Anda di halaman 1dari 48

Cara Deteksi Dini

Komplikasi Pada Nifas dan


Penanganan

oleh :

Suprapti SST
PERDARAHAN PASCA
PERSALINAN
• Definisi: Perdarahan post
partum adalah perdarahan
melebihi 500 ml yang terjadi
setelah bayi lahir.
• Perdarahan yang lebih dari
normal yang telah
menyebabkan perubahan tanda
vital (ibu mengeluh lemah,
limbung, berkeringat dingin,
menggigil, hiperpnea, tekanan
sistolik < 90 mmHg, nadi >
100/menit, Hb < 8 g%)
Untuk mencapai tujuan umum, akan
memiliki kemampuan untuk:
 Mengidentifikasi tanda dan gejala serta
mendiagnosis perdarahan post partum
 Menatalaksana perdarahan post partum sesuai
prosedur baku
 Melakukan kompresi bimanual uterus
 Melakukan kompresi aorta abdominal
 Melakukan pemeriksaan laserasi jalan lahir/ robekan
serviks
 Melakukan penjahitan robekan serviks
 Melakukan penglepasan plasenta secara manual
MASALAH
 Perdarahan post partum dini yaitu
perdarahan setelah bayi lahir dalam 24 jam
pertama persalinan dan perdarahan post
partum lanjut yaitu perdarahan setelah 24
jam persalinan.
 Perdarahan post partum dapat disebabkan
oleh atonia uteri, robekan jalan lahir, retensio
plasenta, sisa plasenta dan kelainan
pembekuan darah.
PENGELOLAAN UMUM
 PENGELOLAAN SYOK
 Selalu siapkan tindakan gawat darurat
 Tata laksana persalinan kala III secara aktif
 Minta pertolongan pada petugas lain untuk
membantu bila dimungkinkan
 Lakukan penilaian cepat keadaan umum ibu meliputi
kesadaran nadi, tekanan darah, pernafasan dan suhu
 Jika terdapat syok lakukan segera penanganan
 Periksa kandung kemih, bila penuh kosongkan
 Cari penyebab perdarahan dan lakukan pemeriksaan
untuk menentukan penyebab perdarahan
DIAGNOSIS
GEJALA & TANDA TANDA & GEJALA LAIN
KERJA
 Uterus tidak berkontraksi  Syok
dan lembek  Bekukan darah pada
 Perdarahan segera sete- serviks / posisi terlen- Atonia uteri
lah anak lahir tang akan menghambat
aliran darah keluar
 Darah segar yang meng-  Pucat
alir segera setelah bayi  Lemah
lahir  Menggigil Robekan
 Uterus kontraksi dan jalan lahir
keras
 Plasenta lengkap
 Plasenta belum lahir  Tali pusat putus akibat
setelah 30 menit traksi berlebihan
 Perdarahan segera (P3)  Inversio
Retensio
uteri akibat
 Uterus berkontraksi dan tarikan plasenta
keras  Perdarahan lanjutan
TANDA & GEJALA
GEJALA & TANDA DIAGNOSIS KERJA
LAIN
 Plasenta / sebagian  Uterus berkontraksi
selaput (mengan- tetapi tinggi fundus Tertinggalnya
dung pembuluh da- tidak berkurang
rah) tidak lengkap
sebagian plasenta
 Perdarahan segera atau ketuban
(P3)
 Uterus tidak teraba  Neurogenik syok
 Lumen vagina terisi  Pucat dan limbung
masa
 Tampak tali pusat Inversio uteri
(bila plasenta belum
lahir)
 Sub-involusi uterus  Anemia Endometritis atau sisa
 Nyeri tekan perut  Demam fragmen plasenta
bawah dan uterus Late postpartum
 Perdarahan hemorrhage
 Lokhia mukopurulen Perdarahan
dan berbau postpartum sekunder
ATONIA UTERI
 Terjadibila miometrium tidak berkontraksi
 Uterus menjadi lunak dan pembuluh darah
pada daerah bekas perlekatan plasenta
terbuka lebar
 Penyebab tersering perdarahan postpartum
(2/3 dari semua perdarahan postpartum
disebabkan oleh atonia uteri)
Faktor risiko
 Hal-hal yang menyebabkan uterus meregang
lebih dari kondisi normal :
– Polihidramnion
– Kehamilan kembar
– Makrosomia
 Persalinan lama
 Persalinan terlalu cepat
 Persalinan dengan induksi atau akselerasi
oksitosin
 Infeksi intrapartum
 Paritas tinggi
MANAJEMEN AKTIF KALA
III

