Anda di halaman 1dari 10

JURNAL KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA

VOLUME 02 No. 02 Juni z 2013 Halaman 141 - 150


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia
Artikel Penelitian

EVALUASI KEBIJAKAN JAMINAN PERSALINAN DI PROVINSI DAERAH


ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2012

POLICY EVALUATION OF DELIVERY CARE ASSURANCE SCHEME


IN YOGYAKARTA PROVINCE YEAR 2012

Ummul Khair
Balai Pelatihan Kesehatan Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta

ABSTRACT derajat kesehatan ibu dan Anak. Dalam pelaksanan jampersal


Background: The Ministry of Health made a breakthrough di daerah Istimewa Yogyakarta masih memiliki beberapa
through delivery care scheme as one solution to reducing the hambatan dalam implementasinya, sehingga perlunya dilakukan
MMR and IMR called Jampersal. This policy is a delivery evaluasi terhadap kebijakan jaminan persalinan.
assurance scheme intended for all pregnant women and new Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kebijakan
mothers in Indonesia who are not covered by any insurance jaminan persalinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
yet. Delivery care assurance scheme consist prenatal care, Metode Penelitian: Rancangan yang digunakan dalam
postnatal care including family planning postpartum and penelitian ini adalah rancangan studi kasus. Penelitian dilakukan
newborn care. This program also applied in the special region di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan studi kasus 5
of Yogyakarta as one of the program in improving the health of kabupaten/kotamadya. Teknik pengambilan sampel yang
mothers and children. During the implementation in Yogyakarta, digunakan yaitu pengambilan sampel stratifikasi. Unit analisis
the program still has some obstacles. dalam penelitian ini adalah dinas kesehatan kabupaten/ kota,
Objective: This study aimed to evaluate the delivery care rumah sakit umum daerah, Puskesmas dan Praktik Bidan swasta
assurance policy in the province of Yogyakarta. yang menangani jampersal. Pengumpulan data dilakukan
Methods: The research design used case study design. The dengan wawancara mendalam.
research was conducted in the province of Yogyakarta. which Hasil Penelitian: Dalam evaluasi kebijakan jaminan persalinan
The sampling technique used was stratified sampling. The unit di DIY masih terdapat berbagai hambatan (masalah) dari segi
of analysis in this study is the health districts / municipalities, input, proses dan output. Dari segi input berkaitan dengan
general hospitals, health centers and private practice midwives sumber daya manusia, dana, sarana dan kebijakan. Dari segi
who administer Jampersal. Data collected by in-depth proses meliputi sosialisasi, persyaratan pasien, proses klaim,
interviews. sistem rujukan dan pembiayaan. Dari segi ouput penumpukan
Results: The result of this research shows that there are dan penolakan pasien, dan masih adanya pengaduan
many problems in terms of input, process and output. In terms konsumen.
of input, the problems are related to human resources, financial, Kesimpulan : Program jaminan persalinan merupakan program
means and policy. In terms of process, the problems are related yang baik dan mendukung penurunan angka kematian bayi
to socialization, regulations of patient, process of claiming, dan ibu, akan tetapi masih perlu beberapa perbaikan. Perbaikan
referral system and funding. In terms of output, the problem is dibutuhkan dalam hal penguatan koordinasi pada lintas sektor,
related to overcrowding, patient refusal, and complains from optimalisasi sosialisasi program, penguatan sistem rujukan
the consumer. berbasis elektronik, penguatan komitmen dan motivasi petugas
Conclusion: This program is a good program for reduction of serta perbaikan sarana prasaran kesehatan.
infant and maternal mortality rates, but still needs some
improvement. Improvements are needed in terms of Kata Kunci : Jaminan Persalinan, Evaluasi Kebijakan.
strengthening cross-sector coordination, socialization of the
program should be optimized, stregthening the electronic-based PENGANTAR
referral system, strengthening the commitment and motivation
of personnel and improvement of health infrastructures.
Salah satu tujuan Millennium Development
Goals (MDGs) yaitu menurunkan Angka Kematian
Keywords: Delivery Care Assurance Policy, Policy Evaluation. Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) belum
dapat dipenuhi secara maksimal. Data Kemenkes1
ABSTRAK menunjukkan bahwa angka kematian ibu menurun
Latar Belakang: Kementrian kesehatan melakukan terobosan
baru melalui Jaminan Persalinan (Jampersal) sebagai salah
dari 307 per 100.000 KH pada tahun 2002 menjadi
satu solusi untuk menurunkan AKI dan AKB. Kebijakan ini 228 per 100.000 KH pada tahun 2007. Target tahun
diperuntukkan untuk seluruh ibu hamil dan ibu nifas di Indonesia. 2014 adalah 110 per 100.000 KH. Angka Kematian
Pelayanan Jaminan Persalinan terdiri pemeriksaan kehamilan, ibu untuk Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
pelayanan nifas termasuk KB pasca persalinan, dan pelayanan
bayi baru lahir. Jampersal juga diterapkan di Daerah Istimewa
setiap tahun menurun dan berada di bawah batas
Yogyakarta sebagai salah satu program dalam meningkatkan nasional sesuai pada Gambar di bawah ini:

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 1 Maret 2013 z 141
Ummul Khair: Evaluasi Kebijakan Jaminan Persalinan

Angka Kematian Ibu Di Provinsi DIY Tahun 2005 s/d 2010

112

110 110
J um la h
108
107
106
105 105
104 104
103
102

100

98
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Tahun

Jumlah

Gambar 1. Angka Kematian Ibu di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta


Tahun 2006 - 2010

Gambar di atas terlihat bawa terjadi penurunan Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini meru-
tiap tahun, akan tetapi angka ini masih tinggi jika pakan penelitian kebijakan dengan level meso.
dibandingkan dengan Negara ASEAN. Berbagai upa- Penelitian ini bertujuan untuk meneliti evaluasi
ya dilakukan untuk mewujudkan tujuan MDGS, yang kebijakan jaminan persalinan di seluruh Kabupaten/
salah satunya yaitu program Jaminan Persalinan. Kotamadya Yogyakarta
Jaminan Persalinan (Jampersal) merupakan salah
satu solusi terhadap permasalahan biaya persalinan BAHAN DAN CARA PENELITIAN
yang sering dikeluhkan oleh masyarakat. Perma- Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini
salahan biaya kesehatan yang mahal termasuk biaya adalah rancangan studi kasus. Subjek penelitian ini
persalinan merupakan salah satu kendala akses ke yaitu regulator dinas kesehatan dan pemberi pela-
pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin ma- yanan pemerintah dan swasta. Sumber data yaitu
sih rendah. Jaminan Persalinan (Jampersal) dimak- data primer. Pengumpulan data dilakukan dengan
sudkan untuk menghilangkan hambatan finansial ba- indepth interview (wawancara mendalam).
gi ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru
lahir yang di dalamnya termasuk pemeriksaan ke- HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
hamilan, pelayanan nifas, KB pasca persalinan, dan Hasil Evaluasi Input Kebijakan Jaminan
pelayanan bayi baru lahir. Sehingga kehadiran Ja- Persalinan di DIY
minan Persalinan diharapkan dapat mengurangi ter- Hasil penelitian yang masuk dalam kategori in-
jadinya Tiga Terlambat (TT) tersebut sehingga dapat put evaluasi kebijakan persalinan berkaitan pada
mengakselerasi tujuan pencapaian MDGs 4 dan 5. sumber daya manusia, dana, sarana dan kebijakan.
Pelaksanaan Jaminan Persalinan (Jampersal) Sumber daya manusia dalam Jaminan Persalinan
di Daerah Istimewa Yogyakarta belum berjalan seca- masih menjadi permasalahan secara kualitas dan
ra maksimal dan memberikan dampak pada kepuas- kuantitas di seluruh kabupaten dan kotamadya Dae-
an konsumen Jampersal yaitu kepuasan ibu hamil rah Istimewa Yogyakarta. Hal ini sesuai dengan hasil
pada petugas pemberi pelayanan jasa Jaminan Per- wawancara sebagai berikut:
salinan yang masih dirasakan belum sesuai dengan Untuk bidan yang ada dipuskesmas kami
memang hanya sedikit, kadang-kadang kalau
tuntutan dan harapan. Hal ini bisa diketahui antara
pasiennya banyak sampai melembur…yah
lain dari banyaknya pengaduan, keluhan yang di- karena tenaga kami sedikit kadang kami juga
sampaikan melalui media masa maupun langsung merujuk dengan alasan itu sih (R.P.GK)
kepada unit pelayanan, baik menyangkut sistem dan
Rumah sakit tipe D RSUD Prambanan pun
prosedur pelayanan yang masih berbelit-belit, tidak
belum mempunyai dokter obsygn tetap dan
transparan, kurang informatif, kurang akomodatif dan belum punya peralatan operasi (R.RS.S)
kurang konsisten sehingga tidak menjamin kepas-
tian hukum, waktu dan biaya serta masih adanya Selain dari pihak pemerintah, tenaga kesehatan
praktek pungutan tidak resmi3. juga berasal dari bidan praktek mandiri. Dalam

142 z Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 1 Maret 2013
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

