Studi Kasus JUN
Studi Kasus JUN
RUMAH SAKIT
di
Disusun oleh:
Jun Kristiani Waruwu, S.Farm.
21.24.167
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
untuk usia 60 tahun pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit
pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak
(menyebabkan) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang
sebesar 22% pada kelompok usia ≥18 tahun pada tahun 2014 dan terus meningkat,
penyakit ginjal. Hipertensi juga menjadi faktor risiko ketiga terbesar penyebab
kematian dini. The Third National Health and Nutrition Examination Survey
kelompok umur ≥18 tahun sebesar 25,8%. Prevalensi hipertensi pada setiap
propinsi di Indonesia pada kelompok umur ≥18 tahun tergolong cukup tinggi.
Belitung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Jawa Barat pada tahun 2013
rata rata diatas 29,4%. Sedangkan prevalensi hipertensi pada kelompok umur ≥18
tahun di Jawa Tengah pada tahun 2013 sebesar 26,4%. Jika saat ini penduduk
Bangka Belitung (30,9%) atau secara absolut sebanyak 30,9% x 1.380.762 jiwa =
sekitar 80,0% pada tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000,
diperkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan
pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini.
cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak
yang memiliki bakat hipertensi esensial harus hati-hati karena tekanan darahnya
atau akibat stress emosional mendadak. Data Riskesdas 2013 setiap propinsi di
Hipertensi.
pasien.
1.3 Manfaat
Hipertensi adalah peningkatan tekakan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat. Tekanan sistolik
menunjukkan fase darah yang dipompa oleh jantung dan tekanan diastolik
Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu keadaan dimana
oleh angka sistolik (bagian atas) dan diastolik (angka bawah) pada pemeriksaan
tensi darah dengan menggunakan alat ukur tekanan darah. Hipertensi juga berarti
renin akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru,
dalam darah, maka angiotensin II mempunyai dua pengaruh utama yang dapat
meningkatkan tekanan arteri. Pengaruh utama, yaitu vasokontsriksi, timbul degan
cepat. Vasokonstriksi terjadi terutama pada arteriol dan sedikit lemah pada vena.
bekerja pada ginjal untuk menurunkan ekskresi garam dan air (Alfa Sylvestris,
2014).
bahan vasokonstriktor yang paling kuat dari tubuh. Bahan ini dibentuk di
adrenal, adalah suatu regulator penting bagi reabsorbsi natrium (Na+ ) dan sekresi
kalium (K+ ) oleh tubulus ginjal. Tempat kerja utama aldosteron adalah pada
2014).
(hipertensi renal).
a. Hipertensi Esensial
b. Hipertensi Sekunder
adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2% penyebabnya adalah kelainan hormon
penglihatan kabur karena kerusakan retina, nyeri pada kepala, mual muntah akibat
menjadi dua yaitu faktor yang dapat di kontrol dan faktor yang tidak dapat di
kontrol.
1. Umur
dan terjadi kekakuan dan perapuhan pembuluh darah sehingga aliran darah
terutama ke otak menjadi terganggu, seiring dengan bertambahnya usia dapat
2. Jenis Kelamin
beresiko menderita hipertensi dibandingkan wanita dengan risiko sebesar 2,29 kali
untuk meningkatkan tekanan darah sistolik. Pria diduga memiliki gaya hidup yang
meningkat. Bahkan setelah usia 65 tahun, hal ini terjadi diakibatkan oleh faktor
menunjukkan bahwa pria lebih berisiko menderita hipertensi dengan nilai OR=
1,4 hal ini berarti laki-laki lebih berisiko terkena hipertensi 1,4 kali dibandingkan
3. Keturunan
terhadap sodium.
