Anda di halaman 1dari 44

BAB 2

Landasan Teori dan Pembahasan

A. Teori-teori

1. Teori Perdagangan Internasional

Teori perdagangan internasional menganalisa dasar – dasar terjadinya


perdagangan internasional serta serta keuntungan yang diperoleh. Kebijakan
perdagangan internasional membahas alasan – alasan serta pengaruh
pembatasan perdagangan, serta hal – hal menyangkut proteksionisme baru.
Pasar valuta asingmerupakan kerangka kerja terjadinya pertukaran mata uang
sebuah negara dengan mata uang negara lain, sementara neraca
pembayaran mengukur penerimaan total sebuah negara – negara lainnya di
dunia dan total pembayaran ke negara – negara lain tersebut (Salvatore,
1997:6).

Teori dan kebijakan perdagangan internasional merupakan aspek


mikroekonomi ilmu ekonomi internasional sebab berhubungan dengan
masing-masing negara sebagai individu yang diperlakukan sebagai unit
tunggal, serta berhubungan dengan harga relatif satu komoditas. Di lain pihak,
karena neraca pembayaran berkaitan dengan total penerimaan dan
pembayaran sementara kebijakan penyesuaian mempengaruhi tingkat
pendapatan nasionaldan indek harga umum, maka kedua hal ini
menggambarkan aspek makroekonomi ilmu ekonomi internasional (Salvatore,
1997:6).

Jenis – Jenis Teori Perdagangan Internasional


Teori - Teori Klasik
Setiap teori dalam ilmu ekonomi selalu didasarkan atas asumsi – asumsi
tertentu. Demikian juga teori – teori klasik dalam perdagangan internasional
didasarkan pada pada sejumlah asumsi sebagai berikut.
a. Dua barang dan dua negara
Asumsi ini memang sangat menyederhanakan permasalahan dalam
perdagangan internasional sehingga jauh dari realistis, apalagi zaman
sekarang ini dimana negara yang tertutup /tidak melakukan sama sekali

1
perdagangan dengan negara – negara lain praktis tidak ada terkecuali hanya
korea utara. Namun dengan asumsi ini dasar pemikiran dari teori – teori
klasik dapat lebih mudah dipahami. Selanjutnya dengan memakai kerangka
analisis dari teori – teori klasik tersebut,isu – isu aktual yang terkait dengan
perdagangan internasional dapat dianalisis dengan kasus lebih dari 2 negara
dan 2 barang (Tambunan,2004:45).
b. Nilai atas dasar biaya tenaga kerja yang sifatnya homogen
Nilai suatu barang tergantung hanya atas biaya tenaga kerja yakni jumlah
tenaga kerja (dalam jam/hari kerja) yang dibutuhkan untuk memproduksi
dikali upah per pekerja. Pada masa teori klasik faktor – faktor produksi
lainnya seperti modal dan tanah dianggap tidak penting dalam menentukan
biaya produksi dan berarti juga harga produk. Dalam teori – teori klasik faktor
produksi tenaga kerja diasumsikan homogen, artinya tidak ada perbedaan
tenaga kerja antarnegara dalam kualitas (Tambunan,2004:45).
c. Biaya produksi yang tetap tidak berubah
Menurut teori – teori klasik, biaya produksi per unit output konstan, tidak
berubah walaupun volume produksi berubah. Dengan demikian, berapa pun
sesuatau negara memproduksi suatu barang, biaya atau harga per satu
unitnya tetap tidak berubah. Asumsi ini juga tidak realistis karena tidak
mempertimbangkan pengaruh inflasi terhadap sisi suplai/produksi
(Tambunan,2004:45).
d. Tidak ada biaya transportasi
Ini juga merupakan penyederhanaan dari masalah karena dalam kenyataan
nya biaya transportasi sangat mempengaruhi harga jual dari suatu barang
ekspor, yang berarti juga daya saing dari barang tersebut dan akhirnya
pertumbuhan ekspornya. Walaupun harus diakui bahwa dengan kemajuan
tehnologi dalam transportasi, biaya transportasi menurun dan jauh lebih
rendah jika dibandingkan dengan 30 tahun yang lalu (Tambunan,2004:46).
e. Faktor – faktor produksi dapat bergerak bebas di dalam negeri tetapi tidak
antar negara
Asumsi ini pada zaman nya teori–teori klasik baru muncul munkin dekat
dengan kenyataan pada masa itu karena kendala transportasi antar negara.
Tetapi sekarang dapat dilihat banyak negra yang kinerja impor manufaktur
nya sangat cemerlang padahal negara – negara tersebut sangat miskin akan

2
bahan baku, jadi harus dibeli dari negara sedang berkembang. Dalam kata
lain tingginya mobilitas dari faktor – faktor produksi dan input – input lain
antar negara merupakan salah satu faktor yang harus diperhitungkan dalam
menganalisis kinerja perdagangan internasional dan daya saing dari suatu
negara (Tambunan,2004:46).
f. Distribusi pendapatan tidak berubah
Dasar pemikiran dari teori – teori klasik adalah bahwa perdagangan dunia
bebas akan memberi manfaat yang sama bagi semua negara yang terlibat,
jadi tidak mengakibatkan perubahan dalam distribusi pendapatan antar
negara. Dalam kenyataan nya tentu tidak demikian karena dalam
perdagangan dunia ada pihak yang dirugikan dan ada pihak yang
diuntungkan yang disebabkan oleh kondisi yang berbeda antarnegara
berbeda (Tambunan,2004:46).
g. Tidak ada perubahan teknologi
Ini termasuk asumsi yang sangat penting dalam arti perdagangan dunia
sangat ditentukan oleh teknologi. Buruknya kinerja ekspor dari NSB
dibandingkan dengan negara – negara maju salah satunya dikarenakan
ketertinggalan NSB dalam teknologi (Tambunan,2004:46).
h. Perdagangan dilaksanakan atas dasar barter
Mungkin karena pada zaman itu belum ada uang maka perdagangan
antarnegara dilakukan atas dasar tukar menukar barang atau barter atau
umum disebut imbal beli. Sekarang ini perdagangan internasional didominasi
oleh pembayaran dengan uang walaupun tetap ada transaksi – transaksi
perdagangan antarnegara dengan sistem barter dengan alasan – alasan
tertentu. Pemerintah indonesia juga sering melakukan nya misalnya
penjualan pesawat buatan IPTN ke pemerintah thailand dengan pembayaran
dalam bentuk komoditi pertanian dari thailand pada masa habibie dan
pembelian beberapa pesawat perang sukhoi danhelikopter dari rusia yang
ditukar dengan minyak kelapa sawit (CPO) (Tambunan,2004:46).

Keunggulan Absolut
Filsafat ekonomi yang dikenal sebagai merkantilisme menyatakan bahwa
cara yang terpenting bagi suatu negara untuk menjadi kaya dan berkuasa
adalah

3
mengekspor lebih banyak dari pada mengimpor. Selisihnya akan diselesaikan
dengan pemasukan dari logam – logam mulia sebagian besar dari emas
(Salvatore,
1997:23). Pada tahun 1776 Adam Smith menerbitkan bukunya yang terkenal
The
Wealth Of Nations yang menyerang pandangan merkantilis dan sebaliknya
menganjurkan perdagangan bebas sebagai suatu kebijaksanaan yang paling
baik
untuk negara – negara di dunia. Adam Smith membuktikan bahwa dengan
perdagangan bebas setiap negara dapat berspesialisasi dalam produksi
komoditi
yang mempunyai keunggulan absolut (memproduksi lebih efisien dibanding
negara – negara lain) dan mengimpor komoditi yang mengalami kerugian
absolut
(memproduksi dengan cara yang kurang efisien). Spesialisasi internasional
dari
faktor – faktor produksi ini akan menghasilkan pertambahan produksi dunia
yang
akan dipakai bersama – sama melalui perdagangan antarnegara. Dengan
demikian
kebutuhan suatu negara tidak diperoleh dari pengorbanan negara – negara
lain,
semua negara dapat memperoleh nya secara serentak.

Keunggulan Komparatif
Ricardo menyatakan bahwa sekalipun suatu negara mengalami kerugian
atau ketidakunggulan absolut dalam memproduksi kedua komoditi jika
dibandingkan dengan negara lain, namun perdagangan yang saling
menguntungkan masih dapat berlangsung. Negara yang kurang efisien akan
berspesialisasi dalam produksi ekspor pada komoditi yang mempunyai
kerugian
absolut lebih kecil. Dari komoditi inilah negara tadi mempunyai keunggulan
komparatif (comparative advantage). Di pihak lain negara tersebut sebaliknya
mengimpor komoditi yang mempunyai kerugian absolut lebih besar. Dari

4
komoditi inilah negara tersebut mengalami kerugian komparatif. hal inilah
dikenal
dengan hukum keunggulan komparatif.
Teori perdagangan internasional mengkaji dasar – dasar terjadinya
perdagangan internasional serta keuntungan yang diperoleh. Kebijakan
perdagangan internasional membahas alasan – alasan serta pengaruh
pembahasan
perdagangan, serta hal – hal yang menyangkut proteksionisme (Salvatore,
1997).
Ide yang mendasar dari perdagangan internasional adalah untuk mengurangi
distorsi yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah dalam kebijakan tarif dan
non
– tarif. Pengenaan tarif sebagai pajak menyebabkan biaya perdagangan
meningkat. Akibat dari biaya perdagangan yang meningkat maka harga –
harga
barang impor di negara – negara pengekspor akan meningkat, harga terendah
untuk barang – barang ekspor dan penurunannya volume perdagangan .

Teori – Teori Modern


Teori Heckscher – Ohlin
Heckscher – Ohlin (1995) dalam teorinya mengenai timbulnya
perdagangan, menganggap bahwa negara dicirikan oleh bawaan faktor yang
berbeda sedangkan fungsi produksi di semua negara adalah sama.
Menggunakan asumsi tersebut diperoleh kesimpulan bahwa dengan fungsi
produksi yang sama dan faktor bawan yang berbeda, suatu negara akan
cenderung untuk mengekspor komoditi yang secara relatif intensif dalam
menggunakan faktor produksi yang relatif banyak dimiliki karena faktor
produksi melimpah dan murah. Suatu negarajuga akan mengimpor komoditi
yang faktor produksi nya relatif langka didapat dan biaya yang mahal .
Teori Heckscher Ohlin(H-O) mempunyai dua kondisi penting sebagai
dasar dari munculnya perdagangan internasional, yaitu ketersediaan faktor
produksi dan intensitas dalam pemakaian faktor produksi atau proporsi faktor
produksi. Oleh karena itu teori H-O sering juga disebut teori proporsi atau
ketersediaan faktor produksi. Produk yang berbeda membutuhkan jumlah atau

5
proporsi yang berbeda dari faktor – faktor produksi. Perbedaan tersebut
disebabkan oleh teknologi yang menentukan cara mengkombinasikan faktor –
faktor produksi yang berbeda untuk membuat suatu produk
(Tambunan,2004:66). Dalam teori H-O keunggulan komparatif dijelaskan oleh
perbedaan kondisi penawaran dalam negeri antar negara . Dasar dari
pemikiran teori ini adalah sebagai berikut.
Negara – negara mempunyai cita rasa dan preferensi yang sama,
menggunakan teknologi yang sama, kualitas dari faktor – faktor produksi
sama, menghadapi skala tambahan hasil yang konstan tetapi sangat berbeda
dalam kekayaan alam atau ketersediaan faktor – faktor produksi. Perbedaan
ini akan mengakibatkan perbedaan dalam hargarelatif dari faktor produksi .
Perbedaan ini akan mengakibatkan perbedaan dalam harag relatif dari faktor
– faktor produksi antar negara. selanjutnya perbedaan tersebut membuat
perbedaan dalam biaya alternatif dari barang yang dibuat antar negara yang
menjadi alasan terjadinya perdagangan antarnegara. Menurut teori H-O tiap
negara akan berspesialisasi pada jenis barang tertentu dan mengekspornya
yang bahan baku atau faktor produksi utamanya berlimpah atau harganya
murah di negara tersebut dan mengimpor barang – barang yang bahan baku
atau faktor produksi utamanya langka atau mahal (Tambunan,2004:67-68).

