Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Galung Tropika, 5 (3) Desember 2016, hlmn.

151 - 163 ISSN Online 2407-6279


ISSN Cetak 2302-4178

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD AGRICULTURAL


PRACTICE (GAP) UNTUK PERTANIAN BERKELANJUTAN DI
KECAMATAN TINGGI MONCONG KABUPATEN GOWA

The Implementation of The Principles of Good Agricultural Practice (GAP)


for Sustainable Agricultural in Tinggi Moncong District
of Gowa Regency
Dewi Puspita Sari
Email: dewipuspitasari1985@hotmail.com
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar

Reni Fatmasari Syafruddin


Email: reni_ve@yahoo.com
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar

Muhammad Kadir
Email: muhammadkdr@gmail.com
Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan, Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

ABSTRAK

Pertanian berkelanjutan dengan pendekatan prinsip-prinsip praktik bercocok tanam


yang baik atau dikenal dengan istilah Good Agricultural Practice (GAP) sangat sulit
diterapkan secara komprehensif pada suatu area atau wilayah pertanian. Meskipun upaya
ke arah pendekatan tersebut terus dilakukan. Penelitian yang bertujuan mengetahui tingkat
pemahaman petani tentang prinsip-prinsip GAP dilakukan untuk menggiatkan prinsip
pertanian berkelanjutan. Selain itu untuk mengetahui pengaruh terhadap nilai ekspektasi
manfaat GAP untuk pertanian berkelanjutan pada usaha taninya, serta tingkat
implementasi, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian dilaksanakan di
Kecamatan Tinggi Moncong Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan sebagai sentra produksi
tanaman sayuran, pada petani yang mengusahakan tanaman sayuran. Sampel petani dipilih
secara acak sederhana (simple random sampling) dari desa yang dipilih secara sengaja.
Variabel ekosistem adalah lahan miring dan lahan datar. Data ditabulasi dan dianalisis
sesuai tujuan penelitian menggunakan analisis data kuantitatif. Analisis regresi berganda
dan Independent sampel t-test. Hasil penelitian menunjukkan pemahaman petani
hortikultura di Kecamatan Tinggi Moncong Kabupaten Gowa tentang prinsip-prinsip dan
manfaat penerapan GAP masih sangat kurang. Aspek yang paling dipahami hanya aspek
lingkungan. Pemahaman petani mengenai prinsip-prinsip GAP yang rendah menyebabkan
nilai ekspektasi manfaat penerapan prinsip-prinsip GAP untuk mendukung Pertanian
Berkelanjutan diyakini hanya berpengaruh menghasilkan produk pertanian yang aman
dikonsumsi dan bermutu lebih baik. Sementara aspek berkurangnya serangan Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT), jaminan keselamatan petani, dan kepastian keberlangsungan
usahatani diyakini tidak banyak pengaruhnya. Tingkat penerapan prinsip-prinsip GAP
petani pada usahataninya di dua ekosistem lahan miring maupun lahan datar berbeda tidak
nyata. Adapun Faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap tingkat implementasi
152 Sari, et al.

prinsip-prinsip GAP adalah luas lahan dan nilai ekspektasi terhadap manfaat penerapan
prinsip-prinsip GAP.
Kata kunci: prinsip prinsip GAP, penerapan, pertanian berkelanjutan, usahatani,
ekspektasi.

ABSTRACT

Sustainable agriculture based on Good Agricultural Practice (GAP) principles is


very difficult to apply comprehensively in an agricultural areas, despite the efforts of these
approaches continued. To continue activate the sustainable agriculture principles, the
research aimed to determine the level of farmers’ understanding of the GAP principles and
its influence on the expected value GAP benefits for sustainable agriculture on their farm.
Beside it, to knowed the the level of implementation and the factors that influence it. The
research was conducted in the Tinggi Moncong District of Gowa Regency of South
Sulawesi as a center for the vegetables production. Samples of farmers selected by simple
random sampling from the village who selected by purposive sampling. Data tabulation
and analyzed fit the research purpose using quantitative data analysis, multiple regression
analysis and Independent sample t-test. Research showed that the understanding of the
principles and benefits of GAP implementation by Tinggi Moncong district of Gowa
Regency farmers about the principles and benefits of applying GAP were still very lacking,
where the least well understood aspects just Environmental aspects. The Farmers'
understanding of the GAP principles were lower as cause the expected benefits of the
application of GAP principles to support Sustainable Agriculture. It believed just to affect
safe agricultural products for consumption and better quality agricultural product, while
aspects of reduced pest attack, guarantee the safety of farmers and the certainty of the
continuity of farming are believed to have little effect. The level of implementation of GAP
principles by farmer at his farming on two land ecosystems that sloping and flat land is not
significant. As for the factors that most influence on the level of implementation of the GAP
principles is the land area and the expected value of the benefits of applying the GAP
principles.
Keywords: GAP principles, implementation, sustainable agriculture, farming,
expectation.

