan kontrol emosi,

perilaku, dan motivasi. (WHO, 2014).

Demensia adalah penurunan memori yang paling jelas terjadi pada saat

belajar informasi baru, meskipun dalam. Pada kasus yang lebih parah memori

tentang informasi yang pernah dipelajari juga mengalami penurun. Penurunan

terjadi pada materi verbal dan non verbal. Penurunan ini juga harus didapatkan

secara objektif dengan mendapatkan informasi dari orang – orang yang sering

bersamanya, atau pun dari tes neuropsikologi atau pengukuran status kognitif.

(International Classification of Diseases 10 ( ICD 10 ), 2013).

Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual

dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari

– hari. Demensia merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan

daya ingat dan daya pikir lain yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan

sehari – hari. (Nugroho, 2015).

Jadi, demensia sendiri merupakan penurunan fungsi kognitif seseorang yang

dapat menyebabkan penurunan daya ingat sehingga dapat mengganggu aktivitas

sehari-hari, sosial, emosional.

2.2.2 Klasifikasi

1. Menurut Kerusakan Struktur Otak

a. Tipe Alzheimer

Alzheimer adalah kondisi dimana sel saraf pada otak

mengalami kematian sehingga membuat signal dari otak tidak


12

dapat di transmisikan sebagaimana mestinya (Grayson, C. 2013).

Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan

membuat keputusan dan juga penurunan proses berpikir. Sekitar

50-60% penderita demensia disebabkan karena penyakit

Alzheimer.

Demensia ini ditandai dengan gejala :

1) Penurunan fungsi kognitif

2) Daya ingat terganggu, ditemkanya adanya : afasia, apraksia,

agnosia, gangguan fungsi eksekutif

3) Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru

4) Perubahan kepribadian (depresi, obsestive, kecurigaan)

5) Kehilangan inisiatif.

Penyakit Alzheimer dibagi menjadi 3 stadium berdasarkan

beratnya deteorisasi intelektual :

a) Stadium I (amnesia)

1. Berlangsung 2-4 tahun

2. Amnesia menonjol

3. Perubahan emosi ringan

4. Memori jangka panjang baik

5. Keluarga biasanya tidak terganggu

b) Stadium II (bingung)

1. Berlangsung 2-10 tahun

2. Episode psikotik

3. Agresif
13

4. Salah mengenali keluarga

c) Stadium III (akhir)

1. Setelah 6-12 tahun

2. Memori dan intelektual lebih terganggu

3. Membisu dan gangguan berjalan

4. Inkontinensia urin

b. Demensia Vascular

Demensia tipe vascular disebabkan oleh gangguan sirkulasi

darah di otak dan setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat

berakibat terjadinya demensia. Depresi bisa disebabkan karena lesi

tertentu di otak akibat gangguan sirkulasi darah otak, sehingga

depresi dapat diduga sebagai demensia vaskular.

Tanda-tanda neurologis fokal seperti :

1. Peningkatan reflek tendon dalam

2. Kelainan gaya berjalan

3. Kelemahan anggota gerak.

c. Penyakit Lewy body (Lewy body disease)

Penyakit Lewy body (Lewy body disease) ditandai oleh adanya

Lewy body di dalam otak. Lewy body adalah gumpalan gumpalan

protein alpha-synuclein yang abnormal yang berkembang di dalam

sel-sel syaraf. Abnormalitas ini terdapat di tempat-tempat tertentu

di otak, yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam bergerak,

berpikir dan berkelakuan. Orang yang menderita penyakit Lewy

body dapat merasakan sangat naik-turunnya perhatian dan


14

pemikiran. Mereka dapat berlaku hampir normal dan kemudian

menjadi sangat kebingungan dalam waktu yang pendek saja.

Halusinasi visual (melihat hal-hal yang tidak ada) juga merupakan

gejala yang umum.

d. Demensia Frontotemporal (Frontotemporal dementia)

Demensia front temporal (Frontotemporal dementia)

menyangkut kerusakan yang berangsur-angsur pada bagian depan

(frontal) dan/atau temporal dari lobus (cuping) otak. Gejala-

gejalanya sering muncul ketika orang berusia 50-an, 60-an dan

kadang-kadang lebih awal dari itu. Ada dua penampakan utama

dari demensia front temporal– frontal (menyangkut gejala-gejala

dalam kelakuan dan perubahan kepribadian) dan temporal

(menyangkut gangguan pada kemampuan berbahasa).

2. Menurut usia

a. Demensia senilis (usia > 65 tahun)

Demensia Senilis merupakan demensia yang muncul setelah

umur 65 tahun. Biasanya terjadi akibat perubahan dan degenerasi

jaringan otak yang diikuti dengan adanya gambaran deteriorasi

mental.

b. Demensia prasenilis (usia < 65 tahun)

Demensia Pre Senilis merupakan demensia yang dapat

terjadi pada golongan umur lebih muda (onset dini) yaitu umur

40-59 tahun dan dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis

yang dapat mempengaruhi fungsi jaringan otak (penyakit


15

degeneratif pada sistem saraf pusat, penyebab intra kranial,

penyebab vaskular, gangguan metabolik dan endokrin, gangguan

nutrisi, penyebab trauma, infeksi dan kondisi lain yang

berhubungan, penyebab toksik (keracunan)).

Klasifikasi lain yang berdasarkan korelasi gejala klinik dengan patologi-

anatomisnya :

a. Anterior : Frontal premotor cortex

Perubahan behavior, kehilangan kontrol, anti sosial, reaksi lambat.

b. Posterior: lobus parietal dan temporal

Gangguan kognitif: memori dan bahasa, akan tetapi behaviour relatif

baik.

c. Subkortikal: apatis, forgetful, lamban, adanya gangguan gerak.

d. Kortikal: gangguan fungsi luhur; afasia, agnosia, apraksia.

Kriteria derajat demensia :

a. Ringan : Walaupun terdapat gangguan berat daya kerja dan aktivitas

sosial, kapasitas untuk hidup mandiri tetap dengan higiene personal

cukup dan penilaian umum yang baik.

b. Sedang :Hidup mandiri berbahaya diperlukan berbagai tingkat

suportivitas.

c. Berat :Aktivitas kehidupan sehari-hari terganggu sehingga tidak

berkesinambungan, inkoheren.

Demensia dibagai menjadi beberapa tingkat keparahan yang dapat

dinilai dinilai sebagai berikut:


16

1. Mild

Tingkat kehilangan memori yang cukup mengganggu aktivitas

sehari-hari, meskipun tidak begitu parah, tapi tidak dapat hidup

mandiri.Fungsi utama yang terkena adalah sulit untuk mempelajari

hal baru.Penurunan kemampuan kognitif menyebabkan penurunan

kinerja dalam kehidupan sehari-hari, tetapi tidak pada tingkat

ketergantungan individu tersebut pada orang lain. Tidak dapat

melakukan tugas sehari-hari yang lebih rumit atau kegiatan rekreasi.

2. Moderat

Derajat kehilangan memori merupakan hambatan serius untuk

hidup mandiri.Hanya hal – hal yang sangat penting yang masih dapat

diingat.Informasi baru disimpan hanya sesekali dan sangat singkat.

Individu tidak dapat mengingat informasi dasar tentang di mana dia

tinggal, apa telah dilakukan belakangan ini, atau nama-nama orang

yang akrab., penurunan kemampuan kognitif membuat individu tidak

dapat melakukan aktivitasnya tanpa bantuan orang lain dalam

kehidupan sehari-hari, termasuk belanja dan penanganan kebutuhan

sehari - hari. Dalam rumah, hanya tugas – tugas sederhana yang

dipertahankan.Kegiatan semakin terbatas dan keadaan buruk

dipertahankan.

3. Severe

Derajat kehilangan memori ditandai oleh ketidakmampuan

lengkap untuk menyimpan informasi baru.Hanya beberapa informasi

yang dipelajari sebelumnya yang menetetap.Individu tersebut gagal


17

untuk mengenali bahkan kerabat dekatnya.Penurunan kemampuan

kognitif lain ditandai dengan penurunan penilaian dan berpikir,

seperti perencanaan dan pengorganisasian, dan dalam pengolahan

informasi secara umum. Tingkat keparahan penurunan, harus dinilai

sebagai berikut., penurunan ini ditandai dengan ada atau tidak

adanya pemikiran yang dapat dimenerti.Hal – hal tersebut tadi ada

minimal 6 bulan baru dapat dikatakan demensia.

2.2.3 Etiologi

1. Penyakit alzaimer

Penyebab utama dari penyakit demensia adalah penyakit

alzaimer, yang penyebabnya sendiri belum diketahui secara pasti.

Penyakit Alzaimer disebabkan karena adanya kelainan faktor genetik

atau adanya kelainan gen tertentu. Bagian otak mengalami

kemunduran sehingga terjadi kerusakan sel dan berkurangnya respon

terhadap bahan kimia yang menyalurkan sinyal di dalam otak.

Jaringan abnormal ditemukan di dalam otak (disebut plak senilitis dan

serabut saraf yang tidak teratur) dan protein abnormal. (Nugroho,

2014)

2. Serangan stroke yang berturut-turut.

Stroke tunggal yang ukurannya kecil dan menyebabkan

kelemahan yang ringan atau kelemahan yang timbul secara perlahan.

Stroke kecil ini secara bertahap menyebabkan kerusakan jaringan

otak, daerah otak yang mengalami kerusakan akibat tersumbatnya

aliran darah yang disebut dengan infark. Demensia yang disebabkan


18

oleh stroke kecil disebut juga demensia multi-infark. Sebagian

penderitanya memiliki tekanan darah tinggi atau kencing manis, yang

keduanya menyebabkan kerusakan pembuluh darah di otak.

(Nugroho, 2014)

3. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak

dikenal kelainan yaitu : terdapat pada tingkat subseluler atau secara

biokimiawi pada sistem enzim, atau pada metabolisme. (Nugroho,

2014)

4. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat

diobati, penyebab utama dalam golongan : Penyakit degenerasi spino

serebral. (Nugroho, 2014)

5. Sindroma demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati :

gangguan nutrisi, akibat intoksikasi menahun, penyakit – penyakit

metabolisme. (Nugroho, 2014)

6. Neurotransmitter

Neurotransmitter yang paling berperan dalam patofisiologi dari

demensia adalah asetikolin dan norepineprin. Keduanya dihipotesis

menjadi hipoaktif, beberapa penelitian melaporkan pada penyakit

demensia ditemukanya suatu degenerasi spesifik pada neuron

kolinergik pada nucleus, data lain yang mendukung adanya defisit

kolinergik pada demensia adalah ditemukan konsentrasi asetikolin

dan asetikolintransferase menurun (Watson, 2013)

7. Penyakit Jisim lewy (Lewy body diseases)


19

Penyakit Jisim Lewy adalah suatudemensia yang secara klinis

mirip dengan penyakit Alzheimer dan sering ditandai oleh adanya

halusinasi, gambaran Parkinsonisme, dan gejala ekstrapiramidal.

Inklusi Jisim Lewy ditemukan di daerah korteks serebri. Insiden

yang sesungguhnya tidak diketahui. Klien dengan penyakit Jisim

Lewy ini menunjukkan efek yang menyimpang (adverse effect)

ketika diberi pengobatan dengan antipsikotik (Watson, 2013).

2.2.4 Manifestasi Klinis

Demensia merupakan kondisi yang lama-kelamaan semakin memburuk.

Penurunan fungsi dapat terjadi dalam kurun waktu yang lama sebelum gejala

demensia muncul dan ditemukan. Berikut adalah tanda-tanda demensia:

1. Demensia adalah kondisi yang lama-kelamaan semakin memburuk.

Penurunan fungsi dapat terjadi dalam kurun waktu yang lama sebelum gejala

demensia muncul dan ditemukan. Berikut adalah tanda-tanda demensia:

Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, ”lupa”

menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas (Hurley, 2012).

2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan,

tahun, tempat penderita demensia berada (Hurley, 2012).

3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,

menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mangulang kata

atau cerita yang sama berkali- kali (Hurley, 2012).

4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis yang berlebihan saat melihat

sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang di lakukan

orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia
20

kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul (Hurley,

2012).

5. Adanya perubahan tingkah laku seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan

gelisah sampai susah mengatur pola tidur (Hurley, 2012).

2.2.5 Patofisiologi

Demensia sering terjadi pada usia >65 tahun , gejala yang mucul yaitu

perubahan kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari

– hari. Lansia penderita demensia tidak memeperlihatkan gejala yang menonjol

pada tahap awal, mereka sebagaimana lansia pada umumnya mengalami proses

penuanaan dan degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri,

mereka sulit mengingat dan sering lupa jika meletakkan suatu barang. Mereka

sering kali menutup – nutupi hal tersebut dan meyakinkan bahwa itu adalah hal

yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya mulai dirasakan oleh orang

– orang terdekat yang tinggal bersama mereka, mereka merasa kawatir terhadap

penurunan daya ingat yang semakin menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa

bahwa mungkin lansia kelelahan dan perlu banyak istirahat. Mereka belum

mencurigai adanya sebuah masalah besar di balik penurunan daya ingat yang

dialami oleh orang tua mereka.

Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada

lansia. Mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi

seperti ini dapat saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan

memperparah kondisi lansia. Pada saat ini mungkin saja lansia menjadi sangat

ketakutan bahkan sampai berhalusinasi. Disinilah keluarga membawa lansia

penderita demensia ke rumah sakit, dimana demensia bukanlah menjadi hal


21

utama fokus pemeriksaan. Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan tidak

terkaji oleh tim kesehatan. Tidak semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan

untuk dapat mengkaji dan mengenali gejala demensia.


22

2.2.6 WOC
Faktor genetik Proses menua Imunologi Trauma Lingkungan

Hilangnya serat – serat


Gangguan pada neuron
koligemik di korteks
fibriliar

Atropi otak Penurunan sel neuro


koligemik

Degenerasi neuron
kelainan
neurotransmiter

Asetilkoin menurun

Penurunan Gangguan Gangguan Perubahan Kehilangan


Gangguan Perubahan
daya ingat kognitif memori perilaku fungsi tonus
fungsi intelektual
bahasa otot

Muncul
Penurunan Mudah
gejala Perubahan
kemampuan lupa Kehilangan
neuro mengawasi
akativitas kemampuan
psikiatrik keadaan
menyelesaikan
kompleks dan
masalah
perpikir abstrak
Perubahan Kesulitan
Defisit persepsi mengatur
perawatan diri sensori pola tidur Ketidakefektifan
koping Kerusakan
memori
Risiko Gangguan
jatuh pola tidur

Bagan 2.1 WOC Demensia


23

2.2.7 Pemeriksaan Penunjang Demensia

1. Pemeriksaan laboratorium rutin

Pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan begitu diagnosis klinis

demensia ditegakkan untuk membantu pencarian etiologi demensia

khususnya pada demensia reversibel, walaupun 50% penyandang

demensia adalah demensia Alzheimer dengan hasil laboratorium

normal, pemeriksaan laboratorium rutin sebaiknya dilakukan.

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan : pemeriksaan darah

lengkap, urinalisis, elektrolit serum, kalsium darah, ureum, fungsi hati,

hormon tiroid, kadar asam folat.

2. Imaging

Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic

Resonance Imaging) telah menjadi pemeriksaan rutin dalam

pemeriksaan demensia walaupun hasilnya masih dipertanyakan.

3. Pemeriksaan EEG (Electroencephalogram)

Pada pemeriksaan EEG tidak memberikan gambaran spesifik dan

pada sebagian besar hasilnya normal. Pada Alzheimer stadium lanjut

dapat memberi gambaran perlambatan difus dan kompleks periodik.

4. Pemeriksaan cairan otak

Pungsi lumbal diindikasikan bila klinis dijumpai awitan demensia

akut, penyandang dengan imunosupresan, dijumpai rangsangan

meningen dan panas, tes sifilis (+), penyengatan meningeal pada CT

scan.

5. Pemeriksaan neuropsikologis
24

Meliputi pemeriksaan status mental, aktivitas sehari – hari /

fungsional dan aspek kognitif lainnya. Pemeriksaan neuropsikologis

penting untuk sebagai penambahan pemeriksaan demensia, terutama

pemeriksaan untuk fungsi kognitif, minimal yang mencakup atensi,

memori, bahasa, konstruksi visuospatial, kalkulasi dan problem

solving. Pemeriksaan neuropsikologi sangat berguna terutama pada

kasus yang sangat ringan untuk membedakan proses ketuaan atau

proses depresi. (Nugroho, 2013)

2.2.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada klien dengan demensia ada berbagai cara antara lain

sebagai berikut (Turana, 2013) :

1. Farmakoterapi

a. Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan

antikoliesterase seperti Donepezil, Rivastigmine, Galantamine,

Memantine

b. Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti

Aspirin , Ticlopidine , Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke

otak sehingga memperbaiki gangguan kognitif.

c. Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi

perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan

mengobati tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan

dengan stroke.

d. Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-

depresi seperti Sertraline dan Citalopram.


25

e. Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang

bisa menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakanobat anti-

psikotik (misalnya Haloperidol , Quetiapine dan Risperidone)

2. Dukungan atau Peran Keluarga (Harrisons,2014).

Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita

tetap memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam

dinding dengan angka-angka yang besar.

3. Terapi Simtomatik (Harrisons,2014).

Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi yang bersifat

simtomatik, terapi tersebut meliputi :

a. Diet

b. Latihan fisik yang sesuai

c. Terapi rekreasional dan aktifitas.

d. Penanganan terhadap masalah-masalah

4. Pencegahan dan perawatan demensia Hal yang dapat kita lakukan untuk

menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya adalah menjaga

ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak,seperti

(Harrisons,2014):

a. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti

alkohol dan zat adiktif yang berlebihan.

b. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya

dilakukan setiap hari.

c. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif

seperti kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.


26

d. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman

yang memiliki persamaan minat atau hobi.

e. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks

dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.

2.3 Konsep Kognitif

2.3.1 Definisi

Gangguan kognitif merupakan gangguan dan kondisi yang mempengaruhi

kemampuan berfikir seseorang. Individu dengan masalah seperti itu akan

memiliki kesulitan dengan ingatan, persepsi, dan belajar. Meskipun berbeda dari

pengetahuan yang sebenarnya, kognisi memainkan peran penting dalam

kemampuan seseorang untuk belajar dan akhirnya hidup sehat dan normal

ketidakmampuan mengingat beberapa informasi atau keterampilan sikap aktivitas

mental secara sadar seperti berpikir, mengingat, belajar, dan menggunakan

bahasa. Fungsi kognitif juga merupakan kemampuan atensi, memori,

pertimbangan, pemecahan masalah, serta kemampuan eksekutif seperti

merencanakan, menilai, mengawasi, dan melakukan evaluasi (Strub &Black,

2012); Rizzo et al, 2012).

2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif

Faktor – faktor yang mempengaruhi penurunan fungsi kognitif pada lansia

yaitu proses penuaan pada otak dan pertambahan usia. Sebagian besar bagian otak

termasuk lobus frontal mempunyai peranan penting dalam penyimpanan ingatan

di otak (Lucas, 2013). Faktor pertambahan usia yaitu bertambahnya usia

seseorang maka akan semakin banyak terjadi perubahan pada berbagai sistem

dalam tubuh yang cenderung mengarah pada penurunan fungsi. Pada fungsi
27

kognitif terjadi penurunan kemampuan fungsi intelektual, berkurangnya

kemampuan transmisi saraf di otak yang menyebabkan proses informasi menjadi

lambat, banyak informasi hilang selama transmisi, berkurangnya kemampuan

mengakumulasi informasi baru dan mengambil informasi dari memori (Pranarka,

2014).

2.3.3 Aspek-Aspek Kognitif

1. Orientasi

Orientasi dinilai dengan pengacuan pada personal, tempat dan

waktu. Orientasi terhadap personal (kemampuan menyebutkan

namanya sendiri ketika ditanya). Kegagalan dalam menyebutkan

namanya sendiri sering merefleksikan negatifism, distraksi, gangguan

pendengaran atau gangguan penerimaan bahasa. Orientasi tempat

dinilai dengan menanyakan negara, provinsi, kota, gedung dan lokasi

dalam gedung. Sedangkan orientasi waktu dinilai dengan menanyakan

tahun, musim, bulan, hari dan tanggal. Karena perubahan waktu lebih

sering daripada tempat, maka waktu dijadikan indeks yang paling

sensitif untuk disorientasi (Tambunan, 2013).

2. Atensi

Atensi adalah kemampuan untuk bereaksi atau memperhatikan

satu stimulus dengan mampu mengabaikan stimulus lain yang tidak

dibutuhkan. Atensi merupakan hasil hubungan antara batang otak,

aktivitas limbik dan aktivitas korteks sehingga mampu untuk fokus

pada stimulus spesifik dan mengabaikan stimulus lain yang tidak

relevan. Konsentrasi merupakan kemampuan untuk mempertahankan


28

atensi dalam periode yang lebih lama. Gangguan atensi dan

konsentrasi akan mempengaruhi fungsi kognitif lain seperti memori,

bahasa dan fungsi eksekutif (Tambunan, 2013).

3. Bahasa

Bahasa merupakan perangkat dasar komunikasi dan modalitas

dasar yang membangun kemampuan fungsi kognitif. Jika terdapat

gangguan bahasa, pemeriksaan kognitif seperti memori verbal dan

fungsi eksekutif akan mengalami kesulitan atau tidak dapat dilakukan.

Fungsi bahasa meliputi 4 parameter, yaitu (Tambunan, 2013) :

a. Kelancaran

Kelancaran mengacu pada kemampuan untuk menghasilkan

kalimat dengan panjang, ritme dan melodi yang normal. Metode

yang dapat membantu menilai kelancaran klien adalah dengan

meminta klien menulis atau berbicara secara spontan.

b. Pemahaman

Pemahaman mengacu pada kemampuan untuk memahami suatu

perkataan atau perintah, dibuktikan dengan kemampuan

seseorang untuk melakukan perintah tersebut.

c. Pengulangan

Kemampuan seseorang untuk mengulangi suatu pernyataan atau

kalimat yang diucapkan seseorang.

d. Penamaan

Merujuk pada kemampuan seseorang untuk menamai suatu objek

beserta bagian-bagiannya.Gangguan bahasa sering terlihat pada


29

lesi otak fokal maupun difus, sehingga merupakan gejala

patognomonik disfungsi otak. Penting bagi klinikus untuk

mengenal gangguan bahasa karena hubungan yang spesifik

antara sindroma afasia dengan lesi neuroanatomi.

4. Memori

Fungsi memori terdiri dari proses penerimaan dan penyandian

informasi, proses penyimpanan serta proses mengingat. Semua hal

yang berpengaruh dalam ketiga proses tersebut akan mempengaruhi

fungsi memori. Fungsi memori dibagi dalam tiga tingkatan

bergantung pada lamanya rentang waktu antara stimulus dengan

recall, yaitu :

a. Memori segera (immediate memory), rentang waktu antara

stimulus dengan recall hanya beberapa detik. Disini hanya

dibutuhkan pemusatan perhatian untuk mengingat (attention)

b. Memori baru (recent memory), rentang waktu lebih lama yaitu

beberapa menit, jam, bulan bahkan tahun.

c. Memori lama (remote memory), rentang waktunya bertahun-

tahun bahkan seusia hidup.Gangguan memori merupakan

gejala yang paling sering dikeluhkan klien. Istilah

amnesiasecara umum merupakan efek fungsi memori.

Ketidakmampuan mempelajari materi baru setelah brain insult

disebut amnesia anterograd. Sedangkan amnesia retrograd

merujuk pada amnesia pada yang terjadi sebelum brain insult.

Hampir semua klien demensia menunjukkan masalah memori


30

pada awal perjalanan penyakitnya. Tidak semua gangguan

memori merupakan gangguan organik. Klien depresi dan

ansietas sering mengalami kesulitan memori. Istilah amnesia

psikogenik jika amnesia hanya pada satu periode tertentu, dan

pada pemeriksaan tidak dijumpai defek pada recent memori

(Tambunan, 2013).

5. Visuospasial

Kemampuan visuospasial merupakan kemampuan

konstruksional seperti menggambar atau meniru berbagai macam

gambar (misal : lingkaran, kubus) dan menyusun balok-balok.