Teori Siklus Produk


Teori siklus produk dari Vernon (1966) yang dikembangkan antara lain
oleh Williamson (1983) dapat juga digunakan untuk menjelaskan dinamika
keunggulan komparatif dari suatu produk atau industri. Vernon berpendapat
bahwa banyak barang manufaktur yang melalui suatu siklus produk yang
prosesnya bisa pendek atau panjang, yang terdiri dari 4 tahap yakni
pengembangan atau penciptaan (inovasi) atau introduksi, pertumbahan,
kedewasaan, dan penurunan. Siklus ini akan terjadi selama kondisi – kondisi
yang mempengaruhi proses produksi dan persyaratan – persyaratan lokasi
berubah terus secara sistematis. Jadi menurut vernon keunggulan komparatif
dari barang tersebut berubah mengikuti perubahan waktu dan dari satu
negara ke negara lain.
Hipotesis siklus produk ini didasarkan pada asumsi bahwa rangsangan
pada inovasi biasanya dipicu oleh ancaman dari pesaing atau peluang pasar.

6
Dalam kata lain perusahaan cenderung diransang oleh kebutuhan dan
kesempatan yang ada di pasar dalam negeri. Selain sebagai sumber
perangsang inovasi, pasar domestik juga berperan sebagai tempat lokasi
pelaksanaan produksi (atau sebagai tempat trial and error). Dekat dengan
pasar membuat manajemen dapat bereaksi cepat terhadap umpan balik
pembeli (Tambunan,2004: 78).
Tahap pertama adalah tahap inovasi atau awal mula suatu produk baru
ditemukan/dikembangkan. Tahap ini mempunyai beberapa ciri antara lain
modal investasi yang diperlukan sangat besar yang terutama sangat
diperlukan untuk pembiayaan laboratorium dan tenaga ahli, desain serta
metode produksinya mengalami perubahan–perubahan terus menerus .
Karena tahap ini tidak hanya memerlukan modal yang tidak sedikit tetapi juga
SDM dengan keahlian teknologi, desain dan lain–lain maka pada umumnya
hanya industri–industri di negara-negara maju yang dapat melakukan nya
karena selain memiliki modal yang besar, juga SDM berkualitas tinggi dan
menguasai teknologi. Selain itu tingkat pendapatan rata – rata dan selera
masyarakat di negara pencipta lebih tinggi dibandingkan di NSB, dan ini
merupakan salah satu faktor perangsang bagi perusahaan – perusahaan di
dalam negeri untuk melakukan inovasi karena yakin ada pasarnya, paling
tidak pada awalnya di dalam negeri (Tambunan,2004:78). Tahap kedua
disebut tahap perluasan (pertumbuhan) produksi. Pada tahap ini permintaan
baik dari dalam negeri maupun internasional (pasar ekspor)
meningkat, dan oleh karena itu produk baru tersebut juga diekspor. Pada
awalnya diekspor ke negara maju lainnya yang memiliki kebutuhan dan
kemampuan (karena pendapatan dan selera tidak terlalu berbeda dengan
negara pencipta) untuk membeli produk baru tersebut. Volume ekspor tumbuh
dan menjadi cukup besar untuk mendukung produksi lokal. Tahap ini juga
merupakan tahap awal dari standarisasi produk dan proses pembuatan nya.
Pola dari proses produksi nya juga berubah dengan mulai menerapkan sistem
perakitan, dan ini berarti ekonomi eksternal menjadi sangat penting. Apabila
perusahaan inovator adalah perusahaan multinasional, produksi akan juga
dilakukan di cabang – cabang nya di luar negeri. kalau tidak punya cabang di
luar negeri, perusahaan – perusahaan di negara – negara lain akan
memperoleh lisensi untuk memproduksinya. Jadi tahap ini mulai muncul

7
pemasok – pemasok baru yang dapat berproduksi dengan skala ekonomis
sehingga biaya produksi dan harga jual menjadi lebih murah daripada
dinegara inovator dan persaingan dalam inovasi produk, dan kualitas berubah
menjadi persaingan dalam harga. Disini NSB mulai bisa bergabung di dalam
proses produksi dari produk tersebut, terutama karena upah tenaga kerjanya
murah (Tambunan,2004:80).

Teori Skala Ekonomis


Teori skala ekonomis bertolak belakang dengan teori heckscher – ohlin
(ho). Teori h-o mengasumsikan skala penambahan hasil yang konstan
sedangkan di dalam teori skala ekonomis, skala penambahan hasil tidak
tetap, melainkan meningkat terus, misalnya penambahan pertama input
sebesar 10 % membuat 20% penambahan output, penambahan kedua input
sebesar 10 % menghasilkan penambahan output 30% dan seterusnya. Jadi
skala ekonomis adalah suatu skala produksi dimana pada titik optimalnya,
produksi bisa menghasilkan biaya per satu unit output terendah. keberadaan
skala ekonomis dapat menjelaskan beberapa pola perdagangan yang tidak
dijelaskan di dalam model h-o. Jika terdapat skala ekonomis, suatu
perusahaan di suatu negara dapat berspesialisasi dalam produksi suatu
jangkauan produksi yang terbatas dan mengekspornya dengan harga yang
lebih murah dari produk yang sama dari perusahaan di negara lain yang tidak
memiliki skala ekonomis, karena misalnya modal terbatas hingga tidak bisa
membangun kapasitas produksi yang besar atau keterbatasan teknologi
sehingga tidak memungkinkan proses produksinya mencapai skala ekonomis.
Karena itu dalam era perdagangan bebas, skala ekonomis menjadi salah satu
faktor penentu tingkat daya saing global atau keunggulan suatu perusahaan
atau industri (Tambunan,2004:83-84).
Dengan skala ekonomis yang berkorelasi positif dengan luas kapasitas
produksi dan tingkat intensitas dalam pemakaian faktor produksi khusus nya
modal, maka ketersediaan faktor produksi dari teori H-O sebagai sumber
keunggulan komparatif (dalam harga) menjadi tidak terlalu (selalu) relevan.
Dalam kata lain suatu negara yang miskin SDA misalnya jepang tetap dapat
menghasilkan barang – barang yang memakai bahan – bahan baku impor
dengan harga output yang lebig murah daripada barang – barang yang sama

8
buatan negara pengekspor bahan – bahan baku tersebut, karena di jepang
produksi – produksi dapat dilakukan dalam suatu skala ekonomis yang besar
sehingga menghasilkan biaya produksi per satu unit output lebih rendah
daripada di negara yang kaya SDA (Tambunan,2004:84).
Ball dan McCulloch (2000) menyatakan bahwa perdagangan internasional
muncul karena adanya perbedaan harga relatif antar negara . Perbedaan ini
berasal dari perbedaan biaya produksi, yang diakibatkan oleh:
1. Perbedaan atas karunia Tuhan pada faktor produksi .
2. Perbedaan dalam teknologi yang digunakan yang dapat menentukan
intensitas faktor produksi yang diperlukan .
3. Perbedaan dalam efisiensi permintaan faktor produksi
4. Nilai tukar mata uang suatu negara terhadap negara lain

Pengenalan Akan Transaksi Perdagangan Ekspor Impor


Transaksi perdagangan luar negeri atau ekspor impor pada hakikatnya
adalah suatu transaksi yang sederhana dan tidak lebih dari membeli dan
menjual barang antara pengusaha – pengusaha yang bertempat di negara –
negara yang berbeda. Namun dalam pertukaran barang dan jasa yang
menyebrangi laut dan darat ini tidak jarang timbul berbagai masalah yang
kompleks antara pengusaha–pengusaha yang mempunyai bahasa,
kebudayaan, adat istiadat dan cara yang berbeda beda ( Hutabarat,1997:1).
Pengaruh keseluruhan dari perdagangan ekspor impor ini tanpa
memandang penyebab – penyebabnya adalah untuk memberikan keuntungan
bagi negara – negara yang mengimpor dan mengekspor. Transaksi ekspor
impor secara langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dari
negara – negara yang terlibat didalamnya ( Hutabarat,1997:1).
Dalam pelaksanaan transaksi ekspor impor berbagai masalah mungkin akan
dihadapi oleh eksportir – importir baik yang bersifat ekstern dan intern:
1. Ekstern
a. Kepercayaan Antara Eksportir – Importir
Salah satu faktor ekstern yang penting untuk menjamin terlaksananya
transaksi antara eksportir – importir adalah kepercayaan. Dua pihak yang
tempatnya berjauhan dan belum saling mengenal merupakan suatu risiko bila
dilibatkan dengan pertukaran barang dengan uang (Hutabarat, 1997:4).

9
b. Pemasaran
Ke negara mana barang akan dipasarkan untuk mendapatkan harga yang
sebaik – baiknya merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan. Sebaliknya
bagi importir penting diketahui adalah dari mana barang–barang tertentu
sebaiknya akan diimpor untuk memperoleh kondisi–kondisi pembayaran yang
lebih baik. Dalam usaha mengamankan kegiatan – kegiatan dalam bidang
ekspor maka teristimewa bagi eksportir perlu ditekankan keharusan
mempelajari teknik – teknik pemasaran, mengetahui potensi barang – barang
yang diperdagangkan dan memperkenalkan keistimewaan barang – barang
tersebut (Hutabarat, 1997:4-5).
c. Sistem Kuota Dan Kondis Hubungan Perdagangan Dengan Negara
Lain
Keinginan eksportir – importir untuk mencari, memelihara atau meningkatkan
hubungan dagang dengan sesamanya juga tergantung pada kondisi negara
kedua pihak yang bersangkutan. Betapapun keinginan kedua belah pihak
untuk meningkatkan transaksi – transaksi yang cukup menguntungkan,
namun bilamana ada pembatasan seperti ketentuan kuota barang dan kuota
negara, maka tidak sepenuhnya dapat terlaksana. Juga apabila hubungan
dagang antara negara – negara yang bersangkutan tidak diperbolehkan
secara resmi maka pengamanan dari pembayaran transaksi tidak akan
terjamin (Hutabarat, 1997:6).
d. Keterikatan Dalam Keanggotaan Organisasi – Organisasi Internasional
Organisasi internasional dimaksudkan untuk mengatur stabilisasi harga dari
barang – barang komoditi ekspor tersebut di pasaran internasional. Namun
terlepas dari manfaat yang diperoleh dari keanggotaan dalam organisasi
tersebut, keanggotaan didalamnya tak jarang merupakan penghambat untuk
dapat melakukan tindakan – tindakan tertentu bagi peningkatan transaksi
komoditi yang bersangkutan (Hutabarat, 1997:6).
e. Kurang Pemahaman Akan Tersedianya Kemudahan – Kemudahan
Internasional
Tersedianya kemudahan – kemudahan internasional banyak membantu
eksportir yang menyediakan kemudahan tarif untuk barang tertentu bagi
pengembangan perdagangan antar negara (Hutabarat, 1997:6).
2. Intern

