LEMAH
Seorang laki-laki berusia 37 tahun sedang dirawat di ruangan interna dengan keluhan lemah
dan pusing. Hasil pengkajian ditemukan kulit menguning, sclera ikterik , mual, muntah-
muntah, anoreksia, bengkak (lengan dan tungkai), distensi abdomen (nyeri tekan kuadran kanan
atas) Nampak kurus (IMT 15,4). TD: 120/80 mmHg, nadi 90 kpm, RR 20 kpm, suhu 39 oC.
keluarga menyatakan klien sering mengkonsumsi alcohol. Bilirubin total 2,5 mg/dl.
Lemah
Hepatitis adalah peradangan hepar Sirosis hepatis adalah tahap akhir dari difusi
disebabkan virus hepatitis B. Hepatitis akut fibrosis hati progresif yang ditandai oleh
apabila inflamasi hepar akibat infeksi virus pembentukan nodul regeneratif dan distorsi
hepatitis setelah masa inkubasi virus 30- aristektur hati.Morfologi dari dari
180 hari atau 8 – 12 minggu; disebut sirosishepatis meliputi dari fibrosis, difus,
hepatitis kronik apabila telah lebih dari 6 nodul regeneratife, perubahan aristektur
bulan. Gejala klinis hepatitis B akut seperti lobular dan pembentukan hubungan vaskulur
mual, muntah, nyeri kepala, dan malaise intrahepatik antara pembuluh darah hati
diikuti jaundice muncul setelah 1–2 aferen (vena porta dan arteri hepatica) dan
minggu.Saat timbul ikterus, umumnya eferen (vena hepatica). Secara klinis sirosis
gejala klinis membaik. Pada hepatitis B hepatis dibagi atas sirosis hati kompensata
akut, 90% mengalami resolusi dan 10% dan sirosis hati dekompensata, disertaidengan
menjadi hepatitis B kronik.9 Hepatitis B tanda-tanda kegagalan hepatoselulur dan
kronik umumnya asimptomatik, gejala hipertensi portal. Gejala sirosis hati mirip
klinis yang mungkin timbul adalah dengan hepatitis, karena terjadi sama-sama di
anoreksia menetap, penurunan berat liver yang mulai rusak fungsinya, yaitu :
badan,fatigue,hepatosplenomegali, artritis, kelelahan, hilang nafsu makan, mual-mual,
vaskulitis, glomerulonefritis, miokarditis, badan lemah, kehilangan berat badan, nyeri
mielitis transversa, dan neuropatiperifer. lambungan dan munculnya jaringan darah
( Gozali, 2020) mirip laba-laba dikulit( spider angniomas).
( Wahyuni,2019)
Tablechecklist(√)
Diagnosa Medis
No. Manifestasi Klinis
Hepatitis B Sirosis Hati
2. Kulit menguning, √
3. Sclera ikterik , √
4. Mual muntah-muntah, √ √
5. Anoreksia √ √
tungkai),
7. Distensi abdomen √
√
(nyeri tekan kuadran
kanan atas)
D. Pertanyaan-Pertanyaan Penting
1. Apa yang menyebabkan kulit klien menguning dan sclera icterus ?
2. Diagnose keperawatan apa yang dapat diangkat berdasarkan kasus di atas ?
E. Jawaban Pertanyaan
1. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan kadar bilirubin peningkatan kadar bilirubin
ini terjadi karena adanya kerusakan pada hati atau pada saluran cairan empedu dalam
hati ditunjukan apabila kadar bilirubin langsung rendah sementara kadar bilirubin
total tinggi. Bilirubin mengandung bahan pewarna yang memberi warna pada
kotoran, bila tingkatnya sangat tinggi, kulit dan mata dapat menjadi kuning, yang
mengakibatkan gejala ikterus. ( Rusady,2022)
2. Berdasarkan tanda dan gejala di atas diagnose keperawatan yang dapat diangkat
adalah
Deficit nutrisi, intoleransi aktivitas, dan hipertermia.