Semua lobus berperan dalam kemampuan konstruksi dan lobus

parietal terutama hemisfer kanan berperan paling dominan.

Menggambar jam sering digunakan untuk skrining kemampuan

visuospasial dan fungsi eksekutif dimana berkaitan dengan

gangguan di lobus frontal dan parietal (Tambunan, 2013).

6. Fungsi eksekutif

Fungsi eksekutif dari otak dapat didefenisikan sebagai suatu

proses kompleks seseorang dalam memecahkan masalah / persoalan

baru. Proses ini meliputi kesadaran akan keberadaan suatu masalah,

mengevaluasinya, menganalisa serta memecahkan / mencari jalan

keluar suatu persoalan (Tambunan, 2013).

7. Fungsi konstruksi

kemampuan seseorang untuk membangun dengan sempurna.

Fungsi ini dapat dinilai dengan meminta orang tersebut untuk


31

menyalin gambar, memanipulasi balok atau membangun kembali

suatu bangunan balok yang telah dirusak sebelumnya.

8. Kalkulasi: kemampuan seseorang untuk menghitung angka.

9. Penalaran: kemampuan seseorang untuk membedakan baik buruknya

suatu hal, serta berpikir abstrak.

2.3.4 Penyebab Gangguan Kognitif

1. Faktor Predisposisi

Pada umumnya gangguan kognitif disebabkan oleh gangguan

pada fungsi sususnan saraf pusat. Susunan saraf pusat memerlukan

untuk nutrisi sebagai fungsi, jika ada gangguan dalam pengiriman

nutrisi maka hal ini akan mengakibatkan gangguan pada fungsi

susunan saraf pusat.salah satu faktor yang dapat menyebabkan yaitu

adalah suatu keadaan penyakit seperti infeksi sistematik, gangguan

peredaran darah, keracunan zat-zat (Namun demikain banyak juga

faktor lain yang menurut beberapa ahli dapat menimbulkan gangguan

kognitif, misalnya kekurangan vitamin, malnutrisi, dan gangguan

jiwa fungsional beck, Rawlins dan Williams, 2014).

2. Faktor Presipitasi

Ganggauan kognitif yang berdampak di otak. Hipoksia dapat

juga berupa anemia Hipoksia, Hitoksi Hiposia, Hipoksemia Hipoksia,

atau Iskemik Hipoksia. Semua kondisi ini menimbulkan distribusi

aliran nutrisi ke otak berkurang. Gangguan metabolisme sering

menganggu fungsi mental, hipotiroidisme, hipoglikemia. Racun,


32

virus lain yang menyerang otak mengakibatkan ganggaun pada fungsi

otak beck, Rawlins dan Williams, 2014).

2.3.5 Penatalaksanaan Gangguan Kognitif

Karena tidak ada penyebab secara yang pasti dari gangguan kognitif dan

gejalanya pun berbeda – beda dari setiap penderitanya, maka tak ada obat

penyembuh utama. Perawatan yang dilkuakan bervariasi dan sering disesuaikan

tergantung pada kondisi dan gejalanya. Pengelolaan masalah kognitif dilakukan

oleh penyedia layanan kesehatan yang berbed a, mulai dari dokter sampai pekerja

social (Elias FM, 2013).

1. Dengan cara terapi, termasuk terapi perilaku dan okupasi untuk

memungkinkan klien tersebut berfungsi senormal dan semandiri mungkin.

2. Obat-obatan seperti penguat suasana hati dan obat yang menghalangi atau

memperkuat neurotransmitter tertentu yang terkait dengan gangguan

tertentu.

3. Penggunaan teknologi untuk meningkatkan penyimpanan informasi dan

ingatan.

4. Dengan Konseling untuk klien maupun keluarganya.

2.3.6 Pemeriksaan Gangguan Kognitif

Ada berbagai cara untuk menentukan apakah seorang lansia tersebut

mengalami gangguan kognitif atau seberapa berat gangguan kognitif yang

dialaminya, permeriksaan terseut antara lain :

1. Cognitive Performance Scale (CPS)

Pemeriksaan Cognitive Performace Scale ini pertama sekali

diperkenalkan oleh Morris pada tahun 1994, dengan 5 bentuk pengukuran.


33

Dimana bentuk – bentuk pengukuran tersebut meliputi status koma

(comatose status), kemampuan dalam membuat keputusan (decision

making), kemampuan memori (short – term memory), tingkat pengertian

(making self understood) dan makan (eating). Tiap kategori dibagi dalam 7

grup, dimana pada skala nol (0) dinyatakan intact sampai skala enam (6)

dinyatakan sebagai gangguan fungsi kognitif yang sangat berat (very severe

impairment). Penelitian yang ada menunjukkan bahwa CPS memberikan

penilaian fungsi kognitif yang akurat dan penuh arti pada populasi dalam

suatu institusi (Hartmaier dkk.2015 ). Skor CPSdidasarkan pada :

a) Apakah seseorang itu koma

b) Kemampuannya dalam membuat keputusan

c) Kemampuannya untuk membuat dirinya sendiri mengerti

d) Apakah terdapat gangguan pada short-term memory atau delayed

recall

e) Apakah terdapat ketergantungan dalam self performance dalam hal

makan (eating)

2. Mini Mental State Examination (MMSE)

Pemeriksaan Mini Mental State Examination (MMSE) ini awalnya

dikembangkan untuk skrining demensia, namun sekarang digunakan secara

luas untuk pengukuran fungsi kogntif secara umum. Pemeriksaan MMSE

kini adalah instrumen skriningyang paling luas digunakan untuk menilai

status kognitif dan status mentalpada usia lanjut (Kochhann dkk. 2013).

Sebagai satu penilaian awal, pemeriksaan MMSE adalah tes yang paling

banyak dipakai. Pemeriksaan status mental MMSE Folstein adalah tes yang
34

paling sering dipakai saat ini. Penilaian dengan nilai maksimal 30, cukup

baik dalam mendeteksi gangguan kognitif, menetapkan data dasar dan

memantau penurunan kognitif dalam kurun waktu tertentu, skor MMSE.

a. Normal 24 – 30.

b. Gangguan fungsi kognitif Bila skor kurang dari 24 ( Asosiasi

Alzheimer Indonesia, 2013)

Tabel 2.1 Pengkajian MMSE

No Aspek Kognitif Nilai Nilai Klien Kriteria

Klien 1 Klien
2

Menyebutka dengan benar

1) Tahun
2) Musim
1 Orientasi 5 3) Tanggal
4) Hari
5) Bulan
Dimana kita sekarang berada

1) Negara Indonesia
2) Provinsi
5 3) Kolta
4) Panti Werda
5) Wisma
Pemeriksa menyebutkan nama 3
objek 1 detik untuk mengatakan
2 Regristrasi masing-masing objek, kemudian
tanyakan kepada klien ketiga objek
tadi.
3
1) Objek
2) Objek
3) Objek
Ex : Objek yang ada di sekitar
Griya Asih Lawang (meja, kursi,
kipas angin)
Minta klien untuk memulai dari
angka 100 kemudian dikurangi 7
3 Perhatian dan sampai 5 kali atau tingkat
kalkulasi
5 1) 93
35

2) 86
3) 79
4) 72
5) 65
Minta klien untuk mengulangi
ketiga objek pada no. 2 tadi, bila
4 Mengingat 3 benar 1 poin untuk masing-masing
objek

1) Tunjukan pada klien suatu


benda dan tanyakan
5 Bahasa namanya pada klien
a) Misal : jam tangan
b) Misal : pensil
2) Minta klien untuk
9 mengulang kata tak, ada,
jika,dan, atau, tetapi. Bila
benar saru nilai satu poin
3) Minta klien untuk
mengikut perintah berikut
yang terdiridari 3 langkah
a) Ambil kertas ditangan
anda, lipat dua buah
dan taruh dilantai
b) Ambil keras ditangan
anda
c) Lipat dua
d) Taruh dilantai
4) Perintah pada klien untuk
hal berikut
a) Tutup mata anda
5) Perintah klien untuk
menulis kalimat dan
menyalin gambar
a) Tulis satu kalimat
b) Menyalin gambar
Total

Interpretasi hasil :

25-30 : tidak ada gangguan kognitif

18-23: gangguan kognitif sedang

0-17: gangguan kognitif berat


36

2.4 Konsep Tidur

2.4.1 Definisi

Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua

orang. Setiap orang memerlukan istirahat dan tidur yang cukup untuk dapat

berfungsi secara optimal (Haryati, 2013). Tidur adalah suatu proses yang sangat

penting bagi manusia, karena dalam tidur terjadi proses pemulihan, proses ini

bermanfaat mengembalikan kondisi seseorang pada keadaan semula, dengan

begitu, tubuh yang tadinya mengalami kelelahan akan menjadi segar kembali

(Castro, 2014).

Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status

kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Beberapa ahli berpendapat bahwa

tidur diyakini dapat memulihkan tenaga karena tidur memberikan waktu untuk

perbaikan dan penyembuhan sistem untuk periode keterjagaan berikutnya (Salam

dkk, 2014).

2.4.2 Fungsi tidur

Tidur menggunakan kedua efek psikologis pada jaringan otak dan organ-

organ tubuh manusia. Tidur dalam beberapa cara dapat menyegarkan kembali

aktivitas tingkatan normal dan aktivitas normal pada jaringan otak.

Sehingga tidur berfungsi untuk mengembalikan tenaga untuk beraktivitas

sehari-hari, memperbaiki kondisi yang sedang sakit, tubuh menyimpan energy

selama tidur dan penurunan laju metabolik basal penyimpanan persediaan energi

tubuh (Harsono, 2013).


37

2.4.3 Tahap-tahap Siklus Tidur

Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan sistem saraf pusat, saraf perifer,

endokrik kardiovaskuler, respirasi dan musculoskeletal. Pengaturan dan kontrol

tidur tergantungg dari hubungan antara dua mekanisme serebral yang secara

bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan bangun.

Reticular Activating System (RAS) di batang otak diyakini mempunyai sel khusus

dalam mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran (Harsono, 2013).

1. Tidur REM (Rapid Eye Movement)

Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial

yang ditandai dengan mimpi yang bermacam-macam, otot-otot yang

meregang, kecepatan jantung dan pernapsan tidak teratur (sering lebih

cepat), perubahan tekanan darah, gerakan otot tidak teratur, gerakan mata

cepat. Saraf-saraf simpatetik bekerja selama tidur REM. Diperkirakan terjadi

proses penyimpanan secara mental yang digunakan sebagai pelajaran,

adaptasi psikologis dan memori (Faraguna, 2013).

2. Tidur NREM (Nonrapid Eye Movement)

Tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam tidur

gelombang pendek karena gelombang otak selama tidur NREM lebih lambat

dari pada gelombang alpha dan beta pada orang yang sadar atau tidak dalam

keadaan tidur. Tanda tidur NREM adalah mimpi yang berkurang, keadaan

istirahat, tekanan darah dan kecepatan pernapasan turun, metabolism turun

dan gerakan mata lambat (Kaplan dkk, 2010). Biasanya tidur pada malam

hari itu adalah tidur NREM. Tidur saat ini sangat dalam, tidur penuh dan

dapat memulihkan kembali beberapa fungsi fisiologis. Pada umumnya,


38

semua proses metabolism mengacu pada tanda-tanda vital, metabolisme

turun dan aktivitas menurun (Faraguna, 2013).

Tidur NREM mempunyai empat tahap (Mental Health Foundation, 2013) :

1. Tahap I

Merupakan tahap transisi, berlangsung selama lima menit yang

mana seseorang beralih dari sadar menjadi tidur. Seseorang merasa

rileks, mata bergerak, kecepatan jantung dan pernapasan turun ecara

jelas. Gelombang alpha sewaktu seseorang masih sadar diganti dengan

gelombang beta yang lebih lambat dan dapat dibangunkan dengan

mudah.

2. Tahap II

Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh menurun. Mata

masih bergerak, kecepatan jantung dan pernapasan turun secara jelas,

suhu tubuh dan metabolisme menurun. Gelombang otak ditandai

dengan sleep spindles dan gelombang K komplek yang berlangsung

pendek dalam waktu 10-15 menit.

3. Tahap III

Kecepatan jantung, pernapasan serta proses tubuh berlanjut

mengalami penurunan dan sulit dibangunkan. Gelombang otak menjadi

lebih teratur dan terdapat penambahan gelombang delta yang lambat.

4. Tahap IV

Merupakan tahap tidur dalam, yang ditandai dengan predominasi

gelombang delta yang melambat. Kecepatan jantung dan pernapasan


39

turun, rileks, jarang bergerak dan sulit dibangunkan dan mengalami 4

sampai 6 kali siklus tidur dalam waktu 7-8 jam.

2.4.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Tidur

Kualitas tidur merujuk pada kemampuan seseorang untuk dapat tidur dan

mendapatkan tidur REM dan NREM yang tepat. Kualitas tidur adalah jumlah

total waktu tidur seseorang. Faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas

tidur, yaitu (Nasional Institutes of Health, 2013) .

1. Lingkungan

Lingkungan dapat mendukung dan menghambat tidur. Temperatur,

ventilasi, penerangan ruangan dan kondisi kebisingan sangat berpengaruh

terhadap tidur seseorang.

2. Kelelahan

Kelelahan akan berpengaruh terhadap pola tidur seseorang. Semakin

lelah seseorang maka akan semakin pendek tidur REMnya.

3. Penyakit

Sakit menyebabkan nyeri dapat menimbulkan masalah tidur. Seseorang

yang sedang sakit membutuhkan waktu tidur lebih lama dari keadaan

normal. Sering sekali pada orang sakit pola tidurnya juga akan terganggu

karena penyakitnya seperti rasa nyeriyang ditimbulkan oleh luka.

4. Gaya hidup

Orang yang bekerja shift dan sering berubah shiftnya harus mengatur

kegiatan agar dapat tidur pada waktu yang tepat. Keadaan rileks sebelum

istirahat merupakan faktor yang berpengaruh terhadap seseorang untuk

dapat tidur.
40

5. Obat – obatan dan alcohol

Beberapa obat-obatan berpengaruh terhadap kualita tidur. Obat-obatan

yang mengandung diuretic menyebabkan insomnia, anti depresan akan

memsupresi REM. Orang yang minum alcohol terlalu banyak sering kali

mengalami gangguan tidur.

6. Merokok

Nikotine mempunyai efek menstimulasi tubuh dan perokok seringkali

mempunyai lebih banyak kesulitan untuk bisa tidur dibandingkan dengan

yang tidak perokok. Dengan menahan tidak merokok setalah makan malam

orang biasanya akan tidur lebih baik. Banyak perokok melaporkan pola

tidurnya menjadi lebih baik ketika mereka berhenti merokok.

2.4.5 Gangguan Pola Tidur

Gangguan pola tidur merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan adanya

gangguan dalam jumlah, kualitas atau waktu tidur pada seorang individu

(Harsono, 2014). Gangguan pola tidur antara lain :

1. Insomnia

Insomnia adalah ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur

baik kualitas maupun kuantitas. Jenis insomnia ada 3 macam yaitu insomnia

inisial atau tidak dapat memulai tidur, insomnia intermitten atau tidak bisa

mempertahankan tidur atau sering terjaga dan insomnia terminal atau

bangun secara dini dan tidak dapat tidur kembali.

2. Hipersomnia

Hipersomnia merupakan kebalikan dari insomnia. Hipersomnia

merupakan kelebihan tidur lebih dari 9 jam di malam hari dan biasanya
41

berkaitan dengan gangguan psikologis seperti depresi atau kegilasahan,

kerusakan sistem saraf pusat dan gangguan pada ginjal, hati atau gangguan

metabolisme.

3. Parasomnia

Parasomnia merupakan suatu rangkaian gangguan yang mempengaruhi

tidur yang dapat menghilang sendiri dalam penghidupan masa dewasa

tengah dan selanjutnya. Mengigau, mimpi yang aneh serta seram,

somnabulisme atau automatisme tidur, bruksisme, dan paralisis tidur dapat

disajikan sebagai keluhan, yang dapat ditanggulangi oleh setiap medikus

praktikus.

4. Narkolepsia

Narkolepsia adalah serangan mengantuk yang mendadak pada beberapa

kali sehari. Sering disebut sebagai serangan tidur. Penyebabnya tidak di

ketahui tetapi tidak diperkirakan akibat kerusakan genetik sitem sarap pusat.

2.4.6 Pemeriksaan penunjang

Tabel 2.2 Pengkajian PSQI

The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)


No Pertanyaan
1 Sekitar pukul berapa anda biasanya tidur di malam hari?
2 Berapa menit anda membutuhkan waktu untuk dapat tertidur di malam hari?
3 Sekitar pukul berapa anda biasanya bangun tidur di pagi hari?
4 Berapa menit anda terjaga sebelum bangun dari tempat tidur ?
5 Seberapa sering anda Tidak Pernah Kurang dari 1 atau 2 kali 3 kali atau
terjaga karena : ( 0) sekali dalam dalam lebih dalam
seminggu seminggu seminggu
(1) (2) (3)

a. Tidak dapat
tertidur dalam
waktu 30 menit

b. Terbangun
ditengah malam
42

atau pagi-pagi
sekali

c. Terbangun karena
ingin ke kamar
mandi

d. Terganggu
pernafasan

e. Batuk/mendengkur
terlalu keras
f. Merasa kedinginan

g. Merasa kepanasan

h. Mimpi buruk

i. Merasa kesakitan

j. Alasan lain :

6 Seberapa sering anda


mengkonsumsi obat
untuk membantu agar
anda dapat tertidur
(resep/bebas) ?
7 Berapa sering anda
tidak dapat menahan
kantuk ketika bekerja,
makan atau aktifitas
lainnya ?
8 Berapa sering anda
mengalami kesukaran
berkonsentrasi ke
pekerjaan ?
Sangat baik Cukup baik Buruk Sangat buruk
Bagaimana anda
9 menilai kualitas tidur
anda sebulan ini ?

*Jawablah pertanyaan dengan sebenar-benarnya dan berilah tanda checklist


( ) pada kolom yang sesuai dengan keadaan bapak ibu saat ini

Tabel 2.2 Cara pembacaan PSQI

Komponen No item Penilaian


Jawaban skor
Kualitas Tidur 9 Sangat baik 0
secara Cukup baik 1
subyektif
Buruk 2
Sangat buruk 3
43

Durasi Tidur G 4 >7 jam 0


(lamanya waktu 6-7 jam 1
tidur)
a
m 5-6 jam 2
<5 jam 3
b
Skor Latensi Tidur 5a Sangat baik 0
a
Cukup baik 1
r Buruk 2
a Sangat buruk 3
Latensi Tidur n 2 15 menit 0
(waktu yang diperlukan untuk 16-30 menit 1
memulai tidur) 31-60 menit 2
k
e >60 menit 3
Efesiensi 1+3 >85 % 0
s
tidur 75-84 % 1
Rumus: i
65-74 % 2
m
<65 % 3
Jumlah lama tidur p 100%

Gangguan tidur pada u


malam hari 5b, 5c, Sangat baik 0
Jumlah lamanya ditempat
l 5d, 5e, Cukup baik 1
tidur 5f, 5g, 5h,
a Buruk 2
5i, 5j
n Sangat buruk 3
Disfungsi tidur siang hari 7+8 Sangat baik 0
Cukup baik 1
Buruk 2
Sangat buruk 3
Penggunaan obat tidur 6 0 0
<1 1
1-2 2
>3 3

Sumber: Curcio et al. (2013)

Apabila semakin tinggi skor nilai yang didapatkan maka akan

semakin buruk kualitas tidur seseorang. Keuntungan dari PSQI adalah

memiliki nilai validitas dan reliabilitas tinggi. Namun, kuesioner PSQI ini

juga memiliki kekurangan yaitu dalam pengisian kuesioner hasil yang

diperoleh kurang benar dikarenakan keterbatasan dan kesulitan dari

responden sehingga perlu dilakukan pendampingan. Kuesioner kualitas

tidur terdiri dari pertanyaan terbuka dan tertutup. Pertanyaan untuk nomor
44

5-8 adalah pertanyaan tertutup dan masing-masing mempunyai rentang

skor yaitu 0-3yang artinya 0= tidak pernah dalam sebulan terakhir, 1= 1

kali seminggu, 2= 2 kali seminggu dan 3= lebih dari 3 kali seminggu.

Interpretasi nilai skor kualitas tidur baik apabila skor nilai 1-5, ringan 6-7,

sedang 8-14 dan kualitas tidur buruk jika skor nilai mencapai 15-21.

2.4.7 Penatalaksanaan

1) Terapi musik

Definisi terapi musik adalah suatu profesi di bidang kesehatan

yang menggunakan musik dan aktivitas musik untuk mengatasi

berbagai masalah dalam aspek fisik, psikologis, kognitif dan

kebutuhan sosial individu yang mengalami cacat fisik (Djohan

2014).

Terapi musik adalah suatu terapi kesehatan menggunakan

musik dimana tujuannya adalah untuk meningkatkan atau

memperbaiki kondisi fisik, emosi, kognitif, dan sosial bagi individu

dari berbagai kalangan usia (Suhartini 2014)

Manfaat terapi musik :

1. Mampu menutupi bunyi dan perasaan yang

tidak menyenangkan.

2. Mampu memperlambat dan menyeimbangkan

gelombang dalam otak.

3. Mempengaruhi denyut jantung, nadi dan

tekanan darah manusia.

4. Bisa mengurangi ketegangan otot dan


45

memperbaiki gerak dan koordinasi tubuh.

5. Bisa mengatur hormon (hubungannya dengan stres).

STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR (SOP)

“Terapi Musik”

Pengertian : Pemanfaatan kemampuan musik dan


elemen musik oleh terapis kepada klien
Tujuan : Memperbaiki kondisi fisik, emosional, dan
kesehatan spiritual klien

Persiapan alat dan bahan :


1. Mp3 Musik
2. Headset

Tabel 2.4 SOP Terapi Musik

PROSEDUR
Pre interaksi
1 Cek catatan keperawatan atau catatan medis klien (jika ada)
2 Siapkan alat-alat
3 Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan kontra
indikasi
4 Cuci tangan
Tahap orientasi
5 Beri salam dan panggil klien dengan namanya
6 Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada klien/keluarga
Tahap kerja
7 Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
8 Menanyakan keluhan utama klien
9 Jaga privasi klien. Memulai kegiatan dengan cara yang baik
10 Menetapkan perubahan pada perilaku dan/atau fisiologi yang
diinginkan seperti relaksasi, stimulasi, konsentrasi, dan mengurangi
rasa sakit.
11 Menetapkan ketertarikan klien terhadap musik.
12 Identifikasi pilihan musik klien.
13 Berdiskusi dengan klien dengan tujuan berbagi pengalaman dalam
musik.
14 Pilih pilihan musik yang mewakili pilihan musik klien
46

15 Bantu klien untuk memilih posisi yang nyaman.


16 Batasi stimulasi eksternal seperti cahaya, suara, pengunjung, panggilan
telepon selama mendengarkan musik.
17 Dekatkan mp3 musik dan perlengkapan dengan klien.
18 Pastikan mp3 dan perlengkapan dalam kondisi baik.
19 Dukung dengan headphone jika diperlukan.
20 Nyalakan musik dan lakukan terapi musik.
21 Pastikan volume musik sesuai dan tidak terlalu keras.
22 Hindari menghidupkan musik dan meninggalkannya dalam waktu yang
lama.
23 Fasilitasi jika klien ingin berpartisipasi aktif seperti memainkan alat
musik atau bernyanyi jikan diinginkan dan memungkinkan saat itu.
24 Hindari stimulasi musik setelah nyeri/luka kepala akut.
25 Menetapkan perubahan pada perilaku dan/atau fisiologi yang
diinginkan seperti relaksasi, stimulasi, konsentrasi, dan mengurangi
rasa sakit.
26 Menetapkan ketertarikan klien terhadap musik.
27 Identifikasi pilihan musik klien.
Terminasi
28 Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan klien)
29 Simpulkan hasil kegiatan
30 Berikan umpan balik positif
31 Kontrak pertemuan selanjutnya
32 Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
33 Bereskan alat-alat
34 Cuci tangan
Dokumentasi
35 Catat hasil kegiatan di dalam
catatan keperawatan
- Nama Px, Umur, Jenis kelamin, dll
- Keluhan utama
- Tindakan yang dilakukan (terapi musik)
- Lama tindakan
- Jenis terapi musik yang diberikan
- Reaksi selama, setelah terapi pemberian terapi musik
- Respon klien.
- Nama perawat
- Tanggal pemeriksaan
47

2.5 Konsep Keperawatan

2.5.1 Pengkajian

1. Aktifitas istirahat

Gejala: Merasa lelah

Tanda: Siang/malam gelisah, tidak berdaya, gangguan pola tidur,

penurunan minat atau perhatian pada aktivitas yang biasa, hobi,

ketidakmampuan untuk menyebutkan kembali apa yang dibaca/

mengikuti acara program televisi.Gangguan keterampilan motorik,

ketidakmampuan untuk melakukan hal yang telah biasa yang

dilakukannya, gerakan yang sangat bermanfaat.

