Anda di halaman 1dari 14

Sri Hastuti P. Pemifu dan Demokrasi Telaah terhadap...

Pemilu dan Demokrasi Telaah terhadap Prasyarat


Normatif Pemilu

Sri Hastuti P

Abstract
Prerequisite of normative democratic election is crucial, it is needed to measure the
content ofdemocracy itseif, but ifthe prerequisite is not accompanied by the strong comr
mitment from the institution and the voters for strengthen the other democratic principles,
the general election is not perfect. In the other hand, the election handled would be
defective.

Pendahuluan

Salah satu prasyarat negara demokrasi politik di negara yang bersangkutan jauh dari
adalah adanya Pemllihan Umum yang kaidah-kaidah demokratis dan Pemilu tetap
dilakukan secara regular guna membentuk dijalankan untuk memenuhi tuntutan normatif
pemerintahan yang demokratis, bukan hanya yaltu sebagai sebuah prasyarat demokrasi.
demokratis dalam pembentukannya tetapl Pada akhirnya tidak dapat dipungkiri bahwa
juga demokratis dalam menjalankan tugas- daiam prakteknya, Pemilu menjadi ajang
tugasnya.' Oleh karenanya, Pemllihan umum kompetisi untuk meraih jabatan-jabatan
menjadi satu ha! rutin bag! sebuah negara pubiik, apakah menjadi anggota legisltaif,
yang mengklaim sebagai sebuah negara syukur bisa meiangkah ke jabatan eiit di
demokrasi, walaupun kadang-kadang praktek eksekutif, apakah dengan menjadi Kepala

^Pemerintahan demokratis, tidak sajapemerintahan yang secaraprosedural dibentuk melalui mekanisme


demokrasi seperti Pemilu, tetaplpemerintahan demokratis sebagaimana dikatakancleh RobertDahl dalam
Mohtar Mas'oed, adalah pemerintahan yang responsif terhadap preverensi-preverensi (kepentingan-
kepentingan) rakyat, atau sebagaimana yangdikemukakan Diamond, Linzdan Upset, sistem pemerintahan
yangmemenuhi tigasyarat:Kempetisi, PartisipasI politik dan Kebebasansipil dan politik. Baca dalam Mohtar
Mas'oed, Negara, /<apffa/c/anDemokras/(Yogyakarta: PustakaPelajar, 1994). him. 9-10. Dalam perpsektif
William NNelson, pemerintahan yang daiam membuat keputusan-keputusan dapatditerima secara moral atau
berdasarkan prinsip-prinsip moral dan prinsip-prinsip moral terisebut oleh Nelson dikatakan: determine the
proper distribution of rightsand duties, benefitsand burdens, among persons. LihatWillian N Nelson, On
Jusf/^/ng Democracy (London: Routledge&Kegan Paul Ltd, 1980), h[m14-16.

135
Daerah, Menteri, bahkan Presiden.^ Pemiiu. Laiu, bagaimanakah seharusnya pemiiu
Umumnya Pemilihan Umum dimaknal beriangsung sebagai cermin masyarakatyang
sebagai realisasi kedaulatan rakyat dan juga demokratis? bagaimana niial-niiai etis yang
dimaknai sebagai sarana untuk memberikan periu diakomodasi daiam penyelenggaraan
dan memperkuat legitimasi rakyat.^ Realisasi pemiiu dan bagaimana persyaratan normatif
dari makna keduanya sangat kental dengan mengenai pemilu dielaborasi daiam realisasi
tarik menarik kepentingan politik bahkan pemiiu di Indonesia?
fenomena Pemilu menjadi keunikan
tersendiri sebab Pemilu bukan saja menjadi
Sistem Poiitik Demokratis, Perspektif
kewajiban penguasa untuk
Conception Thought
menyeienggarakannya, namun, masyarakat
dengan semangat euforia politiknya, merasa Tidak semua negara yang teiah
terpanggii juga,setidaknyamember! perhatian menjalankan Pemiiu bisa disebut sebauh
pada pemilu, bahkan memanfaatkannya negara demokratis. Negarademokratis, secara
sebagai momen yang tepat untuk tidak normatif terikat dengan indikator sistem poiitik
sekedar menggunakan hak piiihnya, tetapi demokratis yang oleh Robert A Dahi meiiputi
juga menangkap peluang bisnis yang hai-hai sebagi berikut:
berkaitan dengan atribut-atribut partai poiitik 1. Control over governmental decision about
peserta pemiiu. Dus, Pemilu ternyata bukan policy is constitutionally vested in elected
sekedar fenomena poiitik, tetapi juga officials
fenomena sosioiogis yang memberi arti besar 2. Elected official are chosen and peacefully
bag! masyarakat. Sebagai fenomena poiitik, removed in relativeiy frequent, fair. Free
Pemilu dapat mencerminkan representasi election in which coercion is quite limited
kesadaran poiitik {political conclousness) 3. Practically alladultshave the rights to vote
masyarakat melalui kompetisi, partlsipasi dan in these elections
penggunaan hak politiknya, dan sebagai 4. Most adults have the rightsto run forpub
fenomena sosial Pemiiu mencerminkan poia lic offices for which candidate run in these
perilaku masyarakat daiam merespon adanya" election

^Daiam wacanademokrasi, haisepertiitu olehHuntington dikatakan sebagai Demokrasi prosedural. Baca


daiamSamuelWHunt'ngton, TheThird Wave: Democratization in TheLastTwentieth Century, Diterjemahkan
oleh Asrii Marjohan, Demokrasi Gelombang Keftga (Jakarta: Grafiti, 1995).
^Pemilu sebagaisarana perwujudan kedaulatan rakyat merupakan saranaart'kulasl kepentingan warga
negara untuk menentukanwakii-wakilnya. Sedangkan sebagai sarana untuk memberikan dan memperkuat
legitimasi poiitik dimaksudkan agar keberadaan, kebijaksanaan danprogram-program yang dibuatnya dapat
diwujudkan dengan lebih mudahdan mempunyai sanksiyang kuat. Baca:Muhammad As Hukam, Pemilihan
Umum dan Legitimasi Poiitik, daiamSyamsudin Haris (ed),Menggugat Pemilu OrdeBaru(Jakarta:Yayasan
Buku Obor, 1998), him. 49-50
*indikator-indlkator tersebut dikemukakan oleh RobertADahi, sebagalmana dikutip oleh Affan Gafar,
Poiitik Indonesia; TransisiMenuju Demokrasi, cetke ii (Jogjakarta: Pustaka Peiajar, 2000), him. 7

136 JURNAL HUKUM. NO. 25 VOL 11 JANUARI2004: 135-148


SriHastuti R Pemilu dan Demokrasi Telaah terhadap...

