Anda di halaman 1dari 30

BAB III

TEORI DASAR

3.1 Peledakan

Dalam operasi penambangan terutama pada tambang terbuka, Peledakan

merupakan metode yang paling sering digunakan untuk memberaikan batuan.

Pada peledakan batubara biasanya digunakan untuk memberai lapisan tanah

penutup (overburden). Energi yang dihasilkan oleh bahan peledak akan

ditransmisikan kedalam massa batuan sehingga batuan tersebut terberaikan.

Semakin besar energi yang ditransmisikan ke dalam massa batuan semakin kecil

ukuran fragmentasi batuan yang akan dihasilkan oleh proses peledakan tersebut.

Proses penghancuran batuan hasil peledakan terdiri dari beberapa

tahap yaitu pecahan akibat proses detonasi, rekahan alami oleh energi peledakan

dan kombinasi dari rekahan akibat dari peledakan dan rekahan alami. Gambar 3.1

menunjukkan proses pecahnya batuan.

Proses pemecahan batuan terdiri dari beberapa tahap yaitu :

1. Proses Pemecahan Tahap I

Saat proses peledakan akan meninggalkan lubang tembak akibat

gelombang kejut. Daerah lubang tembak akan menimbulkan rekahan radial

melalui tegangan tangensial.

2. Proses Pemecahan Tahap II

Timbulnya gelombang tarik (tension wave) disebabkan oleh tekanan yang

turun dengan cepat dan gelombang kejut akan meninggalkan lubang tembak saat

26

Analisis metode peledakan singledeck dan doubledeck menggunakan elektronik detonator terhadap hasil
peledakan PIT Central 2 PT. SIS jobsite PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan
Febriya Ariska Putri
27

menemui bidang bebas kemudian akan memantulkan bersamaan. Kondisi batuan

saat proses pemecahan batuan tahap akhir digunakan energi pada proses

pemecahan tahap I dan II. Spalling pada bidang bebas terjadi akibat tegangan tarik

yang cukup kuat, karena gelombang tarik merambat kembali ke batuan sehingga

kuat tekan lebih besar dibandingkan dengan kuat tarik.

3. Proses Pemecahan Tahap III

Kombinasi efek dari tegangan tarik membuat rekahan radian yang cepat

dan besar karena dibawah tekanan tinggi dari gas hasil peledakan. Batuan akan di

lepas pada tegangan saat tekanan tinggi karena mempertahankan posisi dari gerak

kedapan dalam massa batuan yang gagal. Pada massa batuan timbulnya energi

tarik yang besar disebabkan oleh pelepasan tegangan. Pada tahap II proses

pemecahan batuan telah mempersiapkan rekahan untuk membantu fragmentasi

saat proses peledakan dan membuat energi tarik melengkapi proses pecahnya

batuan.

3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Peledakan

Faktor yang tidak dapat dikendalikan dan faktor yang dapat dikendalikan

merupakan faktor dalam kegiatan peledakan. Dapat dilihat penjelasan dari kedua

faktor tersebut.

1. Faktor Rancangan yang Tidak Dapat Dikendalikan

Cuaca, struktur geologi, karakteristik batuan serta pengaruh air merupakan

proses alamiah karena faktor ini tidak dapat dikendalikan oleh kemampuan

manusia.

Analisis metode peledakan singledeck dan doubledeck menggunakan elektronik detonator terhadap hasil
peledakan PIT Central 2 PT. SIS jobsite PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan
Febriya Ariska Putri
28

2. Faktor Rancangan yang Tidak Dapat Dikendalikan

Cuaca, struktur geologi, karakteristik batuan serta pengaruh air merupakan

proses alamiah karena faktor ini tidak dapat dikendalikan oleh kemampuan

manusia.

Sumber: Willian Hustrulid, 1999

Gambar 3.1

Proses Pecahnya Batuan

Analisis metode peledakan singledeck dan doubledeck menggunakan elektronik detonator terhadap hasil
peledakan PIT Central 2 PT. SIS jobsite PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan
Febriya Ariska Putri
29

3. Faktor Rancangan yang Dapat Dikendalikan

Pola pemboran, pola peledakan, diameter lubang ledak, kedalaman lubang

ledak serta kemiringan lubang ledak bisa dirancang oleh manusia dan ini termasuk

faktor yang dapat dikendalikan oleh manusia agar memperoleh hasil peledakan

yang diharapkan.

3.3 Bahan Peledak

Bahan peledak yaitu bahan yang berbentuk padat, cair, gas atau campuran

apabila dikenai suatu aksi atau panas, gesekan atau ledakan akan berubah secara

kimia menjadi zat–zat yang lebih stabil, yang sebagian atau seluruhnya berbentuk

gas dan perubahan tersebut berlangsung dalam waktu yang sangat singkat disertai

efek panas dan tekanan yang tinggi (Koesnaryo 1988).

3.3.1 Klasifikasi Bahan Peledak

Sumber kimia pada pemakaian bahan peledak sangat banyak dan luas.

Bukan hanya sumber kimia aja yang ada pada bahan peledak tetapi ada sumber

energi mekanik dan nuklir. Bahaya yang dimiliki oleh sumber kimia lebih rendah

dibandingkan nuklir selain itu harganya relatif murah, banyak variasi waktu tunda

(delay time), penanganan teknis lebih mudah ini semua yang ada dalam sumber

kimia dibahan peledak. Bahan peledak kimia dapat dibedakan menjadi dua

menurut R.L Ash (1962).

1. Sifat detonasi dengan kecepatan reaksi antara 5000-24000 fps (1650-8000

m/s) termasuk golongan bahan peledak kuat (high explosive).

Analisis metode peledakan singledeck dan doubledeck menggunakan elektronik detonator terhadap hasil
peledakan PIT Central 2 PT. SIS jobsite PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan
Febriya Ariska Putri
30

2. Sifat deflagrasi terbakar dengan kecepatan kurang dari 5000 fps (1650

m/s) termasuk golongan bahan peledak lemah (low explosive).