PENDAHULUAN Petani saat ini lebih memilih cara praktis


yang mampu memberikan hasil panen
Penggunaan pupuk dan pestisida yang memuaskan secara cepat. Walaupun
kimia anorganik telah dipraktekkan belakangan ini diketahui hasil panen dari
secara luas dan berkesinambungan dalam penggunaan input kimia yang tinggi
kegiatan pertanian demi mencapai dapat membahayakan kesehatan manusia.
ketersediaan pangan yang memadai bagi Penggunaan dalam jangka panjang dapat
seluruh penduduk. Budidaya pertanian menurunkan produktivitas lahan
yang dulu dilakukan secara tradisional pertanian, dan pada akhirnya bermuara
tanpa penggunaan input kimia secara pada pengurangan pendapatan petani.
perlahan hilang berikut kearifan-kearifan Perilaku petani tersebut bukanlah suatu
pengolahan lahan dan keanekaragaman tindakan yang diambil tanpa adanya
hayati yang terkandung di dalamnya. alasan. Pada dasarnya petani melakukan
Penerapan Prinsip-Prinsip Good Agricultural Practice (GAP) untuk Pertanian Berkelanjutan 153
di Kecamatan Tinggi Moncong Kabupaten Gowa

itu karena memiliki pengharapan bahwa mengurangi dampak kegiatan pembangu-


apa yang dilakukannya akan memperoleh nan pertanian yang dapat menimbulkan
manfaat yang berguna bagi dirinya. Hal pencemaran dan penurunan kualitas
ini dapat diukur dengan teori nilai lingkungan hidup, dan 5) menghasilkan
ekspektasi yang mengukur perilaku yang berbagai produk pertanian, baik primer
ditempuh oleh seseorang berdasarkan maupun hasil olahan, yang berkualitas
pengharapan akan utilitas tertinggi yang dan higienis serta berdaya saing tinggi
mampu didapatkannya. Implementasi (Saptana dan Ashari, 2007).
prinsipi-prinsip Good Agricurtural Upaya penerapan kaidah-kaidah
Practice (GAP) sebagai perwujudan keberlanjutan atau dalam tinjauan model
pertanian berkelanjutan (Sustainable yang lain dikatakan sebagai pertanian
Agriculture) yang dilakukan oleh petani konservasi lahan dalam sistem budidaya
tentunya akan berbeda-beda. Ini tanaman pada prinsipnya tergantung dari
tergantung persepsi dan penilaian petani persepsi dan partisipasi petani sebagai
akan manfaat positif atau negatif yang pelaku yang menentukan dalam penge-
diperkirakan akan diperoleh petani bagi lolaan usahataninya. Namun disadari
usahataninya. benar bahwa petani pada umumnya masih
Pertanian berkelanjutan merupa- dalam kondisi serba kekurangan sehingga
kan pengelolaan sumber daya alam serta pemenuhan kebutuhan jangka pendek
perubahan teknologi dan kelembagaan lebih diprioritaskan dibandingkan
sedemikian rupa untuk menjamin persoalan jangka panjang seperti
pemenuhan dan pemuasan kebutuhan penerapan konservasi usahataninya.
manusia secara berkelanjutan bagi Berdasarkan hal tersebut maka petani
generasi sekarang dan mendatang (FAO, perlu mendapat informasi, pembinaan,
2015). Pembangunan pertanian, kehuta- dan bimbingan dari pemerintah melalui
nan, dan perikanan harus mampu program pemberdayaan dan penyuluhan.
mengkonservasi tanah, air, tanaman dan Pendekatan baik dari sisi perubahan sikap
hewan, tidak merusak lingkungan, serta mental maupun perilaku ekonomi rumah
secara teknis tepat guna, secara ekonomi tangga petani perlu dilakukan.
layak, dan secara sosial dapat diterima. Sistem pertanian yang ramah
Pengertian di atas membawa beberapa lingkungan diintegrasikan untuk sistem
implikasi pembangunan berwawasan ekologi yang lebih luas dan terfokus pada
lingkungan, yaitu: (1) menjamin ter- pemeliharaan sumberdaya alam dan
penuhinya secara berkesinambungan keanekaragaman hayati. Selain itu, meng-
kebutuhan dasar nutrisi bagi masyarakat, hindari kegiatan yang menyebabkan
baik untuk generasi masa kini maupun dampak lingkungan negatif dari upaya
yang akan datang, (2) dapat menyediakan pengelolaan lingkungan hidup khususnya
lapangan kerja dan pendapatan yang bagi masyarakat petani. Salah satunya
layak yang memberikan tingkat kesejah- adalah melalui penerapan kembali sistem
teraan dalam kehidupan yang wajar,(3) pertanian ekologis. Ketergantungan
memelihara kapasitas produksi pertanian petani akan keberadaan benih, pupuk
yang berwawasan lingkungan, (4) organik serta pestisida kimia menyebab-
154 Sari, et al.