10
a. Persiapan – Persiapan Teknis
Keharusan perusahan–perusahaan ekspor–impor untuk memenuhi syarat–
syarat berusaha adakalanya tidak mendapat perhatian yang sungguh–
sungguh. Persiapan–persiapan teknis yang seharusnya telah dilakukan
diabaikan karena diburu oleh tujuan yang lebih utama yakni mengejar hasil
yang cepat dan nyata dari perdagangan itu sendiri, sehingga persyaratan–
persyaratan dasar untuk pelaksanaan transaksi ekspor–impor itu terlupakan
(Hutabarat, 1997:7).
b. Kemampuan Dan Pemahaman Transaksi Luar Negeri
Keberhasilan dan kelancaran pelaksanaan transaksi ekspor–impor juga
didukung oleh sejauh mana pengetahuan atau pemahaman eksportir–importir,
baik pimpinan atau petugas – petugasnya, dalam pengenalan transaksi
ekspor – impor itu sendiri. Yang perlu dikuasai adalah dasar – dasar transaksi
ekspor – impor, tata cara pelaksanaannya, pengisian – pengisian formulir
yang diperlukan, peraturan – peraturan pemerintah dalam maupun luar negeri
dimana rekan dagangnya berada (Hutabarat, 1997:8).
c. Pembiayaan
Pembiayaan transaksi merupakan masalah yang penting yang tidak jarang
dihadapi oleh para pengusaha eksportir – importir. Dalam hal ini diperlukan
pengusaha – pengusaha yang mampu mengatur keuangannya secara
bijaksana dan mempelajari serta memanfaatkan kemungkinan fasilitas –
fasilitas pembiayaan untuk pelaksanaan transaksi – transaksi yang dilakukan
(Hutabarat, 1997:8-9).
d. Kekurangsempurnaan Dalam Mempersiapkan Barang – Barang
Khusus dalam transaksi ekspor, kurang mampunya eksportir dalam
menanggulangi penyiapan – penyiapan barang dapat menimbulkan akibat
tidak baik bagi kelangsungan hubungan transaksi dengan rekan dagang di
luar negeri (Hutabarat, 1997:9).
e. Kebijaksanaan Dalam Pelaksanaan Ekspor Impor
Kelancaran pelaksanaan transaksi ekspor–impor pada hakikatnya tergantung
dari peraturan–peraturan yang mendasarinya. Peraturan–peraturan yang
apabila sering berubah–ubah dapat membingungkan dan menimbulkan salah
pengertian dan kekeliruan, baik di pihak pengusaha di dalam negeri maupun
rekan dagangnya di luar negeri. Karena itu biasanya diperlukan waktu atau

11
masa transisi dimana semua pihak telah siap dengan perubahan–perubahan
yang ada. Selain itu diperlukan penjelasan–penjelasan yang cukup tentang
latar belakang perubahan–perubahan dan tujuannya, sehingga masing–
masingpihak memaklumi dan mengetahui aturan permainan dalam traksaksi–
transaksi selanjutnya (Hutabarat, 1997:9).

Dampak Dari Perdagangan Internasional


Yang Diuntungkan dan Yang Dirugikan Oleh Perdagangan
Untuk menganalisis dampak – dampak perdagangan bebas terhadap
kesejahteraan, pertama – tama para ekonom Isoland mengasumsikan isoland
sebagai sebuah perekonomian yang kecil dibandingkan dengan
perekonomian dunia, sehingga tindakannya tidak akan dapat mempengaruhi
kondisi – kondisi (misalnya harga) di pasar dunia. Penggunaan asumsi
sebagai perekonomian kecil ini mengandung implikasi bahwa perubahan
kebijakan Isoland tidak akan dapat mempengaruhi harga dunia baja. Dalam
kasus ini Isoland dikatakan sebagai penerima harga (price taker) dalam
perekonomian dunia. Artinya , mereka tidak bisa mengubah harga dunia itu
dan harus menerima sebagaimana adanya. Setiap kali Isoland mengekspor
atau mengimpor baja, harga dunia yang ada akan selalu menjadi patokannya
(Mankiw, 2003:224-225).
Asumsi perekonomian kecil ini tidak diperlukan untuk menganalisis
berbagai keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan oleh perdagangan
internasional. Namun para ekonom Isoland berdasarkan pengalaman
mengetahui bahwa pemakaian asumsi itu dapat menyederhanakan persoalan
sehingga memudahkan analisis. Lagi pula mereka menyadari bahwa
pelajaran – pelajaran pokok dari kasus – kasus sederhana juga dapat
diberlakukan dalam kasus yang lebih rumit , yang melibatkan perekonomian
besar dan kompleks (Mankiw, 2003:225).
Perdagangan dapat menguntungkan semua pihak jika suatu negara
membuka pasarnya bagi perdagangan internasional, maka hal itu akan
memunculkan pihak – pihak yang diuntungkan dan pihak – pihak yang
dirugikan, tidak peduli apakah negara tersebut menjadi pengekspor atau
pengimpor. Dalam semua kasus keuntungannya akan melampaui
kerugiannya sehingga kerugian itu akan dikompensasikan oleh pihak yang

12
diuntungkan untuk pihak yang dirugikan dan akan masih tetap menyisakan
keuntungan. Dalam kenyataannya kompensasi bagi pihak yang dirugikan oleh
perdagangan internasional itu jarangsekali terwujud. Dengan kata lain
perdagangan internasional memang memperbesar kue ekonomi namun tetap
akan ada pihak – pihak yang bagiannya tetap kecil seperti sebelum
perdagangan berlangsung (Mankiw, 2003:230).

Keuntungan dan Kerugian Bagi Negara Pengekspor


Gambar 2.1 memperlihatkan kondisi pasar beras isoland dalam kondisi
ekuilibrium sebelum berlangsungnya perdagangan. Saat itu harga domestik
lebih
murah daripada harga dunia. Begitu hubungan dagang dibuka, harga beras
domestik akan naik menyesuaikan dengan harga dunia. Tidak ada lagi penjual
beras di isoland yang mau menerima harga yang lebih rendah daripada harga
dunia dan dilain pihak tidak ada pembeli yang mau membayar lebih tinggi
daripada harga dunia (Mankiw, 2003:225).
Pada saat harga domestik menyamai harga dunia, kuantitas penawaran
domestik tidak akan sama lagi dengan kuantitas permintaan domestik. Kurva
penawaran pada gambar tersebut menunjukkan kuantitas baja yang dipasok
atau ditawarkan oleh para penjual beras isoland. Sedangkan kurva
permintaan menunjukkan kuantitas permintaan pembeli beras isoland. Karena
kuantitas penawaran domestik melebihi kuantitas permintaan domestik, maka
itu berarti ada sebagian beras isoland yang dijual ke negara lain. Dengan kata
lain isoland selanjutnya tampil sebagai negara pengekspor beras (Mankiw,
2003:226).

Perdagangan Internasional di Sebuah Negara Pengekspor


Analisis terhadap kasus negara pengekspor menghasilkan dua kesimpulan
pokok sebagai berikut :
1. Jika suatu negara membuka hubungan dagang internasional dan menjadi
pengekspor atas suatu barang, maka produsen domestik barang itu akan
diuntungkan sedangkan konsumen domestik atas barang itu akan dirugikan
(Mankiw, 2003:227).

13
2. Pembukaan hubungan dagang tersebut akan menguntungkan negara yang
bersangkutan secara keseluruhan, karena keuntungan terjadi melebihi
kerugiannya (Mankiw, 2003:227).

Keuntungan dan Kerugian Bagi Negara Pengimpor


Andaikan harga domestik sebelum adanya perdagangan ternyata lebih
tinggidaripada harga yang berlaku di pasar dunia. Pada saat hubungan dibuka
harga domestik akan bergerak menyesuaikan diri dengan harga dunia. Dalam
kasus ini harga domestik akan turun. Seperti diperlihatkan oleh gambar 2.2
kuantitas penawaran domestik menjadi lebih kecil daripada kuantitas
permintaan domestik.
Kekurangan atau selisihnya akan diisi oleh produsen luar negeri sehingga
isoland pun menjadi negara pengimpor beras (Mankiw, 2003:228). Dalam
kasus ini garis horisontal yang juga merupakan harga dunia dapat ditafsirkan
sebagai kurva penawaran negara – negara lain. Kurva penawaran ini bersifat
elastis sempurna karena isoland adalah perekonomian kecil sehingga
berapapun isoland membeli isoland harus tunduk pada harga dunia yang
berlaku (Mankiw, 2003:228).
Perdagangan Internasional di Sebuah Negara Pengimpor Analisis terhadap
kasus negara pengimpor menghasilkan dua kesimpulan pokok sebagai berikut
(Mankiw, 2003: 230) :
1) Jika suatu negara membuka hubungan dagang internasional dan menjadi
pengimpor atas suatu barang, maka produsen domestik barang itu akan
dirugikan sedangkan konsumen domestik atas barang itu akan diuntungkan.
2) Pembukaan hubungan dagang itu akan menguntungkan negara yang
bersangkutan secara keseluruhan, karena keuntungan yang terjadi melebihi
kerugiannya.

2. Teori Neraca Pembayaran


Gambaran mengenai hubungan ekonomi yang berlaku di antara satu
negara dengan berbagai negara lain dapat dilihat dalam neraca pembayaran
yang memberi informasi tentang nilai ekspor dan impor, transaksi jasa-jasa,
aliran modal jangka panjang (penanaman modal asing), dan aliran modal
jangka pendek. Setiap negara akan berusaha menjaga kestabilan dalam

14
neraca pembayarannya, yaitu satu keadaan di mana aliran uang ke luar
negeri sebagai akibat impor barang dan jasa dan aliran modal ke luar adalah
seimbang dengan aliran uang yang masuk dari hasil ekspor barang dan jasa
dan aliran masuk modal asing. Keseimbangan dalam neraca pembayaran ini
cenderung akan mewujudkan kestabilan dalam kurs valuta asing. (Sukirno,
2007:15). Perusahaan multinasional harus mempertimbangkan prospek mata
uang dari suatu negara tuan rumah dengan cara melakukan analisis ekonomi
dari data neraca pembayaran yang ada. Neraca pembayaran merupakan
sumber informasi tentang kegiatan eksternal dari suatu negara, apakah mata
uang suatu negara dalam keadaan kuat atau melemah. Perkiraan atau pos-
pos neraca pembayaran juga mencakup keikutsertaan perusahaan
multinasional dalam upaya mengubah nilai tukar valuta asing, berikut data
investasi penanaman modal akan menghasilkan analisis dan interpretasi
terhadap problema perekonomian suatu negara dan kehidupan bisnis.
(Waluya, 2003:162)
Secara umum, transaksi ekonomi yang tercakup dalam neraca
pembayaran dapat dibagi menjadi dua kelompok: 1) barang (goods), jasa
(services), pendapatan (income), dan transfer berjalan (current transfer) dan
2) modal/finansial (capital/financial). Transaksi dalam kelompok (1)
merupakan bagian dari transaksi berjalan (current account), sementara
transaksi dalam kelompok (2) merupakan bagian dari transaksi modal dan
finansial (capital and financial account). (Amalia, 2007:100) Dua kelompok
tersebut secara garis besar merupakan faktor yang mempengaruhi neraca
pembayaran. Dengan kata lain, neraca pembayaran di satu sisi dipengaruhi
oleh neraca transaksi barang melalui variabel ekspor dan impor, dan di sisi
lain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi neraca modal melalui
aliran modal masuk dan aliran modal keluar. Pada akhirnya faktor-faktor
tersebut dapat menyebabkan terjadinya dinamika dalam neraca pembayaran
secara terus menerus.

Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran adalah suatu catatan aliran keuangan yang menunjukkan
nilai transaksi perdagangan dan aliran dana yang dilakukan di antara suatu
negara dengan negara lain dalam suatu tahun tertentu. (Sukirno, 2008:390)

15
Neraca pembayaran (balance of payment) merupakan dokumen sistematis
dari semua transaksi ekonomi antara penduduk satu negara lain dalam jangka
waktu tertentu, biasanya satu tahun. Penduduk di sini adalah individu, badan
hukum dan pemerintah. Individu dimaksudkan orang yang bertempat tinggal
dan mempunyai mata pencaharian di negara tersebut. (Apridar, 2009:135)
Hady (2009:59) mendefinisikan balance of payment (BOP) adalah suatu
catatan yang disusun secara sistematis tentang seluruh transaksi ekonomi
yang meliputi perdagangan barang atau jasa, transfer keuangan dan moneter
antar penduduk suatu negara dan penduduk luar negeri (rest of the world)
untuk suatu periode waktu tertentu, biasanya satu tahun.

Sistem Perekaman Ganda


Neraca pembayaran merupakan sistem perekaman ganda (double entry
system). Setiap transaksi yang terdiri dari pertukaran sesuatu direkam baik
sebagai debit maupun sebagai kredit. Seperti pada kasus perdagangan
barang impor, permintaan barang biasanya dibayar tunai atau kredit. Begitu
juga, ekspor direkam sebagai kredit dan pembayarannya pada pos debit.
Begitulah pos debit dan pos kredit sebagai suatu kesepakatan konvensional
pembukuan untuk menjaga keseimbangan neraca pembayaran. Kenaikan
dalam assets selalu direkam pada pos debit dan kenaikan liabilities sebagai
kredit. (Waluya, 2003:169)

Pendekatan Neraca Pembayaran


Menurut Jamli (2001:248), dalam perkembangan teori klasik, teori neraca
pembayaran dibagi dalam dua pendekatan, yakni:
1. Pendekatan Elastisitas
Pendekatan elastisitas adalah pendekatan yang menganalisis bahwa nilai
tukar dan tingkat bunga akan memberikan dampak terhadap neraca
pembayaran yang bergantung pada elastisitas penawaran dan permintaan
nilai tukar dan barang luar negeri. Perubahan nilai tukar mata uang domestik
terhadap mata uang asing (devaluasi dan revaluasi) diharapkan mampu
memperbaiki neraca pembayaran melalui elastisitas permintaan barang
ekspor dari negara lain, di mana apabila semakin besar permintaan akan
barang ekspor suatu negara maka devaluasi akan semakin efektif.

16
2. Pendekatan Absorpsi
Pendekatan adsorbsi merupakan gabungan dari perubahan kurs, pendapatan,
dan pengeluaran untuk memperbaiki neraca pembayaran dengan memulihkan
keseimbangan eksternal. Apabila devaluasi menyebabkan meningkatnya
produk
nasional dengan jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan bertambah
besarnya peningkatan daya absorpsi, maka neraca pembayaran akan
bertambah baik, akan tetapi kalau terjadi sebaliknya, maka neraca
pembayaran justru akan memburuk sebagai akibat adanya kebijakan
devaluasi.

Kurs Valuta Asing


Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukkan harga atau
nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain.
Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang
dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutukan untuk memperoleh satu
unit mata uang asing. (Sukirno, 2008:397) Nilai tukar valuta asing adalah
harga satu satuan mata uang dalam satuan mata uang lain. Nilai tukar mata
uang asing ditentukan dalam pasar valuta asing, yaitu pasar tempat berbagai
mata uang yang berbeda diperdagangkan. (Samuelson & Nordhaus,
2004:305)

Hubungan Kurs Valuta Asing dengan Neraca Pembayaran


Pergerakan kurs berfungsi sebagai roda penyeimbang untuk
menyingkirkan ketidakseimbangan saldo neraca pembayaran. (Samuelson &
Nordhaus, 2004:310)

Produk Domestik Bruto


Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Bruto) mengukur pendapatan
dan pengeluaran total pada perekonomian. Karena Produk Domestik Bruto
adalah ukuran paling luas untuk keseluruhan kondisi perekonomian, Produk
Domestik Bruto merupakan tempat alamiah untuk memulai analisis tentang
siklus bisnis. (Mankiw, 2007:247)

17
Gross Domestic Bruto adalah nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh
suatu negara dalam suatu periode tertentu yang menjumlahkan semua hasil
dari warga negara yang bersangkutan ditambah warga negara asing yang
bekerja di negara yang bersangkutan. (Putong, 2003:162)
Sesuai metode standar, penghitungan pendapatan nasional diawali
dengan penghitungan Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto
dapat diukur dengan tiga macam pendekatan, yaitu pendekatan produksi,
pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran. (Tambunan, 2009:45)

Hubungan Produk Domestik Bruto


dengan Neraca Pembayaran
Menurut pendekatan absorbsi, salah satu cara yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan neraca pembayaran adalah dengan meningkatkan
pendapatan nasional, di mana peningkatan pendapatan nasional yang berupa
peningkatan produksi nasional akan mendorong meningkatnya ekspor hasil
produksi, hal inilah yang kemudian akan menambah devisa negara, sehingga
akan memperbaiki neraca pembayaran Indonesia. (Jamli, 2001:248)

Ekspor Neto
Ekspor neto (net exports) sama dengan pembelian produk dalam negeri
oleh orang asing (ekspor) dikurangi pembelian produk luar negeri oleh warga
negara (impor). “Neto” dalam “ekspor neto” mengacu pada kenyataan bahwa
nilai impor dikurangi dari nilai ekspor. Dengan kata lain, ekspor neto
mencakup barang dan jasa yang diproduksi di luar negeri (diberi tanda minus)
karena barang dan jasa ini dicantumkan dalam konsumsi, investasi, dan
belanja pemerintah (diberi tanda plus). (Mankiw,2012:11)
Ekspor neto disebut juga dengan neraca perdagangan. Neraca
perdagangan (balance of trade) terdiri dari catatan-catatan tentang ekspor dan
impor barang. Jika nilai ekspor lebih besar daripada nilai impor dikatakan
bahwa neraca perdagangan adalah surplus, dan sebaliknya apabila nilai
impor yang lebih besar daripada ekspor maka dikatakan neraca perdagangan
adalah defisit.
(Syafril, 2005:31)

18
Hubungan Ekspor Neto dengan Neraca Pembayaran
Perkembangan ekspor menyebabkan kurva neraca pembayaran bergeser
ke kanan, keseimbangan baru akan dicapai yang kemudian menggambarkan
keadaan surplus dalam neraca pembayaran. Maka mata uang dalam negeri
akan mengalami apresiasi dan menyebabkan ekspor dan impor meningkat.
Sebagai akibatnya, kurva neraca pembayaran kembali bergeser ke kiri. Berarti
keseimbangan akan kembali dicapai di titik lain yang menunjukkan
pendapatan nasional dan suku bunga kembali ke tingkat asalnya. (Sukirno,
2007:222).

B. Pembahasan

1. Definisi Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang di lakukan antar


negara atau pemerintah negara dengan negara lain yang menjalani suatu
hubungan perdagangan yang sesuai kesepakatan antar kedua belah pihak
yang melakukan perdagangan internasional tersebut. Perdaganan
internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu
negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama.
Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perseorangan (individu dengan
individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah
suatu negara dengan pemerintah negara lain (Setiawan dan Lestari, 2011:1)

2. Manfaat Perdagangan Internasional

Setiap negara yang melakukan perdaganan dengan negara lain tentu


akan memperoleh manfaat bagi negara tersebut antara lain: (Setiawan dan
Lestari, 2011:13)

1. Meningkatkan hubungan persahabatan antar negara Perdagangan antar


negara dapat mewujudkan hubungan persahabatan. Jika hubungan ini terjalin
dengan baik, ia dapat meningkatkan hubungan persahabatan antar negara-
negara tersebut. Mereka dapat semakin akrab dan saling membantu
bulamana mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan.

19
2. Kebutuhan setiap negara dapat tercukupi Dengan perdagangan
internasional, suatu negara yang masuk kekurangan dalam memproduksi
suatu barang dapat dipenuhi dengan mengimpor barang dari negara yang
mempunyai kelebihan hasil produksi. Sebaliknya negara yang mempunyai
kelebihan hasil produksi barang dapat mengekspor barang tersebut ke negara
yang kekurangan. Dengan demikain kebutuhan setiap negara dapat tercukupi.

3. Mendororng kegiatan produksi barang secara meaksimal Salah satu tujuan


suatu negara perdaganan internasional adalah memprluas pasar di luar
negeri. Jika pasar luar negeri semakin luas, maka produksi dalam negara
terdorong semakin meningkat. Dengan demikian, para pengusaha terdorong
semakin menghasilkan barang produksi secara besar-besaran.

4. Mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Perdagangan antar


negara memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik produksi yang
lebih efisien. Perdaganan luar negeri memunkinkan negara terseut
mengimpor mesin-mesin atau alat-alat modern untuk melaksanakan teknik
produksi dan cara produksi yang lebih baik. Dengan demikian, teknologi yang
lebih modern dapat meningkatkan produktivitas dan dapat mengadakan
spesialisasi produksi.

5. Setiap negara dapat mengadakan spesialisasi produksi Perdagangan


internasional dapat mendorong setiap negara sumber daya alam, tenaga kerja
modal dan keahlian secara maksimal. Suatu negara yang memiliki produk
unggulan, dapat bersaing dengan produk dari luar negeri.

6. Memperluas lapangan kerja Jika pasar luar negeri semakin meluas, maka
barang atau jasa yang dihasilkan juga semakin bertambah. Perningkatan hasil
produksi meningkatkan kebutuhan tenaga kerja bagi perushaan sehingga
membukan kesempatan kerja baru dan mengurangi pengangguran.

Sejalan dengan yang dikemukakan diatas, Sugihariani juga mejelaskan dalam


Jurnal Ekonomi Modernisasi (2012), beberapa manfaat perdagangan
internasional antara lain:

1. Mendatangkan devisa yang besar terutama bagi eksportir dan produsen.

20
2. Kenakian sisi ekspor akan menambah produksi /volume produksi yang
berakibat pada tersedianya kesempatan kerja baru. 11 2. Terjadinya transfer
barang yang akan diikuti dengan masuknya modal ke dalam negeri

3. Terjadinya transfer teknologi dari luar ke dalam negeri

3. SEBAB-SEBAB TERJADINYA PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Setiap negara dalam kehidupan di dunia ini pasti akan melakukan


interaksi dengan negara-negara lain di sekitarnya. Beberapa alasan yang
menyebabkan terjadinya perdagangan internasional antara lain:
a) Revolusi Informasi dan Transportasi
Ditandai dengan berkembangnya era informasi teknologi,
pemakaian sistem berbasis komputer serta kemajuan dalam bidang
informasi, penggunaan satelit serta digitalisasi pemrosesan data,
berkembangnya peralatan komunikasi serta masih banyak lagi.
b) Interdependensi Kebutuhan
Masing-masing negara memiliki keunggulan serta kelebihan di
masing-masing aspek, bisa ditinjau dari sumber daya alam, manusia,
serta teknologi. Kesemuanya itu akan berdampak pada ketergantungan
antara negara yang satu dengan yang lainnya.
c) Liberalisasi Ekonomi
Kebebasan dalam melakukan transaksi serta melakukan
kerjasama memiliki implikasi bahwa masing-masing negara akan mencari
peluang dengan berinteraksi melalui perdagangan antar negara.
d) Asas Keunggulan Komparatif
Keunikan suatu negara tercermin dari apa yang dimiliki oleh negara
tersebut yang tidak dimiliki oleh negara lain. Hal ini akan membuat
negara memiliki keunggulan yang dapat diandalkan sebagai sumber
pendapatan bagi negara tersebut.
e) Kebutuhan Devisa
Perdagangan internasional juga dipengaruhi oleh faktor kebutuhan
akan devisa suatu negara. Dalam memenuhi segala kebutuhannya setiap
negara harus memiliki cadangan devisa yang digunakan dalam

21
melakukan pembangunan, salah satu sumber devisa adalah pemasukan
dari perdagangan internasional.
f) Adanya Perbedaan Selera
Dengan adanya perbedaan selera akan memungkinkan suatu
negara melakukan perdagangan. Misalnya negara X dan Y sama-sama
menghasilkan daging sapi dan daging ayam dengan jumlah yang hampir
sama.
g) Adanya Keanekaragaman Kondisi Produksi
Perdagangan diperlukan karena adanya keanekaragaman kondisi
produksi di setiap negara. Misalnya, negara X yang memiliki iklim tropis
bersosialisasi dengan memproduksi pisang dan kopi untuk ditukarkan
dengan barang dan jasa dari negara lain.
h) Perbedaan Kebudayaan dan Gaya Hidup
Perbedaan kebudayaan dan gaya hidup di masing-masing negara
juga dapat mendorong terjadinya perdagangan antarnegara, misalnya
barang-barang seni atau kerajinan yang dihasilkan oleh suatu negara
sangat diwarnai oleh kebudayaan dan gaya hidup masyarakat di negara
yang bersangkutan.