2.5.2 Faktor yang Dapat Dikontrol
1. Obesitas
Berat badan dan Indeks Masa Tubuh (IMT) berkolerasi langsung dengan
penyebab hipertensi namun prevalensi hipertensi pada orang dengan obesitas jauh
lebih besar, risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang gemuk 5 kali
(Widyaningtyas, 2009).
regresi logistik diperoleh nilai OR=1.664. Hal ini berarti laki-laki dewasa yang
kali untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan laki-laki dewasa yang tidak
mengatur gula darah. Insulin dapat menyebabkan penebalan pembuluh darah dan
rasio lingkar pinggang terhadap pinggul yang lebih tinggi sering dikaitkan dengan
pada Tahun 2012 dengan 75 responden didapatkan hasil bahwa ada hubungan
yang bermakna antara IMT dengan hipertensi (p<0,05) dengan nilai OR 51.1 hal
ini berarti orang yang mengalami obesitas 51.1 kali lebih berisiko terkena
2. Diabetes Melitus
Diabetes Militus (DM) adalah suatu penyakit dimana kadar gula darah
istilah penyakit kencing manis yang merupakan salah satu penyakit yang
memiliki kadar gula darah puasa >126 mg/dL dan pada tes sewaktu >200 mg/dL
(Pudiastuti, 2011).
3. Konsumsi Alkohol
aman dan lebih bersih dari air bahkan alkohol juga digunakan sebagai pengobatan
medis. Namun menjelang akhir abad kesembilan belas alkohol dipandang sebagai
Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun,
diduga pengikatan kadar kortisol, dan peningkatan volume sel darah merah serta
efek terhadap tekanan darah baru nampak apabila mengonsumsi alkohol sekitar 2
3 gelas ukuran stadar setiap harinya. Di negara barat seperti Amerika, konsumsi
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap
melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel
pembuluh darah arteri, dan mengakibatkan tekanan darah tinggi. Merokok juga
untuk disuplai ke otot-otot jantung. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi
semakin meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri (Depkes RI,
2006).
laki-laki umur 40 tahun keatas, berdasarkan analisis chi square diperoleh nilai OR
2,925. Hal ini berarti laki-laki umur 40 tahun ketas sebagai perokok berat
dengan perokok ringan/ tidak merokok untuk menderita hipertensi. Secara teoritis
beberapa zat kimia dalam rokok bersifat kumulatif, suatu saat dosisi racun akan
mencapai titik toksin sehingga mulai kelihatan gejala yang ditimbulkan, maka hal
ini bagi perokok berat akan merasakan dampak lebih cepat dibandingkan perokok
5. Aktivitas Fisik
Kabupaten Badung terhadap 100 orang wanita usia lanjut didapatkan hasil pada
wanita lansia yang aktivitas fisiknya tidak aktif sebagian besar menderita
hipertensi dengan derajat ringan (51,4%) dengan nilai OR= 2,912. Artinya wanita
usia lanjut yang memiliki aktivitas fisik tidak aktif memiliki risiko 2,912 kali
untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan wanita usia lanjut yang aktif
6. Konsumsi Garam
cairan di luar sel agar tidak keluar, sehingga akan menyebabkan peningkatan
volume dan tekanan darah. Pada sekitar 60% kasus hipertensi (esensial) terjadi
darah rata-rata rendah, sedangkan pada mayarakat asupan garam sekitar 7- 8 gram
Menular, 2006).
Badung terhadap 100 orang wanita usia lanjut didapatkan hasil pada wanita lansia
derajat berat, yaitu sebanyak 84,2% dengan nilai OR 5.467. Artinya wanita usia
lanjut yang konsumsi garamnya tinggi 5.467 kali lebih berisiko menderita
hipertensi derajat berat dibandingkan dengan wanita lanjut usia yang konsumsi
pengukuran TDS dan TDD di klinik, pasien digolongkan menjadi sesuai dengan
tabel 1 berikut:
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Klinik
adalah faktor risiko utama untuk penyait serebrovasuler (stroke, trasient ischemic
attack), penyakit arteri koroner (infark miokard, angina), gagal ginjal, dan atrial
ibrilasi. Tekanan darah tinggi dalam waktu lama akan merusak endothel arteri dan
organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah.