 Suntikan Oksitosin 10 IU im
 Peregangan Tali Pusat Terkendali
 Masase Uterus
 Suntikan Oksitosin
– Periksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan
tunggal.
– Suntikan Oksitosin 10 IU IM.
 Peregangan Tali Pusat Terkendali
– Klem tali pusat 5-10 cm dari vulva / gulung tali pusat
– Tangan kiri di atas simfisis menahan bagian bawah
uterus, tangan kanan meregang tali pusat 5-10 cm dari
vulva
– Saat uterus kontraksi, tegangkan tali pusat sementara
tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah
dorso-kranial
 Mengeluarkan plasenta
– Jika tali pusat terlihat bertambah panjang dan terasa
adanya pelepasan plasenta, minta ibu meneran sedikit
sementara tangan kanan menarik tali pusat ke arah
bawah kemudian ke atas sesuai dengan kurve jalan
lahir.
– Bila tali pusat bertambah panjang tetapi belum lahir,
dekatkan klem ± 5-10 cm dari vulva.
– Bila plasenta belum lepas setelah langkah diatas
selama 15 menit
• Suntikan ulang 10 IU Oksitosin i.m.
• Periksa kandung kemih, lakukan kateterisasi bila
penuh
• Tunggu 15 menit, bila belum lahir lakukan
tindakan plasenta manual
 Masase Uterus
– Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada
fundus uteri dengan menggosok fundus secara sirkuler
menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga
kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
– Memeriksa kemungkinan adanya perdarahan pasca
persalinan
• Kelengkapan plasenta dan ketuban
• Kontraksi uterus
• Perlukaan jalan lahir
Masase fundus uteri
Segera sesudah plasenta lahir
(maksimal 15 detik)

Uterus kontraksi ? Ya Evaluasi rutin

Tidak

 Evaluasi / bersihkan bekuan


darah / selaput ketuban
 Kompresi Bimanual Interna
(KBI)  maks. 5 menit
 Pertahankan KBI selama 1-2 menit
Uterus kontraksi ? Ya  Keluarkan tangan secara hati-hati
 Lakukan pengawasan kala IV
Tidak

 Ajarkan keluarga melakukan Kompresi


Bimanual Eksterna (KBE)
 Keluarkan tangan (KBI) secara hati-hati
 Suntikan Methyl ergometrin 0,2 mg i.m
 Pasang infus RL + 20 IU Oksitosin, guyur
 Lakukan lagi KBI
Uterus kontraksi ? Ya Pengawasan
kala IV
Tidak

 Rujuk siapkan laparotomi


 Lanjutkan pemberian infus + 20 IU Oksitosin
minimal 500 cc/jam hingga mencapai
tempat rujukan
 Selama perjalanan dapat dilakukan
Kompresi Aorta Abdominalis atau Kompresi
Bimanual Eksternal

Ligasi arteri uterina dan/atau hipogastrika Perdarahan Pertahankan


B-Lynch method berhenti uterus

Perdarahan berlanjut

Histerektomi
KOMPRESI BIMANUAL INTERNAL
PERLUKAAN JALAN LAHIR
 Robekan Perineum
 HematomaVulva
 Robekan dinding vagina
 Robekan serviks
 Ruptura uteri
Robekan perineum
 Tingkat I : robekan hanya pada selaput lendir
vagina dengan atau tanpa mengenai kulit
perineum
 Tingkat II : robekan mengenai selaput lendir
vagina dan otot perinei transversalis, tetapi
tidak mengenai sfingter ani
 Tingkat III : robekan mengenai seluruh
perineum dan otot sfingter ani
 Tingkat IV : robekan sampai mukosa rektum
 Robekan perineum tingkat I
– dengan catgut secara jelujur atau jahitan
angka delapan (figure of eight).
 Robekan perineum tingkat II
– Jika dijumpai pinggir robekan yang tidak rata
atau bergerigi, harus diratakan lebih dahulu.
– Pinggir robekan sebelah kiri dan kanan
dijepit dengan klem, kemudian digunting.
– Otot dijahit dengan catgut, selaput lendir
vagina dengan catgut secara terputus-putus
atau jelujur. Jahitan mukosa vagina dimulai
dari puncak robekan, sampai kulit perineum
dijahit dengan benang catgut secara jelujur.
 Robekan perineum tingkat III
– Dinding depan rektum yang robek dijahit
– kemudian fasia perirektal dan fasial septum
rektovaginal dijahit dengan catgut kromik
– Ujung-ujung otot sfingter ani yang terpisah
akibat robekan dijepit dengan klem,
kemudian dijahit dengan 2 – 3 jahitan catgut
kromik
– Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis
seperti menjahit robekan perineum tingkat II.
 Robekan perineum tingkat IV
– Dianjurkan apabila memungkinkan untuk
melakukan rujukan dengan rencana tindakan
perbaikan di rumah sakit kabupaten/kota.
Hematoma vulva
 Bergantung pada lokasi dan besar hematoma.
 Hematoma kecil cukup dilakukan kompres.
 Hematoma besar dilakukan sayatan di sepanjang
bagian hematoma yang paling terenggang.
 Seluruh bekuan dikeluarkan sampai kantong
hematoma kosong.
 Dicari sumber perdarahan, perdarahan dihentikan
dengan mengikat atau menjahit sumber
perdarahan tersebut.
 Luka sayatan kemudian dijahit.
 Dalam perdarahan difus dapat dipasang drain.
Robekan dinding
vagina
 Robekan dinding vagina harus dijahit.
 Kasus kolporeksis dan fistula
visikovaginal harus dirujuk ke rumah
sakit.
Robekan serviks
RETENSIO PLASENTA

