Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

TEKNOLOGI PROSES PEMESINAN


“ELEMEN DASAR PROSES BUBUT”

Dosen Pembimbing:
Budi Syahri, S. Pd.,M.Pd.T

Disusun oleh:
Kelompok 1

1. Defindo Efendi 15067039


2 Radhia 15067043

PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2017
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena
dengan limpahan rahmat dan hidayah- Nya, akhirnya kami dapat menyelesaikan
makalah Teknologi Proses Pemesinan ini yang berjudul “Elemen dasar proses
bubut“.

Pada kesempatan ini dengan penuh rasa hormat kami ucapkan terima kasih yang
sebesar- besarnya kepada dosen pembimbing yang telah membimbing dan sudi membagi
ilmunya kepada kami sehingga dapat terselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami susun ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran sangat kami harapkan dari berbagai pihak, sehingga di kemudian hari
kami dapat menyempurnakan makalah ini dan kami dapat belajar dari kesalahan-kesalahan
yang telah kami lakukan.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khusunya bagi kami
dan umumnya bagi semua pihak yang berkepentingan.

Padang, 01 September 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................2
C. Tujuan Makalah................................................................................2
D. Manfaat Makalah..............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................3
A. Kondisi proses pembubutan..............................................................7
 Kondisi pemotongan proses bubut............................................8
 Kondisi pencekaman proses bubut..........................................10
 Kondisi pahat bubut.................................................................13
B. Pembubutan rata.............................................................................17
C. Pembubutan tirus/konis (tapering).................................................18
D. Pembubutan penampang (facing)...................................................21
BAB III PENUTUP.....................................................................................22
A. Kesimpulan.....................................................................................22
B. Saran...............................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23

ii
DAFTAR GAMBAR

Hal
Gambar 1. Panjang permukaan benda kerja yang dilalui pahat setiap putaran... 4
Gambar 2. Gerak makan dan kedalaman potong...................................................5
Gambar 3. Proses bubut rata, bubut permukaan, dan bubut tirus..........................7
Gambar 4. Prosess bubut rata, bubut permukaan, dan bubut tirus.........................8
Gambar 5. Proses permesinan yang dapat dilakukan pada mesin bubut..............10
Gambar 6. Benda kerja dipasang diantara dua senter..........................................10
Gambar 7. Alat pemegang/pencekam benda kerja pada mesin bubut..................11
Gambar 8. Benda kerja yang relatif panjang........................................................12
Gambar 9. Geometri pahat bubut HSS.................................................................13
Gambar 10. Geometri pahat bubut sisipan...........................................................14
Gambar 11. Pahat bubut tangan kanan dan tangan kiri.........................................14
Gambar 12. Pemegang pahat bubut HSS.............................................................15
Gambar 13. Pahat bubut sisipan dan pahat sisipan yang dipasang.......................15
Gambar 14. Pemasangan pahat.............................................................................16
Gambar 15. Tempat pahat....................................................................................17
Gambar 16. Proses pembubutan rata....................................................17
Gambar 17. Proses pembubutan tirus dengan memiringkan eretan atas..............19
Gambar 18. Proses pembubutan tirus dengan alat bantu tirus.............................19
Gambar 19. Bagian kepala lepas yang digeser.....................................................20
Gambar 20. Pergeseran kepala lepas....................................................................20
Gambar 21. Proses pembubutan permukaan........................................................21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mesin bubut adalah mesin yang dibuat dari bahan berupa logam,
yang berfungsi untuk membentuk benda kerja dengan cara
menyayat, gerakan utamanya adalah berputar. Dibidang industri
keadaan mesin bubut sangat berperan, terutama didalam industri
permesinan. Misalnya didalam industri otomotif, mesin bubut
berperan dalam pembuatan komponen-komponen kendaraan terutama
yang berbentuk slindris, seperti mur, baut, roda gigi, poros, tromol
dan lain sebagainya.
Didalam penggunaan mesin bubut, terdapat beberapa elemen
dasar perhitungan pada pembubutan yang perlu dipahami,
diantaranya kecepatan potong, kecepatan makan, kedalaman potong,
dan waktu pemotongan.
Ada pula elemen-elemen dasar proses bubut yang perlu
diketahui sebelum menggunakan mesin bubut, yaitu kondisi proses
pembubutan dan pemotongan dasar pembubutan. Pemotongan dasar
proses bubut tersebut yaitu proses pemotongan bubut rata (turning),
pemotongan bubut penampang (facing), dan pemotongan bubut
tirus/konis (taper).

