ID Evaluasi Kebijakan Jaminan Persalinan Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tah
ID Evaluasi Kebijakan Jaminan Persalinan Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tah
Ummul Khair
Balai Pelatihan Kesehatan Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 1 Maret 2013 z 141
Ummul Khair: Evaluasi Kebijakan Jaminan Persalinan
112
110 110
J um la h
108
107
106
105 105
104 104
103
102
100
98
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Tahun
Jumlah
Gambar di atas terlihat bawa terjadi penurunan Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini meru-
tiap tahun, akan tetapi angka ini masih tinggi jika pakan penelitian kebijakan dengan level meso.
dibandingkan dengan Negara ASEAN. Berbagai upa- Penelitian ini bertujuan untuk meneliti evaluasi
ya dilakukan untuk mewujudkan tujuan MDGS, yang kebijakan jaminan persalinan di seluruh Kabupaten/
salah satunya yaitu program Jaminan Persalinan. Kotamadya Yogyakarta
Jaminan Persalinan (Jampersal) merupakan salah
satu solusi terhadap permasalahan biaya persalinan BAHAN DAN CARA PENELITIAN
yang sering dikeluhkan oleh masyarakat. Perma- Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini
salahan biaya kesehatan yang mahal termasuk biaya adalah rancangan studi kasus. Subjek penelitian ini
persalinan merupakan salah satu kendala akses ke yaitu regulator dinas kesehatan dan pemberi pela-
pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin ma- yanan pemerintah dan swasta. Sumber data yaitu
sih rendah. Jaminan Persalinan (Jampersal) dimak- data primer. Pengumpulan data dilakukan dengan
sudkan untuk menghilangkan hambatan finansial ba- indepth interview (wawancara mendalam).
gi ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru
lahir yang di dalamnya termasuk pemeriksaan ke- HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
hamilan, pelayanan nifas, KB pasca persalinan, dan Hasil Evaluasi Input Kebijakan Jaminan
pelayanan bayi baru lahir. Sehingga kehadiran Ja- Persalinan di DIY
minan Persalinan diharapkan dapat mengurangi ter- Hasil penelitian yang masuk dalam kategori in-
jadinya Tiga Terlambat (TT) tersebut sehingga dapat put evaluasi kebijakan persalinan berkaitan pada
mengakselerasi tujuan pencapaian MDGs 4 dan 5. sumber daya manusia, dana, sarana dan kebijakan.
Pelaksanaan Jaminan Persalinan (Jampersal) Sumber daya manusia dalam Jaminan Persalinan
di Daerah Istimewa Yogyakarta belum berjalan seca- masih menjadi permasalahan secara kualitas dan
ra maksimal dan memberikan dampak pada kepuas- kuantitas di seluruh kabupaten dan kotamadya Dae-
an konsumen Jampersal yaitu kepuasan ibu hamil rah Istimewa Yogyakarta. Hal ini sesuai dengan hasil
pada petugas pemberi pelayanan jasa Jaminan Per- wawancara sebagai berikut:
salinan yang masih dirasakan belum sesuai dengan Untuk bidan yang ada dipuskesmas kami
memang hanya sedikit, kadang-kadang kalau
tuntutan dan harapan. Hal ini bisa diketahui antara
pasiennya banyak sampai melembur…yah
lain dari banyaknya pengaduan, keluhan yang di- karena tenaga kami sedikit kadang kami juga
sampaikan melalui media masa maupun langsung merujuk dengan alasan itu sih (R.P.GK)
kepada unit pelayanan, baik menyangkut sistem dan
Rumah sakit tipe D RSUD Prambanan pun
prosedur pelayanan yang masih berbelit-belit, tidak
belum mempunyai dokter obsygn tetap dan
transparan, kurang informatif, kurang akomodatif dan belum punya peralatan operasi (R.RS.S)
kurang konsisten sehingga tidak menjamin kepas-
tian hukum, waktu dan biaya serta masih adanya Selain dari pihak pemerintah, tenaga kesehatan
praktek pungutan tidak resmi3. juga berasal dari bidan praktek mandiri. Dalam
142 z Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 1 Maret 2013
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia
penanganan Jampersal, Badan Pusat Statistik (BPS) balian Jampersal dari pusat tidak tepat waktu. Hal
harus mempunyai Memorandum of Understanding ini sesuai dengan hasil wawancara sebagai berikut:
(MOU) atau naskah kerjasama dengan Dinas Kese-
