Anda di halaman 1dari 55

PENGARUH HEALT H EDUCATION TERHADAP PERILAKU

PENCEGAHAN PENULARAN TUBERKOLUSI DI BKPM


PROVINSI MALUKU

Oleh :

ANJALY ISKANDAR
NPM.1420118039

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKes )
MALUKU HUSADA
KAIRATU
2022

1
LEMBAR PERSETUJUAN
PENGARUH HEALT H EDUCATION TERHADAP PERILAKU
PENCEGAHAN PENULARAN TUBERKOLUSI DI WILAYAH KERJA
BALAI KESEHATAN PARU PROVINSI MALUKU

PROPOSAL
Disusun Oleh:
ANJALY ISKANDAR
NPM.1420118039
Proposal ini Telah Disetujui
Tanggal 16 April 2022

Pembimbing I Pembimbing II

(Ns. Ratna Sari Rumakey,S.Kep.M.Kep) (Ikhwan R Amahoru e,S.Kep)

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

(Ira Sandi Tunny, S.Si., M.Kes)


NIDN: 1208098501

LEMBAR PERSETUJUAN

2
PENGARUH HEALT H EDUCATION TERHADAP PERILAKU
PENCEGAHAN PENULARAN TUBERKOLUSI DI WILAYAH KERJA
BALAI KESEHATAN PARU PROVINSI MALUKU

Proposal
Disusun Oleh:
ANJALY ISKANDAR
NPM.1420118039

Di Ujikan
Tanggal 18 Oktober 2022

Pembimbing I Pembimbing II

( Ns. Ratna Sari Rumakey,S.Kep.M.Kep) (Ikhwan R Amahoru e, S.Kep)

Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

(Ira Sandi Tunny,S.Si.M.Kes)

3
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha

Rahman dan Rahim atas segala rahmat serta karunia-Nya, sehingga peneliti dapat

menyelesaikan Proposal yang berjudul “Pengaruh Penyuluhan Kesehatan

Terhadap Perilaku Pencegahan Tuberkolusis di Wilayah Balai Kesehatan

Paru Provinsi Maluku”. Proposal ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maluku Husada.

Peneliti menyadari bahwa Proposal ini tidak lepas dari bantuan berbagai

pihak, oleh sebab itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Hamdan Tunny S.Kep., M.Kes selaku Pembina Yayasan STIKes Maluku

Husada.

2. Rasma Tunny, S.Sos selaku Ketua Yayasan STKes Maluku Husada, yang telah

menyediakan fasilitas-fasilitas kepada peneliti selama menempuh pendidikan

di STIKes Maluku Husada.

3. Dr. Sahrir Sillehu, S.KM., M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Maluku Husada yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk

menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maluku Husada.

4. Ira Sandi Tunny, S.Si., M.Kes, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maluku Husada.

5. Ns. Ratna Sari Rumakey,S.Kep.M.Kep selaku Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan kepada peneliti dalam penyusunan Proposal ini.

4
6. Ikhwan R Amahoru e, S.Kep selaku Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan kepada peneliti dalam penyusunan Proposal ini.

7. Ibu dan Keluarga yang selalu memberikan motivasi, dukungan dan mendoakan

peneliti tanpa henti selama menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Maluku Husada.

8. Teman-teman sejawat Angkatan ke IX Mahasiswa Program Studi Ilmu

Keperawatan, dan seluruh Civitas Akademika STIKes Maluku Husada, yang

telah mengisi hari-hariku dengan penuh cinta dan rasa persaudaraan.

Kairatu,

Anjaly Iskandar

5
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................iv
KATA PENGANTAR....................................................................................x
DAFTAR ISI ..................................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................xix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................5
1.3.1 Tujuan umum........................................................................5
1.3.2 Tujuan khusus.......................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................6
1.4.1 Manfaat teoritis.....................................................................6
1.4.2 Manfaat praktis.....................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Tuberkulosis ....................................................................17
2.1.1 Definisi..................................................................................17
2.1.2 Etiologi .................................................................................18
2.1.3 Patofisiologi..........................................................................19
2.1.4 Klasifikasi.............................................................................20
2.1.5 Manisfestasi .........................................................................21
2.1.6 Komplikasi............................................................................21
2.1.7 Pencegahan...........................................................................22
2.1.8 Penatalaksanaan....................................................................22
2.2 Konsep Perilaku .............................................................................23
2.2.1 Definisi.................................................................................23
2.2.2 Pembentukan Perilaku..........................................................24
2.2.3 Prosedur Pembentukan Perilaku...........................................25
2.2.4 Macam-macam Perilaku Manusia........................................25
2.2.5 Perilaku Kesehatan...............................................................26
2.2.6 Klasifikasi Perilaku Kesehatan.............................................26
2.2.7 Perubahan Perilaku Kesehatan.............................................27
2.3 Konsep Pendidikan Kesehatan.......................................................28
2.3.1 Definisi Pendidikan Kesehatan.............................................28
2.3.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan...............................................29
2.3.3 Sasaran Pendidikan Kesehatan .............................................29
2.3.4 Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan.................................30
2.3.5 Langkah-langkah Penyuluhan Kesehatan..............................31
2.3.6 Faktor-faktor keberhasilan.....................................................32
2.3.7 Metode Pendidikan Kesehatan..............................................32
2.3.8 Media Pendidikan Kesehatan......................................................36
2.4 Keaslian Penelitian ........................................................................38

6
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konsep............................................................................38
3.2 Hipotesis penelitian.........................................................................39
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian............................................................................40
4.2 Tempat dan waktu penelitian..........................................................40
4.3 Populasi, Sampel & Teknik Pengambilan Sampel.........................40
4.4 Variabel Penelitian .........................................................................41
4.5 Definisi Operasional ......................................................................42
4.6 Instrumen Penelitian.......................................................................42
4.7 Prosedur Pengumpulan Data...........................................................44
4.8 Analisa Data....................................................................................44
4.9 Etika Penelitian...............................................................................46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

7
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 01 Surat Pengambilan Data Awal Dari LPPM


Lampiran 02 Surat Pengambilan Data Awal Dari Kepala BKPM
Lampiran 03 Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 04 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 05 Kuesioner Penelitian

8
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit tuberkulosis paru merupakan penyebab kematian ketiga
terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan
dan merupakan nomor satu terbesar penyebab kematian dalam kelompok
penyakit infeksi.(Wiliyanarti et al., 2020)
Salah satu determinan terhadap terjadinya masalah kesehatan adalah
faktor perilaku kesehatan meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan. Upaya
peningkatan perilaku kesehatan dapat dilakukan dengan pendidikan dan
promosi kesehatan sesuai dengan konsep Green (2015), yang menjelaskan
bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh multi faktor, baik faktor
pendukung seperti karakteristik individu, faktor penguat yaitu ketersediaan
sarana kesehatan, dan faktor pemungkin seperti dukungan petugas
kesehatan (Keperawatan et al., 2021).

Penelitian Sukana (2017) menunjukkan bahwa hampir seluruh


penderita TB paru mengetahui tanda dan gejala TB paru (94,05%), tetapi
sebesar 78,57% penderita tidak mengetahui penyebab TB Paru.
Pengetahuan mengenai cara penularan, sebagian besar (88,09%) penderita
tidak mengetahuinya. Pengetahuan tentang hal yang mempengaruhi
penularan TB Paru yang terbanyak tidak tahu (53,57%), sedangkan
pengetahuan tentang hal-hal yang membantu pengobatan sebagian besar
(60,05%) sudah mengetahuinya. Sejalan juga dengan penelitian Soejadi
(2017 ) menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang tuberkulosis
dan sanitasi perumahan terhadap kejadian tuberkulosis masih sangat
rendah, dimana hasil penelitian menggambarkan pengetahuan dengan
kategori rendah sebesar 65,9%, kategori sedang sebesar 27,5% dan kategori
tinggi hanya 6,6% .

Batuk dari seorang penderita TB Paru dapat memproduksi 3000


droplet nuclei Daya penularan dari seorang penderita TB Paru ditentukan
oleh banyaknya kuman yangdikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat
9
positif hasil pemeriksaan dahak, maka makin menular penyakit penderita
tesebut. Jadi, pasien yang menderita TB Paru dengan prilaku yang kurang
sehat merupakan salah satu faktor yang mempercepat proses
penularan(Saranani et al., 2019).

