Admin, Adila Rahana
Admin, Adila Rahana
Abstract: Puskesmas as a health service facility, organized public health effort and individuals in the
first level. As a first-rate health facility, puskesmas are responsible for health in their working area.
School is one of the institutions that become the responsibility of puskesmas. Health efforts in schools
are realized through the development of health promotion, that is UKS. Special schools (SLB) is one of
targets of UKS. PHBS in school is an absolute necessity. This can be said because the various diseases
that often attack school-age children associated with PHBS. SLB Alpa Kumara Wardana II is one of
the target schools of Puskesmas Pucang Sewu so that the implementation of PHBS from the school is
also the responsibility of Puskesmas Pucang Sewu. The purpose of this study is for analyzing the role of
puskesmas in the implementation of PHBS in schools at SLB based on Ottawa Charter. This research is
used qualitative method with the determination of informants using purposive sampling technique. Data
were collected through interview and observation. This research can be produced the role of puskesmas
in the implementation of PHBS in schools at SLB Alpa Kumara Wardana II are still less than optimal
in the implementation of PHBS in schools. Implementation of PHBS in SLB is still need to improved
application from the aspect of build healthy public policy, create supportive environment, reorient health
services, strengthen community action, and develop personal skills.
Abstrak: Puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
kelompok dan perseorangan di tingkat dasar. Sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama, puskesmas
bertanggung jawab atas kesehatan di wilayah kerjanya. Sekolah merupakan salah satu institusi yang
menjadi tanggung jawab puskesmas. Upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh sekolah diwujudkan
melalui pengembangan promosi kesehatan. yaitu UKS. SLB merupakan salah satu dari sasaran UKS.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di institusi pendidikan merupakan kebutuhan yang mutlak.
Hal ini disebabkan oleh timbulnya berbagai penyakit yang berhubungan dengan PHBS yang sering
menyerang anak usia sekolah. SLB Alpa Kumara Wardana II merupakan salah satu sekolah binaan dari
Puskesmas Pucang Sewu sehingga pelaksanaan PHBS dari sekolah tersebut juga menjadi tanggung
jawab Puskesmas Pucang Sewu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran puskesmas dalam
implementasi PHBS di sekolah pada SLB berdasarkan Ottawa Charter. Metode pada penelitian ini yaitu
kualitatif dengan penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan
data yaitu melalui wawancara dan observasi. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu peran
puskesmas dalam implementasi PHBS di sekolah pada SLB Alpa Kumara Wardana II masih kurang
optimal dalam implementasi PHBS di sekolah. Implementasi PHBS di SLB ini masih perlu ditingkatkan
penerapannya, baik dari aspek build healthy public policy, create supportive environtment, reorient health
services, strengthen community action, maupun develop personal skills.
59
60 Jurnal Promkes, Vol. 6, No. 1 Juli 2018: 59–69
kesehatan yang dilakukan secara menyeluruh, (UKS) dijelaskan bahwa yang dimaksud
merata, terpadu, terjangkau, serta dapat sekolah adalah jenjang mulai dari TK hingga
diterima oleh masyarakat dilakukan demi SMA/SMK, termasuk SLB. Pedoman
tercapainya tujuan tersebut. Berdasarkan Pelayanan Kesehatan Anak di SLB (2010)
Bab IV pasal 47 Undang-Undang juga menjelaskan bahwa penyelenggaraan
Kesehatan nomor 36 tahun 2009 dijelaskan kesehatan untuk anak berkebutuhan khusus
bahwa upaya kesehatan diselenggarakan di SLB harus dilaksanakan sepadan dan
dengan berbagai macam kegiatan melalui selaras seperti anak sekolah pada umumnya,
pendekatan promotif, preventif, kuratif, yaitu melalui pendekatan program Usaha
dan rehabilitatif yang dilaksanakan Kesehatan Sekolah (UKS).