penanganan Jampersal, Badan Pusat Statistik (BPS) balian Jampersal dari pusat tidak tepat waktu. Hal
harus mempunyai Memorandum of Understanding ini sesuai dengan hasil wawancara sebagai berikut:
(MOU) atau naskah kerjasama dengan Dinas Kese-
hatan. Jumlah MOU yang sudah ada ternyata masih Pencairan dana untuk jampersal bsianya tu-
runnya satu bulan tapi ini mulai januari belum
kurang dalam pelayanan Jaminan Persalinan di turun, januari, febuari, maret, april, katanya
masyarakat, karena ada beberapa BPS yang tidak besok pertengahan mei atau gimana (R.B.S)
dapat memenuhi kompetensi dan kualifikasi dalam
persyaratan kerjasama. Hal ini seperti kutipan Sarana juga masih menjadi hambatan dalam
wawancara di bawah ini: melaksanakan Jaminan Persalinan seperti kapasitas
rumah sakit rujukan pemerintah dan rumah sakit
Dari segi PPK dasar atau BPS, kami memang swasta yang bekerjasama dengan Jampersal yang
sudah memiliki 68 MOU BPS, dan jumlah
tersebut kami rasa belum cukup, sehingga selalu penuh. Sarana di bagian puskesmas seperti
kami masih membutuhkan MOU dengan BPS- Puskesmas Gunungkidul juga belum memadai de-
BPS lainnya. Hanya saja pada saat pengajuan ngan suasana rawat ibu dan bayi yang tidak kondusif
persyaratan MOU tidak bisa terpenuhi atau dan lengkap. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara
dilengkapi misalnya STRx belum adalah,
sehingga kami dari pengelola dinas tidak bisa sebagai berikut:
membuatkan MOU jampersal (R.D.GK)
Sarana prasarana di Puskesmas kami belum
memadai, ruang persalinanya eee masih
Hambatan lainnya mengenai sumber daya ma- panas dan perawatan bayi belum punya
nusia berkaitan dengan dana operasional. Dana ope- (R.P.GK)
rasional yang diberikan untuk tenaga kesehatan yang
melayani Jampersal dari APBN sebesar Rp500.000,. Rumah sakit rujukan kami kadang-kadang di
RSUD Prambanan karena paling dekat, cumin
Nominal ini tidak seimbang dan sepadan dengan tarif di RSUD Tipe D ini belum memadai karena
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) sebesar Rp700.000,- belum mempunyai ruang operasi (R.P.S)
untuk persalinan normal. Hal tersebut sesuai dengan
hasil wawancara sebagai berikut: Rumah sakit yang menjadi rujukan seharusnya
rumah sakit yang sudah memiliki fasilitas dan
sebenarnya kalo segi finansialnya dibanding peralatan sehingga tidak terjadi penumpukan di
dengan persalinan umum itu kan nggak
untung, karena apa ya secara tidak langsung RSUD tertentu dan penolakan pasien rujukan. Selain
e periksa kehamilan 4 kali dikali 20 jadi 80rb, itu, puskesmas rawat inap dan puskesmas Pela-
biaya persalinan 500rb, jadi 580 kan?, tambah yanan Obstetri Neonatus Essensial Dasar (PONED)
nanti untuk nifas KS 1 sampai KS3nya 20 kali 3 yang belum memadai sarana prasarannya.
jadi 60, 580 ditambah 60 berapa itu mbak? 640
yah, include semua2nya itukan ya bukannya Ketidakkonsistensi kebijakan pusat dengan
anu ya mbak ya kalo umum sedangkan umum kebijakan peraturan daerah juga menjadi hambatan
kita kan ikut ibi ya, ikut ibi kan ada apa nama dalam jaminan persalinan. Kabupaten Gunungkidul
nya tarif2 yang sudah kita sepakati untuk terdapat peraturan daerah bahwa pengembalian untuk
biaya umum untuk persalinan kan sekitar
didaerah sleman itu sekitar 700rb dengan ya pelaksanaan Jaminan Persalinan nominalnya tidak
semualah sangat minimal (R.B.S) sama dengan nasional. Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara sebagai berikut:
Hasil wawancara tersebut dapat diketahui bah-
wa tidak adanya konsistensi antara kebijakan pusat Jadi untuk pengambalian kami dapatnya
hanya sedikit kalau nasional kan jasanya
dan kebijakan yang berlaku di dalam daerah ataupun dibayarkan Rp 500.000, tapi karena ada
organisasi profesi. Selain itu, pengembalian pencair- perdanya hanya kembali sedikit. Yang
an dana dari pusat juga menjadi hambatan operasio- kembali hanya Rp 297.000 dan sisanya masuk
nal dalam Jaminan Persalinan. Pencairan dana ka- kedalam kas daerah
dang sampai berbulan-bulan. Kondisi ini mengham- Berdasarkan uraian di atas, maka ringkasan
bat kegiatan bidan praktek swasta yang bekerjasama evaluasi kebijakan jaminan persalinan dari segi in-
dengan Jampersal karena harus menutupi biaya per- put pada lima kabupaten dan kotamadya di Daerah
salinan terlebih dahulu dikarenakan biaya pengem- Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 1.

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 1 Maret 2013 z 143
Ummul Khair: Evaluasi Kebijakan Jaminan Persalinan

Tabel 1. Ringkasan Evaluasi Kebijakan Jaminan Persalinan di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2012
Input Yogyakarta Sleman Bantul Kulon Progo Gunung kidul
a. Sumber a. Tim Verifikator a. RSUD belum a. Tenaga a. Tim verifikator a. Tenaga
Daya yang belum Siap memiliki dokter kesehatan yang belum siap Kesehatan
Manusia obsgyn belum dalam klaim pemberi layanan
b. Tim verifikator memadai jampersal belum
yang mempunyai secara b. Sumber daya mencukupi
persepsi yang kuantitas manusia di PPK kuantitas
berbeda beda b. Pasien yang Lanjutan I b. Pengelola
belum paham (RSUD) belum jampersal dalam
terhadap siap dinas kesehatan
persyaratan belum cukup
penggunaan secara kuantitas
jampersal c. BPS masih
banyak yang
belum
bekerjasama
dalam jampersal
b. Dana a. Biaya tidak a. Tidak seimbang a. Pencairan dana a. Biaya untuk a. Biaya untuk
sebanding dengan pembayaran dari pusat yang nakes belum tenaga
kinerja dengan biaya lama sbanding dengan kesehatan belum
b. Pengembalian dari IBI b. Paketan jasa memadai
uang yang lama b. Pencairan dana jampersal b. Pencairan dana b. Tenaga
dari pusat dari pusat belum termasuk pusat untuk kesehatan
terlambat biaya pengembalian pemerintah
pendukung mempunyai terbentur pada
persalinan waktu yang lama Perda sehingga
(Pembalut dll) pengembalian
c. Pembayaran hanya Rp
jasa belum 297.000
sebanding
c. Sarana a. Kapasitas RSUD a. RSUD Tipe D a. Kapasitas a. Kapasitas RSUD a. Puskesmas
rujukan yang belum memadai RSUD dan penuh untuk rawat inap dan
selalu penuh untuk rujukan Rumah Sakit rujukan Poned belum
(belum memiliki Swasta yang b. Puskesmas memadai
ruang operasi selalu penuh rawat inap belum b. Hanya memiliki 2
dan dokter memadai fasilitas Rumah Skait
obsgyn) dan peralatannya yang melayani
b. Puskesmas jaminan
Poned belum
siap menjadi
rujukan
d. Kebijakan a. Kompensasi di a. Kompensasi di a. Kompensasi di a. Kompensasi di a. Kebijakan
luar kesepakatn luar kesepakatan luar kesepa- luar kesepakatan peraturan daerah
IBI IBI katan IBI IBI berkaitan
nominal
pengembalian
b. Ada beberapa
klaim yang
belum
mempunyai
rekening
sehingga tidak
dapat diklaimkan