Berdasarkan aspek kuratif, diketahui strategi pengobatan bagi


penderita TB paru pada masyarakat cenderung belum berorientasi pada
penyembuhan secara sempurna, hal ini diindikasikan dari adanya
masyarakat positif TB Paru yang drop out dari proses pengobatan dengan
persentase sebesar 39,2%, dan tidak adanya upaya monitoring yang
evaluatif terhadap sehingga tidak dapat diidentifikasi tingkat cakupan
kesembuhan TB Paru pada masyarakat.(Saranani et al., 2019)
Menurut Widjanarko (2016), penemuan kasus TB Paru mengalami
peningkatan setiap tahunnya sejak strategi Directly Observed Treatment
Short- course (DOTS) digalakkan pada tahun 2015. Penemuan TB Paru
dengan BTA positif sebanyak 15,62% dari 1626 spesimen suspek TB Paru,
angka kesembuhan masih 79,75%, dan ditemukan pula putus berobat
sebanyak 16%, serta penderita lalai berobat sebanyak 21%. Dan, hampir
semua penderita TB Paru memiliki PMO, dimana PMO tersebut berasal
dari keluarga pasien sendiri. Pengetahuan, sikap dan tindakan seorang
PMO yang buruk akan menyebabkan kegagalan pengobatan TB Paru,
karena pengobatan ini memerlukan waktu yang cukup lama. Hal ini
disebabkan karena umumnya kuman penyebab TB paru yaitu
Mycobacterium tuberculosis bersifat intraseluler(Wiliyanarti et al., 2020)
Penanggulangan TB paru di Masyarakat cenderung belum
memberikan kontribusi positif terhadap penurunan angka kesakitan akibat
TB Paru, sehingga perlu upaya yang lebih tepat sasaran serta berdaya guna
dalam penanggulangan TB paru di Masyarakat, meskipun upaya pelayanan
kesehatan untuk pencegahan dan pemberantasan TB Paru sudah dilakukan
oleh masyarakat, seperti melakukan pemberian penyuluhan, gerakan
kebersihan lingkungan dan pemutaran slide film-film kesehatan dan lainnya
yang berhubungan dengan penyuluhan kesehatan serta obat-obat yang
dibutuhkan untuk penanggulangan dan pemberantasan TB Paru di
10
Masyarakat (Suryanta, 2016).
Namun pada Tindakannya belum mampu mengubah masalah
kesehatan individu Masyarakat, untuk itu perlu dilakukan penelitian
tentang Pengaruh Health Education Terhadap Perilaku Pencegahan TB paru
di BKPM Provinsi Maluku.
Berdasarkan hasil survei dan observasi pendahuluan yang dilakukan
peneliti pada bulan April 2022, di BKPM Provinsi Maluku menunjukkan
bahwa terdapat 56 Pasien yang positif TB Paru mayoritas mempunyai
perilaku berisiko terhadap penularan TB paru bagi masyarakat lainnya,
seperti meludah sembarang tempat, serta perilaku memperparah terjadinya
TB paru seperti merokok, serta mempunyai kebiasaan tidur larut malam,
promosi tentang penularan TB paru pun sudah sering dilaksanakan tetapi
masih kurang di karenakan perilaku masyarakat dan pasien.
Pendididkan kesehatan (health Education) sebagai suatu proses
untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya. Peningkatan kesehatan yang dimaksud adalah
pencapaian derajat kesehatan yang sempurna, yang meliputi kesehatan
fisik, mental, dan sosial termasuk kesehatan lingkungan, dan setiap
individu, keluarga dan kelompok masyarakat harus mampu meningkatkan
derajat kesehatannya (Jurnal Keperawatan ., 2021).
Upaya Pendidikan kesehatan di masyarakat dapat dilakukan dengan
media promosi kesehatan seperti penyuluhan kesehatan pada masyarakat,
media leaflet dan brosur, maupun secara teknis lainnya. Pendididkan
kesehatan diharapkan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat secara
umum tentang kesehatan dan secara khusus tentang penanggulangan TB
paru. Hal ini karena faktor pengetahuan penderita merupakan salah satu
faktor risiko yang paling berpengaruh. Pengetahuan yang kurang tersebut
mengenai cara pencegahan dan pemberantasan TB Paru yaitu tidak tahu
cara meminun obat, cara mencegah penularan dengan tidak meludah di
sembarangan tempat, menjaga kebersihan diri, menutup mulut pada saat
batuk dan tindakan lainnya. Pengetahuan penderita yang kurang diduga
oleh karena kurangnya informasi menyangkut TB Paru. Keadaan

11
pengetahuan yang kurang seiring dengan sikap penderita yang tidak mau
tahu dan akhirnya sangat berpengaruh terhadap tindakan penderita terhadap
upaya pencegahan dan pemberantasan (Suryanta, 2016).
Tindakan Penyuluhan merupakan sebuah pelayanan yang bertujuan
membantu penderita atau keluarga dalam memecahkan masalah kesehatan
yang dihadapi.Penyuluhan telah terbukti efektif dalam memperbaiki
perilaku pencegahan penularan TBC. Melalui pendekatan diharapkan proses
edukasi lebih intens, sehingga hasil yang didapatkan tidak sebatas transfer
informasi, tetapi juga dapat merubah perilaku penderita. Dengan perubahan
perilaku tersebut, diharapkan pencegahan penularan TBC lebih berhasil dan
bertahan lama. Namun belum diketahui apakah penyuluhan kesehatan
dalam memperbaiki perilaku pencegahan penularan TBC sangat
berpengaruh atau tidak . Untuk itu penulis akan mencoba meneliti tentang
Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Perilaku Pencegahan
Tuberkolusis di Wilayah Kerja Balai Kesehatan Paru Provinsi Maluku.
Berdasarkan Global Report Work Healty Organisasion pada tahun
2015 menyatakan jumlah penderita tuberkulosis paru di dunia sebanyak
14,4 juta kasus. Wilayah Asia Tenggara menanggung bagian yang terberat
dari beban tuberkulosis paru global yakni sekitar 38% dari kasus
tuberkulosis paru dunia(Saranani., 2019).
Data dari WHO (World Health Organization,2020) perkiraan kasus
TB di Indonesia per tahun sebesar 845 ribu dan merupakan jumlah kasus
kedua terbesar setelah India sebesar 2,64 juta.Dinas Kesehatan Maluku
(2019) Mengestimasi jumlah penderita TB Paru di daerah Maluku hingga
Akhir Tahun 2019 mencapai 6.379 orang atau sebesar 0,35% dari jumlah
penduduk di Provinsi Maluku.Hingga September 2019 Provinsi Maluku
berada pada urutan ke-13 dari 34 Provinsi dengan jumlah penderita
sebanyak 40% dari jumlah penduduk.Estimasi Kasus TB Paru Terbanyak di
Maluku yakni di Kota Ambon (65%) diikuti Kabupaten Tanibar (KKT)
(62%), Maluku Tenggara (51%), Maluku Tengah (41%), Kabupaten Pulau
Buru (40%), Maluku Barat Daya (40%), Seram Bagian Timur (38%),
Seram Bagian Barat (SBB) (30%), dan Buru Selatan (23%).

12
Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit infeksi yang
menjadi masalah utama kesehatan masyarakat, jika tidak diobati
tuberkulosis akan meningkatnya angka kematian terus menerus, sehingga
peneliti tertarik untuk meneliti “Pengaruh Health Education Terhadap
Perilaku Pencegahan Penularahan Tuberkulosis Paru di BKPM Povinsi
Maluku”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan,sikap.dan
perilaku penderita tuberculosis sebelum dan setelah diberikan penyuluhan
serta perubahannya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka, rumusan permasalahan dalam
penelitian ini adalah apakah ada Pengaruh Health Education Terhadap
Perilaku Pencegahan Penularan Tuberkolusis di Wilayah Kerja Balai
Kesehatan Paru Provinsi Maluku?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui Pengaruh Health
Education Terhadap Perilaku Pencegahan Penularan Tuberkolusis di
Wilayah Kerja Balai Kesehatan Paru Provinsi Maluku
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Health Education Terhadap Perilaku Pencegahan
Penularan Tuberkolusis sebelum pemberian pendidikan kesehatan
terhadap perilaku pencegahan penularan tuberculosis di wilayah kerja
Balai Kesehatan Paru Provinsi Maluku
2. Untuk mengetahui Health Education Terhadap Perilaku Pencegahan
Penularan Tuberkolusis sesudah pemberian pendidikan kesehatan
terhadap perilaku pencegahan penularan tuberculosis di wilayah kerja
Balai Kesehatan Paru Provinsi Maluku

13
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan acuan dalam
menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam dunia keperawatan
tentang hal-hal yang berhubungan dengan Pengaruh Health Education
Terhadap Perilaku Pencegahan Penularan Tuberkolusis di Wilayah
Kerja Balai Kesehatan Paru Provinsi Maluku.

