Anda di halaman 1dari 11

BAB V

PEMBAHASAN

A. Keunggulan Nilai Sopan Santun Dalam Pembelajaran Kuttab Awwal 1 A


Penelitian tentang perilaku murid kuttab awwal 1 A saat pembelajaran
menyebutkan bahwa para peserta didik senantitiasa didorong untuk harus mampu
mengikuti adab-adab dalam menuntut ilmu diantaranya yaitu anak laki-laki
sebagai pemimpin harus berada dibarisan depan dan anak perempuan dibagian
belakang, adapun protokol khusus dalam pembelajaran yang mereka
selenggarakan dengan menempatkan tempat duduk anak tidak dicampur saat
pembelajaran. Murid memiliki adab yang baik ketika berdo’a, sikap berdo’a yang
baik ketika menghormati Tuhan yaitu dengan mengangkat kedua tangan sedada
dan berdo’a bersama dengan baik. Murid di dalam majelis ilmu memiliki ilmunya
bagaimana duduk sila atau timpuh dengan tenang, sikap sopan santun di dalam
majelis ilmu ini iyalah tidak selonjoran, tidak tidur-tiduran, tidak pindah dari
tempat duduk (boleh pindah tempat duduk tetapi dengan izin guru). Murid
memiliki sopan santun di dalam majelis ilmu, dengan melipat tangan atau
bersedekap, semua murid sudah mampu melipat tangan atau bersedekap dengan
baik. Murid memiliki perkataan yang baik, semua murid tidak mengeluarkan
perkataan yang kasar dan kotor. Murid bisa meminta izin ketika mau meminjam
barang milik temannya, murid yang bernama Fatih bilang pinjam ketika mau
meminjam penghapus temannya.
Penelitian tentang perilaku murid kuttab awwal 1 A saat istirahat
menyebutkan bahwa murid bisa membiasakan diri untuk mengantri dengan baik,
hal ini ditunjukan saat mengambil kudapan murid, semua murid mampu
mengantri dengan baik. Murid mampu duduk melingkar dengan tenang sebelum
makan bersama, semua murid mampu melingkar dengan tenang. Murid mampu
memiliki adab makan dan minum yang baik, semua murid mampu memakai
tangan kanannya untuk makan dan minum.

51
52

Penelitian tentang perilaku murid kuttab awwal 1 A seusai pembelajaran


menyebutkan bahwa murid duduk sila atau timpuh dengan tenang saat persiapan
pulang, sebagian besar murid sudah mampu duduk sila dengan tenang. Murid
untuk mengakhiri pembelajaran harus tidak ramai, tidak bercanda, tidak ngobrol,
dan tidak menjahili teman, sebagian besar murid bisa dikondisikan dengan baik.
Murid memiliki adab ketika berdo’a seusai pembelajaran, semua murid mampu
berdo’a dengan cara mengangkat tangan kedua tangan. Murid mampu mengantri
mengambil tas, mengantri mengambil tas tanpa dorong-dorongan, dan mengantri
keluar kelas dengan baik,semua murid mampu menghargai sesama teman saat
mengantri.
Temuan ini didukung pendapat dari Djuwita (2017: 29) sopan santun
berarti hormat, dengan menggunakan adab yang baik. Sedangkan santun berarti
halus dan baik (budi bahasanya dan tingkah lakunya). Jika kedua kalimat itu
digabungkan, maka sopan santun adalah pengetahuan yang berhubungan dengan
penghormatan melalui sikap, perbuatan atau tingkah laku. Sama halnya pendapat
dari Antoro (dalam Djuwita, 2017: 28) sopan santun merupakan sebagai perilaku
individu yang menjunjung tinggi nilai menghormati, menghargai, tidak sombong,
dan berakhlak mulia. Sama halnya juga pendapat dari Djahiri (199: 12) sopan
santun merupakan ekspresi dari sikap rendah. Sopan santun juga merupakan
sesuatu yang dihasilkan dari hati nurani, suatu sikap yang diekspresikan dalam
perilaku dan cara berpikir dalam integritas pribadi dalam konsistensi perilaku.
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa sopan santun
merupakan suatu sikap menghormati, menghargai, berbahasa halus dengan
menggunakan adab yang baik yang berasal dari hati nurani yang diekspresikan
melalui perilaku sehingga menimbulkan konsistensi perilaku pada seseorang.
Pada kuttab awwal 1 A semua murid bisa tertib dalam pembelajaran, sehingga
murid-murid diajarkan untuk bisa tenang, diam di dalam kelas untuk mengikuti
pembelajaran dengan hikmat.
Penelitian tentang ucapan murid kuttab awwal 1 A saat pembelajaran, saat
istirahat, dan saat sesuai pembelajaran menyebutkan bahwa murid ketika bertemu
dengan saudara sesama muslim selalu memberi salam. Murid juga memberi salam
53

