Makalah Spektro Ir Fix
Makalah Spektro Ir Fix
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah,
karena berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan.
Makalah Kimia Analitik ini membahas tentang sepektrofotometri infra merah berdasarkan
jurnal Budi Darmawan dan Citra Dewi Azhari yang berjudul Karakterisasi Spektrofotometri I
R Dan Scanning Electron Microscopy (S E M) Sensor Gas Dari Bahan Polimer Poly Ethelyn
Glycol (P E G) .
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca tentang alat instrumen spektrofotometri infra merah. Kami
menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini , sehingga kami
membutuhkan saran dan kritik dari pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Tujuan......................................................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah....................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................3
2.1 Spektrofotometer FTIR............................................................................................3
2.2 Spektrofotometer IR................................................................................................5
2.3 Spektrum IR.............................................................................................................6
BAB III.......................................................................................................................................8
PEMBAHASAN.....................................................................................................................8
BAB IV....................................................................................................................................15
PENUTUP............................................................................................................................15
4.1 Kesimpulan............................................................................................................15
4.2 Saran......................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Spektroskopi umumnya digunakan dalam kimia fisik dan kimia analisis untuk
mengidentifikasi suatu substansi melalui spektrum yang dipancarkan atau yang diserap.
Alat untuk merekam spektrum disebut spektrometer. Spektroskopi juga digunakan secara
intensif dalam astronomi dan penginderaan jarak jauh. Kebanyakan teleskop-teleskop
besar mempunyai spektrograf yang digunakan untuk mengukur komposisi kimia dan
atribut fisik lainnya dari suatu objek astronomi atau untuk mengukur kecepatan objek
astronomi berdasarkan pergeseran Doppler garis-garis spektral. Salah satu jenis
spektroskopi adalah spektroskopi infra merah (IR). spektroskopi ini didasarkan pada
vibrasi suatu molekul.
1
tampak dengan gelombang terpanjang. Radiasi inframerah memiliki jangkauan tiga
"order" dan memiliki panjang gelombang antara 700 nm dan 1 mm. Inframerah
ditemukan secara tidak sengaja oleh Sir William Herschell, astronom kerajaan Inggris
ketika ia sedang mengadakan penelitian mencari bahan penyaring optik yang akan
digunakan untuk mengurangi kecerahan gambar matahari dalam tata surya teleskop
Spektrofotometri Infra Red atau Infra Merah merupakan suatu metode yang
mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah
panjang gelombang 0,75 – 1.000 µm atau pada Bilangan Gelombang 13.000 – 10 cm-1.
Radiasi elektromagnetik dikemukakan pertama kali oleh James Clark Maxwell, yang
menyatakan bahwa cahaya secara fisis merupakan gelombang elektromagnetik, artinya
mempunyai vektor listrik dan vektor magnetik yang keduanya saling tegak lurus dengan
arah rambatan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian dari
spektrofotometer infra merah, penggunaannya manfaat, prinsip kerja, serta kelebihan dan
kekurangan dari spektrofotometer infra merah.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ikatan yang lebih kuat dan atom yang lebih ringan menghasilkan frekuensi yang
lebih tinggi. Semakin kuat suatu ikatan, makin besar energi yang dibutuhkan untuk
meregangkan ikatan tersebut. Frekuensi vibrasi berbanding terbalik dengan massa
atom sehingga vibrasi atom yang lebih berat terjadi pada frekuensi yang lebih rendah
(Bruice, 2001).
Sebagian besar kegunaannya terbatas di daerah antara 4000 cm-1 dan 666 cm-1 (2,5-
15,0 µm). Akhir-akhir ini muncul perhatian pada daerah infra merah dekat, 14.290-
4000 cm-1 (0,7-2,5 µm) dan daerah infra merah jauh, 700-200 cm-1 (14,3-50 µm)
(Silverstain, 1967).
3
Gambar 1. Skema IR
4
2.2 Spektrofotometer IR
14.000 cm-1 hingga 10 cm-1. Daerah inframerah sedang ( 4000-400 cm-1) berkaitan
dengan transisi energi vibrasi dari molekul yang memberikan informasi mengenai gugus-
gugus fungsi dalam molekul tersebut. Daerah inframerah jauh (400-10cm-1) bermanfaat
untuk menganalisis molekul yang mengandung atom-atom berat seperti senyawa
anorganik, namun membutuhkan teknik khusus yang lebih baik. Daerah inframerah dekat
5
kelipatan dari frekuensi fundamental (v). bila dua frekuensi vibrasi (v1 dan v2)
dalam molekul bergabung menghasilkan vibrasi frekuensi baru dalam molekul, dan
bila frekuensi tersebut aktif inframerah, maka hal tersebut disebut serapan kombinasi
(Harjono,1992). Apabila vibrasi fundamental bergabung dengan serapan overtone atau
serapan kombinasi lainnya, maka vibrasi gabungan ini disebut resonansi Fermi yang
sering teramati dalam senyawa karbonil.