hatan. Jumlah MOU yang sudah ada ternyata masih Pencairan dana untuk jampersal bsianya tu-
runnya satu bulan tapi ini mulai januari belum
kurang dalam pelayanan Jaminan Persalinan di turun, januari, febuari, maret, april, katanya
masyarakat, karena ada beberapa BPS yang tidak besok pertengahan mei atau gimana (R.B.S)
dapat memenuhi kompetensi dan kualifikasi dalam
persyaratan kerjasama. Hal ini seperti kutipan Sarana juga masih menjadi hambatan dalam
wawancara di bawah ini: melaksanakan Jaminan Persalinan seperti kapasitas
rumah sakit rujukan pemerintah dan rumah sakit
Dari segi PPK dasar atau BPS, kami memang swasta yang bekerjasama dengan Jampersal yang
sudah memiliki 68 MOU BPS, dan jumlah
tersebut kami rasa belum cukup, sehingga selalu penuh. Sarana di bagian puskesmas seperti
kami masih membutuhkan MOU dengan BPS- Puskesmas Gunungkidul juga belum memadai de-
BPS lainnya. Hanya saja pada saat pengajuan ngan suasana rawat ibu dan bayi yang tidak kondusif
persyaratan MOU tidak bisa terpenuhi atau dan lengkap. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara
dilengkapi misalnya STRx belum adalah,
sehingga kami dari pengelola dinas tidak bisa sebagai berikut:
membuatkan MOU jampersal (R.D.GK)
Sarana prasarana di Puskesmas kami belum
memadai, ruang persalinanya eee masih
Hambatan lainnya mengenai sumber daya ma- panas dan perawatan bayi belum punya
nusia berkaitan dengan dana operasional. Dana ope- (R.P.GK)
rasional yang diberikan untuk tenaga kesehatan yang
melayani Jampersal dari APBN sebesar Rp500.000,. Rumah sakit rujukan kami kadang-kadang di
RSUD Prambanan karena paling dekat, cumin
Nominal ini tidak seimbang dan sepadan dengan tarif di RSUD Tipe D ini belum memadai karena
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) sebesar Rp700.000,- belum mempunyai ruang operasi (R.P.S)
untuk persalinan normal. Hal tersebut sesuai dengan
hasil wawancara sebagai berikut: Rumah sakit yang menjadi rujukan seharusnya
rumah sakit yang sudah memiliki fasilitas dan
sebenarnya kalo segi finansialnya dibanding peralatan sehingga tidak terjadi penumpukan di
dengan persalinan umum itu kan nggak
untung, karena apa ya secara tidak langsung RSUD tertentu dan penolakan pasien rujukan. Selain
e periksa kehamilan 4 kali dikali 20 jadi 80rb, itu, puskesmas rawat inap dan puskesmas Pela-
biaya persalinan 500rb, jadi 580 kan?, tambah yanan Obstetri Neonatus Essensial Dasar (PONED)
nanti untuk nifas KS 1 sampai KS3nya 20 kali 3 yang belum memadai sarana prasarannya.
jadi 60, 580 ditambah 60 berapa itu mbak? 640
yah, include semua2nya itukan ya bukannya Ketidakkonsistensi kebijakan pusat dengan
anu ya mbak ya kalo umum sedangkan umum kebijakan peraturan daerah juga menjadi hambatan
kita kan ikut ibi ya, ikut ibi kan ada apa nama dalam jaminan persalinan. Kabupaten Gunungkidul
nya tarif2 yang sudah kita sepakati untuk terdapat peraturan daerah bahwa pengembalian untuk
biaya umum untuk persalinan kan sekitar
didaerah sleman itu sekitar 700rb dengan ya pelaksanaan Jaminan Persalinan nominalnya tidak
semualah sangat minimal (R.B.S) sama dengan nasional. Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara sebagai berikut:
Hasil wawancara tersebut dapat diketahui bah-
wa tidak adanya konsistensi antara kebijakan pusat Jadi untuk pengambalian kami dapatnya
hanya sedikit kalau nasional kan jasanya
dan kebijakan yang berlaku di dalam daerah ataupun dibayarkan Rp 500.000, tapi karena ada
organisasi profesi. Selain itu, pengembalian pencair- perdanya hanya kembali sedikit. Yang
an dana dari pusat juga menjadi hambatan operasio- kembali hanya Rp 297.000 dan sisanya masuk
nal dalam Jaminan Persalinan. Pencairan dana ka- kedalam kas daerah
dang sampai berbulan-bulan. Kondisi ini mengham- Berdasarkan uraian di atas, maka ringkasan
bat kegiatan bidan praktek swasta yang bekerjasama evaluasi kebijakan jaminan persalinan dari segi in-
dengan Jampersal karena harus menutupi biaya per- put pada lima kabupaten dan kotamadya di Daerah
salinan terlebih dahulu dikarenakan biaya pengem- Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 1.