saat masuk ke dalam kelas. Semua murid mampu mengucapkan salam ketika
bertemu dengan orang lain yang ada di lingkungan kuttab. Murid sebelum makan
dan minum selalu membaca basmallah, semua murid mampu mengucapkan
basmallah dengan baik. Murid sesudah makan dan minum selalu mengucapkan
hamdallah, semua murid sudah mampu mengucapkan hamdallah dengan baik.
Semua murid memiliki sopan santun di dalam majelis ilmu dengan tidak
mengeluarkan perkataan keras (ramai) atau kasar atau kotor, tidak bercanda,
ngobrol, dan menjahili teman. Murid memiliki sopan santun kepada teman dan
guru ketika berbuat kesalahan, maka harus meminta maaf. Terbukti bahwa ada
murid yang bernama Khaffiyah meminta maaf kepada semua temannya atas
kesalahannya. Sebagian besar murid sudah memiliki sopan santun ketika berjalan
melewati orang lain dengan bilang permisi. Sebagian besar murid mampu
mengucapkan terima kasih ketika diberi sesuatu barang oleh orang lain terutama
saat kudapan. Sebagian besar murid mampu mengucapkan tolong apabila
menginginkan bantuan. Temuan lain didapatkan sebagian besar murid mampu
mengucapkan minta, apabila ingin makanan atau minuman milik temannya.
Temuan ini sependapat dengan pendapat dari Antoro (dalam Djuwita,
2017) menyatakan bahwa perwujudan perilaku sopan santun adalah perilaku yang
menghormati orang lain melalui komunikasi yang menggunakan bahasa yang
tidak meremehkan atau merendahkan orang lain. Sama halnya dengan pendapat
dari Sari (2000) sopan santun verbal merupakan sopan santun perilaku dengan
menggunakan bahasa, dengan artian sopan santun berbahasa seperti sopan santun
berbicara, menyapa, beterima kasih, meminta maaf, dan sebagainya.
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa sopan santun
merupakan tata cara berkomunikasi dengan baik. Kuttab awwal 1 A selalu
berkomunikasi dengan orang lain dengan cara berbicara, berterima kasih, meminta
maaf, membiasakan mengucapkan salam, selalu menggunakan bahasa yang baik.
Hal ini merupakan penanaman dari nilai sopan santun berupa ucapan yang baik
dalam pembelajaran.
Penelitian tentang berpakaian murid kuttab awwal 1 A saat pembelajaran,
saat istirahat, dan saat sesuai pembelajaran menyebutkan bahwa murid laki-laki
dan perempuan mampu memakai pakaian yang baik, seperti berpakaian tidak
54

kotor, tidak robek, dan rapi. Murid laki-laki mampu memakai kopyah dengan rapi,
memakai baju yang sopan dengan lengan panjang atau lengan pendek sesiku, dan
memakai celana panjang atau jubah panjang. Murid perempuan memakai
kerudung panjang, memakai baju lengan panjang, dan memakai rok panjang
dengan baik.
Temuan ini sejalan dengan pendapat dari buku Jilbab Al Mar'ah Al
Muslimah fil Kitabi wa Sunnah oleh Syaikh Al Albany (dalam Habibah, 2014)
menyatakan bahwa menutup aurat dan menutupi seluruh tubuh selain yang
dikecualikan syariat. Sedangkan aurat lelaki menurut ahli hukum adalah dari pusat
hingga ke lutut. Lalu aurat wanita adalah seluruh anggota badan, kecuali wajah,
telapak tangan dan telapak kaki. Sama halnya dengan pendapat dari Habibah
(2014) yang menyatakan bahwa akhlak terbagi menjadi 2, diantaranya akhlak
mahmudah (akhlak terpuji) contohnya: menutup aurat.
Berdasarkan pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa cara
berpakaian di kuttab awwal 1 A sangatlah baik. Hal tersebut dilihat dari murid
diajarkan untuk selalu menutup aurat. Semua murid mampu memakai pakaian
sesuai dengan kaidah Islam. Dengan demikian dengan mengajarkan memakai
pakaian yang baik sesungguhnya guru tersebut sedang menanamkan pada peserta
didiknya dalam menghargai sebuah pembelajaran dan menghargai seorang guru.