Terdapat dua macam vibrasi, yaitu vibrasi ulur dan tekuk. Vibrasi ulur merupakan
suatu gerakan berirama di sepanjang sumbu ikatan sehingga jarak antar atom akan
bertambah atau berkurang. Vibrasi tekuk dapat terjadi karena perubahan sudut-sudut
ikatan antara ikatan-ikatan pada sebuah atom (silverstein et al, 1986).
2.3 Spektrum IR
Hampir setiap senyawa yang memiliki ikatan kovalen, apakah senyawa organik
atau anorganik, akan menyerap berbagai frekensi radiasi elektromagnetik dengan
panjang gelombang (λ) 0,5 – 1000 μm). Dalam kimia organik, fungsi utama dari
spektrometri inframerah adalah mengenal (elusidasi) struktur moelkul, khususnya
gugus fungsional seperti OH, C = O, C = C. daerah yang paling berguna untuk
-1
mengenal struktur suatusenyawa adalah pada daerah 1-25 μm atau 10.000 – 400 cm .
-1
Dalam praktek satuan yang lebih umum dipakai adalah satuan frekuensi (cm ) dan
bukan saatuan panjang gelombang. Serapan setiap tipe ikatan (N - H, C - H , O - H, C
- X, C = O, C - O, C – C, C = C, C = N, dan sebagainya) hanya diperoleh dalam bagian-
bagian kecil tertentu dari daerah vibrasi infra merah. Kisaran serapan yang kecil dapat
digunakan untuk menentukan setiap tipe ikatan.
6
kita harus terbiasa dengan frekuensi atau panjang gelombang dimana berbagai
gugus fungsional yang menyerap. Dalam tabel berikut tersusun secara sistematik
daerah serapan yang sesuai dengan ikatan yang terdapat dalam suatu senyawa.
7
BAB III
PEMBAHASAN
Spektrofotometri Infra Red atau Infra Merah merupakan suatu metode yang
mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah
panjang gelombang 0,75 – 1.000 µm atau pada Bilangan Gelombang 13.000 – 10 cm-1.
Radiasi elektromagnetik dikemukakan pertama kali oleh James Clark Maxwell, yang
menyatakan bahwa cahaya secara fisis merupakan gelombang elektromagnetik, artinya
mempunyai vektor listrik dan vektor magnetik yang keduanya saling tegak lurus dengan
arah rambatan.
Saat ini telah dikenal berbagai macam gelombang elektromagnetik dengan rentang
panjang gelombang tertentu. Spektrum elektromagnetik merupakan kumpulan spektrum
dari berbagai panjang gelombang. Berdasarkan pembagian daerah panjang gelombang
pada Tabel 1 dan Gambar 2, sinar infra merah dibagi atas tiga daerah, yaitu:
Cahaya yang bisa kita lihat itu terdiri dari gelombang elektromagnetik dengan
frekuensi yang berbeda-beda, setiap frekuensi tersebut bisa dilihat sebagai warna yang
berbeda. Radiasi Infra-merah juga merupakan gelombang dengan frekuensi yang
berkesinambungan, hanya saja mata kita tidak bisa melihat mereka. Jika anda menyinari
sebuah senyawa organik dengan sinar infra-merah yang mempunyai frekuensi tertentu,
anda akan mendapatkan bahwa beberapa frekuensi tersebut diserap oleh senyawa
tersebut.
8
Sebuah alat pendetektor yang diletakkan di sisi lain senyawa tersebut akan
menunjukkan bahwa beberapa frekuensi melewati senyawa tesebut tanpa diserap sama
sekali, tapi frekwensi lainnya banyak diserap. Berapa banyak frekuensi tertentu yang
melewati senyawa tersebut diukur sebagai 'persentasi transmitasi' (percentage
transmittance).