1.4.2 Manfaat Praktis


1. Bagi Keluarga
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
tambahan pengetahuan khususnya tentang TBC sehingga mampu
meningkatkan kepedulian anggota keluarga terhadap pencegahan
penularan TBC.
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
masyarakat mengenai penyakit TBC serta upaya – upaya yang bisa
dilakukan dalam rangka pencegahan penularan penyakit yang ada
dilingkungannya.
3. Bagi Petugas Kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang
alternatif pendidikan kesehatan yang baik kepada masyarakat
sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam program Puskesmas
khususnya dalam mengurangi kejadian penyakit tuberkulosis.
4. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti
tentang metode pendidikan kesehatan yang lebih baik kepada
masyarakat.

14
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit Tuberkulosis


2.1.1 Definisi Tuberkulosis
Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Tuberculosis bisa menyerang bagian
paru- paru dan dapat menyerang semua bagian tubuh (Puspasari,
2019). Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB Mycobacterium tuberculosis.
Sebagian besar kuman TB menyerang paru-paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya (Sofro, dkk, 2018). Tuberculosis
adalah penyakit infeksius kronik dan berulang biasanya mengenai
organ paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
(Lemone, Burke, & Bauldoff, 2016).
Tuberculosis atau TB atau TBC adalah suatu penyakit
yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium
tuberculosis. Bakteri masuk dan terkumpul di dalam paru-paru
akan berkembang baik terutama pada orang dengan daya tahan
tubuh yang rendah dan menyebar melalui pembuluh darah atau
kelenjar getah bening. Oleh sebab itu infeksi TBC dapat
menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti paru-paru,
saluran pencernaan, tulang, otak, ginjal, kelenjar getah bening,
dan lain-la in, namun organ tubuh yang paling sering terkena yaitu
paru-paru (Sinta, 2015).
Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang menyerang
paru-paru dan organ tubuh lainnya. Bakteri tersebut masuk
melalui saluran pernafasan dan saluran pencernaan dan luka
terbuka pada kulit. Biasanya paling banyak melalui inhalasi
droplet yang berasal dari si penderita (Nurarif & Kusuma, 2015).

15
Tuberculosis paru merupakan penyakit menular pernafasan yang
menyerang paru disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
yang ditularkan melalui udara (droplet nuclei) pada saat batuk
atau bersin (Marmi, 2014). Tuberculosis paru merupakan
penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru, disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat juga
menyebarkan ke bagian tubuh lain seperti; meningen, ginjal,
tulang, dan nodus limfe (Somantri, 2012).
Tuberculosis merupakan suatu penyakit kronik dan menular
yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis,
bakteri ini merupakan sejenis kuman yang berbentuk batang
dengan panjang 1-4 µm dan tebal 0,3-0,6 µm, kuman ini
berstruktur atas lipid (lemak) dan membuat kuman lebih tahan
lama terhadap berbagai gangguan fisik, kimia dan juga asam
(Ardiansyah, 2012).
2.1.2 Etiologi TB Paru
Tuberculosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
Penyebarannya melalui batuk atau bersin dan orang yang menghir
up droplet yang dikeluarkan oleh penderita. Meskipun TB
menyebar dengan cara yang sama dengan flu, tetapi penularannya
tidak mudah. Infeksi TB biasanya menyebar antar anggota
keluarga yang tinggal serumah. Akan
tetapi seseorang bisa terinfeksi saat duduk disamping
penderita di dalam bus atau kereta api. Selain itu, tidak semua
orang yang terkena TB bisa menularkannya (Puspasari, 2019).
TB disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis.
Kuman ini berbentuk batang, memiliki dinding lemak yang tebal,
tumbuh lambat, tahan terhadap asam dan alcohol, sehingga sering
disebut basil tahan asam (BTA). Kuman ini memasuki tubuh
manusia terutama melalui paru-paru, namun dapat juga lewat kulit,
saluran kemih, dan saluran makanan (Sofro, dkk, 2018).

16
Penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
Bakteri atau kuman ini berbentuk batang, dengan ukuran panjang 1-4
µm dan tebal 0,3-0,6 µm. sebagian besar kuman berupa lemak
/lipid, sehingga kuman tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap
kimia/ fisik. Sifat lain kuman ini adalah aerob yang menyukai daerah
dengan banyak oksigen, dan daerah yang memiliki kandungan
oksigen tinggi yaitu apical/apeks paru. Daerah ini menjadi
predileksi pada penyakit tuberculosis (Somatri, 2012).

2.1.3 Patofisiologi TB Paru


Menghirup Mycobacterium Tuberculosis menyebabkan
salah satu dari empat kemungkinan hasil, yakni pembersihan
organisme, infeksi laten, permulaan penyakit aktif (penyakit
primer), penyakit aktif bertahun- tahun kemudian (reaktivasi
penyakit). Setelah terhirup, droplet infeksius tetesan menular
menetap diseluruh saluran udara. Sebagian besar bakteri terjebak
dibagian atas saluran nafas dimana sel epitel mengeluarkan lender.
Lender yang dihasilkan menangkap zat asing dan silia
dipermukaan sel terus-menerus menggerakkan lender dan
partikelnya yang terangkap untuk dibuang. System ini memberi
tubuh pertahanan fisik awal yang mencegah infeksi tuberculosis
(Puspasari, 2019).
Sistem kekebalan tubuh berespon dengan melakukan reaksi
inflamasi. Neutrophil dan magrofag memfagositosis (menelan)
bakteri. Limfosit yang spesifik terhadap tuberculosis menghancurkan
(melisiska n) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini
mengakibatka n terakumulasinya eksudat dalam alveoli dan terjadilah
bronkopneumo nia. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10
minggu setelah terpapar.
Massa jaringan baru disebut granuloma, yang berisi
gumpala n basil yang hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh
17
makrofag yang membentuk dinding. Granuloma berubah bentuk
menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut
disebut Ghon Tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan
bakteri menjadi nekrotik, membentuk perkijuan (necrotizing
caseosa). Setelah itu akan terbentuk kalsifikas i, membentuk
jaringan kolagen. Bakteri menjadi non-aktif.
Penyakit akan berkembang menjadi aktif setelah infeksi
awal, karena respons system imun yang tidak adekuat. Penyakit aktif
juga timbul akibat infeksi ulang atau aktifnya kembali bakteri yang
tidak aktif.
Pada kasus ini, terjadi ulserasi pada ghon tubercle, dan
akhirnya menjadi perkijuan. Tuberkel yang ulserasi mengalami proses
penyembuha n membentuk jaringan parut. Paru-paru yang terinfeksi
kemudian meradang, mengakibatkan bronkopneumonia,
pembentukan tuberkel, dan seterusnya (Somantri, 2012).
2.1.4 Klasifikasi TB Paru
Klasifikasi berdasarkan (Puspasari, 2019) :
Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit
1) Tuberculosis paru adalah TB yang menyerang jaringan (parenkim)
paru dan tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada
hilus.
2) Tuberculosis ekstra paru adalah TB yang menyerang organ
tubuh selain paru seperti pleura, selaput otak, selaput jantung
(pericardium), kelenjar limfe, kulit, usus, ginjal, saluran kencing,
alat kelamin, dan lain-lain.
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya
1) Klien baru TB, yakni klien yang belum pernah diobati dengan
OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari 1 bulan (<
dari 28 dosis).
2) Klien yang pernah diobati TB, yakni klien yang sebelumnya
pernah menelan OAT selama 1 bulan atau lebih (≥ dari 28 dosis).