secara terintegrasi, komprehensif, dan Sekolah juga merupakan perpanjangan
berkelanjutan. Penyelenggaraan berbagai tangan keluarga untuk memberikan
upaya kesehatan tersebut dapat dilakukan pendidikan mengenai dasar perilaku untuk
melalui berbagai macam bentuk. Promosi kehidupan anak selanjutnya, salah satunya
kesehatan merupakan salah satu dari wujud perilaku kesehatan. Menurut Skinner dalam
upaya kesehatan. Promosi kesehatan adalah Notoatmodjo (2010), perilaku kesehatan
suatu cara memampukan individu dan merupakan tanggapan seseorang terhadap
kelompok untuk mengatasi elemen-elemen rangsangan yang berhubungan dengan
yang dapat memberikan pengaruh pada sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor
kesehatan sehingga dapat meningkatkan lain yang berpengaruh terhadap sehat-
derajat kesehatan mereka (WHO, 2003). sakit seperti keadaan lingkungan, higiene
Promosi kesehatan juga dapat dilaksanakan makanan, minuman, dan kelayakan
di beberapa tempat. Tempat atau tatanan pelayanan kesehatan. Perilaku hidup bersih
tersebut terbagi menjadi lima, yaitu promosi dan sehat merupakan bagian dari program
kesehatan pada tatanan: a) rumah tangga/ pemerintah untuk meningkatkan kesehatan
keluarga; b) institusi pendidikan; c) institusi individu dan kelompok dalam berperilaku
tempat kerja; d) tempat-tempat umum; sehat. Berdasarkan Peraturan Menteri
e) institusi pelayanan kesehatan Kesehatan Republik Indonesia nomor 2269/
(Notoatmodjo, 2010). MENKES/PER/XI/2011 dijelaskan bahwa
Berdasarkan Peraturan Menteri perilaku hidup bersih dan sehat merupakan
Kesehatan Republik Indonesia nomor 75 sekumpulan perilaku yang dipraktikkan
tahun 2014 dijelaskan bahwa puskesmas atas dasar kesadaran sehingga individu,
adalah fasilitas yang melayani kesehatan dan keluarga, kelompok atau masyarakat mampu
mengadakan upaya kesehatan masyarakat melakukan pertolongan pada diri sendiri
maupun upaya kesehatan perorangan dalam hal kesehatan. Selain itu, mereka juga
di tingkat pertama. Penyelenggaraan diharapkan mampu berperan aktif untuk
kesehatan tersebut lebih mengedepankan mewujudkan kesehatan masyarakat.
upaya promotif dan preventif agar derajat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
kesehatan masyarakat yang setinggi- (PHBS) di sekolah merupakan perilaku-
tingginya di wilayah kerja puskesmas dapat perilaku yang dipraktikkan oleh siswa,
tercapai. Hal ini berarti bahwa institusi lain pengajar, dan warga sekolah dengan
yang berada di wilayah kerja puskesmas kesadarannya sendiri sehingga secara
juga menjadi tanggung jawab puskesmas mandiri mampu melakukan upaya preventif
untuk meningkatkan derajat kesehatannya, terhadap penyakit, meningkatkan derajat
salah satu institusi yang menjadi tanggung kesehatannya, serta berperan aktif untuk
jawab puskesmas adalah sekolah. mencapai cita-cita lingkungan yang sehat.