B. Strategi Pendidik Dalam Mengembangkan Nilai Sopan Santun Dalam


Pembelajaran Kuttab Awwal 1 A

1. Menguatkan karakteristik sebagai pendidik kuttab awwal 1 A


Kuttab Al-Fatih dalam mengembangkan nilai sopan santun dalam
pembelajaran dengan menguatkan karakteristik guru pendidik kuttab awwal 1 A.
Guru hanya mengharapkan Ridha Allah dalam mengajar memberikan ilmu dan
mengamalkannya, tidak megharapkan imbalan yang lebih. Guru selalu bersikap
jujur, guru melakukan kejujuran pada setiap tindakannya agar mendapatkan
kepercayaan murid terhadap ilmu sopan santun yang diberikan olehnya. Guru
selalu komitmen atau tidak berubah dalam berucap dan bertindak, seperti guru
memberi tahu pada murid agar makan dengan menggunakan tangan kanan, maka
guru harus makan dengan tangan kanan juga. Guru memiliki akhlak karimah, guru
55

tidak berkata keras dan kasar, tidak berhati kasar, melainkan guru yang bertutur
kata lemah-lembut, bertoleransi, dan penyayang. Guru memiliki kerendahan hati
(tawadhu), sehingga murid tidak canggung ketika bertanya atau berdialog dengan
guru. Guru menciptakan nuansa keakraban dengan murid saat istirahat, guru
melakukan dialog dan bercanda dengan murid untuk mengusir kebosanan
sehingga dapat mengembalikan kembali semangat murid. Guru sabar, ketika
murid aktif dengan tidak mudah untuk dikondisikan sehingga nilai sopan santun
dalam majelis ilmu tidak murid lakukan. Guru memiliki tutur kata baik dengan
tidak mencela, menghina, atau merendahkan murid. Guru tidak egois, jika murid
berbuat kesalahan guru tidak langsung menghukum murid, tetapi memberi teguran
terlebih dahulu.
Temuan ini didukung dengan pendapat dari Fuad (2018) yang menyatakan
bahwa seorang pendidik harus memiliki karakteristik seorang pendidik.
Karakteristik yang harus dimiliki seorang pendidik, yaitu: (1) mengharap ridha
Allah SWT, (2) jujur, (3) komitmen dalam ucapan dan tindakan, (4) adil dan
egaliter (sama atau tidak ada perbedaan), (5) berakhlak karimah, (6) rendah hati,
(7) berani, (8) menciptakan nuansa keakraban, (9) sabar, (10) baik dalam tutur
kata, dan (11) tidak egois. Sama halnya pendapat dari Toguan (2019) yang
menyatakan bahwa seorang pendidik harus memiliki karakteristik seorang
pendidik, yaitu: (1) berdedikasi terhadap ilmu, (2) memiliki sifat yang suci.
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa seorang
pendidik guna mensukseskan pengembangan nilai sopan santun dalam
pembelajaran sangatlah berpengaruh dari karakteristik seorang pendidik tersebut.
Upaya Kuttab Al-Fatih dengan menguatkan karakteristik seorang pendidik agar
lancar dalam mengembangkan nilai sopan santun pada peserta didiknya.
2. Menguatkan kesadaran akan peranan dan kewajiban seorang pendidik
kuttab awwal 1 A
Guru kuttab awwal 1 A dalam mendidik perlu menguatkan kesadaran akan
peranan dan kewajiban sebagai seorang pendidik, yaitu: guru menanamkan akidah
yang kuat dengan menanamkan keimanan kepada Allah SWT dengan
menceritakan kisah-kisah para nabi. Guru ramah dalam mendidik, keramahan
dalam mendidik ini berupa kelembutan dalam berucap dan tindakan sehingga
57