18
2.1.5 Manifestasi TB Paru
Berdasarkan Nanda, 2015 :

a) Demam 40-41◦ C, serta ada batuk atau batuk berdarah


b) Sesak nafas dan nyeri dada
c) Malaise (perasaan tidak enak), keringat malam
d) Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada
e) Peningkatan sel darah
putih
f) Demam atau agak demam pada malam
hari, selama berminggu- minggu
g) Dada terasa sakit, sesak
h) Badan terasa lemah (malaise)
i) Batuk berdahak minimal 2 minggu
j) Dokter akan mendengar suara ronki basah di apeks paru-
paru.
Manisfestasi Klinik (Nurrarif & Kusuma, 2013)
a) Demam 40-41oC
b) Batuk atau batuk berdarah
c) Sesak napas
d) Nyeri dada
e) Malaise
f) Keringat malam
g) Suara khas pada perkusi dada
h) Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada penyakit TB paru, menurut
(Puspasari, 2019) antara lain :
a) Nyeri tulang belakang. Nyeri punggung dan kekakuan
adalah komplikasi tuberculosis yang umum.
b) Kerusakan sendi. Atritis tuberculosis biasanya menyerang
19
pinggul dan lutut.
c) Infeksi pada meningen (meningitis). Hal tersebut dapat
menyebabkan sakit kepala yang berlangsung lama atau
intermiten yang terjadi selam berminggu- minggu.
d) Masalah hati atau ginjal. Hati dan ginjal memiliki fungsi
membantu menyaring limbah dan kotoran dari aliran darah.
Apabila terkena tuberkulosis maka hati dan ginjal akan
terganggu.
e) Gangguan jantung. Hal tersebut bisa jarang terjadi,
tuberculosis dapat menginfeksi jaringan yang mengelilingi
jantung, menyebabkan. pembengkakan dan tumpukan
cairan yang dapat mengga nggu kemampuan
jantung untuk memompa secara efektif.
2.1.7 Pencegahan
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan
menghindari penukaran TBC antar lain:
1. Vaksinasi BCG
Menurut Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia (2018) Vaksin BCG wajib diberikan sebelum
bayi berusia 2 bulan.bagi yang belum pernah menerima
vaksin BCG,dianjurkan untuk menjalani vaksinasi bila ada
salah satu anggota keluarga yang menderita TBC
2. Penggunaan Masker
TBC juga dapat dicegah dengan mengenakan
masker saat berada di tempat ramai,atau ketika
berinteraksi dengan penderita TBC,maka dari itu hindari
kontak langsung dengan penderita TBC.
Bagi penderita TBC yang sedang terapi,TBC
maasih dapat menular selama sekitar2 bulan pertama
pengobatan.Oleh karena itu,diperlukan langkah
pencegahan guna menghindari penularan pada orang yang
tinggal di lingkungan penderita.Langkah-langkah

20
pencegahan tersebut berupa (Cedars sinai 2021):
a. Tutup mulut saat bersin,batuk,dan tertawa
b. Jika menggunakan tisu untuk menutup
mulut,buang tisu segera setelah digunakan di
tempat sampah.
c. Jangan membuang dahak atau meludah di
sembarang tempat.
d. Pastikan rumah memeliki sirkulasi udara yang
baik,misalnya dengan sering membuka ointu
dan jendela.
e. Jangan tidur sekamar dengan orang lain
sampai dokter menyatakan TBC yang diderita
telah sampai pada tahap tidak menular.
Berdasarkan Nanda 2015:
a) Mempelajari penyebab dan penularan TB
b) Berhenti merokok dan minum alcohol
c) Olah raga secara teratur, makan makanan yang bergizi
dan istirahat yang cukup
d) Selalu menjaga kebersihan mulut dan mempelajari
cara batuk yang baik
2.1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang diberikan menurut Somantri,2012
bisa berupa metode preventif dan kuratif. Cara-caranya sebagai
berikut :

1) Penyuluhan dilakukan mengenai penyakit TB paru, penyebab,


manifestasi klinis, dan penatalaksanaan.
2) Pencegahan yaitu berhenti merokok dan minum alcohol, olah
raga secara teratur, makan makanan yang bergizi dan istirahat
yang cukup, selalu menjaga kebersihan mulut dan mempelajari
cara batuk yang baik
3) Fisioterapi dan rehabilitasi Tindakannya yaitu seperti pengaturan
posiss postural drainase, claping, dan vibrasi, serta diakhiri
21
dengan metode batuk efektif.
4) Konsultasi secara teratur Yang bertujuan untuk mengetahui
dan melakukan pemeriksaan agar tau perkembangan
kesehatan yang dialami oleh klien.

2.2 Konsep Dasar Perilaku


2.2.1 Defenisi Perilaku
Perilaku manusia adalah semua tindakan atau aktivitas dari
manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas,
baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat
diamati. Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau
aktivitas organisme (makhluk hidup yang bersangkutan)
(Notoatmodjo, 2018).
Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam
pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang
terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan (Azwar,
2011). Dengan kata lain, perilaku merupakan respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari
dalam dirinya. Respon ini bersifat pasif (berpikir, berpendapat,
bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan
batasannya perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala
bentuk pengalaman dan interaksi individu dan lingkungannya,
khususnya yang menyangkut pengetahuan, sikap tentang
kesehatannya serta tindakannya yang berhubungan dengan
kesehatan (Sarwono,2015).
Tim ahli WHO (2018), menganalisis bahwa yang
menyebabkan seseorang itu berperilaku ada empat alasan pokok,
yaitu:
(1) Pemikiran dan perasaan. Bentuk pemikiran dan perasaan
ini adalah pengetahuan, kepercayaan, sikap dan lain-lain.
(2) Orang penting sebagai referensi. Apabila seseorang itu
penting bagi kita, maka apapun yang ia katakan dan
lakukan cendrung untuk kita contoh. Orang inilah yang
22
dianggap kelompok referensi seperti : guru, kepala suku
dan lain-lain.
(3) Sumber-sumber daya. Yang termasuk adalah fasilitas-
fasilitas misalnya: waktu, uang, tenaga kerja, ketrampilan
dan pelayanan. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku
dapat bersifat positif maupun negatif.
(4) Kebudayaan. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan
pengadaan sumber daya di dalam suatu masyarakat akan
menghasilkan suatu pola hidup yang disebut kebudayaan.
Perilaku yang normal adalah salah satu aspek dari
kebudayaan dan selanjutnya kebudayaan mempunyai
pengaruh yang dalam terhadap perilaku.

2.2.2 Pembentukan Perilaku


Menurut Notoatmodjo (2015), mengungkapkan bahwa
sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang
tersebut terjadi proses berurutan yakni:
(1) Kesadaran (awareness). Orang tersebut menyadari dalam
arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
(2) Tertarik (interest). Orang mulai tertarik pada stimulus.

(3) Evaluasi (evaluation). Menimbang-nimbang terhadap


baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini
berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
(4) Mencoba (trial). Orang telah mulai mencoba perilaku baru.

(5) Menerima (Adoption). Subyek telah berperilaku baru


sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya
terhadap stimulus. Dari penelitian sebelumnya dikatakan
bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-
tahap diatas. Apabila penerima perilaku baru atau adopsi
perilaku melalui proses seperti tahap-tahap diatas, maka
perubahan tersebut didasari oleh pengetahuan, kesadaran
dan sikap yang positif serta perilaku tersebut bersifat

23
tetap.
2.2.3 Prosedur Pembentukan Perilaku
Prosedur pembentukan perilaku menurut skinner (Notoatmodjo,
2015) meliputi:
a) Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan
penguat reinforce berupa hadiah-hadiah bagi perilaku yang
dibentuk.

b) Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-


komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki.
Kemudian komponen-komponen tersebut disusun menuju
terbentuknya perilaku yang dimaksud.

c) Menggunakan secara urut komponen tersebut sebagai tujuan


sementara, mengidentifikasi reinforce atau hadiah untuk
masing- masing komponen tersebut.

d) Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan


komponen yang tersusun tersebut. Apabila komponen pertama
dilakukan maka hadiah akan diberikan. Hal ini akan
mengakibatkan komponen atau perilaku (tindakan) tersebut
cenderung akan sering dilakukan.
2.2.4 Macam-macam Perilaku Manusia
Menurut Purwanto (2021), perilaku digolongkan menjadi 3
macam, yaitu:
a) Perilaku refleks, adalah perilaku yang dilakukan manusia
secara otomatik. contohnya: mengecilkan kelopak mata.
b) Perilaku refleks bersyarat, adalah merupakan perilaku yang
muncul karena adanya perangsang tertentu.
c) Perilaku yang mempunyai tujuan, disebut juga perilaku
naluri yang disertai dengan perasaan.