3.3.2 Jenis dan Tipe Bahan Peledak

1. Agen Peledakan (Blasting Agent)

Anfo, slurries, dan ammonium nitrat (NH4NO3) merupakan campuran dari

bahan bakar (fuel) dan oksida. Campuran bahan kimia yang tidak termasuk atau

tidak digolongkan sebagai bahan peledak yaitu blasting agent.

2. Bahan Peledak Berbasis Nitrogliserin

Nitrogliserin merupakan kandungan utama dari bahan peledak ini berupa

nitrogliserin, nitoglikol, nitrocotton dan material selulosa. Kadang ditambah juga

ammonium atau sodium nitrat. Nitrogliserin merupakan zat kimia yang berbentuk

cair yang tidak stabil dan mudah meledak, sehingga pengangkutannya sangat

beresiko tinggi.

3. Bahan Peledak Permissible

Jika nilai NG kecil jika ditambah dengan ammonium chloride, sodium

nitrat dan ditambahkan dengan bahan bakar bisa digunakan untuk bahan peledak.

Pada tambang bawah tanah biasanya menggunakan bahan peledak permissible

karena bahan peledak ini tidak menghasilkan gas beracun. Untuk reaksi dari

bahan bakar permissible adalah:

NaNO3 + NH4Cl  NaCl + NH4NO3

Analisis metode peledakan singledeck dan doubledeck menggunakan elektronik detonator terhadap hasil
peledakan PIT Central 2 PT. SIS jobsite PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan
Febriya Ariska Putri
31

4. Bahan Peledak Peka Detonator

Detonator yang telah terpasang pada cartridge yang bentuknya terdiri

pasta dan keras disebut dengan bahan peledak primer. Bahan peledak primer

merupakan bahan peledak peka detonator. Kemudian bila sudah menjadi bahan

peledak primer kemudian dimasukkan kedalam lubang ledak.

Cartridge atau primer akan meledak jika ada pemicu yang menginisiasi

detonator. Untuk menginisiasi bahan peledak sepanjang kolom lubang ledak

cartridge atau primer memberikan sumber energy yang kuat. Berikut contoh

bahan peledak yang peka terhadap detonator.

a. Bahan peledak emulsi

Untuk mendapatkan atau mencapai Oxygen Balance untuk pembuatan

emulsi dibutuhkan (Droplets) atau campuran berupa fase larutan oksidator yang

berbentuk butiran yang sangat halus sekitar 0,001 mm dan dibutuhkan minyak

sebesar 6% dan harus memiliki berat butiran droplets yang menyelimuti emulsi

sebesar 94%. Pembuatan emulsi sangat sulit karena harus memperhatikan butiran

oksidator yang sangat halus. Bahan peledak emulsi ini disebut dengan “air dalam

minyak” (Water In Oil Emulsion) dalam mempertahankan fase emulsi dibutuhkan

tambahan berupa emulsifier. Tabel 3.1 menggambarkan perbedaan bahan peledak

dari ukuran butir oksidator.

Pada waktu penimbunan sering terjadi perubahan viskositas terhadap

karakteristik fase emulsi dan efek emulsi dari sifat bahan peledak. Gambar 3.2

menunjukkan gambaran dari produksi emulsi dan pola urutan produksi emulsi

berupa kemasan maupun ditumpah langsung kedalam lubang ledak. Sensitizer

Analisis metode peledakan singledeck dan doubledeck menggunakan elektronik detonator terhadap hasil
peledakan PIT Central 2 PT. SIS jobsite PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan
Febriya Ariska Putri
32

merupakan zat pemeka tambahan untuk bahan peledak emulsi yang digunakan

untuk meningkatkan kepekaan terhadap bahan peledak karena butiran yang

dimiliki oksidator terlalu halus. Kadang-kadang aluminium juga digunakan dalam

zat pemeka yang berguna untuk meningkatkan kekuatan dan ditambahkan dengan

Glass Microballons.

Tabel 3.1
Perbedaan Ukuran Butir Oksidator Bahan Peledak

Bahan peledak Ukuran, mm Bentuk VoD, m/s

ANFO 2,000 Semua padat 3200

Dinamit 0,200 Semua padat 4000

Slurry 0,200 Padat / liquid 3300

Emulsi 0,001 Liquid 5000– 6000

Sumber: (Bamfield And Morrey, 1984)

FASE LARUTAN FASE


EMULSIFIER
OKSIDA MINYAK

- MICRO BALLONS
- ALUMINIUM

TANGKI TRUCK MMU


PENGADUK

EMULSI
- MICRO BALLONS
PENGISIAN BAHAN PELEDAK
- AGEN GASSING
LANGSUNG KE EMULSI DINGIN SIAP
- ALUMINIUM
LUBANG LEDAK POMPA DIANGKUT
BLENDER TANGKI JARAK JAUH
AGEN
GASSING
EXPLOSIVE
POMPA DANGER

PEMBENTUKAN
CARTRIDGE
AGEN
LUBANG GASSING
LEDAK
PENDINGINAN POMPA

PENGEPAKAN LUBANG
LEDAK
a. EMULSI KEMASAN b. EMULSI CURAH
(CARTRIDGE) (BULK)

Sumber:Website(www.scribd.com/doc/168100804/Bab-IV-Agen-Peldakan )

Gambar 3.2

Pola Urutan Produksi Emulsi

Analisis metode peledakan singledeck dan doubledeck menggunakan elektronik detonator terhadap hasil
peledakan PIT Central 2 PT. SIS jobsite PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan
Febriya Ariska Putri
33

Mobile Mixer Unit (MMU) merupakan mobil pembawa bahan peledak

emulsi yang akan dicurah atau ditumpah langsung kedalam lubang ledak. Pada

kegiatan peledakan sudah banyak yang menggunakan bahan peledak emulsi.

b. Black powder atau Gun Powder

Low Explosive merupakan bahan peledak lemah seperti black powder atau

gun powder. Black powder memiliki kecepatan rambat sebesar 60 meter per detik

tetapi bahan peledak ini termasuk golongan yang terbakar sangat cepat. Biasanya

bahan peledak ini sering digunakan untuk keperluan militer. Black powder terdiri

dari serbuk batubara, garam, dan belerang.