5. citizen have an effectively enforced rights pemerintah.


to freedom of expression, particularly po Affan Gafar menyebut sebuah political
litical expression, including criticism of the order dapat dikatakan demokratis apabila
officials, the conduct of the government, memenuhi sejumlah prasyarat. Pertama
the prevailing political, economic, and so adanya akuntabilitas dimana pemegang
cialsistem, and dominant ideology jabatan yang dipih oleh rakyat harus dapat
6. Theyalso have aces toalternative sources mempertanggungjawabkan kebijaksanaan
of information that are note monopolized yang hendak dan telah ditempuhnya. Kedua,
by government or any other single group adanya rotasi kekuasan, dimana peluahg
7. Finally theyhave and effectively enforced pergantian kekuasaan harus selalu ada.
right to form and join autonomous asso Ketiga, rekrutmen politik yang terbuka, artinya
ciations, including political parties and in setiap orang yang memenuhi syarat untuk
terest group that attempt to influence the mengisi suatu jabatan politik yang dipilih oleh
govemmentby competing inelections and rakyat, mempunyai peluang yang sama dalam
by other peaceful means melakukan kompetisi untuk mengisi jabatan
Secara umum, Robert A Dahl tersebut. Keempat, adanya pemilihan umum
menggarisbawahi bahwa dalam sistem politik dimana setiap warga negara yang dewasa
yang demokratis, kontrol terhadap pemerintah mempunyai hak untuk memilih dan dipilih
dalam membuat keputusan tidak bisa' secara bebas sesuai dengan; hati nuraninya.
diabaikan, pemerintah harus dlpiiih secara Kelima, menikmati hak-hak dasar, dalam arti
teraturmelalu pemilihan yang adil, terbuka dan bahwa setiap warga masyarakat dapat
ada pembatasan terhadap tindakan yang menikmati hak-hak dasar mereka secara
bersifat pemaksaan, terdapathak memilih dan bebas terutama hak menyatakan pendapat,
hak dipilih bagi warga negara yang teiah hak berkumpul dan berserikat dan hak untuk
memenuhl syarat (dewasa), termasuk pula menikmati pers yang bebas.®
hak warga negara untuk mengekspresikan Pertanggungjawaban pejabat publik
kebebasan poiltiknya, ternasuk mengkritik menjadi sangat signifikan untuk mengontrol
aparat kekuasaan negara, ada akses untuk apakah pejabat tersebut tidak melakukan
memanfaatkan sumber-sumber infornasi abuse of power selama dia menjabat Dalam
alternatif yang tidak dimonopoli oleh demokrasi, pergantian kekuasan sebuah rezim
pemerintah atau kelompok tertentu, lalu pada mutlak diperlukan agar terhindar dari
akhirnya, semua warga negara mempunyai bertahannyarezim yangterlalu lama berkuasa.
hak yang sama untuk membentuk dan Seringkali dalam praktek, pergantian suatu
bergabung ke dalam kelompok-kelompok rezim dimaknai sekedar prosedural,
yang otonom, termasuk bergabung dalam sedangkan penguasa yang dipilih tetap sama.
partai-partai politik dan kelompok-kelompok Rotasi kekuasan yang demikian sebenamya
kepentingan yang bertujuan mempengaruhi bukanrotasi kekuasaan dalamartj sebenamya,

'/b/d. hlm.7-9

137
karena yang. terjadi hanya pergantian masa cial rights.^ Selain itu ada sejumlah nilai atau
saja. Dalam konteks demokratisasi, rotasi prinsip-prinsip poiitik untuk menjalankan
kekuasaan harus dimaknai selain sebagai bersama-sama prinsip demokrasi yakni Po
pergantian masa jabatannya juga para litical stability; Justice; Nationalism; The
pejabatnya, termasuk perubahan sistem jika environtmental Imperative; and Efficiency/
sistem yang berlaku sebelumnya belum Namun demikian, stabilitas poiitik {politicalsta
demokratis. Kemudlan pemilihan umum bility) biasanya baru dapat dicapai ketika
hendaknya tidak sekedar menggelar sejumlah prasyarat sudah terpenuhi.
perhelatan yang bersifat masal untuk Sementara itu. Nilai keadllan akan sangatsulit
membentuk pemerintahan yang demokratis. dicapai jika tidak ada komitmen penguasa dan
Namun pemilihan umum harus digelar secara rakyat untuk sama-sama meralisasikan
partisipatif yakni melibatkan seluas mungkin secara konsisten. Nasionalisme juga sangat
warga negara tanpa ada diskriminasi, ada tergantung pada bagaimana konsolidasi
kompetisi yang sehat, dan dilaksanakan negara (dalam halini penguasa) dan rakyatnya
secara fair dan jurdil. Terakhir, dalam sistem menciptakan semangat membangun negara
poiitik demokratis, hak-hak dasar warga yang berkeadilan. Sumberdaya didlstribuslkan
negara dijamin peiiindungannya. Dalam arti secara proporsionai, partisipasi masyarakat
jika ada pelanggaran terhadapnya, warga dihargai, kritik dijadlkan masukan untuk
negara mempunyai instrumen untuk menuntut. membuat keputusan dan setiap ada konflik
pelaku pelanggaran terhadap hak tersebut. • dihadapl dengan menguamakan pendekatan
Seringkaiijamina periindungan hak-hak dasar persuasif terlebih dahulu. Hal-hal tersebut
itu ada dalam konstitusl maupun peraturan memungklnkan dibangunnya nasionalisme
perundang-undangan lainnya tetapi yang kuat.
masyarakat tidak mengetahui bagaimana Henry W Ehrmann, merujuk praktek
menggunakan prosedurjika ada pelanggaran demokrasi di beberapa negara
hak. menambahkan dua prinsip. Pertama, the bal
Selanjutnya Michael Saward ancing function of the separation power be
mengemukakan bahwademokratisasi sebuah tween government, parliament, and judiciary.
sistem memerlukan beberapa kondisi mini Kedua, free choice of altemative is much im
mal seperti jaminan basic freedom (freedom portant for a substantial participation of the
of speech and expression, freedom of move people.^ Sistem poiitik demokrasi di negara
ment, freedom of association, rights to equal manapun tidak bisa mengabaikan dua prinsip
treatmentunder the law); citizenship and par mendasar tersebut. Pembatasan kekuasaan
ticipation; administratif code; publicity and so diperlukan guna menghindari monopoii