Hasil Evaluasi Proses Kebijakan Jaminan sal berbeda dengan jaminan kesehatan lainnya
Persalinan di Daerah Istimewa Yogyakarta sehingga sosialisasi tersebut belum dilaksanakan
Proses kebijakan Jaminan Persalinan (Jamper- secara maksimal. Hasil ini sesuai dengan hasil
sal) berkaitan dengan proses pelaksanaan Jampersal wawancara salah satu staf dinas kesehatan sebagai
di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hambatan dalam berikut:
proses pelaksanaan kebijakan persalinan dimulai dari
Yah, karena masyarakat tuh karakteristiknya
sosialisasi kebijakan persalinan. Sosialisasi program
berbeda beda jadi ketika ada sosialisasi kalau
Jampersal belum dilakukan secara optimal. Hal ini g butuh g didengerin, jadi kami sosialisaisnya
disebabkan karena pelayanan kepersertaan Jamper- ngerasa belum optimal. Selain itu, kami juga

144 z Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 1 Maret 2013
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

kekurangan tenaga, jumlah pengelola Tim verifikatornya berbelit-belit misalnya


jaminan ada 6 orang untuk mengurus seluruh dirujuk atas permintaan sendiri itu langsung
kabupaten jadi tidak berjalan optimal (R.D.GK) didelete oleh tim verifikatornya. Jadi biar g
seperti itu sebaiknya ada sosialisasi
Sosialisasi Jaminan Persalinan (Jampersal) ha- persyaratan untuk verifikator ke pemberi
layanan biar g bolak balik gitu (R.R.KP)
nya dilakukan untuk penyebarluasan informasi bahwa
ada Jampersal yang diberikan oleh seluruh ibu hamil, ngeklaimnya jangan dipersulit lah. Kita sudah
ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir tanpa pu- sangat hati2 dengan jampersal. Tapi ngeklaim
ngutan biaya. Sosialisasi jampersal tidak diikuti nya masih sering dipersulit. Ini salah itu
salah, kan yg verifikasi jgn yg suka
dengan sosialisasi apa yang menjadi hak atau yang mempersulit (R.B.S)
diterima oleh pasien dan apa yang tidak diterima
oleh pasien. Sosilasiasi ini berdampak dengan masih Proses verifikator yang masih sulit dan bertele-
adanya pengaduan masyarakat bahwa masih dike- tele dikarenakan kesiapan tim verifikator yang belum
nakan penambahan biaya. Sosialisasi Jampersal siap dan paham dengan apa yang harus diklaimkan,
yang diberikan kepada masyarakat tampaknya be- sehingga hal tersebut membuat pemberi layanan
lum jelas, sehingga menyebabkan masyarakat be- terhambat dan merasa susah untuk proses klaim
lum paham tentang paket pelayanan Jampersal. pasien.
Seperti yang dikutip oleh hasil wawancara sebagai Hambatan lain dalam proses pelaksanaan Ja-
berikut: minan Persalinan (Jampersal) yaitu prosedur peng-
gunaan Jampersal. Petunjuk Teknis (Juknis) pelak-
Masih banyak pengaduan masyarakat
tentang penambahan biaya dalam jampersla. sanaan jaminan persalinan berdasarkan Peraturan
Karena di jampersal itu kan hanya ada paket, Kementrian kesehatan RI Nomor 2562/menkes/Per/
nah tidak termasuk pembalut, kendil untuk XII/20114 berisi bahwa Jaminan Persalinan ditujukan
ari-ari, jadinya pasiennya ditambahkan biaya untuk semua ibu hamil tanpa memandang status,
(R.D.S)
anak berapa dan hanya menunjukkan KTP dan KK
Persyaratan pasien dalam implementasi ka- sebagai kartu identitas. Pada hasil penelitian me-
dang-kadang menjadi hambatan dalam pelaksanaan nunjukkan bahwa pada pelaksanaan ada pasien yang
Jaminan Persalinan (Jampersal). Pemahaman ten- awalnya tidak menggunakan Jampersal kemudian
tang persyaratan pasien masih belum dipahami pada- pada waktu mengalami kesulitan kemudian pasien
hal persyaratan sangat mudah yaitu menyerahkan mengalihkan ke Jampersal. Hal ini mempengaruhi
fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan fotocopy prosedur klaim. Ini dibuktikan dengan hasil wawan-
Kartu Keluarga (KK) tetapi pasien banyak yang cara sebagai berikut:
masih malas untuk melengkapi persyaratan tersebut Karena keterbatasan pemahaman masyara-
sehingga menjadi susah dalam mengklaim dana kat, jadi kadang-kadang masyarakat yang
Jampersal karena membutuhkan persayaratan mampu tuh periksanya di dokter spesialis,
tersebut. tetapi ketika dokter spesilaisnya menyatakan
bahwa ini harus operasi atau nanti sulit per-
Salah satu persyaratan dalam juknis yaitu pa- salinanya, maka pasiennya tuh akan beralih
sien harus menunjukkan KTP dan KK, sehingga di ke jampersal sehingga secara prosedur
dalam pelaksanannya pasien yang hamil di bawah belum bisa (R.D.GK)
umur 17 tahun belum mempunyai KTP dan hanya
menunjukkan kartu identitas pelajar. Kelengkapan Hambatan terbesar juga terdapat pada sistem
persyaratan tersebut merupakan salah satu faktor rujukan pasien Jampersal. Hasil penelitian menun-
kelengkapan yang diperhitungkan dalam proses jukkan bahwa responden sebagian besar menyata-
klaim pencairan dana. Dari hasil penelitian didapat- kan bahwa sistem rujukan yang ada saat ini sangat
kan bahwa sebagian besar responden menyatakan rumit dan bertele-tele. Sistem rujukan ini mengacu
bahwa proses klaim masih rumit dan bertele tele. kepada manual rujukan Peraturan Gubernur No 59/
Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara oleh BPS, 2012. Sistem rujukan yang rumit ini berkaitan dengan
Puskesmas dan RSUD sebagai berikut: penolakan pasien rumah sakit yang penuh. Hal ini
dibuktikan dengan hasil wawancara sebagai berikut:
Klaimnya tuh masih rumit dan bertele-tele
karena persepsi tim verifikatornya juga Jampersal untuk sistem rujukannya, karena
berbeda-beda sehingga imbasnya ke kami saya pernah mengalami sendiri, itu kalau
sebagai pemberi layanan (R.P.Y) merujuk di rumah sakit itu githu kayak