Sekolah merupakan salah satu tempat Terdapat 8 indikator PHBS di sekolah
yang strategis untuk menyelenggarakan yang terdiri dari 1) Cuci tangan pakai
promosi kesehatan. Hal ini disebabkan oleh sabun; 2) Memilih jajanan/makanan sehat;
mayoritas dari jumlah anak usia sekolah 3) Membuang sampah pada tempatnya;
terpajan dengan lembaga pendidikan. 4) Beraktivitas fisik/mengikuti kegiatan
Berdasarkan Pedoman Pembinaan dan olahraga di sekolah; 5) Menimbang berat
Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah badan dan mengukur tinggi badan secara
Adila Rahana, Rachmat Hargono, Peran Puskesmas dalam Implementasi 61
berkala; 6) Membebaskan diri dari asap kesehatan bagi anak berkebutuhan khusus
rokok; 7) Memberantas jentik nyamuk; harus dilaksanakan agar tetap dapat hidup
8) Buang air besar dan buang air kecil di sehat secara produktif dan bermartabat,
jamban sehat. PHBS di sekolah ini dapat baik ekonomi maupun sosial. Oleh karena
dikatakan sebagai kebutuhan yang mutlak. itu, ketersediaan fasilitas untuk anak
Hal tersebut didukung dengan kejadian berkebutuhan khusus wajib dijamin oleh
berbagai penyakit yang sering timbul pemerintah agar dapat hidup mandiri dan
pada anak usia sekolah. Biasanya penyakit produktif.
tersebut berhubungan dengan kebiasaan Menurut data national for education
dalam berperilaku hidup bersih dan sehat planning, Kemendikbud 2017, jumlah
seperti diare, kecacingan, sakit gigi, gizi SLB di wilayah Jawa Timur adalah 436
buruk, dan sebagainya. sekolah. Kota Surabaya merupakan Kota
Penelitian oleh Saragih, et al (2012) yang memiliki SLB terbanyak di wilayah
mengenai gambaran pelaksanaan PHBS Jawa Timur, yaitu 47 sekolah. Dari jumlah
yang dilakukan pada siswa di Sekolah Dasar tersebut, Kecamatan Gubeng merupakan
Negeri di wilayah Jatinangor menunjukkan Kecamatan tertinggi kedua terbanyak yang
hasil bahwa pelaksanaan PHBS di SDN memiliki SLB, yaitu sebanyak 6 SLB.
tersebut masih mencapai 47%. Sedangkan SLB Alpa Kumara Wardana II adalah
lima tahun kemudian, penelitian oleh sekolah untuk anak berkebutuhan khusus
Makmur (2017) tentang Strategi Program yang berada di wilayah Kecamatan Gubeng.
Kesehatan Puskesmas di sekolah dasar Sekolah ini termasuk dalam SLB bagian
menunjukkan hasil bahwa usaha kegiatan C, yaitu SLB yang diperuntukkan untuk
promosi kesehatan puskesmas di sekolah tuna grahita. Alpa Kumara Wardana II ini
dasar sudah dikatakan cukup baik sehingga dibawah wilayah Puskesmas Pucang Sewu
berdampak positif bagi peningkatan anak sehingga kesehatan warga sekolahnya juga
usia sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa menjadi tanggung jawab Puskesmas Pucang
ada peranan puskesmas sebagai pihak Sewu.
yang turut andil dalam pemberian promosi Berdasarkan pernyataan dari latar
kesehatan di sekolah sehingga mengalami belakang di atas, penelitian mengenai peran
peningkatan derajat kesehatan. puskesmas dalam PHBS di sekolah pada
Berbagai upaya dilakukan pemerintah SLB Alpa Kumara Wardana II Kecamatan
demi terwujudnya peningkatan hidup Gubeng Kota Surabaya perlu dilakukan.
sehat di semua sektor. Namun beberapa Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
temuan tentang kurangnya PHBS di tatanan peran puskesmas dalam implementasi PHBS
sekolah masih didapatkan sehingga perlu di sekolah pada SLB menggunakan lima
dilaksanakan strategi promosi kesehatan rencana aksi Ottawa Charter.
