Anda di halaman 1dari 8

Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996

ISSN: 0854-4085

KEDOKTERAN NUKLIR DAN APLIKASI TEKNIK NUKLIR


DALAM KEDOKTERAN
Kunto Wiharto
Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi - BAT AN
ID0000055
ABSTRAK
KEDOKTERAN NUKLIR DAN APLIKASI TEKNIK NUKLIR DALAM KEDOKTERAN.
Pemanfaatan teknik nuklir dalam bidaiig kedokteran mempunyai lingkup yang luas, tidak terbatas pada kedokteran
nuklir dan radiologi saja melainkan juga meliputi penentuan kandungan mineral tubuh dengan teknik pengaktifan
neutron serta teknik fluoresensi sinar-X baik secara in vitro maupun in vivo, pemakaian radioisotop sebagai
perunut dalam farmakologi dan biokimia, dll. Dalam makalah ini diuraikan tentang perunut ideal dalam
kedokteran nuklir, pencitraan fungsional dan pencitraan morfologik, aspek klinik dan proteksi radiasi dalam
kedokteran nuklir. Teknik nuklir menawarkan kemudahan dan kemungkinan yang luas baik bagi dunia pelayanan
maupun penelitian dalam kedokteran. Pengembangan metoda diagnostik maupun terapetik dengan menggunakan
antibodi monoklonal yang ditandai dengan radioisotop tak pelak lagi akan sangat besar peranannya dalam
penanggulangan penyakit di masa depan.

ABSTRACT
NUCLEAR MEDICINE AND APPLICATION OF NUCLEAR TECHNIQUES IN MEDICINE. The
use of nuclear techniques in medicine covers not only nuclear medicine and radiology in strict sense but also
determination of body mineral content by neutron activation analysis and X-ray fluorescence technique either in
vitro or in vivo, application of radioisotopes as tracers in pharmacology and biochemistry, etc. This paper describes
the ideal tracer in nuclear medicine, functional and morphological imaging, clinical aspect and radiation protection
in nuclear medicine. Nuclear technique offers facilities and chances related to research activities and services in
medicine. The development of diagnostic as well as therapeutic methods using monoclonal antibodies labeled with
radioisotope will undoubtedly play an important role in the disease control.

PENDAHULUAN • HAL ANGER penemu kamera gamma


pada tahun 1957.
Penggunaan isotop radioaktif dalam • YALLOW dan BERSON yang mendapat
biologi dan kedokteran telah dimulai sejak hadiah Nobel untuk teknik RIA (Radio-
tahun 1901 oleh HENRI DANLOS yang immunoassay) yang mereka temukan pada
menggunakan isotop radium untuk pengobatan tahun 1960.
penyakit tuberculosis pada kulit. Kemudian • PERRIER dan SEGRE menemukan
pada tahun 1920-an HEVESY dkk. Technetium-99m pada tahun 1961.
mempelajari distribusi dan metabolisme
radioisotop alamiah (timah hitam, bismuth, dan Aplikasi teknik nuklir dalam bidang
thorium) pada tanaman dan hewan. Selanjutnya kedokteran di Indonesia telah dimulai sejak
BLUMGART dan WEISS (1927) meneliti akhir tahun enam puluhan, setelah reaktor atom
kecepatan sirkulasi darah pada orang normal Indonesia yang pertama mulai beroperasi di
dan pasien penyakit jantung dengan Bandung. Beberapa tenaga ahli Indonesia
menggunakan gas radon yang dilarutkan dalam dibantu oleh ahli dari luar negeri mulai merintis
larutan garam fisiologik [1,2]. pendirian suatu unit kedokteran nuklir di Pusat
Pemanfaatan isotop radioaktif sebagai Reaktor Atom Bandung (kini bernama Pusat
perunut dalam ilmu kedokteran berkembang Penelitian Teknik Nuklir), salah satu Pusat
pesat setelah FREDERIC JOLIOT dan IRENE Penelitian di lingkungan Badan Tenaga Atom
JOLIOT-CURIE (1934) menemukan radio- Nasional. Unit ini merupakan cikal bakal Unit
aktivitas buatan P-32. Beberapa tokoh lain Kedokteran Nuklir RSU Hasan Sadikin/
yang berjasa dapat disebutkan disini adalah Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
[1,3] : [4]. Dewasa ini di Indonesia terdapat 15
• CASSEN (1949) yang berhasil memetakan Rumah Sakit (3 di antaranya di luar Jawa)
kelenjar gondok dengan menggunakan yang dilengkapi dengan unit Kedokteran
radiosiotop 1-131. Nuklir.