F. Informasi Tambahan
Uji Manfaat Daun Kelor ( Moringa Aloifera Lamk Untuk Mengobati Penyakit Hepatitis B
(Wahyuni, 2013)
Kelor (Moringa aloifera Lamk) diyakini berasal dari India dan Arab kemudian
menyebar di berbagai wilayah. Di berbagai komunitas di daerah tropis kelor
dimanfaatkan untuk berbagai penggunaan seperti pen-gobatan tradisional, tanaman pagar
disinfektan, pelumas dan kosmetik. Tanaman kelor merupakan perdu dengan ketinggian
sampai10 m, berbatang lunak dan rapuh dengan daun yang sebesar ujung jari
berbentuk bulat telur dan tersusun majemuk. Berbunga sepanjang tahun berwarna
putih, buah bersisi segitiga dengan panjang sekitar 30 cm, tumbuh subur mulai dari dataran
rendah ketinggian 700 m diatas permukaan laut. Golongan obat yang saat ini
tersedia untuk penyakit hepatitis ialah Pengobatan Telan atau Oral dan secara injeksi.
Pengobatan oral yang terkenal ialah pemberian obat Lamivudine dari kelompok
nukleuseda analog, yang dikenal dengan nama 3Tc. Obat ini digunakan bagi dewasa
maupun anak-anak. Pemakaian obat ini cenderung meningkatkan enzim hati (ALT) untuk
itu penderita akan mendapat monitor berkesinambungan dari dokter. Yang berikutnya
pemberian obat Adefovir dipivoxil (Hepsera). Pemberian secara oral akan lebih efektif
tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi akan berpengaruh buruk terhadap fungsi
ginjal.
Adapun obat tradisional yang dapatmembantu meringankan penyakit hepatitis B yaitu:
Tanaman kelor. Tanaman kelor mengandung zat kimia, seperti minyak behen,
minyak terbang, emulsin, alkaloida, pahit tidak beracun serta vitamin A, B1, B2, dan C.
Selain itu kelor juga mengandung lebih dari 90 nutrisi disebut antioksidan alami terbaik.
Memiliki sumber serat terbaik, kandungan betakarotine 4 kali lipat lebih besar dari
wortel juga terdapat bahan minyak omega 3 dan klorofil. Pemanfaatan daun kelor secara
tradisional yaitu bagian daun kelor yang masih segar. Untuk membuat satu porsi
ramuan, daun yang dibutuhkan ialah sebanyak 3-7. Selain daun kelor yang masih
segar, untuk membuat ramuan obat Hepatitis B juga dibutuhkan air kelapa sebanyak
satu gelas dan madu sebanyak 1 sendok. Cara pembuatan ramuannya cukup
sederhana. Pertama tumbuk daun keloryang sudah dicuci bersih. Kemudian campurkan
air kelapa dengan tumbukan daun tersebut dan saring. Terakhir, tambahkan madu
dan aduk merata. Ramuan siap diminum. Untuk hasil maksimal, buat dan minum
ramuan itu sampai sembuh.Hepatitis dapat disembuhkan dengan ekstrakdaun kelor. Daun
kelor mengandung zat kimia, seperti minyak behen, minyak terbang, emulsin, alkaloida,
pahit tidak beracun serta vitamin A, B1, B2, dan C. Selain itu kelor juga mengandung
lebih dari 90 nutrisi 48 jenis antioksidan 36 senyawa anti inflamasi yang terbentuk secara
alami. Kelor disebut antioksidan alami terbaik, memiliki sumber serat terbaik,
kandungan betakarotine 4 kali lipat lebih besar dari wortel juga terdapat bahan minyak
omega 3 dan klorofil sehingga dapat digunakan sebagai obat herbal untuk penyembuhan
Hepatitis B. ( Wahyuni, 2013)
Berdasarkan keluhan yang dikeluhkan pasien pada kasus diatas serta data yang di dapatkan
dari mind map dan tabel check serta pembahasan kelompok sehingga kami kelompok
merumuskan diagnosa medis yang diangkat berdasarkan kasus di atas adalah Hepatitis .
BAB II
KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Hepatitis adalah peradangan hati yang bisa berkembang menjadi fibrosis (jaringan
parut), sirosis atau kanker hati. Hepatitis disebabkan oleh berbagai faktor seperti
infeksi virus, zat beracun (misalnya alkohol,obat-obatan tertentu), dan penyakit autoimun
(Kemenkes, 2017).