4. KEBIJAKAN PERDAGANGAN
Perdagangan bebas adalah keadaan di mana pertukaran barang / jasa
antar negara terjadi dengan sedikit atau tanpa mengalami rintangan. Alasan
para pendukung kebijakan perdagangan bebas adalah:
a) Perdagangan bebas cenderung memacu persaingan, sehingga
menyempurnakan skala ekonomis dan alokasi sumber daya,
b) Perdagangan bebas mendorong peningkatan efisiensi, perbaikan
mutu produk, dan perbaikan kemajuan teknologi sehingga mengacu
produktivitas faktor produksi,
c) Perdagangan bebas merangsang pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan serta memupuktingkat laba, tabungan, dan investasi.
d) Perdagangan bebas akan lebih mudah menarik modal asing dan
tenaga ahli/laba, tabungan, dan investasi.

22
5. JENIS-JENIS PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Perdagangan internasional atau perdagangan antarnegara dapat


dilakukan dengan berbagai macam cara diantaranya

1) Ekspor. Dibagi dalam beberapa cara antara lain :


 Ekspor Biasa
Adalah pengiriman barang keluar negeri sesuai dengan peraturan
yang berlaku, yang ditujukan kepada pembeli di luar negeri,
mempergunakan L/C dengan ketentuan devisa.
 Ekspor Tanpa L/C
Adalah barang dapat dikirim terlebih dahulu, sedangkan eksportir
belum menerima L/C harus ada ijin khusus dari kementrian
perindustrian dan perdagangan.
2) Barter
Adalah pengiriman barang ke luar negeri untuk ditukarkan langsung
dengan barang yang dibutuhkan dalam negeri. Jenis barter antara lain
 Direct Barter Adalah sistem pertukaran barang dengan barang
dengan menggunakan alat penentu nilai atau lazim disebut dengan
denominator of value suatu mata uang asing dan penyelesaiannya
dilakukan melalui clearing pada neraca perdagangan antar kedua
negara yang bersangkutan.
 Switch Barter
Sistem ini dapat diterapkan bilamana salah satu pihak tidak mungkin
memanfaatkan sendiri barang yang akan diterimanya dari pertukaran
tersebut, maka negara pengimpor dapat mengambil alih barang
tersebut ke negara ketiga yang membutuhkannya,
 Counter Purchase
Adalah suatu sistem perdagangan timbal balik antar dua negara.
Sebagai contoh suatu negara yang menjual barang kepada negara
lain, maka negara yang bersangkutan juga harus membeli barang
dari negara tersebut.
 Buy Back Barter
Adalah suatu sistem penerapan alih teknologi dari suatu negara maju
kepada negara berkembang dengan cara membantu menciptakan

23
kapasitas produksi di negara berkembang, yang nantinya hasil
produksinya ditampung atau dibeli kembali oleh negara maju.
3) Konsinyasi (Consignment)

Adalah pengiriman barang di mana belum ada pembeli yang


tertentu di luar negeri. Penjualan barang di luar negeri dapat dilaksanakan
melalui Pasar Bebas (Free Market) atau Bursa Dagang (Commodites
Exchange) dengan cara lelang. Cara pelaksanaan lelang pada umumnya
sebagai berikut

a) Pemilik barang menunjuk salah satu broker yang ahli dalam salah
satu komoditi.
b) Broker memeriksa keadaan barang yang akan di lelang terutama
mengenai jenis dan jumlah serta mutu dari barang tersebut.
c) Broker meawarkan harga transaksi atas barang yang akan dijualnya,
harga transaksi ini disampaikan kepada pemilik barang.
d) Oleh panitia lelang akan ditentukan harga lelang yang telah
disesuaikan dengan situasi pasar serta serta kondisi perkembangan
dari barang yang akan dijual.
e) jika pelelangan telah dilakukan broker berhak menjual barang yang
mendapat tawaran dari pembeli yang sama atau yang melebihi harga
lelang.
f) Barang-barang yang ditarik dari pelelangan masih dapat dijual di luar
lelang secara bawah tangan
g) Yang diperkenankan ikut serta dalam pelalangan hanya anggota
yang tergabung dalam salah satu commodities exchange untuk
barang-barang tertentu.
h) Broker mendapat komisi dari hasil pelelangan yang diberikan oleh
pihak yang diwakilinya.

4) Package Deal

Untuk memperluas pasaran hasil kita terutama dengan negara-


negara sosialis, pemerintah adakalanya mengadakan perjanjian
perdagangan (trade agreement) dengan salah satu negara. Perjanjian itu

24
menetapkan jumlah tertentu dari barang yang akan di ekspor ke negara
tersebut dan sebaliknya dari negara itu akan mengimpor sejumlah
barang tertentu yang dihasilkan negara tersebut.

5) Penyelundupan (Smuggling)

Adalah setiap usaha yang bertujuan memindahkan kekayaan dari


satu negara ke negara lain tanpa memenuhi ketentuan yang berlaku.
Dibagi menjadi 2 bagian

 Seluruhnya dilakukan secara ilegal


 Penyelundupanadministratif/penyelundupantakkentara/manipulasi
(Custom Fraud)

6) Border Agreement
Border Crossing dapat terjadi melalui
 Sea Border (lintas batas laut)
Sistem perdagangan yang melibatkan dua negara yang memiliki
batas negara berupa lautan, perdagangan dilakukan dengan cara
penyebrangan laut
 Overland Border (lintas batas darat)
Sistem perdagangan yang melibatkan dua negara yang memiliki
batas negara berupa daratan, perdagangan dilakukan dengan cara
setiap penduduk negara tersebut melakukan interaksi dengan
melewati batas daratan di masing-masing negara melalui persetujuan
yang berlaku.

6. Pengertian Umum dan Tujuan Penyusunan Neraca Pembayaran

Pengertian Umum Neraca Pembayaran

Sebagaimana dikemukakan dalam Balance of Payments (BOP) Manual


edisi kelima yang diterbitkan tahun 1993, secara umum neraca pembayaran
didefinisikan sebagai “… a statistical statement that systematically
summarizes, for a specific period, the economic transactions of an economy
with the rest of the world”. Dengan perkataan lain, NP merupakan suatu

25
catatan yang sistematis mengenai transaksi ekonomi yang dilakukan oleh
penduduk (residen) suatu negara dengan penduduk negara lainnya
(nonresiden) dalam jangka waktu tertentu. Dari definisi tersebut terdapat
beberapa pengertian penting yang perlu diuraikan lebih lanjut, yaitu mengenai
catatan yang sistematis, transaksi ekonomi, pengertian penduduk dan bukan
penduduk, serta periode waktu tertentu.

Catatan sistematis
Sebagaimana penyusunan neraca perusahaan, NP juga disusun secara
sistematis, yaitu dengan mengelompokkan transaksi ekonomi secara
berurutan, mulai dari transaksi riil dan transaksi keuangan yang
menggambarkan lalu lintas sumber daya (resources flow) sampai dengan
hasil akhir yang menggambarkan surplus atau defisit keseluruhan transaksi.

Transaksi ekonomi
Transaksi ekonomi yang dicatat dalam NP merupakan transaksi yang
menimbulkan terjadinya perpindahan kepemilikan aset dan kewajiban antara
penduduk dengan bukan penduduk. Transaksi tersebut meliputi transaksi
barang, jasa, penghasilan (income), unrequited transfer, yaitu penyediaan
barang dan jasa (real resources) dan/atau aset finansial tanpa imbalan,
seperti pemberian barang sebagai hadiah atau hibah; serta transaksi yang
terkait dengan aset dan kewajiban finansial luar negeri. Transaksi ekonomi
sebagaimana dimaksud pada umumnya melibatkan dua pihak, yaitu
penduduk dan bukan penduduk. Namun, transaksi yang melibatkan sesama
penduduk harus pula dicatat dalam NP, sepanjang transaksi tersebut
mengakibatkan perpindahan kepemilikan aset dan kewajiban finansial luar
negeri antarpenduduk dalam sektor yang berbeda.1 Sebagai contoh, apabila
bank sentral menjual devisanya kepada bank komersial, maka telah terjadi
perpindahan kepemilikan aset financial luar negeri dari sektor otoritas moneter
ke sektor perbankan.

Penduduk
Pengertian penduduk dalam NP berbeda dengan pengertian penduduk
dalam kehidupan sehari-hari. Secara umum, pengertian penduduk suatu

26
negara dalam NP dapat diartikan sebagai individu atau lembaga baik
pemerintah maupun swasta, yang pusat kegiatan ekonominya (center of
economic interest), seperti kegiatan konsumsi dan produksi, dilakukan di
negara yang bersangkutan.

Penentuan status penduduk berdasarkan pusat kegiatan ekonomi


sebagaimana dimaksud di atas dapat dilakukan dengan memperhatikan
domisili individu atau lembaga di suatu negara, yaitu sekurang-kurangnya satu
tahun.2 Dengan demikian, pengertian penduduk dalam NP berbeda dengan
pengertian penduduk dalam kehidupan sehari-hari yang biasanya didasarkan
atas status kewarganegaraannya.
Apabila suatu negara mengalami kesulitan dalam menentukan status
kependudukan berdasarkan pengertian penduduk sebagaimana disebutkandi
atas maka penentuannya diserahkan kepada negara yang bersangkutan dan
dilaksanakan secara konsisten. Sebagai contoh, seseorang tinggal dekat
perbatasan suatu negara, pada paro tahun pertama bekerja di negara A dan
pada paro tahun berikutnya bekerja di negara B. Dalam kaitan ini, ditinjau dari
pusat kegiatan ekonominya, lamanya bekerja atau domisilinya, maka baik
negara A maupun negara B cukup sulit menentukan status kependudukan
orang yang bersangkutan. Mengingat kesulitan tersebut, maka negara A
dapat mengategorikan orang tersebut sebagai penduduk,dan negara B
mencatatnya sebagai bukan penduduk, atau sebaliknya. Secara umum,
penduduk suatu negara dalam pengertian neraca pembayaran dapat terdiri
atas:

a. Perorangan, meliputi semua orang yang tinggal di negara tersebut


secara permanen, kecuali antara lain perwakilan lembaga internasional
dan perwakilan negara asing, termasuk staf diplomatik atau konsulat
negara tersebut,

b. Pemerintah, meliputi lembaga-lembaga pemerintah baik pusat maupun


daerah negara tersebut dimanapun kedudukannya,

c. Perusahaan, meliputi semua perusahaan yang berkedudukan secara


permanen di negara tersebut, termasuk perusahaan asing yang terlibat
baik dalam kegiatan produksi maupun jasa di negara tersebut,d. lembaga

27
lainnya, seperti lembaga swasta nonprofit, antara lain rumah sakit dan
panti sosial.
Periode waktu tertentu

Periode waktu pencatatan transaksi NP biasanya dalam kurun waktu satu


tahun namun masing-masing negara dapat pula menyusunnya dalam
tiwulanan atau semesteran.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pencatatan NP


menggunakan konsep flows3 bukan konsep stock4 karena cakupan transaksi
ekonomi internasional yang dicatat terjadi dalam suatu cakupan waktu
tertentu. Mengingat pencatatan transaksi berdasarkan konsep flows maka
penyajian NP dalam tahunan, semesteran, atau triwulanan masing-masing
hanya menggambarkan transaksi selama 12 bulan, 6 bulan, atau 3 bulan dari
tahun yang bersangkutan.