^Michael Saward, "Democratic Theory and Indices OfDemocratization' dalam David Beetham (ed)
Defining and Measuring Democrcy{London: Sage PublicationLtd, 1994), him. 16-17
^/b/d.,hlm.20
®HenryW Ehrmann (ed), DemocracyinChanging Society{USN. Frederick APreager Publishers, 1964),
him. 10-11

138 JURNAL HUKUM. NO. 25 VOL 11 JANUARI2004: 135-148


Sri Hastuti P. Pemilu dan Demokrasi Telaah terhadap...

kekuasaan pada satu tangan dan adanya Kerangka Normatif Pemilu Demokratis
alternatif-alternatif pilihan masyarakat agar
Hampir semua sarjana politik sepakat
masyarakat punya banyak kesempatan untuk
bahwa pemilu merupakan satu kriteria untuk
mengapresiasikan kepentingan-kepentingan
mengukur kadar politik sebuah sistem politik.®
politiknya.
Selain itu, Pemilu merupakan hak rakyat untuk
Dalam sistem politik demokratis, posisi
membentuk pemerintahan yang
masyarakatmenjadi sangat vital. Oleh karena
demokratis.^"Hubungan demokrasi dan
itu, peiaksanaaan sistem politik demokratis
Pemilu dapat dirangkaikan dalam sebuah
harus memberikan kesempatan kepada
kalimat; "Tidak ada demokrasi tanpa Pemilu".
masyarakat untuk:
Tampaknya pemilu menjadi prasyarat mutlak
1. merumuskan kepentlngannya sendiri;
untuk menciptakan demokrasi. Pemilu
2. memberi tahukan kepentingannya kepada
menjadi sebuah jalan bagi terwujudnya
sesama warga negara dan pemerintah
demokrasi. Tetapi mewujudkan pemilu yang
melalui tindakan individual dan kolektif,
demokratis bukanlah pekerjaan mudah sebab
dan;
praktek pemilu pada akhirnya hanya
3. mengusahakan agar kepentingannya itu
digunakan sebagai sebuah perhelatan
dipertimbangkan secara setara dalam
prosedural untuk pergantian kekuasaan atau
proses pembuatan keputusan pemerintah,
untuk membentuk lembaga-Iembaga politik.
tidak didiskrimlnasi berdasarkan asa!
Oleh karena itu, pemilu pada akhirnya
usulnya.
memerlukan standard agar prakteknya tidak
Sebuah sistem politik yang demokratis sekedar dijadikan prosedurformal pergantian
akhirnya menjadi pilihan walaupun kekuasaan atau pembentukan iembaga
memerlukan sejumlah prasyaratdan prasyarat politik, tetapi pemilu menjadi ajang yang
tersebut tidak mudah untuk dipenuhi karena partisipatif, kompetitif, terbuka, jujur dan Adil.
sejumlah faktor seperti tingkat pendidikan Praktek pemilu dibedakan menjadi dua
wargamasyarakat, termasuk pendidikan politik tipe. Periamapemilu sebagai formalltas politik;
masyarakat yang akan berpengaruh terhadap dan kedua pemilu sebagai alat demokrasi.
tumbuhnya budaya politik yang demokratis, Sebagai formalitas politik, pemilu hanya alat
komitmen penyelenggara kekuasaan untuk legalisasi pemerintahan nondemokratis dan
menciptakan sistem poltik yang demokratis, Pemilu dijalankan dengan cara yang tidak
sampai pada faktor adanya peraturan hukum demokratis karena ada rekayasa untuk
yang dapat menjadi instrumen bagi memenangkan partai tertentu yang
pelaksanaan sistem politik demokratis.

®Seperti diungkapkan oleh EepSaifulla Fatah dalam EvaluasiPemilu Orde Baru, Mengapa 1996-1997
teijadipelbagaikervsuhan? (Jakarta-Bandung: Laboratcrium Fisip Ui bekerjasama dengan Mizan, 1997), him.
114. Dengan merujuk pendapatDahl (1985), Carterdan Herz(1982) Mayo (1982) dll, lebih lanjutdikatakan
bahwa kadar demokrasi sebuah pemerintahan dapat diukur antara lain dari ada tidaknya pemilu yang
mengabsahkan pemerintahan.
IDEA, Peniiaian demoratisasi diIndonesia (Swedia: International IDEA,Stocholm, 2000), him. 58.