Peradangan hati ditandai dengan meningkatnya kadar enzim hati. Peningkatan ini
disebabkan adanya gangguan atau kerusakan membrane hati. Ada 2 faktor penyebabnya
yaitu faktor infeksi dan faktor non infeksi . Faktor penyebab infeksi antara lain virus
hepatitis dan bakteri. Selain karena virus Hepatitis A, B, C, D, E dan G masih banyak
virus lain yang berpotensi menyebabkan hepatitis misalnya adeno viruses, CMV, Herpes
simplex, HIV, rubella, varicella dan lain- lain . Sedangkan bakteri yang menyebabkan
hepatitis antara lain misalnya bakteri Salmonellathypi, Salmonella parathypi,
tuberkulosis, leptosvera. Faktor non infeksi misalnya karena obat. Obat tertentu dapat
mengganggu fungsi hati dan menyebabkan hepatitis (Dalimartha, 2008).
B. ETIOLOGI
Faktor penyebab terjadinya Hepatitis berdasarkan jenisnya adalah sebagai berikut
(Soerjono. 2011):
1. Hepatitis A
Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A yang merupakan virus RNA dari
family enterovirus. Virus hepatitis A terutama menyebar melalui tinja. Penyebaran
ini terjadi akibat buruknya tingkat kebersihan. Dinegara-negara berkembang sering
terjadi wabah yang penyebarannya terjadi melalui air dan makanan.
2. Hepatitis B
Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B yang merupakan virus DNA yang
pemakai obat yang menggunakan jarum suntik secara bersamaan, atau diantara mitra
seksual (baik hetero seksual maupun pria homo seksual). Selain itu pula bisa terjadi
pada ibu hamil yang terinfeksi hepatitis B bisa menularkan virus kepada bayi selama
proses persalinan. Hepatitis B bisa ditularkan oleh orang sehat yang membawa virus
hepatitis B.
3. Hepatitis C
Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis C yang merupakan virus Rna kecil
terbungkus lemak. Menyebabkan minimal 80% kasus hepatitis akibat tranfusi darah.
jarum bersama-sama. Jarang terjadi melalui hubungan seksual. Untuk alas an yang
4. Hepatitis D
Hepatitis D disebabkan oleh virus hepatitis D yang merupakan virus RNA detektif
5. Hepatitis E
C. PATOFISIOLOGI
Kerusakan hati yang terjadi biasanya meliputi serupa pada semua tipe hepatitis virus.
Cedera dan nekrosis sel hati ditemukan dengan berbagai derajat. Ketika memasuki
tubuh, virus hepatitis menyebabkan cedera dan kematian hepatosit yang biasa dengan
cara membunuh langsung sel hati atau dengan cara mengaktifkan reaksi imun serta
menimbulkan lisis pada sel-sel yang terinfeksi atau yang berada disekitarnya.
lebih lanjut sel-sel hati yang terinfeksi. Edema dan pembengkakan intertisium
menimbulkan kolaps kapiler serta penurunan aliran darah, hipoksia jaringan, dan
D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala awal infeksi virus Hepatitis A sangat bervariasi dan bersifat tidak
spesifik. Demam, kelelahan, anoreksia (tidak nafsu makan) dan gangguan pencernaan
(mual,muntah,kembung) dapat ditemukan pada awal penyakit. Dalam waktu 1 minggu,
beberapa penderita dapat mengalami gejala kuning (ikterus) disertai gatal, buang air
kecil berwarna seperti teh, dan tinja berwarnapucat. Infeksi pada anak berusia di bawah
5 tahun umumnya tidak memberikan gejala yang jelas dan hanya 10% yang akan
memberikan gejala ikterus. Pada anak yang lebih tua dan dewasa, gejala yang muncul
biasanya lebih berat dan ikterus terjadipada lebih dari 70% penderita. Masa inkubasi 15-
50 hari, rata-rata 28-30 hari ( Kemenkes, 2012 ).