kan kehidupan petani sebagai produsen maupun kemiringan, oleh karena itu
utama bahan makanan pokok tidak prinsip konservasi dan keberlanjutan
pernah bertambah baik (Untari et al, seharusnya sangat ditanamkan pada
2007; Nuraeni et al, 2013). petani di wilayah ini, krena merupakan
Praktek pertanian berkelanjutan daerah Hulu DAS Jeneberang. Sejak
adalah sistem pertanian yang diterima bertahun-tahun, petani menerapkan
secara sosial menghormati harga diri dan prinsip pertanian yang secara umum
hak individu dan kelompok serta bersifat un-sustainable, penggunaan
memperlakukannya secara adil, mem- sarana produksi dalam proses produksi
buka akses informasi, pasar dan usahataninya sangat bersifat dependen
sumberdaya pertanian terkait lainnya dengan produk anorganik. Ini juga
terutama lahan. Akses yang sama juga terjadi pada tahapan pengolahan lahan
disediakan untuk semua jenis kelamin, dan pengaturan pola tanamnya. Penelitian
lembaga sosial, agama, suku serta tentang penerapan Prinsip-prinsip GAP
keadilan bagi generasi saat ini dan mulai dari penggunaan bahan tanam
generasi mendatang. Distribusi tenaga (varietas, botani), aspek budidaya
kerja kurang lebih terdistribusi dalam termasuk pemilihan lokasi lahan,
tahun ke tahun. Keadilan distribusi pemupukan, pengairan, pemeliharaan,
tenaga kerja diantara anggota keluarga dan pengendalian OPT belum banyak
adalah indikator produktivitas manusia dilakukan guna mencari solusi penerapan
dalam lahan pertanian. Sangat baik jika atau penyelesaian prinsip ini secara baik.
seluruh anggota keluarga produktif. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan
Dalam hal Budaya, sistem pertanian yang untuk: (1) Mengetahui tingkat pemaha-
menganut kesesuaian budaya memper- man petani tentang prinsip-prinsip GAP,
timbangkan nilai budaya termasuk (2) Mengetahui Pengaruh pemahaman/
kepercayaan agama dan tradisi dalam persepsi petani mengenai Prinsip-prinsip
pembangunan sistem, rencana dan GAP terhadap nilai ekspektasi manfaat
program pertanian. Kearifan lokal yang Pertanian Berkelanjutan pada usaha
merupakan unsur kebudayaan tidak dapat taninya, (3) Mengetahui tingkat penera-
dikatakan mendukung pertanian pan prinsip-prinsip GAP petani pada
berkelanjutan jika tidak mengakar dan usahataninya, dan (4) Menganalisis
dipraktekkan dalam kehidupan masya- faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
rakat (Kastono, 2007). Implementasi prinsip-prinsip GAP oleh
Kecamatan Tinggi Moncong petani.
adalah salah satu kecamatan di kabupaten Target yang ingin dicapai
Gowa yang merupakan dataran tinggi penelitian ini adalah sebuah kesimpulan
dengan luas kurang lebih 142,87 km2. hasil penelitian yang akan dipublikasikan
Secara geografis wilayah ini terletak pada untuk memberikan gambaran pemahaman
titik koordinat antara 5 derajat 10 menit dan pengetahuan petani tentang prinsip-
LS – 5 derajat 20 menit LS dan 119 prinsip GAP. Jika pemahaman itu
derajat BT – 20 derajat BT. Pertanian dipahami secara beragam, bagaimana
dilakukan pada daerah ketinggian datar pesepsinya terhadap pengaruh GAP
Penerapan Prinsip-Prinsip Good Agricultural Practice (GAP) untuk Pertanian Berkelanjutan 155
di Kecamatan Tinggi Moncong Kabupaten Gowa

terhadap usaha taninya. Apakah itu Berkelanjutan


menjadi salah satu permasalahan internal a = Intercept
atau eksternal keluarga petani dalam b1..b4 = Koefisien Regresi
X1 = Pemahaman Ekonomis GAP
implementasi atau “Penerapan” prinsip-
X2 = Pemahaman Manfaat Ekologis
prinsip GAP tersebut di lahan atau usaha GAP
taninya. Diharapkan penelitian ini X3 = Pemahaman Manfaat Sosial
memberikan kontribusi pengetahuan dan GAP
informasi penting untuk penelitian- X4 = Pemahaman Kesesuaian GAP
penelitian sejenis yang sangat penting dengan Budaya Petani Lokal
dilakukan. e = Error