139
merupakan partai penguasa. Kemudian 3. Tersedia mekanisme rekruitmen politik
pemilu sebagai alat demokrasi dijalankan di bag! calon-calon wakil rakyat yang
atas prinsip jujur, bersih, bebas kompetitifdan demokratis.
adilJ^ Dalam kategori terakhir, jika pemerintah 4. Ada kebebasan bagi pemilih untuk
yang berkuasa dijatuhkan melalui prosedur mendiskusikan dan menentukan pilihan.
pemiiu yang demokratis, maka hal itu diterima 5. Ada komite atau panitia pemllihan yang
sebagai sebuah konsekuensi demokrasi independen.
Kaitan demokrasi dengan pemilu sangat 6. ada keleluasaan bagi setiap kontestan
erat. Namun pengkaitan pemilu dengan untuk berkompetisi secara sehat.
demokrasi hanya mungkin dilakukan jika 7. penghitungan suara yang jujur.
pemilu dilakukan dengan mencerminkan 8. Netralitas birokrasi.
kebebasan politik rakyat dan menghasilkan Persyaratan-persyaratan tersebut
sirkulasi kekuasaanJ^ Ada sejumlah sebenamya cenderung formalistis, sehingga
persyaratan untuk mewujudkan pemilu yang tidak heran jika dalam praktek, persyaratan
demokratis, antara lain yaitu;'^ tersebut hanya sekedar dipenuhi secara
1. Ada pengakuanterhadap hak pilih univer normatif.
sal. Semua warga negara, tanpa Pemilu sebagai sebuah agenda politik,
pengecualian yang bersifat ideologis dan melibatkan rakyat, partai politik dan negara.
politis, diberi hak untuk memilih dan dipilih. Ketiganya tidak dapat dipisahkan dari
dalam pemilu. tanggungjawab mewujudkan Pemilu yang
2. Ada keleluasaan untuk bebas dan adil. Secara Intemasional, kriteria
membentuk"tempat penampungan" bagi pemilu yamg bebas dan adil telah
pluralitas aspirasi masyarakat pemilih. dideklarasikan oleh Dewan Antar Parlemen
Masyarakat memlliki alternatif pilihan sedunia dalam sidangnya yang ke-154 di
saluran aspirasi politik yang leluasa. Paris tahun 1994. Ada beberapa persyaratan
Pembatasan jumlah kontestan Pemilu- yang terdapat dalam deklarasi tersebut,
yang hanya mempertimbangkan alasan sebagaimana diuraikan dibawah ini.^^
yuridis formal dengan menafikkan Pertama, persyaratan mengenai Hak
perkembangan riil aspirasi masyarakat- bersuara dan memilih yang meliputi hak setiap
adaiah sebuah penyelewengan dari orang dewasa untuk;
prinsip ini. 1. memberikan suara dalam Pemilu tanpa

" Ibid.
Sebagaimana dikemukakan oleh Huntington, yang dikutip oleh EepSaifullah Fatah, ibid, hal15
pendapat Roy. C Macrldis dalam Contemprorary Politicai Ideologies: Movements and Regimes,
sebagaimana dikutip oleh Eep, ibid, him. 15-17
Prasyarat-prasyarat tersebutdikutip daribuku Free and FairElection: Internationallawand Practices,
yang ditulis oleh Guy 8. Goodwn-Gill, Inter Parliamentary Union, Geneva, 1994, sebagaimana telah diteijemahkan
olehNurhasan: Pemiiu Jurdil: Pengalaman dan StandartInfemasionai (Jakarta: dlterbitkan oleh PIRAC dan
The asia Foundation, 1999),him. xxil-xxvii

140 JURNAL HUKUM. NO. 25 VOL 11 JANUARI2004: 135-148


SriHastuti R Pemilu dan Demokrasi Telaah terfiadap...

diskriminasi; ketentuan konstitusi dan UU Nasiona! dan


2. memiliki aksesproseduryang efektif, tidak tidak boleh menyimpang dari kewajiban
berpihak dan tidak diskriminatif dalam intemasional Negara itu.
pendaftaran pemilih; 4. Hak setiap orang untuk bergabung
3. tidak boleh dicegah haknya untuk dengan, atau bersama orang lain
memberikan suara atau didlskualifikasi mendirikari sebuah partai atau organisasi
untuk mendaftar sebagai pemilih, kecuali politik untuk bersaing dalam Pemilu
sesuai dengan kriteria objektif yang 5. Hak menyatakan pendapat tanpa campur
ditetapkan UU, dan sesuai dengan tangan pihak lain, hak mencari, menerima
kewajiban Negara berdasarkan UU dan membagi Informasi dan untuk
Intemasional; menentukan pilihan secara benar, hak
4. naik banding ke pihak yang berwenang bergerak di dalam negeri untuk
Jika ditolak haknya untuk memilih atau berkampanye, hak berkampanye atas
untuk mendaftar sebagai pemilih dasar persaman hak dengan partai lain
mempunyal hak dan akses yang sama termasuk partai yang sedang memerintah
pada tempat pemungutan suara untuk 6. Setiap partai politik dalam Pemilu harus
mewujudkan hak pilihnya; mempunyai kesempatan yang sama hak-
5. menentukan bahwahaknyasama dengan hak politiknya dan hak Pemilunya.
oranglain dan mempunyal nilai yangsama 7. Hak-hak tersebut di atas hanya boleh
dengan suara pemilih yang lain; dibatasi sebagai pengecuallan yang
6. memberikan suara secara rahasia adalah sesuai dengan UU dan dipetiukan dalam
mutlak dan tidak boleh dihalangi dengan masyarakat demokratis demi kepentingan
cara apapun. keamanan nasional dan ketertiban umum,
Kedua, prasyarat tentang pencalonan, atau perllndungan kesehatan umum dan
Hak dan Tanggungjawab Partai dalam moral atau perllndungan terhadap hak
kampanye yang meliputi: dan kebebasan orang lain, sejauh hal itu
1. Untuk mempunyai akses ke media sesuai dengan kewajiban negara menurut
terutama media massa, agar dapat UU Intemasional.
mengemukakan pendapat politiknya. 8. Setiap orang atau partai yang hak
2. Hak para calon atas keamanan jiwa dan pencalonannya, hak kepartaian atau
harta bendanya harus diakui dan kampanyenya ditolak atau dibatasi harus
dillndungi. berhak untuk naik banding ke lembaga
3. Hak setiap calon dan partai politik untuk yang berwenang untuk meninjau kembali
mendapat perllndungan hukum dan putusan dan membetulkan kesalahan itu
penanganan atas pelanggaran. Ada hak dengan cepat dan efektif.
bagi setiap orang untuk berperan serta 9. Hak-hak pencalonan, partai politik, dan
dalam pemerintahan dan negaranya dan kampanye membawa tanggungjawab
memiliki kesempatan yang sama untuk terhadap masyarakat. Khususnya tidak
menjadi calon dalam Pemilu sesuai seorang calonpun atau partai politikpun
boleh berbuat kekerasan.