a. Otak
terputusnya pembuluh darah pada otak. Tekanan darah yang tinggi secara
b. Jantung
sebagai akibat dari hipertensi, jantung makin sulit memompa darah secara efisien
ke seluruh tubuh. Beban kerja yang meningkat ini akhirnya merusak jantung dan
Kondisi ini berakibat bagi otot jantung yang bergantung pada arteri koronaria
c. Ginjal
Hipertensi yang tidak terkontrol juga berdampak pada ginjal, yang dapat
memperlemah dan mempersempit pembuluh darah yang menyuplai ginjal. Hal ini
d. Mata
Pembuluh darah pada mata juga bisa terkena dampaknya yaitu terjadi
penebalan, penyempitan atau sobeknya pembuluh darah pada mata. Kondisi ini
tekanan darah harus diturunkan serendah mungkin yang tidak menggangu fungsi
ginjal, otak, jantung, maupun kualitas hidup. Dalam pengobatan hipertensi ada
farmakologik.
menurunkan berat badan, membatasi asupan kalori dengan latihan fisik yang
teratur.
b. Berhenti merokok
c. Menghindari alkohol
Kurangi asupan garam hingga kurang dari 100 mmol perhari atau kurang
dari 2,3 gram nitrat. Penderita hipertensi juga dianjurkan untuk menjaga asupan
jantung atau masalah kesehatan lainnya yang memerlukan pemeriksaan yang lebih
lengkap misalnya dengan exercise test dan bila perlu mengikuti program
1. Diuretika
cairan tubuh (natrium) melalui urin sehingga dapat mengurangi volume cairan
dalam tubuh, dengan turunnya kadar natrium maka tekanan darah juga akan turun.
Tetapi karena kemungkinan potassium juga akan terbuang dalam cairan urin,
2. ACE Inhibitor
berkurangnya aldosteron akan menyebabkan ekskresi air dan natrium serta retensi
kalium. Contoh obat golongan ACE Inhibitor adalah captropil, ramipril, imidapril,
enalapril, lisinopril.
volume plasma), menurunkan hipertrofi vaskular. ARB memiliki efek yang mirip
metabolisme bradikinin sehingga ARB tidak memiliki efek samping batuk kering
dan angioedema seperti yang terjadi dengan ACE Inhibitor. Contoh obat golongan
sehingga menghambat kalsium masuk kedalam sel. Kalsium merupakan zat yang
apabila terjadi peningkatan kalsium intra sel. Jika tidak ada kalsium, maka sel
kontraktil seperti miokard dan sel otot polos pembuluh darah tidak dapat
5. -Blocker
golongan ini bekerja dengan cara menurunkan frekuensi denyut jantung dan
IDENTITAS PASIEN
Nama Ny. H
Tanggal Lahir 15 Juni 1973
Umur 48 Tahun
Jenis Kelamin Perempuan
Status Sudah Menikah
Agama Islam
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga
Alamat No. 5 GG Sandimin, Deli tua Barat
Kabupaten Deli Serdang
Berat Badan -
Tinggi Badan -
Ruangan 12 IVI
Tanggal Masuk 11 Oktober 2022
Pukul 21.25 WIB
pada tanggal 11 Oktober 2022 dengan kondisi lemas, sakit kepala, pusing,
penglihatan kabur.
No Data Hasil 11 12 13 14 15 16 17
Pemeriksaan Ruju Satuan Okt Okt Okt Okt Okt Okt Okt
Fisik kan 2022 2022 2022 2022 2022 2022 2022
1 Tekanan 120/ mmHg 180/ 140/ 130/ 130/ 130/ 120/ 120/
Darah 80 90 80 80 70 90 80 80
0
2 Temperatur 37 C 36,7 38 37,5 36,5 36,9 36,6 36
3 Pernapasan 20 Kali/ 23 21 21 21 21 22 21
(RR) Menit
4 Nadi (HR) 60-8 Kali/ 121 81 80 82 80 82 80
0 Menit
dengan pasien dan keluarga pasien tidak mempunyai riwayat penyakit terdahulu.