 Plasenta adhesiva
 Plasenta akreta
 Plasenta inkarserata
PENILAIAN KLINIK RETENSIO PLASENTA
SEPARASI / PLASENTA PLASENTA
GEJALA AKRETA PARSIAL INKARSERATA AKRETA

KONSISTENSI
KENYAL KERAS CUKUP
UTERUS
TFU PUSAT 2 JR < PUSAT PUSAT

BENTUK UTERUS DISKOID AGAK GLOBULER DISKOID

SEDIKIT - TIDAK
PERDARAHAN SEDANG-BANYAK SEDANG
ADA
TALI PUSAT TERJULUR TERJULUR # TERJULUR

OSTIUM UTERI SEBAG TERBUKA KONSTRIKSI TERBUKA

SEPARASI MELEKAT
LEPAS SEBAGIAN SUDAH LEPAS
PLASENTA SELURUHNYA
SYOK SERING JARANG JARANG
Plasenta manual
 Dengan narkosis
 Pasang infus NaCl 0,9%
 Tangan kanan
dimasukkan secara
obstetrik kedalam
vagina.
 Tangan kiri menahan
fundus untuk mencegah
kolporeksis.
 Tangan kanan menuju ke
ostium uteri dan terus ke
lokasi plasenta.
 Tangan ke pinggir plasenta dan mencari bagian plasenta yang
sudah lepas
 Dengan sisi ulner, plasenta dilepaskan
SISA PLASENTA

Sisa plasenta dan selaput ketuban yang


masih tertinggal dalam rongga rahim dapat
menimbulkan perdarahan postpartum dini
atau perdarahan pospartum lambat (6 – 10
hari pasca persalinan).
Pengeluaran sisa
plasenta
 Pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan
kuretase.
 Dalam memungkinkan, sisa plasenta dapat
dikeluarkan secara manual.
 Kuretase harus dilakukan di rumah sakit.
 Setelah tindakan pengeluaran, dilanjutkan
dengan pemberian obat uterotonika melalui
suntikan atau per oral.
 Antibiotika dalam dosis pencegahan sebaiknya
diberikan.
Infeksi masa nifas
 Prinsip dasar infeksi melalui traktus genetalis
setelah persalinan disebut infeksi nifas.suhu
38˚C atau lebih terjadi antara hari ke 2-10
post partum dan diukur sedikitnya 4 kali
sehari disebut sebagai morbididas
peurperalis .kenaikan suhu tubuh yang
terjadi didalam masa nifas,dianggap sebagai
masa infeksi nifas jika tidak ditemukan
sebab-sebab ekstragenital.
Beberapa faktor predisposisi
 Kurang gizi
 Anemia
 Higiene
 Kelelahan
 proses persalinan bermasalah
– Partus lama/macet
– Persalinan traumatik
– Kurang baiknya proses pencegahan infeksi
– Manipulasi jang berlebihan
– Dapat berlanjut ke infeksi dalam masa nifas
Masalah