141
10. Setiap kandidat dan partai politik yang tanggungjawab menyediakan tenaga
bersaing' dalam pemilu harus terlatih dan tidak memihak, serta prosedur
menghormati hak-hak dan kebebasan Pemilu yang diberitahukan kepada
pihak lain. masyarakat; menjamin pendaftaran
11. Setiap kandidat dan partai politik yang pemiiih, memperbaharui daftar pemiiih
bersaing daiam pemilu harus menerima dan prosedur pemungutan suara;
hasiisebuah pemilu yang bebas dan adii. mendorong partai-partai, para calon dan
Ketiga, prasyarat yang menjadi hak dan media untuk menjalankan code of con
tanggungjawab Negara, yang meiiputi: duct(kode etik) untuk mengatur kampanye
1. Negara harus mengambii iangkah- Pemilu dan pemungutan suara; menjamin
langkah iegislatif dan tlndakan lain yang integritas kotak suara melalui langkah-
diperlukan sesuai dengan proses langkah tepat untuk mencegah pemberian
konstitusionalnya untuk menjamin hak- suara ganda, atau pemberian suara oieh
hak dan kerangka institusionai untuk mereka yang tidak berhak; menjamin
Pemilu yang periodik, murni, bebas dan Integritas proses penghltungan suara.
adii, sesuai dengan kewajibannya 3. Negara harus menghormati dan menjamin
menurut UU intemaslonal, yang meiiputi: hak asasi setiap orang dan harus tunduk
menyusun sebuah prosedur yang efektif, pada perundang-undangannya.
tidak memihak dan tidak diskriminatif 4. Negara harus mengambii langkah-
untuk pendaftaran pemiiih; menyusun langkah yang perlu agar partai dan para
khteria yang jeias untuk pendaftaran calonnya memperoleh kesempatan yang
pemiiih menurut usia, kewarganegaraan cukup untuk membeberkan platform
dan tempat tinggal, serta menjamin bahwa pemllunya.
ketentuan itu dilaksanakan tanpa 5. Negara harus menjamin prinsip
perbedaan apapun; menunjang pencoblosan secara rahasia, pemiiih
terbentuknya dan t^erfungsinya secara dapat memberikan suaranya dengan
bebas partai-partai politik, sedapat bebas, tanpa rasa takut atau Intimidasi.
mungkin mengatur pembiayaan partai- 6. Negara. harus menjamin pencoblosan
partai politik dan kampanye Pemilu, terhindardari pemalsuan dan hal-hal yang
menjamin pemisahan antara partai tidak sah, penghitungan suara dilakukan
dengan Negara, dan menciptakan kondisi oieh tenaga terlatih, boleh dipantau dan/
untuk persaingan dalam pemiiihan atau diverifikasi secara adii.
Iegislatif atas dasar persamaan derajat. 7. Negara menjamin transparansi dari
2. Mengambii kebijakan dan langkah - seluruh proses Pemilu.
langkah institusionai guna kemajuan 8. Negara menjamin bahwa partai-partai dan
pencapaian dan konsolidasi cita-cita para calon serta para pendukung
demokratis, termasuk pembentukan memperoleh pengamanan bersama,
mekanisme yang netral dalam negara harus mencegah terjadinya
penyelenggaraan Pemilu, yang mencakup: kekekasam dalam pemilu

142 JURNAL HUKUM. NO. 25 VOL 11 JANUARI2004: 135-148


Sri Hastuti R Pemilu dan Demokrasi Telaah ierhadap...

9. Negara menjamin bahwa peiangaran hak Keempat, penempatan calon bersifat otonom/
asasi dan segala pengaduan berkaitan bebas, bottom up. Kelima, penentuan pilihan
dengan proses Pemilu ditangani segera politik masyarakat bersifat bebas otonom.
dalam periode proses pemilu dan secara Keenam, persepsi terhadap warga yang tidak
efektif oleh lembaga independen yang menggunakan hak pilih (golongan putih-
tidak memihak, seperti komisi pemilu atau penulis) bersifat partisipatif konslmktif, tetap
pengadilan dihargai sebagai pilihan politik. Ketujuh,
Selain beberapa poin di atas, negara Komite pemilu bersifat independen,
juga hams memperluas mang publik. Harus representatif, netral. Kedelapan, penghitungan
ada transparansi dan keterbukaan yang lebih suara bersifat transparan, jujur.'^ Kategori-
besar agar warga negara tidak hanya kategori tersebut dapat digunakan untuk
menerima informasi tunggal.^® mengukurpelaksanaan pemilu sesual dengan
Pemilu demokratis juga dapat dilihat dan sistem politiknya.
beberapa kategorl, tergantung dari slstem Konvensi Pemilu di Indonesia, temtama
politiknya. Pemilu dalam slstem politik sejak Orde Baru dilaksanakan secara
demokrasi, harus dilihat dari beberapa berkala.^^ Tetapi hak pilihnya tidak berlaku
kategori;'^ Periama dari kategori keberkalaan, secara universal dikarenakan ada
pemilu dalam sisitem politik demokrasi pengecualian bag! warga negara yang pemah
dilaksanakan secara berkala. Kedua, dari Hak tergabung dalam organisasi politik terlarang.
pilihnya berlaku secara universal, tanpa ada Berarti ada pembatasan secara politis dan
pembatasan. Ketiga, pendaftaran pemilih ideologis terhadap hak pilih. Bampada Pemilu
bersifat bebas, otonom, non birokratis. 2004, pembatasan tersebut dicabut oleh