PSPKR-BATAN
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN: 0854-4085

KEDOKTERAN NUKLIR dinamik memberikan informasi berupa


perubahan keadaan pada organ atau bagian
Ilmu Kedokteran Nuklir adalah cabang tubuh selama kurun waktu tertentu. Studi
ilmu kedokteran yang menggunakan sumber dinamik mengukur kinerja (performance) suatu
radiasi terbuka berasal dari inti radionuklida organ atau suatu sistem tubuh menurut fungsi
buatan untuk mempelajari perubahan fisiologik waktu. Variabel yang diukur dapat berupa
dan biokimia sehingga dapat digunakan untuk jumlah dan distribusi perunut radioaktif
tujuan diagnostik, terapi, dan penelitian (World (variable kuantitatif). Dengan bantuan
Health Organization) [5]. komputer, dari variabel tersebut dapat
Pada kegiatan kedokteran nuklir untuk diperoleh informasi lain seperti laju
keperluan diagnostik, radioisotop dapat pengurangan kuantitas perunut, retensi perunut
dimasukkan ke dalam tubuh pasien secara dalam organ, pola gerak organ (misalnya
inhalasi melalui jalan pernafasan, atau melalui cardiac wall motion), dsb.
mulut, ataupun melalui injeksi (studi in vivo). Pada studi in vitro, dari tubuh pasien
Di samping itu dapat pula radioisotop hanya diambil sejumlah tertentu bahan biologik
direaksikan dengan bahan biologik (darah, (misalnya 1 ml darah). Contoh bahan biologik
urine, cairan serebrospinal, dsb.) yang diambil tersebut direaksikan dengan suatu zat yang
dari tubuh pasien (studi in vitro). telah ditandai dengan radioisotop. Pemeriksaan
Pada studi in vivo, setelah dimasukkan ini biasanya digunakan untuk mengetahui
ke dalam tubuh maka nasib radioisotop kandungan zat tertentu dalam tubuh misalnya
selanjutnya di dalam tubuh dapat diperiksa hormon insulin atau tiroksin, obat jantung
dengan : (digitalis), dsb. Teknik RJA (Radio-
1. Membuat citra (gambar) organ atau bagian immunoassay) ini menggunakan alat pencacah
tubuh yang mengakumulasikan radioisotop gamma berbentuk sumur untuk mencacah
tersebut dengan peralatan kamera gamma radioaktivitas, demikian juga pe-meriksaan lain
atau kamera positron (imaging technique). yang termasuk studi in vitro seperti misalnya
2. Menghitung aktivitas yang terdapat pada uji proliferasi limfosit, uji sitotoksik dan
organ atau bagian tubuh yang meng- sitolitik, dsb.
akumulasikan radiosiotop dengan menem- Radioisotop yang dimasukkan ke
patkan detektor radiasi gamma di atas dalam tubuh pasien pada studi in vivo dan bisa
organ atau bagian tubuh yang diperiksa disebut radiofarmaka itu pada umumnya
(external counting technique). terdiri dari dua komponen yaitu isotop
3. Menghitung aktivitas radioisotop yang radioaktifnya sendiri dan senyawa pembawa-
terdapat dalam contoh bahan biologik nya. Radiasi yang dipancarkan oleh radioisotop
yang diambil dari tubuh pasien dengan itulah yang membuat suatu radiofarmaka dapat
menggunakan pencacah gamma (gamma dideteksi dan diketahui lokasinya, sedang
counters) berbentuk sumur (sample senyawa pembawa menentukan tempat akumu-
counting technique). lasi radiofarmaka tersebut. Untuk keperluan
diagnostik, radiofarmaka yang ideal adalah
Informasi yang diperoleh dengan teknik yang radiasinya mudah dideteksi dengan
pencitraan tersebut di samping berupa gambar kualitas citra yang baik dan aman dari segi
(citra) organ atau bagian tubuh atau bahkan proteksi radiasi serta dari segi toksisitasnya,
seluruh tubuh (whole body imaging), juga yaitu bila [2] :
dapat berupa kurva-kurva atau angka-angka. 1. Bertanda radioisotop pemancar radiasi
Sedang studi in vivo dengan teknik "external foton murni dengan energi berkisar
counting" atau "sample counting" hanya dapat antara 100-400 keV dan mempunyai waktu
memberikan informasi berupa kurva atau paro pendek.
angka. Informasi tersebut mencerminkan fungsi 2. Stabil dalam bentuk senyawanya.
organ atau bagian tubuh yang diperiksa. 3. Mempunyai distribusi in vivo yang
Studi in vivo dapat bersifat statik atau optimum, kontras antara organ yang
dinamik. Statik artinya memberikan informasi diperiksa dengan bagian tubuh di
pada suatu saat tertentu saja, sedang studi