untuk pembinaan PHBS tersebut. Konferensi
Internasional Promosi Kesehatan di Kanada
METODE
yang menghasilkan Piagam Ottawa Charter
menjelaskan tentang tiga strategi dasar yang Penelitian ini bersifat kualitatif yang
harus diterapkan pada promosi kesehatan menganalisis peran puskesmas dalam PHBS
yaitu advocate, mediate, dan enable. Ketiga di sekolah. Penelitian ini dilakukan di SLB
strategi tersebut dilaksanakan melalui lima Alpa Kumara Wardana II yang terletak di
rencana aksi yang pertama yaitu build wilayah kerja Puskesmas Pucang Sewu,
healthy public policy, kemudian rencana Kecamatan Gubeng, Kota Surabaya.
aksi kedua create supportive environtment, Informan penelitian ditentukan secara
selanjutnya strengthen community action, purposive sampling dengan kriteria yang
dan yang keempat develop personal skills, sudah ditentukan. Informan terdiri dari
serta reorient health services. pihak Puskesmas dan warga sekolah.
SLB merupakan sekolah yang Pihak Puskesmas Pucang Sewu diwakili
diperuntukkan bagi anak berkebutuhan oleh bagian yang menangani UKS dan
khusus. Undang-Undang nomor 36 tahun bagian promosi kesehatan puskesmas.
2009 menyatakan bahwa pemeliharaan Informan tersebut dipilih atas dasar karena
62 Jurnal Promkes, Vol. 6, No. 1 Juli 2018: 59–69
menjelang umur yang menginjak lanjut usia, Pengetahuan tentang indikator PHBS
kemampuan penerimaan atau daya tangkap juga masih belum diketahui oleh warga
pengetahuan juga akan semakin berkurang. sekolah. Pendapat mereka mengenai
berperilaku hidup bersih dan sehat di sekolah
Gambaran Kegiatan PHBS di SLB Alpa pada intinya yaitu menjaga lingkungan agar
Kumara Wardana II tetap bersih. Seorang informan mengatakan
Berdasarkan hasil wawancara kepada sebagai berikut.
pihak sekolah, diketahui bahwa beberapa
kegiatan yang termasuk dalam PHBS di “Ya intinya satu kita menginginkan
sekolah sudah dilakukan selama ini. bahwa lingkungan itu tetap bersih di
Adapun beberapa kegiatan kesehatan yang sekolah mungkin dengan jalan seperti
sudah ada di sekolah yaitu kegiatan kerja apa, satu mungkin dengan menggerakkan
bakti bersama. Kegiatan ini dilakukan adanya jum’at bersih, dua mungkin kita
setiap hari jum’at. Kunjungan puskesmas apa itu menggalakkan eeee tanaman hias
pucang sewu untuk melakukan screening atau tanaman-tanaman yang ber apa itu,
kesehatan setahun sekali, BIAS, dan ya mungkin yang bermanfaat seperti pisang
penyuluhan kesehatan bertema narkoba atau mangga atau apa selain tanaman
juga sudah dilakukan. Selain itu, SLB ini hias, banyak sih, intinya agar lebih
juga memiliki ruang UKS yang difungsikan hijau, mengadakan penghijauan, begitu
untuk konseling antara pihak wali murid itu, intinya seperti itu, yang jelas, untuk
dengan dokter PPDS Kejiwaan/Psikiater menanamkan pola bersih anak mungkin
dari Universitas Airlangga. selalu menempatkan membuang sampah
Kegiatan berupa pemberian pada tempatnya, pada setiap kali maem
keterampilan juga diberikan kepada kayak gitu aja kali ya” (TS)
siswa melalui kegiatan belajar mengajar
yang sudah dimasukkan dalam kurikulum Menurut Notoatmodjo (2010),
pendidikan sesuai jenjangnya masing- penginderaan manusia dapat menghasilkan
masing. sesuatu yang disebut dengan pengetahuan.
Hasil tersebut dapat diperoleh melalui
Gambaran Pengetahuan Warga Sekolah penginderaan, baik indera penglihatan,
tentang PHBS di Sekolah penciuman, pendengaran, dan indera lainnya.