Analisis untuk tujuan ke (3) yaitu


METODE
menggunakan Analisis Uji Sample Bebas
Penelitian dilaksanakan di T (Independent Sample t Test). Dan untuk
kecamatan Tinggi Moncong, yang analisa Data tujuan keempat (4),
merupakan hulu DAS Jeneberang menggunakan Regressi Linear Berganda
kabupaten Gowa Sulawesi Selatan dengan variabel Dummy (lahan Miring =
sebagai sentra produksi tanaman sayuran 1, Lahan Datar = 2)
pada Bulan Juni hingga Agustus 2016.
Populasi adalah petani yang Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b4X4 + e
mengusahakan tanaman sayuran, Dengan :
Pemilihan sampel desa/kelurahan dipilih Y = Implementasi Prinsip-prinsip
secara sengaja (purposive sampling), GAP
sampel petani dipilih secara acak a = Intercept
b1..b5 = Koefisien regresi
sederhana (simple random sampling).
X1 = Umur Petani
Dipilih 20 petani untuk masing-masing X2 = Tingkat Pendidikan
jenis lahan, yaitu yang memiliki lahan X3 = Luas Lahan Garapan
miring dan lahan relatif datar. Data yang X4 = Nilai Expektasi
dikumpulkan melalui wawancara dengan X5 = Variabel Ekosistem (Dummy),
menggunakan daftar pertanyaan terinci 1 = Lahan datar,
0 = Lahan Miring
(kuisioner), dan dilakukan observasi
e = Error
langsung ke hamparan lahan milik petani
responden untuk mengamati aspek teknis HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam penerapan usahatani. Analisis data
dilakukan menggunakan analisis statistik A. Aspek Sosial.
deskriptif (1), Lalu untuk analisa data Sebanyak 80 petani Hortukultura
tujuan kedua (2) dilakukan menggunakan di kecamatan Tinggi Moncong
Analisis Resgresi Berganda. Kabupaten Gowa yang mencakup desa
Lembanna, Bulu Tana, dan Kanreapia
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e rata-rata berumur 47 tahun. Rata-rata
Dengan : cukup produktif dengan jumlah umur
Y = Nilai Ekspektasi Petani
produkstif 30-50 tahun cukup tinggi yaitu
Mengenai Manfaat Pertanian
156 Sari, et al.

65 %, namun juga dengan 32,5 % persen implementasinya tidak cukup baik di


berusia diatas 50 tahun yaitu umur petani lapangan. Hal ini disebabkan kurangnya
hampir mendekati umur non-produktif pemahaman yang ditunjang dengan
hingga non produktif. Hal ini cukup kemampuan sustainability secara individu
mempengaruhi penerapan inovasi dan petani. Petani lebih melihat aspek
pemahaman pertanain maju. Kriteria segi keuntungan dan kerugian dalam jangka
pendidikan petani responden terdapat pendek. Terutama petani yang tidak
cukup besar yaitu 67,5 % petani memiliki cukup lahan pertanian yang
mengenyam pendidikan hanya sampai digarap dan cenderung sangat bergantung
Sekolah Dasar. Hal ini tentu juga pada lahan satu-satunya yang dimiliki.
mempengaruhi pemahaman bagaimana
menerapkan prinsip-prinsip pertanian C. Implikasi Pemahaman Berbagai
berkelanjutan secara maksimal, tanpa Aspek GAP terhadap Nilai
Ekspektasi Petani Mengenai
adanya pelatihan-pelatihan atau
Manfaat Penerapan Prinsip-
penyuluhan yang intensif (Tabel 1). prinsip GAP