menciptakan kedekatan antara guru dan murid. Guru selalu mengucapkan salam
sebelum dan sesudah mengajar, tujuan membiasakan mengucapkan salam ketika
bertemu murid dan sebaliknya murid juga terbiasa mengucapkan salam kepada
guru ketika bertemu. Guru memberikan sanksi dengan persetujuan semua murid
terlabih dahulu, dengan diberi batasan berapa kali untuk melanggar, sehingga guru
memberikan sanksi tersebut dengan bijaksana dan tidak sesuai dengan kehendak
dirinya sendiri. Guru mendidik dengan melatih diri untuk disiplin berperilaku
baik, guru ketika bertemu murid selalu membiasakan berperilaku sopan.
Temuan ini sependapat dari pendapat Fuad (2018) yang menyatakan
bahwa seorang pendidik dalam mengajar perlu menguatkan kesadaran akan
peranan dan kewajiban sebagai pendidik. Peranan dan kewajiban sebagai pendidik
yaitu: (1) menanamkan akidah yang kuat bagi anak didik, (2) ramah dalam
mendidik, (3) mengucapkan salam sebelum dan sesudah mengajar, (4)
memberlakukan sanksi dengan bijaksana. Sama halnya dengan pendapat dari
Juabdin (2015) yang menyatakan bahwa peran dan kewajiban seorang pendidik
yaitu dengan cara mendidik. Dalam mendidik bermakna: (1) melatih
mendisiplinkan diri berperilaku sopan santun, (2) melakukan pertemuan harus
berperilaku sopan, dan (3) memperbaiki perilaku sopan santun murid dengan
menanamkan nilai sopan santun.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam
mengembangkan nilai sopan santun, pendidik perlu menguatkan kesadaran akan
peranan dan kewajiban sebagai seorang pendidik. Hal ini sangat efektif dilakukan
oleh pendidik kuttab awwal 1 A guna mensukseskan penanaman nilai sopan
santun pada murid.
3. Mengembangkan strategi pembelajaran yang kreatif
Strategi pembelajaran kreatif yang dipakai kuttab awwal 1 A yaitu guru
menggunakan strategi pembelajaran berbasis perkembangan. Strategi
pembelajaran ini digunakan untuk mengembangkan anak secara holistik,
maksudnya strategi ini untuk memusatkan cara berpikir murid secara menyeluruh,
sehingga mempengaruhi perilaku sopan santun murid dengan cara pembiasaan.
Guru menggunakan program individual, maksudnya program ini guru
membedakan pemahaman yang berbeda-beda dalam penguatan nilai sopan santun
57

sesuai karakteristik murid. Strategi berbasis perkembangan mementingkan


inisiatif anak, maksudnya agar murid memiliki kemampuan untuk memutuskan
perilaku sopan santun yang benar tanpa diberi tahu terlebih dahulu. Strategi
berbasis perkembangan ini bersifat fleksibel, pembelajaran bisa dilakukan di
dalam kelas maupun di luar kelas guna menstimulasi anak, agar perilaku sopan
santun tidak dilakukan di dalam kelas saja. Kurikulum terpadu, di dalam
kurikulum kuttab menggunakan kurikulum terpadu, maksudnya tidak ada batasan
antara tema satu dengan yang lain, sehingga dapat memberikan pemahaman
bahwa nilai sopan santun dapat diperoleh dari pengalaman langsung anak. Guru
bermitra dengan orangtua, guru bekerjasama dengan orangtua agar nilai sopan
santun selalu diaplikasikan murid. Guru memberi keteladanan yang baik, guru
memiliki keilmuan bagus, berkepribadian mulia, dan menjadi idola sehingga nilai
sopan santun guru mudah ditiru oleh murid.
Temuan ini didukung dengan pendapat dari Mulyasa (2017) yang
menyatakan bahwa dengan implementasi perkembangan berbasis perkembangan
dapat mengembangkan nilai sopan santun dengan menekankan pada hal-hal
sebagai berikut: (a) perkembangan anak secara holistik, (b) program individual,
(c) pentingnya inisiatif anak, (d) fleksibel (e) kurikulum terpadu, dan (f) bermitra
dengan orang tua serta masyarakat untuk mendukung perkembangan anak usia
dini. Sama halnya dengan pendapat dari Inawati (2017) yang menyatakan bahwa
strategi pengembangan nilai sopan santun dapat dilakukan dengan memberi
keteladanan yang baik, dengan guru memiliki keilmuan yang bagus,
berkepribadian mulia, dan menjadi idola bagi anak didiknya.
Berdasarkan ulasan tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi berbasis
pengembangan ini sangat cocok digunakan guru guna mengembangkan nilai
sopan santun pada murid.
Strategi pembelajaran kuttab awwal 1 A yaitu guru menggunakan strategi
pembelajaran berbasis kerja sama. Strategi pembelajaran ini digunakan agar bisa
bekerja sama dengan orang tua atau wali murid. Bekerja sama dengan orang tua
ini sangatlah penting, karena orang tua juga terlibat dalam proses pembelajaran
murid. Peran orang tua dalam penanaman nilai sopan santun, yaitu: memberi
58