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 1 Maret 2013 z 145
Ummul Khair: Evaluasi Kebijakan Jaminan Persalinan

pelayanannya itu gak akurat. Dulu saya pernah keadaan. Kemudian kita juga harus konfir-
ngirim, tapi kan pas ada yang jaga temen saya, masi kerumah sakit dulu. (R.B.B)
dokter, nah itu saya bisa masukkan dengan
cepat, tapi saya pernah juga disana itu di Sistem rujukannya rumit harus ke RSUD dulu
mrah-marahi, kenapa kayak gini, kok hanya (R.B.S)
ketakutan di bentak itu lho. Pertama kali
masuk atau merujuk itu pasti kepikiran mesti Jadi saya gak pernah telepon dulu, pasien
dibentak-bentak dulu dibagian penerima langsung diantar dari sini. Ya sudah disana
rujukannya. Kayak githu kan gak boleh, langsung dimarah-marahi yaa sudah diterima
otomatis disalahin, harus telepon dululah, saja (R.B.KP).
apalah, tapi kalu kita telepon alasannya sudah
penuh, jadi kita kan gak bisa mengirim . Jadi Saya mencari rumah sakit rujukan yang dekat,
saya gak pernah telepon dulu, pasien nah kita ini kan diperbatasan jadi kadang-
langsung diantar dari sini. Ya sudah disana kadang kami rujuk ke Klaten. Nah ini ini sulit
langsung dimarah-marahi yaa sudah diterima juga karena biasanya beda wilayah (R.P.GK)
saja (R.B.B)
Sistem rujukan untuk daerah yang berada di
Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa perbatasan juga menjadi permasalahan karena ada-
alur untuk merujuk pasien harus mengkonfirmasi nya perbedaan peraturan pada masing-masing Kabu-
terlebih dahulu ketersediaan kamar melalui telepon paten dan Kotamadya bahkan perbedaan provinsi
dan tidak boleh langsung dIbawa ke rumah sakit, yang berbeda, sehingga menjadi hambatan dalam
sehingga hal ini sangat menyulitkan untuk pasien proses merujuk. Pembiayaan untuk tenaga kese-
yang mengalami kegawat daruratan. Badan Pusat hatan menjadi suatu point yang penting untuk me-
Statistik (BPS) dan puskesmas yang barada di ningkatkan kinerja tenaga kesehatan dalam mewu-
bawah naungan Kabupaten atau Kotamdaya yang judkan MDGS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
berada di dekat Rumah Sakit Tipe A jika merujuk pihak pemberi layanan belum merasakan keuntung-
tidak boleh langsung ke Rumah Sakit Sardjito an dari program Jampersal. Hal ini dibuktikan dari
melainkan Ke RSUD terlebih dahulu. Hal ini hasil kutipan wawancara sebagai berikut:
dibuktikan dari kutipan wawancara sebagai berikut:
hehe... yow gak menguntungkan, ya....
Kalau kita merujuk tuh memang mencari yang seharusnya itu bayar kontan,. Sampai gitu to.
rumah sakit rujukan yang dekat cumin kalu Ketentuannya dari sana harus Rp. 500.000,-
lebih dekat ke RSUP Sardjito itu kadang- tok gak boleh narik”,., tur kalau merujuk
kadang g bisa harus ke RSUD atau RS swasta harus menghitung patologis harus infus,O2,
yang bekrja sama dengan jampersal, karena yow transport, itukan berapa gantinya Cuma
RSUP biasanya hanya langsung menerima Rp. 100.000,- tow,., kan yow rugi sini, umpomo
pasien yang gawat. Tapi kan kalu pasien lama e O2 e habis 1 Rp. 50.000,- transportnya sini
ditangani karena nyari rujukan yang sarjito berapa, iyow to,.,., belum itu tar ganti
pasiennya bisa gawat tho pempesnya berapa kadang” kan taunya
jampersal dirujuk gak boleh ditarik” to,.,
padahal sini pakai uang bensin, soper, jadi
Sistem rujukan yang dilaksanakan oleh pemberi
yow... ya..mengamankan, mengenakne
layanan tidak sama. Hal ini dapat dilihat dari bebe- pasien yow gak popo, sudah dari ketentuan
rapa kutipan wawancara di bawah ini: dari pusat to (R.B.S)

Kalau sistem rujukan kita selalu jelaskan ke kalau bisa sesuai dengan tariff IBI, kan g
pasien, Pak ini keadaanya memang sudah sesuai tho, wes utong nyowo trus kan kita
harus dirujuk., jadi bapak mau dirujuk punya bidan banyak jadi biaya operasionalnya
kemana? Jadi kita merujuk itu sesuai dengan kadang-kadang kurang…heheh (R.B.GK)
kehendak pasien, asal tempat itu masih
terjangkau. Artinya keadaanya itu gak jauh. Ringkasan evaluasi proses kebijakan Jampersal
Jadi ada keseimbangan antara tempat dan
di DIY di bawah ini:

146 z Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 1 Maret 2013
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