Pada pengkajian aktivitas ada beberapa indeks :

a) Indeks Kemandirian Katz

Tabel 2.5 Pengkajian KATZ

N Aktivitas Mandiri Tergantung

1. Mandi
Mandiri :
Bantuan hanya pada satu bagian mandi (
seperti punggung atau ekstremitas yang
tidak
mampu ) atau mandi sendiri sepenuhnya
Tergantung :
Bantuan mandi lebih dari satu bagian
tubuh,
bantuan masuk dan keluar dari bak mandi,
serta tidak mandi sendiri
2. Berpakaian
Mandiri :
Mengambil baju dari lemari, memakai
pakaian, melepaskan pakaian,
mengancingi/mengikat
pakaian.
Tergantung :
Tidak dapat memakai baju sendiri atau
hanya sebagian
3. Ke Kamar Kecil
Mandiri :
48

Masuk dan keluar dari kamar kecil


kemudian
membersihkan genetalia sendiri
Tergantung :
Menerima bantuan untuk masuk ke kamar
kecil dan menggunakan pispot,
memakai pempers
4. Berpindah
Mandiri :
Berpindah ke dan dari tempat tidur untuk
duduk, bangkit dari kursi sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam naik atau turun dari tempat
tidur atau kursi, tidak melakukan satu, atau
lebih perpindahan
5. Kontinen
Mandiri :
BAK dan BAB seluruhnya dikontrol
sendiri
Tergantung :
Inkontinensia parsial atau total;
penggunaan kateter,pispot, enema dan
pembalut ( pampers)
6. Makan
Mandiri :
Mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam hal mengambil makanan
dari piring dan menyuapinya, tidak makan
sama sekali, dan makan parenteral ( NGT)
Keterangan :

Beri tanda ( v ) pada point yang sesuai kondisi klien

b) Barthel ADL (Activities of Daily Living) Indeks

Tabel 2.6 Pengkajian ADL

No ADL Nilai Keterangan K.1 K.2


1. Mengontrol BAB 0 Inkontinensia
1 Kadang-kadang
Inkontinensia
2 Kontinensia teratur
2. Mengontrol BAK 0 Inkontinensia
1 Kadang-kadang
Inkontinensia
2 Kontinensia teratur
3. Membersihkan diri 0 Butuh pertolongan orang
(lap muka, sisir lain
rambut, skt gigi) 1 Mandiri
4. Toileting 0 Tergantung pertolonhan
orang lain
1 Perlu pertolongan pada
49

beberapa aktivitas, tetapi


beberapa aktivitas masih
dapat dikerjakan sendiri

2 Mandiri
5. Makan 0 Tidak mampu
1 Butuh pertolongan orang
lain penuh
2 Bantuan minimal
3 Mandiri
6. Berpindah dari kursi 0 Tidak mampu
ke tempat tidur 1 Perlu pertolongan untuk
dapat duduk

2 Bantuan minimal 2 orang


3 Mandiri
7. Mobilisasi / berjalan 0 Tidak mampu
1 Menggunakan kursi roda
2 Berjalan dibantu dengan
orang lain
3 Mandiri
8. Berpakaian 0 Tergantung pertolongan
orang lain
1 Sebagaian dibantu
2 Mandiri
9. Naik turun tangga 0 Tidak mampu
1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
10. Mandi 0 Tergantung pertolongan
orang lain
1 Mandiri
TOTAL

Nilai ADL : 20 : Mandiri

12-19: Ketergantungan ringan

9-11 : Ketergantungan sedang

5-8 : Ketergantungan berat

0-4 : Ketergantungan total

c) BBS (Berg Balance Scale) Indeks

Tabel 2.7 Pengkajian BBS

No Item Keseimbangan Skor (0-4) Skor Skor


Klien 1 Klien
50

1. Duduk ke berdiri 4 : dapat berdiri tanpa menggunakan


tangan.

3 : mampu berdiri secara mandiri


menggunakan tangan.

2 : mampu berdiri menggunakan


tangan setelah mencoba.

1 : perlu bantuan minimal untuk


berdiri atau menstabilkan.

0 : perlu asisten sedang atau maksimal


untuk berdiri.

2. Berdiri tanpa 4 : dapat berdiri dengan aman selama


penunjang 2 menit.

3 : Mampu berdiri 2 menit dengan


pengawasan.

2 : dapat berdiri 30 detik yang tidak


dibantu/ditunjang.

1 : membutuhkan beberapa waktu


untuk mencoba berdiri 30 detik yang
tidak dibantu.

0 : tidak dapat berdiri secara mandiri


selama 30 detik.

3. Duduk tanpa 4 : bisa duduk dengan aman dan aman


penunjang selama 2 menit.

3 : bisa duduk 2 menit dengan


pengawasan.

2 : mampu duduk selama 30 detik.

1 : bisa duduk 10 detik.

0 : tidak dapat duduk tanpa penunjang.

4. Berdiri ke duduk 4 : duduk dengan aman dengan


menggunakan minimal tangan.

3 : mengontrol posisi turun dengan


menggunakan tangan.

2 : menggunakan punggung kaki


terhadap kursi untuk mengontrol
posisi turun.
51

1 : duduk secara mandiri tetapi tidak


terkendali.

0 : kebutuhan membantu untuk duduk.

5. Berpindah 4 : dapat berpindah aman dengan


penggunaan ringan tangan.

3 : dapat berpindah kebutuhan yang


pasti aman dari tangan.

2 : dapat berpindah dengan


pengawasan.

1 : membutuhkan satu orang untuk


membantu

0 : membutuhkan dua orang untuk


membantu atau mengawasi.

6. Berdiri dengan 4 : dapat berdiri 10 detik dengan


menutup mata aman.

3 : dapat berdiri 10 detik dengan


pengawasan.

2 : mampu berdiri 3 detik.

1 : tidak dapat menjaga mata tertutup


3 detik tapi tetap aman.

0 : membutuhkan bantuan agar tidak


jatuh.

7. Berdiri dengan kaki 4 : mampu menempatkan kaki


rapat bersama-sama secara mandiri dan
berdiri 1 menit aman.

3 : mampu menempatkan kaki


bersama-sama secara mandiri dan
berdiri 1 menit dengan pengawasan.

2 : mampu menempatkan kaki


bersama-sama secara mandiri tetapi
tidak dapat tahan selama 30 detik.

1 : memerlukan bantuan untuk


mencapai posisi tapi mampu berdiri
selama 15 detik.

0 : memerlukan bantuan untuk


mencapai posisi dan tidak dapat
tahan selama 15 detik.
52

8. Menjangkau ke depan 4 : dapat mencapai ke depan dengan


dengan lengan percaya diri 25cm (10 inci).

3: dapat mencapai ke depan 12cm (5


inci).

2 : dapat mencapai ke depan 5cm (2


inci).

1 : mencapai ke depan tetapi


membutuhkan pengawasan.

0 : kehilangan keseimbangan ketika


mencoba/memerlukan dukungan
eksternal.

9. Mengambil barang 4 : dapat mengambil sandal aman dan


dari lantai mudah.

3 : dapat mengambil sandal tetapi


membutuhkan pengawasan.

2 : tidak dapat mengambil tetapi


mencapai 2-5cm (1-2 inci) dari sandal
dan menjaga keseimbangan secara
bebas.

1 : tidak dapat mengambil dan


memerlukan pengawasan ketika
mencoba.

0 : tidak dapat mencoba/membantu


kebutuhan untuk menjaga dari
kehilangan keseimbangan atau jatuh.

10. Menoleh ke belakang 4 : tampak belakang dari kedua sisi.

3 : tampak belakang satu sisi saja.

2 : hanya menyamping tetapi tetap


mempertahankan keseimbangan.

1 : perlu pengawasan saat berputar.

0 : butuh bantuan untuk menjaga dari


kehilangan keseimbangan atau jatuh.

11. Berputar 360 derajat 4 : mampu berputar 360 derajat


dengan aman dalam 4 detik atau
kurang.

3 : mampu berputar 360 derajat


dengan aman satu sisi hanya 4 detik
53

atau kurang.

2 : mampu berputar 360 derajat


dengan aman tetapi perlahan-lahan.

1 : membutuhkan pengawasan yang


ketat.

0 : membutuhkan saat berputar.

12. Menempatkan kaki 4 : mampu berdiri secara mandiri


bergantian di bangku dengan aman dan menyelesaikan 8
langkah dalam 20 detik.

3 : mampu berdiri secara mandiri dan


menyelesaikan 8 langkah dalam waktu
kurang dari 20 detik.

2 : dapat menyelesaikan 4 langkah


tanpa bantuan tetapi dalam
pengawasan.

1 : dapat menyelesaikan lebih dari 2


langkah perlu asisten minimal.

0 : membutuhkan bantuan agar tidak


jatuh/tidak mampu untuk mencoba.

13. Berdiri dengan satu 4 : mampu menempatkan tandem kaki


kaki di depan secara mandiri dan tahan dalam 30
detik.

3 : mampu menempatkan kaki depan


mandiri dan tahan selama kurang dari
30 detik.

2 : dapat mengambil langkah kecil


secara mandiri dan tahan selama 20
detik.

1 : kebutuhan membantu untuk


melangkah tapi dapat bertahan selama
15 detik.

0 : kehilangan keseimbangan saat


melangkah atau berdiri.

14. Berdiri dengan satu 4 : mampu mengangkat kaki secara


kaki mandiri dan tahan lebih dari 10 detik.

3 : mampu mengangkat kaki secara


mandiri dan tahan 5-10 detik.

2 : mampu mengangkat kaki secara


54

mandiri dan tahan lebih dari 3 detik.

1 : mencoba untuk angkat kaki tidak


bisa tahan 3 detik tetapi tetap berdiri
secara mandiri.

0 : tidak dapat mencoba untuk


mencegah jatuh.

Total skor

Total skor : 56
Interpretasi
0-20 : harus memakai kursi roda (wheelchair bound)
21-40 : berjalan dengan bantuan
41-56 : mandiri/independen
2. Sirkulasi

Gejala: Riwayat penyakit vaskuler serebral/sistemik. hipertensi,

episode emboli (merupakan faktor predisposisi).

3. Integritas ego

Gejala : Curiga atau takut terhadap situasi/orang khayalan, kesalahan

persepsi terhadap lingkungan, kesalahan identifikasi terhadap objek

dan orang, penimbunan objek : meyakini bahwa objek yang salah

penempatannya telah dicuri. kehilangan multiple, perubahan citra

tubuh dan harga diri yang dirasakan.

Tanda : Menyembunyikan ketidakmampuan (banyak alasan tidak

mampu untuk melakukan kewajiban, mungkin juga tangan membuka

buku namun tanpa membacanya) , duduk dan menonton yang lain,

aktivitas pertama mungkin menumpuk benda tidak bergerak dan emosi

stabil, gerakan berulang (melipat membuka lipatan melipat kembali

kain), menyembunyikan barang, atau berjalan-jalan.


55

4. Eliminasi

Gejala: Dorongan berkemih.

Tanda: Inkontinensia urine/feses, cenderung konstipasi/ imfaksi

dengan diare.

5. Hygene

Gejala : Perlu bantuan /tergantung orang lain

Tanda : tidak mampu mempertahankan penampilan, kebiasaan

personal yang kurang, kebiasaan pembersihan buruk, lupa untuk pergi

kekamar mandi, lupa langkah-langkah untuk buang air, tidak dapat

menemukan kamar mandi dan kurang berminat pada atau lupa pada

waktu makan: tergantung pada orang lain untuk memasak makanan

dan menyiapkannya dimeja, makan, menggunakan alat makan.

6. Neurosensori

Gejala : Pengingkaran terhadap gejala yang ada terutama perubahan

kognitif,dan atau gambaran yang kabur, keluhan hipokondria tentang

kelelahan, pusing atau kadang-kadang sakit kepala. adanya keluhan

dalam kemampuan kognitif, mengambil keputusan, mengingat yang

berlalu, penurunan tingkah laku (diobservasi oleh orang terdekat).

Kehilangan sensasi propriosepsi (posisi tubuh atau bagian tubuh

dalam ruang tertentu). dan adanya riwayat penyakit serebral

vaskuler/sistemik, emboli atau hipoksia yang berlangsung secara

periodik (sebagai factor predisposisi) serta aktifitas kejang (merupakan

akibat sekunder pada kerusakan otak).


56

Tanda : Kerusakan komunikasi : afasia dan disfasia; kesulitan dalam

menemukan kata- kata yang benar (terutama kata benda); bertanya

berulang-ulang atau percakapan dengan substansi kata yang tidak

memiliki arti; terpenggal-penggal, atau bicaranya tidak terdengar.

Kehilangan kemampuan untuk membaca dan menulis bertahap

(kehilangan keterampilan motorik halus).

7. Kenyamanan

Gejala : Adanya riwayat trauma kepala yang serius ( mungkin menjadi

factor predisposisi atau factor akselerasinya), trauma kecelakaan (

jatuh, luka bakar dan sebagainya).

Tanda : Ekimosis, laserasi dan rasa bermusuhan/menyerang orang lain.

8. Interaksi sosial

Gejala : Merasa kehilangan kekuatan. faktor psikososial sebelumnya;

pengaruh personal dan individu yang muncul mengubah pola tingkah

laku yang muncul. Tanda : Kehilangan control sosial,perilaku tidak

tepat.

9. Riwayat tidur

Pengkajian riwayat tidur antara lain: kuantitas (lama tidur) dan kualitas

tidur di siang maupun malam hari, aktivitas dan rekreasi yang

dilakukan sebelumnya, kebiasaan sebelum ataupun pada saat tidur,

lingkungan tidur, dengan siapa klien tidur, obat yang dikonsumsi

sebelum tidur, asupan dan stimulan, perasaan klien mengenai tidurnya,

apakah ada kesulitan tidur, dan apakah ada perubahan pola tidur.

Gejala klinis :
57

Gejala klinis ditandai dengan perasaan lelah, gelisah, emosi, apatis,

adanya kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak,

konjungtiva merah, dan mata perih, perhatian tidak fokus, serta sakit

kepala.

10. Penyimpangan tidur :

Penyimpangan tidur meliputi perubahan tingkah laku dan auditorik,

meningkatnya kegelisahan, gangguan persepsi, halusinasi visual dan

auditorik, bingung, dan disorientasi tempat dan waktu, ganguan

koordinasi, serta bicara rancu, tidak sesuai, dan intonasinya tidak

teratur.

2.5.2 Analisa Data

1) Data subyektif

a) Klien mengatakan tidak ada rasa kantuk, perasaan gelisah.

b) Klien mengatakan tidak mampu mengawali saat tidur.

2) Data obyektif

a) Klien sering merasa gelisah, disorientasi waktu.

b) Klien mengalami perubahan tingkah laku, kebingungan.

c) Klien tampak konjungtiva merah, dan sering merasakan mata perih

3) Diagnosa keperawatan

a) Risiko Jatuh

b) Kerusakan memori b/d distraksi lingkungan

c) Defisit perawatan diri b/d kelemahan muskuloskeletal

d) Ketidakefektifan koping b/d ketidakmampuan mengenal situasi

yang komplek
58

e) Gangguan pola tidur b/d halangan lingkungan (disorientasi waktu,

lingkungan, tempat)

2.5.3 Intervensi keperawatan

Table 2.8 Intervensi

NO Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1. Kerusakan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Manajemen
Memori keperawatan selama 3 x kunjungan , demensia
Definisi: kesadaran klien terhadap identitas 1) Perkenalkan diri
ketidakmampuan personal, waktu dan tempat lebih baik. saat melakukan
mengingat NOC : Manajemen Demensia
kontak dengan
informasi N Indikator 1 2 3 4 5
( Nanda, 2015) o
klien
Batasan 1 Kesulitan 2) Monitor daya
Karakteristik : . mengingat ingat klien
1. Ketidakma dan 3) Panggil klien
mpuan memproses dengan jelas,
melakukan informasi dengan lama
keterampil yang baru ketika
an yang terjadi melakukan
2 Kesulitan interaksi dan
telah
melakukan berbicara secara
dipelajari kebutuhan
sebelumny perlahan
dasar
a sehari-hari 4) Berikan alat
2. Ketidakma untuk mengingat
mpuan Keterangan : suatu informasi
mempelaja Beri tanda (X) sesuai dengan nilai 5) Ingatkan klien
ri informasi skoring klien sebelum intervensi untuk jadwal
baru Beri tanda ( ) sesuai dengan nilai yang harus
3. Ketidakma skoring klien setelah intervensi dilakukan oleh
mpuan 1) Sangat terganggu klien
mempelaja a) Tidak dapat memproses 6) Berikan waktu
ri informasi atau bahkan istirahat untuk
keterampil tidak ada informasi yang mengurangi
an baru dapat diingat atau kelelahan dan
4. Ketidakma diproses. stress
mpuan b) Sangat ketergantungan 7) Pilih aktifitas
mengingat dengan orang lain. Tidak sesuai
informasi dapat melakukan sama kemampuan
actual sekali kegiatan sehari-hari. pengelolaan
5. Keidakma 2) Terganggu kognitif dan
mpuan a) Kehilangan memori yang minat klien
mengingat parah.Hanya informasi 8) Beri latihan
perilaku yang sangat sederhana yang orientasi
tertentu dapat diterima oleh klien. misalnya klien
yang b) Dapat pemenuhan berlatih
pernah kebutuhan sehari-hari mengenai
dilakukan dibutuhkan bantuan dari informasi pribadi
6. Ketidakma orang lain secara maksimal. dan tanggal
59

mpuan 3) Cukup terganggu secara tepat


mengingat a) susah menerima dan 9) Memberikan
peristiwa memproses informasi yang kegiatan yang
7. Ketidakma sederhana tetapi terkadang dapat mengasah
mpuan masih ada informasi yang kerja otak
menyimpa dapat diterima. 10) Sediakan
n informasi b) Dapat melakukan kegiatan pengingat
8. Lupa sehari hari dengan antuan dengan
melakukan orang lain secara minimal menggunakan
perilaku dan menggunakan alat gambar dengan
pada waktu bantu. cara yang tepat(
yang telah 4) Sedikit terganggu mengunakan
dijadwalka a) Dapat menerima dan simbol, gambar,
n memproses informasi yang tulisan )
9. Mudah bersifat sederhana. 11) Kolaborasi
lupa b) Dapat melakukan kegiatan dengan perawat
sehari hari dengan bantuan yang lain agar
orang lain atau hanya selalu memantau
dengan alat bau. klien dan
5) Normal mengingtkan
a) Dapat menerima da klien
memproses informasi 12) Kolaborasi
dengan baik dengan tim
b) Dapat melakukan kegiatan medis lainnya.
sehari-har secara mandiri.
NO Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
2. Defisit perawatan Tujuan : setelah dilakukan tindakan Bantuan perawatan
diri (mandi) keperawatan selama 3 x 24 jam diri : mandi
masalah defisit perawatan diri dapat (kebersihan tubuh)
Definisi : teratasi. 1) Observasi
hambatan untuk NOC : Perawatan Diri : Mandi
keadaan
melakukan N Indikator 1 2 3 4 5
aktifitas mandi o
umum klien
secara mandiri 1. Mengambil dan kebersihan
alat mandi tubuh
Batasan 2. Mencuci 2) Sediakan
karateristik: wajah lingkungan
1. Ketidakma 3. Mencuci yang
mpuan bagian atas terapeutik
membasuh sampai dengan
tubuh bawah tubuh memastikan
2. Ketidakma Mengeringk suasana rileks
an tubuh
mpuan dan privasi
mengingat 3) Sediakan
waktu Keterangan : barang pribadi
untuk Beri tanda (X) sesuai dengan nilai yang
mandi skoring klien sebelum intervensi diinginkan
3. Ketidakma Beri tanda ( ) sesuai dengan nilai (sabun mandi,
mpuan skoring klien setelah intervensi pasta gigi dan
mengambil Skoring : sikat gigi,
pealatan 1) Sangat terganggu lotion,
mandi a) Mengambil alat mandi : deodoran)
tidak mampu 4) Letakkan
60

Faktor yang b) Mencuci wajah :tidak handuk, sabun,


berhubungan : mampu melakukan sendiri sikat gigi dan
1. Gangguan c) Mencuci tubuh bagian atas pasta gigi serta
neuromusk sampai bawah : tidak mampu aksesois lain
ular d) Mengeringkan badan tidak yang
2. Gangguan mampu diperlukan
kognitif 2) Terganggu disisi tempat
3. Kelemahan a) Mengambil alat mandi tidur
bantuan orang lain 5) Jaga
b) Mencuci wajah :melakukan kebersihan
hanya ¼ bagian wajah klien
dengan bantuan 6) Dukung
c) Mencuci tubuh bagian atas keluarga untuk
sampai bawh :melakukan berpartisipasi
dengan bantuan dari 2-3 untuk menjaga
orang kebersihan
d) Mengeringkan badan: klien
mampu melakukan hanya 1 7) Fasilitasi klien
bagian tubuh untuk
3) Cukup terganggu melakukan
a) Mengambil alat mandi : mandi sendiri
mampu mengambil hanya 1 8) Berikan
alat saja bantuan
b) Mencuci wajah :mampu sampai klien
melakukan hanya ½ bagian benar-benar
wajah dengan bantuan mampu
c) Mencuci tubuh bagian atas merawat diri
sampai bawah :melakukan
dengan bantuan 2 orang
d) Mengeringkan badan:
mampu melakukan hanya 2
bagian tubuh
4) Sedikit terganggu
a) Mengambil alat mandi :
mampu mnegambil 2 ampai
3 alat mandi
b) Mencuci wajah : mampu
melakukan setengah bagian
tanpa bantuan
c) Mencuci tubuh bagian atas
sampai bawah :melakukan
dengan bantuan 1 orang
d) Mengeringkan badan :
mampu melakukan hanya
pada 2 sampai 3 bagian
tubuh
5) Normal
a) Mengambil alat mandi :
mengambil semua alat mandi
yang diperlukan
b) Mencuci wajah : melakukan
seluruh wajah
c) Mencuci bagian bawah dan
61

atas tubuh : melakukan tanpa


bantuan
d) Mengeringkan badan :
melakukan utuh
NO Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
3 Ketidakefektifan Tujuan : setelah dilakukan asuhan 1) Amati
koping keperawatan diharapkan asia/ klien penyebab tidak
mengalami koping yang efektif efektifnya
Definisi: konsep diri.
Ketidakmampua N Indikator 1 2 3 4 5 2) Amati kekuatan
n untuk o seperti
membentuk 1 kemampuan
Konsentrasi
penilaian valid untuk
tentang stresor, 2 menceritakan
Memproses
ketidakmampua kenyataan dan
informasi
n pilahan respon mengenali
yang dilakukan, Keterangan : sumber tekanan
ketidakmampua Beri tanda (X) sesuai dengan nilai 3) Monitor risiko
n untuk skoring klien sebelum intervensi membahayakan
menggunakan Beri tanda ( ) sesuai dengan nilai diri
sumber daya skoring klien setelah intervensi 4) Bantu klien
yan ada, Skoring : menentukan
Faktor resiko: 1) Sangat terganggu tujuan yang
1. Akses a) Klien sama sekali tidak realistis dan
dukungan dapat konsentrasi mengenali
sosial tidak b) Klien tidak dapat memproses ketrampilan
adekuat informasi dan
2. Kesulitan 2) Terganggu pengetahuan
mengorganis a) konsentrasi terhadap hal hal pribadi
asi yang sederhana tetai 5) Anjurkan klien
informasi terkadang tidak dapat untuk membuat
3. Ketidakmam konsentrasi pilihan dan ikut
puan b) Hanya hal hal yang serta dalam
memenuhi sederhana yang dapat perencanaan
kebutuhan diproses dan terkaang tidak perawatan dan
dasar bisa aktivitas yang
4. Ketidakmam 3) Cukup terganggu terjadwal
puan a) Dapat konsentrasi terhadap 6) Berikan
mengatasi hal hal yang sederhana aktivitas fisik
masalah b) Hanya informasi hal-hal dan mental
5. Ketidakmam yang sederhana yang dapat yang tidak
puan diproses melebihi
menghadapi 4) Sedikit terganggu kemampuanklie
masalah a) Dapat konsentrasi terhadap n Jika memiliki
6. Ketidakmam hal-hal yang rumit 7) Gunakan
pan b) Dapat memproses informasi pendengaran
mengikuti terhadap hal yang rumit dan penerimaan
informasi 5) Normal aktif dalam
7. Perubahan a) Dapat konsentrasi dengan membantu
konsentrasi baik klien
8. Strategi b) Dapat memproses informasi mengekspresika
koping tidak dengan baik
62

efektif n emosi
8) Hindaripenenan
gan yang salah;
berikan
jawaban jujur
dan berikan
hanya
informasi yang
diminta
9) Dukunglah
perilaku
penanggulanga
n; berikan klien
waktu untuk
bersantai
10) Bantu klien
untuk
menjelaskan
arti gejala yang
mereka miliki
11) Anjurkan
penggunaan
relaksasi
perilaku
kognitif (misal
terapi
musik,guided
imagery)
12) Gunakan teknik
selingan selama
prosedur yang
menyebabkan
klien merasa
ketakutan
NO Diagnosa NOC NIC
Keperawatan