PSPKR-BATAN
Presiding Presentasi Ilniiah Kcselamatan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN: 0854-4085

sekitarnya dapat diperoleh dalam waktu seringkali lebih dini. Hampir setnua cabang
yang tidak terlalu lama. ilmu kedokteran dapat memanfaatkan peranan
4. Memenuhi persyaratan farmasetikal pada kedokteran nuklir. Dalam praktek, kedokteran
umumnya (steril, apyrogen, non-toksik, nuklir biasa digunakan untuk menunjang
dsb.). diagnosis penyakit-penyakit antara lain :
• tumor.
Bila untuk keperluan diagnostik, • hiper atau hipofiingsi kelenjar yang
radioisotop digunakan dalam dosis kecil memproduksi hormon (kelenjar gondok,
(perunut) maka pada pemakaian untuk pankreas, anak ginjal, dsb.).
keperluan radioterapi metabolik, radioisotop • kelainan penyediaan atau aliran darah ke
sengaja diberikan dalam dosis besar. Dipilih suatu alat tubuh (otot jantung, paru-paru,
radioisotop pemancar radiasi partikel dengan ginjal, dsb.).
energi cukup besar dengan tujuan melenyapkan • kelainan fungsi motorik alat tubuh (transit
atau menghancurkan sasaran yang kebanyakan makanan dalam lambung, refluks urine,
berupa sel-sel ganas (kanker). Radioisotop dsb.).
pemancar campuran partikel dan foton
mempunyai keuntungan tersendiri karena foton TABEL 1. Pencitraan Kedokteran Nuklir dan
yang dipancarkan memungkinkan penentuan Pencitraan Radiologik dengan
parameter yang perlu diketahui pada Menggunakan Radiasi Pengion.
radioterapi seperti misalnya laju pengambilan Kedokteran Radiologi
perunut (uptake rate) oleh organ yang diobati. Nuklir
Sumber radiasi Zat radioaktif sumber Zat radioaktif
terbuka sumber tertutup
PENCITRAAN KEDOKTERAN atau pesawat
NUKLIR [4] penibangkit
radiasi.
Di dalam tubuh Di luar lubuh
Berbeda dengan pencitraan (imaging) dengan pasien pasien
pesawat CT-Scan, USG maupun MRI dalam Pembcntukan Emisi radiasi Transmisi
citra radiasi
radiologi yang sifatnya morfologik (morpho- Perbedaan akumulasi Perbedaan
logical imaging) karena lebih didasarkan pada radiofarmaka karena penelrasi radiasi
proses biokimiawi karena
perubahan atau perbedaan karakter fisik fisiologik perbedaan
anatomik yang menimbulkan perubahan atau karakteristik
perbedaan transmisi radiasi atau sinyal fisik-analomik
Inform asi Terutama fungsional Terutama
radiofrekuensi ataupun gelombang suara yang morfologik
melalui organ atau bagian tubuh yang
diperiksa, maka pencitraan dengan meng- Sedang pada radioterapi metabolik digunakan
gunakan kamera gamma atau kamera positron radioisotop :
pada kedokteran nuklir bersifat fungsional • 1-131 untuk terapi kanker dan hiperfungsi
(functional imaging) karena didasarkan pada kelenjar gondok.
perubahan biokimiawi-fisiologik yang menim- • P-32 untuk terapi keganasan pada sel-sel
bulkan pola emisi radiasi yang mencerminkan
darah merah.
fungsi organ atau bagian tubuh yang diperiksa.
• Sm-153 EDTMP untuk terapi paliatif
Pada kedokteran nuklir diagnostik,
penyebaran tumor ganas pada tulang.
radiasi pengion yang digunakan pada umumnya
adalah radiasi gamma yang berasal dari inti
atom, meskipun kadang-kadang digunakan pula
PENGGUNAAN ANTIBODI MONO-
radiasi-X yang berasal dari kulit atom
KLONAL DALAM KEDOKTERAN
(misalnya dari thaIium-201).
NUKLIR [7,8,9,10]