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 1 Maret 2013 z 143
Ummul Khair: Evaluasi Kebijakan Jaminan Persalinan
Tabel 1. Ringkasan Evaluasi Kebijakan Jaminan Persalinan di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2012
Input Yogyakarta Sleman Bantul Kulon Progo Gunung kidul
a. Sumber a. Tim Verifikator a. RSUD belum a. Tenaga a. Tim verifikator a. Tenaga
Daya yang belum Siap memiliki dokter kesehatan yang belum siap Kesehatan
Manusia obsgyn belum dalam klaim pemberi layanan
b. Tim verifikator memadai jampersal belum
yang mempunyai secara b. Sumber daya mencukupi
persepsi yang kuantitas manusia di PPK kuantitas
berbeda beda b. Pasien yang Lanjutan I b. Pengelola
belum paham (RSUD) belum jampersal dalam
terhadap siap dinas kesehatan
persyaratan belum cukup
penggunaan secara kuantitas
jampersal c. BPS masih
banyak yang
belum
bekerjasama
dalam jampersal
b. Dana a. Biaya tidak a. Tidak seimbang a. Pencairan dana a. Biaya untuk a. Biaya untuk
sebanding dengan pembayaran dari pusat yang nakes belum tenaga
kinerja dengan biaya lama sbanding dengan kesehatan belum
b. Pengembalian dari IBI b. Paketan jasa memadai
uang yang lama b. Pencairan dana jampersal b. Pencairan dana b. Tenaga
dari pusat dari pusat belum termasuk pusat untuk kesehatan
terlambat biaya pengembalian pemerintah
pendukung mempunyai terbentur pada
persalinan waktu yang lama Perda sehingga
(Pembalut dll) pengembalian
c. Pembayaran hanya Rp
jasa belum 297.000
sebanding
c. Sarana a. Kapasitas RSUD a. RSUD Tipe D a. Kapasitas a. Kapasitas RSUD a. Puskesmas
rujukan yang belum memadai RSUD dan penuh untuk rawat inap dan
selalu penuh untuk rujukan Rumah Sakit rujukan Poned belum
(belum memiliki Swasta yang b. Puskesmas memadai
ruang operasi selalu penuh rawat inap belum b. Hanya memiliki 2
dan dokter memadai fasilitas Rumah Skait
obsgyn) dan peralatannya yang melayani
b. Puskesmas jaminan
Poned belum
siap menjadi
rujukan
d. Kebijakan a. Kompensasi di a. Kompensasi di a. Kompensasi di a. Kompensasi di a. Kebijakan
luar kesepakatn luar kesepakatan luar kesepa- luar kesepakatan peraturan daerah
IBI IBI katan IBI IBI berkaitan
nominal
pengembalian
b. Ada beberapa
klaim yang
belum
mempunyai
rekening
sehingga tidak
dapat diklaimkan
Hasil Evaluasi Proses Kebijakan Jaminan sal berbeda dengan jaminan kesehatan lainnya
Persalinan di Daerah Istimewa Yogyakarta sehingga sosialisasi tersebut belum dilaksanakan
Proses kebijakan Jaminan Persalinan (Jamper- secara maksimal. Hasil ini sesuai dengan hasil
sal) berkaitan dengan proses pelaksanaan Jampersal wawancara salah satu staf dinas kesehatan sebagai
di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hambatan dalam berikut:
proses pelaksanaan kebijakan persalinan dimulai dari
Yah, karena masyarakat tuh karakteristiknya
sosialisasi kebijakan persalinan. Sosialisasi program