Baca lebih lanjut dalam Anthony Giddens, The Third Way, yang diterjemahkan oleh Ketut Arya
Mahardika. JalanKetiga, Pembahaman Demokrasi Sosial (Jakarta: Gramedia, 2000), him. 82-83
Sebagaimana dikemukakan oleh Robert P Clark dalam Powerar}d Policy in the Third World, yang
dikutip oleh Eep, Ibid.
" Kedelapan kategori tersebut digunakan untuk membedakan pelaksanaan pemilu padasistem politik
yangotoritarian dan sistem politik yang totalitarian. Pelaksanaan Pemilu pada sistem politik otoritarian bisa
berkala, bisatidak berkala, ada pembatasan politis dan ideologis terhadap hakpilih, pendaftaran pemilihnya
dikendalikan, mobilisasi dan birokratis, penempatan calon terkendali. Top Down, masyarakat tidak bebas
menentukan pilihan politiknya, golongan putih dianggapapatis-destruktif, kadangdiberi sanksl, komite pemilu
underrepresentative, memihak danpenghitungan suaratransparan terbatas danmanipulatif. Padasistem politik
totalitarian, pemilu bisa berkala, bisa tidak. Hak pilih diseleksisecara sentralistisdan terkomando.Pendaftaran
pemilih, terkomando, over borokratis. Penempatan calon dropping yang sentralistis. Pilihan politik rakyat
terkomando. Golongan put'hdianggapsubversi. Komite pemilu sebagai alatkekuasan/agen kekuasaan dan
penghitungan suara bersifattertutup dan manipulatif. Lihat Eep,/b/c/him. 17-18
Secara konstitusional, Pemilu telahmendapatpenguatandengandimasukkannya pasal tentangPemilu
dalamUUD1945 setelah perubahan. Lihat Pasal 22E UUD1945 setelah amandemen.

143
Mahkamah KonstitusiJ^ Pada kategori pemberian ini tidak mengikat, secara moril
pendaftaran pemilih, Pemilu 2004 belum masyarakat terdorong oleh pemberian
sepenuhnya mencerminkan sifat non tersebut. Dengan demiklan, penentuan pilihan
birokratis. Karena pendataan pemilih politik masyarakat memang bebas tetapi
dllakukan dengan pendekatan birokratis, terbatas karena ada mobilisasi. Ciri ini
maka pemilu 2004 ini banyak warga negara sebenarnya lebih pas pada sistem politik
yang tidak terdaftar sebagai pemilih, padahal otoritarian. Mengenai persepsi terhadap
mereka telah memenuhi syarat. Selain itu, golongan putih, pemilu 2004 masih diwamai
karena pendataan hanya berdasarkan data oleh gejala golongan putih. Namun sejauh
formal, misalnya mellhat daftar C 1 (kartu pengalaman Indonesia menyelenggarakan
keluarga) banyak pula warga negara yang pemilu, tidak ada sanksiyang diberikan melalui
mempunyai duakartu pemilih. Biasanya kasus undang-undang pemilunya terhadap warga
terakhir dialami oleh para pendatang. Pada negara yang tidak menggunakan hak pilihnya.
soal penempatan calon, karena Pemilu 2004 Lain halnya dalam sistem politik otoritarian,
menggunakan sistem proporsional terbuka, dimana warga yang tidak menggunakan hak
maka penempatan calon maslh dikendalikan pilihnya diberi sanksi bahkan dalam sistem
oleh partai politik. Dalam hal ini, partai masih politik yang totalitarian, dianggap sebagai
memiliki kewenangan yang besar dalam tindakan subversif.
menempatkan calon legislatifnya meskipun Pemilu Juga mensyaratkan adanyakomite
pemilu 2004 selain memilih gambar partai pemilu yang independen. dan representatif.
politik juga memilih calon leglslatif dari partai Independen disini dimaksudkan baik dalam
yang dipilihnya. Soal pilihan politik masyarakat, hal, keanggotaan, kelembagaan maupun
Pemilu 2004 yang diikuti oleh 24 kontestan dalam hal kinerjanya. Secara keanggotaan,
partai politik, relatif memberi keleluasan KPU harus merupakan orang-orang non par
pilihan politik pada rakyat. Dikatakan relatif tisan yang dapat dijaga independensinya.
karena kebebasan masyarakat untuk memilih Idealnya, anggota KPU bukan merupakan of
sesuai dengan hati nuraninya belum benar- ficial government (PNS) dan syarat tersebut
benar terwujud. Masih ada sejumlah partai sudah diakomodasi dalam UU No. 12 Tahun
politik, berikut caleg-calegnya yang 2003 tentang Pemilu, terutama Pasa! 18huruf
melakukan mobilisasi massa dengan k." Tetapi kenyataannya, ketentuan undang-
memberikan uang maupun barang. Meskipun undang tersebut banyak diabaikan, terbukti

Mahkamah Konstitusi melalui sidangyud/cia/rewewmembatalkan Pasa! 60 hurufg Undang undang No


12Tahun 2003 tentang Pemilu. Dalam Pasal 60 diatur tentang persyaratan untuk dapat dipilih sebagai anggota
OPR. DPP, DPRD Propinsi dan DPRD Kabupaten.Selengkapnya, bunyi Pasa! 60 huruf g tersebut adalah:
bukan bekas anggota organisasi terfarang Partai Komunis Indonesia, termasuk organisasi massanya, atau
bukan orang yang teriibat langsung ataupun taklangsung dalam G.30.SPKI, atau organisasiterfarang lainnya.
oleh Mahkamah Konstitusi. Pasa! tersebutbertentangan dengan kaidah demokrasi yang tidak boleh adadiskrimlnasi,
bertentangan dengan Hak Asasi Manusia, dan yang lebih pentlng lagi, bertentangan dengan UUP 1945.

144 JURNAL HUKUM. NO. 25 VOL 11 JANUARI2004: 135-148


Sri HastutI R Pemilu dan Demokrasi Teiaah terhadap...