3.3.3 Sifat Fisik Bahan Peledak

Apabila terjadi perubahan pada kondisi lingkungan merupakan

kenampakan nyata yang disebabkan oleh sifat fisik bahan peledak. Ada beberapa

sifat fisik bahan peledak yang perlu diketahui antara lain seperti:

1. Densitas, yaitu angka yang menyatakan perbandingan berat per volume.

2. Sensitifity (kepekaan) adalah sifat yang menunjukkan tingkat kemudahan

inisiasi bahan peledak atau ukuran minimal booster yang diperlukan. Ada

beberapa macam kepekaan, yaitu :

a. Sensitifity to shock (Impact), yaitu kepekaan bahan peledak terhadap

benturan.

b. Sensitifity to head, yaitu kepekaan bahan peledak terhadap panas (suhu).

c. Sensitifity to initiation, yaitu kepekaan bahan peledak terhadap ledakan

pendahuluan (initiator).

Analisis metode peledakan singledeck dan doubledeck menggunakan elektronik detonator terhadap hasil
peledakan PIT Central 2 PT. SIS jobsite PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan
Febriya Ariska Putri
34

d. Sensitifity to cap, yaitu kepekaan bahan peledak terhadap gelombang

ledakan yang letaknya berjauhan.

- Water Resistance, adalah kemampuan bahan pedeladak untuk

menahan perembesan air.

- Chemical Stability, adalah ukuran kestabilan bahan peledak dalam

penyimpanan.

- Fumes Charactertic, merupakan sifat bahan peledak yang terdiri dari

banyak sedikitnya gas-gas beracun yang terjadi sesudah peledakan

seperti CO (Carbon Monoksida) dan NO (Nitrogen Oksida).

3.4 Karakteristik Bahan Peledak

Pada kegiatan peledakan di tambang terbuka terdapat karakteristik bahan

peledak seperti ketahanan terhadap air, sifat gas beracun, kecepatan detonasi,

bobot isi, tekanan detonasi, kepekaan, dan kekuatan semua itu yang

mempengaruhi operasi pada peledakan.

1. Kekuatan (Strength)

Saat bahan peledak bekerja maka energi yang terkandung didalam bahan

peledak bisa diukur maka ini disebut dengan kekuatan atau strength. Test yang

digunakan untuk mengukur kekuatan adalah Ballistic Mortar Test. Kekuatan

bahan peledak dapat diukur melalui tiga cara yaitu weight strength, volume

strength, relative weight strength.

Analisis metode peledakan singledeck dan doubledeck menggunakan elektronik detonator terhadap hasil
peledakan PIT Central 2 PT. SIS jobsite PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan
Febriya Ariska Putri
35

2. Kecepatan Detonasi

Kecepatan detonasi merupakan gelombang dengan kecepatan melalui

bahan peledak yang dinyatakan dalam meter per detik atau feet per detik.

Kecepatan detonasi suatu bahan peledak tergantung pada beberapa faktor yaitu

bobot isi bahan peledak, diameter bahan peledak, derajat pengurungan, ukuran

partikel dari bahan penyusunnya dan bahan-bahan yang terdapat dalam bahan

peledak.

Kecepatan detonasi dinyatakan dalam kondisi terkurung dan kondisi tidak

terkurung. Bahan peledak dengan kecepatan detonasi tinggi biasanya digunakan

pada peledakan dengan kondisi batuan yang keras. Lubang tembak atau ruang

tertutup akan dirambatkan oleh gelombang detonasi yang merambat melalui

kolom bahan peledak. Biasanya pada kegiatan peledakan disebut dengan

kecepatan detonasi yang terkurung. Saat bahan peledak akan diledakkan dalam

keadaan tidak terkurung atau terbuka maka disebut dengan kecepatan detonasi

tidak terkurung. Secara linear apabila diameter besar maka kecepatan detonasi

akan meningkat. Kecepetan reaksi meningkat apabila partikel semakin besar yang

ada pada kontak permukaan dan semakin kecilnya ukuran butir.

3. Kepekaan

Memperbesar kepekaan dengan cara peningkatan arah dan untuk

mengurangi kepekaan dengan penyerapan air dan terlapisnya oleh kristal-kristal

dari zat lilin. Dengan menyebarkan reaksi pada kolom isian bahan peledak sifat

peka dari bahan peledak akan memulai reaksinya dan disebut dengan kepekaan.

Analisis metode peledakan singledeck dan doubledeck menggunakan elektronik detonator terhadap hasil
peledakan PIT Central 2 PT. SIS jobsite PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan
Febriya Ariska Putri
36

Kepekaan bahan peledak juga dipengaruhi pada diameter bahan peledak

dan derajat pengurungan. Jika diameter bahan peledak cukup besar tenaga reaksi

akan menghindar dan tingkat pengurungan akan cenderung memusatkan reaksi

kesepanjang kolom isian. Saat permukaan bahan peledak lebih luas maka besar

juga nilai perambatan reaksinya dan lebih mudah ke permukaan bahan peledak.