 Infeksi nifas merupakan morbiditas dan


mortalitas bagi ibu pasca bersalin.
Derajat komplikasi bervariasi sangat
tajam, mulai dari mastitis hingga
adanya koagulasi intravaskuler
diseminata.
Penanganan umun
 Antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan dlm proses
persalinan berlanjut menjadi komplikasi masa nifas
Berikan pengobatan yang rasional dan efektif pada infeksi nifas
 Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah
infeksi yang dikenali pd saat kehamilan dan persalinan
 Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis blm terlampaui
 Beri catatan tertulis asuhan mandiri dirumah dan gejala yang
harus diwaspadai dan RS mendapatkan pertolongan segera
 Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi BBL ,dari
yang mengalami infeksi pada saat persalinan
 Berikan hidrasi oral/IV secukupnya
Gejala dan Tanda yang Gejala lain yang Kemungkinan diagnosis
selalu didapat mungkin didapat
Nyeri perut bagian bawah lokhia Perdarahan pervaginam syok Metritis
purulen dan berbau uterus tegang Peningkatan sel dara puti,
dan subinvolusi terutama polimorfornuklear
lekosit
Nyeri perut bagian bawah Dengan antibiotik tidak membaik Abses pelvik
pembesaran perut bagian bawah Pembengkakan pada
Demam yang terus menerus adneksa/kavum douglas

Nyeri perut bagian bawah Perut yang tegang Peritonitis


Bising usus tidak ada Anoreksia/munta
Nyeri payudara dan tegang Payudara mengeras dan Bendungan pada payudara
membesar terjadi kedua
payudara
Terjadi antara 3-4 pp
Nyeri payudara dan Ada inflamasi yang didahului Mastitris
tegang/bengkak bendungan
Kemerahan yang batasnya jelas
pada payudara
Biasanya anya satu payudara
Terjadi antara 3-4 mgg pp
Payudara yang tegang dan padat Pembengkakan dengan ada Abses payudara
kemerahan fluktuasi
Mengalir dara
Nyeri pada luka irisan dan tegang Luka/irisan pada perut dan Selulitis pada luka
perineal yang mengeras (perineal/abdominal)
Keluar pus
Kemera an
Bila terjadi luka yang mengeras Abses/ ematoma pada luka insisi
disertai pengeluaran cairan serous
dari luka, tidak ada eritema dekat
luka insisi

disuria Nyeri dan tegang pada daerah Infeksi pada traktus urinarius
pinggang
Nyeri suprapubik
Uterus tidak mengeras
menggigil
Demam yang tinggi walau Ketegangan pada otot kaki Pelviotromboflebitis
mendapat antibiotik Komplikasi pada paru, ginjal, Femoralis
Menggigil persendian, mata dan
jaringan subkutan
Konsolidasi kerongkongan yang terasa Pneumonia
Batuk penu keluar dahak
Peningkatan frekuensi nafas Kesukaran bernafas
Nyeri dada
Menggigil Pembesaran liver Malaria
Pembesaran limpa Tifoid
Kuning epatitis
Nyeri epigastrium
Metritis
Metritis adalah infeksi setela persalinan. Bila pengobatan terlambat/kurang
adekuat dapat menjadi abses pelvik, peritonitis, syok, trombosis vena,
emboli pulmonal, infeksi pelvik, dispareuniea, penyumbatan tuba dan
infertilitas.

Penanganan
 Beri transfusi bila dibutukan
 Berikan antibiotik dosis tinggi
– Amoksilin 2g IV, kemudian 1g setiap 6 jam ditambah gentamisin 5mg/kg
berat badan dosis tunggal/ ari, metronidazol 500mg IV setiap 8 jam.
Lanjutkan AB ini sampai ibu tidak panas
 Pertimbangan pemberian antitetanus profilaksis
 Dicuragai adanya sisa placenta, lakukan digital/kuret
 Bila tidak ada perbaikan dan ada tanda peritonitislaparatomi dan
keluarkan pus. Bila evaluasi uterus nekrotik dan septik, lakukan
isterektomi
Bendungan payudara
Bendungan payudara adala peningkatan aliran vena dan limpa
pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi

Penanganan
 Bila ibu menyusui bayinya :
– Susukan sesering mungkin
– Kedua payudara disusukan
– Kompres hangat payudara sebelum disusukan
– Bantu memijat payudara
– Sangga payudara
– Bila diperlukan, berikan paracetamol 500mg/oral setiap 4 jam
– Lakukan evaluasi setela 3 hari
 Bila ibu tidak menyusui :
– Kompres dingin pada payudara mengurangi pembengkakan dan
nyeri
– Bila diperlukan berikan paracetamol 500mg/oral setiap 4 jam
– Jangan dipijat/ memakai kompres hangat
Infeksi payudara
 Mastitis
– Berikan kloksasilin 500mg setiap 6 jam selama 10 hari
– Sangga payudara
– Kompres dingin
– Bila diperlukan berikan parasetamol 500mg/oral setiap 4 jam
– Ibu arus didorong menyusui bayinya walau ada pus
– Ikuti perkembangan 3 hari setela pemberian pengobatan