Elemen Dasar Proses Bubut| 1


B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi proses pembubutan?
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pembubutan rata!
3. Bagaimana cara pembubutan konis/tirus (tapering)!
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan bubut penampang!

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui kondisi proses pembubutan
2. Mengetahui apa yang dimaksud pembubutan rata
3. Mengetahui cara pembubutan konis/tirus (tapering)
4. Mengetahui apa yang dimaksud bubut penampang

D. Manfaat Makalah
Manfaat makalah ini diharapkan dapat memberi gambaran bagaimana
elemen-elemen dasar proses pembubutan, dan mengetahui kondisi
pemotongan proses bubut.

Elemen Dasar Proses Bubut| 2


BAB II
PEMBAHASA
N

Mesin Bubut adalah suatu Mesin perkakas yang digunakan untuk memotong
benda yang diputar. Bubut sendiri merupakan suatu proses pemakanan benda
kerja yang sayatannya dilakukan dengan cara memutar benda kerja kemudian
dikenakan pada pahat yang digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu
putar dari benda kerja. Gerakan putar dari benda kerja disebut gerak potong relatif
dan gerakkan translasi dari pahat disebut gerak umpan.
Operasi dasar dari mesin bubut adalah melibatkan benda kerja yang berputar
dan cutting tool-nya bergerak linier. Kekhususan operasi mesin bubut adalah
digunakan untuk memproses benda kerja dengan hasil atau bentuk penampang
lingkaran atau benda kerja berbentuk silinder. Adapun elemen – elemen dasar
pemotongan pada proses bubut diantaranya:
 Kecepatan Potong (cutting speed) : v (m/min)
Kecepatan potong adalah panjang ukuran lilitan pahat terhadap benda
kerja atau dapat juga disamakan dengan panjang tatal yang terpotong dalam
ukuran meter yang diperkirakan apabila benda kerja berputar selama satu
menit. Sebagai contoh, baja lunak dapat dipotong sepanjang 30 meter tiap
menit. Hal ini berarti spindel mesin perlu berputar supaya ukuran mata lilitan
pahat terhadap benda kerja (panjang tatal) sepanjang 30 meter dalam waktu
putaran satu menit. Secara sederhana kecepatan potong dapat digambarkan
sebagai keliling benda kerja dikalikan dengan kecepatan putar atau
seperti yang ditunjukan pada persamaan :

Elemen Dasar Proses Bubut| 3


Gambar 1. Panjang Permukaan Benda Kerja yang Dilalui Pahat
Setiap Putaran (Sumber : Widarto, dkk., 2008)

Dengan demikian kecepatan potong ditentukan oleh diameter benda


kerja. Selain kecepatan potong ditentukan oleh diameter benda kerja faktor
bahan benda kerja dan bahan pahat sangat menentukan harga kecepatan
potong. Pada dasarnya pada waktu proses bubut kecepatan potong
ditentukan berdasarkan bahan benda kerja dan pahat.

 Kecepatan makan (feed rate ) : vf (mm/rev)


Kecepatan makan adalah jarak yang ditempuh pahat untuk bergeser
menyayat benda kerja selama satu menit. Kecepatan tersebut dihitung tiap
menit. Ada pula gerak makan adalah jarak yang ditempuh pahat pada setiap
satu putaran benda kerja. Untuk menghitung kecepatan pemakanan
didasarkan pada gerak makan (f). Gerak makan ini biasanya disediakan dalam
daftar spesifikasi yang dicantumkan pada mesin bubut bersangkutan. Untuk
memperoleh kecepatan pemakanan yang kita inginkan kita bisa mengatur
gerak makan tersebut. Untuk menghitung kecepatan pemakanan dapat kita
rumuskan sebagai berikut :

Vf = f.n
Dimana :
vf = kecepatan makan (mm/min)
f = gerak makan (mm/r)
n = putaran benda kerja (r/min)

Elemen Dasar Proses Bubut| 4


Gerak makan ditentukan berdasarkan kekuatan mesin, material benda
kerja, material pahat, bentuk pahat, dan terutama kehalusan permukaan yang
diinginkan. Gerak makan biasanya ditentukan dalam hubungannya dengan
kedalaman potong (a). Gerak makan tersebut berharga sekitar 1/3 sampai 1/20
(a), atau sesuai dengan kehalusan permukaan yang dikehendaki.