Menurut Wicaksono (2014) gejala hepatitis akut terbagi dalam 4 tahap yaitu fase
inkubasi, fase prodromal (pra ikterik), fase ikterus,dan fase konvalesen (penyembuhan).
1. Fase Inkubasi
Fase Inkubasi merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala atau
ikterus. Fase ini berbeda-beda lamanya untuk tiap virus hepatitis. Panjang fase ini
tergantung pada dosis inokulum yang ditularkan dan jalur penularan, makin besar
dosis inokulum, makin pendek fase inkubasi ini. Pada hepatitis A fase inkubasi dapat
berlangsung selama 14-50 hari,dengan rata-rata28 - 30 hari.
2. Fase Prodromal (Pra-Ikterik)
Pada fase ini akan timbul keluhan-keluhan pertama dan timbulnya gejala ikterus.
Tandanya berupa malaise umum, nyeri otot, nyeri sendi,mudah lelah, gejala saluran
napas atas dan anoreksia.
3. FaseIkterus
Fase Ikterus muncul setelah 5-10hari, tetapi dapat juga muncul bersamaan dengan
munculnya gejala. Pada banyak kasus fase ini tidak terdeteksi. Setelah timbul ikterus
jarang terjadi perburukan gejala prodromal, tetapi justru akan terjadi perbaikan
klinis yang nyata.
4. Fase Konvalesen (Penyembuhan)
Fase penyembuhan diawali dengan proses menghilangnya ikterus dan keluhan
lain,tetapi hepatomegali dan abnormalitas fungsi hati tetap ada. Muncul perasaan
sudah lebih sehat dan kembalinya nafsu makan. Keadaan akut biasanya akan
membaikdalam 2-3 minggu. Pada hepatitis A perbaikan klinis dan laboratorium
lengkap terjadi dalam 9 minggu. Pada 5-10% kasus perjalanan klinisnya mungkin
lebih sulit ditangani, hanya <1%yang menjadi fulminant.
E. KOMPLIKASI
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Pasien
Nama : Tidak Terkaji
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 37 tahun
Agama : Tidak Terkaji
Suku/bangsa : Tidak Terkaji
Pendidikan : Tidak Terkaji
Pekerjaan : Tidak Terkaji
Alamat : Tidak Terkaji
b. Penanggung Jawab
Nama : Tidak Terkaji
Umur : Tidak Terkaji
Jenis Kelamin : Tidak Terkaji
Agama : Tidak Terkaji
Pekerjaan : Tidak Terkaji
Alamat : Tidak Terkaji
Tanggal masuk : Tidak Terkaji
Tanggal pengkajian : Tidak Terkaji
2. Riwayat kesehatan
a. Kesehatan sekarang
1) Keluhan utama : Lemah
2) Keluhan menyertai : Pusing
b. Riwayat kesehatan dahulu : Tidak Terkaji
c. Riwayat keluarga : Tidak Terkaji
3. Pola aktivitas fisik sehari-hari
a. Nutrisi : Anoreksia, mual muntah-muntah
b. Eliminasi : Tidak Terkaji
c. Istirahat dan Tidur : Tidak Terkaji
d. Aktifitas Fisik : Tidak Terkaji
e. Personal Hygiene : Tidak Terkaji
4. Data psikososial
a. Status Emosi : Tidak Terkaji
b. Konsep Diri : Tidak Terkaji
c. Interaksi Sosial : Tidak terkaji
5. Pengkajian fisik
a. Keadaan Umum : Tidak Terkaji
b. Kesadaran : Tidak Terkaji
c. Tanda vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 90x/mnt
Respirasi : 20x/mnt
Suhu tubuh : 39℃
IMT : 15,4 kg/m2 (nampak kurus)
d. Kepala :
a) Mata : Sklera Iterik
e. Leher : Tidak Terkaji
f. Dada dan Thorak :
Inpeksi : Tidak Terkaji
Palpasi : Tidak Terkaji
Perkusi : Tidak Terkaji
Auskultasi : Tidak Terksji
g. Abdomen : Distensi Abdomen, (nyeri tekan kuadran kanan atas)