Tujuan Penyusunan Neraca Pembayaran

a. Mengetahui peranan sektor eksternal dalam perekonomian suatu negara


Peranan sektor eksternal tercermin antara lain dari besarnya jumlah
permintaan produk domestik oleh bukan penduduk, atau sebaliknya. Semakin
besar permintaan terhadap produk domestik oleh bukan penduduk, yang
tercermin dari nilai ekspor negara bersangkutan, semakin besar pula peranan
sektor eksternal dalam pembentukan produk domestik.

b. Mengetahui aliran sumber daya antarnegara Dari NP dapat diketahui


seberapa besar aliran sumber daya antara suatu negara dengan negara-
negara lainnya sehingga terlihat apakah negara, tersebut merupakan
pengekspor barang dan atau modal, atau sebaliknya sebagai pengimpor
barang dan atau modal.

c. Mengetahui struktur ekonomi dan perdagangan suatu negara Dengan


mengamati perkembangan NP, dapat diketahui pola umum kegiatan
perekonomian suatu negara dalam berinteraksi dengan negara lain, seperti
ketergantungan sumber pendapatan nasional dari hasil ekspor produk
pertanian dan ketergantungan sumber pembiayaan investasi dari negara lain.

28
d. Mengetahui permasalahan utang luar negeri suatu negara Dari catatan
transaksi modal dan keuangan di NP, dapat diketahui seberapa jauh suatu
negara dapat memenuhi kewajibannya terhadap negara lain.

e. Mengetahui perubahan posisi cadangan devisa suatu negara Bertambah


atau berkurangnya posisi cadangan devisa terkait dengan surplus atau defisit
NP. Apabila terjadi surplus NP maka posisi cadangan devisa akan bertambah
sebesar surplus tersebut. Demikian pula sebaliknya apabila terjadi defisit NP.

f. Dipergunakan sebagai sumber data dan informasi dalam


penyusunanbanggaran devisa (foreign exchange budget) Dengan
memperhatikan surplus atau defisit NP pada tahun tertentu, dapat
diperkirakan besarnya kebutuhan devisa untuk anggaran tahun berikutnya,
sekaligus dapat ditentukan besarnya pinjaman yang diperlukan.

g. Dipergunakan sebagai sumber data penyusunan statistik


pendapatanbnasional (national account)Statistik NP diperlukan dalam
perhitungan pendapatan nasional mengingat salah satu variabel pendapatan
nasional adalah nilai eksporimpor barang dan jasa yang tercatat dalam
Neraca Pembayaran.

7. Metode Pencatatan dan Penyajian Neraca Pembayaran

Metode Pencatatan Neraca Pembayaran

Secara umum, NP dicatat pada saat terjadinya transaksi (accrual atau


transaction basis) atau perpindahan hak kepemilikan sumber daya yang
dimiliki oleh penduduk suatu negara. Penyusunan statistik NP berdasarkan
transaction basis merupakan sistem penyusunan NP yang berlaku secara
internasional. Acuan yang digunakan dalam penyusunan NP adalah Balance
of Payments Manual (BPM)5 yang diterbitkan oleh International Monetary
Fund (IMF) berdasarkan konvensi internasional. Dalam praktiknya, untuk
keperluan analisis ekonomi, seperti untuk analisis permintaan dan penawaran
valuta asing, NP dapat pula dicatat pada saat terjadinya aliran dana (cash
basis). Perbedaan kedua NP tersebut pada dasarnya hanya terletak saat
pencatatan transaksinya, sementara metode pencatatan, struktur, dan

29
komponennya tidak berbeda. Pencatatan transaksi dalam NP
mempergunakan prinsip double entry system, artinya setiap transaksi dicatat
pada dua sisi, yaitu pada sisi debet dan sisi kredit dengan nilai yang sama.
Perlu dicatat bahwa mengingat NP pada umumnya disajikan dalam bentuk
vertikal, yaitu dari atas ke bawah sehingga tidak tampak sisi debet atau kredit,
maka berdasarkan konvensi, pencatatan pada sisi kredit diberi tanda plus (+)
sedangkan pencatatan pada sisi debet diberi tanda minus (-). Sebagaimana
halnya dengan neraca perusahaan, dalam NP setiap transaksi yang
mengakibatkan pengurangan aset atau pertambahan kewajiban dicatat pada
sisi kredit sedangkan transaksi yang mengakibatkan pertambahan aset atau
pengurangan kewajiban dicatat pada sisi debet. Secara ringkas, pencatatan
transaksi dalam NP dapat dilihat dalam diagram di bawah ini.

Berdasarkan prinsip-prinsip pencatatan tersebut di atas,


transaksitransaksi yang dicatat pada sisi debet dan kredit antara lain ialah
sebagai berikut.

a. Sisi Debet
1. Impor barang
2. Jasa-jasa yang diterima penduduk dari bukan penduduk (impor jasa)
3. Pemberian hadiah kepada bukan penduduk (transfer)
4. Penjualan kekayaan (assets) yang dimiliki oleh bukan penduduk
5. Pembelian surat-surat berharga (securities) milik bukan penduduk
6. Penanaman modal langsung oleh penduduk di luar negeri
(directinvestment abroad)
7. Pinjaman yang diberikan kepada bukan penduduk
8. Pembayaran utang (debt repayments) kepada bukan penduduk

30
9. Pembelian emas milik bukan penduduk
Sesuai dengan sistem yang dianut, pencatatan transaksi-transaksi
tersebut di atas harus dibarengi dengan pencatatan di sisi kredit. Sebagai
contoh, apabila impor dibiayai dengan utang maka pencatatan debet
(impor) dibarengi dengan pencatatan kredit (kewajiban).
b. Sisi Kredit
1. Ekspor barang
2. Jasa-jasa yang diberikan penduduk kepada bukan penduduk
(eksporjasa)
3. Penerimaan hadiah dari bukan penduduk (transfer)
4. Pembelian kekayaan (assets) milik penduduk oleh bukan penduduk
5. Penjualan surat-surat berharga (securities) milik penduduk kepada
bukan penduduk
6. Penanaman modal langsung (direct investment) oleh bukanpenduduk
7. Pinjaman yang diterima dari bukan penduduk
8. Pembayaran utang (debt repayments) oleh bukan penduduk
9. Penjualan emas milik penduduk kepada bukan penduduk

Sesuai dengan sistem yang dianut, pencatatan transaksi-transaksi


tersebut di atas harus dibarengi dengan pencatatan di sisi debet. Sebagai
contoh, apabila ekspor dibayar tunai maka pencatatan kredit
(ekspor)bdibarengi dengan pencatatan debet (pertambahan aset). Sementara
itu, dalam pencatatan NP, setiap transaksi ekonomi tidak selalu
mempengaruhi sisi aset dan kewajiban namun dapat juga hanya
mempengaruhi sisi aset atau sisi kewajiban saja. Sebagai gambaran dapat
dikemukakan beberapa contoh sebagai berikut.

a. Transaksi yang menyebabkan perubahan pada sisi aset dan kewajiban


Apabila pemerintah negara A meminjam $2.000 dari pemerintah negara B
maka di samping aset negara A bertambah, kewajibannya juga bertambah.
Pertambahan aset dicatat pada sisi debet sedangkan pertambahan kewajiban
dicatat pada sisi kredit. Pencatatan transaksi ini di dalam neraca
pembayaraan adalah sebagai berikut.

31
b. Transaksi yang menyebabkan perubahan hanya pada sisi aset Perubahan
pada sisi aset tidak harus diikuti oleh perubahan pada sisi kewajiban tetapi
dapat diikuti oleh perubahan pada sisi aset lainnya.
Sebagai contoh, penduduk negara B mengimpor barang dari penduduk
negara A, dengan perjanjian bahwa pembayaran oleh B tidak pada saat yang
bersamaan melainkan pembayaran berjangka (trade credit). Jadi bagi negara
A, di satu sisi asetnya dalam bentuk tagihan (trade credit pada negara B)
bertambah, sedangkan di sisi lain, asetnya dalam bentuk barang (ekspor ke
negara B) berkurang. Sesuai dengan cara pembukuan neraca pembayaran,
oleh negara A trade credit tersebut dicatat pada sisi debet (karena
pertambahan aset), di pihak lain, ekspor barang ke B akan dicatat pada sisi
kredit. Dengan demikian, suatu transaksi pada saat yang bersamaan dapat
mengakibatkan pertambahan pada aset, sekaligus juga mengurangi aset.
Apabila nilai ekspor pada contoh di atas adalah $1.000 maka pencatatan NP
negara A adalah sebagai berikut:

c. Transaksi yang menyebabkan perubahan hanya pada sisi kewajiban


Transaksi ekonomi antara penduduk dengan bukan penduduk dapat
mempengaruhi hanya sisi kewajiban. Menggunakan contoh sebelumnya,
dilihat dari negara B, trade credit dalam rangka ekspor tersebut merupakan
kewajiban bagi negara B kepada negara A. Ketika negara B membayar
kewajibannya dengan menggunakan mata uang negara B melalui rekening
giro penduduk negara A tersebut di perbankan negara B, pencatatan trade
credit yang semula dilakukan di sisi kredit akan hapus atau dicatat di sisi
debet. Sementara itu, pembayaran melalui rekening giro penduduk negara A
tersebut mengakibatkan bertambahnya kewajiban sistem perbankan negara B
dan harus dicatat di sisi kredit. Dengan demikian, pencatatan transaksi
tersebut dalam NP negara B adalah sebagai berikut:

32
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan adanya persamaan dan
perbedaan antara metode pencatatan dan penyajian NP dengan neraca
perusahaan sebagai berikut:

Penyajian Neraca Pembayaran


Penyajian neraca pembayaran dapat dibedakan dalam dua bentuk, yaitu
penyajian standar (standard presentation) dan penyajian analitis (analytical
presentation).

a. Penyajian Standar
Komponen-komponen NP dalam penyajian standar disusun menurut
panduan sebagaimana dimuat dalam BOP manual. Penentuan komponen
standar NP didasarkan atas beberapa pertimbangan dan tujuan tertentu,
antara lain:

1) Komponen-komponen NP dikelompokkan secara terpisah dengan


maksud mengidentifikasi transaksi yang secara ekonomi mempunyai tujuan
khusus. Sebagai contoh, transaksi keuangan dipisahkan dari transaksi
barang karena kedua jenis transaksi mempunyai tujuan ekonomis yang
berbeda. Sebaliknya, transaksi yang menyangkut obligasi dan surat utang
jangka panjang lainnya dikelompokkan dalam satu komponen karena
kedua jenis instrumen keuangan ini mempunyai kemiripan.
2) Komponen tersebut penting bagi sebagian besar negara, misalnya