Gambar 2. Gerak makan (f) dan kedalaman potong (a)

 Kedalaman pemakanan (depth of cut) : a (mm)


Kedalaman pemakanan atau kedalaman potong adalah tebal bagian benda
kerja yang dibuang dari benda kerja, atau rata – rata selisih dari diameter
benda kerja sebelum dibubut dengan diameter benda kerja setelah di bubut
(lihat gambar 6.4). Ketika pahat memotong sedalam a, maka diameter benda
kerja yang berkurang 2 kali dari a, karena bagian permukaan benda kerja
yang dipotong ada dua sisi, akibat dari benda kerja yang berputar. Kedalaman
pemakanan dapat diatur dengan menggeserkan peluncur silang (eretan
melintang) melalui roda pemutar (skala pada pemutar menunjukan selisih
harga diameter). Kedalaman pemakan dirumuskan sebagai berikut :

Elemen Dasar Proses Bubut| 5


 Waktu pemotongan (cutting time) : tc (min)
Waktu pemotongan bisa diartikan dengan panjang permesinan tiap
kecepatan gerak pemakanan. Satuan panjang permesinan adalah meter.
Panjang permesinan sendiri adalah panjang pemotongan pada benda kerja
ditambah langkah pengawalan ditambah dengan langkah pengakhiran, waktu
pemotongan dirumuskan dengan :

Elemen Dasar Proses Bubut| 6


A. Kondisi proses pembubutan
Proses bubut merupakan salah satu dari berbagai macam proses
permesinan dimana proses permesinan sendiri adalah proses pemotongan
logam yang bertujuan untuk mengubah bentuk suatu benda kerja dengan
pahat potong yang dipasang pada mesin perkakas. Jadi proses bubut dapat
didefinisikan sebagai proses permesinan yang biasa dilakukan pada mesin
bubut dimana pahat bermata potong tunggal pada mesin bubut bergerak
memakan benda kerja yang berputar, dalam hal ini pahat bermata potong
tunggal adalah gerak potong dan gerak translasi pahat adalah gerak makan
(Rochim, 1993).
Secara umum terdapat beberapa gerakan utama pada mesin bubut.
Yang pertama yaitu gerakan pemakanan dengan pahat sejajar terhadap sumbu
benda kerja pada jarak tertentu sehingga akan membuang permukaan luar
benda kerja atau biasa disebut dengan proses bubut rata Lalu terdapat
pemakanan yang identik dengan proses bubut rata, tetapi arah gerakan
pemakanan tegak lurus terhadap sumbu benda kerja atau gerak
pemakanannya menuju ke sumbu benda kerja, gerak pemakanan ini biasa
disebut proses bubut permukaan (surface turning). Dan yang terakhir adalah
proses bubut tirus (taper turning), proses bubut ini sebenarnya identik dengan
proses bubut rata di atas, hanya jalannya pahat membentuk sudut tertentu
terhadap sumbu benda kerja (Widarto, dkk., 2008).

Gambar 3. Proses Bubut Rata, Bubut Permukaan dan Bubut


Tirus (Sumber : Widarto, dkk., 2008)

Elemen Dasar Proses Bubut| 7


Didalam proses pembubutan terdapat beberapa kondisi diantaranya
kondisi pemotongan proses bubut, kondisi pencekaman benda kerja, dan
kondisi pemasangan atau pemegangan pahat.
 Kondisi pemotongan proses bubut
Didalam proses pemotongan bubut itu terdapat beberapa macam
pemotongan, yaitu:
1. Proses bubut rata (turning) adalah
proses bubut dengan gerakan pahat
sejajar terhadap sumbu benda
kerja pada jarak tertentu sehingga
akan membuang permukaan luar
benda kerja
2. Proses bubut permukaan (surface
turning/facing) adalah proses
bubut yang identik dengan proses
bubut rata, tetapi arah gerakan
pemakanan tegak lurus terhadap
sumbu benda kerja.
3. Proses bubut tirus (taper turning)
sebenarnya identik dengan proses
bubut rata di atas, hanya jalannya
pahat membentuk sudut tertentu
terhadap sumbu benda kerja.
Gambar 4. Proses Bubut Rata, Bubut Permukaan dan Bubu