h. Ekstremitas : Bengkak lengan dan tungkai
i. Intergumen : Kulit menguning
j. Genetalia : Tidak Terkaji
6. Pemeriksaan penunjang
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
B. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Pasien
Nama : Tidak Terkaji
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 37 tahun
Agama : Tidak Terkaji
Suku/bangsa : Tidak Terkaji
Pendidikan : Tidak Terkaji
Pekerjaan : Tidak Terkaji
Alamat : Tidak Terkaji
c. Penanggung Jawab
Nama : Tidak Terkaji
Umur : Tidak Terkaji
Jenis Kelamin : Tidak Terkaji
Agama : Tidak Terkaji
Pekerjaan : Tidak Terkaji
Alamat : Tidak Terkaji
Tanggal masuk : Tidak Terkaji
Tanggal pengkajian : Tidak Terkaji
7. Riwayat kesehatan
d. Kesehatan sekarang
3) Keluhan utama : Lemah
4) Keluhan menyertai : Pusing
e. Riwayat kesehatan dahulu : Tidak Terkaji
f. Riwayat keluarga : Tidak Terkaji
8. Pola aktivitas fisik sehari-hari
f. Nutrisi : Anoreksia, mual muntah-muntah
g. Eliminasi : Tidak Terkaji
h. Istirahat dan Tidur : Tidak Terkaji
i. Aktifitas Fisik : Tidak Terkaji
j. Personal Hygiene : Tidak Terkaji
9. Data psikososial
d. Status Emosi : Tidak Terkaji
e. Konsep Diri : Tidak Terkaji
f. Interaksi Sosial : Tidak terkaji
10. Pengkajian fisik
k. Keadaan Umum : Tidak Terkaji
l. Kesadaran : Tidak Terkaji
m. Tanda vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 90x/mnt
Respirasi : 20x/mnt
Suhu tubuh : 39℃
IMT : 15,4 kg/m2 (nampak kurus)
n. Kepala :
b) Mata : Sklera Iterik
o. Leher : Tidak Terkaji
p. Dada dan Thorak :
Inpeksi : Tidak Terkaji
Palpasi : Tidak Terkaji
Perkusi : Tidak Terkaji
Auskultasi : Tidak Terksji
q. Abdomen : Distensi Abdomen, (nyeri tekan kuadran kanan atas)
r. Ekstremitas : Bengkak lengan dan tungkai
s. Intergumen : Kulit menguning
t. Genetalia : Tidak Terkaji
11. Pemeriksaan penunjang
Hepatitis
Peradangan Hepar
Aktivasi Neutrofel Dan Hepatomegali Kerusakan Sel Paranium
Makrofag Hepar
Peradangan Hepar
Pengeluaran Asam
Akaridonat
Aktivasi Pergathermostat
Hipotalamus
HIPERTERMI
Gangguan Metabolisme
Glikogenesis Dan
Glukogenesisi Menurun
Mudah Lemah
Intoleran
INTOLERAN
AKTIVITAS
RESIKO DEFISIT
NUTRISI
PERILAKU
KESEHATAN
CENDERUNG
BERESIKO
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi b.d proses penyakit d.d :
Ds : -
Do :
Suhu badan 390C
Do : -
3. Resiko defisit nutrisi d.d peningkatan kebutuhan metabolisme:
Faktor resiko :
Klien mengeluh mual
Klien mengeluh muntah-muntah
Klien mengataka nafsu makan menurun
Klien nampak kurus
IMT : 15,4
Distensi abdomen
Nyeri tekan kuadran kanan atas
4. Perilaku kesehatan cenderung beresiko b.d pemilihan gaya hidup tidak sehat d.d :
Ds :
Keluarga klien mengatakan klien sering mengonsumsi alkohol
Do :-
D. PERENCANAAN KEPERAWATAN
NO Diagnosa Tujuan Dan
Keperawatan Kriteria Hasil Intervesi Keperawatan
(PPNI T. P., (PPNI T. P., (PPNI T. P., 2018)
2017) 2019)
1 Hipertermi (D.0130) b.d Termoregulasi (L. Manajemen Hipertermi
proses penyakit d.d : 14134) Observasi
Setelah dilakukan Identifkasi penyebab
Ds : -
tindakan keperawatan hipertermi (mis.