24
2.2.5 Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah tindakan atau aktivitas seseorang
terhadap rangsangan yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan. Respon atau reaksi
organisme dapat berbentuk positif (Perilaku tertutup, atau tanpa
tindakan) dan aktif (perilaku terbuka, practice) (Setiawati, 2017).

2.2.6 Klasifikasi Perilaku Kesehatan


Menurut Notoatmodjo (2017), Klasifikasi tentang perilaku
kesehatan yang terdiri tiga unsur, yakni :
(1) Perilaku Hidup Sehat (Health Behaviour)

Perilaku hidup sehat adalah perilaku yang berkaitan


dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Contoh:
Makan dengan menu seimbang, olahraga teratur, tidak
merokok, dll.
(2) Perilaku Sakit (Illness Behaviour)

Perilaku sakit ini mencakup respon seseorang


terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit,
pengetahuan tentang: gejala dan penyebab penyakit, dan
sebagainya.
(3) Perilaku Peran Sakit (The Sick Role Behaviour)

Orang sakit (pasien) mempunyai hak dan kewajiban


sebagai orang sakit, yang harus diketahui oleh orang lain
(terutama keluarganya). Perilaku ini disebut perilaku peran
sakit (the sick role) yang meliputi: tindakan untuk
memperoleh kesembuhan, bertindak mengobati diri sendiri
(self treatment), mengenal / mengetahui fasilitas atau sarana
pelayanan/penyembuhan penyakit yang layak.

25
2.2.7 Perubahan Perilaku Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2018), teori perubaha perilaku
meliptui beberapa faktor sebagai berikut:

 Pengetahuan
 Sikap
 Kepercayaan Predisposing factors
 Persepsi
 Motivasi

 Sikap dan perilaku


 Rewards Reinforcing factors
 Sosial Budaya (Pendorong)

Perubahan
Perilaku

 Ketersediaan sarana
 Kemudahan
Enabling factors
mencapai sarana
 Kondisi ekonomi

Gambar 2.1 Ilustrasi Teori Lawrence Green (Notoatmodjo, 2017)

Green membagi faktor perilaku menjadi 3 faktor utama yaitu:

(1) Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors), yang


terwujud dalam bentuk pengetahuan, nilai, sikap dan
persepsi yang berhubungan dengan motivasi individu
ataupun kelompok dalam masyarakat.
(2) Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud
dalam bentuk lingkungan fisik, tersedia atau tidak
tersedianya fasilitas kesehatan, misalnya puskesmas, obat-
obatan, sekolah kesehatan dan lain sebagainya.

(3) Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors), yang


26
terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau
petugas lain yang termaksud dalam kelompok referensi
dari perilaku masyarakat.
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku
seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh
pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dari orang atau
masyarakat yang bersangkutan. Selain itu, ketersediaan fasilitas,
sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga
akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.

2.3 Pendidikan Kesehatan/Health Education

2.3.1 Definisi Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan atau Health Education adalah aplikasi


atau penerapan pendidikan dalam bidang kesehatan. Secara
opearasional pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk
memberikan dan meningkatkan pengetahuan, sikap, praktek baik
individu, kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2012 dalam
Yanuar, 2018 ).

Pendidikan kesehatan atau Health Education merupakan suatu


bentuk tindakan mandiri keperawatan untuk membantu klien baik
individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran yang didalamnya
perawat sebagai perawat pendidik (Suliha, dkk, 2017). Menurut
Notoatmodjo (2010) pendidikan kesehatan adalah upaya persuasi
atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau
melakukan tindakan-tindakan untuk memelihara, dan meningkatkan
taraf kesehatannya.

27
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan adalah
suatu bentuk kegiatan dengan menyampaikan materi tentang
kesehatan yang bertujuan untuk mengubah perilaku sasaran.

2.3.2 Tujuan Health Education

Tujuan utama Health Education (Chayati, 2017) yaitu :

1. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri.


2. Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap
masalahnya, dengan sumber daya yang ada pada mereka
ditambah dengan dukungan dari luar.
3. Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk
meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan
masyarakat.

2.3.3 Sasaran Pendidikan Kesehatan/ Health Education

Menurut Notoadmojo (2015) dalam Chayati, 2017 sasaran


pendidikan kesehatan dibagi dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu :
1. Sasaran Primer (Primary Target)
Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung
segala upaya pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai
dengan permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat
dikelompokkan menjadi, kepala keluarga untuk masalah
kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk masalah
KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), anak sekolah untuk
kesehatan remaja, dan juga sebagainya.
2. Sasaran Sekunder (Secondary Target)
Yang termasuk dalam sasaran ini adalah para tokoh
masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya.
Disebut sasaran sekunder, karena dengan memberikan
pendidikan kesehatan kepada kelompok ini diharapkan

28
untuk nantinya kelompok ini akan memberikan pendidikan
kesehatan kepada masyarakat di sekitarnya.

3. Sasaran Tersier (Tertiary Target)


Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di
tingkat pusat, maupun daerah. Dengan kebijakan-kebijakan
atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan
mempunyai dampaklangsung terhadap perilaku tokoh
masyarakat dan kepada masyarakat umum.

2.3.4 Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Ruang lingkup pendidikan kesehatan atau Health Education dapat


dilihat dari 3 dimensi menurut Fitriani (2017) yaitu;

1) Dimensi sasaran
a. Pendidikan kesehatan individu dengan sasarannya adalah
individu.
b. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasarannya adalah
kelompok masyarakat tertentu.
c. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasarannya adalah
masyarakat luas.
2) Dimensi tempat pelaksanaan
a. Pendidikan kesehatan di rumah sakit dengan
sasarannya adalah pasien dan keluarga
b. Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasarannya adalah
pelajar.
c. Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja
dengan sasarannya adalah masyarakat atau pekerja.
3) Dimensi tingkat pelayanan kesehatan
a. Pendidikan kesehatan untuk promosi kesehatan (Health
Promotion), misalnya: peningkatan gizi, perbaikan
sanitasi lingkungan, gaya hidup dan sebagainya.

29
b. Pendidikan kesehatan untuk perlindungan khusus
(Specific Protection) misalnya: imunisasi
c. Pendidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan
pengobatan tepat (Early diagnostic and prompt
treatment) misalnya : dengan pengobatan layak dan
sempurna dapat menghindari dari resiko kecacatan.
d. Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi (Rehabilitation)
misalnya : dengan memulihkan kondisi cacat melalui
latihan-latihan tertentu.
2.3.5 Langkah-langkah dalam Penyuluhan Kesehatan

Menurut Edward (2018) ada beberapa langkah yang harus


ditempuh dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan
masyarakat, yaitu :

1. Mengkaji kebutuhan kesehatan masyarakat


2. Menetapkan masalah kesehatan masyarakat
3. Memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu untuk
ditangani melalui penyuluhan kesehatan masyarakat
4. Menyusun perencanaan penyuluhan, seperti :
1) Menetapkan tujuan
2) Penentuan sasaran
3) Menyusun materi atau isi penyuluhan
4) Memilih metoda yang tepat
5) Menentukan jenis alat peraga yang akan digunakan
6) Pelaksanaan penyuluhan
7) Penilaian hasil penyuluhan
8) Tindak lanjut dari penyuluhan.

2.3.6 Faktor-faktor Keberhasilan dalam Penyuluhan

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran


dalam keberhasilan penyuluhan kesehatan menurut
Edward, 2018 yaitu:
30
1) Faktor penyuluh yang meliputi kurangnya persiapan,
kurangnya penguasaan materi yang akan dijelaskan
oleh pemberi materi, penampilam yang kurang
meyakinkan sasaran, bahasa yang digunakan kurang
dapat dimengerti oleh sasaran, suara pemberi materi
yang terlalu kecil, dan penampilan materi yang
monoton sehingga membosankan.
2) Faktor sasaran yang meliputi tingkat pendidikan sasaran
yg terlalu rendah, tingkat sosial ekonomi sasaran yang
terlalu rendah, kepercayaan dan adat istiadat yang telah
lama tertanam sehingga sulit untuk mengubahnya, dan
kondisi tempat tinggal sasaran yang tidak
memungkinkan terjadinya perubahan perilaku.