berbeda beda jadi ketika ada sosialisasi kalau
Jampersal belum dilakukan secara optimal. Hal ini g butuh g didengerin, jadi kami sosialisaisnya
disebabkan karena pelayanan kepersertaan Jamper- ngerasa belum optimal. Selain itu, kami juga
144 z Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 1 Maret 2013
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 1 Maret 2013 z 145
Ummul Khair: Evaluasi Kebijakan Jaminan Persalinan
pelayanannya itu gak akurat. Dulu saya pernah keadaan. Kemudian kita juga harus konfir-
ngirim, tapi kan pas ada yang jaga temen saya, masi kerumah sakit dulu. (R.B.B)
dokter, nah itu saya bisa masukkan dengan
cepat, tapi saya pernah juga disana itu di Sistem rujukannya rumit harus ke RSUD dulu
mrah-marahi, kenapa kayak gini, kok hanya (R.B.S)
ketakutan di bentak itu lho. Pertama kali
masuk atau merujuk itu pasti kepikiran mesti Jadi saya gak pernah telepon dulu, pasien
dibentak-bentak dulu dibagian penerima langsung diantar dari sini. Ya sudah disana
rujukannya. Kayak githu kan gak boleh, langsung dimarah-marahi yaa sudah diterima
otomatis disalahin, harus telepon dululah, saja (R.B.KP).
apalah, tapi kalu kita telepon alasannya sudah
penuh, jadi kita kan gak bisa mengirim . Jadi Saya mencari rumah sakit rujukan yang dekat,
saya gak pernah telepon dulu, pasien nah kita ini kan diperbatasan jadi kadang-
langsung diantar dari sini. Ya sudah disana kadang kami rujuk ke Klaten. Nah ini ini sulit
langsung dimarah-marahi yaa sudah diterima juga karena biasanya beda wilayah (R.P.GK)
saja (R.B.B)
Sistem rujukan untuk daerah yang berada di
Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa perbatasan juga menjadi permasalahan karena ada-
alur untuk merujuk pasien harus mengkonfirmasi nya perbedaan peraturan pada masing-masing Kabu-
terlebih dahulu ketersediaan kamar melalui telepon paten dan Kotamadya bahkan perbedaan provinsi
dan tidak boleh langsung dIbawa ke rumah sakit, yang berbeda, sehingga menjadi hambatan dalam
sehingga hal ini sangat menyulitkan untuk pasien proses merujuk. Pembiayaan untuk tenaga kese-
yang mengalami kegawat daruratan. Badan Pusat hatan menjadi suatu point yang penting untuk me-
Statistik (BPS) dan puskesmas yang barada di ningkatkan kinerja tenaga kesehatan dalam mewu-
bawah naungan Kabupaten atau Kotamdaya yang judkan MDGS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
berada di dekat Rumah Sakit Tipe A jika merujuk pihak pemberi layanan belum merasakan keuntung-
tidak boleh langsung ke Rumah Sakit Sardjito an dari program Jampersal. Hal ini dibuktikan dari
melainkan Ke RSUD terlebih dahulu. Hal ini hasil kutipan wawancara sebagai berikut:
dibuktikan dari kutipan wawancara sebagai berikut:
hehe... yow gak menguntungkan, ya....
Kalau kita merujuk tuh memang mencari yang seharusnya itu bayar kontan,. Sampai gitu to.