Do : selama 3x24 jam dehidrasi terpapar
Suhu badan 390C diharapkan lingkungan panas
termoregulasi penggunaan incubator)
membaik, dengan Monitor suhu tubuh
kriteria hasil: Monitor kadar elektrolit
Suhu tubuh Monitor haluaran urine
membaik Terapeutik
Sediakan lingkungan yang
dingin
Longgarkan atau lepaskan
pakaian
Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
Berikan cairan oral
Ganti linen setiap hari
atau lebih sering jika
mengalami hiperhidrosis
(keringat berlebih)
Lakukan pendinginan
eksternal (mis. selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen,aksila)
Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
Batasi oksigen, jika perlu
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi cairan dan
elektrolit intravena, jika
perlu
Terapeutik
Sediakan lingkungan yang
nyaman dan rendah
stimulus
Lakukan ROM pasif/aktif
Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Anjurka melakukan
aktivitas secara bertahap
Kolaborasi
Kolaborasi degan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
3 Resiko defisit nutrisi Fungsi Manajemen Nutrisi
Gastrointestinal (L. (I.03119)
(D.0032) d.d peningkatan
03019) Observasi
kebutuhan metabolisme:
Setelah dilakukan
Faktor resiko : tindakan keperawatan Identifikasi status nutrisi
selama 3x24 jam Identifikasi alergi dan
Klien mengeluh
diiharapkan Fungsi intoleran makanan
mual Monitor makanan yang
Gstrointestinal
Klien mengeluh membaik, dengan disukai
muntah-muntah kriteria hasil: Monitor asupan makanan
Mual menurun Monitor berat badan
Klien mengataka
Muntah menurun Monitor hasil pemeriksaan
nafsu makan Nyeri abdomen laboratorium
menurun menurun
Terapeutik
5. Klien nampak Distensi abdomen
menurun Berikan makanan TKTP
kurus
Nafsu makan Berikan suplemen
6. IMT : 15,4 membaik makanan, jika perlu
7. Distensi abdomen Fasilitasi menentuan
pedoman diet
8. Nyeri tekan N
kuadran kanan 11Edukasi
atas ea Anjurkan posisi duduk
m Anjurka diet yang
en diperankan
u
Kolaborasi
Kolaborasi pemebrian
medikasi sebelum makan
Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrien yang
dibutuhkan jika perlu
Manajemen Cairan
(I.03098)
Observasi
Monitor status hidrasi
Monitor berat badan harian
Monitor status
hemodianamik
Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
Catat intake-output dan
hitung balance cairan
Berikan asupan cairan,
sesuai kebutuhan
Berikan cairan intravena,
jika perlu
Kolaborasi
Kolaborasi pemebrian
diuretik, jika perlu
4 Perilaku kesehatan Perilaku Kesehatan Edukasi perilaku upaya
cenderung beresiko (L. 12107) kesehatan (I.12435)
Setelah dilakukan Observasi
(D.0099) b.d pemilihan
tindakan keperawatan Identifikasi kesiapan
gaya hidup tidak sehat d.d selama 3x24 jam dan kemampuan
: diharapkan perilaku menerima informasi
kesehatan membaik, Terapeutik
Ds :
dengan kriteria hasil: Sediakan materi dan
Keluarga klien Kemampuan media pendidikan
mengatakan klien melakukan kesehatan
tindakan Jadwalkan pendidikan
sering
pencegahan kesehatan sesuai
mengonsumsi masalah meningkat kesepakatan
alkohol Kemampuan Gunakan promosi
Do :- peningkatan kesehatan dengan
kesehatan memperhatikan
meningkat pengaruh dan hambatan
dari lingkungan, sosial,
serta budaya
Edukasi
Jelaskan penanganan
masalah kesehatan
Anjurkan
menggunakan fasilitas
kesehatan
Ajarkan program
kesehatan dalam
kehidupan sehari-hari
E. Implemetasi keperawatan
Implementasi keperawatan dilakukan berdasrkan intervensi keperawatan yang telah
direncanakan oleh perawat.
F. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan sesuai dengan tujuan dan outcome.