3) Faktor proses penyuluhan yang meliputi waktu


penyuluhan tidak sesuai dengan waktu yang diinginkan
sasaran, tempat penyuluhan yang dilakukan di tempat
yang dekat keramaian sehingga menggangu proses
penyuluhan, jumlah sasaran yang terlalu banyak, alat
peraga dalam penyuluhan kesehatan kurang, metode
yang digunakan kurang tepat, dan bahasa yang
digunakan sulit dimengerti oleh sasaran.

2.3.7 Metode Pendidikan Kesehatan

Menurut Edward (2018) agar mencapai suatu hasil yang


optimal, materi juga harus disesuaikan dengan sasaran.
Demikian juga alat bantu pendidikan. Untuk sasaran
kelompok maka metodenya harus berbeda dengan sasaran
massa dan sasaran individual. Ada 3 macam metode
pendidikan kesehatan, yaitu :

31
1. Metode Pendidikan Individual (perorangan)

Metode ini digunakan untuk membina perubahan


perilaku baru, atau membina seseorang yang mulai tertarik
kepada suatu perubahan perilaku. Dasar digunakannya
pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai
masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan
perilaku tersebut. Bentuk pendekatan ini, antara lain :

1) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling)


Dengan cara ini kontak antara klien dan petugas lebih jadi lebih
efektif.

2) Interview (wawancara)
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan
dan penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan
dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak
atau belum menerima perubahan.

2. Metode Pendidikan Kelompok

Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus


diingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan
formal dari sasaran. Ada beberapa macam metode
kelompok tersebut, yaitu:

1) Kelompok besar

Apabila peserta penyuluhan itu lebih dari 15 orang, antara


lain ceramah dan seminar.

a. Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan


tinggi maupun berpendidikan rendah.

32
b. Seminar

Metode ini hanya cocok untuk sasaran


kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas.
Seminar adalah suatu bentuk penyajian dari satu ahli
atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap
penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat.

2) Kelompok Kecil

Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang


biasanya disebut kelompok kecil. Metode-metode yang
cocok untuk kelompok kecil ini antara lain

a. Diskusi Kelompok

Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus


memberikan pancingan-pancingan yang berupa
pertanyaan sehubungan dengan topik yang dibahas
sehingga terciptalah diskusi kelompok.

b. Curah Pendapat (brain stroming)

Merupakan modifikasi diskusi kelompok, dimulai


dengan memberikan satu masalah, kemudian peserta
memberikan jawaban/tanggapan. Tanggapan/jawaban
tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart/papan
tulis, sebelum semuanya mencurahkan pendapat tidak
boleh ada komentar dari siapa pun. Setelah semuanya
mengemukaan pendapat, baru tiap anggota boleh
berkomentar dan akhirnya terbentuklah diskusi.

3) Bola Salju (snow balling)


Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1
pasang 2 orang) dan kemudian dilontarkan suatu
pertanyaan atau masalah. Setelah kurang lebih 5 menit

33
maka tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka
tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari
kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah
beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan
pasangan lainnya dan demikian seterusnya sehingga
akhimya akan terjadi diskusi dari seluruh anggota
kelompok.

4) Kelompok-kelompok kecil (buzz group)


Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-
kelompok kecil yang kemudian akan diberi suatu
permasalahan yang sama atau tidak dengan kelompok
lain dan masing-masing kelompok mendiskusikan
masalah tersebut. Selanjutnya kesimpulan dari tiap
kelompok tersebut didiskusikan kembali dan dicari
kesimpulannya.

e. Memainkan Peran (role play)

Beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai


pemegang peran tertentu. Setelah mendapatkan peran
mereka masing-masing, mereka kemudian memainkan
peran tersebut.

f. Permainan Simulasi (simulation game)

Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan


diskusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam
bentuk permainan.

3. Metode Pendidikan Massa

Metode ini cocok untuk mengkomunikasikan pesan-pesan


kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Berikut ini ada beberapa
contoh metode untuk pendekatan massa, yaitu :

34
a. Ceramah Umum (public speaking).

b. Pidato-pidato/ diskusi tentang kesehatan dapat dilakukan


melalui media elektronik, baik televisi maupun radio.

c. Simulasi contohnya seperti dialog antara pasien dengan perawat.

d. Billboard biasanya dipasang di tempat-tempat umum dan


diisi dengan pesan-pesan atau informasi–informasi
kesehatan.

2.3.8 Media Pendidikan Kesehatan

Media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan


dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan audien sehingga
dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Tujuan
penggunaan media adalah untuk mempermudah sasaran memperoleh
pengetahuan dan ketrampilan. Kehadiran media mempunyai arti yang
sangat penting, sebab ketidakjelasan bahan yang akan disampaikan
dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara
(Mubarak dkk, 2018).

Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan


kesehatan (media), media ini dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu Media
Cetak, Media Elektronik, dan Media Papan (Bill board).

1) Media Cetak

a. Booklet: digunakan untuk menyampaikan pesan dalam


bentuk buku, baik tulisan maupun gambar.

b. Leaflet: melalui lembar yang dilipat, isi pesan bisa


gambar/tulisan ataupun keduanya.

c. Flyer (selebaran); seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan.

d. Flip chart (lembar Balik); pesan/informasi kesehatan


dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku,
35
dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan
di baliknya berisi kalimat sebagai pesan/informasi
berkaitan dengan gambar tersebut.

e. Rubrik/tulisan-tulisan: pada surat kabar atau majalah, mengenai


bahasan suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan
dengan kesehatan.

f. Poster: merupakan suatu bentuk media cetak berisi


pesan-pesan/informasi kesehatan, yang biasanya ditempel di
tembok-tembok, di tempat-tempat umum, atau di kendaraan umum.

g. Foto: digunakan untuk mengungkapkan informasi-informasi


kesehatan.

2) Media Elektronik

a. Televisi: dapat dalam bentuk sinetron, sandiwara, forum


diskusi/tanya jawab, pidato/ceramah, TV, quiz, atau cerdas cermat.

b. Radio: bisa dalam bentuk obrolan/tanya jawab, ceramah.

c. Video Compact Disc (VCD)

d. Slide: digunakan untuk menyampaikan pesan/informasi kesehatan.

e. Film strip:digunakan untuk menyampaikan pesan kesehatan.

3) Media Papan (Bill Board)

Papan/bill board yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai


diisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan. Media
papan di sini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran
seng yang ditempel pada kendaraan umum (bus/taksi).

36
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konsep


Kerangka konsep dalam penelitian ini mengacu pada kerangka
teori yang dibahas dalam tinjauan pustaka, variable dependent (terikat) yaitu
perilaku pencegahan tuberkulosis sedangkan untuk variable independent
(bebas) yaitu penyuluhan kesehatan. Kerangka konsep penelitian sebagai
berikut:
Variabel Indepemdent Variabel Dependent

Pengaruh Perilaku Pengaruh Perilaku


Pencegahan Terhadap Penyuluhan Pencegahan Terhadap
Penularan Tuberkolusis Kesehatan Penularan Tuberkolusis
sesudah penyuluhan sesudah penyuluhan

Gambar 3.1
Kerangka konsep
Keterangan :
: Variabel dependen
: Variabel Independen
: Garis penghubung

Pengaruh Health Education Terhadap Perilaku Pencehagan


Penularan Tuberkulosis di BKPM Provinsi Maluku.

37
3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah dugaan sementara yang mengandung pertanyaan-
pertanyaan ilmiah, tetapi masih memerlukan pengujian. Hipotesis dalam
penelitian ini adalah:

1. Hipotesis alternatif (Ha)


Adakah Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Perilaku Pencehagan
Penularan Tuberkulosis di Wilaya Kerja Balai Kesehatan Paru Provinsi
Maluku.
2. Hipotesis Nol
Tidak ada Pengaruh Health Education Terhadap Perilaku Pencehagan
Penularan Tuberkulosis di Wilaya Kerja Balai Kesehatan Paru Provinsi
Maluku.