Intensitas dari pengetahuan seseorang
Berdasarkan hasil wawancara, diketahui
berbeda-beda. Secara garis besar, intensitas
bahwa pihak sekolah sebenarnya baru
tersebut terbagi menjadi 6 tingkatan, yaitu
mengenal istilah PHBS. Secara praktiknya
mulai dari tahu, lalu memahami, aplikasi,
sudah sebagian dilakukan tapi istilah PHBS
analisis, sintesis, hingga mampu melakukan
masih dapat dikatakan awam untuk mereka.
evaluasi.
Hal ini didukung dengan pernyataan dari
Apabila dilihat dari hasil wawancara di
informan sebagai berikut.
atas, didapatkan bahwa tingkat pengetahuan
warga SLB Alpa Kumara Wardana II
“PHBS ya? Ini Ibu secara jujur aja, secara
pribadi. Ini baru dengar kalau PHBS itu seperti
mengenai istilah PHBS, sebagian masih
apa, akan tetapi setelah membaca dan melihat berada pada tahap tahu. Sedangkan secara
dari sumber ya, dari browsing, oalah ngene to penerapan indikatornya sebenarnya mereka
PHBS itu. Hehehehe. Yaaa Jadi baru tau setelah sudah memahami, misalnya membuang
browsing itu, PHBS seperti ini” (TS) sampah pada tempatnya, mereka faham
akan hal tersebut, tapi belum semua bisa
“Kalau di sekolahan, belum pernah menerapkannya dalam kehidupan sehari-
denger ini ya mbak ya, Cuma kalo kita ngacu ke hari.
pendidikan, sudah ada ya, seperti apa ini mbak
ya, eeeee... buku pembelajaran bina diri, itu ada
perilaku mencuci tangan ada, kancing baju, itu
ada.” (NO)
64 Jurnal Promkes, Vol. 6, No. 1 Juli 2018: 59–69
Beberapa pernyataan di atas sejalan tempat sampah yang ada di sekolah belum
dengan teori yang diungkapan oleh merata walupun sudah ada. Salah satu siswa
Notoatmodjo (2010) yang menyebutkan menyatakan sebagai berikut.
berbagai macam bentuk kegiatan
advokasi. Kegiatan rapat yang dilakukan “Ya aku kadang mbuang sampah pada
oleh Puskesmas Pucang Sewu dengan tempatnya kadang enggak, ketika menyiram
mengundang berbagai sektor termasuk bunga itu lho ada pot kalo potnya dua diselipin
sekolah merupakan salah satu bentuk di sebelah situ sampahnya. Ya tau kalo itu salah,
cuma kadang jaraknya tempat sampah agak
kegiatan advokasi yang merupakan salah
jauh, hehehehe.”(EA)
satu dari strategi build healthy public
policy.
Hal ini menunjukkan bahwa sarana
Create Supportive Environtment prasarana dapat mempengaruhi perilaku
seseorang sehingga berdampak pada
Strategi yang dilakukan untuk kesehatan. Keadaan tersebut sejalan dengan
menciptakan lingkungan yang mendukung teori HL. Blum yang menjelaskan tentang
ini, jika dilihat secara fisik, berhubungan empat faktor yang mempengaruhi kesehatan
dengan sarana prasarana yang ada di tempat individu, kelompok, maupun masyarakat.
tersebut. SLB Alpa Kumara Wardana II jika Pernyataan yang dikutip dari Notoatmodjo
dilihat dari lingkungan fisiknya yaitu sudah (2010) ini menjelaskan bahwa keempat
terdapat beberapa sarana prasarana yang faktor tersebut terdiri dari lingkungan sekitar,
mendukung kesehatan. Terdapat ruang UKS perilaku, pelayanan kesehatan, dan gender.
yang di depannya juga ada tempat ibadah Faktor-faktor tersebut saling mempengaruhi
berupa musholla. Selain itu, sarana yang terhadap kesehatan. Lingkungan merupakan
cukup penting, yaitu toilet dibedakan antara faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan.