4. Bobot Isi Bahan Peledak

Bahan peledak merupakan salah satu sifat terpenting dalam bobot isi

bahan peledak dan dinyatakan dalam satuan kg/m3. Bobot isi dinyatakan dalam

beberapa cara yaitu:

a. Spesific Gravity (SG)

b. Panjang isian pada berat bahan peledak per meter dan dinyatakan dalam satuan

kg/m disebut Loading density (de)

5. Ketahanan Terhadap Air

Salah satu parameter pada pemilihan bahan peledak adalah ketahanan

terhadap air dan dinyatakan dalam jam. Kemampuan bahan peledak dapat diukur

dengan ketahanan terhadap air jika bahan peledak tersebut dapat menahan

rembesan pada air dalam waktu tertentu masih bisa meledak dengan baik.

Sebagian jenis bahan peledak yang rusak disebabkan oleh air yang melarut

didalam kandungan bahan peledak. Air yang berada dalam lubang dapat

menambahkan unsur H dan O dan lebih banyak memerlukan panas untuk

meluapkannya menjadi uap air.

Analisis metode peledakan singledeck dan doubledeck menggunakan elektronik detonator terhadap hasil
peledakan PIT Central 2 PT. SIS jobsite PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan
Febriya Ariska Putri
37

3.5 Geometri Lubang Ledak

Pola pemboran, kedalaman lubang tembak, tinggi jenjang, diameter lubang

bor, kemiringan lubang tembak itu semua termasuk dalam dalam geometri lubang

lor berikut penjelasannya.

3.5.1 Diameter Lubang Tembak

Untuk mengetahui kapasitas dari alat muat yang akan digunakan maka

harus dilakukan pemuatan material hasil peledakan, fragmentasi yang diinginkan,

tinggi jenjang, mesin bor yang digunakan, dan volume batuan yang akan

dibongkar ini semua untuk menentukan diameter dari lubang tembak. Untuk

diameter lubang tembak yang terlalu kecil, maka tidak kuat untuk membongkar

batuan yang akan diledakkan sedangkan jika lubang tembak terlalu besar tidak

cukup baik untuk mendapatkan hasil fragmentasi. Pada batuan yang banyak

terdapat kekar dengan jarak kerapatan yang tinggi. Ketika kekar membagi burden

dalam blok yang besar, maka fragmentasi yang akan terjadi akan terjangkau oleh

suatu lubang tembak. Hal seperti ini menghendaki diameter lubang tembak yang

kecil.

Panjang stemming dapat dikurangi jika menggunakan lubang tembak yang

kecil. Panjang stemming besar jika digunakan pada lubang tembak yang besar

dikarenakan untuk menhindari terjadinya flyrock dan groundvibration. Bagian

dari atap jenjang memberikan patahan atau hancuran yang lebih baik karena

diameter lubang ledak yang digunkan kecil ini semua berhubungan dengan

stemming.

Analisis metode peledakan singledeck dan doubledeck menggunakan elektronik detonator terhadap hasil
peledakan PIT Central 2 PT. SIS jobsite PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan
Febriya Ariska Putri
38

3.5.2 Kedalaman Lubang Ledak

Kelebihan dari kedalaman lubang ledak disebut dengan subdrill. Untuk

mendapatkan kedalaman lubang ledak yang lebih besar dan tinggi jenjang maka

lantai jenjang harus dibuat rata. Tinggi jenjang yang diterapkan atau ditetapkan

harus disesuaikan dengan kedalaman lubang ledak.

3.5.3 Kemiringan Lubang Ledak (Arah pemboran)

Gelombang tekan akan dipantulkan pada bidang bebas dan muncul

tonjolan pada tinggi jenjang yang sebagian gelombangnya akan diteruskan pada

bagian bawah lantai jenjang. Lantai jenjang akan menerima gelombang tekan

yang besar jika lubang ledak tegak. Dalam geometri peledakan burden dan spasi

harus sejajar untuk mendapatkan keseragaman arah lubang bor pada jenjang. Arah

pemboran tegak miring dan arah pemboran tegak termasuk dalam kemiringan

lubang ledak.

Gambar 3.3 menunjukkan gambaran dari lubang ledak tegak dan lubang

tegak miring. Gelombang tekan yang diteruskan semakin kecil dan gelombang

tekan yang dipantulkan lebih besar maka akan lebih cepat atau lebih mudah proses

pecahnya batuan. Bidang bebas yang luas akan membentuk pada lubang ledak

miring.

3.6 Gemoetri Peledakan

Geometri peledakan adalah hubungan antara berbagai jenis dimensi yang

digunakan dalam perencanaan peledakan. Berapa jumlah bahan peledak yang

Analisis metode peledakan singledeck dan doubledeck menggunakan elektronik detonator terhadap hasil
peledakan PIT Central 2 PT. SIS jobsite PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan
Febriya Ariska Putri
39

harus diisikan pada setiap lubang ledak dan bagaimana susunannya merupakan

salah satu pokok dalam merancang peledakan.

Useful
Bad Fragmentation
Wasted

Sumber: Jimeno et al 1995

Gambar 3.3

Pemboran Dengan Lubang Ledak Tegak dan Lubang Ledak Miring

Geometri peledakan sangat berperan penting dalam peledakan, geometri

yang baik akan memberikan hasil yang baik yang telah diperhitungkan. Batuan

akan berbeda-beda dari satu tempat ketempat yang lain walaupun jenisnya sama.

Dikarenakan dari proses genesa yang membuat karakteristik dari bidang

diskontinuitas, rekahan, dan sisipan (fissure) merupakan struktur geologi yang

diamati kenampakannya secara fisik dan secara mekanik pada massa batuan yang

berbeda. Powder factor (PF) atau Spesific Charge merupakan jumlah bahan

peledak yang dipakai saat peledakan per m3 atau ton produksi batuan (kg/m3 atau

Analisis metode peledakan singledeck dan doubledeck menggunakan elektronik detonator terhadap hasil
peledakan PIT Central 2 PT. SIS jobsite PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan
Febriya Ariska Putri
40

kg/ton). Semakin keras batuan maka memerlukan nilai PF yang tinggi agar batuan

terlampaui oleh kekuatan bahan peledak.