baik di KPU pusat maupun KPU Propinsi dan sudah barang tentu tugas paling berat adalah
Kabupaten, anggota KPU masih banyak yang soal penghitungan suara. Soal yang terakhir
menyandang status PNS. Soal tersebut pada ini, pada Pemilu 2004, KPU teiah
awal pembentukan KPU disejumlah daerah menggunakan TekhnologI Informasi (Tl) yang
beberapa waktu lalu sempat menjadi oleh banyak maslh diragukan keampuhannya
perdebatan yang hangat, dan seiring dengan dalam menghitung suara secara akurat. Entry
makin dekatnya pemilu, akhirnya perdebatan data dari tiap TPS melalui pos-pos KPPS
itu pudar dengan sendirinya. memang tampak mudah, tetapi problemnya,
Keberadaan KPU sebagai komite pemilu jika sumber daya manuslanya tidak menguasai
di Indonesia menjadi tumpuan harapan akan berakibat terjadinya keiambanan.
banyak plhak untuk menyelenggarakan pemilu Penggunaan Tl ini juga menlmbuikan kerawanan
yangjujur dan adil. Pada Pemilu 2004dibawah terjadinya manipulasi data. Oleh karena itu,
UU No 12 Tahun 2003 tentang pemilihan penggunaan Tl harus dibarengi adanya katub
anggota DPR, DPD, DPRD Propinsi dan DPRD pengaman untuk mengantislpasi manipulasi
Kabupaten, KPU menerima beban yang data.^^
sangat berat.^' Berkaitan dengan Pemilu, KPU Berdasarkan kategori-kategori diatas.
tidak saja diberi wewenang menyusun Pemilu 2004 memang maslh jauh dari
pentahapan pelaksanaan pemilu, tetapi juga idealnya sebuah Pemilu yang demokratis.
harus menyediakan logistik pemilu bahkan Tetapi sistem yang dibangun dalam Pemilu
berkaitan dengan pelanggaran administrasi, 2004 melalui Undang-Undang No. 12 Tahun
KPU harus menyelesaikan pelanggaran 2004 masih lebih baik daripada Pemiiu-pemilu
administrasi yang dilakukan baik oleh partal sebelumnya.
polltik maupun oleh calon-calon legislatif dan Namun sebenarnya kita tidak boleh

^ Undang-Undang No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilu, Pasal 18 tentang syarat menjadi angota KPU,
pada huruf ksecara tegas menyatakan: tidaksedang mendudukijabatan polltik, jabatan struktural, danjabatan
fungsional dalamjabatannegari.
Dlsebutkan dalam Pasal 25 UU No. 12 Tahun 2003 bahwa tugas dan wewenang KPU meliputi:
merencanakan penyelenggaraan Pemilu; menetapkan organisasi dantatacarasemuatahapan pelaksanan
Pemilu; mengkoordlnasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua tahapan pelaksanan Pemilu;
menetapkan peserta Pemilu; menetapkan daeran pemilihan, jumlah kursi dancalon anggota DPR, DPD, DPR
Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota; menetapkan waktu, tanggal, tata cara pelaksanaan kampanye dan
pemungutan suara; menetapkan hasil Pemilu dan mengumumkan calon terpiiih anggota DPR, DPD, DPR
Provinsi danDPRD Kabupaten/Kota; melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan Pemilu; melaksanakan
tugas dankewenangan lain yang dlatur undang-undang.
^ Sehubungan dengan penghitungan suara oleh KPU melalui Tl, ada sejumlah partal polltik yang
menamakan dirinyaaliansi 19Partal Politik untuk menolak hasil Pemilu. Namun allansi in! justru tidak mendapat
respon positif dari beberapa kalangan, baik dari KPU sendiri maupun kalangan LSM yang terlibat dalam
pemantauan Pemilu 2004, diantaranya CETRO, JPPRdanaliansi wartawan pemantau pemilu. Baca harian
Kompas edisi 12April 2004dan harian Kedaulatan Rakyatedisi 12April 2004

145
terpaku hanya padapenilaian kategorik seperti begitu urgen dan harus menjadl perhatian
di atas. Adaindikator-indikator yang jauh lebih semua plhak, balk penguasa maupun
mendasar dibandingkan dengan kategori- masyarakat umumnya. Hukum dalam
kategori Pemilu sesuai dengan sistem masyarakat demokratis mempakan kebutuhan
politiknya. Indikator tersebut adalah seberapa mendasar, lebih dari sekedar untuk mengatur
besar Pemilu tersebut dlwarnai oleh apa yang harus dilakukan masyarakat. Dalam
peianggaran terhadap electoral law. Selama masyarakat demokratis, hukum juga harus
hukum Pemilu masih banyak dilanggar balk dilihat sebagai pencerminan pemahaman dan
oleh penyelenggara maupun oleh peserta keinginan masyarakat kebanyakan. Relevan
Pemilu, maka Pemilu maslh jauh dari sifat untuk menyimak pemyatan Lindsey (1962):
demokratis. Pemilu 2004 sebenamya masih Indemocratic society at least, laws, ifthey
banyak dlwarnai oleh peianggaran hukum are tobe successful, must rest largelyupon
Pemilu. Banyak peserta Pemilu yang mencuri concent. If laws are to be effectively
start kampanye Pemilu, tidak sedikit calon obeyed, their demands cannot go much
leglslatif dan juga calon DPD yang tIdak jujur beyond what the people are prepared to
dalam memenuhi persyaratan administratif, do. Succesful law-making therefore de
dengan memalsu Ijasah dan memalsu KTP mands an understanding of the ways and
untuk membuktlkan adanya dukungan. the willingness of ordinary people.
Selama masa kampanye, banyak pula caleg Dengan demikian, jika masyarakat Indo
partai poiitik yang menggunakan fasilitas nesia akan dlbawake tatanan masyarakatyang
negara^^ dan pada saat pencoblosan masih demokratis, melalur Pemilu, maka hukum
terdapat money politic. Peianggaran^* Pemilu pemilu menjadl satu hal yang tidak dapat
memang tidak dapat dihindari, tetapi apabila ditawar-tawar lagi untuk ditaati. Sayangnya,
tidak segera ditangani dengan balk, akan sejauh pengalaman Pemilu di Indonesia,
berakibat pada munculnya kesan Pemilu yang penegakan terhadap peianggaran hukum
tidak demokratis. Dengan demikian, dalam Pemilu sepertinya kurang mendapat prioritas
proses Pemilu {electoral process), diperlukan dibandingkan dengan proses pemilunya.
ketaatan terhadap hukum pemilu {electoral Partai-partai poiitik memang kerap menyoroti
law). adanya berbagai kecurangan dalam proses
Secara umum dalam masyarakat Pemilu. Tetapi tiba saatnya kecurangan itu
demokratis, ketaatan pada hukum menjadl ditegakkan, banyak parpol yang surut menuntut