 Abses payudara
– Diperlukan anestasi umum
– Pecakan kantung pus dengan tissue/ jari tangan
– Pasang tampon dan drain
– Tampon dan drain diangkat setela 24 jam
– Berikan kloksasilin 500mg setiap 6 jam selama 10 hari
– Sangga payudara
– Kompres dingin
– Bila diperlukan berikan parasetamol 500mg/oral setiap 4 jam
– Ibu arus didorong menyusui bayinya walau ada pus
– Ikuti perkembangan 3 hari setela pemberian pengobatan
Infeksi luka perineal dan luka
abdominal
Disebabkan ole keadaan yang kurang bersih dan tindakan pencegahan
infeksi yang kurang baik

Penanganan
 Bila didapat pus/cairan pada luka, buka dan lakukan pengeluaran
 Daerah jaitan yang terinfeksi diilangkan dan lakukan debridemen
 Bila infeksi sedikit, tidak perlu antibiotik
 Bila infeksi relatif superfisial, berikan amoxilin 500mg/oral setiap 6 jam
dan metronidazol/oral 3 kali/hari selama 5 hari
 Bila infeksi dalam dan melibatkan otot dan menyebabkan nekrosis,beri
penisilin g 2 juta setiap 4 jam/ amoxilin inj 4x/ari ditambah gentamisin
5mg/kg berat badan per ari IV sekali ditambah metronidazol 500mg IV
setiap 8 jam sampai bebas panas selama 24 jam
 Bila ada jaringan nekrotik arus dibuang, lakukan jaitan sekunder 2-3
minggu setelah infeksi membaik
 Berikan naseat kebersian dan pemakaian pembalut dan sering diganti
Tromboflebitis
Perluasan infeksi nifas yang paling sering ialah perluasan atau
invasi mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah di
sepanjang vena dan cabang-cabangnya sehingga terjadi
tromboflebitis

Klasifikasi

Pelviotromboflebitis mengenai vena-vena dinding uterus dan


ligamentum latum, yaitu vena ovarika, vena uterina dan vena
hipogastrika. Tersering pada vena ovarika dekstra karena
infeksi pada tempat inflantasi placenta terletak di bagian atas
uterus
Gejala :
 Nyeri pada perut bagian bawah atau bagian samping, timbul
hari ke 2-3 masa nifas
 Tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik
– Menggigil berulang kali dengan interval beberapa jam saja
– Suhu badan naik turun (36˚C menjadi 40˚C)
– Penyakit dapat berlangsung selama 1-3 bulan
– Cenderung terbentuk pus dan menjalar kemana mana terutama ke
paru-paru
 Gambaran darah :
– Terdapat leukositosis dan dapat juga segera terjadi leukopenia
– Pengambilan kultur darah
– Periksa dalam tidak ditemukan apa-apa karena yang paling banyak
terkena ialah vena ovarika yang sukar dicapai pada pemeriksaan
dalam

Penanganan
 Rawat inap
penderita tira baring untuk pemantauan gejala mencegah
terjadinya emboli pulmonum
 Terapi medik
pemberian antibiotik, heparin jika terdapat tanda-tanda dugaan
adanya emboli pulmonum
 Terapi operatif
pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika emboli
septik terus berlangsung sampai mencapai paru paru
Tromboflebitis femoralis
Tromoflebitis femoralis mengenai vena-vena pada tungkai.

Penilaian klinik

 Keadaan umum tetap baik, suhu subfebris selama 7-10 hari, mendadak
suhu naik pada hari 10-20 disertai menggigil dan nyeri
 Kaki keadaan fleksi dan rotasi sukar bergerak lebih panas dibanding
kaki lainnya
 Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha
 Kaki menjadi bengkak, tegang, putih, nyeri dan dingin, pulsasi menurun
 Edema kadang-kadang terjadi sebelum dan setelah nyeri, lebih sering
dimulai dari jari-jari kaki, pergelangan kaki kemudian meluas dari bawah
ke atas
 Nyeri pada betis yang dapat terjadi spontan atau dengan memijit betis
atau dengan merengangkan tendo akhiles ( tanda homan)

Penanganan

 Kaki ditinggikan untuk mengurangi edema, lakukan kompres pada kaki.