4 Gangguan polaTujuan : setelah dilakukan asuhan Environment


tidur
keperawatan 3 x 24 jam pada klien management
Definisi : dengan gangguan pola tidur dapat (manajemen
Interupsi jumlah teratasi. lingkungan)
waktu dan 1) Perkenalkan
kualitas akibat NOC : diri
faktor eksternal Kriteria hasil : 2) Monitoring
N Indikato 1 2 3 4 5 TTV
Faktor Resiko o r 3) Beri edukasi
1. Kesulitan 1 Waktu pentingnya
jatuh kebutuhan tidur
tidur
tertidur
4) Kaji pola tidur
2. Ketidakpua 2
san tidur Kualitas dengan cara
3. Menyataka tidur observasi
n tidak 5) Monitoring
3
63

merasa Teknik kenyamanan


cukup tidur relaksasi setelah tidur
4. Perubahan 4 6) Observasi
pola tidur Lingkun sering
normal
gan terbangun pada
Keterangan : malam hari
Beri tanda (X) sesuai dengan nilai 7) Ciptakan
skoring klien sebelum intervensi lingkungan
Beri tanda ( ) sesuai dengan nilai yang aman
skoring klien setelah intervensi 8) Berikan tempat
1) Sangat parah tidur dan
a) Waktu tidur : 0-2 jam lingkungan
b) Kualitas tidur : perasaan yang bersih dan
lelah, kelopak mata nyaman
bengkak, pusing 9) Berikan posisi
c) Teknik relaksasi : tidak tidur yang
bias/mampu melakukan membuat klien
teknik relaksasi yang nyaman
d) Lingkungan : mengatakan 10) Berikan terapi
tidak nyaman nafas dalam
2) Parah 11) Berikan terapi
a) Waktu tidur : 3-4 jam musik pada
b) Kualitas tidur : tidur tidak klien
puas, hitam disekitar mata,
pusing
c) Teknik relaksasi : bias
dilakukan teknik relaksasi
tapi tidak terpengaruh
d) Lingkungan : belum
terbiasa dengan lingkungan
3) Sedang
a) Waktu tidur : 5-6 jam
b) Kualitas tidur : selalu
terbangun saat tidur,
gelisah
c) Teknik relaksasi : sedikit
bisa dilakukan teknik
relaksasi
d) Lingkungan : mulai merasa
nyaman dengan lingkungan
4) Ringan
a) Waktu tidur : 7 jam
b) Kualitas tidur : sakit
kepala, mudah menguap
c) Teknik relaksasi : bias
melakukan teknik relaksasi
tapi masih dibantu
d) Lingkungan : sedikit
merasa nyaman
5) Normal
a) Waktu tidur : 8 jam
b) Kualitas tidur : tidak ada
gangguan tidur/merasa
64

nyaman
c) Teknik / relaksasi : bias
melakukan teknik relaksasi
d) Lingkungan : merasa
nyaman dan terbiasa
dengan lingkungan
NO Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
5 Risiko jatuh Tujuan :Setelah dilakukan asuhan 1) Mengidentifika
keperawatan 3x24 jam diharapkan si defisit
Definisi : risiko jatuh tidak dapat terjadi kognitif atau
Peningkata NOC : Kejadian jatuh fisik yang dapat
n kerentanan N Indikator 1 2 3 4 5 meningkatkan
untuk jatuh o potensi jatuh
yang dapat 1 Susah dalam
menyebabkan saat lingkungan
bahaya fisik 2 berdiri tertentu.
susah saat 2) Mengidentifika
Faktor Resiko 3 si perilaku dan
berjalan
1. Dewasa kesulitan faktor yang
a. Usia 65 melakuka mempengaruhi
tahun atau n kegiatan resiko jatuh
lebih dasar 3) Mengidentifika
b. Riwayat hidup si karakteristik
jatuh sehari- lingkungan
c. Prosthesis hari yang dapat
eksremita Keterangan : meningkatkan
s bawah Beri tanda (X) sesuai dengan nilai potensi untuk
d. Pengguna skoring klien sebelum intervensi jatuh ( misalnya
an alat Beri tanda ( ) sesuai dengan nilai : lantai yang
bantu skoring klien setelah intervensi licin dan tangga
2. Lingkungan 1) Sangat terganggu terbuka )
a. Lingkung a) Susah saat berdiri: tidak 4) Mendorong
an yang dapat berdiri klien untuk
tidak b) Susah saat berjalan : tidak menggunakan
terorganis dapat berjalan sepenuhnya tongkat atau
ir c) Kesulitan melakukan alat pembantu
b. Ruang kegiatan kehidupan sehari- berjalan
yang hari :dibantu orang lain 5) Membantu
memiliki dengan sepenuhnya toilet
pencahay 2) Terganggu seringkali,inter
aan yang a) Susah saat berdiri : dapat val dijadwalkan
redup berdiri dengan bantuan orang 6) Tempat artikel
c. Lantai lain atau alat sepenuhnya mudah
yang licin b) Susah saat berjalan : dapat dijangkau dari
3. Fisiologis berjalan dengan bantuan klien
a. Sakit akut orang lain atau alat bantu
b. Kelemaha dengan sepenuhnya
n dari c) Kesulitan melakukan
ekstermit kegiatan kehidupan sehari-
as bawah hari: diabntu orang dengan
c. Arthritis sepenuhnya
3) Cukup terganggu
65

a) Susah saat berdiri : dapat


berdiri dengan bantuan orang
lain atau alat minimal
b) Susah saat berjalan : dapat
berjalan dengan bantuan
orang lain atau alat bantu
dengan minimal
c) Kesulitan melakukan
kegiatan kehidupan sehari-
hari: diabntu orang dengan
minimal
4) Sedikit terganggu
a) Susah saat berdiri : dapat
berdiri dengan mengunakan
alat bantu saja
b) Susah saat berjalan : dapat
berjalan dengan alat bantu
saja
c) Kesulitan melakukan
kegiatan kehidupan sehari-
hari: mengunakan alat bantu
saja
5) Tidak terganggu
a) Susah saat berdiri : dapat
berdiri sendiri dengan alat
bantu
b) Susah saat berjalan : dapat
berjalan sendiri tanpa alat
bantu
c) Kesulitan melakukan
kegiatan kehidupan sehari-
hari : tidak ada kesulitan

2.5.4 Implementasi

adalah tahap ke empat dalam tahap proses keperawatan dalam

melaksanakan tindakan perawatan sesuai dengan rencana (Hidayat,

2013).

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses dokumentasi

keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana

keperawatan. Dengan rencana keperawatan yang diberikan dibuat

berdasrkan diagnosa yang tepat, intervensi diharapkan dapat mencapai


66

tujuan yang diharapkan untuk meningkatkan status kesehatan.

Implementasi meliputi klien, perawat dan staf lainnya yang akan

melaksanakan rencana keperawatan. Komponen lain dari proses

keperawatan, seperti pengkajian dan peencanaan berlajut selama

komponen ini. Didalam konsep konsep asuhan keperawatan ini klien

melakukan intervensi atau perencanaan yang sudah disusun kepaa para

klien lansia seperti melakukan terapi aktivitas dan lain-lain.

Menurut Debora tahun 2013 Implementasi merupakan suatu

tahapan keempat dari proses keperawatan. Tahap ini muncul jika

perencanaan yang dibuat diaplikasikan pada klien. Tindakan yang

dilakukan mungkin sama, mungkin juga berbeda dengan urutan yang

telah dibuat pada perencanaan. Aplikasi yang dilakukan pada klien akan

berbeda, disesuaikan dengan kondisi klien saat itu dan kebutuhan yang

paling dirasakan oleh klien. Implementasi keperawatan membutuhkan

fleksibilitas dan kreatifitas perawat. Sebelum melakukan suatu

tindakan, perawat harus mengetahui alasan mengapa tindakan tersebut

dilakukan. Perawat harus yakin bahwa:

1. Tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan tindakan

yang sudah direncanakan.

2. Dilakukan dengan cara yang tepat, aman, serta sesuai dengan

kondisi klien.

3. Selalu dievaluasi apakah sudah efektif.

4. Aktivitas yang dilakukan pada tahap implementasi

Jenis – jenis Implementasi :


67

Menurut Asmadi (2013) dalam melakukan implementasi

keperawatan terdapat tiga jenis implementasi keperawatan, yaitu :

1. Independent implementations adalah suatu tindakan yang

dilakukan secara mandiri oleh perawat tanpa petunjuk dari tenaga

kesehatan lainnya. Independent implementations ini bertujuan

untuk membantu klien dalam mengatasi masalahnya sesuai dengan

kebutuhan klien itu sendiri, seperti contoh : membantu klien dalam

memenuhi activity daily living (ADL), memberikan perawatan diri,

menciptakan lingkungan yang aman, nyaman dan bersih untuk

klien, memberikan dorongan motivasi, membantu dalam

pemenuhan psiko-sosio-spiritual klien, membuat dokumentasi, dan

lain-lain.

2. Interdependent/collaborative implementations adalah tindakan

perawat yang dilakukan berdasarkan kerjasama dengan tim

kesehatan yang lain. Contohnya dalam pemberian obat, harus

berkolaborasi dengan dokter dan apoteker untuk dosis, waktu, jenis

obat, ketepatan cara, ketepatan klien, efek samping dan respon

klien setelah diberikan obat.

3. Dependen implementations adalah pelaksanaan rencana tindakan

medis/instruksi dari tenaga medis seperti ahli gizi, psikolog,

psikoterapi, dan lain-lain dalam hal pemberian nutrisi kepada klien

sesuai dengan diet yang telah dibuat oleh ahli gizi dan latihan fisik

sesuai dengan anjuran bagian fisioterapi.


68

2.5.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah proses yang memungkinkan

perawat untuk menetukan apakah intervensi keperawatan telah

berhasil meningkatkan kondisi klien atau tidak. Kriteria proses yaitu

menilai pelaksanaan proses keperawatan sesuai situasi, kondisi dan

kebutuhan klien. Evaluasi proses harus dilaksanakan untuk membantu

keefektifan terhadap tindakan. Kriteria keberhasilan yaitu menilai

hasil asuhan keperawatan yang ditujukan dengan perubahan tingkah

laku klien. Disini peneliti melakukan evaluasi apakah intervensi yang

telah dilakukan sudah berhasil dalam meningkatkan memori klin,

mengurangi defisit perawatan diri klien, membantu klien dalam

keefektifan koping dan mencegah resiko jatuh pada klien.

Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan. Pada

tahap ini perawat membandingkan hasil tindakan yang telah

dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan serta menilai

apakah masalah yang terjadi sudah teratasi seluruhnya, hanya

sebagian, atau bahkan belum teratasi semuanya. Evaluasi adalah

proses yang berkelanjutan yaitu suatu proses yang digunakan

mengukur dan memonitor kondisi klien untuk mengetahui kesesuaian

tindakan keperawatan, perbaikan tindakan keperawatan, kebutuhan

kliet saat ini, perlunya dirujuk pada tempat kesehatan lainnya dan

apakah perlu menyusun ulang prioritas diagnosis supaya kebutuhan

klien bisa terpenuhi (Debora, 2011).


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam laporan penelitian ini adalah studi kasus, yaitu

studi yang mengeksplorasi suatu masalah atau fenomena dengan batasan

terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam dan menyertakan berbagai

sumber informasi. Studi kasus dibatasi oleh waktu dan tempat, serta kasus yang

dipelajari berupa peristiwa, aktivitas atau individu (Parwoto, 2015). Studi kasus

ini adalah studi kasus untuk mengeksplorasi asuhana keperawatan pada klien

lansia dengan demensia disertai gangguan pola tidur di Griya Asih Lawang.

3.2 Batasan Ilmiah

Batasan istilah adalah pernyataan yang menjelaskan istilah – istilah yang

menjelaskan istilah – istilah kunci yang menjadi focus studi kasus. Beberapa

batasan istilah antara lain :

1. Definisi demensia menurut WHO adalah sindrom neurodegeneratif yang

timbul karena adanya kelainan yang bersifat kronis dan progesifitas disertai

dengan gangguan fungsi luhur multiple seperti kalkulasi, kapasitas belajar,

bahasa, dan mengambil keputusan. Kesadaran pada demensia tidak terganggu.

Gangguan fungsi kognitif biasanya disertai dengan perburukan kontrol emosi,

perilaku, dan motivasi. (WHO, 2014).

2. Gangguan pola tidur merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan adanya

gangguan dalam jumlah, kualitas atau waktu tidur pada seorang individu

(Harsono, 2014).

3.3 Partisipan

69
70

Subyek yang digunakan sebagai partisipan dalam studi kasus ini adalah dua

klien yang memiliki masalah keperawatan dan diagnosa medis yang sama.

Partisipan atau unit yang diteliti dalam studi kasus ini klien demensia dengan

gangguan pola tidur di Griya Asih Lawang, Kabupaten Malang.

1. Inklusi

a. Lansia usia 70-80 tahun

b. Lansia dengan hasil pemeriksaan PSQI buruk saat pengkajian.

c. Lansia dengan hasil pemeriksaan MMSE ringan-sedang saat pengkajian.

2. Ekslusi

a. Lansia demensia dengan komplikasi

b. Lansia meninggal sebelum selesai penelitian

c. Lansia dengan gangguan pendengaran

3.4 Lokasi dan Waktu penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Griya asih Lawang jl. Pramuka RT 06 RW

07 Lawang penelitian dilaksanakan selama 14 hari dengan 3x kunjungan pada

tanggal 20 Juli s/d 3 Agustus 2018 dengan responden para lansia penghuni Griya

Asih Lawang.

3.5 Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh hasil anamnese tentang

identitas klien, keluhan utama yang dirasakan klien, riwayat penyakit

sekarang, penyakit dahulu dan riwayat penyakit keluarga, pola aktivitas

sehari-hari yang dilakukan klien sebelum sakit dan pada saat sakit.
71

Sumber data dapat diperoleh dari ungkapan secara langsung yang

disampaikan oleh klien maupun keluarga klien.

2. Observasi dan pemeriksaan fisik

Observasi dan pemeriksaan fisik dilakukan secara fisik disini yang

perlu diperhatiakan oleh peneliti adalah tingkat kecemasan klien, raut

wajah klien , pola aktivitas sehari-hari klien, tanda- tanda vital klien

dan juga fungsi dari organ-organ klien masih berfungsi dengan baik

atau ada tidaknya gangguan.

3. Studi dokumentasi dan angket (hasil pemeriksaan diagnostik dan data

lain yang relevan).

3.6 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data atau informasi

yang diperoleh sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi.

Uji keabsahan data dilakukan dengan:

1. Memperpanjang waktu pengamatan atau tindakan

2. Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber data

utama yaitu klien, perawat yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

3. Keabsahan data perlu dijamin akan kebenarannya, peneliti telah melakukan

dengan konfirmasi informasi yang telah ditemukan dengan cara melakukan

verifikasi tingkat kepercayaan (credibility) dengan tujuan untuk menilai

kebenaran dari temuan data yang telah dibuat oleh peneliti berdasarkan

informasi dari partisipan.


72

4. Partisipan diberi kesempatan untuk membaca berulang kali dan dimohon

memberikan penilaian apakah isi temuan data tersebut sesuai dengan

pengalaman diri sendiri (Prawoto, 2015)

3.7 Alur Studi Kasus

Pemohonan Surat Ijin Penelitian

Populasi Seluruh Klien Demensia


Dengan Gangguan Pola Tidur

Peneliti Menentukan Sample dengan 2 Partisipan


Berdasarkan Inklusi Yang Ditentukan Peneliti

Menjelaskan Maksud Dan Tujuan Peneliti

Informed Consent Memastikan Legalitas Persetujuan Dengan Surat


Persetujuan Bersedia Menjadi Responden

Uji Keabsahan Data Menggunakan Triangulasi Sumber,


Teknik Dan Waktu

Analisa Data

Hasil dan Pembahasan

Penarikan kesimpulan

Penyajian data

Bagan 3.1 Alur Studi Kasus


73

3.8 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya

membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini

pembahasan. Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-

jawaban yang diperoleh dari hasil interprestasi wawancara mendalam yang

dilakukan untuk menjawab rumusan masalah. Teknik analisis yang digunakan

dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan

data untuk selanjutnya diinterprestasikan dan dibandingkan teori yang ada

sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut. Urutan

dalam analisis adalah:

1. Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen).

Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam

bentuk transkrip (catatan terstruktur).

2. Mereduksi data

Dari hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan

dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokkan menjadi data

subyektif dan obyektif, dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan

diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.

3. Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun

teks naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan

identitas dari klien serta surat informed consent yang telah disetujui

responden.
74

4. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan

dengan hasil penelitian terdahulu secara teoritis dengan perilaku

kesehatan. Penarikan kesimpulan dengan metode induksi. Data yang

dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan,

tindakan, dan evaluasi.

3.9 Etika Penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat

penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan

langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan.

Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut

(Hidayat, 2014):

1. Informed consent (persetujuan)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed

consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed

consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian,

mengetahui dampaknya. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus

menghormati hak klien. Beberapa informasi yang ada dalam informed

consent tersebut antara lain:

a. Partisipasi klien

b. Tujuan dilakukannnya tindakan

c. Komitmen
75

d. Prosedur pelaksanaan

e. Potensial masalah yang akan terjadi

f. Manfaat

g. Kerahasiaan

2. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan adalah masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunakan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. Dalam

penelitian ini peneliti menggunakan inisial pada nama klien.

3. Confidentiality (kerahasian)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang tealah dikumpulkan dijaminan

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset. Pada penelitian ini peneliti menjaga

kerahasiaan dengan cara tidak menyebarkan informasi apapun yang

berasal dari klien kepada orang lain.

4. Justice (keadilan)

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil

terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan

kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek profesional ketika

perawat bekerja untuk klien yang benar sesuai hukum, standar praktek

dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan


76

kesehatan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rencana terapi yang

sama pada 2 partisipan yang berbeda.

5. Veracity (Kejujuran)

Nilai ini diperlukan oleh pemberi layanan kesehatan untuk

menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa

klien sangat mengerti. Dalam penelitian ini peneliti menyampaikan

penjelasan dengan jujur kepada partisipan.

6. Beneficence

Manfaat suatu penelitian yang harus secara nyata lebih besar

kadarnya dibanding risiko yang munkin akan dialami oleh subjek

penelitian dan harus dilakukan dengan metode yang benar secara ilmiah

serta harus dilaksanakan oleh penelitian yang kompeten. Dalam penelitian

ini peneliti mempelajari instrumen – instrumen terapi yang diberikan pada

partisipan agar peneliti mendapat manfaat penelitian ini.

7. Nonmaleficience

Mengusahakan semaksimal mungkin agar subjek tidak terpapar

oleh perlakuan yang akan merugikan jiwa maupun kesehatan dan

kesejahteraannya. Peneliti lebih berhati – hati dari mulai perencanaan

tindakan, sampai implementasi karena agar klien tidak merasaa

dirugikan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Lokasi Penelitian

Griya Asih Lawang merupakan lembaga dibawah yayasan Diakonia GPIB

Rumah Asuh Anak Lansia GRIYA ASIH LAWANG yang beralamat di

JL.Pramuka RT 06 RW O7 Ds Ngarmato Kelurahan Lawang Kecamatan

Lawang. Didalam Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih lawang ini

menampung anak yatim atau yatim piatu dan juga lansia atau disebut dengan

panti werdha dengan sistem rumah asuh atau pendampingan saja. Griya Asih

Lawang terdiri dari bangunan asrama panti werdha, bangunan anak yatim,
2
bangunan aula, perkantoran dan rumah dinas dengan luas 6000 m dengan

personil organisasi sebanyak 21 orang dengan tugas yang telah dibagi masing-

masing, dan terdapat 24 lansia di Griya Asih Lawang.

4.1.2 Pengkajian

a. Identitas klien

Tabel 4.1 Identitas Klien

Identitas Klien Klien 1 Klien 2


Nama Ny. L Ny. Y
Usia 72 th 77 th
Jenis kelamin P P
Alamat Jl.Kalimas Baru Jl.Irian Jaya 96 Situbondo
1/3A Perak Utara
Pabean Canhan
Surabaya
Status pernikahan Menikah Janda
Agama Kristen Kristen
Pekerjaan IRT Swasta
Suku bangsa Jawa Cina
Tanggal masuk 17 September 2017 07 November 2007
Tanggal pengkajian 2 Juli 2018 7 Juli 2017

77
78

Diagnosa medis Demensia Demensia

b. Status kesehatan

Tabel 4.2 Status Kesehatan Dan Riwayat Kesehatan

Riwayat Penyakit Klien 1 Klien 2

Keluhan Utama Klien mengeluh sering lupa Klien mengatakan sering lupa
dan sering terbangun saat dan susah untuk mengawali
malam hari ± 2x / malam. tidur.
Riwayat Penyakit Klien datang ke Griya Asih Klien datang ke Griya Asih
Sekarang Lawang dengan diantarkan Lawang denga diantarkan
keluarga tanpa keluhan atau keluarga dengan kondisi klien
riwayat penyakit. mengalami gangguan mobilitas
fisik.
Riwayat Penyakit Klien tidak memiliki Klien tidak memiliki riwayat
Dahulu riwayat penyakit terdahulu. penyakit terdahulu.

Sering Riwayat Dalam keluarga klien tidak Dalam keluarga klien tidak ada
Penyakit Keluarga ada riwayat penyakit seperti riwayat penyakit seperti
hipertensi, diabetes militus hipertensi, diabetes militus dan
dan lain-lain. lain-lain.

c. Genogram

Klien 1
Ket :

: perempuan

: laki-laki

X : meninggal

: menikah

X X X X X X : penderita / klien
79

Klien 2
Ket :

: perempuan

: laki-laki

X : meninggal

: menikah

X X X X X : penderita / klien

Bagan 4.1 Genogram

d. Pola kesehatan

Tabel 4.3 Pola Kesehatan

POLA KLIEN1 KLIEN2


KESEHATA
N
Pola Nutrisi Klien makan 3x1 sehari Jumlah makanan 1 porsi, 3 x
dengan gizi seimbang yang 1
telah ditentukan oleh panti. Jenis makanan nasi, lauk, dan
Klien memenuhi kebutuhan sayur
makan tanpa dibantu oleh Cara pemberian makanan
orang lain. melalui oral. Klien memenuhi
Jumlah minuman 8 kebutuhan makan tanpa
gelas/hari dibantu oleh orang lain.
Frekuensi minuman 2000 Jumlah minuman 7
ml/24 jam gelas/hari
Frekuensi minuman 1500
ml/24 jam
Pola BAB lancar, warnanya Klien mengatakan lupa
Eliminasi kuning, bentuknya padat
Frekuensi BAK 5x/hari,
warnanya kuning cerah, bau
khas kencing
Pola Klien tidur 3 jam/hari Klien lupa, klien mengatakan
Istirahat/tidur Tidur siang 1 jam/hari, tidurnya sering terbangun.
malam 2 jam/hari
Tidur tidak nyaman sering
terbangun
Pola Personal Mandi 2x perhari, pakai Mandi 2x perhari, pakai
Hygiene sabun, mandi pagi dan sore sabun, mandi pagi dan sore
secara mandiri secara dengan bantuan
80

Pola Aktifitas Klien mengikuti aktivitas Aktivitas sehari-hari dibantu


senam pagi setiap hari alat (kursi roda).
dipanti.