Semakin banyak bahan peledak yang digunakan maka batuan yang

diledakkan relative kompak dan struktur geologinya tanpa didomininasi.

Kemampuan pada peledakan akan mempengaruhi pada kondisi geologi.

3.6.1 Burden ( B )

Burden ratio harus diketahui terlebih dahulu sebelum menentukan

besarnya nilai burden dan nilai burden menentukan keberhasilan suatu peledakan.

Dalam menentukan burden hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

1. Burden merupakan jaarak muatan (charges) tegak lurus terhadap “ Free

Face”.

2. Karakteristik bahan peledak dan karakteristik batian tergantung dari

besarnya nilai burden.

3.6.2 Spasing ( S )

Lubang bor yang dirangkai dalam satu baris (Row) lalu sejajar juga dengan

“Pit Wall” dan mempunyai jarak antara lubang bor yang lain maka disebut dengan

spasing. Rock Fracture atau orientasi kesegala arah merupakan struktur batuan

yang memliki orientasi joint tegak lurus terhadap nilai spasing yang rapat dan

nilai burden yang dijarangkan. Dengan nilai burden dirapatkan dan nilai spasing

yang dijarangkan maka memiliki struktur batuan yang kompleks dan memiliki

orientasi joint sejajar. Jika burden = spasing maka memiliki sifat batuan yang

Analisis metode peledakan singledeck dan doubledeck menggunakan elektronik detonator terhadap hasil
peledakan PIT Central 2 PT. SIS jobsite PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan
Febriya Ariska Putri
41

homogen. Nilai spasing tergantung pada waktu tunda dan arah dari struktur

batuan, kedalaman lubang bor, letak primer dan bahan peledak, dan burden.

3.6.3 Stemming (T)

Stress balance dalam lubang bor sangat menentukan nilai stemming.

Untuk memampatkan dari isian bahan peledak dalam lubang ledak disebut dengan

stemming. Agar tidak terjadi stress balance dan air blast bisa dikontrol dengan

nilai stemming sebesar 0,70. Apabila nilai stemming dengan burden sama maka

akan terjadi stress balance dan cratering atau back break terjadi jika didapatkan

nilai perbandingan burden dan stemming kurang dari satu.

3.6.4 Sub Drilling ( J )

Pada lantai jenjang setelah peledakan biasanya menghindarkan terjadinya

Toe. Toe tidak dapat terjadi jika sub drilling terletak pada bagian bawah dasar

jenjang.

3.6.5 Tinggi jenjang (H)

Tinggi jenjang dapat dipengaruhi oleh kemampuan alat bor dan ukuran

bucket serta tinggi dari jangkauan alat muat. Pada peledakan tambang terbuka

biasanya menggunakan tinggi jenjang sekitar 10-15 meter. Pertimbangan yang

lain berupa kestabilan jenjang agar tidak runtuh, baik karena adanya daya dukung

yang lemah dan akibat geteran yang disebabkan oleh peledakan.

3.6.6 Panjang Kolom Isian ( PC )

Panjang kolom isian tergantung berapa Subdrill dan stemming dan tinggi

jenjang yang di gunakan.

Analisis metode peledakan singledeck dan doubledeck menggunakan elektronik detonator terhadap hasil
peledakan PIT Central 2 PT. SIS jobsite PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan
Febriya Ariska Putri
42

3.6.7 Kedalaman Lubang Bor ( L )

Kedalaman lubang bor yaitu pajang lubang bor yang melebihi tinggi

jenjang.

3.7 Rancangan Geometri RL-Ash

1. Burden ( B )
Burden dapat dihitung berdasarkan diameter lubang ledak dengan

mempertimbangkan nilai konstanta burden (KB). Burden merupakan variabel

yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan peledakan. Untuk penentuan

burden perlu diketahui burden ratio (Kb). Nilai Kb dipengaruhi oleh faktor jenis

batuan yang akan diledakkan dan bahan peledak yang digunakan. Penentuan nilai

Kb yaitu dari perbandingan relatif energi yang dihasilkan bahan peledak dan

pertimbangan sifat batuan terutama berat jenis batuan yang akan diledakkan.

Konstanta burden dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi batuan serta bahan

yang digunakan. Apabila batuan dan peledak tidak standar maka perlu

menentukan AF1 dan AF2 dengan menggunakan rumus:


𝟏
𝒆𝒏𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒑𝒐𝒕𝒆𝒏𝒔𝒊𝒂𝒍 𝒃𝒂𝒉𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒍𝒆𝒅𝒂𝒌 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒑𝒂𝒌𝒂𝒊 𝟑
AF1 = [ 𝒆𝒏𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒑𝒐𝒕𝒆𝒏𝒔𝒊𝒂𝒍 𝒃𝒂𝒉𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒍𝒆𝒅𝒂𝒌 𝒔𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓 ] (3.1)

Energi potensial = SGhandak x VOD2 (3.2)


𝟏
𝑫𝒆𝒏𝒔𝒊𝒕𝒊 𝒃𝒂𝒕𝒖𝒂𝒏 𝒔𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓 𝟑
AF2 = [𝑫𝒆𝒏𝒔𝒊𝒕𝒊 𝒃𝒂𝒕𝒖𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒊𝒍𝒆𝒅𝒂𝒌𝒂𝒏] (3.3)

Kb = Kb std x AF1 x AF2 (3.4)

Rumus Penentuan Burden:

𝑲𝑩 𝒙 𝑫(𝒊𝒏)
(𝑩) = (3.5)
𝟏𝟐

Analisis metode peledakan singledeck dan doubledeck menggunakan elektronik detonator terhadap hasil
peledakan PIT Central 2 PT. SIS jobsite PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan
Febriya Ariska Putri
43