Dalam Kedokteran Nuklir, antibodi


APLIKASI KLINIS [6] monoklonal digunakan baik pada studi in vitro
Dewasa ini peranan kedokteran nuklir (untuk deteksi petanda tumor) maupun pada
cukup besar dalam menunjang diagnosis studi in vivo (imunosintigrafi) bahkan dewasa
penyakit-penyakit secara tepat, cepat dan ini sedang dikembangkan untuk radio-

PSPKR-BATAN 10
Prosiding Presentasi Ilmiali Keselamatan Radiasi dan Lingkung;in, 20-21 Agustus 1996
ISSN: 0854-4085

immunoterapi. Semua teknik ini menggunakan terutama untuk unsur-unsur yang hanya
prinsip immunologi, antibodi tumor akan terdapat dalam jumlah yang sangat kecil di
berikatan secara spesifik dengan tumor yang dalam tubuh (Oligo-elemen : Co, Cr, F, Fe,
berfungsi sebagai antigen. I, Mn, Se, Si, Sn, V, Zn, dsb). Kelebihan
Ide pencarian sasaran tumor oleh teknik ini adalah kepekaannya yang sangat
antibodi sebenarnya telah dikemukakan sejak tinggi dan sifatnya yang tidak merusak.
tahun 1945. Namun pada saat itu pengetahuan Pada teknik in-vitro, bahan biologik yang
mengenai metode immunologi belum semaju hendak diperiksa ditembaki dengan neutron
sekarang. Pada saat itu orang menggunakan hingga menjadi radioaktif. Berdasarkan
antibodi poliklonal maka kereaktifannya hasil pencacahan radioaktivitas contoh
terhadap jaringan tumor juga kurang spesifik. bahan biologik yang diperiksa yang
Namun dengan penemuan teknik hibridoma kemudian dibandingkan dengan radio-
untuk pembuatan antibodi monoklonal oleh aktivitas standar maka dapat ditentukan
KOHLER dan MILSTEIN maka dewasa ini kandungan unsur dalam bahan tersebut.
antibodi poliklonal praktis digantikan oleh Disamping teknik in-vitro, telah dikem-
antibodi monoklonal. Antibodi monoklonal bangkan teknik pengaktifan neutron secara
yang dibuat dengan menggabungkan sel in-vivo untuk analisis kandungan kadmium
limfosit-B dengan sel myeloma dalam media dalam hati dan ginjal.
polietilen glikol (PEG) membentuk sel 2. Pengukuran kerapatan tulang dengan
hibridoma; antibodi monoklonal kemudian teknik "Photon absorptiornetry". Peng-
dapat dnsolasi dari kultur jaringan atau cairan ukuran ini dilakukan dengan menyinari
"monce ascites" dari hibndoma yang telah tulang dengan radiasi gamma. Berdasarkan
diseleksi. Untuk keperluan studi in vitro, studi banyaknya radiasi gamma yang terserap
in vivo maupun radioimmunoterapi maka oleh tulang yang diperiksa. Teknik
antibodi monoklonal perlu ditandai dengan pemeriksaan semacam ini membantu dalam
isotop radioaktif. mendiagnosis osteoporosis, yaitu : suatu
Suatu inovasi dalam terapi radiasi penyakit yang sering menyerang wanita
tumor dewasa ini adalah penggunaan berkas setelah mati haid dan menyebabkan tulang
neutron untuk menyinari jaringan tumor yang menjadi keropos sehingga mudah patah.
banyak mengandung boron (unsur yang sangat 3. Dalam farmakologi, studi farmakokinetika
efektif menangkap neutron). Melalui reaksi untuk memperoleh informasi tentang
B-10 (n,alpha) Li-7 dihasilkan radiasi alpha absorpsi, distribusi dan eliminasi obat
yang akan diserap seluruhnya oleh jaringan dapat dilakukan dengan menandai obat
tumor. Salah satu metode yang dapat yang hendak dipelajari dengan C-I4 atau
digunakan untuk membawa boron secara H-3. Beberapa saat setelah obat bertanda
selektif pada jaringan tumor adalah dengan radioaktif itu dimasukkan ke dalam tubuh
menggabungkan boron dengan antibodi sukarelawan pada penelitian itu, maka
monoklonal yang bereaksi spesifik dengan dilakukan pengukuran radioaktivitasnya
antigen tumor. dalam beberapa cairan tubuh seperti
misalnya darah, cairan empedu, urine dsb.
PEMANFAATAN TEKNIK NUKLIR DI
LUAR KEDOKTERAN NUKLIR [11,10] : SEGI PROTEKSI RADIASI PADA
APLIKASI TEKNIK NUKLIR DALAM
Di luar kedokteran nuklir dan radiologi KEDOKTERAN [13]
yang menggunakan radiasi pengion (peme-
riksaan Sinar-X konvensional, CT-Scan dan A. Proteksi radiasi untuk pasien
radioterapi dengan sinar-X maupun radiasi
Dosis radiasi yang diterima oleh pasien
gamma) maka teknik nuklir masih memberikan
termasuk dalam penerimaan dosis untuk
sumbangan yang cukup besar dalam
keperluan medik (medical exposure).
kedokteran, yaitu misalnya :
Pengendalian penyinaran medik hanya
1. Teknik pengaktivan neutron, untuk
menerapkan azas pembenaran (justification)
menentukan kandungan mineral tubuh,
dan azas optimasi, artinya suatu prosedur