Persentasi transmitasi dengan nilai 100 berarti semua frekuensi dapat melewati
senyawa tersebut tanpa diserap sama sekali. Pada kenyataannya, itu tidak pernah terjadi,
selalu akan ada penyerapan, walaupun kecil, mungkin transmitasi sebesar 95% adalah
yang terbaik yang bisa anda peroleh. Transmitasi sebesar 5% mempunyai arti bahwa
hampir semua frekuensi tersebut diserap oleh senyawa itu. Tingginya penyerapan seperti
ini akan membuat kita mengerti tentang ikatan-ikatan yang ada dalam senyawa tersebut.
1. Sumber Radiasi
Radiasi infra merah biasanya dihasilkan oleh pemijar Nernst dan Globar.
Pemijar Globar merupakan batangan silikon karbida yang dipanasi sekitar 1200°C,
sehingga memancarkan radiasi kontinyu pada daerah 1-40 µm. Globar merupakan
sumber radiasi yang sangat stabil. Pijar Nernst merupakan batang cekung dari
sirkonium dan yttrium oksida yang dipanasi sekitar 1500°C dengan arus listrik.
Sumber ini memancarkan radiasi antara 0,4-20 µm dan kurang stabil jika
dibandingkan dengan Globar.
2. Monokromator
Monokromator ini terdiri dari sistem celah masuk dan celah keluar, alat
pendespersi yang berupa kisi difraksi atau prisma, dan beberapa cermin untuk
memantulkan dan memfokuskan sinar. Bahan yang digunakan untuk prisma adalah
natrium klorida, kalium bromida, sesium bromida dan litium fluorida. Prisma natrium
klorida paling banyak digunakan untuk monokromator infra merah, karena
9
dispersinya tinggi untuk daerah antara 5,0-16 µm, tetapi dispersinya kurang baik
untuk daerah antara 1,0-5,0 µm.
3. Detektor
4. Daerah Cuplikan
Daerah cuplikan infra merah dapat terdiri dari 3 jenis yaitu cuplikan yang
berbentuk gas, cairan dan padatan. Gaya intermolekul berubah nyata dari bentuk
padatan ke cairan ke gas dan spektrum infra merah biasanya menunjukkan pengaruh
dari perbedaan ini dalam bentuk pergeseran frekuensi. Oleh karena itu, sangat penting
untuk dicatat pada spektrum cara pengolahan cuplikan ynag dilakukan.
5. Sistem Kerja
Sinar dari sumber dibagi dalam 2 berkas yang sama, satu berkas melalui
cuplikan dan satu berkas lainnya sebagai baku. Fungsi model berkas ganda adalah
mengukur perbedaan intensitas antara 2 berkas pada setiap panjang gelombang.
Kedua berkas itu dipantulkan pada ”chopper” yang berupa cermin berputar. Hal ini
menyebabkan berkas cuplikan dan berkas baku dipantulkan secara bergantian ke kisi
difraksi. Kisi difraksi berputar lambat, setiap frekuensi dikirim ke detektor yang
mengubah energi panas menjadi energi listrik.
Jika pada suatu frekuensi cuplikan menyerap sinar maka detektor akan
menerima intensitas berkas baku yang besar dan berkas cuplikan yang lemah secara
bergantian. Hal ini menimbulkan arus listrik bolak-balik dalam detektor dan akan
diperkuat oleh amplifier. Jika cuplikan tidak menyerap sinar, berarti intensitas berkas
10
cuplikan sama dengan intensitas berkas baku dan hal ini tidak menimbulkan arus
bolak-balik, tetapi arus searah. Amplifier dibuat hanya untuk arus bolak=balik.
Arus bolak-balik yang terjadi ini digunakan untuk menjalankan suatu motor
yang dihubungkan dengan suatu alat penghalang berkas sinar yang disebut baji optik.
Baji optik ini oleh motor dapat digerakkan turun naik ke dalam berkas baku sehingga
akan mengurangi intensitasnya yang akan diteruskan ke detektor. Baji optik ini
digerakkan sedemikian jauh ke dalam berkas baku sehingga intensitasnya dikurangi
dengan jumlah yang sama banyaknya dengan jumlah pengurangan intensitas berkas
cuplikan, jika cuplikan melakukan penyerapan. Gerakan baji ini dihubungkan secara
mekanik dengan pena alat rekorder sehingga gerakan baji ini merupakan pita serapan
pada spektrum tersebut.
