Anda di halaman 1dari 5

A.

TEORI BERPIKIR KRITIS


1. Konsep Berpikir Kritis
Dua definisi berpikir kritis akan ditawarkan di sini sebagai referensi untuk pekerjaan
kami Yang pertama ditawarkan oleh Robert Ennis dan berakar pada filosofi "Berpikir kritis
adalah pemikiran reflektif yang masuk akal yang difokuskan pada memutuskan apa yang
harus dipercaya atau dilakukan" (Ennis 1987, h.101 Ennis percaya bahwa semi adalah
kunci untuk definisi ini praktis reflektif yang masuk akal, daging sapi, dan aktor Berpikir
kritis adalah suatu kegiatan, baik praktis dan reflektif yang merupakan keyakinan atau
tindakan yang masuk akal sebagai tujuannya Ketika kita datang untuk menyelidiki
keterampilan yang muncul dari memiliki definisi, kita akan menemukan bahwa definisi
Enniss mencakup posisi berpikir dan kemampuan. Definisi kedua diusulkan oleh Robert
Steinberg dan mencerminkan pemikiran psikologis adaptif Stemberg tentang pemikiran
dan kecerdasan "Pemikiran kritis terdiri dari proses menul, strategi, dan representasi yang
digunakan orang untuk memecahkan masalah, membuat keputusan, dan mempelajari
conorpes baru (Stemberg 1985 hal. 46). Seperti yang dicatat Sternberg, definisi probleme
fus muncul dari analisis paychological dari pemikiran kritis, terutama yang terkait dengan
kecerdasan. Menelusuri pandangan Stemberg tentang kecerdasan akan membantu kita
untuk menemukan keterampilan-keterampilan yang tampaknya paling erat kaitannya
dengan pemikiran kritis.
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir dengan baik, dan
merenungkan tentang proses berpikir merupakan bagian dari berpikir dengan baik.
Kemampuan berpikir kritis perlu dikembangkan sejak peserta didik duduk di bangku
sekolah dasar. Karena kemampuan berpikir kritis harus diasah sejak dini agar siswa terbiasa
dengan pola berpikir yang kritis dan kreatif (Prameswari et al., 2018). Glaser menyatakan
dua elemen dalam berpikir kritis yaitu memiliki keterampilan berpikir kritis dan kemauan
untuk menggunakan keterampilan tersebut. Glaser menyebutkan bahwa berpikir kritis
adalah sikap yang siap untuk mempertimbangkan dengan seksama masalah-masalah yang
ada dalam jangkauan pengalaman seseorang atau pengetahuan tentang metode inkuiri dan
bernalar yang logis dan kemampuan untuk menerapkan metode tersebut (Rositawati, 2019).
Kemampuan berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir yang mengarahkan individu
untuk memutuskan apa yang dikerjakan atau diyakini ke kesimpulan terbaik. Sehingga,
siswa yang berpikiran kritis akan menuntun dirinya untuk bersikap kritis juga (Pritananda.,
2017). Paul (1992) mengatakan bahwa berpikir kritis adalah seni berpikir tentang berpikir,
yaitu berpikir jernih, tepat, akurat, relevan, konsisten, dan terbuka. Ini adalah seni kritik
konstruktif, seni mengidentifikasi dan menghapus bias, prasangka, dan keberpihakan pada
satu pemikiran (Wakhidah, 2012). Proses berpikir kritis melibatkan penilaian terhadap dua
hal yaitu akurasi dan kelayakan informasi serta alur penalaran (Beyer, 1985).
Menurut Ennis (1996: 12) berpikir kritis adalah suatu proses berpikir yang bertujuan
untuk membuat keputusan yang rasional tentang apa yang diyakini atau dilakukan. Dengan
demikian, berpikir kritis mempertimbangkan dan mengevaluasi informasi yang pada
akhirnya memungkinkan siswa secara aktif membuat keputusan. Menurut Ennis (1996),
berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada
pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Indikator berpikir
kritis yang diturunkan dari aktivitas kritis menurut Ennis (1996) ada lima yaitu (1) mampu
merumuskan pokok-pokok permasalahan; (2) mampu mengungkap fakta yang dibutuhkan
dalam menyelesaikan suatu masalah; (3) mampu memilih argumen logis, relevan, dan
akurat; (4) mampu mendeteksi bias berdasarkan sudut pandang yang berbeda; dan (5)
mampu menentukan akibat dari suatu pernyataan yang diambil sebagai suatu keputusan
(Fridanianti et al., 2018; Khasanah et al., 2017; Retnowati et al., 2016). Memiliki banyak
alternatif jawaban dan ide kreatif Dimana Anda juga akan dapat berpikir secara mandiri
dan reflektif. Berpikir dan bertindak reflektif adalah tindakan dan pikiran yang tidak Anda
rencanakan, terjadi secara spontan dan begitu saja secara refleks.