33
travel.
3) Data mudah tersedia dan tidak terlalu rinci.
4) Komponen tersebut dipergunakan untuk kepentingan yang lain, misalnya
diperlukan untuk rekonsiliasi dengan data statistik yang lain, seperti dalam
penyusunan national account.
5) Pencatatannya sesuai dengan sistem pencatatan statistik
internasionalbyang lain, misalnya current account dalam NP disesuaikan
denganbstruktur pada production dan income accounts dalam
statistikbnational accounts.

b. Penyajian analitis
Penyajian analitis disusun menurut keperluan analisis bagi perumus
kebijakan di masing-masing negara. Namun, komponen-komponen utama
yang disajikan tetap mangacu pada komponen standar dengan menonjolkan
rincian komponen yang dirasakan sangat diperlukan. Sebagai contoh,
penyajian analitis neraca pembayaran Indonesia yang sejak Repelita I
membagi ekspor dan impor baik barang maupun jasa dalam 2 kelompok
besar, yaitu kelompok minyak dan gas bumi (migas) dan kelompok nonmigas.
Hal ini mengingat bahwa peranan migas terhadap perekonomian
Indonesia sangat dominan. Selanjutnya, apabila diperlukan, penyajian ini
dapat diubah, misalnya karena saat ini peranan nonmigas lebih besar
daripada migas sehingga yang lebih ditonjolkan di masa mendatang adalah
peranan nonmigas. Contoh lain dari komponen yang ada di neraca
pembayaran Indonesia adalah kelompok pinjaman yang dibagi menjadi
pinjaman yang berasal dari Inter-Governmental Group on Indonesia (IGGI)
atau Consultative Group for Indonesia (CGI) dan non-IGGI/CGI.

Beberapa Contoh Transaksi Ekonomi Serta Pencatatannya Dalam


Neraca Pembayaran Untuk memberikan gambaran dalam penyusunan NP,
berikut disajikan contoh transaksi, cara pembukuan sampai dengan
penyusunan dan penyajian transaksi NP.

1) Pada bulan Juni 2001, penduduk negara A mengekspor kain batik ke


negara B seharga $500 juta dengan syarat biaya asuransi dan transportasi
dibayar oleh pembeli (f.o.b = free on board). Sebagian dana, yaitu sebesar
$250 juta, dibayarkan secara tunai melaluibrekeningnya di salah satu bank

34
swasta nasional di negara A sedangkan sisanya akan dibayarkan pada bulan
Januari 2002.
2) Pada tahun yang sama pemerintah negara A mengimpor barang modal
dengan nilai c.i.f (cost, insurance, and freight) sebesar $750 juta (berarti
termasuk biaya asuransi dan pengapalan yang nilainya sebesar $25 juta).
Seluruh pembayaran dilakukan oleh bank sentral negara A.
3) Turis asing yang datang ke negara A pada bulan Juni 2001 dan tinggal
selama satu minggu tercatat menukarkan uang senilai $100 juta ke salah satu
bank di negara A.
4) Pada bulan Februari, pemerintah negara C memberikan sumbangan
sebagai hibah berupa gandum kepada negara A senilai $25 juta (di luar
transpor dan asuransi ditanggung oleh pemerintah negara C).
5) Pada akhir tahun 2001 pemerintah negara A membayar pinjaman pokok
dan bunga masing-masing sebesar $400 juta dan $150 juta.
6) Pada tahun yang sama pemerintah negara A menarik pinjaman sebesar
$1.000 juta.
7) Salah satu bank komersial di negara A meminjam dari luar negeri sebesar
$200 juta dan selanjutnya bank tersebut mentransfer sebagian ke rekeningnya
di bank sentral negara A sebesar $100 juta
8) Perusahaan asing dari negara D membeli saham perbankan di negara
Asenilai $750 juta.
Berdasarkan contoh di atas, selanjutnya transaksi tersebut dicatat dalam NP.
Contoh di bawah ini didasarkan pada penyajian standar dan menggunakan
format yang sederhana dan dalam bentuk vertikal yaitu dengan lebih dahulu
menggabungkan setiap pos sehingga menghasilkan selisih bersih (net) antara
debet dan kredit.

35
8. Struktur dan Keseimbangan Neraca Pembayaran
Struktur Neraca Pembayaran

Dilihat dari strukturnya, NP (Neraca Pembayaran) dapat dikelompokkan


dalam dua kelompok besar, yaitu transaksi berjalan dan transaksi modal.
Masing-masing komponen dalam kelompok terdiri dari sisi kredit dan debet.
Sisi kredit mencatat transaksi-transaksi yang menimbulkan hak bagi penduduk
suatu negara untuk menerima pembayaran dan sisi debet mencatat transaksi-
transaksi yang menimbulkan kewajiban membayar bagi penduduk suatu
negara terhadap penduduk negara lain. Struktur NP terdiri dari beberapa
komponen yang dapat dikelompokkan sebagai berikut.
a. Transaksi berjalan (current account)
1) Perdagangan barang (trade)
a) Ekspor (exports)
b) Impor (imports)

36
2) Jasa-jasa (services)
3) Penghasilan (income)
4) Transfer (transfers)
b. Transaksi modal dan keuangan (capital and financial account)
1) Transaski modal (capital account)
2) Transaksi keuangan diluar cadangan devisa (financial account)
a) Penanaman modal langsung (foreign direct investment)
b) Investasi surat berharga (portofolio investment)
c) Investasi lainnya.
c. Perubahan cadangan devisa vhanges in reserves)
d. Selisih perhitungan (errors and omissions)
Penjelasan mengenai masing-masing komponen dalam NP adalah sebagai
berikut.
a. Transaksi Berjalan (Current Account)
Transaksi berjalan meliputi perdagangan barang dan jasa. penghasilan
(income), dan current transfer. Secara keseluruhan, transaksi berjalan
menggambarkan nilai bersih antara sisi kredit dan sisi debet dari seluruh
transaksi yang tercatat dalam setiap komponen transaksi berjalan.
Secara analitis, dalam kelompok transaksi berjalan tersebut terdapat
dua neraca lainnya, yaitu neraca perdagangan, yang merupakan hasil
bersih dari perdagangan barang atau ekspor dan impor barang, dan
neraca jasa yang merupakan basil bersih antara ekspor jasa dan impor
jasa. Khusus mengenai neraca perdagangan, perhitungan baik ekspor
maupun impor harus dalam nilai free on board (f.o.b), bukan dalam nilai
keseluruhan, termasuk cost, insurance, dan freight (c.i.f), mengingat
ongkos dan jasa pengiriman merupakan kelompok transaksi jasa
sehingga harus dikelompokkan dalam jasa-jasa. Beberapa transaksi yang
termasuk dalam kelompok jasa antara lain ialah jasa transportasi,
pariwisata, dan komunikasi. Sementara itu, hasil penggunaan faktor
produksi, modal dan tenaga kerja dicatat dalam kelompok penghasilan
(income), misalnya dividen dan bunga. Selanjutnya transaksi dalam
kelompok transfer meliputi transaksi yang tidak menimbulkan kewaji ban
untuk melakukan pembayaran (unrequited transfer), seperti hibah yang
diterima pemerintah maupun swasta.

37
b. Transaksi Modal dan Keuangan (Capital and Financial Account)
Secara keseluruhan, transaksi modal dan keuangan menggambarkan
nilai bersih antara sisi kredit dan sisi debet dari seluruh transaksi yang
tercatat dalam setiap komponen transaksi modal dan keuangan.
Transaksi modal dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu capital transfer
dan pembelian/penjualan non-financial asset, seperti paten, dan
copyrights. Capital transfer selain mencakup pemberian barang modal
(fixed assets), juga transfer uang dalam rangka pembelian barang modal.
Sementara itu, transaksi keuangan yang meliputi transaksi yang
menyebabkan bertambah atau berkurangnya aset dan atau kewajiban
luar negeri dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu transaksi keuangan di
luar cadangan devisa (reserve assets) dan transaksi yang mengakibatkan
perubahan cadangan devisa. Kelompok transaksi keuangan di luar
reserve mencakup transaksi yang terkait dengan lulu-lintas keuangan baik
jangka pendek, menengah, maupun panjang yang dilakukan baik oleh
Pemerintah, perusahaan pemerintah, maupun swasta, termasuk
penanaman modal asing. Perlu dikemukakan bahwa pembayaran bunga
pinjaman tidak diperhitungkan dalam lalu lintas modal melainkan dalam
jasa-jasa mengingat transaksi tersebut merupakan transaksi jasa.
c. Perubahan Cadangan Devisa (Changes in Reserves)
Sementara itu, transaksi keuangan yang menyangkut cadangan devisa
atau reserve assets merupakan pos yang menampung surplus atau defisit
NP. Pos ini menunjukkan besarnya perubahan jumlah cadangan devisa
yang dikuasai oleh otoritas monetelr sehubungan dengan transaksi
internasional yang terjadi pada periode waktu tertentu, biasanya satu
tahun. Adapun komponen cadangan devisa yang dicatat dalam neraca
pembayaran meliputi:
 Emas moneter (monetary gold), yaitu emas yang dikelola otoritas
moneter baik yang disimpan di dalam negeri maupun di luar negeri ;
 Reserves Position in the Fund (RPF), merupakan rekening yang
dimiliki anggota IMF yang bersifat likuid (liquid claim) terhadap IMF.
Jumlah RPF yang dimiliki masing-masing anggota terpantung pada
besarnya setoran kuota dalam valuta asing.7 RPF dapat
diperhitungkan sebagai komponen cadangan devisa mengingat

38
sewaktu-waktu dapat ditarik dalam bentuk fasilitas yang dapat
diberikan oleh IMF;
 Special Drawing Rights (SDR), merupakan rekening giro yang
dimiliki negara anggota IMF dalam satuan hitung SDR yang
diciptakan oleh IMF untuk digunakan dalam setiap kali melakukan
transaksi keuangan dengan IMF. Pembentukan rekening tersebut
dimaksudkan untuk menunjang stabilitas moneter internasional
dengan cara melakukan alokasi pada Saat kondisi likuiditas
internasional mengalami ketidakseimbangan. Dengan demikian,
SDR memungkinkan bertambah besarnya cadangan devisa
masing-masing negara, sekaligus menambah likuiditas
internasional. Besarnya rekening SDR musing-masing negara
anggota dapat berubah pada Saat mempemleh alokasi atau
tambahan alokasi SDR dan pada Saat melakukan pembelian atau
melakukan transaksi keuangan dengan IMF;
 Valuta asing (foreign exchange), tagihan kepada bukan penduduk
dalam bentuk mata uang asing. saldo rekening giro. dan saldo
simpanan berjangka dalam valuta asing serta kertas berharga
dalam valuta.
d. Errors and Omissions (Selisih Perhitungan)
Selisih perhitungan merupakan komponen penyeimbang neraca untuk
menampung selisih atau perbedaan antara pencatatan di sisi kredit dan di
sisi debet. Selisih antara sisi kledit dan sisi debet tersebut dapat terjadi,
mengingat dalam praktik sumber data pencatatan transaksi NP pada sisi
debet berbeda dengan sisi kredit sehingga memungkinkan terjadinya
perbedaan masing-masing sisi. Selain itu, selisih perhitungan juga dapat
terjadi karena kesalahan pencatatan, selisih waktu pencatatan (time-lag),
selisih kurs, dan kesulitan dalam pengumpulan data.