Ketergantung Klien beraktifitas secara Klien beraktifitas dibantu


an mandiri orang lain dan alat bantu
(kursi roda)

e. Pemeriksaan fisik

Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik

Klien 1 Klien 2
Suhu 36,7 ºC 36,2 ºC

Nadi 82 x/menit 77 x/menit


Tekanan Darah 110/70 mmHg 120/90 mmHg
Pernafasan 18 x/menit 24 x/menit

GCS 4 5 6 Compos mentis 4 5 6 Compos mentis

TB 153 cm 157 cm

BB 56 kg 65 kg

Keadaan Umum Baik Baik

Kepala
Ekspresi wajah Grimace (-) tegang (-) Grimace (-) tegang (-)

Rambut Rambut berwarna putih Rambut berwarna putih


tidak rata, bersih tidak rata, tidak lepek dan
bersih
Kulit Kepala Bersih dan tidak ada lesi Bersih dan tidak ada
lesi

Mata Simetris, konjungtiva Simetris, konjungtiva


anemis, sklera putih, tidak merah muda, sklera putih,
ada benjolan, reaksi pupil tidak ada benjolan, reaksi
terhadap cahaya responnya pupil terhadap cahaya
mengecil, pupil isokor, responya mengecil, pupil
terdapat kantung mata isokor, terdapat kantung
mata
Hidung Simetris, tidak ada polip, Simetris, tidak ada polip,
tidak terdapat pernafasan tidak terdapat pernafasan
cuping hidung cuping hidung

Telinga Simetris, pendengaran Simetris, pendengaran


baik tidak baik

Mulut Bibir atas dan bawah Bibir atas dan bawah


81

simetrsis, tidak terdapat simetrsis, tidak terdapat


bibir sumbing, gigi palsu bibir sumbing, gigi gusi
gusi dan lidah bersih. dan lidah bersih dan
adanya karang gigi
Leher
Asimetris/simetris Bentuknya simetris Bentuknya simetris

Pembesaran Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran


kelenjar kelenjar lymfe kelenjar lymfe
lymfe

Pemeriksaan Thorak
Pulmonum

Inspeksi Pergerakan dada simetris, Pergerakan dada


bentuknya normal chest simetris, bentuknya
normal chest
Palpasi Tidak ada nyeri tekan, Tidak ada nyeri tekan,
pergerakan antara kanan dan pergerakan antara kanan
kiri seimbang dan kiri seimbang

Perkusi Sonor Sonor

Auskultasi Tidak ada suara nafas Tidak ada suara nafas


tambahan seperti ronchi dan tambahan seperti ronchi
whezing dan whezing
Ronchi Whezing Ronchi Whezing

Cardiovaskular
Inspeksi Ictus cordis tidak tampak Ictus cordis tidak
tampak
Palpasi Ictus cordis teraba Ictus cordis teraba
Perkusi Batas jantung normal: batas Batas jantung normal:
atas (N=ICS II), batas batas atas (N=ICS II),
bawah (N=ICS V), batas batas bawah (N=ICS V),
kiri (N=ICS V Mid batas kiri (N=ICS V Mid
Clavikula Sinistra), batas Clavikula Sinistra), batas
kanan (N=ICS IV Mid kanan (N=ICS IV Mid
Sternalis Dextra) Sternalis Dextra)
Batas kanan : Pekak Batas kanan : Pekak
Batas kiri :Pekak Batas kiri :Pekak
Auskultasi S1 S2 tunggal S1 S2 tunggal
Abdomen
Inspeksi Bentuknya datar Bentuknya datar

Auskultasi Adanya suara bising usus Adanya suara bising usus


82

12x/menit 11x/menit

Perkusi Timpani Timpani

Palpasi Saat dipalpasi perutnya Saat dipalpasi perutnya


tidak teraba adanya tidak teraba adanya
pembesaran hepar dan pembesaran hepar dan
tidak ada nyeri tekan tidak ada nyeri tekan
Inguinal – Geeatalia Tidak terdapat kelainan Tidak terdapat kelainan
dan Anus pada daerah genetalia pada daerah genetalia

Kekuatan otot
D S D S
5 5 5 5
5 5
1 1
Tidak terbatas
Rentang gerak Terbatas saat bergerak

Tidak ada deformitas ada deformitas


Deformitas Ada tremor ada termor
Tremor
Tidak ada edema kaki Tidak ada edema kaki
Edema kaki Menggunakan alat bantu
Tidak menggunakan alat kursi roda
bantu
Penggunaan alat Tidak bisa berjalan
bantu
Normal
Gaya Berjalan

f. Psikososial

4.5 Tabel Pengkajian Psikososial Klien

No Keterangan Klien 1 Klien 2

1 Komunikasi dengan Klien sering Klienjarang


orang lain berkomunikasi dengan berkomunikasi dengan
orang lain orang lain
2 Hubungan dengan Hubungan dengan Hubungan dengan
orang lain orang lain lumayana orang lain baik
baik
3 Peran dalam Klien melakukan Klien melakukan
kelompok perannya dengan baik perannya dengan baik
4 Kesedihan yang Jauh dari keluarga Tidak ada
dirasakan terutama tidak punya
anak
83

5 Stabilitas emosi Kurang baik, kadang- Baik


kadang marah

4.1.3 Pengkajian Indeks

Tabel 4.6 Hasil Indeks

No Instrumen Klien 1 Klien 2


1. KATZ Mandiri Tergantung pada
orang lain
2. Barthel indeks Mandiri Ketergantungan
berat
3. MMSE Sedang sedang
4. PSQI Buruk Buruk
5. BBS - Memakai kursi roda
(wheelchair bound)

4.1.4 Analisa data

Tabel 4.7 Analisa data klien 1

No Data Etiologi Masalah keperawatan

1. Ds : klien mengatakan Proses menua Kerusakan memori


sering lupa
Do:
1. Klien tampak Gangguan penurunan
bingung daya ingat, gangguan
mengerutkan kognitif, gangguan
alisnya saat diberi memori
pertanyaan tanggal
berapa hari ini Perubahan mengawasi
2. Klien tidak ingat keadaan kompleks dan
terhadap informasi berpikir abstrak
yang diberikan
peneliti pada
pertemuan terakhir Kerusakan memori
kali.
3. Hasil dari
pengkajian MMSE
dengan skor 19
(sedang)
2. Ds :Klien mengatakan Proses menua Gangguan pola tidur
sering terbangun pada
malam hari karena ingin
ke kamar mandi. Gangguan
Do : terhadaplingkungan,
1. Klien sering gangguan sosial seperti
terbagun malam hari teman sekitar
± 1-2 x/malam
2. Klien tampak susah
84

mengawali untuk Susah mengawali tidur,


tidur kembali miring sering terbangun dimalam
kanan kiri saat akan hari
tidur
3. Terdapat kantung
mata Kesulitan mengatur pola
4. Saat pagi klien tidur
tampak sering
menguap Gangguan pola tidur
5. Hasil dari pengkajian
PSQI skor 21
mengalami kualitas
tidur buruk

Tabel 4.8 Analisa data klien II

No Data Etiologi Masalah keperawatan


1 Ds : klien Kerusakan memori
mengatakan sering Proses menua
lupa
Do:
1. Klien saat Gangguan penurunan
menjawab daya ingat, gangguan
pertanyaan kognitif, gangguan
sering lupa. memori
2. Klien
bertanya Perubahan mengawasi
nama keadaan kompleks dan
peneliti berpikir abstrak
berulang-
ulang.
3. Hasil dari Kerusakan memori
pengkajian
MMSE
dengan skor
22 (sedang)

2 Ds :Klien
mengatakan sering Proses menua Gangguan pola
terbangun pada tidur
malam hari
Do : Gangguan
1. Klien tampak terhadaplingkungan,
susah gangguan sosial seperti
mengawali teman sekitar
untuk tidur
kertas
diletakkan Susah mengawali tidur
diatas
mukanya
sering dibuka Kesulitan mengatur pola
dan ditutup tidur
2. Terdapat
85

kantung mata Gangguan pola tidur


3. Saat pagi
klien tampak
sering
menguap.
4. Saat duduk di
kursi roda
klien sering
ertidur
6. Hasil dari
pengkajian
PSQI 19
(buruk)

3 Ds : klien Proses menua Risiko jatuh


mengatakan kaku di
lutut dan susah
digerakkan. Kehilangan fungsi otot

1. Usia klien 77
tahun Kekakuan sendi,
2. Bagian kaki penggunaan kursi roda
klien susah
diluruskan.
3. Klien Risiko jatuh
melakukan
aktivitas
dengan bantuan
orang lain dan
alat.
4. Tampak sering
tertidur di kursi
roda sehingga
posisi duduk
condong ke
depan.
5. Skore BBS 9
(penggunaan
kursi roda)
6. Kekuatan otot
5 5

2 2
86

4.1.3 Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.9 Diagnosa Keperawatan

Tanggal Prioritas diagnosa TTD


muncul
Klien 1
Gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan

Kerusakan memori berhubungan dengan distraksi lingkungan

Klien 2
Risiko jatuh

Gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan

Kerusakan memori berhubungan dengan distraksi lingkungan

4.1.5 Intervensi
Tabel 4.10 Intervensi klien I

No Diagnosa Keperawatan (Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)

1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan 1) Perkenalkan diri


lingkungan. 2) Monitoring TTV
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 3) Kaji pola tidur dengan cara
x kunjungan dalam 14 hari pada klien dengan observasi
gangguan pola tidur dapat teratasi. 4) Monitoring kenyamanan
setelah tidur
Dengan kriteria hasil : 5) Observasi sering terbangun
1. mengawali tidur malam 1 jam lebih awal pada malam hari
sebelum pemberian terapi 6) Ciptakan lingkungan yang
2. Terbangun dimalam hari berkurang 1x dari aman
sebelumnya 7) Berikan tempat tidur dan
3. Kualitas tidur membaik lingkungan yang bersih dan
NOC : Tidur nyaman
No Indikator 1 2 3 4 5 8) Berikan posisi tidur yang
1 Waktu X membuat klien yang nyaman
tidur 9) Berikan terapi nafas dalam
10) Berikan terapi musik pada
2 Kualitas X klien
tidur
3
Teknik
relaksasi X
4
Lingkunga X
n
Keterangan :
Beri tanda (X) sesuai dengan nilai skoring klien
sebelum intervensi
87

Beri tanda ( ) sesuai dengan nilai skoring klien


setelah intervensi
1) Sangat parah
a) Waktu tidur : 0-2 jam
b) Kualitas tidur : perasaan lelah, kelopak
mata bengkak, pusing
c) Teknik relaksasi : tidak mampu
melakukan teknik relaksasi
d) Lingkungan : mengatakan tidak nyaman
2) Parah
a) Waktu tidur : 3-4 jam
b) Kualitas tidur : tidur tidak puas, hitam
disekitar mata, pusing
c) Teknik relaksasi : sedikit dapat
melakukan dengan bantuan orang lain
d) Lingkungan : belum terbiasa dengan
lingkungan
3) Sedang
a) Waktu tidur : 5-6 jam
b) Kualitas tidur : gelisah
c) Teknik relaksasi : sedikit bisa dilakukan
teknik relaksasi dibantu minimal
d) Lingkungan : mulai merasa nyaman
dengan lingkungan
4) Ringan
a) Waktu tidur : 7 jam
b) Kualitas tidur : mudah menguap
c) Teknik relaksasi : dapat melakukan
teknik relaksasi tapi sering lupa
d) Lingkungan : sedikit merasa nyaman
5) Normal
a) Waktu tidur : 8 jam
b) Kualitas tidur : tidak ada gangguan
tidur/merasa nyaman
c) Teknik / relaksasi : dapat melakukan teknik
relaksasI
d) Lingkungan : merasa nyaman dan terbiasa
dengan lingkungan

2. Kerusakan memori berhubungan dengan distraksi 1) Perkenalkan diri saat


lingkungan melakukan kontak dengan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien
selama 3 x kunjungan dalam 14 hari , kesadaran klien 2) Monitor daya ingat klien
terhadap identitas personal, waktu dan tempat lebih 3) Panggil klien dengan jelas,
baik dengan lama ketika
Dengan kriteria hasil : melakukan interaksi dan
1. Gangguan kognitif menurun 1 angka dari hasil
sebelum intervensi
berbicara secara perlahan
2. Fokus kepada lawan berbicara 4) Berikan alat untuk mengingat
NOC : Manajemen Demensia suatu informasi
N Indikator 1 2 3 4 5 5) Ingatkan klien untuk jadwal
o yang harus dilakukan oleh
klien
6) Berikan waktu istirahat untuk
88

1 Kesulitan X mengurangi kelelahan dan


. mengingat stress
dan 7) Pilih aktifitas sesuai
memproses kemampuan pengelolaan
informasi
kognitif dan minat klien
yang baru
terjadi
8) Beri latihan orientasi
2 Kesulitan X misalnya klien berlatih
melakukan mengenai informasi pribadi
kebutuhan dan tanggal secara tepat
dasar sehari- 9) Memberikan kegiatan yang
hari dapat mengasah kerja otak
10) Sediakan pengingat dengan
Keterangan : menggunakan gambar dengan
Beri tanda (X) sesuai dengan nilai skoring klien cara yang tepat( mengunakan
sebelum intervensi simbol, gambar, tulisan )
Beri tanda ( ) sesuai dengan nilai skoring klien
11) Kolaborasi dengan perawat
setelah intervensi
yang lain agar selalu
1) Sangat terganggu
memantau klien dan
a) Tidak dapat memproses informasi atau
mengingtkan klien
bahkan tidak ada informasi yang dapat
diingat atau diproses. 12) Kolaborasi dengan tim medis
lainnya
b) Sangat ketergantungan dengan orang
lain. Tdak dapat melakukan sama sekali
kegiatan sehari-hari.
2) Terganggu
a) Hanya informasi yang sangat sederhana
yang dapat diterima oleh klien.
b) Dapat pemenuhan kebutuhan sehari-hari
dibutuhkan bantuan dari orang lain
secara maximal.
3) Cukup terganggu
a) Susah memproses informasi yang
sederhana tetapi masih ada informasi
yang dapat diterima.
b) Dapat melakukan kegiatan sehari hari
dengan bantuan orang lain secara
minimal
4) Sedikit terganggu
a) Dapat memproses informasi yang
bersifat sederhana.
b) Dapat melakukan kegiatan sehari hari
dengan bantuan orang lain atau hanya
dengan alat bantu.
5) Normal
a) Dapat memproses informasi dengan baik
Dapat melakukan kegiatan sehari-har secara mandiri.
89

Tabel 4.11 Intervensi klien II

No Diagnosa Keperawatan (Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)

1. Risiko jatuh 1) Mengidentifikasi defisit


Tujuan :Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x kognitif atau fisik yang dapat
kunjungan dalam 14 hari diharapkan risiko jatuh meningkatkan potensi jatuh
tidak dapat terjadi dalam lingkungan tertentu.
Dengan kriteria hasil : 2) Mengidentifikasi perilaku dan
1. Mematuhi saat beraktivitas menggunakan faktor yang mempengaruhi
alat bantu resiko jatuh
2. Beraktivitas secara dibantu orang lain 3) Mengidentifikasi karakteristik
minimal. lingkungan yang dapat
NOC : Kejad.an jatuh meningkatkan potensi untuk
No Indikator 1 2 3 4 5 jatuh ( misalnya : lantai yang
1 licin dan tangga terbuka )
Susah saat X
4) Mendorong klien untuk
berdiri
2 menggunakan tongkat atau alat
susah saat X
pembantu berjalan
berjalan
3 5) Membantu toilet
kesulitan X
seringkali,interval dijadwalkan
melakukan
kegiatan
dasar hidup
sehari-hari
Keterangan :
Beri tanda (X) sesuai dengan nilai skoring klien
sebelum intervensi
Beri tanda ( ) sesuai dengan nilai skoring klien setelah
intervensi
1) Sangat terganggu
a) Susah saat berdiri: tidak dapat berdiri
b) Susah saat berjalan : tidak dapat berjalan
sepenuhnya
c) Kesulitan melakukan kegiatan kehidupan
sehari-hari :dibantu orang lain dengan
sepenuhnya
2) Terganggu
a) Susah saat berdiri : dapat berdiri dengan
bantuan orang lain atau alat sepenuhnya
b) Susah saat berjalan : dapat berjalan dengan
bantuan orang lain atau alat bantu dengan
sepenuhnya
c) Kesulitan melakukan kegiatan kehidupan
sehari-hari: diabntu orang dengan
sepenuhnya kecuali makan minum
3) Cukup terganggu
a) Susah saat berdiri : dapat berdiri dengan
bantuan orang lain atau alat minimal
b) Susah saat berjalan : dapat berjalan dengan
bantuan orang lain atau alat bantu dengan
minimal
c) Kesulitan melakukan kegiatan kehidupan
sehari-hari: diabntu orang dengan minimal
90

4) Sedikit terganggu
a) Susah saat berdiri : dapat berdiri dengan
mengunakan alat bantu saja
b) Susah saat berjalan : dapat berjalan dengan
alat bantu saja
c) Kesulitan melakukan kegiatan kehidupan
sehari-hari: mengunakan alat bantu saja
5) Tidak terganggu
a) Susah saat berdiri : dapat berdiri sendiri
dengan alat bantu
b) Susah saat berjalan : dapat berjalan sendiri
tanpa alat bantu
c) Kesulitan melakukan kegiatan kehidupan
sehari-hari : tidak ada kesulitan
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan 1) Perkenalkan diri
lingkungan. 2) Monitoring TTV
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 3) Kaji pola tidur dengan cara
x kunjungan dalam 14 hari pada klien dengan observasi
gangguan pola tidur dapat teratasi. 4) Monitoring kenyamanan
setelah tidur
Dengan kriteria hasil : 5) Observasi sering terbangun
1. mengawali tidur malam 1 jam sebelum terapi pada malam hari
2. Terbangun dimalam hari berkurang 1x dari 6) Ciptakan lingkungan yang
sebelumnya aman
3. Kualitas tidur membaik 7) Berikan tempat tidur dan
NOC : Tidur lingkungan yang bersih dan
No Indikator 1 2 3 4 5 nyaman
1 Waktu X 8) Berikan posisi tidur yang
tidur membuat klien yang nyaman
9) Berikan terapi nafas dalam
2 Kualitas X 10) Berikan terapi musik pada
tidur klien
3
Teknik
relaksasi X
4
Lingkunga
n X
Keterangan :
Beri tanda (X) sesuai dengan nilai skoring klien
sebelum intervensi
Beri tanda ( ) sesuai dengan nilai skoring klien setelah
intervensi
1) Sangat parah
a) Waktu tidur : 0-2 jam
b) Kualitas tidur : perasaan lelah, kelopak
mata bengkak, pusing
c) Teknik relaksasi : tidak mampu
melakukan teknik relaksasi
d) Lingkungan : mengatakan tidak nyaman
2) Parah
a) Waktu tidur : 3-4 jam
b) Kualitas tidur : tidur tidak puas, hitam
91

disekitar mata, pusing


c) Teknik relaksasi : sedikit dapat
melakukan dengan bantuan orang lain
d) Lingkungan : belum terbiasa dengan
lingkungan
3) Sedang
a) Waktu tidur : 5-6 jam
b) Kualitas tidur : gelisah
c) Teknik relaksasi : sedikit bisa dilakukan
teknik relaksasi dibantu minimal
d) Lingkungan : mulai merasa nyaman
dengan lingkungan
4) Ringan
a) Waktu tidur : 7 jam
b) Kualitas tidur : mudah menguap
c) Teknik relaksasi : dapat melakukan teknik
relaksasi tapi sering lupa
d) Lingkungan : sedikit merasa nyaman
5) Normal
a) Waktu tidur : 8 jam
b) Kualitas tidur : tidak ada gangguan
tidur/merasa nyaman
c) Teknik / relaksasi : dapat melakukan
teknik relaksasI
d) Lingkungan : merasa nyaman dan terbiasa
dengan lingkungan
3. Kerusakan memori berhubungan dengan distraksi 1) Perkenalkan diri saat
lingkungan melakukan kontak dengan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien
selama 3 x kunjungan dalam 14 hari , kesadaran klien 2) Monitor daya ingat klien
terhadap identitas personal, waktu dan tempat lebih 3) Panggil klien dengan jelas,
baik dengan lama ketika
Dengan kriteria hasil : melakukan interaksi dan
a. Gangguan kognitif menurun 1 angka dari hasil
sebelum intervensi
berbicara secara perlahan
b. Fokus kepada lawan berbicara 4) Berikan alat untuk mengingat
NOC : Manajemen Demensia suatu informasi
N Indikator 1 2 3 4 5 5) Ingatkan klien untuk jadwal
o yang harus dilakukan oleh
1 Kesulitan X klien
. mengingat 6) Berikan waktu istirahat untuk
dan mengurangi kelelahan dan
memproses stress
informasi 7) Pilih aktifitas sesuai
yang baru
kemampuan pengelolaan
terjadi
2 Kesulitan
kognitif dan minat klien
melakukan X 8) Beri latihan orientasi
kebutuhan misalnya klien berlatih
dasar sehari- mengenai informasi pribadi
hari dan tanggal secara tepat
9) Memberikan kegiatan yang
Keterangan : dapat mengasah kerja otak
Beri tanda (X) sesuai dengan nilai skoring klien 10) Sediakan pengingat dengan
sebelum intervensi
92

Beri tanda ( ) sesuai dengan nilai skoring klien setelah menggunakan gambar dengan
intervensi cara yang tepat( mengunakan
1) Sangat terganggu simbol, gambar, tulisan )
a) Tidak dapat memproses informasi atau 11) Kolaborasi dengan perawat
bahkan tidak ada informasi yang dapat yang lain agar selalu
diingat atau diproses. memantau klien dan
b) Sangat ketergantungan dengan orang lain. mengingtkan klien
Tdak dapat melakukan sama sekali 12) Kolaborasi dengan tim medis
kegiatan sehari-hari. lainnya
2) Terganggu
a) Hanya informasi yang sangat sederhana
yang dapat diterima oleh klien.
b) Dapat pemenuhan kebutuhan sehari-hari
dibutuhkan bantuan dari orang lain secara
maximal.
3) Cukup terganggu
a) Susah memproses informasi yang
sederhana tetapi masih ada informasi
yang dapat diterima.
b) Dapat melakukan kegiatan sehari hari
dengan bantuan orang lain secara
minimal
4) Sedikit terganggu
a) Dapat memproses informasi yang bersifat
sederhana.
b) Dapat melakukan kegiatan sehari hari
dengan bantuan orang lain atau hanya
dengan alat bantu.
5) Normal
a) Dapat memproses informasi dengan baik
Dapat melakukan kegiatan sehari-har secara
mandiri.
93

4.16 Implementasi

Tabel 4.12 Implementasi klien I

Gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan

Kunjungan ke 1 Kunjungan ke 2 Kunjungan ke 3


2018
Jam Implementasi Jam Implementasi Jam Implementasi
19.00 1. Memperkenalkan diri saat melakukan 20.00 1. Memperkenalkan diri saat melakukan 20.00 1. Memperkenalkan diri saat melakukan
kontak dengan klien kontak dengan klien kontak dengan klien
a. Meyebutkan nama a. Meyebutkan nama a. Meyebutkan nama
b. Menyebutkan asal b. Menyebutkan asal b. Menyebutkan asal
c. Menatap mata klien saat c. Menatap mata klien saat c. Menatap mata klien saat
memperkenalkan diri memperkenalkan diri memperkenalkan diri
2. Mengukur TTV 2. Mengukur TTV 2. Mengukur TTV
a. Mengukur tekanan darah a. Mengukur tekanan darah a. Mengukur tekanan darah
b. Mengukur pernafasan b. Mengukur pernafasan b. Mengukur pernafasan
3. Mengkaji pola tidur 3. Mengkaji pola tidur 3. Mengkaji pola tidur
a. Mencatat mulai jam berapa diatas a. Mencatat mulai jam berapa diatas a. Mencatat mulai jam berapa diatas
tempat tidur tempat tidur tempat tidur
b. Mencatat mulai jam berapa mulai b. Mencatat mulai jam berapa mulai b. Mencatat mulai jam berapa mulai
tidur tidur tidur
c. Mencatat kebiasaan sebelum tidur c. Mencatat kebiasaan sebelum tidur c. Mencatat kebiasaan sebelum tidur
d. Mencatat efisiensi tidur d. Mencatat efisiensi tidur d. Mencatat efisiensi tidur
menggunakan rumus yang menggunakan rumus yang menggunakan rumus yang
ditentukan ditentukan ditentukan
4. Mengkaji kenyamanan setelah bangun 4. Mengkaji kenyamanan setelah bangun 4. Mengkaji kenyamanan setelah bangun
tidur tidur tidur
a. Peneliti menanyakan keadaan klien a. Peneliti menanyakan keadaan a. Peneliti menanyakan keadaan
saat setelah bangun tidur pusing, klien saat setelah bangun tidur klien saat setelah bangun tidur
94

lelah. pusing, lelah. pusing, lelah.