PSPKR-BATAN 11
Prosiding Prescntasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20-21 Agustus 1996
ISSN: 0854-4085

kcdokteran yang melibatkan radiasi hanya pendek (dibawah satu jam). Sehingga sewaktu
layak dilakukan jika memang ada indikasi pulang praktis radioaktivitas yang terdapat
medik yang kuat dan tidak ada cara lain yang dalam tubuh pasien telah menjadi sangat
dapat memberikan informasi medik yang rendah sehingga tidak membuat masalah
dikehendaki. Optimasi dilakukan mulai sejak proteksi radiasi. Kecuali untuk pasien terapi
perancangan peralatan dan prosedur kerja. yang mendapat radioisotop dosis besar
Perlengkapan lainnya misalnya film terns sehingga harus diisolasi di ruang kedap radiasi
menerus ditingkatkan kualitasnya sehingga di rumah sakait selama beberapa hari maka
dengan dosis yang makin kecil dapat diperoleh semua pasien diagnosis kedokteran nuklir tidak
citra dengan kualitas yang sama atau balikan perlu menginap di rumah sakit karena alasan
lebih baik. proteksi radiasi.
Perlu pula diketahui bahwa dewasa mi
B. Proteksi radiasi untuk petugas raioisotop yang digunakan di kedokteran nuklir
termasuk golongan berumur paro pendek
Pada kedokteran nuklir, petugas dapat sehingga dengan prinsip penyimpanan dan
memperolah penyinaran luar selama preparasi peluruhan iimbah tersebut dapat dikelola
radiofarmaka, penyuntikan radiofarmaka dan dengan baik.
pembuatan citra. Di samping itu petugas dapat
memperoleh kontaminasi internal melalui DAFTAR PUSTAKA
inhalasi atau penelanan yang tidak sengaja
ataupun tertusuk jarum suntik yang telah berisi 1. GPJGG ERN : The Beginings of Nuclear
zat radioaktif. Bahaya radiasi eksternal dapat Medicine in Golden's Diagnostic Radio-
diperkecil dengan menerapkan prinsip waktu, logy, Gottschalk and Potchen (Eds).
jarak dan pelindung radiasi. Bekerja pada pada Baltimore, William and Wilkins, 1976.
jarak sejauh mungkin dalam waktu yang 2. KOWALSKYJVJ., and PERRY,J.R.,:
sependek mungkin. Pelindung radiasi yang Radiopharmaceuticals in Nuclear Medicine
dapat digunakan berupa kontainer dari timah Practice, Appleton and Lange, California,
hitam untuk menyimpan radioisotop, perisai 1987.
tabung suntik dari timah hitam dan apron. 3. L0KEN,M.K.: A History of Clinical
Sedang kontaminasi internal dapat dikendalikan Nuclear Medicine, Nuclear Medicine
dengan memperkecil kontaminasi pada Annual 1985, Freeman and Weissman HS
permukaan tempat kerja dan ruangan kerja, (Eds), New York, Raven Press. 1-22.
sedangkan potensi kontaminasi ke pekerja 1985.
radiasi dapat dipantau dengan melakukan tes 4. MASJHURJ.S. : Ilmu Kedokteran Nuklir
usap (smear test) pada permukaan tempat kerja dalam Perspektif Perkembangan Ilmu dan
dan pengukuran radioaktivitas contoh udara Teknologi Kedokteran, Pidato Pengukuhan
ruang kerja. Pekerja sendiri harus mengenakan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu
pakaian kerja yang sesuai untuk bekerja dengan Kedokteran Nuklir, Fakultas Kedokteran
zat radioaktif sumber terbuka yaitu sarung Universitas Padjadjaran, Bandung 7
tangan karet, jas laboratorium sewaktu Oktober 1995.
melakukan preparasi dan penyuntikkan zat 5. WORLD HEALTH ORGANIZATION :
radioaktif. The Medical Uses of Ionizing Radiation
and Radio-Isotop, WHO Technical Series
C. Masalah limbah radioaktif No.492, 1972.
6. ALAZRAKLN.P., MISHKIN.F.S., Funda-
Limbah radioaktif untuk pasien mental of Nuclear Medicine, 2nd ed, The
diagnostik berupa ekskreta pasien dan sisa Society of Nuclear Medicine Inc. New
radiofarmaka yang terdapat dalam jarum dan York, 1988.
tabung suntik. Untuk ekskreta pasien 7. KEENAN,A.M., HERBERTJ.C. and
disediakan WC khusus radioaktif di unit LARSON, S.M.,: Monoclonal Antibodies
kedokteran nuklir. Umur paro biologik in Nuclear Medicine, J. Nucl. Med. 26 :
radioisotop dalam tubuh pasien pada umumnya 531 -537.1985.