Secara singkat sistem kerjanya seperti ini sebuah cuplikan ynag ditempatkan
di dalam spektrofotometer infra merah dan dikenai radiasi infra merah yang berubah
panjang gelombangnya secara berkesinambungan menyerap cahaya jika radiasi yang
masuk bersesuaian dengan energi getaran molekul tertentu. Spektrofotometer infra
merah memayar daerah rentangan dan lenturan molekul. Penyerapan radiasi dicatat
dan menghasilkan sebuah spektrum infra merah. Hadirnya sebuah puncak serapan
dalam daerah gugus fungsi sebuah spektrum infra merah hampir selalu merupakan
petunjuk pasti bahwa beberapa gugus fungsi tertentu terdapat dalam senyawa
cuplikan. Demikian pula, tidak adanya puncak dalam bagian tertentu dari daerah
gugus fungsi sebuah spektrum infra merah biasanya berarti bahwa gugus tersebut
yang menyerap pada daerah itu tidak ada.
1. Alkana
Pita utama yang nampak dalam spektra IR alkana disebabkan oleh stretching
C-H di daerah 2850-3000 cm-1, scissoring CH2 dan CH3 di daerah 1450-1470 cm-1,
rocking CH3 pada kurang lebih 1370-1380 cm-1. Dan pita rocking, pada 720-
12
7725 cm-1. Pita- pita ini tidak dapat dijadikan patokan karena kebanyakan alkana
mengandung gugus-gugus ini.
2. Alkena
Vibrasi stretching C-H alkena terjadi pada panjang gelombang yang lebih
pendek daripada C-H alkana. Ingat bahwa ikatan karbon-hidrogen alkena mempunyai
sifat lebih kuat daripada ikatan karbon-hidrogen alkana. Makin kuat ikatan, makin
sukar bervibrasi dan memerlukan energi yang lebih tinggi. Jadi alkena yang
mempunyai paling sedikit satu hidrogen menempel pada ikatan rangkap dua
-1
Bentuk stretching C=C alkena terjadi sidaerah 1645-1670 cm . pita ini
sangat jelas bila hanya satu gugus alkil menempel pada ikatan rangkap dua.
Semakin banyak gugus alkil yang menempel, intensitas absorpsi berkurang karena
vibrasi terjadi dengan perubahan momen dipol yang lebih kecil. Untuk alkena-
alkena trisubtitusi, tetrasubsitusi C=C sering mempunyai intensitas yang rendah
atau tidak teramati.
Alkuna ujung memperlihatkan pita stretching C-H yang tajam pada 3300-3320
cm-1dan bentuk bending C-H yang jelas pada 600-700 cm-1. Stretching C=N pada
alkuna ujung nampak pada 2100-2140 cm-1 dengan intensitas sedang (Gambar
28) untuk stretching C=C alkuna dalam berupa pita lemah yang terjadi pada 2200-
2260 cm-1.
4. Alkil halida
Ciri absorpsi alkil halida adalah pita yang disebabkan oleh stretching C-X.
posisi untuk pita-pita ini adalah 1000-1350 cm-1 untuk C-F, 750-850 cm-1 untuk C-
Cl, 500-680 cm-1 untuk C-Br, dan 200-500 cm-1 untuk C-I. Absorpsi-absorpsi ini
tidak berguna untuk diagnosisi.
Ciri absorpsi infra merah aldehid dan keton adalah vibrasi stretching C=O.
oleh karena gugus karbonil polar sekali, strerching ikatan ini menghasilkan perubahan
momen dipol yang cukup besar. Akibatnya stretching karbonil merupakan spektra
yang intensitasnya tinggi. Oleh karena terjadi di daerah spektrum yang umumnya
tidak ada absorpsi lain, maka stretching karbonil merupakan metode yang dapat
diandalkan untuk mendiagnosis adanya gugus fungsional di dalam suatu senyawa.
14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Spektrum infra merah berguna untuk mendeteksi adanya gugus fungsi dalam
senyawa organik. Daerah di bawah frekuensi 650 cm-1 dinamakan infra merah jauh.
Sedangkan daerah di atas frekuensi 4000 cm-1 dinamakan infra merah dekat.
Monokromator terdiri dari celah masuk dan celah keluar yang berupa kisi difraksi atau
prisma.4. Detektor panas digunakan untuk mendeteksi sinar infra merah. Spektrum infra
merah mengandung banyak serapan yang berhubungan dengan sistem vibrasi yang
berinteraksi dalam suatu molekul memberikan pita-pita serapan yang berkarakteristik
dalam spektrumnya. Corak pita ini disebut sebagai daerah sidik jari.
4.2 Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami.
Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan dan memakluminya
15
DAFTAR PUSTAKA
16