rumah sakit rujukan yang dekat cumin kalu Ketentuannya dari sana harus Rp. 500.000,-
lebih dekat ke RSUP Sardjito itu kadang- tok gak boleh narik”,., tur kalau merujuk
kadang g bisa harus ke RSUD atau RS swasta harus menghitung patologis harus infus,O2,
yang bekrja sama dengan jampersal, karena yow transport, itukan berapa gantinya Cuma
RSUP biasanya hanya langsung menerima Rp. 100.000,- tow,., kan yow rugi sini, umpomo
pasien yang gawat. Tapi kan kalu pasien lama e O2 e habis 1 Rp. 50.000,- transportnya sini
ditangani karena nyari rujukan yang sarjito berapa, iyow to,.,., belum itu tar ganti
pasiennya bisa gawat tho pempesnya berapa kadang” kan taunya
jampersal dirujuk gak boleh ditarik” to,.,
padahal sini pakai uang bensin, soper, jadi
Sistem rujukan yang dilaksanakan oleh pemberi
yow... ya..mengamankan, mengenakne
layanan tidak sama. Hal ini dapat dilihat dari bebe- pasien yow gak popo, sudah dari ketentuan
rapa kutipan wawancara di bawah ini: dari pusat to (R.B.S)
Kalau sistem rujukan kita selalu jelaskan ke kalau bisa sesuai dengan tariff IBI, kan g
pasien, Pak ini keadaanya memang sudah sesuai tho, wes utong nyowo trus kan kita
harus dirujuk., jadi bapak mau dirujuk punya bidan banyak jadi biaya operasionalnya
kemana? Jadi kita merujuk itu sesuai dengan kadang-kadang kurang…heheh (R.B.GK)
kehendak pasien, asal tempat itu masih
terjangkau. Artinya keadaanya itu gak jauh. Ringkasan evaluasi proses kebijakan Jampersal
Jadi ada keseimbangan antara tempat dan
di DIY di bawah ini:
146 z Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 1 Maret 2013
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia
Hasil Evaluasi Output Kebijakan Jaminan akan mengurangi kenyamanan dan keselamatan
Persalinan Di Daerah Istimewa Yogyakarta pasien, khususnya pasien yang mengalami penyulit
Output untuk kebijakan Jaminan Persalinan persalinan.
(Jampersal) dilihat dari segi mutu pelayanan yang
telah diberikan pada pelaksanaan Jampersal. Out- Yah..gimana pasiennya tidak menumpuk yah,
pasien normal saja diterima di Rumah Sakit
put mutu pelayanan terdiri dari penerimaan pasien rujukan sehingga kalu kita merujuk sering
rujuk, penumpukan pasien dan pengaduan pasien. penuh (R.P.B)
Penerimaan pasien pada saat merujuk sebagian
besar responden menyatakan bahwa pelayanan Jaminan Persalinan (Jampersal) dalam
masih sangat kurang pada Penyedia Pelayanan penerimaan pasien masih perlu penataan, sehingga
Kesehatan (PPK). Hal ini dibuktikan dari kutipan tidak membuat adanya penumpukan dan penolakan
wawancara sebagai berikut: pasien di rumah sakit rujukan. Pelaksanaan
Jampersal ini juga masih terdapat pengaduan dari
Karena kami hanya mempunya 2 RS yang masyarakat. Hal ini seperti kutipan di bawah ini:
mengelola jaminan kesehatan, jadi pasien
kami tuh kadang-kadang ke Yogyakarta dan
Jadi masyarakat masih mengadu kepada
masih seri diping pong sana sini sehingga
kami kalu masih sering dimintakan tambahan
mutu pelayanan jampersal di PPK lanjutan
padahal tahunya masyarakat itu gratis
belum bagus (R.D.GK)
Rumah sakit rujukan juga menerima pasien Adapun hasil ringkasan hasil evaluasi output
normal sehingga terjadi penumpukan pasien yang kebijakan Jaminan Persalinan adalah sebagai
berikut:
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 1 Maret 2013 z 147
Ummul Khair: Evaluasi Kebijakan Jaminan Persalinan
PEMBAHASAN
Kesiapan Sumber Daya ini memberikan dampak terhadap kuantitas dan
Implementasi kebijakan dipengaruhi oleh bebe- distribusi tenaga kesehatan khususnya daerah ter-
rapa faktor. Ada enam faktor yang mempengaruhi pencil.