keteladanan kepada anak, seperti memberi contoh berupa teladan berupa perilaku
baik, mengucapkan perkataan yang baik, dan memakai pakaian sesuai dengan
kaidah Islam. Menjadikan rumah sebagai taman ilmu, orang tua saat membiasakan
anak untuk berperilaku sopan santun dengan menjadikan rumah sebagai tempat
untuk penanaman nilai sopan santun. Orang tua menghindari emosi negatif
kepada anak, orang tua harus mampu mengontrol emosinya agar selalu memiliki
emosi positif, sehingga nilai sopan santun dapat cepat tertanam pada diri anak.
Orang tua membiasakan anak untuk selalu berdo’a sebelum dan sesudah
melakukan suatu kegiatan. Guru menggunakan strategi kerja sama kemitraan
efektif, karena tujuan lembaga dan orang tua yang sama yaitu membentuk
kepribadian anak dengan menggunakan nilai sopan santun yang unggul.
Temuan ini didukung dari pendapat dari Mulyasa (2017) yang menyatakan
bahwa strategi pembelajaran strategi kerja sama sangat efektif untuk
pengembangan nilai sopan santun. Kiat-kiat yang orang tua harus dilakukan,
yaitu: (a) memberikan keteladanan kepada anak, (b) menjadikan rumah sebagai
taman ilmu, (c) hindari emosi negatif kepada anak, dan (d) membiasakan anak
untuk selalu berdo’a sebelum dan sesudah melakukan suatu kegiatan. Sama
halnya dengan pendapat dari Lendrum (2003) yang menyatakan bahwa kerjasama
kemitraan efektif sangat mendukung keberhasilan sekolah dan pendapat dari Bell
(1997) yang menyatakan bahwa kemitraan efektif yang kuat sekolah dengan orang
tua, dengan berlandaskan kepercayaan dan tujuan bersama adalah faktor yang
membawa keberhasilan lembaga dalam membetuk karakter siswa (Suriansyah &
Aslamiah, 2015).
Berdasarkan hal diatas dapat disimpulkan bahwa strategi kerja sama
kemitraan ini sangat efektif dilakukan guru. Bagi anak tidak ada pemberian yang
lebih baik dari orang tua, kecuali dengan pemberian pendidikan sopan santun
yang lebih baik, menanamkan budi pekerti yang luhur, dan belajar mengucapkan
perkataan yang baik.
Strategi pembelajaran kuttab awwal 1 A yaitu guru menggunakan strategi
pembelajaran berbasis bercerita. Strategi pembelajaran ini digunakan guru untuk
menceritakan cerita yang menarik dan cerita harus sesuai dengan kisah yang nyata
seperti kisah para nabi dan rasul yang memiliki unsur nilai sopan santun atau
59

perilaku yang baik. Guru memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan


nilai sopan santun pada anak. Guru dalam kegiatan bercerita dapat memberikan
sejumlah nilai sopan santun yang dapat ditiru murid. Guru menggunakan strategi
bercerita dapat memberikan pengalaman belajar untuk mendengarkan dengan
baik, mendengarkan apa saja nilai sopan santun yang terkandung dalam cerita.
Guru dalam kegiatan bercerita menyampaikan cerita dengan efektif dapat
mempengaruhi perilaku sopan santun murid guna membangun konsep diri yang
positif dan baik.
Temuan ini sama dengan pendapat dari Masitoh, dkk (dalam Mulyasa
2017) yang menyatakan bahwa strategi pembelajaran melalui bercerita, yaitu
manfaat pembelajaran melalui bercerita sebagai berikut: (a) bagi anak yang
mendengarkan cerita yang menarik dan cerita itu dekat dengan lingkungannya
merupakan kegiatan yang mengasyikkan dan juga dapat menanamkan nilai
keagamaan (nilai sopan santun) (b) guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita
untuk menanamkan nilai-nilai positif atau nilai sopan santun pada anak, (c)
kegiatan bercerita juga memberikan sejumlah nilai-nilai moral, seperti nilai sopan
santun (d) pembelajaran dengan bercerita memberikan pengalaman belajar untuk
mendengarkan dengan baik. Sama halnya dengan pendapat dari Azzet (dalam
Nurjanah, 2017) yang menyatakan bahwa apabila bercerita disampaikan dengan
efektif cerita bias mempengaruhi perilaku anak tersebut. Kekuatan cerita dapat
tergali melalui serangkaian kegiatan yang mengarahkan anak untuk melakukan
perilaku berkarakter dan menanamkan konsep diri yang positif.
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa guru kuttab
awwal 1 A menggunakan strategi bercerita sangat efektif dalam menanamkan
nilai yang positif yaitu nilai sopan santun karena dapat mempengaruhi perilaku
murid. Penyampaian cerita yang asyik dan menarik dapat memberikan
pengalaman belajar mendengarkan yang baik serta nilai yang terkandung dalam
cerita dapat menjadi contoh perilaku sopan dan santun murid.
Strategi pembelajaran kuttab awwal 1 A yaitu guru menggunakan strategi
pembelajaran berbasis kreativitas, dengan murid menceritakan kembali kisah yang
penuh nilai sopan santun yang sudah disampaikan oleh guru pada kemarin hari,
dengan tujuan agar murid memiliki rasa ingin tahuan nilai sopan santun yang
60

tinggi, sikap ingin mencoba, dan daya imajinasi mengenai ketauladanan dalam
menanamkan nilai sopan santun juga tinggi. Guru menggunakan strategi
pembelajaran kreativitasdiharapkan murid mampu menceritakan kembali kisah-
kisah tauladan, tetapi hanya sebagian kecil murid bisa melakukan cerita ulang.
Temuan ini sependapat dengan pendapat dari Mulyasa (2017) yang
menyatakan bahwa strategi pembelajaran berbasis kreativitas, yaitu rasa ingin
tahuannya yang tinggi, sikap ingin mencoba, dan daya imajinasinya juga tinggi,
seperti kreativitas berbahasa. Kemampuan kreativitas seperti melalui kegiatan
mendongeng, menceritakan kembali kisah yang telah didengarkan, serta
menceritakan kembali apa yang sudah anak dengar. Sama halnya dengan pendapat
dari Riyani (2019) yang menyatakan bahwa salah satu strategi yang bisa
digunakan guru dalam melatih perilaku sopan santun adalah dengan memberikan
gambaran-gambaran perilaku santun dengan memberikan gambaran-gambaran
perilaku sopan santun dengan cerita kisah-kisah tauladan. Kemudian murid
menceritakan kembali cerita berbagai kisah yang berhubungan dengan kehidupan
individu.
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya
kuttab awwal 1 A dalam mengembangkan nilai sopan santun perlu melihat
pemahaman dan melihat kreativitas murid dengan cara guru menggunakan strategi
pembelajaran berbasis kreativitas dengan cara memberikan kesempatan murid
untuk menceritakan kembali kisah-kisah tauladan dari cerita kisah para nabi dan
rasul yang sudah mereka dengar. Tetapi hal ini tidak wajib hukumnya murid harus
bisa menceritakan ulang, sehingga ada sedikit murid bisa melakukan hal tersebut.
Hal ini dapat disimpulkan strategi berbasis kreativitas ini perlu ditingkatkan agar
murid benar-benar memahami makna dari cerita tersebut dan dapat mengulang
cerita yang sudah mereka dengarkan.

Anda mungkin juga menyukai