Tabel 2. Ringkasan Evaluasi Proses Kebijakan Jaminan Persalinan di


Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2012

Input Yogyakarta Sleman Bantul Kulon Progo Gunung kidul


a. Sosialisasi Belum tepat sasaran Sosialisasi Sosialisasi belum Sosialisasi Sosialisasi belum
karena ternyata yang pengenalan dilaksanakan jampersal lancar dilaksanakan
lebih banyak tahu jampersal lancar optimal hanya sosisalisasi secara optimal
infonya malah tetapi paket persayaratan
masyarakat mampu jampersal belum verifikator belum
optimal optimal
b. Persyaratan Sudah dilaksanakan Kadang-kadang Pesien masih ada Terhambat pada Sudah
Pasien dengan baik masih ada pasien yang tidak pasien yang hamil dilaksanakan
yang malas mengumpulkan di bawah umur dengan baik
mengumpulkan persyaratan (belum mempunyai
persyartan KTP)
c. Proses Klaim Masih Rumit dan Masih rumit dan Masih belum Masih belum Klaim rumit dan
bertele tele bertele tele optimal optimal ada yang belum
bisa diklaimkan
kare tidak ada kode
rekening
d. Sistem Rumit, RSUD dan RS RSUD dan RS Keterbatasaan Prosedur Rujuk Sistem rujukan
Rujukan Swasta selalu penuh Swasta Penuh pada saat merujuk masih rumit (harus masih sulit di PPK
sehingga menolak pasien jampersal mencari RS yang Lanjutan apalagi
dan RSUD tipe D mau menerima untuk wilayah yang
belum memiliki pasien) berada di daerah
fasilitas operasi perbatasan
dan dokter obsgyn
e. Pembiayaan Belum sesuai Yang diterima Belum sesuai dan Pencairan dana Belum sesuai
masih tidak sesuai pencairannya lama pengembalian yang dengan yang
apalagi kalau lama dikeluarkan
merujuk

Hasil Evaluasi Output Kebijakan Jaminan akan mengurangi kenyamanan dan keselamatan
Persalinan Di Daerah Istimewa Yogyakarta pasien, khususnya pasien yang mengalami penyulit
Output untuk kebijakan Jaminan Persalinan persalinan.
(Jampersal) dilihat dari segi mutu pelayanan yang
telah diberikan pada pelaksanaan Jampersal. Out- Yah..gimana pasiennya tidak menumpuk yah,
pasien normal saja diterima di Rumah Sakit
put mutu pelayanan terdiri dari penerimaan pasien rujukan sehingga kalu kita merujuk sering
rujuk, penumpukan pasien dan pengaduan pasien. penuh (R.P.B)
Penerimaan pasien pada saat merujuk sebagian
besar responden menyatakan bahwa pelayanan Jaminan Persalinan (Jampersal) dalam
masih sangat kurang pada Penyedia Pelayanan penerimaan pasien masih perlu penataan, sehingga
Kesehatan (PPK). Hal ini dibuktikan dari kutipan tidak membuat adanya penumpukan dan penolakan
wawancara sebagai berikut: pasien di rumah sakit rujukan. Pelaksanaan
Jampersal ini juga masih terdapat pengaduan dari
Karena kami hanya mempunya 2 RS yang masyarakat. Hal ini seperti kutipan di bawah ini:
mengelola jaminan kesehatan, jadi pasien
kami tuh kadang-kadang ke Yogyakarta dan
Jadi masyarakat masih mengadu kepada
masih seri diping pong sana sini sehingga
kami kalu masih sering dimintakan tambahan
mutu pelayanan jampersal di PPK lanjutan
padahal tahunya masyarakat itu gratis
belum bagus (R.D.GK)

Rumah sakit rujukan juga menerima pasien Adapun hasil ringkasan hasil evaluasi output
normal sehingga terjadi penumpukan pasien yang kebijakan Jaminan Persalinan adalah sebagai
berikut:

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 1 Maret 2013 z 147
Ummul Khair: Evaluasi Kebijakan Jaminan Persalinan