laki-laki dan perempuan di SLB ini juga Lingkungan juga yang dapat memberikan
sudah disediakan. Namun kebersihannya pengaruh secara langsung terhadap perilaku.
memang masih perlu ditingkatkan lagi. Begitu juga sebaliknya, perilaku dapat
Sedangkan untuk sarana cuci tangan atau memberikan pengaruh terhadap lingkungan
wastafel di toilet belum disediakan. Sarana serta pelayanan kesehatan, dan seterusnya.
cuci tangan yang tersedia di sekolah masih Sarana prasarana yang cukup penting
tersedia 2 wastafel yang berada di depan yang belum disediakan oleh SLB Alpa
kelas yang juga difungsikan untuk tempat Kumara Wardana II ini adalah kantin
cuci piring di depan ruang kelas tata boga. sehat. Kantin sekolah memiliki peranan
Media promosi kesehatan menurut yang penting. Melalui kantin, pesan-pesan
Notoatmodjo (2010) merupakan fasilitas kesehatan dapat diwujudkan dan dengan
untuk menyajikan pesan yang disampaikan adanya kantin tersebut perilaku siswa dalam
oleh penyampai pesan melalui media memilih makanan dan jajanan sehari-hari
cetak maupun elektronik, serta media dapat ditentukan. (Nuraida, et al., 2014).
luar ruangan sehingga pengetahuan dari Hasil observasi menunjukkan bahwa
sasaran diharapkan dapat meningkat hingga sebagian perilaku siswa dalam memilih
akhirnya perilaku positif terhadap kesehatan jajanan serta cara makan masih harus
dapat dicapai. Sebagian dari penyediaan ditingkatkan karena ditemui masih adanya
media di SLB ini merupakan kemitraan siswa yang memungut makanan tanpa
dari pihak puskesmas. Adapun beberapa bungkus yang saat itu jatuh ke lantai lalu
media dari pihak puskesmas yang sudah dimakan lagi. Namun, sebagian siswa juga
diberikan selama ini yaitu dalam bentuk ada yang menyatakan bahwa ada temannya
leaflet DBD, roll-banner tentang merokok, yang lebih suka membawa bekal sendiri
HPV, dan MR. Penyediaan media secara yang sudah disiapkan oleh orang tuanya
mandiri di lingkungan SLB ini juga sudah dari rumah dengan alasan tertentu. Adapun
ada, yaitu himbauan membuang sampah pernyataan seorang siswa yaitu sebagai
pada tempatnya yang tertempel di depan berikut.
salah satu ruang kelas. Namun, penyediaan
66 Jurnal Promkes, Vol. 6, No. 1 Juli 2018: 59–69
“Kalo teman saya si ‘Y’ gak sering jajan, mengenai pendidikan jasmani adaptif bagi
sukanya makan makanan yang ada di rumah siswa dengan kebutuhan khusus di sekolah
mungkin karena juga gak pernah lihat dia jajan, luar biasa didapatkan hasil bahwa pendidikan
karena kan biasane kalo tergantung obat kan gak jasmani adaptif yang dilaksanakan di SLB
boleh kena tepung terigu, gak boleh yang terlalu
Dharma Asih Pontianak dipimpin oleh satu
manis, trus nanti kan bisa kambuh, nanti kan
orang guru pendidikan jasmani adaptif dan
susah, di sekolah kalo misal kambuh.” (EA)
dibantu oleh lima orang guru non pendidikan
Strengthen Community Action jasmani adaptif. Hal ini dilakukan untuk
mendampingi dan mengawasi murid
Sesuai visi promosi kesehatan, agar dapat melakukan tugas gerak yang
gerakan kesehatan pada suatu kelompok diperintahkan. Sedangkan pelaksanaan
atau masyarakat harus diadakan demi pendidikan jasmani adaptif di SLB Alpa
terwujudnya masyarakat mandiri yang Kumara Wardana II ini dilaksanakan oleh
mampu menjaga serta meningkatkan satu guru, yaitu guru kelasnya sendiri, tanpa
kesehatannya. (Notoatmodjo, 2010). dibantu guru yang lain.
