Hari ini rambutku panjang dan pirang bercampur highlight ungu. Aku mengenakan baju tahanan berupa overall oranye, dikawal empat petugas polisi. Di sampingku, berdirilah cewek imut dengan rambut keriting berwarna pink dan tampang menyerupai sobatku, Josh Oetomo. dia memang Josh. Orang bilang, penyamaran terbaik adalah di saat samaranmu berbeda 180 derajat dengan penampilan asimu. Karena itu, pada hari pertama melakukan tugas penyamaran, kami bedua berusaha sekuat tenaga tampil sejauh-jauhnya dari tampang asli kami. Berkat latihan berbulan-bulan bersama Valeria Guntur sang master dalam bidang penyamaran, kurasa saat ini tak ada yang bakal mengenali kami yang tampil dalam sosok centil dan sok cantik. Untungrya fisik kami cukup mendukung, Suaraku cukup halus, jadi kalau aku benar-benar berakting, bisa saja suaraku terdengar seperti suara cewek. Apalagi Josh yang punya suara bagus banget. Dengan overall ini, bentuk tubuh kami yang penuh otot bisa disembunyikan—sebenarnya kami memang masih tergolong kurus tapi buat bejaga-jaga, kami mengenakan payudara dan bokong palsu. Singkat kata, penampilan kami sangat meyakinkan. Tapi kalau sampai ada yang mengenali kami, sudah pasti reputasi kami rusak selamanya. Kalian yang menupakan pembaca baru mungkin terheran-heran, apa yang dilakukan dua cowok baik-baik sampai harus mengorbankan reputasi dengan menyamar sebagai cewek preman di dalam bus khusus napi dengan tingkat pengamanan tinggi ini Perkenalkan, kami anggota Team Z dari agensi penyelidik swasta rahasia yang hanya diketahui oleh kalangan terbatas. Yang kumaksud dengan kami adalah aku, sobatku Josh yang saat ini berpenampilan centil, ditambah dua orang lagi, yaitu Darl yang merupakan pemimpin tim kami dan Dante yang bertubuh bongsor tapi paling muda di antara kami. Dari huruf abjad yang disandang tim kami, bisa diduga kami tim paling junior, tapi percayalah, kami sama sekali bukan pemula dalam bidang ini. Dalam satu setengah tahun, kami berhasil menyelesaikan lima kasus—dan membekuk sebagian besar penghuni di dalam bus ini —tapi juga nyaris kehilangan dua anggota yang sangat berhanga. Yep, selain kami berempat yang tadi sempat kusebut, Team Z masih memiliki dua anggota lagi, tapi keduanya saat ini sedang sekarat di ICU. Demi keselamatan banyak orang dan sebagai pembalasan dendam, kami berdua ada di sini dan tidak segan-segan melakukan apa saja untuk menuntaskan misi kami, yaitu menemukan jati diri si Makelar Palsu yang sudah mempergunakan para napi di bus ini untuk mengerjakan tugas-tugas kotor. Heck, andai harus mengorbankan nya- wa kami pun, aku dan Josh sudah siap. Dalam bisnis ini, kami bendua belajar dari pengalaman pahit, bahwa risiko misi kami sangat tinggi. Bus tahanan hijau tua militer berhenti di depan kami. Para polisi mend-orong dengan kasar supaya kami masuk ke bus. "Grace Milea," kata salah satu polisi yang mengawal kami pada kenek, "diturunkan di Lapas Gunung Sinder. Josephine Chelsea, di- turunkan di Lapas Salemba. " "Oke." Kenek memeriksa dafar yang dimilikinya dan menga- ngguk. "Tolong dikawal hingga ke belakang, juga pastikan jangan bikin masalah dengan para napi lainnya." Kami didorong masuk ke bagian belakang bus yang dibatasi pagar kauat. Ada dua napi cowok yang tidak kukenal—keduanya kira- kira seusia kami—tapi