B. Pemahaman petani Hortikultura Nilai Ekspektasi Petani terhadap


di Kecamatan Tinggi Moncong manfaat penerapan Prinsip-prinsip GAP
terhadap Prinsip-prinsip Good secara keseluruhan cukup beragam.
Agricultural Practise (GAP) Pengaruh pemahaman keempat aspek
Secara umum petani di kecamatan prinsip terhadap nilai ekspektasi
Tinggi Moncong kurang memahami ditunjukkan dari hasil analisa data seperti
aspek manfaat sosial serta bagaimana pada Tabel 2. Nilai R2 = 0,326
pertanian yang menerapkan prinsip- menunjukkan bahwa pengaruh
prinsip pertanian yang baik (GAP) pemahaman terhadap keempat aspek
berkontribusi terhadap status sosial serta tidak banyak mempengaruhi nilai
kaitannya dengan kesesuaian budaya ekspektasi petani mengenai manfaat
Lokal. Hal ini dipahami bahwa secara penerapan GAP pada pola usaha taninya.
turun temurun petani diwarisi pola Hasil analisa data menunjukkan hanya
pertanian yang kebanyakan kurang dipengaruhi sebesar 32,6%, artinya
memahami aspek keberlanjutan secara banyak faktor atau variabel lain yang
parsial. Pola pertanian yang membudaya mempengaruhi ekspektasi petani terhadap
seperti menanam dengan membakar upaya penerapan GAP untuk
lahan, rutin menggunakan pupuk pertaniannya kedepan. Tentu menarik
anorganik, dan secara umum untuk diteliti lebih lanjut karena petani
menggunakan pestisida anorganik untuk tidak terlalu dipengaruhi oleh keuntungan
mengendalikan hama dan penyakit pada ekonomis (non-signifikan), serta manfaat
tanaman hortikultura yang memang sosial dan budaya Lokal. Tabel 2
intesitasnya cukup tinggi. Pemahaman menunjukkan hal yang dianggap penting
yang juga hanya mengacu pada aspek (signifikan) adalah aspek lingkungan
praktis dalam mengatasi masalah. seperti pencemaran air, tanah, erosi dan
Adapun aspek ekonomis dan ekologis kerusakan lahan lainnya akibat pertanian
cukup dipahami petani, meskipun yang tidak ramah lingkungan atau
Penerapan Prinsip-Prinsip Good Agricultural Practice (GAP) untuk Pertanian Berkelanjutan 157
di Kecamatan Tinggi Moncong Kabupaten Gowa

berpindah. man secara keseluruhan.


Keuntungan ekonomis dianggap Rumah tangga petani yang telah
tidak banyak berubah atau mungkin saja memenuhi persyaratan ketahanan pangan
petani menganggap tak ada perubahan ke rumah tangga dan pertanian
arah yang lebih baik dari segi ekonomi berkelanjutan masih mempunyai peluang
dalam penerapan prinsip GAP, demikian mewujudkan usahatani yang lebih lestari.
juga pengaruhnya pada aspek sosial. Usahatani dengan tingkat keberlanjutan
Koentjaraningrat (2000) menjelaskan usahatani yang lebih baik karena sudah
bahwa proses belajar budaya petani menerapkan pertanian berkelanjutan
berada pada proses enkulturasi atau dengan input eksternal rendah. Penurunan
proses pembudayaan, dimana individu penggunaan pupuk anorganik disubstitusi
petani mempelajari secara tak langsung dengan peningkatan penggunaan pupuk
maupun langsung dan menyesuaiakan organik untuk menjaga kualitas
dengan sikap atau budaya kelompok kesuburan lahan dan pada gilirannya
taninya. Pola-pola pertanian akan mempertahankan produksi pangan. Hal
mengikut pada pola yang sudah ini menunjukkan bahwa implementasi
dibudayakan sejak dahulu sehingga prinsip-prinsip pertanian berkelanjutan
cukup sulit jika tidak merubah secara mampu mempertahankan tingkat
parsial kebiasaan kelompok, yang produksi petani (Untari et al, 2007).
tentunya dengan mempengaruhi pemaha- Data juga menunjukkan bahwa
158 Sari, et al.

jika petani diberi pertanyaan tentang layak konsumsi karena tingginya


aspek apa yang akan berubah atau paling serangan hama atau penyakit. Hal ini
berpengaruh terhadap usaha tani dan didukung dengan persepsi hanya 10%
produksi petani jika prinsip pertanian petani menganggap penerapan GAP
yang baik ini diterapkan, maka petani berpengaruh untuk mengurangi serangan
masih belum sepenuhnya percaya OPT. Artinya serangan OPT adalah
terhadap aspek yang akan menimbulkan ancaman terbesar dalam upaya penerapan
pengaruh postif maupun negatif terhadap prinsip GAP secara total. Petani masih
kelangsungan usaha tani mereka (Tabel kurang percaya pada penggunaan input
3). organik dengan merubah total sistem
Kepercayaan bahwa penerapan anorganik secara cepat dianggap justru
prinsip-prinsip GAP akan berpengaruh akan berpengaruh pada tingginya
terhadap produk pertanian yang aman serangan OPT. Hal yang sama berimbas
dikonsumsi cukup tinggi yaitu ada 77,5% pada keyakinan tidak mempengaruhi
dan 92,5% menjamin pengaruhnya pada terjaminnya kepastian usahatani (10%),
mutu produk apabila penerapan GAP dan terjaminnya aspek keselamatan
berhasil. Petani menyatakan hal tersebut petani (10%).
berpengaruh, dimana penerapan GAP
nantinya terutama akan mengurangi D. Perbandingan Implementasi
penggunaan bahan kimia atau polutan Prinsip-prinsip GAP pada Lahan
sehingga produk pertanian yang Datar dan Lahan Miring di
dihasilkan cenderung aman untuk Kecamatan Tinggi Moncong
dikonsumsi dan bermutu. Namun masih Perbandingan dua ekosistem ini
ada juga petani yang menyatakan diteliti atau dikaji berdasarkan asumsi
Penerapan prinsip GAP tidak banyak bahwa tingkat kerusakan lahan secara
mempengaruhi keamanan produksi fisik dengan adanya pengelolaan pada
pertanian karena dikatakan bahwa lahan miring tanpa adanya penerapan
keamanan produk pertanian bukan hanya prinsip Pertanian Ramah lingkungan
pada on-farm tetapi juga off-farm (termasuk prinsip GAP) akan berdampak
(pengangkutan). Selain itu justru dapat lebih berat dibanding lahan datar.
juga menghasilkan produk yang tidak Beberapa prinsip GAP yang wajib
Penerapan Prinsip-Prinsip Good Agricultural Practice (GAP) untuk Pertanian Berkelanjutan 159
di Kecamatan Tinggi Moncong Kabupaten Gowa