PSPKR-BATAN 12
Presiding Prcscntasi Ilmiah Keselainafan Radiasi dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN: 0854-4085

8. KOHLER, G., MILSTEIN.C: Continuous 2. Terapi dengan isotop radioaktif yang telah
Cultures of Futed Cells Secreting Antibody dilakukan adalah :
of Predefined Specificity, Nature 256, 495 • 1-131 untuk kanker dan hiperfungsi
-497, 1975. tiroid.
9. TAMAT,S.R.: Sintesis Konjugat Boron • P-32 untuk keganasan sel darah merah.
Antibodi Monoklonal untuk Neutron • Sm-153 EDTMP untuk terapi paliatif
Capture Therapy, Temu Ilmiah Dua anak sebar kanker pada tulang.
Tahunan PKBNI, Yogyakarta 16-17 • 1-131 MIBG untuk tumor ganas kelenjar
November 1989. anak ginjal (Phaeochromocytoma).
10. WIHARTO, K. dan SUATMADJI, A.: • Sr-90 dan Y-90 untuk arthritis yang
Imunosintigrafi untuk diagnosis Penyakit membandel dan progresif.
Kanker, Medika 20, 36-40, 1994.
11. FISHER,C. (ed): Les Radioelement et leur Dwi Cahyo Dahono - Univ. Udayana :
utilisations, collection CEA, Eyroll, Paris , Dalam studi in vivo (injeksi dalam tubuh) maka
1977. radiasi dari sinar gamma ataupun sinar-X akan
12. MAZIERE,B.: Analyse par Radio- menimbulkan pengaruh negatif. Seberapa jauh
activation Methodes et Applications pengaruh negatif tersebut terhadap fungsi
Biomedicals, B.I.S.T.,CEA 220, 61-77, organ tubuh manusia ?
1976.
13. ANONIM: Implementation of Principles of Kunto Wiharlo :
As Low As Reasonably Achiveable Pada radaisi partikel (alfa, beta, dsb.) maka
(ALARA) for Medical and Dental praktis semua energi yang dibawa oleh radiasi
Personnel, Nationa Council on Radiation akan dilepaskan pada jaringan (absorbed
Protection and Measurement, Bethesda, fraction ~ 100%) sehingga efek biologiknya
1990. lebih parah pada dosis yang sama dengan
radiasi foton (gamma atau X) karena pada
radiasi foton ini sebagian kecil saja dari
DISKUSI energinya yang terdeposit pada jaringan yang
disinari. Pengaruh negatif tetap ada tapi yang
penting dalam hal ini adalah "cost benefit
Abbas Ras - PAIR : ratio" nya dan "justification" nya. Penggunaan
1. Tolong diceritakan tanggapan masyarakat radiasi pada kedokteran hams dan hanya
mengenai aplikasi teknik nuklir dalam dilakukan bila tidak ada cara lain yang
kedokteran yang antara lain dari memberikan infortnasi medik yang diinginkan
peningkatan jumlah pasien dari tahun ke dan manfaatnya harus lebih besar dari
tahun ? risikonya. Perlu diingat bahwa tidak ada
2. Kira-kira jenis terapi nuklir apa yang teknologi yang tanpa dampak negatif.
banyak diterapkan pada masyarakat yang
dalam hal ini relatif murah dan aman ? Rochestri Sofyan - PPTN :
Bagi RS yang tidak memiliki Kamera SPECT
Kunto Wiharto : atau PET akan tetapi memiliki alat MNR,
1. Tanggapan masyarakat cukup baik karena apakah mungkin melakukan studi "functional"
dari tahun ke tahun jumlah pasien dengan cara mengamati hasil imaging dengan
pemeriksaan Kedokteran Nuklir makin NMR terhadap fungsi waktu ?
bertambah. Namun data yang akurat seperti
misalnya survei belum pernah dilakukan. Kunto Wiharlo :
Rasanya kalaupun ada yang menolak tidak Meskipun NMR imaging atau MRI (Magnetic
banyak jumlahnya karena sebenarnya dosis Resonance Imaging) bisa dilakukan secara
radiasi yang diberikan pada pemeriksaan dinamik namun informasinya masih akan lebih
Kedokteran Nuklir lebih kecil bahkan dominan bersifat morfologik karena dasar
dengan pemeriksaan radiologi yang paling pencitraannya tetap perubahan pola
umum dilakukan (rontgen foto thorax). karakteristik fisik (intensitas sinyal Radio

PSPKR-BATAN
Presiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996
ISSN: 0854-4085