Elemen Dasar Proses Bubut| 8


4. Proses bubut champer adalah proses pemotongan benda kerja untuk
menghilangkan sudut atau bagian yang runcing dari benda kerja.
5. Proses bubut alur (grooving) ialah pemberian celah pada benda
kerja untuk memberi kelonggaran ketika memasangkan dua buah
elemen mesin, membuat baut dapat bergerak penuh, dan memberi
jarak bebas pada proses gerinda terhadap suatu poros, (Gambar 5).
Dimensi alur ditentukan berdasarkan dimensi benda kerja dan fungsi
dari alur tersebut.
6. Proses bubut ulir adalah proses pemotongan benda kerja dimana
hanya memotong sebagian dari benda kerja dengan sudut-sudut
tertentu yang berfungsi agar benda kerja dapat dipasangkan pada
benda kerja lainnya. Untuk pembuatan ulir secara umum
menggunakan ulir withwort yang sudut ulirnya 60 derjat, biasanya
digunakan untuk pembuatan baut.
7. Proses pembesaran lubang adalah proses pemotongan permukaan
bagian dalam benda kerja untuk memperbesar lubang yang telah
dibuat. Sebelumnya benda kerja dilubangkan terlebih dahulu
menggunakan mata bor.
8. Proses pengeboran (boring) adalah proses pembuatan lubang pada
benda kerja. Pemotongan ini menggunakan mata bor yang
dipasangkan pada kepala lepas tepat pada sumbu benda kerja.
9. Proses Membubut Kartel (knurling) adalah proses membuat injakan
ke permukaan benda kerja berbentuk berlian (diamond) atau garis
lurus beraturan untuk memperbaiki penampilan atau memudahkan
dalam pemegangan.Proses ini berfungsi menghilangkan permukaan
yang licin atau mengkasarkan permukaan dari benda kerja yang
berfungsi untuk pemberian sesak apabila benda digabungkan
ataupun mempermudah dalam pemegangan.

E lem en D asar Pr oses B u b ut | 9


Gambar 5. Proses Permesinan yang dapat dilakukan pada Mesin Bubut (a)
Pembubutan Pinggul (Chamfering), (b) Pembubutan Alur (Parting-off), (c)
Pembubutan Ulir (Threading) , (d) Pembuatan Lubang (Boring), (e)
Pembuatan Lubang (Drilling), (f) Pembuatan Kartel (Knurling). (Sumber :
Widarto, dkk., 2008)

10. Proses pemotongan benda kerja adalah proses dimana memotong


benda kerja menjadi dua bagian atau memisahkan benda kerja
dengan menggunakan pahat bubut potong.

 Kondisi pencekaman proses bubut


Pencekaman/pemegangan benda kerja pada mesin bubut bisa
digunakan beberapa cara. Cara yang pertama adalah benda kerja tidak
dicekam, tetapi menggunakan dua senter dan pembawa. Dalam hal ini,
benda kerja harus ada lubang senternya di kedua sisi benda kerja,
(Gambar 6).

Gambar 6. Benda kerja dipasang di antara dua senter

E lem en D asar Pr oses B u b ut |


Cara yang kedua yaitu dengan menggunakan alat pencekam (Gambar 7).
Alat pencekam yang dapat digunakan sebagai berikut:
1. Menggunakan Collet,
Collet digunakan untuk
mencekam benda kerja
berbentuk silindris dengan
ukuran sesuai diameter collet.
Pencekaman dengan cara ini
tidak akan meninggalkan bekas
pada permukaan benda kerja.
2. Cekam rahang empat
Alat ini untuk benda kerja tidak
slindris. Alat pencekam ini
masing-masing rahangnya bisa
diatur sendiri-sendiri, sehingga
mudah dalam mencekam benda
kerja yang tidak silindris.
3. Cekam rahang tiga
Alat pencekam ini mempunyai
tiga buah rahang yang bergerak
bersama-sama menuju sumbu
cekam apabila salah satu
rahangnya digerakkan.
4. Face plate
Merupakan pencekam yang
digunakan untuk menjepit benda
kerja pada suatu permukaan plat
dengan baut pengikat yang
dipasang pada alur T.
Gambar 7. Alat pencekam/ pemegang
benda kerja proses bubut

E lem en D asar Pr oses B u b ut |


Pemilihan cara pencekaman tersebut di atas, sangat menentukan
hasil proses bubut. Pemilihan alat pencekam yang tepat akan
menghasilkan produk yang sesuai dengan kualitas geometris yang
dituntut oleh gambar kerja. Misalnya apabila memilih cekam rahang tiga
untuk mencekam benda kerja silindris yang relatif panjang, hendaknya
digunakan juga senter jalan yang dipasang pada kepala lepas, agar benda
kerja tidak tertekan.