dilakukan adalah konservasi lahan dalam petani cabai di Lampung Selatan dan
bentuk terasering, rorak atau kontur. Data Pinthukas (2015) terhadap petani sayuran
penerapan prinsip GAP pada kedua jenis organik di Provinsi Chiang Mai,
lahan dianalisa berdasarkan persentase Thailand, faktor yang menjadi kendala
penerapan konservasi, budidaya dan penerapan pertanian ramah lingkungan
aspek keamanan petani dalam melak- dan organik adalah faktor rendahnya
sanakan pemeliharaan usaha taninya. pemahaman dan bimbingann aplikasi
Hasil penelitian juga memberikan budidaya, faktor sarana produksi organik,
informasi seberapa penting petani mem- serangan hama penyakit tanaman, serta
perhatikan aspek-aspek tersebut dalam faktor hasil budidaya yang dikhawatirkan
praktek pemngelolaan usaha tani. Hasil tidak meningkat.
penelitian pada kedua populasi petani
sampel pada ekositem berbeda mengenai E. Faktor-faktor yang mempengaruhi
persentase implementasi prinsip-prinsip Tingkat Implementasi Prinsip-
prinsip GAP pada jenis Lahan
GAP dianalisis menggunakan uji t-test
yang Berbeda
unequal variance (Tabel 4).
Tabel 4 menunjukkan bahwa t- Beberapa faktor yang sebenarnya
hitung pada taraf 0.05 sebesar 1,5587 ˂ mempengaruhi mengapa tingkat imple-
T-tabel 2,0244 yang berarti bahwa dalam mentasi prinsip dasar GAP pada lahan
taraf implementasi prinsip-prinsip GAP yang berbeda atau secara keseluruhan
meskipun nilai rata-rata persentase faktor yang mempengaruhi disemua jenis
implementasi pada lahan datar dan lahan lahan. Analisis yang digunakan adalah
miring menunjukkan implementasi di analisis Regresi berganda dengan
lahan miring sedikit lebih tinggi variabel Dummy (Lahan miring=1, dan
(82,0833%) dibanding lahan datar lahan Datar=2). Karakter yang
(77,0833%). Namun secara statistik tidak dimasukkan sebagai variabel bebas
berbeda nyata. Hal ini menunjukkan adalah Umur, Tingkat Pendidikan, Luas
perbedaan resiko lahan belum menim- Lahan serta nilai ekspektasi Petani
bulkan kesadaran yang berarti untuk lebih Terhadap GAP. Hasil analisa menun-
meningkatkan implementasi prinsip- jukkan faktor yang signifikan adalah
prinsip GAP guna mengurangi resiko Luas Lahan dan Ekspektasi (Tabel 5).
ekologis maupun kesehatan. Ada banyak Artinya kemungkinan petani beranggapan
faktor yang menjadi sebab di wilayah lahan yang dikelola tidak begitu luas
kecamatan Tinggi Moncong Kabupaten untuk memberi pengaruh terhadap aspek-
Gowa berdasarkan hasil analisa faktor aspek prinsip GAP, serta dipengaruhi
utama diantaranya adalah kurangnya oleh ekspektasinya yang memang sudah
pemahaman pentingnya penerapan, kurang yakin dengan Penerapan Prinsip-
ketakutan akan tingginya serangan OPT, prinsip GAP pada usaha taninya.
serta ketidakyakinan akan adanya Tabel 5 menunjukkan nilai R2
pembeda berupa peningkatan produksi. sebesar 0,292 atau 29,2 % implementasi
Hal yang sama berdasarkan hasil prinsip-prinsip GAP dijelaskan atau
penelitian Astuti et al. (2013) terhadap dipengaruhi oleh faktor-faktor umur,
160 Sari, et al.