3.1.5 Diagnosa
SOAP FARMASI
4.1 Pembahasan
Pasien masuk Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua melalui IGD pada
tanggal 11 Oktober 2022 pukul 21.25 WIB. Kemudian di periksa oleh dokter,
dengan keluhan utama lemas, pusing, sakit kepala dan mual. Hal ini di alami sejak
3 hari terakhir, Diagnosa awal pasien adalah Hipertensi stage 3. Kemudian pasien
jam, Injeksi Ceftriaxon 1g/12 jam, Amlodipin 3x10 mg dan injeksi Ketorolak 1
amlodipin agar dikombinasi dengan obat hipertensi golongan lain seperti HCT,
21X/mnt, T: 38 ˚C, KGD :187 mg/dl. Dengan hasil tersebut dokter memberikan
jam, injeksi ondansetron 1 ampul/8 jam, Candesartan 3x8 mg, Parasetamol 3x500
Pada tanggal 13 Oktober 2022 Pasien mengeluh lemas, sakit kepala, mual,
pada pasien dengan hasil TD: 130/80 mmHg, HR:80X/mnt, RR: 21X/mnt, T: 37.5
˚C. Dengan hasil tersebut dokter memberikan terapi obat Infus RL 20 tetes/menit,
Injeksi Ranitidin 1 ampul/12 jam, Injeksi Ceftriaxone 1g/12 jam, Amlodipin 3x10
mual. Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan KGD pada pasien,
36,50C, KGD : 194 mg/dl. Dengan hasil tersebut dokter memberikan terapi obat
1g/12 jam, Amlodipin 3x10 mg dan injeksi Ketorolak 1 ampul/12 jam, injeksi
Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik pada pasien, TD: 130/90 mmHg, RR: 21
jam, injeksi ondansetron 1 ampul/8 jam, Candesartan 3x8 mg, Parasetamol 3x500
agar pemberian injeksi ketorolak dapat dihentikan, disarankan agar pasien banyak
istirahat.
Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan KGD pada pasien TD:
ampul/12 jam, Injeksi Ceftriaxone 1g/12 jam, Amlodipin 3x10 mg dan injeksi
darah secara rutin, pemberian injeksi ondansetron agar diganti dengan tablet
dilakukan pemeriksaan fisik pada pasien TD: 120/80 mmHg HR: 80 x/menit RR:
21 x/menit T: 36 0C. Dengan hasil tersebut dokter memberikan ijin kepada pasien
untuk pulang karena kondisi pasiean yang sudah membaik, dan dokter
meresepkan obat pulang Amlodipin 3x10 mg, Candesartan 8 mg 3xsehari,
15.35 WIB.
nama, tanggal lahir, serta nomor Rekam Medis (RM) pasien. Obat yang diberikan
kepada pasien juga sesuai dengan nama dan nomor rekam medik yang tertera pada
diberikan kepada pasien sesuai dengan indikasi (gejala yang dialami pasien) dan
pengkajian tepat obat dilakukan untuk memantau apakah obat yang diberikan
farmakoterapi.
Setiap obat memiliki efek samping dan interaksi obat yang tidak
diinginkan dalam terapi sehingga pengkajian terhadap efek samping dan interaksi
menggunakan obat dengan tepat baik jenis obat maupun waktu pemberiannya dan
menjaga pola makan dan gaya hidup untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
2. Pemilihan obat pada pasien Hipertensi kurang tepat yaitu seperti pemberian
terapi obat dan memonitoring efek samping obat dengan melihat dari Rekam
5.2 Saran
obat-obat yang diberikan kepada pasien serta melakukan visite bersama dokter
tercapai
DAFTAR PUSTAKA
Aripin. (2015). Pengaruh Aktivitas Fisik, Merokok dan Riwayat Penyakit Dasar
Terhadap Terjadinya Hipertensi di Puskesmas Sempu Kabuapten
Banyuwangi Tahun 2015. Tesis. Program Pascasarjana Universitas
Udayana. Denpasar.
Gama, I. K., Sarmadi, & IGA. Harini. (2013). Faktor Penyebab Ketidakpatuhan
Kontrol Penderita Hipertensi. Politeknik Kesehatan Denpasar. Denpasar.
White, Kevin. (2012). Pengantar Sosiologi Kesehatan dan Penyakit Edisi Ketiga.
PT RajaGrafindo Persada. Jakarta