5. Mengobservasi sering terabangun pada 5. Mengobservasi sering terabangun 5. Mengobservasi sering terabangun
malam hari pada malam hari pada malam hari
a. Peneliti mencatat mulai jam berapa a. Peneliti mencatat mulai jam a. Peneliti mencatat mulai jam
klien terbangun berapa klien terbangun berapa klien terbangun
6. Menciptakan lingkungan yang nyaman 6. Menciptakan lingkungan yang 6. Menciptakan lingkungan yang
a. Peneliti mengkaji kenyamanan nyaman nyaman
klien saat akan tidur a. Peneliti mengkaji kenyamanan a. Peneliti mengkaji kenyamanan
b. Klien memposisikan tidur lebih klien saat akan tidur klien saat akan tidur
menengah dan mendekati tembok b. Klien memposisikan tidur lebih b. Klien memposisikan tidur lebih
c. Klien lebih suka menghadap menengah dan mendekati tembok menengah dan mendekati tembok
tembok saat tidur c. Klien lebih suka menghadap c. Klien lebih suka menghadap
d. Klien saat tidur lebih suka tembok saat tidur tembok saat tidur
menyalahkan lampu kamar d. Klien saat tidur lebih suka d. Klien saat tidur lebih suka
7. Memberikan terapi relaksasi menyalahkan lampu kamar menyalahkan lampu kamar
a. Mengajarkan terapi musik 30 menit 7. Memberikan terapi relaksasi 7. Memberikan terapi relaksasi
sebelum tidur a. Mengajarkan terapi musik 30 a. Mengajarkan terapi musik 30
b. Peneliti mengajarkan mengurangi menit sebelum tidur menit sebelum tidur
minum sebelum tidur agar b. Peneliti mengajarkan mengurangi b. Peneliti mengajarkan mengurangi
mengurangi BAK dimalam hari minum sebelum tidur agar minum sebelum tidur agar
agar tidak sering terbangun pada mengurangi BAK dimalam hari mengurangi BAK dimalam hari
malam hari agar tidak sering terbangun pada agar tidak sering terbangun pada
c. Klien melakukan terapi musik malam hari malam hari
dengan bantuan peneliti atau asisten c. Klien melakukan terapi musik c. Klien melakukan terapi musik
peneliti yang berada di griya asih dengan bantuan peneliti atau dengan bantuan peneliti atau
lawang. asisten peneliti yang berada di asisten peneliti yang berada di
griya asih lawang. griya asih lawang.
95

Tabel 4.13 Implementasi klien I

Kerusakan memori berhubungan dengan distraksi lingkungan

Kunjungan ke 1 Kunjungan ke 2 Kunjungan ke 3


2018
Jam Implementasi Jam Implementasi Jam Implementasi
09.0 1. Memperkenalkan diri saat melakukan 10.00 1. Memperkenalkan diri saat melakukan 10.00 1. Memperkenalkan diri saat
0 kontak dengan klien kontak dengan klien melakukan kontak dengan klien
a. Meyebutkan nama a. Meyebutkan nama a. Meyebutkan nama
b. Menyebutkan asal b. Menyebutkan asal b. Menyebutkan asal
c. Menatap mata klien saat c. Menatap mata klien saat c. Menatap mata klien saat
memperkenalkan diri memperkenalkan diri memperkenalkan diri
2. Memonitor daya ingat klien 2. Memonitor daya ingat klien 2. Memonitor daya ingat klien
a. Menanyakan kembali nama klien a. Menanyakan kembali nama klien a. Menanyakan kembali nama klien
b. Menanyakan kembali alamat klien b. Menanyakan kembali alamat klien b. Menanyakan kembali alamat klien
3. Memanggil klien dengan jelas, dengan 3. Memanggil klien dengan jelas, 3. Memanggil klien dengan jelas,
lama ketika melakukan interaksi dan dengan lama ketika melakukan dengan lama ketika melakukan
berbicara secara perlahan interaksi dan berbicara secara interaksi dan berbicara secara
a. Berbicara sedikit keras dan jelas perlahan perlahan
b. Mendekatkan mulut peneliti a. Berbicara sedikit keras dan jelas a. Berbicara sedikit keras dan jelas
ketelingga klien saat berbicara b. Mendekatkan mulut peneliti b. Mendekatkan mulut peneliti
4. Mengingatkan klien untuk jadwal yang ketelingga klien saat berbicara ketelingga klien saat berbicara
harus dilakukan oleh klien 4. Mengingatkan klien untuk jadwal 4. Mengingatkan klien untuk jadwal
a. Melakukan kontrak dengan klien yang harus dilakukan oleh klien yang harus dilakukan oleh klien
5. Memberikan waktu istirahat untuk a. Melakukan kontrak dengan klien a. Melakukan kontrak dengan klien
mengurangi kelelahan dan stress 5. Memberikan waktu istirahat untuk 5. Memberikan waktu istirahat untuk
a. Peneliti melakukan 45 menit setiap mengurangi kelelahan dan stress mengurangi kelelahan dan stress
kali pertemua dengan klien a. Peneliti melakukan 45 menit a. Peneliti melakukan 45 menit
6. Memilih aktifitas sesuai kemampuan setiap kali pertemua dengan klien setiap kali pertemua dengan klien
pengelolaan kognitif dan minat klien 6. Memilih aktifitas sesuai kemampuan 6. Memilih aktifitas sesuai kemampuan
96

a. Peneliti melakukan pendampingan pengelolaan kognitif dan minat klien pengelolaan kognitif dan minat klien
senam otak a. Peneliti melakukan a. Peneliti melakukan
7. Memberi latihan orientasi misalnya klien pendampingan senam otak pendampingan senam otak
berlatih mengenai informasi pribadi dan 7. Memberi latihan orientasi misalnya 7. Memberi latihan orientasi misalnya
tanggal secara tepat klien berlatih mengenai informasi klien berlatih mengenai informasi
a. Memberikan informasi tentang pribadi dan tanggal secara tepat pribadi dan tanggal secara tepat
informasi sederhana keklien seperti a. Memberikan informasi tentang a. Memberikan informasi tentang
hari, tanggal dan tahun informasi sederhana keklien informasi sederhana keklien
seperti hari, tanggal dan tahun seperti hari, tanggal dan tahun

Tabel 4.14 Implementasi klien II

Risiko Jatuh

Kunjungan ke 1 Kunjungan ke 2 Kunjungan ke 3

Jam Implementasi Jam Implementasi Jam Implementasi


10.00 1. Mengidentifikasi perilaku dan faktor 09.00 1. Mengidentifikasi perilaku dan faktor 10.00 1. Mengidentifikasi perilaku dan faktor
yang mempengaruhi resiko jatuh yang mempengaruhi resiko jatuh yang mempengaruhi resiko jatuh
a. Melihat klien tremor atau tidak a. Melihat klien tremor atau tidak a. Melihat klien tremor atau tidak
2. Mengidentifikasi karakteristik 2. Mengidentifikasi karakteristik 2. Mengidentifikasi karakteristik
lingkungan yang dapat meningkatkan lingkungan yang dapat meningkatkan lingkungan yang dapat meningkatkan
potensi untuk jatuh ( misalnya : lantai potensi untuk jatuh ( misalnya : lantai potensi untuk jatuh ( misalnya : lantai
yang licin dan tangga terbuka ) yang licin dan tangga terbuka ) yang licin dan tangga terbuka )
a. Melihat kondisi lingkungan dari a. Melihat kondisi lingkungan dari a. Melihat kondisi lingkungan dari
klien klien klien
3. Mendorong klien untuk menggunakan 3. Mendorong klien untuk 3. Mendorong klien untuk menggunakan
tongkat atau alat pembantu berjalan menggunakan tongkat atau alat tongkat atau alat pembantu berjalan
a. Klien menggunakan kursi roda pembantu berjalan a. Klien menggunakan kursi roda
4 Membantu toilet seringkali, interval a. Klien menggunakan kursi roda 4. Membantu toilet seringkali, interval
dijadwalkan 4. Membantu toilet seringkali, interval dijadwalkan
97

a. Klien memakai pempers dijadwalkan a. Klien memakai pempers


5 Tempat artikel mudah dijangkau dari a. Klien memakai pempers 5. Tempat artikel mudah dijangkau dari
pasien 5. Tempat artikel mudah dijangkau dari pasien
a. Aktivitas klien dalam pengawasan pasien a. Aktivitas klien dalam pengawasan
a. Aktivitas klien dalam
pengawasan
Tabel 4.15 Implementasi klien II

Gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan

Kunjungan ke 1 Kunjungan ke 2 Kunjungan ke 3


2018
Jam Implementasi Jam Implementasi Jam Implementasi
19.30 1. Memperkenalkan diri saat melakukan 19.30 1. Memperkenalkan diri saat melakukan 19.00 1. Memperkenalkan diri saat melakukan
kontak dengan klien kontak dengan klien kontak dengan klien
a. Meyebutkan nama a. Meyebutkan nama a. Meyebutkan nama
b. Menyebutkan asal b. Menyebutkan asal b. Menyebutkan asal
c. Menatap mata klien saat c. Menatap mata klien saat c. Menatap mata klien saat
memperkenalkan diri memperkenalkan diri memperkenalkan diri
2. Mengukur TTV 2. Mengukur TTV 2. Mengukur TTV
a. Mengukur tekanan darah a. Mengukur tekanan darah a. Mengukur tekanan darah
b. Mengukur pernafasan b. Mengukur pernafasan b. Mengukur pernafasan
3. Mengkaji pola tidur 3. Mengkaji pola tidur 3. Mengkaji pola tidur
a. Mencatat mulai jam berapa diatas a. Mencatat mulai jam berapa diatas a. Mencatat mulai jam berapa diatas
tempat tidur tempat tidur tempat tidur
b. Mencatat mulai jam berapa mulai b. Mencatat mulai jam berapa mulai b. Mencatat mulai jam berapa mulai
tidur tidur tidur
c. Mencatat kebiasaan sebelum tidur c. Mencatat kebiasaan sebelum tidur c. Mencatat kebiasaan sebelum tidur
d. Mencatat efisiensi tidur d. Mencatat efisiensi tidur d. Mencatat efisiensi tidur
menggunakan rumus yang menggunakan rumus yang menggunakan rumus yang
ditentukan ditentukan ditentukan
4. Mengkaji kenyamanan setelah bangun 4. Mengkaji kenyamanan setelah bangun 4. Mengkaji kenyamanan setelah bangun
98

tidur tidur tidur


a. Peneliti menanyakan keadaan klien a. Peneliti menanyakan keadaan a. Peneliti menanyakan keadaan
saat setelah bangun tidur pusing, klien saat setelah bangun tidur klien saat setelah bangun tidur
lelah. pusing, lelah. pusing, lelah.
5. Mengobservasi sering terabangun pada 5. Mengobservasi sering terabangun 5. Mengobservasi sering terabangun
malam hari pada malam hari pada malam hari
a. Peneliti mencatat mulai jam berapa a. Peneliti mencatat mulai jam a. Peneliti mencatat mulai jam
klien terbangun berapa klien terbangun berapa klien terbangun
6. Menciptakan lingkungan yang nyaman 6. Menciptakan lingkungan yang 6. Menciptakan lingkungan yang
a. Peneliti mengkaji kenyamanan nyaman nyaman
klien saat akan tidur a. Peneliti mengkaji kenyamanan a. Peneliti mengkaji kenyamanan
b. Klien memposisikan tidur lebih klien saat akan tidur klien saat akan tidur
menengah dan mendekati tembok b. Klien memposisikan tidur lebih b. Klien memposisikan tidur lebih
c. Klien lebih suka saat memulai tidur menengah dan mendekati tembok menengah dan mendekati tembok
mukanya tertutup oleh kertas c. Klien lebih suka saat memulai c. Klien lebih suka saat memulai
7. Memberikan terapi relaksasi tidur mukanya tertutup oleh kertas tidur mukanya tertutup oleh kertas
a. Mengajarkan terapi musik 30 menit 7. Memberikan terapi relaksasi 7. Memberikan terapi relaksasi
sebelum tidur a. Mengajarkan terapi musik 30 a. Mengajarkan terapi musik 30
b. Peneliti mengajarkan mengurangi menit sebelum tidur menit sebelum tidur
minum sebelum tidur agar b. Peneliti mengajarkan mengurangi b. Peneliti mengajarkan mengurangi
mengurangi BAK dimalam hari minum sebelum tidur agar minum sebelum tidur agar
agar tidak sering terbangun pada mengurangi BAK dimalam hari mengurangi BAK dimalam hari
malam hari agar tidak sering terbangun pada agar tidak sering terbangun pada
c. Klien melakukan terapi musik malam hari malam hari
dengan bantuan peneliti atau asisten c. Klien melakukan terapi musik Klien melakukan terapi musik
peneliti yang berada di griya asih dengan bantuan peneliti atau dengan bantuan peneliti atau
lawang. asisten peneliti yang berada di asisten peneliti yang berada di
griya asih lawang. griya asih lawang.
99

Tabel 4.16 Implementasi klien II

Kerusakan memori berhubungan dengan distraksi lingkungan

Kunjungan ke 1 Kunjungan ke 2 Kunjungan ke 3


2018
Jam Implementasi Jam Implementasi Jam Implementasi
09.0 1. Memperkenalkan diri saat melakukan 10.00 1. Memperkenalkan diri saat melakukan 10.00 1. Memperkenalkan diri saat melakukan
0 kontak dengan klien kontak dengan klien kontak dengan klien
a. Meyebutkan nama a. Meyebutkan nama a. Meyebutkan nama
b. Menyebutkan asal b. Menyebutkan asal b. Menyebutkan asal
c. Menatap mata klien saat c. Menatap mata klien saat c. Menatap mata klien saat
memperkenalkan diri memperkenalkan diri memperkenalkan diri
2. Memonitor daya ingat klien 2. Memonitor daya ingat klien 2. Memonitor daya ingat klien
a. Menanyakan kembali nama klien a. Menanyakan kembali nama klien a. Menanyakan kembali nama klien
b. Menanyakan kembali alamat klien b. Menanyakan kembali alamat klien b. Menanyakan kembali alamat klien
3. Memanggil klien dengan jelas, dengan 3. Memanggil klien dengan jelas, 3. Memanggil klien dengan jelas,
lama ketika melakukan interaksi dan dengan lama ketika melakukan dengan lama ketika melakukan
berbicara secara perlahan interaksi dan berbicara secara interaksi dan berbicara secara
a. Berbicara sedikit keras dan jelas perlahan perlahan
b. Mendekatkan mulut peneliti c. Berbicara sedikit keras dan jelas a. Berbicara sedikit keras dan jelas
ketelingga klien saat berbicara d. Mendekatkan mulut peneliti b. Mendekatkan mulut peneliti
4. Mengingatkan klien untuk jadwal yang ketelingga klien saat berbicara ketelingga klien saat berbicara
harus dilakukan oleh klien 4. Mengingatkan klien untuk jadwal 4. Mengingatkan klien untuk jadwal
a. Melakukan kontrak dengan klien yang harus dilakukan oleh klien yang harus dilakukan oleh klien
5. Memberikan waktu istirahat untuk a. Melakukan kontrak dengan klien a. Melakukan kontrak dengan klien
mengurangi kelelahan dan stress 5. Memberikan waktu istirahat untuk 5. Memberikan waktu istirahat untuk
a. Peneliti melakukan 45 menit mengurangi kelelahan dan stress mengurangi kelelahan dan stress
setiap kali pertemua dengan klien a. Peneliti melakukan 45 menit a. Peneliti melakukan 45 menit
6. Memilih aktifitas sesuai kemampuan setiap kali pertemua dengan klien setiap kali pertemua dengan klien
pengelolaan kognitif dan minat klien 6. Memilih aktifitas sesuai kemampuan 6. Memilih aktifitas sesuai kemampuan
a. Peneliti melakukan pengelolaan kognitif dan minat klien pengelolaan kognitif dan minat klien
pendampingan senam otak dan a. Peneliti melakukan a. Peneliti melakukan
100

mengarahkan gerakan senam otak pendampingan senam otak dan pendampingan senam otak dan
7. Memberi latihan orientasi misalnya mengarahkan gerakan senam otak mengarahkan gerakan senam otak
klien berlatih mengenai informasi 7. Memberi latihan orientasi misalnya 7. Memberi latihan orientasi misalnya
pribadi dan tanggal secara tepat klien berlatih mengenai informasi klien berlatih mengenai informasi
a. Memberikan informasi tentang pribadi dan tanggal secara tepat pribadi dan tanggal secara tepat
informasi sederhana keklien a. Memberikan informasi tentang a. Memberikan informasi tentang
seperti hari, tanggal dan tahun informasi sederhana keklien informasi sederhana keklien
seperti hari, tanggal dan tahun seperti hari, tanggal dan tahun

4.17 Evaluasi

Tabel 4.17 Evaluasi klien I

Gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan

Kunjungan ke 1 Kunjungan ke 2 Kunjungan ke 3

S: Klien mengatakan sering terbangun saat malam hari S: Klien mengatakan tadi malam tidurnya masih S: Klien mengatakan malah tidak bias tidur saat
O: sering terbangun menerapkan terapi musik
O: O:
1. Klien sering terbagun malam hari 3 x/malam
2. Klien tampak susah mengawali untuk tidur kembali 1. Klien sering terbagun malam hari ± 1-2 x/malam 1. Klien sering terbagun malam hari ± 1-2 x/malam
miring kanan kiri saat akan tidur 2. Klien tampak susah mengawali untuk tidur 2. Klien tampak susah mengawali untuk tidur
3. Saat tidur klien menyalakan lampunya kembali miring kanan kiri saat akan tidur kembali miring kanan kiri saat akan tidur
4. Klien mampu melakukan terapi musik mandiri 3. Terdapat kantung mata 3. Terdapat kantung mata
meskipun terkadang masih sering diingatkan 4. Saat pagi klien tampak sering menguap 4. Saat pagi klien tampak sering menguap
5. Terdapat kantung mata 5. Hasil dari pengkajian PSQI skor 21 mengalami 5. Saat tidur klien menyalakan lampunya
6. Saat pagi klien tampak sering menguap kualitas tidur buruk 6. Klien mampu melakukan terapi musik mandiri
7. Hasil dari pengkajian PSQI skor 21 mengalami 6. Saat tidur klien menyalakan lampunya meskipun terkadang masih sering diingatkan
kualitas tidur buruk 7. Klien mampu melakukan terapi musik mandiri 7. Hasil dari pengkajian PSQI skor 21 mengalami
101

NOC : Tidur meskipun terkadang masih sering diingatkan kualitas tidur buruk
No Indikator NOC : Tidur NOC : Tidur

Akhir
Awal

Target
No Indikator No Indikator

Akhir

Akhir
Target

Target
Awal

Awal
1 Waktu tidur 1 2 1
1 Waktu tidur 1 2 1 1 Waktu tidur 1 2 2

2 Kualitas tidur 2 4 3
2 Kualitas tidur 2 4 3 2 Kualitas tidur 2 4 3

3
Teknik relaksasi 1 2 2 3 3
Teknik relaksasi 1 2 2 Teknik relaksasi 1 2 2
4 Lingkungan 3 5 5
4 Lingkungan 3 5 5 4 Lingkungan 3 5 5

A : Masalah Belum Teratasi


P : Lanjutkan Intervensi 1-8
A : Masalah belum teratasi A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1-7 P : Lanjutkan Intervensi 1-8
102

Tabel 4.18 Evaluasi klien I

Kerusakan memori berhubungan dengan distraksi lingkungan

Kunjungan ke 1 Kunjungan ke 2 Kunjungan ke 3

S: Saat ditanya hari ini hari apa? Klien menjawab S: Klien mengatakan lupa dengan peneliti S:klien mengatakan ingat hari ini tanggal berapa,
lupa sekarang hari apa. O: tetapi lupa dengan hari ini hari apa.
O: 1. Klien tampak bingung mengerutkan alisnya O:
1. Klien tampak bingung mengerutkan alisnya saat diberi pertanyaan tanggal berapa hari ini 1. Klien tampak bingung mengerutkan alisnya saat
saat diberi pertanyaan tanggal berapa hari ini 2. Klien tidak ingat terhadap informasi yang diberi pertanyaan tanggal berapa hari ini
2. Klien tidak ingat terhadap informasi yang diberikan peneliti pada pertemuan terakhir kali. 2. Klien tidak ingat terhadap informasi yang
diberikan peneliti pada pertemuan terakhir kali. 3. Hasil dari pengkajian MMSE dengan skor 19 diberikan peneliti pada pertemuan terakhir kali.
3. Hasil dari pengkajian MMSE dengan skor 19 (sedang) 3. Hasil dari pengkajian MMSE dengan skor 19
(sedang) 4. Klien focus kepada lawan berbicara (sedang)
4. Klien focus kepada lawan berbicara 5. Kesulitan mengingat informasi 4. Klien focus kepada lawan berbicara
5. Kesulitan mengingat informasi 6. Klien melakukan senam otak selama ± 15 5. Kesulitan mengingat informasi
6. Klien melakukan senam otak selama ± 15 menit dengan bantuan DVD 6. Klien melakukan senam otak selama ± 15 menit
menit dengan bantuan DVD NOC : Manajemen Demensia dengan bantuan DVD
NOC : Manajemen Demensia No Indikator NOC : Manajemen Demensia

Target

Akhir
Awal
No Indikator No Indikator
Target

Target
Akhir

Akhir
Awal

Awal
1 Kesulitan 3 4 3
1 Kesulitan 3 4 3 mengingat dan 1 Kesulitan 3 4 3
mengingat dan memproses mengingat dan
memproses informasi yang baru memproses
informasi yang baru terjadi informasi yang baru
terjadi 2 Kesulitan 3 4 4 terjadi
2 Kesulitan 3 4 4 melakukan 2 Kesulitan 3 4 4
melakukan kebutuhan dasar melakukan
kebutuhan dasar sehari-hari kebutuhan dasar
sehari-hari sehari-hari
A : Masalah belum teratasi
103

A : Masalah Belum Teratasi P : Lanjutkan Intervensi 1-7 A : Masalah belum teratasi


P : Lanjutkan Intervensi 1-7 P : Lanjutkan Intervensi 1-7

Tabel 4.19 Evaluasi klien 2


Risiko Jatuh

Kunjungan ke 1 Kunjungan ke 2 Kunjungan ke 3

S: klien mengatakan mandi secara mandiri hanya saja S: klien mengatakan mandi secara mandiri hanya S: klien dapat mandi sendiri dan hanya diawasi
diawasi oleh orang lain saja diawasi oleh orang lain oleh orang lain