Tabel 3. Hasil evaluasi Output Kebijakan Jaminan Persalinan di DIY

Ket : masih dilaksanakan

PEMBAHASAN
Kesiapan Sumber Daya ini memberikan dampak terhadap kuantitas dan
Implementasi kebijakan dipengaruhi oleh bebe- distribusi tenaga kesehatan khususnya daerah ter-
rapa faktor. Ada enam faktor yang mempengaruhi pencil.
implementasi kebijakan yaitu: 1) standar dan sasar- Menurut Weimer dan Vining8 bahwa terdapat
an kebijakan, 2) sumberdaya, 3) komunikasi antar- tiga kelompok variable yang dapat mempengaruhi
organisasi dan penguatan aktivitas, 4) karakteristik keberhasilan impelemntasi program kebijakan yaitu
agen pelaksana, 5) kondisi sosial, ekonomi dan 1) logika suatu kebijakan, 2) sebuah kebijakan harus
politik, dan 6) disposisi implementor5. sesuai dengan tuntutan lingkungan, dan 3) kemam-
Sumber daya merupakan salah satu faktor yang puan pelaksana. Masih kurangnya kompetensi ke-
mempengaruhi kebijakan Jaminan Persalinan (Jam- mampuan bidan sebagai pelaksana atau pemberi
persal) di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil peneli- pelayanan jampersal mempengaruhi pelaksanaan
tian menunjukkan bahwa tenaga kesehatan secara jaminan persalinan di Daerah Istimewa Yogyakarta.
kualitas dan kuantitas belum mampu mendukung Ketersediaan Sumber daya Manusia (SDM) or-
pelaksanaan Jampersal. Tenaga kesehatan dari segi ganisasi sangat penting dalam implementasi kebi-
pemberi layanan dan pengelola belum memiliki jakan desentralisasi dan otonomi daerah. Sumber
kesiapan dalam melaksanan program Jampersal. Daya Manusia (SDM) dimaksud antara lain menca-
Kesiapan sumber daya manusia juga sangat kup karyawan yang harus mempunyai keahlian dan
berpengaruh pada fee ataupun hasil jasa yang diberi- kemampuan melaksanakan tugas, perintah, dan an-
kan. Pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No. juran atasan. Ketepatan dan kelayakan harus ada
2562/Menkes/Per/XII/2011 fee yang diberikan oleh antara jumlah karyawan yang dibutuhkan dan ke-
tenaga kesehatan yaitu sebesar Rp500.000,- tidak ahlian yang dimiliki sesuai dengan bidang tugas
sebanding dengan peraturan daerah ataupu Iikatan yang akan dikerjakan9.
Bidan Indonesia (IBI) yang mengeluarkan iuran untuk Menghadapi permasalahan tersebut pemerintah
persalinan normal sebesar Rp700.000,- sampai melakukan contracting out sehingga rumah sakit
dengan Rp800.000,-. yang menjadi rumah sakit rujukan yang mampu
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang mene- mengatasi permasalahannya. Contracting out adalah
mukan bahwa adanya kebijakan puskesmas gratis suatu mekanisme pembelian yang digunakan untuk
di Kabupaten Kampar yang tidak diimbangi dengan mendapatkan pelayanan tertentu, dengan kuantitas
insentif yang adil kepada petugas menyebabkan petu- dan kualitas tertentu, serta harga yang disepakati
gas memberikan pelayanan tidak prima dan petugas dari suatu penyedia pelayanan tertentu selama pe-
bekerja dengan setengah terpaksa dan melakukan riode waktu tertentu. Berdasarkan jenis pelayanan
protes yang diwujudkan dengan sikap ngomel dan kesehatan yang dikontrakkan, contracting dapat
malas, namun petugas masih taat karena statusnya dibedakan menjadi jenis pelayanan klinis dan
sebagai Pegawai Negeri Sipil6. Hasil penelitian juga nonklinis10.
ditemukan bahwa masih terdapat rumah sakit yang Masih minimnya sarana pelayanan kesehatan
belum memiliki dokter obsgyn tetap sehingga sangat dalam program Jampersal memberikan dampak yang
mempengaruhi pelaksanaan rujukan. Kekurangan tidak baik pada implementasi kebijakan jaminan
dokter dan dokter spesialis merupakan suatu persalinan. Program Jampersal merupakan suatu
tantangan utama dari reformasi tenaga kesehatan7. program yang bagus dalam menurunkan angka ke-
Segi kompetensi bidan yang melayani Jaminan matian ibu dan bayi akan tetapi jika tidak dilengkapi
Persalinan (Jampersal) juga menjadi hambatan dika- dengan ketersesian fasilitas dan sarana pelayanan
renakan terdapat beberapa bidan yang mengajukan kesehatan akan memberikan dampak yang kurang
kerjasama tetapi tidak memenuhi kompetensi. Hal maksimal.

148 z Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 1 Maret 2013
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

Perbaikan Sistem Jaminan Persalinan an persalinan melalui mekanisme klaim Jamkesmas,


Sasaran yaitu dengan INA CBGs.
Menurut Petunjuk Teknis (Juknis) Peraturan Pada kenyataanya dari hasil penelitian, sebagi-
Menteri Kesehatan RI No. 2562/Menkes/Per/XII/2011 an besar responden mengatakan bahwa proses klaim
bahwa sasaran Jampersal yang berhak mendapat masih bersifat ribet dan rumit, dikarenakan perbedaan
pelayanan yang berkaitan langsung dengan keha- persepsi dari verifikator dan sosialisasi verifikator ter-
milan dan persalinan baik normal maupun dengan hadap pemberi layanan yang kurang. Untuk meng-
komplikasi atau resiko tinggi. Sasaran yang dijamin atasi permasalahan tersebut, perlunya peningkatan
oleh Jampersal adalah iu hamil, ibu bersalin, ibu nifas pelatihan terhadap petugas verifikator. Dibutuhkannya
dan bayi baru lahir. pelatihan dikarenakan program ini merupakan pro-
Sasaran tersebut menyebabkan terjadinya pe- gram yang masih baru. Selain itu masih diperlukan-
lonjakan kehamilan dan persalinan sehingga program nya sosialisasi verfikator kepada pemberi layanan
Keluarga Berencana tidak dapat disukseskan. Perlu- sehingga tidak terdapat persepsi yang berbeda
nya Spesifikasi sasaran untuk ibu hamil, ibu bersalin, antara verifikator dan pemberi layanan.
ibu nifas dan bayi baru lahir yang sesuai dengan
program Keluarga Berencana. Sistem Rujukan Terintegrasi Berbasis Elektronik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem ru-
Sosialisasi Jaminan Persalinan jukan Jampersal masih rumit dan selalu terjadi peno-
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sosialisasi lakan pada pasien jampersal. Pada umumnya rujuk-
berkaitan dengan Jampersal belum dilakukan secara an kesehatan dilakukan dengan mengikuti pola pyra-
optimal. Sosialisasi hanya menyampaikan bahwa mid yang dimulai dari pelayanan tingkat dasar sampai
program Jampersal gratis untuk ibu hamil, ibu nifas, dengan pelayanan ke atas. Pada penelitian ini juga
ibu bersalin dan bayi baru lahir. Sosialisasi tersebut menunjukkan bahwa terdapat pola-pola yang berbe-
belum menyentuh isi paket yang ada di dalam da dalam merujuk pasien Jampersal. Hal ini sesuai
Jaminan Persalinan. dengan beberapa penelitian yang menunjukkan bah-
Pentingnya sosialisasi Jampersal akan berdam- wa rujukan selalu dilakukan tergantung oleh keingin-
pak pada pelayanan kepada pasien atau masyarakat, an yang menangani dengan melewati tingkatan yang
sehingga tidak menimbulkan ambiguitas dan me- lebih rendah ke tingkatkan yang lebih lanjut11.
nyebabkan citra yang buruk pada pemberi layanan. Permasalahan sistem rujukan yang rumit, pe-
Sosialisasi yang tidak sempurna berakibat terben- numpukan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah
tuknya konstruksi sosial baru, dimana realitas sosial yang menjadi rujukan disebabkan koordinasi dan ko-
bisa saja menciptakan suatu relatias pencitraan ter- munikasi antara pemberi layanan yang belum opti-
tentu bagi kelompok sosial. Pelaksanaan sosialisasi mal. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan
Jampersal perlu merengkuh berbagai sektor sehing- sistem rujukan yang terintegrasi.
ga dapat tersosialisasikan serta penggunaan media Hasil penelitian Gandhi12 menyebutkan bahwa
komunikasi dapat menjadikan sosialisasi menjadi sistem rujukan manual sudah tidak dapat diakomodir
lebih efektif dan efisien. dengan keadaan saat ini sehingga salah satu bentuk
pengembangan sistem rujukan dengan mengguna-
Proses Klaim dan Pembiayaan kan sistem elektronik. Demikian halnya untuk pro-
Proses klaim yang sesuai dengan Peraturan gram Jampersal perlu adanya pembuatan sistem
Menteri Kesehatan RI No. 2562/Menkes/Per/XII/2011 rujukan yang elektronik dan link ke semua RSUD
adalah proses klaim bagi fasilitas kesehatan tingkat PONEK atau RS Swasta yang bekerjasama dengan
pertama: Pemberi layanan tingkat pertama meng- Jampersal sehingga akses informasi tentang keter-
ajukan klaim setelah memberikan pelayanan kepada sediaan tenaga kesehatan, ketersediaan sarana tem-
Dinas Kesehatan/Tim Pengelola Kabupaten/Kota de- pat tidur dan sarana kesehatan lainnya lebih memu-
ngan melengkapi bukti pelayanan yang sah dan ha- dahkan dalam proses rujukan.
rus ditanda tangani oleh peserta ibu hamil, bersalin, Sistem rujukan akan mampu mengurangi pe-
nifas. Tim verifikasi pemberi layanan tingkat pertama numpukan dan penolakan terhadap pasien Jamper-
melakukan verifikasi dan memberikan persetujuan sal. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Susan13
membayar kepada masing-masing fasilitas kese- yang menyatakan bahwa sistem rujukan elektronik
hatan. Proses klaim Jampersal bagi fasilitas kese- mempunyai dampak yang positif pada efisisen klinis,
hatan tingkat lanjutan: Fasilitas kesehatan tingkat waktu tunggu, waktu konsultasi dengan pakar serta
rujukan melakukan pengajuan klaim program jamin- efisien terhadap administrasi.