Konsep Keseimbangan Neraca Pembayaran

Konsep keseimbangan neraca pembayaran bukan dilihat dari sisi


neraca itu sendiri melainkan dilihat dari komponen tertentu yang ada dalam
neraca pembayaran sehingga akan terlihat apakah NP mengalami surplus

39
atau defisit. Defisit Neraca Pembayaran berarti pembayaran ke luar negeri
melebihi peneri-maan dari luar negeri. Impor melebihi ekspor merupakan
salah satu faktor penting yang menimbulkan defisit neraca pembayaran.
Terjadinya defisit neraca pembayaran akan menimbulkan berbagai efek buruk
terhadap kegiatan dan kestabilan ekonomi suatu negara. Sedangkan Surplus
Neraca Pembayaran berarti penerimaan dari luar negeri melebihi pengeluaran
ke luar negeri.1 Keseimbangan neraca pembayaran perlu diwujudkan. Namun
tidak jarang terdapat neraca pembayaran yang tidak seimbang. Penyebab
ketidakseimbangan dalam neraca pembayaran dapat timbul sebagai akibat
dari beberapa faktor, diantaranya : alam, kegiatan ekonomi swasta, kegiatan
ekonomi/kebijaksanaan pemerintah (sendiri/asing), yang mengakibatkan
perubahan dalam permintaan dan penawaran valuta asing (Nopirin,
2010:180).2
Komponen yang menimbulkan terjadinya surplus atau defisit meliputi
transaksi yang termasuk dalam transaksi berjalan (current account) dan
transaksi yang termasuk dalam transaksi modal dan keuangan (capital and
financial account) di luar cadangan devisa ( assets), dan disebut dengan
"autonomous transaction". Sementara itu, komponen yang menampung
surplus atau membiayai defisit meliputi transaksi yang mengakibatkan
perubahan cadangan devisa dan disebut "accommodating transaction".
Surplus pada autonomous transaction terjadi apabila sisi kredit dari transaksi-
transaksi yang dicatat lebih besar daripada sisi debet-nya; demikian pula
sebaliknya apabila terjadi defisit. Dalam literatur ekonomi dan keuangan
internasional. autonomous transaction digolong-kan dalam transaksi-transaksi
yang disebut transaksi-transaksi "above the line" (diatas garis pemisah),
sedangkan accommodating transaction merupakan transaksi-transaksi "below
the line" (di bawah garis pemisah).

Secara umum, dikenal empat konsep keseimbangan NP, yaitu:


a. Konsep Keseimbangan Perdagangan (Trade Balance)
1
Tutik Wiryanti, “Korelasi Ekspor dan Impor Terhadap Neraca Perdagangan dan
Neraca Pembayar di Indonesia Tahun 2003-2013”, dalam Jurnal Ilmiah Prodi
Manajemen Universitas Pamulang (Banten: Universitas Pamulang, 2015)
2
Wulansari Fitri, “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Neraca Transaksi
Berjalan: Studi Kasus Indonesia Tahun 1990-2011” dalam Economic Development
Analysis Journal (Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2014)

40
Dalam konsep ini, transaksi yang termasuk autonomous transaction atau
transaksi yang mengakibatkan surplus/defisit hanya transaksi ekspor dan
impor barang sehingga keseimbangan NP diukur dari besarnya surplus
atau defisit kedua transaksi tersebut.
b. Konsep Keseimbangan Transaksi Berjalan (Current Account Balance)
Menentukan surplus/defisit pada autonomous transaction juga
diperhitungkan jasa-jasa, termasuk penghasilan (income) dan transfer.
Surplus terjadi apabila ekspor barang, jasa, penghasilan, dan transfer
lebih besar daripada impor barang, jasa, penghasilan, dan transfer.
Demikian pula sebaliknya.
c. Konsep Basic Balance
Dalam konsep ini yang termasuk dalam autonomous transaction selain
pos-pos dalam transaksi berjalan, juga komponen-komponen dalam
transaksi modal dan keuangan jangka panjang.
d. Konsep Overall Balance
Yang termasuk autonomous transaksi dalam konsep ini adalah
komponen-komponen dalam transaksi modal dan keuangan baik jangka
panjang maupun jangka pendek
Ketidakseimbangan pada neraca pembayaran, bisa terjadi surplus
ataupun defisit. Ketidakseimbangan berupa surplus yang memiliki nilai valas
yang relatif tinggi bisa dikatakan ideal, sedangkan yang dianggap kurang baik
adalah posisi neraca pembayaran yang defisit dan memiliki nilai valas yang
rendah sehingga diusahakan untuk diperbaiki melalui mekanisme
3
penyesuaian (Effendy, 2014).

9. Neraca Pembayaran Indonesia dan Karakteristiknya

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI)

a. Penyusunan NPI

Berdasarkan kesepakatan, sampai saat ini setiap anggota


International Monetary Fund (IMF), termasuk Indonesia, berkewajiban untuk
3
Ratna Mutia Dewi, “Pengaruh BI Rate, The FED Rate, dan Kurs Terhadap
Keseimbangan Neraca Pembayaran Indonesia”, dalam Jurnal Ilmiah Mahasiswa
(Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala, 2016).

41
menyusun dan menyampaikan data yang terkait dengan transaksi NP masing-
masing negara. Pelaporan tersebut dilakukan setiap triwulan dan disampaikan
kepada IMF dalam bentuk penyajian standar. Penyampaian perkembangan
NP oleh masing-masing negara anggota IMF dimaksudkan selain untuk
mendiseminasikan perkembangan ekonomi internasional masing-masing
negara anggota, juga untuk melakukan konsolidasi transaksi internasional
semua negara anggota IMF. Informasi perkembangan ekonomi internasional
masing-masing negara tersebut sangat diperlukan oleh investor, perbankan,
pengusaha, dan lembaga internasional lainnya dalam menentukan rencana
kegiatan antara lain yang terkait dengan investasi dan perdagangan.

Sampai saat ini, Bank Indonesia yang merupakan lembaga


penyusun NPI menyajikan dalam dua bentuk penyajian, yaitu penyajian
standar dan penyajian analitis. NPI penyajian standar sampai saat ini masih
disusun terutama untuk disampaikan ke IMF. Sementara itu, untuk keperluan
analisis dan pengambilan keputusan baik di sektor riil, fiskal, maupun
moneter, seperti penyusunan Rencana Anggaran dan Realisasi Anggaran
Penerimaan dan Belanja Negara serta penyusunan program moneter, Bank
Indonesia juga menyusun NPI penyajian analitis. Selain itu, untuk keperluan
analisis lainnya, seperti analisis permintaan dan penawaran valuta asing serta
untuk keperluan penyusunan anggaran devisa, telah disiapkan NPI cash basis
yang mencatat setiap transaksi pada saat terjadinya aliran dana.

b. Sumber data penyusunan NPI


Sumber data dalam penyusunan NPI berasal dari berbagai
sumber, baik intern Bank Indonesia sendiri maupun dari luar Bank Indonesia.
Rincian sumber data NPI penyajian standar dan analitis adalah sebagai
berikut.
 Ekspor dan impor nonmigas bersumber pada dokumen ekspor
(Pemberitahuan Ekspor Barang) dan impor (Pemberitahuan Impor
Barang)
 Ekspor dan impor migas bersumber pada laporan dan informasi dari
lembaga terkait, seperti Direktorat Minyak dan Gas Bumi dan Pertamina.
 Jasa nonmigas, income, dan transfer bersumber pada laporan dan
informasi dari berbagai sumber, antara lain Departemen Agama,

42
Kementerian Negara Kebudayaan dan Pariwisata, Bank Indonesia, PT
Garuda, Direktorat Jenderal Imigrasi, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,
Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Departemen Luar Negeri,
dan perbankan.
 Jasa migas bersumber pada laporan dan informasi antara lain dari
Departemen Pertambangan dan Energi, Pertamina, dan perusahaan
kontraktor migas.
 Data transaksi modal dan keuangan bersumber antara lain dari Bank
Indonesia, Bappenas, Departemen Keuangan, Badan Koordinasi
Penanaman Modal, Pertamina, PT Garuda, dan perbankan.
Sementara itu, khusus untuk penyusunan NPI cash basis, data
berasal dari laporan kegiatan lalu lintas devisa yang memberikan informasi
pokok mengenai besarnya pergerakan dana. Laporan tersebut disampaikan
oleh bank-bank devisa, lembaga-lembaga keuangan nonbank, dan perusahaan-
perusahaan kepada Bank Indonesia.

Karakteristik Neraca Pembayaran Indonesia

Secara umum, karakteristik pokok NPI adalah sebagai berikut.

1. Karakteristik Neraca Pembayaran sebelum krisi ekonomi

 Neraca perdagangan pada umumnya selalu mengalami surplus.


Namun, apabila ditinjau lebih lanjut maka karakteristik neraca
perdagangan nonmigas pada umumnya mengalami defisit.
Sementara itu, neraca perdagangan migas, selalu menunjukkan
surplus.
 Neraca jasa Indonesia selalu menunjukkan pengeluaran yang lebih
besar dibandingkan dengan penerimaannya, sehingga karakteristik
neraca jasa selalu menunjukkan defisit. Sebagaimana halnya dengan
neraca perdagangan, neraca jasa mempunyai karakteristik yang
sama yaitu pada umumnya menunjukkan defisit pada neraca jasa
nonmigas dan selalu surplus pada neraca jasa migas.
 Transaksi berjalan secara umum selalu menunjukkan defisit. Ditinjau
lebih lanjut, karakteristik transaksi berjalan sebagaimana neraca
perdagangan dan neraca jasa pada umumnya menunjukkan defisit

43
untuk transaksi berjalan nonmigas dan menunjukkan surplus untuk
transaksi berjalan migas.

 Transaksi modal pada umumnya mengalami surplus. Hal ini


menunjukkan masih terdapatnya kebutuhan dana dari luar negeri.

2. Karakteristik Neraca Pembayaran sejak krisis ekonomi (1997) sampai


dengan tahun 2001

 Neraca perdagangan secara keseluruhan tetap menunjukkan surplus.


Namun demikian, khusus neraca perdagangan nonmigas yang
sebelumnya menunjukkan defisit telah berubah menjadi surplus,
sementara neraca perdagangan migas tetap menunjukkan surplus.
Surplusnya neraca perdagangan nonmigas terkait dengan besarnya
penurunan kegiatan impor nonmigas.
 Neraca Jasa, sebagaimana terjadi sebelum krisis ekonomi, tetap
menunjukkan karakteristik yang selalu defisit. Demikian juga apabila
ditinjau secara terpisah, neraca jasa nonmigas maupun migas tetap
menunjukkan defisit.

 Transaksi berjalan yang sebelum krisis mengalami defisit telah


berubah menunjukkan surplus. Kondisi ini terutama sebagai dampak
dari menurunnya kegiatan impor nonmigas, yang pada akhirnya
selain mengakibatkan transaksi berjalan baik secara keseluruhan
juga transaksi berjalan nonmigas berbalik menjadi surplus.
Sementara itu transaksi berjalan migas tetap menunjukkan surplus.
 Transaksi modal, yang sebelum krisis ekonomi pada umumnya
surplus, setelah terjadinya krisis menunjukkan defisit. Hal ini terkait
dengan menurunnya secara keseluruhan aliran dana dari luar negeri
baik pemerintah maupun swasta, sementara pembayaran pokok
pinjaman tetap tinggi. Di samping itu, terjadinya defisit pada transaksi
modal juga berkaitan dengan cukup tingginya risiko investasi pada
periode tersebut, sehingga mengakibatkan turunnya investasi asing
di Indonesia.

44

Anda mungkin juga menyukai