Ada beberapa manfaat dan tujuan berpikir antara lain mudah memahami sudut pandang
orang lain berpikir kritis membuat pikiran dan otak Anda lebih fleksibel., menjadi rekan
kerja yang baik lebih banyak manfaat-manfaat lain yang bisa Anda peroleh karena berpikir
kritis dan manfaat-manfaat itu pada umumnya saling berkaitan, sering menemukan peluang
baru dengan berpikir kritis, lebih memungkinkan Anda untuk menemukan peluangpeluang
baru dalam segala hal, bisa dalam pekerjaan maupun bisnis atau usaha anda. Berpikir kritis
membuat pikiran Anda lebih tajam dalam menganalisa suatu masalah atau keadaan.
(Ansori, 2015). Berpikir kritis bertujuan untuk membuat siswa mampu mentransfer prinsip-
prinsip abstrak dengan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa yang dapat
berpikir kritis akan mampu mengumpulkan dan menilai informasi yang relevan,
menghasilkan kesimpulan dan pemecahan masalah dengan alasan yang baik.
2. Aspek Teori Berpikir Kritis
Aspek Teori Berpikir Kritis Menurut Facione (1990) sebagai berikut :
a. Interpretation (interpretasi)
Kemampuan untuk memahami serta mengetahui arti atau maksud dari suatu
pengalaman yang bervariasi, situasi, data, peristiwa, keputusan, konvensi, kepercayaan,
aturan, prosedur, atau kriteria.
b. Analysis (analisis)
Kemampuan untuk mengidentifikasi maksud dan hubungan yang tepat antar
pernyataan, pertanyaan, konsep, deskripsi, atau bentuk pertanyaan lain untuk
menyatakan kepercayaan, keputusan, pengalaman, alasan, informasi, atau opini.
c. Evaluation (evaluasi),
Kemampuan untuk menilai kredibilitas dari suatu pernyataan arau penyajian lain
dengan menilai atau memberi gambaran mengenai persepsi seseorang, pengalaman,
situasi, keputusan, kepercayaan, atau opini; serta untuk menilai kekuatan logika dari
hubungan inferensial antara pernyataan, deskripsi, pertanyaan, atau penyajian lain.
d. Inference (kesimpulan)
Kemampuan untuk mengidentifikasi dan memilih unsur-unsur yang diperlukan untuk
membuat kesimpulan yang beralasan; untuk mmbuat hipotesis yang beralasan; untuk
memperhatikan informasi yang relevan serta mengurangi konsekuensi yang
ditimbulkan dari data, pernyataan, prinsip, bukti, penilaian, kepercayaan, opini, konsep,
deskripsi, pertanyaan, atau penyajian lain.
e. Explanation (penjelasan)
Kemampuan untuk menyatakan hasil dari proses seseorang, kemampuan untuk
membenarkan suatu alasan berdasarkan bukti, konsep, metodologi, kriteria, dan kriteria
tertentu yang masuk akal; serta untuk menjelaskan alasan seseorang dengan
argumentasi yang meyakinkan.
f. Self-regulation (pengaturan diri)
Kesadaran seseorang untuk memonitori aktivitasnya sendiri, elemenelemen yang
digunakan serta hasil yang dikembangkan dengan menerapkan kemampuan dalam
melakukan analisis dan evaluasi terhadap kemampuan diri sendiri dalam pengambilan
keputusan dengan bentuk pertanyaan, konfirmasi, validasi, atau koreksi.
Aspek Teori Berpkir Kritis Menurut Ennis (1996) sebagai berikut :
a. F (Focus)
Siswa memahami permasalahan pada soal yang diberikan.
b. R (Reason)
Siswa memberikan alasan berdasarkan fakta/bukti yang relevan pada setiap langkah
dalam membuat keputusan maupun kesimpulan.
c. (Inference)
Siswa membuat kesimpulan dengan tepat dan Siswa memilih reason (R) yang tepat
untuk mendukung kesimpulan yang dibuat.
d. S (Situation)
Siswa menggunakan semua informasi yang sesuai dengan permasalahan.
e. C (Clarity)
Siswa menggunakan penjelasan yang lebih lanjut tentang apa yang dimaksudkan dalam
kesimpulan yang dibuat. Jika terdapat istilah dalam soal, siswa dapat menjelaskan hal
tersebut. Siswa memberikan contoh kasus yang mirip dengan soal tersebut.
f. O (Overview)
Siswa meneliti atau mengecek kembali secara menyeluruh mulai dari awal sampai akhir
(yang dihasilkan FRISC).