" Selalu panting untuk menjamin bahwa sebuah partai yang berkuasa atau partai dengan akses kepada
dana rakyat, tidak menyalahgunakan posislnya untuk memperoleh bentuk-bentuk bantuan dari negara secara
diam-diam.Kerangka keija untuk pemllihan umum yang adil dan bebas harus menjamin semua partai sama-sama
bisa mengakses media dan fasilitas publlk seperti tempat-tempat pertemuan untuk tujuan rapat poiitik. Uhat IDEA,
op.c'it. him. 58
" A.D. Lindsey, The Modem Democratic State, Issued under the auspices ofthe Royal Institute Of
International Affairs, AGalaxy Book (New York: Oxford University Press, 1962), him. 274-275

146 JURNAL HUKUM. NO. 25 VOL. 11 JANUARI2004: 135-148


Sri Hastuti RPemilu dan Demokrasi Telaah teriiadap...

penanganan kecurangan, sebab kecurangan adalah membutuhkan demokrasi as value,


itu dilakukan, baikoleh eksekutif partainya, oleh sebagai sebuah nilai yang lebih esenslal. Ada
caleg-calegnya maupun oleh kader-kader etika berdemokrasi yang tidak boleh diabaikan
partaimya. dalam prosedur demokrasi seperti nilai
Pelaksanaan Pemilu dalam sistem politik kejujuran, keadilan, kompetisi yang sehat dan
yang demokratis seharusnya tidak sekedar partisipasi yang terbuka. Selain Itu, prasyarat
menjalankan prasyarat demokrasi, tetapi normatif juga menjadi bagian terpenting untuk
Pemilu dlselenggarakan sesuai dengan bisa menciptakan pemilu demokratis.
kaidah-kaidah demokrasi dan mempertiatikan Sepanjang prasyarat normatif ditegakkan,
electoral law yang menjadi bagian tak kemungkinan besar pemilu demokratis akan
terpisahkan dari semua electoral process, dapat diwujudkan pada Pemilu 2004 di Indo
termasuk yang terpenting adalah lawenforce nesia agaknya masih belum sepenuhnya
ment terhadap semua pelanggarannya. memperhatikan aspeknilai dan prasyarat pemilu
Dengan demikian, Pemilu tidak hanya demokratis, terbukti masih ditemukannya
berbingkai demokrasi tetapi juga bersubstansi beberapa perbuatan yang tidak sesui dengan
demokrasi. Prasyarat normatif Pemilu aspek tersebut. Ambil contoh pemalsuan
demokratis memang diperlukan untuk ijasah untuk menjadi caleg, money politik.
mengukur kadar substansi demokrasi dalam kecurangan dalam kampanye, pemungutan
proses demokrasi itu sendiri. Akan tetapi jika suara dan pada penghitungan suara ditingkat
prasyarat tersebut tidak dibarengi dengan tertentu. Dengan demikian, pemilu sebagai
komitmen yang kuat dari institusi sebuah event dalam berdemokrasi telah
penyelenggara pemilu, peserta kompetisi dan menuai sejumlah pengingkaran terhadap
masyarakat pemilih untuk menegakkan sendi- aspek nilai dan prasyaratdemokrasi itu sendiri.
sendi demokrasi yang lalnnya, tampak Pemilu
akan tetap memiliki kecacatan sebagaiPemilu
Daftar Pustaka
yang benar-benar jujur dan adil.
Beetham (ed). Defining and Measuring De
mocracy, London; Sage Publication Ltd,
SImpulan
1994.
Berlangsungnya pemilu akan Ehrmann, Henry W, (edt). Democracy In
mencerminkan kesadaran masyarakatnya. Changing Society USA: Frederick A
Artinya adalah pemilihan umum yang Preager Publishers, 1964.
demokratis akan mencerminkan masyarakat
yang demokratis pula. Atau dengan kata lain, Fatah, Eep Saifullah, dalam Evaluasi Pemilu
kadar demokrasi dalam pemilu dapat OrdeBaru, Mengapa 1996-1997 terjadi
digunakan untuk mellhat kadar demokrasi pelbagai kerusuhan? Jakarta-
sebuah masyarakat bernegara. Oleh karena Bandung; Laboratorium FIsip Ul
itu, dalam penyelenggaraan pemilihan umum, bekerjasama dengan Mizan, 1997.
tidak hanya membutuhkan demokrasi sebagai
sebuah prosedur tetapi yang lebih penting

147'
Gafar. Affan, Politik Indonesia; Transisi Menuju Huntington, Samuel W, "The Third Wave: De
DemokrasI, cet ke li, Jogjakarta; mocratization in The Last Twentieth
Pustaka Pelajar, 2000. Century", Diterjemahkan oleh Asril
Marjohan, DemokrasI Gelombang
Giddens, Anthony, "The Third Way", Ketiga, Jakarta: Grafiti, 1995.
diterjemahkan oleh Ketut Arya
Mahardika, Jalan Ketiga, Pembaharuan IDEA, Penilalan demoratlsasi dl Indonesia,
DemokrasI Sosial, Jakarta: Gramedia, Swedia: international IDEA, Stocholm,
2000. 2000.

Goodwin-Gill, Guy S., "Free and Fair Lindsey, A.D., The Modem Democratic State,
Election:lnternational law and Prac Issued underthe auspices ofthe Royal
tices, Inter Parliamentary Union", Institute Of International Affairs, New
Geneva: 1994, diterjemahkan oleh York: AGalaxy Book, Oxford University
Nurhasan, Pemilu Jurdil: Pengalaman Press, 1962.
dan Standart Internasional, Jakarta: Mas'oed, Mohtar, Negara, Kapital dan
PiRAC dan The Asia Foundation, 1999. DemokrasI, Yogyakarta: Pustaka Peiajar,
Haris, Syamsudin (ed), Menggugat Pemilu 1994.
Orde Baru, Jakarta: Yayasan Buku Obor. Repulik Indonesia, Undang-Undang Dasar
1998. 1945 Setelah Perubahan.

Repulik Indonesia, Undang-Undang Nomor 12


Tahun 2003 tentang Pemilu.

•••

148 JURNAL HUKUM. NO. 25 VOL 11 JANUARI2004: 135-148

Anda mungkin juga menyukai