Gambar 8. Benda kerja yang relatif panjang dipegang oleh cekam rahang
tiga dan didukung oleh senter putar

Penggunaan cekam rahang tiga atau cekam rahang empat, apabila


kurang hati-hati akan menyebabkan permukaan benda kerja
terluka/tergores. Hal tersebut terjadi misalnya pada waktu proses bubut
dengan kedalaman potong yang besar, karena gaya pencekaman tidak
mampu menahan beban yang tinggi, sehingga benda kerja tergelincir
atau selip. Hal ini perlu diperhatikan terutama pada proses finishing,
proses pemotongan ulir, dan proses pembuatan alur.

E lem en D asar Pr oses B u b ut |


 Kondisi pahat bubut
Alat potong yang baik diperlukan adanya sudut beram (rake
angle), sudut bebas (clearance angle), dan sudut sisi potong (cutting
edge angle) sesuai dengan ketentuan, semua ini disebut dengan istilah
geometri alat potong. Sesuai dengan bahan dan bentuk pisau, geometri
alat potong untuk penggunaan setiap jenis logam berbeda (Mujabirul
Khoir, 2011). Sudut-sudut pahat HSS dibentuk dengan cara diasah
menggunakan mesin gerinda pahat (Tool Grinder Machine). lihat pada
Gambar 9.

Gambar 9. Geometri Pahat Bubut HSS (Sumber : Kalpakjian, 2003)

E lem en D asar Pr oses B u b ut |


Sedangkan bila pahat tersebut adalah pahat sisipan (insert) yang
dipasang pada tempat pahatnya, geometri pahat dapat dilihat pada Gambar
10. Selain geometri pahat tersebut pahat bubut bisa juga diidentifikasikan
berdasarkan letak sisi potong (cutting edge) yaitu pahat tangan kanan
(Right-hand tools) dan pahat tangan kiri (Left-hand tools), seperti pada
Gambar 11. (Widarto, dkk., 2008).

Gambar 10. Geometri Pahat Bubut Sisipan (Insert)


(Sumber : Widarto, 2008)

Gambar 11. Pahat Tangan Kanan dan Pahat Tangan Kiri


(Sumber : Widarto, 2008)

E lem en D asar Pr oses B u b ut |


Pahat bubut di atas apabila digunakan untuk proses membubut
biasanya dipasang pada pemegang pahat (tool holder). Pemegang pahat
tersebut digunakan untuk memegang pahat dari HSS dengan ujung pahat
diusahakan sependek mungkin agar tidak terjadi getaran pada waktu
digunakan untuk membubut (Gambar 12). Untuk pahat yang berbentuk
sisipan (inserts), pahat tersebut dipasang pada tempat pahat yang sesuai,
(Gambar 13).

Gambar 12. Pemegang Pahat HSS, (a) Pahat Alur, (b) Pahat Dalam,
(c) Pahat Rata Kanan, (d) Pahat Rata Kiri, dan (e) Pahat Ulir
(Sumber : Widarto, 2008)

Gambar 13. (a) Pahat Bubut Sisipan (Insert) dan (b) Pahat Sisipan
yang Dipasang pada pemegang Pahat (Sumber : Widarto, 2008)

Untuk pemasangan pahat dilakukan dengan cara menjepit pahat pada


rumah pahat (tool post). Usahakan bagian pahat yang menonjol tidak
terlalu panjang, supaya tidak terjadi getaran pada pahat ketika proses
pemotongan dilakukan. Posisi ujung pahat harus pada sumbu kerja mesin
bubut, atau pada sumbu benda kerja yang dikerjakan. Apabila posisi
ujung pahat yang terlalu rendah akan menyebabkan benda kerja

E lem en D asar Pr oses B u b ut |


terangkat, dan proses pemotongan tidak efektif, begitu pula jika pahat
terlalu tinggi, maka dari itu untuk pemosisian pahat agar tepat pada garis
sumbu benda kerja digunakan plat pengganjal agar mata pahat berada
tepat pada sumbu benda kerja. Lihat Gambar 14.