O: O: O:
1. K/U baik 4. K/U baik 1. K/U baik
2. Kesadaran compos mentis 1. Kesadaran compos mentis 2. Kesadaran compos mentis
3. Klien selalu diawasi oleh orang lain 2. Klien selalu diawasi oleh orang lain 3. Klien selalu diawasi oleh orang lain
4. Klien berusia lanjut 3. Skore BBS 9 4. Klien berusia lanjut
5. Skore BBS 9 4. Klien berusia lanjut 5. Skore BBS 9
6. Kekuatan otot 5. Kekuatan otot 6. Kekuatan otot
5 5 5 5 7. Klien tidak pernah jatuh
5 5
2 2 2 2
NOC : Kejad.an jatuh NOC : Kejad.an jatuh 2 2
No Indikator No Indikator
Targe

Akhir

Targe

Akhir
Awal

Awal
t

t
NOC : Kejad.an jatuh
No Indikator

Targe

Akhir
Awal

t
1 Susah saat 1 2 1 1 Susah saat 1 2 1
berdiri berdiri 1 Susah saat 1 2 1
susah saat susah saat berdiri
104

berjalan berjalan susah saat


berjalan
2 Kesulitan 1 2 2 2 Kesulitan 1 2 2 2 Kesulitan 1 2 2
melakukan melakukan melakukan

3 kegiatan dasar 2 3 2 3 kegiatan dasar 2 3 2 3 kegiatan dasar 2 3 3


hidup sehari-hari hidup sehari-hari hidup sehari-hari

A : Masalah Belum Teratasi A : Masalah Teratasi Sebagian A : Masalah Teratasi Sebagian


P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3,6,7 P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3,6,7 P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3,6,7

Tabel 4.20 Evaluasi klien II


Gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan

Kunjungan ke 1 Kunjungan ke 2 Kunjungan ke 3

S: Klien mengatakan sering terbangun saat malam hari S: Klien mengatakan tadi malam tidurnya masih S: Klien mengatakan malah tidak bias tidur saat
O: sering terbangun menerapkan terapi musik
1. Klien sering terbagun malam hari 3 x/malam O: O:
2. Klien tampak susah mengawali untuk tidur kembali 1. Klien sering terbagun malam hari 3 x/malam 1. Klien sering terbagun malam hari 3 x/malam
miring kanan kiri saat akan tidur 2. Klien tampak susah mengawali untuk tidur 2. Klien tampak susah mengawali untuk tidur
3. Dapat melakukan terapi musik dengan bantuan orang kembali miring kanan kiri saat akan tidur dan kembali miring kanan kiri saat akan tidur dan
lain menutupi wajahnya dengan kertas menutupi wajahnya dengan kertas
4. Terdapat kantung mata 3. Terdapat kantung mata 3. Dapat melakukan terapi musik dengan bantuan
5. Saat pagi klien tampak sering menguap 4. Saat pagi klien tampak sering menguap orang lain
6. Hasil dari pengkajian PSQI skor 21 mengalami 5. Hasil dari pengkajian PSQI skor 21 mengalami 4. Saat tidur klien menyalakan lampu kamarnya
kualitas tidur buruk kualitas tidur buruk 5. Terdapat kantung mata
105

7. Saat tidur klien menyalakan lampu kamarnya 6. Saat tidur klien menyalakan lampu kamarnya 6. Saat pagi klien tampak sering menguap
NOC : Tidur 7. Dapat melakukan terapi musik dengan bantuan 7. Hasil dari pengkajian PSQI skor 21 mengalami
No Indikator orang lain kualitas tidur buruk

Akhir
Target
Awal
NOC : Tidur NOC : Tidur
No Indikator No Indikator

Akhir

Akhir
Target

Target
Awal

Awal
1 Waktu tidur 1 2 1
1 Waktu tidur 1 2 1 1 Waktu tidur 1 2 1
2 Kualitas tidur 4 5 4
2 Kualitas tidur 4 5 4 2 Kualitas tidur 4 5 5
3
Teknik relaksasi 1 2 2
3 3
4 Lingkungan 4 5 5 Teknik relaksasi 1 2 2 Teknik relaksasi 1 2 2

4 Lingkungan 4 5 5 4 Lingkungan 4 5 5

A : Masalah Belum Teratasi


P : Lanjutkan Intervensi 1-8 A : Masalah belum teratasi A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1-7 P : Lanjutkan Intervensi 1-8

Tabel 4.21 Evaluasi klien II


Kerusakan memori berhubungan dengan distraksi lingkungan

Kunjungan ke 1 Kunjungan ke 2 Kunjungan ke 3

S: Saat ditanya hari ini hari apa? Klien menjawab lupa S: Klien mengatakan lupa dengan peneliti S:klien mengatakan ingat hari ini tanggal berapa,
sekarang hari apa. O: tetapi lupa dengan hari ini hari apa.
106

O: 1. Klien tampak bingung mengerutkan alisnya O:


1. Klien tampak bingung mengerutkan alisnya saat saat diberi pertanyaan tanggal berapa hari ini 1. Klien tampak bingung mengerutkan alisnya
diberi pertanyaan tanggal berapa hari ini 2. Klien tidak ingat terhadap informasi yang saat diberi pertanyaan tanggal berapa hari ini
2. Klien tidak ingat terhadap informasi yang diberikan peneliti pada pertemuan terakhir 2. Klien tidak ingat terhadap informasi yang
diberikan peneliti pada pertemuan terakhir kali. kali. diberikan peneliti pada pertemuan terakhir
3. Hasil dari pengkajian MMSE dengan skor 19 3. Hasil dari pengkajian MMSE dengan skor 19 kali.
(sedang) (sedang) 3. Hasil dari pengkajian MMSE dengan skor 19
4. Klien focus kepada lawan berbicara 4. Klien focus kepada lawan berbicara (sedang)
5. Kesulitan mengingat informasi 5. Kesulitan mengingat informasi 4. Klien focus kepada lawan berbicara
6. Klien melakukan senam otak selama ± 15 menit 6. Klien melakukan senam otak selama ± 15 5. Kesulitan mengingat informasi
dengan bantuan DVD menit dengan bantuan DVD 6. Klien melakukan senam otak selama ± 15
NOC : Manajemen Demensia NOC : Manajemen Demensia menit dengan bantuan DVD
No Indikator No Indikator NOC : Manajemen Demensia
Target

Target
Akhir
Awal

Akhir
Awal
No Indikator

Target

Akhir
Awal
1 Kesulitan 3 4 3 1 Kesulitan 3 4 3
mengingat dan mengingat dan 1 Kesulitan 3 4 3
memproses memproses mengingat dan
informasi yang baru informasi yang baru memproses
terjadi terjadi informasi yang baru
2 Kesulitan 2 3 3 2 Kesulitan 2 3 3 terjadi
melakukan melakukan 2 Kesulitan 2 3 3
kebutuhan dasar kebutuhan dasar melakukan
sehari-hari sehari-hari kebutuhan dasar
sehari-hari
A : Masalah Belum Teratasi A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1-7 P : Lanjutkan Intervensi 1-7 A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1-7
107

1.2 Pembahasan

4.1.6 Pengkajian
Pada kasus yang dikelola peneliti, klien 1 berusia 75 tahun, berjenis kelamin

perempuan dan klien 2 berusia 77 tahun, berjenis kelamin perempuan pada tanggal 2

juli 2018 peneliti melakukan pengkajian dasar pada klien dan juga pengkajian tentang

kemampuan kognitif klien menggunakan MMSE dan didapatkan total skor 19 yang

menurut kriteria tergolong gangguan kognitif sedang, keluhan klien : klien mengeluh

sering lupa terhadap informasi yang diterimanya dan susah untuk mengingatnya.

Sedangkan klien 2 klien mengalami demensia dengan hasil pengkajian MMSE dengan

hasil 22 dan termasuk gangguan kognitif sedang hasil pengkajian pada tanggal 2 Juli

2018 adalah klien mengatakan lupa dengan informasi yang didapatkan bahkan untuk

mengingat nama saja klien mengalami kesulitan. Menurut teori memang benar

seseorang didiagnosa demensia bila salah satu atau lebih fungsi otak, seperti ingatan dan

keterampilan berbahasa menurun secara signifikan tanpa disertai penurunan kesadaran

(Turana, 2015).

Gangguan pola tidur merupakan salah satu dampak dari demensia yang tidak

tertangani, dan fungsi kognitif pada lansia demensia tidak diperbaiki. Gangguan pola

tidur sering terjadi pada usia lanjut pada dasarnya sulit untuk mempertahankan tidur dan

jika terbangun di malam hari, sulit untuk tidur kembali. Dan melakukan pengkajian

tentang gangguan pola tidur menggunakan PSQI dan didapatkan total skor 21 untuk

klien 1 yang menurut kriteria tergolong gangguan kualitas tidur buruk, keluhan klien :

sering terbangun dimalam hari biasa sampai 1-2x dalam semalam. Sedangkan untuk

klien 2 PSQI dan didapatkan total skor 19 yang menurut kriteria tergolong gangguan
108

kualitas tidur bruk, keluhan klien : sering terbangun dimalam hari, saat tidur kedua

klien lebih suka menyalakan lampu kamarnya, untuk klien 1 kebiasaan sebelum tidur

adalah klien lebih suka tidur lebih ketengah kemudian menghadap tembok, sedangkan

untuk klien 2 kebiasaan sebelum tidur menutupi mukanya deangan kertas. Dalam

penelitian Ernawati, Ahmad Syauqy, Siti Haisah ini diperoleh lansia bisa tidur dalam

waktu 30-60 menit. Sulitnya kemampuan tidur lansia disebabkan karena perlahan-lahan

matinya neuron yang terkait mengatur pola tidur yang bernama nucleus preoptic

ventrolateral seiring usia bertambah. Selain itu, lambatnya lansia untuk bisa tidur dapat

disebabkan karena kecemasan dan depresi yang dialaminya.

4.1.7 Diagnosa Keperawatan

Hasil dari pengkajian pada kedua klien terdapat tanda dan gejala yang sesuai

dengan masalah keperawatan yang diangkat oleh peneliti yaitu gangguan pola tidur.

Pada Ny. L ditandai dengan data subyektif klien mengeluh sering terbangun dimalam

hari dan sulit untuk mengawali tidur malam yang didapatkan data objektif pada Ny. L

tampak sering terbangun pada malam hari, saat pagi hari sering menguap, terdapat

kantung mata, saat pagi hari klien tampak ingin tidur. Selain melalui pengkajian dasar

peneliti juga melakukan pengkajian tentang pola tidur menggunakan PSQI dan

didapatkan skor 21 yang disimpulkan bahwa klien mengalami gangguan pola tidur

buruk. Pada Ny. Y didapatkan data subyektif klien mengatakan kalau tidur malam

untuk mengawali tidur susah. Data objektif pada Ny. Y tampak sering terbangun pada

malam hari, saat pagi hari sering menguap, terdapat kantong mata, saat pagi hari klien

tampak ingin tidur, saat pagi hari tampak tertidur dikursi rodanya. Selain melalui

pengkajian dasar peneliti juga melakukan pengkajian tentang pola tidur menggunakan
109

PSQI dan didapatkan skor 19 yang disimpulkan bahwa klien mengalami gangguan pola

tidur buruk. Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua

orang. Setiap orang memerlukan istirahat dan tidur yang cukup untuk dapat berfungsi

secara optimal (Haryati, 2013). Gangguan pola tidur merupakan suatu kondisi yang

ditandai dengan adanya gangguan dalam jumlah, kualitas atau waktu tidur pada seorang

individu (Harsono, 2014). Diagnosa prioritas kedua yang diangkat adalah gangguan

pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan karena pada lansia sering

mengalami gangguan tidur dan kerusakan memori berhubungan dengan distraksi

lingkungan didapatkan klien dengan gangguan kognitif sedang. Menurut riset

ditemukan sulitnya kemampuan tidur lansia disebabkan karena perlahan-lahan matinya

neuron yang terkait mengatur pola tidur yang bernama nucleus preoptic ventrolateral

seiring usia bertambah. Selain itu, lambatnya lansia untuk bisa tidur dapat disebabkan

karena kecemasan dan depresi yang dialaminya.

Untuk diagnosa selanjutnya peneliti menemukan diagnose yang sama diantara 2

klien tersebut yaitu kerusakan memori dengan pengkajian MMSE untuk klen 1 terdapat

skore 19 sedangkan untuk klien 2 terdapat skore MMSE 22 yang artinya kedua klien ini

mengalami gangguan kognitif sedang. Menurut teori memang benar seseorang

didiagnosa demensia bila salah satu atau lebih fungsi otak, seperti ingatan dan

keterampilan berbahasa menurun secara signifikan tanpa disertai penurunan kesadaran

(Turana, 2015). Menurut riset benar memang hal ini berhubungan dengan proses

degeneratif sistem dan fungsi dari organ tubuh seperti gangguan kognitif pada lansia,

maka tidak salah jika lansia lebih banyak mengalami gangguan kognitif.
110

Untuk diagnosa prioritas pada klien ke-2 adalah risiko jatuh diagnosa ini tidak

dialami oleh klien ke-1 dengan didapatkannya data klien pemeriksaan BBS sedang

dikarenakan peneliti mengambil responden lansia usia 70-80 tahun yang rentan sekali

mengalami jatuh. Risiko jatuh sering diwaspadai saat lanjut usia selain dari faktor usia

juga karena penurunan fungsi organ tubuh yang sangat berbeda jauh dari fungsi organ

tubuh saat muda.

4.1.8 Rencana Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang sudah dirumuskan melalui analisa data pengkajian

pada klien Ny. L dan Ny. Y maka akan dilakukan intervensi keperawatan dengan

tujuan dan kriteria hasil dalam melakukan perencanaan dalam waktu 14 hari dengan

3 kali kunjungan diharapkan gangguan pola tidur klien dapat teratasi, gangguan pola

tidur dapat berkurang. Menurut hasil dari teori peneliti melakukan intervensi yang

diberikan pada klien 1 dan 2 dengan gangguan pola tidur perawat harus melakukan

perencanaan antara lain:Kaji pola tidur dengan cara observasi, Monitoring TTV, Beri

edukasi pentingnya kebutuhan tidur, Kaji pola tidur dengan cara observasi,

Monitoring kenyamanan setelah tidur, Observasi sering terbangun pada malam hari,

Ciptakan lingkungan yang aman, Berikan tempat tidur dan lingkungan yang bersih

dan nyaman, Berikan posisi tidur yang membuat klien yang nyaman, Berikan terapi

musik pada klien.

Tindakan keperawatan seorang perawat harus melakukan intervensi

keperawatan yang berpedoman pada NIC. Rencana Keperawatan pada gangguan pola

tidur memiliki beberapa indikator keberhasilan yang dicapai diantaranya kualitas

tidur baik, waktu tidur lebih lama. Saat intervensi dilaksanakan banyak perbedaan
111

teori dengan lapangan sehingga peneliti memodifikasi yang sesuai dengan keadaan

klien. Menurut riset juga tidak mudah menemukan kasus yang sesuai dengan teori

sehingga untuk mengaplikasikan intervensi tidak semua di ambil dari teori.

4.1.9 Implementasi

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses asuhan keperawatan yang

dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan berdasarkan diagnosa yang

tepat, intervensi diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan untuk

mendukung dan mencapai status kesehatan klien (Wijaya, 2013), pada penelitian ini

peneliti menggunakan terapi musik selama 30 menit sebelum tidur kepada klien yang

diharapkan dengan pemberian implementasi ini gangguan pola tidur klien dapat

berkurang. Peneliti sering kehilangan data dikarenakan beberapa faktor salah satunya

adalah lingkungan sehingga klien meskipun sudah mendengarkan terapi musik tetapi

masih sulit mengawali tidurnya. Dari riset yang menjadi acuan peneliti ini terdapat

perubahan hormon saat lansia sehingga dapat mengganggu kualitas tidurnya, jadi

tidak salah jika sudah dilaksanakan terapi tetapi tetap mengalami gangguan pola

tidur.

Dalam implementasi selanjutnya menggunakan senam otak membantu

meninggkatkan kognitif klien, dilakukan ±15-30 menit setiap pagi. Peneliti hanya

mendampingi saat senam otak dan mengarahkan gerakan yg ditirukan lewat video

yang diputar, yang lebih membutuhkan pengarahan adalah pada klien ke-2 karena

memang ada penurunan penglihatan. Disini peneliti tidak melakukan kolaborasi

dikarenakan memang dilingkungan klien tidak ada fasilitasyang menunjang untuk

melakukan kolaborasi seperti pemberian obat dari dokter atau ahli medis lainnya.
112

Selain itu tidak dilakukan semua perencanaan karena sesuai dengan kondisi klien dan

lingkungan.

Untuk implementasi selanjutnya hanya diberikan ke klien 2 karena yaitu risiko

jatuh terdapat pemeriksaan BBS terdapat skore 9 yang artinya klien harus memakai

kursi roda. Kebetulan klien sudah memakai kursi roda peneliti hanya mengajarkan

posisi duduk di kursi roda dengan baik, dan penggunaan kursi roda dengan benar.

4.1.10 Evaluasi

Tindakan keperawatan sebanyak 3 kali kunjungan. Pada kunjungan ke-1 bahwa

Ny. L didapatkan hasil data subjektif klien mengeluh sering terbangun pada malam

hari, dan susah mengawali tidur malam. Data objektif pada Ny. L klien nampak

sering terbangun pada malam hari, saat pagi hari sering menguap, terdapat kantong

mata, saat pagi hari klien tampak ingin tidur. Pada pertemuan ke-2 didapatkan hasil

data subjektif klien masih mengeluh sering terbangun pada malam hari, dan susah

mengawali tidur malam. Data objektif klien masih nampak terbangun pada malam

hari, saat pagi hari sering menguap, terdapat kantong mata, saat pagi hari klien

tampak ingin tidur. Klien sudah mulai mempraktekkan terapi musik sebelum tidur.

Pada pertemuan ke-3 didapatkan hasil data klien masih sering terbangun pada malam

hari, dan susah mengawali tidur malam. Data objektif yang di dapatkan nampak

terbangun pada malam hari, saat pagi hari sering menguap, terdapat kantong mata,

saat pagi hari klien tampak ingin tidur. Klien menerapkan terapi musik sebelum tidur

tetapi masih mengalami gangguan pola tidur dikarenakan lingkungan nya karena

teman satu kamarnya sering berbicara keras sehingga klien merasa sulit untuk tenang

saat akan memulai tidur.


113

Pada kunjungan ke-2 bahwa Ny. Y didapatkan hasil data subjektif klien mengeluh

susah mengawali tidur malam. Data objektif pada Ny. Y klien nampak susah

mengawali tidur pada malam hari, saat pagi hari sering menguap, terdapat kantong

mata, saat pagi hari klien tampak ingin tidur, saat pagi hari klien sering tertidur

dikursi roda. Pada pertemuan ke-2 didapatkan hasil data subjektif klien masih

mengeluh susah mengawali tidur malam. Data objektif klien masih nampak susah

mengawali tidur pada malam hari, saat pagi hari sering menguap, terdapat kantong

mata, saat pagi hari klien tampak ingin tidur, saat pagi hari klien sering tertidur

dikursi roda. Klien sudah mulai mempraktekkan terapi musik sebelum tidur dengan

bantuan peneliti atau asisten peneliti. Pada pertemuan ke-3 didapatkan hasil data

klien masih susah mengawali tidur malam. Data objektif yang di dapatkan nampak

susah mengawali tidurnya di malam hari, saat pagi hari sering menguap, terdapat

kantong mata, saat pagi hari klien tampak ingin tidur, sering tertidur di kursi roda.

Klien menerapkan terapi musik sebelum tidur dibantu oleh peneliti atau asisten

peneliti.

Pada klien gangguan kognitif dengan gangguan pola tidur selain dilakukan

senam otak juga dilakukan terapi musik untuk mengatasi gangguan pola tidurnya,

fungsinya untuk merelaksasi fikiran seseorang sehingga lebih mudah mengatur

tidurnya terutama dimalam hari. Usia lanjut sendiri merupakan hal yang harus

diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri

dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Supraba, 2015) pada usia

lanjut terjadilah penurunan kognitif yang dipengaruhi oleh adanya perubahan pada

struktur dan fungsi organ otak yang menyebabkan seorang lansia akan sering lupa.
114

Diusia lanjut juga sering terjadi kasus gangguan pola tidur karena adanya disorientasi

lingkungan, waktu, maupun tempat sehingga lansia kebingungan untuk mengatur

pola tidurnya, maupun mengatur jadwal tidurnya sehingga kwalitas tidurnya.

Penyakit demensia sendiri tidak dapat disembuhkan karena penyakit ini diengaruhi

oleh beberapa faktor antara lain usia. Pada usia lanjut kemampuan kognitif maupun

motorik menurun dan hal ini merupakan hal yang wajar dan tidak bisa disembuhkan.

Terapi musik sendiri dilakukan untuk merelaksasi fikiran saja sehingga lebih tenang

untuk mengawali tidur.

Berdasarkan hasil evaluasi yang telah peneliti lakukan, masalah keperawatan

yang muncul pada kedua klien tidak dapat teratasi. Hal ini dapat dibuktikan dengan

tidak tercapainnya masing-masing indikator yang diharapkan oleh peneliti. Hal ini

disebabkan karena terapi musik haruslah dilakukan secara rutin setengah jam

sebelum tidur, sedangkan untuk kedua klien ini peneliti mengobservasi selama 14

hari tetapi masih sering lupa untuk dilaksanakan oleh klien, dan terdapat satu faktor

yang tidak terkaji yaitu sering BAK pada malam hari pada klien ke-1 sehingga pola

tidur masih terganggu.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

1.1.1 Pengkajian

Pengkajian pada klien 1 dan 2 dilakukan pada tanggal 2 juli 2018 . Klien 1

bernama Ny. L berusia 72 tahun, berjenis kelamin perempuan. Klien didiagnosa

menderita demensia dengan gangguan pola tidur dan didapatkan data subjektif klien

sering megeluh lupa akan informasi yang didapatnya dan susah mengigat informasi,

dan mengeluh susah mengawali tidur pada malam hari dan sering terbangun dimalam

hari. Data objektif yang di dapatkan klien tampak bingung, klien tampak sering

menguap dipagi hari, klien tampak sering terbangun pada malam hari bias sampai 1-

2x/malam, terdapat kantong mata, klien dalam pengawasan saat melakukan kegiatan

sehari-hari meskipun bias melakukan aktivitas sendiri.

Klien 2 bernama Ny. Y berusia 77 tahun, berjenis kelamin perempuan. Klien di

diagnonsa demensia dan gangguan pola tidur didapatkan data subjektif klien

mengatakan susah dalam mengingat informasi dan susah untuk mengawali tidurnya

saat malam hari. Data objektif yang di dapatkan, keadaan klien tampak bingung saat

di beri informasi, klien saat malam hari tampak susah untuk mengawali tidurnya, saat

pagi hari klien sering menguap, klien saat pagi hari tampak sering tertidur dikursi

rodanya. Klien dibantu sepenuhnya oleh orang lain saat melakukan aktivitas.

115
116

1.1.2 Diagnosa Keperawatan

Dari hasil pengkajian pada Ny. L dan Ny. Y didapatkan diagnosa keperawatan

yang muncul adalah: risiko jatuh, gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan

lingkungan dan kerusakan informasi berhubungan dengan distraksi lingkungan .

1.1.3 Rencana Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang sudah dirumuskan melalui analisa data pengkajian

pada klien Ny. L dan Ny. Y maka akan dilakukan intervensi keperawatan dengan

tujuan dan kriteria hasil dalam melakukan perencanaan dalam waktu 14 hari dengan

3 kali kunjungan diharapkan gangguan pola tidur klien dapat teratasi, gangguan pola

tidur dapat berkurang. Menurut hasil dari teori peneliti melakukan intervensi yang

diberikan pada klien 1 dan 2 dengan gangguan pola tidur perawat harus melakukan

perencanaan antara lain: 1. Kaji pola tidur dengan cara observasi 2. Monitoring TTV

3. Beri edukasi pentingnya kebutuhan tidur 4. Kaji pola tidur dengan cara observasi

5. Monitoring kenyamanan setelah tidur 6. Observasi sering terbangun pada malam

hari 7. Ciptakan lingkungan yang aman 8. Berikan tempat tidur dan lingkungan yang

bersih dan nyaman 9. Berikan posisi tidur yang membuat klien yang nyaman 10.