pendidikan, luas lahan, ekspektasi dan yang ditimbulkan dianggap kecil maka
jenis lahannya. Sisanya dipengaruhi prinsip-prinsip GAP kurang dihiraukan.
faktor lain. Data ini menunjukkan masih Penerapan juga dipengaruhi nyata oleh
banyak faktor lain yang mempengaruhi ekspektasi petani sendiri artinya ketika
keputusan petani dalam implementasi petani memiliki ekspektasi yang rendah
prinsip-prinsip GAP dalam usaha taninya. maka akan sangat mempengaruhi
Rendahnya pengaruh faktor dapat pula keputusannya untuk menerapkan
diakibatkan pemahaman petani yang pertanian yang ramah lingkungan.
memang kurang terhadap prinsip Faktor yang berpengaruh seperti
pertanian yang baik sejak awal sehingga luas lahan tentu sangat dipengaruhi oleh
tidak tergambar sesuai prinsip yang ada. persepsi dan ekonomi petani, seperti yang
Variabel yang signifikan atau dikemukakan hasil penelitian Thanh dan
berpengaruh nyata adalah luas lahan dan Yapwattanaphun (2015) pada petani di
ekspektasi petani terhadap GAP itu sebuah provinsi di Thailand tentang
sendiri (sig.0,017 dan 0,035). Ini penerapan Pertanian berkelanjutan, hanya
menunjukkan bahwa petani akan merasa ada 35% yang mau mengadopsi prinsip
dapat memberi pengaruh yang nyata pertanian yang baik dan ramah
terhadap aspek-aspek pertanian yang baik lingkungan. Persepsi yang rendah sejak
jika memiliki luas lahan yang cukup. awal, faktor status ekonomi petani,
Sebaliknya, ketika merasa lahannya tak keterampilan, dan pendidikan petani
cukup ekonomis dan dampak ekologis menjadi faktor penyebabnya.
Penerapan Prinsip-Prinsip Good Agricultural Practice (GAP) untuk Pertanian Berkelanjutan 161
di Kecamatan Tinggi Moncong Kabupaten Gowa

Menurut Poerwanto (2013), Good waktunya untuk melakukan kegiatan-


Agricultural Practise adalah penjabaran kegiatan lain di luar usahatani untuk
detail model pertanian berkelanjutan, memperoleh tambahan pendapatan yang
sebagai standar pekerjaan dalam setiap diperlukan bagi pemenuhan kebutuhan
usaha pertanian agar produksi yang keluarganya (Mardikanto, 2005).
dihasilkan memenuhi standar inter-
nasional. Standar ini harus dibuat dalam KESIMPULAN
bentuk manual yang tentu saja secara
terus menerus diperbaiki, yang akan Pemahaman petani hortikultura
diterapkan oleh petani. Manual tersebut tentang prinsip-prinsip dan manfaat
diikuti secara tepat, maka produksi penerapan GAP di kecamatan Tinggi
pertanian akan sesuai dengan standar Moncong Kabupaten Gowa masih sangat
yang telah ditetapkan. Kontrol kualitas kurang, dari aspek GAP yang
dapat dilakukan dengan mengecek proses menyangkut aspek ekonomi, lingkungan
produksi. Setiap penyimpanan kualitas & (ekologis), sosial dan budaya, aspek yang
produktifitas dapat diketahui dari paling dipahami hanya aspek lingkungan.
penyimpangan proses. GAP adalah Pemahaman atau persepsi petani
praktek pertanian yang bertujuan untuk mengenai prinsip-prinsip GAP yang
(a) Memperbaiki kualitas hasil berdasar rendah menyebabkan nilai ekspektasi
pada standar specifik (b) Menjamin manfaat penerapan prinsip-prinsip GAP
penghasilan yang tinggi (c) Menjamin untuk mendukung Pertanian
teknik produksi yang sehat (d) Berkelanjutan pada usaha taninya hanya
Memaksimalkan efisiensi dalam peng- diyakini akan berpengaruh untuk
gunaan sumberdaya alam (e) Mendorong menghasilkan Produk pertanian yang
pertanian berkelanjutan dan (f) Minimasi aman dikonsumsi dan bermutu lebih baik.
resiko pada lingkungan. Aspek berkurangnya serangan OPT,
Bagaiaman Petani mampu jaminan keselamatan petani, dan
menerapkan GAP juga tergantung pada kepastian keberlangsungan usaha tani
karakteristik petani. Karakteristik petani diyakini tidak banyak pengaruhnya.
merupakan sesuatu yang melekat pada Tingkat penerapan prinsip-prinsip
diri petani. Beberapa karakteristik yang GAP petani pada usahataninya pada dua
dimiliki petani antara lain umur, ekosistem lahan miring maupun lahan
pendidikan, dan luas lahan. Umur yang datar berbeda tidak nyata, meskipun rata-
semakin tua biasanya semakin lamban rata beberapa aspek lebih banyak
mengadopsi inovasi. Tingkat pendidikan diterapkan pada ekosistem lahan miring.
petani sangat menentukan tingkat pema- Petani lahan miring umumnya sudah
haman, ketrampilan berkomunikasi serta melakukan konservasi lahan berupa
sikap petani. Luas lahan yang diusahakan terasering. Adapun Faktor-faktor yang
petani umumnya relatif sempit, hal ini paling berpengaruh terhadap tingkat
seringkali menjadi kendala untuk penerapan prinsip-prinsip GAP oleh
menerapkan usahatani yang intensif petani di Kecamatan Tinggi Moncong
karena petani harus mengalokasikan adalah luas lahan dan nilai ekspektasi
162 Sari, et al.