Gambar 14. Pemasangan pahat.

Pahat bubut bisa dipasang pada tempat pahat tunggal, atau pada
tempat pahat yang berisi empat buah pahat (quick change indexing
square turret). Apabila pengerjaan pembubutan hanya memerlukan satu
macam pahat lebih baik digunakan tempat pahat tunggal. Apabila pahat
yang digunakan dalam proses pemesinan lebih dari satu, misalnya pahat
rata, pahat alur, pahat ulir, maka sebaiknya digunakan tempat pahat yang
bisa dipasang sampai empat pahat. Pengaturannya sekaligus sebelum
proses pembubutan, sehingga proses penggantian pahat bisa dilakukan
dengan cepat (quick change). Lihat Gambar 15.

E lem en D asar Pr oses B u b ut |


Gambar 15. Tempat pahat (tool post) : (a) untuk pahat tunggal,
(b) untuk empat pahat.

B. Pembubutan rata
Proses bubut rata adalah proses bubut dengan gerakan pahat sejajar
terhadap sumbu benda kerja pada jarak tertentu sehingga akan membuang
permukaan luar benda kerja. Proses ini menggunakan eretan memanjang
untuk pemakanannya, dimana pemotongan benda kerja bergerak linear
terhadap sumbu benda kerja. Gambar 16.

Gambar 16. Proses pembubutan rata

Proses pembubutan rata bisa dilakukan dari arah kanan kekiri dan juga
bisa dilakukan dari arah kiri kekanan. Untuk pembubutan rata dari arah kanan
kekiri itu menggunakan pahat bubut tangan kanan, sedangkan untuk
pembubutan rata dari arah kiri kekanan itu menggunakan pahat bubut tangan

E lem en D asar Pr oses B u b ut |


kiri. Lihat Gambar 11. Pada umumnya pengerjaan buhut rata dilakukan dari
arah kanan kekiri, karena letak kepala tetap/chuck ada pada sebelah kiri, dan
benda kerja yang dicekam adalah bagian sebelah kiri dan posisi bebas benda
kerja ada pada bagian kanan. Dan untuk pembubutan rata dari arah kiri
kekanan itu memerlukan celah atau alur guna untuk penempatan posisi bebas
pahat dari benda kerja.
Beberapa petunjuk penting yang harus diperhatikan ketika melakukan
pembubutan pada benda kerja adalah sebagai berikut:
 Ujung pahat atau mata pahat diatur pada sumbu benda kerja.
 Posisi pahat atau pemegang pahat dile bihka n s edikit da r i 90°
terhadap sumbu benda kerja.
 Panjang pemegang pahat atau pahat yang menonjol ke arah benda
kerja sekitar 1/3 dari pahat agar mempermudah pemakanan atau
penyayatan pada benda kerja.

C. Pembubutan tirus/konis (tapering)


Pembubutan tirus ialah proses pemakanan pada benda kerja yang
membentuk sudut tertentu (tirus) terhadap sumbu benda kerja dimana ada
diameter yang besar dan diamater kecil. Cara membuat benda tirus ada
beberapa macam, yaitu:
1. Menggunakan Eretan atas
Benda kerja berbentuk tirus (taper) dihasilkan pada proses bubut
apabila gerakan pahat membentuk sudut tertentu terhadap sumbu benda
kerja. Penggunaan eretan atas yaitu dengan cara memiringkan eretan atas
pada sudut tertentu, gerakan pahat (pemakanan) dilakukan secara manual
(memutar handle eretan atas) Lihat Gambar 17. Pengerjaan dengan cara
ini memakan waktu cukup lama, gerakan pahat relatif lama karena ulir
eretan atas kisarnya lebih kecil dari pada ulir transportir.

E lem en D asar Pr oses B u b ut |


Gambar 17. Proses membubut tirus luar dan tirus dalam
dengan memiringkan eretan atas.

2. Menggunakan Taper Attachment


Taper Attachment adalah alat bantu untuk pembuatan tirus. Dengan
alat bantu tirus (taper attachment), pembuatan tirus dengan alat ini
adalah untuk benda yang memiliki sudut tirus relatif kecil (sudut sampai
dengan ±9°). Pembuatan tirus lebih cepat karena gerakan pemakanan
(feeding) dilakukan dengan poros trasportir / eretan memanjang, dan juga
bisa dilakukan otomatis. Lihat Gambar 18.