Keterangan : Kb : Konstanta Burden

D (in) : Diameter Lubang Ledak

Tabel 3.2
Burden Standar ( KB.std ) Menurut RL.Ash

Rock Group
Type Of Explosive Soft Medium Hard
(< 2 ton/m3) (2-2,5 ton/m3) (> 2,5 ton/m3)
Low Density (0,8 - 0,9 gr/cc) and Low Strength 30 25 20
Medium Density (1,0 - 1,2 gr/cc) and Medium Strength 35 30 25
High Density (1,3 - 1,6 gr/cc) and High Strength 40 35 30
Keterangan :

SG : Berat Jenis

VoD : Kecepatan Detonasi

SG Standar : 1,20 gr/cc

VoD Standar : 12.000 fps

Densty Standar : 160 lb/cuft

2. Spasi ( S )

S = ( Ks x B ) (3.6)

KS : Nisbah Spasi ( 1 – 1.8 )

3. Stemming ( T )

T = ( KT x B ) (3.7)

KT : Nisbah Stemming ( 0.5 – 1 )

Analisis metode peledakan singledeck dan doubledeck menggunakan elektronik detonator terhadap hasil
peledakan PIT Central 2 PT. SIS jobsite PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan
Febriya Ariska Putri
44

4. SubDrill ( J )

J = ( KJ x B) (3.8)

KJ : Nisbah SubDrill ( 0.2 – 0.4 )

5. Kedalamn Lubang Ledak ( L )

L = (KL x B ) (3.9)

KL : Nisbah Kedalaman Lubang Ledak ( 1.5 – 4 )

6. Tinggi Jenjang ( H )

H = KH x B (3.10)

H=(L–J) (3.11)

L : Kedalaman Lubang Ledak

7. Panjang Kolom Isian (PC)

Kedalaman lubang ledak jika dikurangi oleh panjang stemming maka

didapatkan nilai panjang kolom isian bahan peledak. Lubang ledak yang terisi

oleh bahan peledak disebut dengan panjang kolom isian. Bisa dilihat pada rumus

3.12 untuk mendapatkan nilai PC.

PC= H – T (3.12)

H = Tinggi Jenjang (m)

T = Stemming (m)

8. Pengisian Bahan Peledak

Fragmentasi batuan hasil peledakan sangat berpengaruhi sekali terhadap

pemakaian bahan peledak. Dalam kolom isian (PC) jumlah pemakaian bahan

peledak per lubang disebut dengan loading density. Terutama pada konsentrasi

isian (loading density) ini saat berpengaruh terhadap pengisian bahan peledak.

Analisis metode peledakan singledeck dan doubledeck menggunakan elektronik detonator terhadap hasil
peledakan PIT Central 2 PT. SIS jobsite PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan
Febriya Ariska Putri
45

Loading density dapat dihitung dengan rumus untuk mengetahui seberapa banyak

isian bahan peledak tiap meternya.

de= 0,508 De2 (SG) (3.13)

Keterangan :

de = loading density (kg/m)

De = diameter lubang tembak (inchi)

SG = specific gravity bahan peledak yang digunakan

Dengan rumus 3.14 akan mendapatkan seberapa banyak bahan peledak yang

digunakan dalam satu lubang tembak.

E = de x PC (3.14)

Keterangan :

E = jumlah bahan peledak per lubang ledak (kg)

de = loading density dari bahan peledak yang digunakan (kg/m)

PC = panjang kolom isian (m)

9. Powder Factor (PF)

Jumlah bahan peledak yang digunakan dibagi dengan jumlah batuan yang

akan diledakkan merupakan pengetian dari powder factor atau specific charge.

PF = E / W (3.15)

Keterangan :

W = Berat batuan yang diledakkan (ton)

E = Berat bahan peledak yang digunakan (kg)

Powder factor juga dapat dinyatakan dalam satuan kg/m3 yaitu berat bahan

peledak yang digunakan permeter kubik material yang akan diledakkan.

Analisis metode peledakan singledeck dan doubledeck menggunakan elektronik detonator terhadap hasil
peledakan PIT Central 2 PT. SIS jobsite PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan
Febriya Ariska Putri
46

3.8 Metode Pengisisan Bahan Peledak

Dalam pengisian bahan peledak dapat dilakukan menjadi beberapa teknik

antara lain adalah:

3.8.1 Singledeck

Singledeck merupakan metode pengisian bahan peledak (charge) yang

paling umum digunakan dalam kegiatan peledakan. Kolom isian bahan peledak

dan kolom stemming saling bersinggungan langsung. Teknik pengisian singledeck

ini sangat cocok pada lokasi peledakan yang memiliki katakteristik material yang

keras. Karena gelombang yang dihasilkan oleh peledakan singledeck sangat besar.

Gambar 3.4

Sketsa Singledeck

3.8.2 Doubledeck

Doubledeck merupakan metode pengisisan bahan peledak (charge) dan

penempatan secara bertingkat atau kolom isian terbagi menjadi dua primer. Jadi

dalam satu kolom charge terdapat 2 primer dan 2 stemming.

Pada peledakan doubledeck bertujuan agar gelombang yang dihasilkan

dari bahan peledak yang bertingkat menyebabkan rekahan yang dihasilkan

semakin meluas dan hasil fragmentasi yang didapat harus lebih baik.

Analisis metode peledakan singledeck dan doubledeck menggunakan elektronik detonator terhadap hasil
peledakan PIT Central 2 PT. SIS jobsite PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan
Febriya Ariska Putri
47

Gambar 3.5

Sketsa Doubledeck

3.9 Sistem Inisiasi Peledakan

Elektronik Detonator, yaitu komponen elektronik yang dikenalkan di

inisiasi eletrik dunia di akhir 1960-an. Sekuensial mesin pada peledakan

merupakan waktu elektronik yang diatur melalui kawat timah. Perkembangan

pada elektronik detonator dapat meningkatkan jumlah dari detonator listrik blaster

serta jumlah kombinasi potensial yang meningkat.