3. Implikasi Teori Berpikir Kritis
Pengembangan keterampilan berpikir kritis matematika disarankan dikaitkan dalam
masalah dunia nyata. Berikut ini adalah contoh kegiatan yang mengintegrasikan
keterampilan berpikir kritis ke dalam dunia nyata.
a. Setelah membahas pembagian bahwa pembagi tidak boleh nol. Mengapa hal itu terjadi?
b. Setelah memcahkan masalah, dari masalah yang sudah diselesaikan diajukan
pertanyaan bagaimana jika tidak seperti itu kondisinya apa yang terjadi? Bagaimana
secara umumnya?
c. Setelah membahas makna bukti dalam geometri, siswa diminta untuk mendiskusikan
hal-hal berikut: Seorang ilmuwan memberikan suatu senyawa yang ia ciptakan untuk
20 orang selama dua bulan. Tak seorang pun yang diserang rasa dingin selama dua
bulan. Apakah Anda pikir ilmuwan membuktikan bahwa senyawa ini mencegah flu?
Bagaimana hal ini berhubungan dengan arti bukti?
d. Setelah belajar tentang konvers, invers, dan kontrapositif, meminta siswa untuk
memutuskan apakah kesalahan penalaran telah dibuat dalam mengikuti dan mendukung
kesimpulan mereka tentang masalah berikut : ibu Katy memberitahunya, "Jika Anda
tidak menjaga kamar anda bersih, maka Anda tidak akan mendapatkan wallpaper baru
musim semi berikutnya. "Katy merasa selalu membersihkan kamarnya, dan merasa
ibunya telah melanggar janji ketika dia tidak mendapatkan wallpaper baru.
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan semangat siswa
berpikir kritis yaitu dengan menciptakan suasana kelas di mana siswa merasa nyaman
mempertanyakan sesuatu, menantang, menangguhkan penilaian, dan menuntut alasan dan
pembenaran karena mereka berhadapan dengan isi dunia nyata dan matematika. Ajukan
pertanyaan yang merangsang siswa untuk memonitor, mengevaluasi, dan bertindak atas
pemikiran mereka sendiri. Misalnya, Mintalah siswa untuk bekerja dalam kelompok untuk
(a) Membahas situasi di bawah ini, (b) Brainstorming ide untuk memecahkan itu.
(c)Menemukan solusi yang diterima semua, atau ini laporan minoritas, dan (d)
Mendiskusikan pemikiran mereka untuk sampai pada keputusan.
4. Riset Mengenai Keterampilan Berpikir Kritis
a. Riset pertama dilakukan oleh Haryani, dkk. (2019) yang menyajikan penjabaran dari
langkah-langkah bagaimana pengajaran fiqh dilakukan menggunakan model Problem
Based Learning. Pengumpulan data dilakukan dengan menganalisis beberapa literatur
yang membahas tentang pengaruh PBL terhadap hasil belajar siswa. Diurutkan melalui
beberapa langkah dan diambil dari beberapa database yang dikumpulkan dari ribuan
hingga dua belas artikel terakhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa esensi
pembelajaran berbasis masalah mempengaruhi keterampilan siswa dalam menyelesaikan
masalah melalui metodologi ilmiah.
b. Riset kedua dilakukan oleh Maura, dkk (2021) yang mengukur mengenai kemampuan
berpikir kritis siswa sekolah dasar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa analisis
kemampuan berpikir kritis di SDN Bratan 1 No 71 berada pada kriteria cukup kritis.
Persentase analisis kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV.B di SDN Bratan 1 No 71.
Ini adalah persentase untuk setiap indikator. Persentase pada fokus yang diperoleh adalah
43%. Dan indikator alasan yang diperoleh adalah 57%. Dan pada indikator inferensi yang
diperoleh adalah 21,4%. Dan dalam situasi indikator yang diperoleh adalah 14,3%. Dan
pada indikator kejernihan yang diperoleh adalah 14,3%. Dan pada gambaran umum
indikator yang diperoleh adalah 42,8%. Indikator yang paling dominan adalah fokus,
alasan, dan gambaran umum

Anda mungkin juga menyukai