Gambar 18. Proses membubut tirus luar dengan


bantuan alat bantu tirus (taper attachment)

3. Menggunakan kepala lepas


Menggunakan kepala lepas yaitu dengan cara menggeser kepala
lepas (tail stock), dengan cara ini proses pembubutan tirus dilakukan
sama dengan proses membubut lurus dengan bantuan dua senter. Benda
kerja tirus terbentuk karena sumbu kepala lepas tidak sejajar dengan
sumbu kepala tetap (Gambar 19). Untuk cara ini sebaiknya hanya untuk
sudut

E lem en D asar Pr oses B u b ut |


tirus yang sangat kecil, karena apabila sudut tirus besar bisa merusak
senter jalan yang dipasang pada kepala lepas.

Gambar 19. Bagian kepala lepas yang bisa digeser, dan


pembubutan tirus dengan kepala lepas yang digeser

Perhitungan pergeseran kepala lepas pada pembubutan tirus dijelaskan


dengan gambar dan rumus berikut.

Gambar 20. Gambar benda kerja tirus dan notasi yang digunakan

Pergeseran kepala lepas (v) pada Gambar di atas dapat


dihitung dengan rumus :
𝐷−𝑑
𝑣= x𝐿
2𝑙
Dimana :
D = diameter mayor (terbesar) ; mm

d = diameter minor (terkecil); mm

l = panjang bagian tirus ; mm

L = panjang benda kerja seluruhnya; mm

E lem en D asar Pr oses B u b ut |


D. Pembubutan penampang (facing)
Pembubutan penampang adalah proses pembubutan bagian penampang
atau permukaan dari benda kerja. Proses pembubutan penampang berfungsi
untuk meratakan bagian permukaan dari benda kerja. Proses ini menggunakan
eretan melintang untuk pemakanan atau penyayatannya. Proses bubut
permukaan ini sama halnya seperti bubut rata, hanya saja pemakan ini tegak
lurus terhadap sumbu benda kerja. Gambar 21.

Gambar 21. Proses pembubutan permukaan

Pemakanan pada proses pembubutan permukaan ini terdapat dua cara


pemakanan, yaitu dengan cara pemakanan dari bagian luar benda kerja
menuju pusat sumbu benda kerja dan pemakanan dari pusat sumbu benda
kerja yang ditarik keluar.

E lem en D asar Pr oses B u b ut |


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mesin Bubut adalah suatu Mesin perkakas yang digunakan untuk
memotong benda yang diputar. Proses bubut adalah proses permesinan
yang dilakukan pada mesin bubut dimana pahat bermata potong tunggal pada
mesin bubut bergerak memakan benda kerja yang berputar, dalam hal
ini gerak putar adalah gerak potong dan gerak translasi pahat adalah gerak
makan.
Elemen dasar perhitungan pada pembubutan yaitu kecepatan
potong, kecepatan makan, kedalaman potong, dan waktu
pemotongan. Sedangkan elemen-elemen dasar proses bubut
yaitu kondisi proses pembubutan dan pemotongan dasar
pembubutan. Kondisi proses pembubutan yang perlu
diperhatikan adalah kondisi pencekaman benda kerja,
pencekaman pahat, dan kondisi pemotongan pada benda kerja.
Pemotongan dasar proses bubut tersebut yaitu proses
pemotongan bubut rata (turning), pemotongan bubut penampang
(facing), dan pemotongan bubut tirus/konis (taper).

B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat mengetahui dan
memahami penjelasan tentang elemen dasar pada proses pembubutan. Selain
itu diharapkan makalah ini dapat dijadikan referensi bagi pembaca. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu
penulis mengharapkan masukan dari berbagai pihak untuk penyempurnaan
makalah ini.

E lem en D asar Pr oses B u b ut |


DAFTAR PUSTAKA

 Taufiq Rochim, (1993). Teori dan Teknologi Proses Pemesinan. ITB


Bandung: Bandung
-. (2007). Modul Teknik Mesin. Padang: PLPG
 Widarto, dkk., 2008
 Farizi Z., dkk., 2014
 Mujabirul Khoir, 2011

E lem en D asar Pr oses B u b ut |

Anda mungkin juga menyukai