aku juga bisa mengenali Delilah, cewek bermata lebar dan berbibir tebal yang tampak manis tapi tega mendorong teman-temannya dari atap gedung, Nigel duduk menyendiri, tampak cupu dan agak mengenaskan dengan kepala plontos, tapi siapa yang mengira dia tega memerkosa dan membunuh para cewek tanpa belas kasihan? Belinda yang berambut panjang dengan poni di atas alis karena meniru Mariko-vlogger cantik tapi ternyata biangnya psikopat— alim dan sikapnya terlihat sopan, seolah dia perlu menjaga image di dalam bus. Aku ingat dia tetap tidak merasa bersalah meski tahu dirinyalah penyebab beberapa anak di kampus mati digerogoti tikus, bahkan kami juga sempat nyaris jadi korbannya. Di barisan belakang ada Anna yang perkasa dan tampak siap menggebuki siapapun yang berani menganggunya, tapi pastinya tidak ada yang tahu bahwa cewek ini juga tidak segan membunuh teman-temannya dan menjadikan mereka patung lilin. Keempat anak ini tidak saling mengenal Mereka tidak tahu bahwa mereka dikumpulkan di sini—berkat koneksi kami dengan pihak kepolisian, tentu saja supaya aku dan Josh bisa menginterogasi mereka. Alasan lain kenapa kami berdandan sebagai cewek adalah supaya tidak menimbulkan kecurigaan karena sesama cewek lebih gampang men-gobrol daripada sesama cowok. Lagi pula, aku cukup yakin anak-anak itu bisa mengenali penampilan asli kami, jadi kami butuh semua riasan ini untuk menutupinya. Kuputuskan untuk menginterogasi Delilah lebih dulu, sementara Josh mengincar Nigel (aku tidak boleh terlalu dekat dengan Nigel karena dulu akulah yang berperan besar waktu menciduknya). Namun, bahkan sebelum bokong kami menempel di bangku, mendadak ada teriakan di depan. "Tunggu, ini ada satu lagi!" Oh ya. Memang benar. Aku ingat Kompol Lukas, polisi kenalan kami, pernah bilang memang akan ada napi-napi sungguhan yang dibaua dai lapas ini. Rupanya ada tiga orang, jika ditambah dengan dua napi cowok yang sudah ada sebelumnya. Karena masih berdiri, aku pun menoleh pada napi baru itu. Kulihat rambutnya yang panjang dan agak tidak terurus menutupi wajahnya. Anehnya, cewek itu terlihat familier, jadi aku terus mema- ndanginya. Saat dia mengangkat wajah dan menatapkaku, jantungku serasa berhenti berdetak. Kenapa dia bisa ada di sini? Kenapa tatapannya begitu asing seolah tidak mengenaliku! Belum lagi aku memberi isyarat pada Josh yang sudah duduk duluan, kudengar polisi yang mengawalnya bekata, "Eliza Gunuh. Dipindahkan ke Lapas Gunung Sindur." Shit. SHIT. Itu kembaran Erika Guruh. Erika cewek paling barbar yang pernah kami temui dan merupakan salah satu anggota Team X yang merupakan tim mentor kami. Kami semua pernah mendengar tentang kembarannya yang bernama Eliza, cewek cantik dengan pem- bawaan manis dan feminin—bertolak belakang dengan Eika—tapi memiliki hati yang lebih culas daripada ular. Dan seingatku, kami juga sudah mendengar soal kematiannya yang tragis akibat dilindas kereta api. Kenapa cewek yang sudah mati bisa tiba-tiba muncul di sini? Apakah sebenarnya dia tidak mati dan selama ini dikurung di dalam penjara rahasia? Dengan tenang cewek itu duduk di depan, jadi aku tidak bisa melihatnya lagi. Sial. Padahal aku kepo banget. Aku ingin berkom- unikasi dengan Josh, tapi sobatku itu sedang pedekate dengan Nigel. Kuputuskan untuk melanjutkan rencana kami