terhadap manfaat penerapan prinsip- Nuraeni, Sugiyanto, Zainal, 2013.


prinsip GAP itu sendiri. Usahatani Konservasi Di Hulu Das
Jeneberang (Studi Kasus Petani
UCAPAN TERIMA KASIH Sayuran Di Hulu Das Jeneberang
Sulawesi Selatan). Jurnal Manusia
Terimakasih kami sampaikan
Dan Lingkungan Volume 20 No 2,
kepada Direktorat Riset dan
Juli 2013. 173-183.
pengembangan (Risbang) Kementerian
Riset teknologi dan Pendidikan Tinggi Poerwanto, R. 2013. Panduan Budidaya
yang telah memberikan bantuan dana yang Baik (Good Agricultural
melalui skema penelitian, sehingga Practice) Pada Komoditas
penelitian dapat terlaksana. Hortikultura. Bahan Ajar. Institut
Pertanian Bogor.
DAFTAR PUSTAKA https://agroland.wordpress.com/goo
d-agricultural-practices/ Diunduh
Astuti, P., R. H Ismono, Dan, S. 10 April 2016.
Situmorang, 2013. Faktor Faktor
Pinthukas, N. 2015. Farmers’ Perception
Penyebab Rendahnya Minat Petani
and Adaptation in Organic
Untuk Menerapkan Budidaya Cabai
Vegetable Production for
Merah Ramah Lingkungan Di
Sustainable Livelihood in Chiang
Kabupaten Lampung Selatan. JIIA
Mai Province. 1st International
Journal 1 (1) : 87-92.
Conference on Asian Highland
FAO, 2015. FAO : Tanah sehat Natural Resources Management,
merupakan landasan produksi AsiaHiLand 2015. Agriculture and
pangan sehat. Agricultural Science Procedia
http://www.fao.org/3/b-i4405o.pdf Journal 5 (2015) 46 – 51.
Diakses 23 April 2016.
Saptana dan Ashari, 2007. Pembangunan
Kastono, D., 2007. Aplikasi Model Pertanian Berkelanjutan Melalui
Rekayasa Lahan Terpadu Guna Kemitraan Usaha. Jurnal Litbang
Meningkatkan Peningkatan Pertanian, 26(4), 2007. 156-166.
Produksi Hortikultura Secara
Thanha,NV., and C. Yapwattanaphun,
Berkelanjutan Di Lahan Pasir
2015. Banana Farmers’ Adoption
Pantai. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian.
of Sustainable Agriculture Practices
Volume 3, Nomor 2, Desember
in the Vietnam Uplands: the Case
2007. 112-123.
of Quang Tri Province. 1st
Koentjaraningrat, 2000. Pengantar ilmu International Conference on Asian
antropologi. Rinneka Cipta, Jakarta. Highland Natural Resources
Mardikanto, T., 2005. Penyuluhan Management, AsiaHiLand 2015.
Pembangunan Pertanian. Sebelas Agriculture and Agricultural
Maret University Press. Surakarta. Science Procedia Journal 5 (2015)
67 – 74.
Penerapan Prinsip-Prinsip Good Agricultural Practice (GAP) untuk Pertanian Berkelanjutan 163
di Kecamatan Tinggi Moncong Kabupaten Gowa

Untari, D.W; Sri Peni Wastutiningsih,


Irham, 2007. Implementasi
Pertanian Berkelanjutan Oleh
Petani Di Kabupaten Kulon Progo.
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian.
Volume 3, Nomor 2, Desember
2007. 144-155.

Anda mungkin juga menyukai