Berikan terapi musik pada klien.

1.1.4 Implementasi

Pada penelitian ini peneliti menggunakan terapi musik kepada klien yang

diharapkan dengan pemberian implementasi ini gangguan pola tidur klien dapat

berkurang. Tindakan keperawatan pada klien 1 jam 19.30 peneliti melakukan

pengkajian, membina hubungan saling percaya dengan klien, mengajarkan klien

untuk melakukan terapi musik sebelum tidur selama setengah jam melakukan terapi
117

musik yang fungsinya untuk merelaksasi fikiran agar lebih mudah memulai tidur,

klien 2 jam 18.30 mengobservasi klien, melakukan pengkajian dan bina hubungan

saling percaya, implementasi yang dilakukan hampir sama dengan implementasi

yang diberikan pada klien 1.

1.1.5 Evaluasi

Evaluasi yang diberikan pada klien 1 dan 2 yang telah dilakukan implementasi

maka didapatkan klien 1 Ny. L dengan data subjektif : klien masih susah mengawali

tidurnya dimalam hari, dan untuk terapi musiknya dapat dilakukan klien secara

mandiri dengan tetap diobservasi peneliti. Data objektif pada Ny. L klien sudah dapat

melakukan terapi musik secara mandiri meskipun kadang lupa untuk dilakukan dan

klien masih dalam pengawasan orang lain saat melakuka aktivitas, Sedangkan

evaluasi Ny. Y dengan data subjektif : tidurnya mulai bias agak sore an. Data obektif

: klien melaksanakan terapi musik dengan bantuan peneliti atau asisten peneliti dan

klien masih dibantu sepenuhnya oleh orang lain saat melakukan aktivitas.

1.2 Saran

1.2.1 Bagi klien

Diharapkan klien mampu melakukan terapi musik sebelum memulai tidur secara

rutin untuk mencapai hasil yang maksimal meskipun masih membutuhkan bantuan

minimal dari orang lain.

1.2.2 Bagi instansi lapangan

Diharapkan bagi tenaga kesehatan dapat menggunakan latihan ini sebagai salah

satu intervensi kolaboratif dalam melakukan asuhan keperawatan kepada klien

demensia dengan gangguan pola tidur menggunakan terapi musik.


118

1.2.3 Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya mampu melanjutkan dan mengembangkan cara

atau teknik terapi dalam membantu penderita demensia untuk mengatasi gangguan

pola tidur dengan melihat data awal pada peneliti sebelumnya.


DAFTAR PUSTAKA

Alzheimer’s Australia. 2016. What is dimentia ?.Diakses Januari 2018.

Bulecheck, G, M.2015. Nursing Incomes Classification. America: Elsevier Inc.

Cohen , Hyland , dkk.2012.The utility of mandatory depression screening of


dimentia patients in nursing homes.Diakses febuari 2018.

Eprints.undip.ac.id/44525/3/Danu_kumajaya_22010110110028_BAB_II.pdf

Herdman, T. Heather . 2015. NANDA International Diagnosis Keperawatan


Definisi Dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta:EGC

Verghese, Joe . 2014. Motoric cognitive risk syndrome.Diakses Januari 2018


http://m.neurology.org/content/83/8/718.short

Marjolein E. de Vugt. 2013. The impact of early dementia diagnosis and


intervention on informal caregivers. Diakses febuari 2017
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii
Milders , Mc bain , dkk.2013. Cognitive stimulation by caregivers for people with
dimentia.Diakses Desember 2017.

Moorhed, S.2015.Nursing Outcomes Classification.America: Elsevier Inc.

Pratiwi. 2013. Pola komsumsi pangan, aktivitas fisik, riwayat penyakit, riwayat

demensia keluarga dan kejadian demensia pada lansia di panti werdha

tresna Bogor. Diakses Januari 2018.

American Musik Therapy Association.2006.Musik Therapy in The Treatment and

Managemen to fpain www.musiktherapy.orgfactsheets.pain.pdf. Diakses april

2018

Prawoto, Edy.2015. Panduan penyusunan karya tulis ilmiah : studi kasus program

DIII keperawatan. Jawa timur : AIPDIKI.

WHO. Definition of an older or elderly person. Available from URL :

htttp://www.who.int/whosis/ mds/mds _definition

Staiberg, M. 2010. Risk factors for neuropsychiatric symptoms in


dementia.Diakses pada tanggal 4 Desember 2017.
Verghese, annweller, dkk, 2014.Motoriccognitive risk syndromemulticountry
prevalence and dimentia risk.Diakses Februari 2018.

Verhey & de vugt. 2013. The impact of early dementia diagnosis and intervention
on informal caregives. Diakses maret 2017.Diakses Desember 2017.

Febriana, Angita.2014. demensia. Diakses febuari 2018


www1-media.acehprov.go.id/uploads/Angila_Febrina_Demensia.pdf

www21.ha.org.hk/sub/EM/files/Dementia-Indonesia.pdf?ext=.pd
Halim, Samuel.,2007. Efek Mozart dan terapimusik dalam dunia kesehatan.
www.tempo.co.id/medika. Diakses juli 2018.Pandoe, Wing. 2006. Musik terapi.

http://www.my-opera.com/paw. Diakses maret 2018

Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 3, Nomor 3, September-Desember 2015

Widya. 2013. Mengatasi Insomnia. Katahati. Yogyakarta


Lampiran 1

JADWAL PENELITIAN

BULAN
NO URAIAN Januari ’18 Februari’18 Maret’18 April’18 Mei’18 Juni – Juli’18 Agustus’18
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Informasi Penyelenggaran LTA
2 Penyerahan surat permohonan kepada
pembimbing
3 Pengajuan judul LTA
4 Konfirmasi judul LTA
5 Penelusuran literature
6 Pembuatan proposal LTA
7 Revisi proposal oleh pembimbing
8 Seminar proposal LTA
9 Revisi dan persetujuan proposal oleh
kedua pembimbing
10 Pengurusan Ijin Penelitian
11 Pelaksanaan penelitian dan penulisan
laporan
12 Pendaftaran ujian LTA
13 Pelaksanaan ujian LTA
14 Revisi laporan LTA
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada :
Yth.Bapak/Ibu
Ditempat

Dengan hormat,
Dalam rangka untuk menyelesaikan tugas akhir Program Studi DIII
Keperawatan STIKes Kendedes Malang, dengan ini saya :
Nama : Nur Fajarwati Mayasari
Nim : AOA0150764
Bertujuan memberikan asuhan keperawatan dengan judul berjudul “Asuhan
keperawatan pada pasien lansia yang mengalami Demensia dengan gangguan pola
tidur di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang”. Untuk melancarkan
pelaksanaan penelitian ini saya mengharapkan partisipan bapak/ibu. Saya sebagai
penulis menjamin kerahasiaan jawaban dan identitas sebagai responden, sehingga tidak
perlu mencantumkan nama terang.

Atas kesediaanya menjadi responden, penulis mengucapkan banyak terimakasih.

Malang,
Hormat saya,

Nur Fajarwati Mayasari


NIM. AOA0150764
Lampiran 7

PENGKAJIAN DATA DASAR

Nama Mahasiswa : Tempat Praktik :


NIM : Tanggal Praktik :

A. IDENTITAS KLIEN
Nama : No. RM :
Umur : Tanggal MRS :
Jenis Kelamin : Tanggal Pengkajian :
Agama : Diagnosa Medis :
Suku / Bangsa :
Status Perkawinan :
Pendidikan :
Alamat :

B. STATUS KESEHATAN SAAT INI


1. Keluhan Utama
a) Saat MRS :

b) Saat Pengkajian :

2. Riwayat Penyakit Saat Ini

C. STATUS KESEHATAN
1. Penyakit yang pernah dialami :
( ) Kecelakaan :
( ) Operasi :
( ) Penyakit :

2. Alergi :

3. Imunisasi :
4. Kebiasaan :

5. Obat-obatan yang digunakan :

A. RIWAYAT KELUARGA
Genogram :

B. POLA AKTIVITAS - LATIHAN


NO AKTIVITAS DI RUMAH DI RUMAH SAKIT
1. Pola Nutrisi

2. Pola Eliminasi

3. Pola Istirahat / Tidur

4. Pola Personal Hygine

5. Pola Aktivitas

6. Ketegantungan

Keterangan Pemberian Skor:


0 : Mandiri
1 : Menggunakan alat bantu
2 : Dibantu orang lain (Minimal)
3 : Dibantu orang lain (Maksimal)
4 : Tidak mampu

C. POLA NUTRISI – METABOLIK


POLA NUTRISI - METABOLIK DI RUMAH DI RUMAH SAKIT

Jenis Diet / makanan

Frekuensi / pola
Porsi yang dihabiskan

Komposisi menu

Nafsu makan

Jenis minuman

Frekuensi / Pola

POLA ELIMINASI
1. BAB (Buang Air Besar)
POLA ELIMINASI DI RUMAH DI RUMAH SAKIT

Frekuensi / Pola

Konsistensi

Warna dan Bau

Kesulitan

2. BAK (Buang Air Kecil)


POLA ELIMINASI DI RUMAH DI RUMAH SAKIT

Frekuensi / Pola

Konsistensi

Warna dan Bau

Kesulitan

D. POLA TIDUR – ISTIRAHAT


POLA TIDUR - ISTIRAHAT DI RUMAH DI RUMAH SAKIT

Tidur Siang

Tidur Malam

Kebiasaan Sebelum Tidur


E. POLA KEBERSIHAN DIRI
POLA KEBERSIHAN DIRI DIRUMAH DIRUMAH SAKIT

Mandi

Keramas

Gosok gigi

F. POLA TOLERANSI – KOPING STRESS

G. POLA PERAN – HUBUNGAN

H. POLA KOMUNIKASI

I. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Umum
Keadaan Umum :
Kesadaran :
GCS :
TTV :
TD : RR :
Nadi : Suhu :
Tinggi Badan :
Berat Badan :

2. Kepala dan Leher


a. Kepala :

b. Mata :
c. Hidung :
d. Mulut :

e. Telinga :

f. Leher :

3. Dada

Jantung :
Inspeksi :
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi :

Paru :
Inspeksi :
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi :

4. Payudara dan Ketiak

5. Abdomen
Inspeksi :

Palpasi :

Perkusi :

Auskultasi :

6. Genetelia dan Anus


a. Genetelia :

b. Anus :

7. Ekstremitas

Edema :
Kekuatan Otot :
8. Kulit dan Kuku
a. Kulit :

b. Kuku :
1. Pengkajian Fungsional Klien
a. Pengkajian KATZ
KATZ Indeks
No Aktivitas Mandiri Tergantung

1. Mandi K.1 K.2 K.1 K.2


Mandiri :
Bantuan hanya pada satu bagian mandi ( V V
seperti punggung atau ekstremitas yang
tidak
mampu ) atau mandi sendiri sepenuhnya
Tergantung :
Bantuan mandi lebih dari satu bagian
tubuh,
bantuan masuk dan keluar dari bak mandi,
serta tidak mandi sendiri
7. Berpakaian V V
Mandiri :
Mengambil baju dari lemari, memakai
pakaian, melepaskan pakaian,
mengancingi/mengikat
pakaian.
Tergantung :
Tidak dapat memakai baju sendiri atau
hanya sebagian
8. Ke Kamar Kecil V V
Mandiri :
Masuk dan keluar dari kamar kecil
kemudian
membersihkan genetalia sendiri
Tergantung :
Menerima bantuan untuk masuk ke kamar
kecil dan menggunakan pispot, memakai
pempers
9. Berpindah V V
Mandiri :
Berpindah ke dan dari tempat tidur untuk
duduk, bangkit dari kursi sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam naik atau turun dari tempat
tidur atau kursi, tidak melakukan satu, atau
lebih perpindahan
10. Kontinen V V
Mandiri :
BAK dan BAB seluruhnya dikontrol
sendiri
Tergantung :
Inkontinensia parsial atau total;
penggunaan kateter,pispot, enema dan
pembalut ( pampers)
11. Makan V V
Mandiri :
Mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam hal mengambil makanan
dari piring dan menyuapinya, tidak makan
sama sekali, dan makan parenteral ( NGT)

Keterangan :

Beri tanda ( v ) pada point yang sesuai kondisi klien

b. Modifikasi dari Barthel Indeks

No ADL Nilai Keterangan K.1 K.2


1. Mengontrol BAB 0 Inkontinensia 2 1
1 Kadang-kadang
Inkontinensia
2 Kontinensia teratur
2. Mengontrol BAK 0 Inkontinensia 2 2
1 Kadang-kadang
Inkontinensia
2 Kontinensia teratur
3. Membersihkan diri 0 Butuh pertolongan orang 1 0
(lap muka, sisir lain
rambut, skt gigi) 1 Mandiri
4. Toileting 0 Tergantung pertolonhan 2 0
orang lain
1 Perlu pertolongan pada
beberapa aktivitas, tetapi
beberapa aktivitas masih
dapat dikerjakan sendiri

2 Mandiri
11. Makan 0 Tidak mampu 3 3
1 Butuh pertolongan orang
lain penuh
2 Bantuan minimal
3 Mandiri
12. Berpindah dari kursi 0 Tidak mampu 3 1
ke tempat tidur 1 Perlu pertolongan untuk
dapat duduk

2 Bantuan minimal 2 orang


3 Mandiri
13. Mobilisasi / berjalan 0 Tidak mampu 3 0
1 Menggunakan kursi roda
2 Berjalan dibantu dengan
orang lain
3 Mandiri
14. Berpakaian 0 Tergantung pertolongan 2 0
orang lain
1 Sebagaian dibantu
2 Mandiri
15. Naik turun tangga 0 Tidak mampu 1 0
1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
16. Mandi 0 Tergantung pertolongan 1 0
orang lain
1 Mandiri
TOTAL 20 7
NilaiADL : 20 : Mandiri

12-19: Ketergantungan ringan

9-11 : Ketergantungan sedang

5-8 : Ketergantungan berat

0-4 : Ketergantungan total

a. Psikososial

No Keterangan Klien 1 Klien 2

1 Komunikasi
dengan orang lain

2 Hubungan dengan
orang lain

3 Peran dalam
kelompok

4 Kesedihan yang
dirasakan

5 Stabilitas emosi

2. Pengkajian Status Mental Gerontik


a. Identifikasi aspek kognitif mental dengan menggunakan MMSE
No Aspek Nilai Nilai Klien Kriteria
Kognitif
Klien 1 Klien 2
Menyebutka dengan benar
1) Tahun
1 Orientasi 5 `1 3 2) Musim
3) Tanggal
4) Hari
5) Bulan
Dimana kita sekarang berada
1) Negara Indonesia
5 3 3 2) Provinsi
3) Kolta
4) Panti Werda
5) Wisma
Pemeriksa menyebutkan nama 3
2 Regristrasi objek 1 detik untuk mengatakan
masing-masing objek, kemudian
3 3 3 tanyakan kepada klien ketiga objek
tadi.
1) Objek
2) Objek
3) Objek
Minta klien untuk memulai dari
3 Perhatian angka 100 kemudian dikurangi 7
dan sampai 5 kali atau tingkat
kalkulasi 5 3 4 1) 93
2) 86
3) 79
4) 72
5) 65
Minta klien untuk mengulangi
4 Mengingat ketiga objek pada no. 2 tadi, bila
benar 1 poin untuk masing-masing
3 2 3 objek

1) Tunjukan pada klien suatu


5 Bahasa benda dan tanyakan
namanya pada klien
9 7 6 a) Misal : jam tangan
b) Misal : pensil
2) Minta klien untuk
mengulang kata tak, ada,
jika,dan, atau, tetapi. Bila
benar saru nilai satu poin
3) Minta klien untuk
mengikut perintah berikut
yang terdiridari 3 langkah
a) Ambil kertas ditangan
anda, lipat dua buah
dan taruh dilantai
b) Ambil keras ditangan
anda
c) Lipat dua
d) Taruh dilantai
4) Perintah pada klien untuk
hal berikut
a) Tutup mata anda
5) Perintah klien untuk
menulis kalimat dan
menyalin gambar
a) Tulis satu kalimat
b) Menyalin gambar

Total 19 22

Interpretasi hasil :

25-30 : tidak ada gangguan kognitif

18-23: gangguan kognitif sedang

0-17: gangguan kognitif berat


3. Pengkajian pola tidur

a. Pengkajian PSQI klien 1

Kunjungan 1 (20-07-2018)
Kesimpulan :

1. Klien 1 dengan skor total 21 dapat disimpulkan kualitas tidur buruk

sebelum mendapatkan terapi musik.

Kunjungan 2 (27-07-2018)
Kesimpulan :

1. Klien 1 dengan skor total 19 dapat disimpulkan kualitas tidur buruk

sesudah mendapatkan terapi musik.

Kunjungan 3 (03-08-2018)
Kesimpulan :

1. Klien 1 dengan skor total 19 dapat disimpulkan kualitas tidur

buruk sesudah mendapatkan terapi musik.

b. Pengkajian PSQI klien 2


Kunjungan 1 (20-07-2018)
Kesimpulan :

1. Klien 1 dengan skor total 19 dapat disimpulkan kualitas tidur

buruk sebelum mendapatkan terapi musik.

Kunjungan 2 (27-07-2018)
Kesimpulan :

1. Klien 1 dengan skor total 18 dapat disimpulkan kualitas tidur

buruk sesudah mendapatkan terapi musik.

Kunjungan 3 (03-08-2018)
Kesimpulan :

1. Klien 1 dengan skor total 18 dapat disimpulkan kualitas tidur

buruk sesudah mendapatkan terapi musik.

Gambaran kesimpulan kuesioner kualitas tidur

Komponen No item Penilaian


Jawaban skor
Kualitas Tidur 9 Sangat baik 0
secara Cukup baik 1
subyektif
Buruk 2
Sangat buruk 3
Durasi Tidur 4 >7 jam 0
(lamanya waktu 6-7 jam 1
tidur)
5-6 jam 2
<5 jam 3
Skor Latensi Tidur 5a Sangat baik 0
Cukup baik 1
Buruk 2
Sangat buruk 3
Latensi Tidur 2 15 menit 0
(waktu yang diperlukan untuk 16-30 menit 1
memulai tidur) 31-60 menit 2
>60 menit 3
Efesiensi 1+3 >85 % 0
tidur 75-84 % 1
Rumus:
65-74 % 2
<65 % 3
Jumlah lama tidur
Gangguan tidur pada
Jumlah lamanya malam hari 5b, 5c,
ditempat Sangat baik 0
tidur 5d, 5e, Cukup baik 1
5f, 5g, 5h, Buruk 2
5i, 5j
Sangat buruk 3
Disfungsi tidur siang hari 7+8 Sangat baik 0
Cukup baik 1
Buruk 2
Sangat buruk 3
Penggunaan obat tidur 6 0 0
<1 1
1-2 2
>3 3
Sumber: Curcio et al. (2013)

Apabila semakin tinggi skor nilai yang didapatkan maka akan semakin

buruk kualitas tidur seseorang. Keuntungan dari PSQI adalah memiliki nilai

validitas dan reliabilitas tinggi. Namun, kuesioner PSQI ini juga memiliki

kekurangan yaitu dalam pengisian kuesioner hasil yang diperoleh kurang benar

dikarenakan keterbatasan dan kesulitan dari responden sehingga perlu

dilakukan pendampingan. Kuesioner kualitas tidur terdiri dari pertanyaan

terbuka dan tertutup. Pertanyaan untuk nomor 5-8 adalah pertanyaan tertutup

dan masing-masing mempunyai rentang skor yaitu 0-3yang artinya 0= tidak

pernah dalam sebulan terakhir, 1= 1 kali seminggu, 2= 2 kali seminggu dan 3=

lebih dari 3 kali seminggu. Interpretasi nilai skor kualitas tidur baik apabila

skor nilai 1-5, ringan 6-7, sedang 8-14 dan kualitas tidur buruk jika skor nilai

mencapai 15-21.
4. Pemeriksaan BBS
Total skor : 56

Interpretasi

0-20 : harus memakai kursi roda (wheelchair bound)

21-40 : berjalan dengan bantuan

41-56 : mandiri/independen
ANALISA DATA

Nama Klien : No. RM :


Diagnosa Medis : Tanggal Pengkajian :

No Data Etiologi Masalah Keperawatan


DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
(Berdasarkan Prioritas)

Tanggal Prioritas diagnosa TTD


muncul
Klien 1

Klien 2

RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan (Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)

1.

3.

4.
Implementasi

Kunjungan ke 1 Kunjungan ke 2 Kunjungan ke 3


2018
Jam Implementasi Jam Implementasi Jam Implementasi
EVALUASI

Kunjungan ke 1 Kunjungan ke 2 Kunjungan ke 3

S : S : S :

O : O : O :

No Indikator No Indikator No Indikator


Target

Target

Target
Akhir

Akhir

Akhir
Awal

Awal

Awal
1 1 1

2 2 2

A : A : A :

P : P : P :
Lampiran 8

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


(SOP)

“Terapi Musik”

Pengertian : Pemanfaatan kemampuan musik dan elemen musik oleh


terapis kepada klien
Tujuan : Memperbaiki kondisi fisik, emosional, dan kesehatan
spiritual pasien
Persiapan alat dan
1. Mp3 Musik
bahan :
2. Headset
3. Alat-alat musik yang sesuai

NO PROSEDUR
Pre interaksi
1 Cek catatan keperawatan atau catatan medis klien (jika ada)
2 Siapkan alat-alat
3 Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan kontra indikasi
4 Cuci tangan
Tahap orientasi
5 Beri salam dan panggil klien dengan namanya
6 Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada klien/keluarga
Tahap kerja
7 Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
8 Menanyakan keluhan utama klien
9 Jaga privasi klien. Memulai kegiatan dengan cara yang baik
10 Menetapkan perubahan pada perilaku dan/atau fisiologi yang diinginkan
seperti relaksasi,
stimulasi, konsentrasi, dan mengurangi rasa sakit.
11 Menetapkan ketertarikan klien terhadap musik.
12 Identifikasi pilihan musik klien.
13 Berdiskusi dengan klien dengan tujuan berbagi pengalaman dalam musik.
14 Pilih pilihan musik yang mewakili pilihan musik klien
15 Bantu klien untuk memilih posisi yang nyaman.
16 Batasi stimulasi eksternal seperti cahaya, suara, pengunjung, panggilan
telepon selama
mendengarkan musik.
17 Dekatkan mp3 musik dan perlengkapan dengan klien.
18 Pastikan mp3 dan perlengkapan dalam kondisi baik.
19 Dukung dengan headphone jika diperlukan.
20 Nyalakan musik dan lakukan terapi music.
21 Pastikan volume musik sesuai dan tidak terlalu keras.
22 Hindari menghidupkan musik dan meninggalkannya dalam waktu yang
lama.
23 Fasilitasi jika klien ingin berpartisipasi aktif seperti memainkan alat musik
atau bernyanyi
jikan diinginkan dan memungkinkan saat itu.
24 Hindari stimulasi musik setelah nyeri/luka kepala akut.
25 Menetapkan perubahan pada perilaku dan/atau fisiologi yang diinginkan
seperti relaksasi,
stimulasi, konsentrasi, dan mengurangi rasa sakit.
26 Menetapkan ketertarikan klien terhadap musik.
27 Identifikasi pilihan musik klien.
Terminasi
28 Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan klien)
29 Simpulkan hasil kegiatan
30 Berikan umpan balik positif
31 Kontrak pertemuan selanjutnya
32 Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
33 Bereskan alat-alat
34 Cuci tangan
Dokumentasi
35 Catat hasil kegiatan di dalam catatan
keperawatan
- Nama Px, Umur, Jenis kelamin, dll
- Keluhan utama
- Tindakan yang dilakukan (terapi musik)
- Lama tindakan
- Jenis terapi music yang diberikan
- Reaksi selama, setelah terapi pemberian terapi musik
- Respon pasien.
- Nama perawat
- Tanggal pemeriksaan
Lampiran 9
Lampiran 10

Dokumentasi Kegiatan
Lampiran 12

Anda mungkin juga menyukai