Frekensi). Jadi mungkin dapat disebut dengan Rencana Pendidikan Spesialis


"Dynamic Morphological Imaging" scperti Kedokteran Nuklir di Indonesia.
halnya teknik penentuan waktu pengosongan • Sudah mulai diminati oleh RS swasta (RS
lambung secara radiologik dengan "radio- MMC telah mulai diikuti dengan
opaque marker" dimana dimasukkan suatu permohonan bantuan peralatan Kamera
marker radio-opaque per oral ke dalam Gamma dari suatu RS swasta di Bandung).
lambung pasien, kemudian dilakukan
pengambilan foto lambung secara periodik Sri Wahyuni - PPkTN:
misalnya setiap 10 menit hingga 2 jam. Dalam makalah Bapak, disebutkan pada
halaman 3 bahwa penggunaan radioisotop P-32
Mulyono Hasyim - PSPKR : untuk terapi keganasan pada sel-sel darah
1. Apakah 1-131 terdistribusi ke seluruh merah. Dari makalah dan penelitian yang
organ ? dilakukan di Jepang diketahui bahwa P-32 akan
2. Apakah setiap isotop mempunyai sifat terendap di tulang (+80%) dan waktu paruh
karakteristik terhadap masing-masing biologi sangat besar dibanding waktu paruh
organ ? fisik sehingga P-32 tidak layak digunakan
3. Bagaimana prospek masa depan kedokteran untuk diagnosa. Apakah tidak sebaiknya P-32
nuklir di Indonesia ? digunakan untuk terapi kanker tulang.
Bagaimana pendapat Bapak ?
Kunto Wiharlo :
1. Dalam bentuk ionik, 1-131 terdistribusi ke Kunto Wiharto :
seluruh tubuh, hanya saja di kelenjar P-32 memang dapat digunakan untuk terapi
gondok isotop itu terakumulasi untuk metastasis kanker pada tulang namun risiko
dibentuk menjadi hormon kelenjar gondok. efek stokastik yang terlalu besar karena P-32
Di tempat relatif hanya "numpang lewat" adalah bahan dasar pembuatan DNA, RNA,
saja. Kalaupun ada aktivitasnya hanya dsb. sehingga menimbulkan kanker pada
bertahan tidak lama seperti pada selaput banyak jaringan lain (kanker sekunder) misal
lendir, saluran pencernaan (lambung), leukemia, dsb. Masih terdapat radioisotop lain
mulut, dan kandung kencing. yang dapat digunakan untuk terapi tumor
2. Setiap isotop mempunyai distribusi yang tulang dengan risiko stokastik yang lebih kecil
karakteristik pada tubuh yang tergantung seperti misalnya Sm-153 EDTMP yang hanya
pada beberapa hal misalnya : terendap dalam tulang saja.
• bentuk kimiawinya : 1-131 pergi ke
kelenjar gondok, 1-131 hippuran pergi ke Ermi Juita - PSPKR :