38
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Jenis Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
menggunakan pendekatan Quasy Pra Experimental dengan metode one
group pretest posttest design. yaitu suatu penelitian dimana peneliti
memberikan intervensi atau pengaruh pada subjek penelitian dan
mengukur tingkat pengetahuan,sikap,dan tidakan kemudian diamati hasil
perlakuan antara sebelum dan sesudah perlakuan. Perlakuan dalam hal ini
adalah pemberian penyuluhan kesehatan tentang penyakit TB dan
pencegahan penularannya(Saranani ., 2019).
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
4.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Balai Paru Kesehatan
Provinsi Maluku.
4.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 10 Mei
sampai 29 Mei 2022.
4.3 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel (Sampling)
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara Total
sampling ini dilakukan dengan mengambil kasus atau responden
yang kebetulan ada atau tersedia disuatu tempat sesuai konteks
penelitian(Notoatmodjo, 2018).
4.3.1 Populasi
Populasi adalah subjek (misalnya manusia, klien) yang
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2020).
Populasi dalam peneitian ini adalah Penderita Tuberkulosis yaitu
56 orang yang terdapat di Balai Kesehatan Paru Provinsi Maluku.

39
4.3.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih dengan
sampel tertentu untuk dapat mewakili seluruh objek penelitian
(Nursalam 2020). Sampel dalam penelitian ini adalah Penderita
Tuberkulosis yaitu 56 orang dengan Perempuan berjumlah 24
orang dan laki-laki berjumlah 32 orang di Balai Kesehatan Paru
Provinsi Maluku .
4.3.3 Sampling
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel
(Nursalam 2020).Teknik dalam pengambilan sampel ini diambil
secara total sampling yaitu seluruh populasi diteliti yang
berjumlah 56 responden yakni Penderita Tuberkulosis di BKPM
Provinsi Maluku.
4.4 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau
nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulannya (Nursalam, 2020). Variabel harus dapat diukur
tetapi variabel bukan ukuran (parameter). Variabel yang akan
diungkapkan dalam penelitian ini sebagai berikut.
4.4.1 Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Nursalam,
2020). Variabel terikat dalam penelitian ini berdasarkan tujuan
penelitian adalah Penyuluhan Kesehatan.
4.4.2 Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas adalah variable yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variable dependen
(Sugiono 2014). Variabel bebas dalam penelitian berdasarkan
tujuan penelitian sebagai berikut:

40
1. Perilaku Pencegahan Tuberkulosis

4.5 Defenisi Operasional


Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel
yang akan digunakan dan istilah yang akan digunakan dalam
penelitian secara operasional sehingga akhirnya mempermudah
pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2015)
Tabel 4.1 Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Alat ukur Hasil ukur Skala


operasional

1 Health Tindakan pemberian SAP - -


Education penyuluhan
mengenai
Pencegahan Tb

2 Perilaku Terdiri atas Kuesioner - Ordinal


Penderita pengetahuan, sikap
Tuberkulosis dan tindakan
penderita dalam
pencegahan
penularan Tbc

4.6 Instrumen Penelitian


Menurut (Sujarweni, 2014) dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan beberapa alat bantu yaitu :

1. Pendidikan Kesehatan

a. Lembar SAP

Merupakan Satuan Acara Penyuluhan adalah


seperangkat acara penyuluhan yang akan diselenggarakan

41
termasuk topik, tempat, sasaran, materi dan konsep acara
menyangkut Identitas responden dan pertanyaan tentang
pengetahuan,sikap,dan tindakan/perilaku pencegahan
tuberkulosis
b. Alat tulis

Alat tulis digunakan untuk mencatat dan melaporkan


hasil penelitian antara lain pensil atau bolpoin, kertas dan
komputer.

2. Kusioner
1. Pengetahuan
Kuesioner pengetahuan terdiri dari 10 pernyataan, jika
jawaban benar nilainya 1 jika salah nilanya 0 dengan total scor
10. Kategori pengetahuan antara lain:
Baik, jika pengetahuannya (≥ 80 %)
Cukup, jika pengetahuannya (50 -<80 %)
Kurang, jika pengetahuannya (<50 %).
2. Sikap
Pernyataan sikap terdiri dari 10 pernyataan, dan terdapat
pernyataan positif dan negatife. Untuk pernyataan positif diberi nilai SS
: 4, S : 3, TS : 2, STS : 1, dan peryataan negatif diberi nilai SS : 1, S : 2,
TS : 3, STS : 4. Penilaian sikap diambil dari nilai median, dengan total
scor 40 jika semua jawaban benar, sikap positif jika scor lebih dari 20
dan sikap negatif jika scor kurang dari atau sama dengan 20.
Sikap positif : > 20
Sikap negative : ≤ 20

3. Tindakan
Pernyataan Upaya Pencegahan Tuberkulosis terdiri dari 10
pernyataan, dan terdapat pernyataan positif dan negative. Untuk
pernyataan positif diberi nilai S : 1, CS : 2, KK : 3, TP : 4, dan
peryataan negatif diberi nilai S : 1, CS : 2, KK : 3, TP : 4. Penilaian
sikap diambil dari nilai median, dengan total scor 40 jika semua
42
jawaban benar, sikap positif jika scor lebih dari 20 dan sikap negatif
jika scor kurang dari atau sama dengan 20.
Sikap positif : > 20
Sikap negatif : ≤ 20

4.7 Prosedur Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder.
a. Data Primer

Data primer adalah data-data yang dikumpulkan secara langsung


dari subjek penelitian. Data primer diperoleh dari jawaban-jawaban
responden terhadap pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam
kuesioner tentang data usia, pendidikan kesehatan, pengetahuan dan
penyakit pada penderita tuberkulosis.
b. Data sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pihak lain,
tidak langsung diperoleh oleh peneliti dan subjek penelitiannya, Data
sekunder dari penelitin ini diperoleh berdasarkan pengambilan data
awal.
4.8 Analisa Data
1. Teknik Pengolahan Data
Setelah data hasil penelitian dikumpulkan oleh peneliti langkah
selanjutnya yang akan dilakukan peneliti adalah menganalisa data yang
telah diperoleh melalui langkah-langkah sebagai berikut (Nursalam, 2017) :
a. Editing
Apabila ada kuisioner yang belum lengkap maka dapat meminta
responden untuk melengkapi kembali bila memungkinkan, dan jika tidak
memungkinkan maka akan diganti angket yang baru dengan responden
yang baru.
b. Coding
43
Setelah kuesioner disunting, selanjutnya dilakukan pengkodean atau
coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan. Coding atau pemberian kode ini sangat berguna
dalam memasukkan data (data entry).
c. Memasukkan Data (Data Entry)
Data merupakan jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang
dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program
atau software komputer. Salah satu paket program yang paling sering
digunakan untuk entry data penelitian adalah paket program SPSS 20.0
for Window.
d. Tabulating
Data atau jawaban dari responden dilakukan penyesuaian data yang
merupakan pengoorganisasian dan sedemikian rupa agar dapat mudah
dijumlah, disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisis.
2. Analisa Data
Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkn ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun
ke dalam pola, memilih nama yang penting dan akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri
maupun orang lain (Nursalam, 2020).
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis
Univariat dan Bivariat. Pengolahan data menggunakan komputer.
(Nursalam 2020).
4.8.1 Analisis Univariat
Analisa Univariat adalah suatu prosedur pengolahan data
dengan menggambarkan dan meringkas dan dengan cara ilmiah
dalam bentuk table atau grafik (Nursalam, 2020).
4.8.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap
dua variabel. Analisis dalam penelitian ini menggunakan tehnik

44
analisis bivariat dengan uji paried T test untuk menganalisis
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap Perilaku pencegahan
penularan tuberculosis di BKPM Provinsi Maluku. Uji Normalitas
adalah sebuah uji yang dilakukan dengan tujuan untuk menilai
sebuah kelompok data atau variabel, apakah sebaran data tersebut
berdistribusi normal ataukah tidak. Uji normalitas berguna untuk
menentukan data yang telah di kumpulkan berdistribusi normal
atau di ambil dari populasi normal mengunakan Shapiro-wilk.
Jika nilai di atas 0,05 maka distribusi data di nyatakan memenuhi
asumsi normalitas
4.9 Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya
rekomendasi dari pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukkan
permohonan izin pengambilan data awal kepada instansi tempat penelitian
dalam hal ini pihak BKPM Provinsi Maluku tahun 2022. Setelah mendapat
persetujuan barulah dilakukan penelitian dengan menekankan masalah etika
penelitian yang meliputi:
4.9.1 Informed consent
Lembaran persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan
diteliti untuk memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan
manfaat penelitian. Bila subjek menolak maka peneliti tidak akan
memaksanakan kehendak dan tetap menghormati hak-hak subjek.
4.9.2 Anonimity
Untuk menjaga kerahasiaan, peniliti tidak akan mencantumkan
nama responden, tetapi lembar-lembar tersebut diberi kode
4.9.3 Confidentiality
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil peneliti