Secara elektronik sistem akurasi bisa disesuaikan, karena elektronik

detonator ini merupakan langkah maju dalam logika dan bisa disesuaikan dalam

pemilihan waktu inisiasi yang signifikan bisa berupa peningkatan pada

produktivitas dan pengurangan gangguan.

Energi di kawat timah dihasilkan dari mesin peledakan secara sekuensial

dan memberikan waktunya melalui elektronik adjustable. Mesin peledakan yang

dikeluarkan secara berurutan diciptakan pada saat berkembangnya elektronik serta

meningkatnya jumlah dari detonator listrik decepticons. Gambar 3.6 menunjukkan

gambaran dari electronic detonator.

Analisis metode peledakan singledeck dan doubledeck menggunakan elektronik detonator terhadap hasil
peledakan PIT Central 2 PT. SIS jobsite PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan
Febriya Ariska Putri
48

Gambar 3.6

Electronic Detonator

I-kon TM Digital Energy system atau yang lebih dikenal dengan sebutan

elektronik detonator dibuat khusus atau dirancang semaksimal mungkin agar

dapat menyempurnakan dari detonator sebelumnya dan bisa bekerja secara

sempurna pada proses peledakan. Elektronik detonator ini merupakan generasi

terbaru dari sistem inisiasi. Elektronik detonator ini memiliki kelebihan

diantaranya :

a. Waktu Delay detonator : 0-15000 ms dengan beda 1 ms

b. Akurasi : +/- 0.1% dari waktu Delay terprogram

c. Memiliki detonator ID khusus

d. Dapat membuat komunikasi dua arah

e. Dapat mencegah terjadinya overlap waktu Delay

f. Aman terhadap over voltage, arus liar dan arus statis

g. Memiliki konektor

h. Untuk mempermudah pengurangan inventaris harus memerlukan

kemampuan pemograman yang penuh.

Analisis metode peledakan singledeck dan doubledeck menggunakan elektronik detonator terhadap hasil
peledakan PIT Central 2 PT. SIS jobsite PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan
Febriya Ariska Putri
49

i. Untuk mendesain peledakan secara terprogram dan otomatis

elektronikdetonator menggunakan software SHOTPlus-I UG dan

SHOTPlus-I.

Beberapa perusahaan pertambangan menyewa komputer dan perangkat

lunak sistem khusus yang digunakan untuk perencanaan dan menganalisis ledakan

sampai waktu sedemikian rupa sehingga pengembangan program selesai.

Peledakan dengan nilai yang tinggi dan kompleks didesain dengan

menggunakan sistem i-konTM pada sistem peledakan elektronik yang maju.

3.9.1 Peralatan Elektronik Detonator

1. Tagger

Tagger merupakan suatu alat yang berfungsi untuk menentukan Delay

antar detonator pada detonator elektronik, membaca dan menyimpan detonator ID

di dalam memori, mengecek, dan memberikan informasi kemungkinan adanya

Error detonator maupun adanya kebocoran arus, dan juga berfungsi sebagai sistem

pengamanan. Gambar 3.7 menunjukkan gambaran dari alat tagger.

Gambar 3.7
Tagger

Analisis metode peledakan singledeck dan doubledeck menggunakan elektronik detonator terhadap hasil
peledakan PIT Central 2 PT. SIS jobsite PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan
Febriya Ariska Putri
50

2. Benchbox

Benchbox merupakan alat yang berfungsi untuk melakukan komunikasi

dua arah pada detonator, pemrograman firing detonator, serta mengecek laporan

apakah detonator sudah siap untuk firing ataukah ada yang error. Benchbox

inipun mempunyai kunci pengamanan khusus yang dapat mencegah adanya

prematur firing. Gambar 3.8 menunjukkan gambaran dari benchbox.

Gambar 3.8
Benchbox

3. Base Station

Base Station merupakan alat untuk melakukan firing, base station ini

menerima perintah dari benchbox untuk melakukan sebuah firing. Base station

bisa juga digunakan pada jarak yang jauh saat melakukan firing. Gambar 3.9

menunjukkan gambaran dari base stasion.

Analisis metode peledakan singledeck dan doubledeck menggunakan elektronik detonator terhadap hasil
peledakan PIT Central 2 PT. SIS jobsite PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan
Febriya Ariska Putri
51

Gambar 3.9

Base Station

3.10 Fragmentasi

Setiap bongkahan batuan hasil peledakan disebut juga dengan fragmentasi

batuan. Bucket (excavator atau shovel) dari alat gali muat biasanya digunakan

untuk membatasi ukuran terbesar dari fragmentasi batuan yang akan dimuat

kedalam truck. Pada proses peledakan alat gali muat bekerja cepat apabila ukuran

dari fragmentasi batuan yang kecil.

Dalam kegiatan peledakan, adapun ketentuan dari hubungan fragmentasi

dengan lubang ledak yaitu :

1. Untuk penambahan isian bahan peledak pada kolom isian akan

mengakibatkan lemparan batuan dan menghasilkan fragmentasi batuan

berbentuk bongkahan besar apabila menggunakan lubang ledak yang besar

juga.

2. Hasil fragmentasi batuan kecil bisa menggunakan jarak spasi yang pendek

dan menggunakan bahan peledak sedikit dengan intensitas batuan yang

tinggi.

Analisis metode peledakan singledeck dan doubledeck menggunakan elektronik detonator terhadap hasil
peledakan PIT Central 2 PT. SIS jobsite PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan
Febriya Ariska Putri
52

Ada dua tahap yang berbeda yang harus digunakan saat distribusi energi

dipakai saat pecahnya batuan dalam massa batuan. Bahan peledak yang digunakan

untuk mengurangi fragmentasi yang besar harus memiliki jumlah energi yang

cukup saat bahan peledak terpakai pada massa batuan.