implementasi kebijakan yaitu: 1) standar dan sasar- Menurut Weimer dan Vining8 bahwa terdapat
an kebijakan, 2) sumberdaya, 3) komunikasi antar- tiga kelompok variable yang dapat mempengaruhi
organisasi dan penguatan aktivitas, 4) karakteristik keberhasilan impelemntasi program kebijakan yaitu
agen pelaksana, 5) kondisi sosial, ekonomi dan 1) logika suatu kebijakan, 2) sebuah kebijakan harus
politik, dan 6) disposisi implementor5. sesuai dengan tuntutan lingkungan, dan 3) kemam-
Sumber daya merupakan salah satu faktor yang puan pelaksana. Masih kurangnya kompetensi ke-
mempengaruhi kebijakan Jaminan Persalinan (Jam- mampuan bidan sebagai pelaksana atau pemberi
persal) di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil peneli- pelayanan jampersal mempengaruhi pelaksanaan
tian menunjukkan bahwa tenaga kesehatan secara jaminan persalinan di Daerah Istimewa Yogyakarta.
kualitas dan kuantitas belum mampu mendukung Ketersediaan Sumber daya Manusia (SDM) or-
pelaksanaan Jampersal. Tenaga kesehatan dari segi ganisasi sangat penting dalam implementasi kebi-
pemberi layanan dan pengelola belum memiliki jakan desentralisasi dan otonomi daerah. Sumber
kesiapan dalam melaksanan program Jampersal. Daya Manusia (SDM) dimaksud antara lain menca-
Kesiapan sumber daya manusia juga sangat kup karyawan yang harus mempunyai keahlian dan
berpengaruh pada fee ataupun hasil jasa yang diberi- kemampuan melaksanakan tugas, perintah, dan an-
kan. Pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No. juran atasan. Ketepatan dan kelayakan harus ada
2562/Menkes/Per/XII/2011 fee yang diberikan oleh antara jumlah karyawan yang dibutuhkan dan ke-
tenaga kesehatan yaitu sebesar Rp500.000,- tidak ahlian yang dimiliki sesuai dengan bidang tugas
sebanding dengan peraturan daerah ataupu Iikatan yang akan dikerjakan9.
Bidan Indonesia (IBI) yang mengeluarkan iuran untuk Menghadapi permasalahan tersebut pemerintah
persalinan normal sebesar Rp700.000,- sampai melakukan contracting out sehingga rumah sakit
dengan Rp800.000,-. yang menjadi rumah sakit rujukan yang mampu
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang mene- mengatasi permasalahannya. Contracting out adalah
mukan bahwa adanya kebijakan puskesmas gratis suatu mekanisme pembelian yang digunakan untuk
di Kabupaten Kampar yang tidak diimbangi dengan mendapatkan pelayanan tertentu, dengan kuantitas
insentif yang adil kepada petugas menyebabkan petu- dan kualitas tertentu, serta harga yang disepakati
gas memberikan pelayanan tidak prima dan petugas dari suatu penyedia pelayanan tertentu selama pe-
bekerja dengan setengah terpaksa dan melakukan riode waktu tertentu. Berdasarkan jenis pelayanan
protes yang diwujudkan dengan sikap ngomel dan kesehatan yang dikontrakkan, contracting dapat
malas, namun petugas masih taat karena statusnya dibedakan menjadi jenis pelayanan klinis dan
sebagai Pegawai Negeri Sipil6. Hasil penelitian juga nonklinis10.
ditemukan bahwa masih terdapat rumah sakit yang Masih minimnya sarana pelayanan kesehatan
belum memiliki dokter obsgyn tetap sehingga sangat dalam program Jampersal memberikan dampak yang
mempengaruhi pelaksanaan rujukan. Kekurangan tidak baik pada implementasi kebijakan jaminan
dokter dan dokter spesialis merupakan suatu persalinan. Program Jampersal merupakan suatu
tantangan utama dari reformasi tenaga kesehatan7. program yang bagus dalam menurunkan angka ke-
Segi kompetensi bidan yang melayani Jaminan matian ibu dan bayi akan tetapi jika tidak dilengkapi
Persalinan (Jampersal) juga menjadi hambatan dika- dengan ketersesian fasilitas dan sarana pelayanan
renakan terdapat beberapa bidan yang mengajukan kesehatan akan memberikan dampak yang kurang
kerjasama tetapi tidak memenuhi kompetensi. Hal maksimal.
148 z Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 1 Maret 2013
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 1 Maret 2013 z 149
Ummul Khair: Evaluasi Kebijakan Jaminan Persalinan
150 z Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 1 Maret 2013