45
DAFTAR PUSTAKA

Keperawatan, P. S., Haji, U., Utara, S., Artikel, I., Kesehatan, P., Keperawatan, P.
S., Haji, U., Utara, S., Estate, M., & Serdang, K. D. (2021). Pengaruh
Promosi Kesehatan terhadap Perilaku Pencegahan dan Pengobatan
Tuberkulosis Paru di Puskesmas Batu Tunggal Labuhan Batu Utara
Kecamatan Na Lx / X Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2021. 1(1), 14–
25.
Saranani, M., Yudanes, I., & Susanti, R. (2019). Pengaruh Penyuluhan Terhadap
Pengetahuan Penderita Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Kolaka Timur. Jurnalkeperawatan, 03, 30–35.
Widari, N. putu. (2010). perbandingan pengaruh metode penyyuluhan kesehatan
dan konseling terhadap perubahan perilaku pencegahan penularan
padapenderita TBC. In perpustakaan.uns.ac.id (Vol. 60, Issue 4).
https://www.scopus.com/inward/record.uri?eid=2-s2.0-33645547325%7B&
%7DpartnerID=40%7B&%7Dmd5=5c937a0c35f8be4ce16cb392381256da
Wiliyanarti, P. F., Putra, K. W. R., & Annisa, F. (2020). Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Dengan Media TB Card Terhadap Perilaku Pencegahan Penularan
TB Paru The. Jurnal Keperawatan, 11(2), 152–160.
Wawan. A dan Dewi M, (2011). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
Notoatmodjo, (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta

__________. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam. (2020). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.


Edisi 5. Salemba Medika: Jakarta.

46
Lampiran 01
Surat Pengambilan Data Awal dari LPPM

47
Lampiran 02
Izin Pengambilan Data Awal dari Kepala BKPM Provinsi Maluku

48
Lampiran 03

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Dengan Hormat,
Sehubungan dengan proses penyelesaian tugas akhir (proposal) Program Studi
Ilmu Keperawatan STIKes Maluku Husada, dengan ini saya :
Nama : Anjaly Iskandar
Npm : 1420118039
Akan melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Health Education Terhadap Perilaku Pencegahan Penularan
Tuberculosis di BKPM Provinsi Maluku”
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Untuk mengetahui Health Education
Terhadap Perilaku Pencegahan Penularan Tuberkolusis sebelum dan sesudah
pemberian pendidikan kesehatan terhadap perilaku pencegahan penularan
tuberculosis di wilayah kerja Balai Kesehatan Paru Provinsi Maluku.Untuk
kepentingan tersebut, maka saya memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk
berpartisipasi menjadi responden dengan sukarela dan menjawab pertanyaan yang
diberikan dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan yang Bapak/Ibu ketahui. Semua
jawaban dan data Bapak/Ibu akan dirahasiakan dan tidak ada maksud kegunaan
lain.
Demikian surat permohonan ini saya sampaikan, atas bantuan dan kesediaan
Bapak/Ibu, Saya ucapkan Terimakasih

Ambon, April 2022


Hormat Saya

Anjaly Iskandar

49
Lampiran 04

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir :
Telah mendapatkan keterangan secara rinci dan jelas mengenai :
1. Penelitian yang berjudul:“ Pengaruh Health Education Terhadap Perilaku
Pencegahan Penularan Tuberculosis di BKKPM Provinsi Maluku”
2. Perlakuan terhadap subjek
3. Prosedur Penelitian
Responden mendapatkan kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai segala
sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Oleh karena itu saya :
BERSEDIA/TIDAK BERSEDIA
Secara sukarela menjadi responden penelitian dengan penuh kesadaran serta tanpa
paksaan. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada
tekanan dari pihak manapun.

Ambon, April 2022

Peneliti Responden

Anjaly Iskandar (………………………)


Npm.1420118039
Saksi

(………………………..)

50
Lampiran 05

LEMBAR KUESIONER

Pengaruh Health Education Terhadap Perilaku Pencegahan Penularan


Tuberculosis di BKKPM Provinsi Maluku.
A. Data Demografi

1. Nama Inisial :

2. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

3. Usia :

4. Tingkat Pendidikan : SD SMP SMA Lainnya

1. Pengetahuan Tuberkulosis
Berilah tanda cecklist (√) pada kolom yang tersedia.
B = (benar)
S = (salah)

No Pernyataan Jawaban
B S
1. Gejala yang dirasakan penderita tuberculosis
paru adalah batuk lebih dari 3 minggu,demam
dan disertai influensa
2. Nyeri dada, sesak nafas dan batuk berdarah
adalah gejala yang dirasakan penderita TB Paru.
3. Badan terasa lemah,nafsu makan menurun,berat
badan menurun,dan rasa kurang enak badan
bukan merupaka gejala-gejala TB Paru?.
4. Manutup mulut pada waktu batuk dan bersin
termasuk dalam pencegahan TB paru?.
5 dengan cara tidak meludah di sembarangan
tempat merupakan pencegahan penyakit
tuberculosis?.
6. Kebiasan merokok juga merupakan salah satu
penyebab Tuberkulosis menjadi semakin
memburuk?
7. Salah satu penularan TB Paru adalah menghirup

51
udara ketika si penderita batuk atau bersin.
8. Tuberkulosis itu merupakan penyakit menular
yang disebabkan oleh kuman/bakteri.
9. Ketika batuk sebaiknya kita tidak menutup
mulut.
10. Meludah di sembarangan tempat merupakan
salah satu pencegahan Tuberkulosis Paru

2. Sikap dalam Pencegahan Tuberkulosis

Petunjuk Pengisian
Berilah tanda cecklist (√) pada kolom yang tersedia.
SS = (sangat setuju)
S = (setuju)
TS = (tidak setuju)
STS = (sangat tidak setuju)

No Prosedur SS S TS STS
1 Saya harus menutup mulut ketika batuk maupun bersin
2 Saya harus melakukan pencegahan tuberculosis dengan
tidak membuang ludah di sembarang tempat
3 Untuk menghindari penularan tb paru,alat makan dan
minum yang digunakan penderita yang sudah dicuci
sebaiknya dijadikan satu dengan alat makan orang
didalam rumah.
4 Untuk mencegah penularan tb paru diperlukan
lingkungan rumah yang bersih
5 Membuka jendela atau ventilasi rumah bukan merupakan
salah satu upaya pencegahan TB Paru
6 Penanggulangan Penyakit TB paru hanya menjadi
tanggung jawab Balai Kesehatan Paru
7 Sering menjemur tempat tidur dibawah matahari
merupakan salah satu pencegahan tuberkulosis.
8 Penderita TB Paru harus berperilaku hidup sehat (makan-
makanan yang bergizi,olahraga dan tidak merokok)
9 Diperlukan pengawasan minum obatTB Paru terutama
oleh anggota keluarga serumah.
10 Penyakit TB Paru berkaitan erat dengan kondisi
lingkungan dan perilaku hidup yang kuran bersih

52
3. Tindakan Tuberkulosis

Petunjuk Pengisian
Berilah tanda cecklist (√) pada kolom yang tersedia.
S = (Selalu)
SS = (Sangat Sering)
KK = (Kadang-kadang)
TP = (Tidak Pernah)

No Prosedur S SS KK TP
1 Menutu mulut ketika batu dan bersin
2 Menjemur kasur dan bantal yang digunakan secara
teratur
3 Mengikuti penyuluhan yang di pelayanan kesehatan
4 Konsumsi makanan tinggi proyein seperti
telur,tempe,tahu dan susu
5 Membuka jendela rumah setiap hari
6 Minum obat TB secara teratur sesuai anjuran petugas
kesehatan
7 Menggunakan Masker setiap berhadapan dengan orang
lain
8 Mencuci tangan setelah menutup mulu ketika batuk dan
bersin
9 Membuang tisu bekas bersin dan batuk ketempat sampah
10 Meludah di sembarang tempat.
Total

53
54
55

Anda mungkin juga menyukai