1. Bahan peledak yang tepat dan energi yang cukup dapat digunakan untuk

menghancurkan batuan. Bahan peledak diletakkan pada konfigurasi

geometri agar mendapatkan fragmentasi yang optimum.

2. Saat pecahnya batuan sisitem inisiasi yang digunakan tidak tepat atau

sejumlah energi ditempatkan secara strategis maka akan terjadi

perubahan yang ada pada pecahnya batuan, flyrock, airblast,

groundvibration, dan backbreak. Ini disebabkan oleh salahnya energi

yang dilepaskan maka membuat hasil akhir yang kurang baik.

3.10.1 Fragmentasi Hasil Peledakan Dengan Model Kuz-Ram

Pada kegiatan peledakan didapatkan hasil fragmentasi batuan kemudian

fragmentasi batuan ini dikelola menggunakan model Kuz-Ram untuk mengetahui

rata-rata fragmentasi dengan geometri peledakan. Kuznetsov merumuskan hasil

penelitiannya ini ke dalam suatu persamaan seperti yang terlihat pada persamaan

di bawah ini :

X mean = A ( V/ Q) 0.8.Q1/6. (3.16)

Keterangan :

Xmean = Rata-rata ukuran fragmentasi batuan (cm)

A = Faktor batuan

Analisis metode peledakan singledeck dan doubledeck menggunakan elektronik detonator terhadap hasil
peledakan PIT Central 2 PT. SIS jobsite PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan
Febriya Ariska Putri
53

V = Volume batuan per-lubang ledak (B x S x L)

Q = Berat bahan peledak

Faktor Batuan (RF) diperoleh dari hasil pembobotan batuan berdasarkan

nilai Blastability Index (BI). Agar dapat diaplikasikan untuk semua jenis bahan

peledak, Cunningham (1983) menyempurnakan persamaan Kuznetsov menjadi :

𝒗 𝟎.𝟖 𝑬 −𝟎.𝟔𝟑
𝑿 = 𝑨 (𝑸𝟎 ) ∙ 𝑸𝟎.𝟏𝟔𝟔𝟕 ∙ (𝟏𝟏𝟓) (3.17)
𝒆

Keterangan :

E : kekuatan berat relatif (Relatif Weight Strength) bahan peledak yang dipakai,

( untuk Emulsi = 115).

Kuznetsov dan Cunningham mempunyai perhitungan untuk mengetahui

ukuran rata-rata dari keseluruhan fragmentasi. Tetapi dengan perhitungan

Kuznetsov dan Cunningham mempunyai kelemahan yang tidak dapat

menerangkan seperti terjadinya fragmentasi kecil dari bongkahan hasil peledakan.

Distribusi fragmentasi batuan sangat penting untuk diketahui. Dengan

adanya gambaran atau contoh dari fragmentasi kita dapat mengetahui ukuran

fragmentasi yang diinginkan. Hasil fragmentasi yang didapatkan lalu dirata-

ratakan akan menyebabkan kurangnya tingkat ketelitiannya menjadi berkurang.

Maka dibutuhkan berupa formula untuk menaksir ukuran fragmentasi.

Parameter untuk fragmentasi rata-rata menggunakan suatu formula

Kuznetsov dan Cunningham. Rosin Ramler digunakan untuk mengetahui ukuran

fragmentasi batuan, sebagai berikut :

R = e – [ X / Xc ] х 100 % (3.18)

Analisis metode peledakan singledeck dan doubledeck menggunakan elektronik detonator terhadap hasil
peledakan PIT Central 2 PT. SIS jobsite PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan
Febriya Ariska Putri
54

Keterangan :

R = Batuan yang tertahan pada ayakan

X = Ukuran ayakan

N = Indeks Keseragaman

e = ephsilon=2.71

𝒙
𝑿𝒄 = 𝟏 (3.19)
(𝟎,𝟔𝟗𝟑)𝒏

Nilai ‘n’ digunakan untuk mengindikasikan keseragaman ukuran. Semakin

tinggi nilai ‘n’ maka semakin baik. Nilai ‘n’ yang normal untuk fragmentasi

peledakan sekitar 0.75 – 1.5.

Dengan mempertimbangkan faktor di atas dan dikembangkan dengan

persamaan Kuznetsov, didapatkan rumus Kuz-Ram Model, sebagai berikut :

𝟏𝟒𝑩 𝒘 [𝑨−𝟏] 𝑷𝒄
𝒏 = (𝟐, 𝟐 − ) (𝟏 − 𝑩) (𝟏 + )( 𝑳 ) (3.20)
𝑫 𝟐

Keterangan :

B = Burden (m)

d = Diameter lubang ledak (mm)

W = deviasi lubang bor (m)

A = Rasio spasi per burden

PC = Panjang muatan bahan peledak (m)

L = Tinggi jenjang (m)

3.10.2 Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Fragmentasi Batuan

Analisa faktor yang mempengaruhi fragmentasi batuan diperlukan agar

hasil kegiatan peledakan berjalan dengan optimal. Faktor yang dapat

Analisis metode peledakan singledeck dan doubledeck menggunakan elektronik detonator terhadap hasil
peledakan PIT Central 2 PT. SIS jobsite PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan
Febriya Ariska Putri
55

mempengaruhi fragmentasi bantuan dari hasil peledakan yaitu :

1. Karakteristik dari batuan

2. Struktur geologi Stuktur geologi batuan

3. Pengaruh air tanah Kondisi air tanah

4. Geometri pemboran dan pola pemboran

Analisis metode peledakan singledeck dan doubledeck menggunakan elektronik detonator terhadap hasil
peledakan PIT Central 2 PT. SIS jobsite PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan
Febriya Ariska Putri

Anda mungkin juga menyukai