Di SLB Alpa Kumara Wardana II, Gerakan atau kegiatan kesehatan lain
beberapa kegiatan kesehatan diagendakan yang ada di SLB Alpa Kumara Wardana
secara rutin seperti kerja bakti bersama II ini diwujudkan dalam bentuk kegiatan
setiap hari Jum’at. Selain itu kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler
olahraga juga dilakukan dan dimasukkan yang ada di SLB ini adalah pramuka,
ke kurikulum pembelajaran di masing- menyanyi, dan menari. Pembinaan
masing kelas. Berdasarkan hasil wawancara, ekstrakurikuler ini dilakukan oleh guru dari
diketahui bahwa pelaksanaan olahraga di SLB sendiri. Berikut pernyataan dari salah
SLB dilakukan secara adaptif. Dengan satu pihak sekolah.
kata lain, siswa tidak harus melakukan
olahraga yang sama antar temannya tetapi “Pramuka, yang membina dari gurunya.
menyesuaikan kebutuhan dan keinginan Kalau ada ekskulnya ada tari, nyanyi, Cuma ya
siswa tersebut. Hal ini didukung dengan pelatihnya dari guru sendiri.” (TS)
pernyataan guru di SLB sebagai berikut.
Mengacu pada definisi sehat
“Kan saya terapkan olahraga adaptif, berdasarkan Undang-Undang kesehatan
olahraga mengikuti kebutuhan anak. Dulu Republik Indonesia nomor 36 tahun
enggak kan, olahraga mengikuti kurikulum,
2009 yaitu “keadaan sehat, secara fisik,
sekarang enggak, setelah tahun berapa itu saya
mental, spiritual dan juga sosial yang
mengikuti diklat di Bogor dua kali. Olahraga
adaptif, jadi olahraga mengikuti kebutuhan memungkinkan setiap orang untuk hidup
anak, misalnya anak ini suka ini, monggo. Kalo produktif secara sosial dan ekonomis.” Hal
ikut kurikulum ya mbak ya, main bola voli, ini sesuai dengan kegiatan ekstrakurikuler
lah anak ini lho mbak ya sesungguhnya sama yang ada di SLB Alpa Kumara Wardana II.
bal takut. Nah kita pakek bola tiruan karena Kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah
apa, tujuan saya cuma ada dua, nuwun sewu satu kegiatan yang dapat dikatakan sebagai
saya ceramahi iki, sehat jasmani dan rohani, upaya untuk meningkatkan kesehatan,
jasmani apa, dia mau melakukan, rohani apa, khususnya secara mental maupun sosial.
dia senang. Kecuali anak itu berprestasi, baru
Dengan berinteraksi dan bertemu dengan
kita bimbing, kita bina. Olahraga lebih suka
banyak orang akan menumbuhkan interaksi
drpd pembelajaran.” (NO) sosial. Melalui interaksi sosial yang
baik tersebut, juga akan melatih mental
Olahraga adaptif atau pendidikan seseorang menjadi baik pula. Selain itu,
jasmani adaptif ini merupakan pendidikan melalui kegiatan ekstrakurikuler akan dapat
yang dilakukan melalui aktivitas jasmani mengasah kemampuan dan bakat seseorang
dan disesuaikan agar individu dengan sehingga waktu yang dihabiskan akan lebih
berkebutuhan khusus dapat berpartisipasi. produktif.
Putri, et al., 2013 mengungkapkan dalam
penelitiannya tentang strategi pembelajaran
Adila Rahana, Rachmat Hargono, Peran Puskesmas dalam Implementasi 67