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 1 Maret 2013 z 149
Ummul Khair: Evaluasi Kebijakan Jaminan Persalinan

KESIMPULAN DAN SARAN 5. Subarsono AB, Analisis Kebijakan Publik, Pus-


Kesimpulan taka Pelajar, Yogyakarta, 2005.
Program Jaminan Persalinan (Jampersal) meru- 6. Elfian, Penerimaan Dokter dan Perawat Ter-
pakan suatu kebijakan yang sangat mendukung pe- hadap Sistem Pelayanan Gratis di Puskesmas
nurunan angka kematian ibu dan bayi, akan tetapi Kabupaten Kampar, Tesis, Universitas Gadjah
masih perlunya perbaikan dan pembenahan dalam Mada, Yogyakarta, 2007.
pelaksanaan kebijakan jaminan persalinan. 7. Asante A, Robert G, Hall ZA, Review of Health
Leadership and Management Capacity in the
Saran Solomon Islnads. Pac Health Dialog, 2012;
Masih perlunya perbaikan dalam kebijakan Ja- 18(1):166-167.
minan Persalinan (Jampersal) antara lain: 1) Pe- 8. Weimer DL, & Vining AR, Policy Analysis: Con-
nguatan Koordinasi antara Pemerintah Pusat, cepts and Practice, 5th Ed.Pearson, 2010
Kabupaten/ Kotamadya dan Pelaksanan Jampersal, 9. Salusu, Pengambilan Keputusan Strategik un-
2) Sosialisasi Jampersal yang optimal berisi tentang tuk Organisasi Publik dan Organisasi Non Profit,
penjelasan keseluruhan jampersal kepada penge- Grasindo, Jakarta, 1998.
lola, pemberi layanan dan pasien, 3) Penguatan kom- 10. Mils A: To Contract or Not Contract? Issues for
petensi dan komitmen pada pengelola, verifikoator Low and Middle income countries. Health Policy
dan pemberi layanan jampersal, 4) Penguatan sistem and Planning, 1998;13(1):32-40.
rujukan terintegrasi yang berbasis elektronik, dan 11. Murray SF, Perason SC, Maternity Refferral
5) Dukungan sarana dan prasarana fasilitas kese- System in Developing Countries: Current Knowl-
hatan yang memadai. edge and Future Research Needs, Social Sci-
ence and Medicine, 2006:2205-2215.
REFERENSI 12. Gandhi TK, Keating NL, Ditmoro M, Improving
1. Kementrian Kesehatan RI, Profil Kesehatan Referral Communication Using a Referraal Tool
Indonesia, Jakarta, 2010. Within An Electronical Medical Record in.
2. Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yog- Henriksen K Battle JB, Keyes MA et Al, editors
yakarta, Profil Kesehatan DIY, Yogyakarta, 2011. advances in patient safety, new directions and
3. Media Indonesia, Pelaksanaan Jampersal di alternative approaches, 2008;3
Yogyakarta, Yogyakarta, 2011. 13. Susan G, Starus, Alice HM, Chen MD, Half Yee
4. Kementerian Kesehatan RI, Petunjuk Teknis JR MD PHP, Margon B, Krussel, Douglas S,
Jaminan Persalinan. Peraturan Menteri Kese- Bell MD, Implementation of an Electorinic Re-
hatan Republik Indonesia. Nomor 2562/ ferral System For Outpatient Speciality Care,
MENKES/PER/XII/2011, Jakarta, 2012. 2011:1337–1346.

150 z Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 1 Maret 2013

Anda mungkin juga menyukai