ginjal. 1. Pada hafaman 2 makalah Bapak point 2 dan
• letaknya pada tabel periodik Mendeleyev 3 terdapat perhitungan aktivitas yang
• Golongan alkali (Cs, K, Na, dsb.) terdapat pada organ dst. Apakah
pergi ke jaringan lunak seluruh maksudnya dan apakah sebelum dimasuk-
tubuh. kan ke dalam tubuh, aktivitas isotop
• Golongan alkali tanah (Ca, Sr, Ba, tersebut belum diketahui ?
Ra, dsb.) pergi ke tulang. 2. Apakah perbedaan penggunaan isotop untuk
3. Masa depan kedokteran nuklir di terapi dan diagnostik ?
Indonesia rasanya akan cerah karena :
• Dari fakta banyaknya RS yang Kunto Wiharto :
mempunyai unit kedokteran nuklir selalu 1. Sebelum masuk tubuh, aktivitas diukur
bertambah. dengan "dose calibrator". Pada organ
• Akan segera diputihkan sekitar 20 orang aktivitas bisa dihitung dengan detektor
Dokter Spesialis Kedokteran Nuklir pada radiasi gamma sehingga bisa kita peroleh
Konggres Nasional Perhimpunan informasi yang berupa :
Kedokteran dan Biologi Nuklir akhir • uptake rate (pada pemeriksaan statik).
September 1996 yang akan datang di • kurva retensi radioisotop (pada pemeriksaan
RSK Dharmais, dan ditindak lanjuti dinamik), dsb.

PSPKR-BATAN 14
Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiast dan Lingkungan, 2 0 - 2 1 Agustus 1996
ISSN: 0854-4085

2. Pada diagnostik digunakan :


• dosis rendah (|j.Ci - beberapa mCi).
• sedapat mungkin "pure gamma emitter".
3. Pada terapi :
• dosis besar (ratusan mCi).
• particel emitting radionuclide.

Tri Retno DL. - PPkTN :


Menurut penjelasan Bapak, dewasa ini di
Indonesia telah terdapat 15 RS yang
diperlengkapi dengan unit Kedokteran Nuklir,
dalam hal ini alat Kamera Gamma. Namun
kenyataan manfaat dan aplikasi alat tersebut
masih sedikit. Juga masih sedikit penelitian
tentang diagnosa ataupun terapi penyakit
dengan alat tersebut. Bagaimana hal ini
terjadi, mohon penjelasan Bapak selaku
seorang dokter dan peneliti.

Kunto Wiharto :
Pemanfaatan Kamera Gamma tergantung RS
dimana ditempatkan :
- Yang tergolong banyak (>10 pasien/hari) :
RSHS, RSCM, RSPP, RSGS.
- Yang tergolong cukup (6-10 pasien/hari) :
RSJHK, RS Soetomo.
- Sedang (3-5 pasien/hari) : RSF, RS Sardjito,
RSPAD, RS Syaiful Anwar.
- Kurang (<3 pasien/hari) : RS Djamil, RS
Adam Malik, RS Karyadi, RS MMC.

PSPKR-BATAN 15

Anda mungkin juga menyukai