Setelah mobilisasi kaki, hendaknya tetap dibalut elastik/memakai kaos
kaki panjang yang elastik selama mungkin
 Terapi medik, pemberian antibiotika dan analgetika
Sakit kepala, nyeri epigastrik, penglihatan kabur
Masalah
 Wanita hamil atau baru melahirkan mengeluh nyeri kepala dan penglihatan
kabur
 Wanita hamil/baru melahirkan menderita kejang/tidak sadar/koma

Penanganan umum
 Segera rawat
 Lakukan penilaian klinik terhadap keadaan umum sambil mencari riwayat
penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien atau keluarga
 Jika pasien tidak nafas :
– Bebaskan jalan nafas
– Beri O2 dengan masker
– Intubasi jika perlu
 Jika pasien tidak sadar :
– Bebaskan jalan nafas
– Baringkan pada satu sisi
– Ukur suhu
– Periksa apakah ada kaku tengkuk
 Jika pasien syoklihat penanganan syok
 Jika ada perdarahanlihat penanganan perdarahan
 Jika kejang:
– Baringkan pada satu sisi
– Bebaskan jalan nafas
– Pasang spatel lidah untuk menghindari tergigitnya lidah
– Fiksasi, untuk menghindari jatuhnya pasien dari tempat tidur
Penanganan perawatan postpartum

 Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum


atau kejang berakhir
 Teruskan terapi anti hipertensi jika tekanan diastolik
masih > 110 mmHg
 Pantau urin

Antikonvulsan
Magnesium sulfat merupakan obat pilihan untuk
mencegah dan mengatasi kejang pada preeklampsia
dan eklampsia.
Cara pemberian :

 Dosis awal
– MgSO4 4g IV sebagai larutan 20% selama 5 menit
– Diikuti dengan MgSO4 (50%) 5g IM dgn 1 ml lignokain 2%
– Pasien akan merasa agak panas sewaktu pemberian MgSO4
 Dosis pemeliharaan
– MgSO4(50%) 5g+ lignokain 2% 1 ml setiap 4 jam
– Lanjutkan sampai 24 jam pascapersalinan atau kejang terakhir
 Sebelum pemberian MgSO4, jika :
– Frekuensi pernafasan minimal 16/menit
– Refleks patella positip
– Urin >30ml/jam
 Siapkan antidotum :
– Jika terjadi henti nafas:
• Bantu dengan ventilator
• Beri kalsium glukonat 2g IV perlahan-lahan sampai pernafasan mulai
lagi

Alternatif lain adalah pemberian diazepam


Cara pemberian diazepam pada preeklampsia dan
eklampsia

Pemberian intravena
 Dosis awal
– Diazepam 10mg IV pelan pelan selama 2 menit
– Jika kejang berulang, ulangi dosis awal
 Dosis pemeliharaan
– Diazepam 40mg dalam 500ml larutan RL per infus
– Depresi pernafasan ibu mungkin akan terjadi jika dosis >
30mg/jam
– Jangan berikan >100mg/24jam
Pemberian melalui rektum
 Jika pemberian IV tidak mungkin, diazepam bisa
diberikan per rektal, dengan dosis awal 20mg dalam
spuit 10ml
 Jika masih terjadi kejang, berikan tambahan
10mg/jam
 Dapat pula diberikan melalui kateter urin yang
dimasukkan kedalam rektum
 Obat pilihan adalah hidralazin, yang diberikan
5mg IV pelan pelan selama 5menit sampai
tekanan darah turun
 Jika perlu, pemberian hidralazin dapat
diulang setiap jam, atau 12,5 mg IM setiap 2
jam
 Jika hidralazin tidak tersedia, dapat diberikan:
– Nifedipine 5 mg sublingual. Jika respon tidak baik
setelah 10 menit, beri tambahan 5mg sublingual
– Labetolol 10mg IV, yang jika respon tidak baik
setelah 10 menit, diberikan lagi labetolol 20mg IV
 Perubahan pada tractus urinarius
dinding blaas  oedema  hiperanemia
kadang-kadang  obstrucsi uretra  retensi
urine  pulih kembali
Penanganan :
Bila susah BAK berikan,metyl cobal 2 kali
500mg,non flamin 3 kali 500mg,neurobion 1
kali 5000mg
TERIMA KASIH
ATAS PERHATIAN ANDA

Anda mungkin juga menyukai