Anda di halaman 1dari 11

PERAN PUSKESMAS DALAM IMPLEMENTASI PHBS DI SEKOLAH

PADA SLB ALPA KUMARA WARDANA II

THE ROLE OF PUSKESMAS IN THE IMPLEMENTATION OF PHBS


AT SLB ALPA KUMARA WARDANA II

Adila Rahana1), Rachmat Hargono2)


1,2 Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Airlangga, Surabaya
Email: adila.rahana-2015@fkm.unair.ac.id

Abstract: Puskesmas as a health service facility, organized public health effort and individuals in the
first level. As a first-rate health facility, puskesmas are responsible for health in their working area.
School is one of the institutions that become the responsibility of puskesmas. Health efforts in schools
are realized through the development of health promotion, that is UKS. Special schools (SLB) is one of
targets of UKS. PHBS in school is an absolute necessity. This can be said because the various diseases
that often attack school-age children associated with PHBS. SLB Alpa Kumara Wardana II is one of
the target schools of Puskesmas Pucang Sewu so that the implementation of PHBS from the school is
also the responsibility of Puskesmas Pucang Sewu. The purpose of this study is for analyzing the role of
puskesmas in the implementation of PHBS in schools at SLB based on Ottawa Charter. This research is
used qualitative method with the determination of informants using purposive sampling technique. Data
were collected through interview and observation. This research can be produced the role of puskesmas
in the implementation of PHBS in schools at SLB Alpa Kumara Wardana II are still less than optimal
in the implementation of PHBS in schools. Implementation of PHBS in SLB is still need to improved
application from the aspect of build healthy public policy, create supportive environment, reorient health
services, strengthen community action, and develop personal skills.

Keywords: puskesmas, PHBS, school, Ottawa Charter

Abstrak: Puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
kelompok dan perseorangan di tingkat dasar. Sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama, puskesmas
bertanggung jawab atas kesehatan di wilayah kerjanya. Sekolah merupakan salah satu institusi yang
menjadi tanggung jawab puskesmas. Upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh sekolah diwujudkan
melalui pengembangan promosi kesehatan. yaitu UKS. SLB merupakan salah satu dari sasaran UKS.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di institusi pendidikan merupakan kebutuhan yang mutlak.
Hal ini disebabkan oleh timbulnya berbagai penyakit yang berhubungan dengan PHBS yang sering
menyerang anak usia sekolah. SLB Alpa Kumara Wardana II merupakan salah satu sekolah binaan dari
Puskesmas Pucang Sewu sehingga pelaksanaan PHBS dari sekolah tersebut juga menjadi tanggung
jawab Puskesmas Pucang Sewu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran puskesmas dalam
implementasi PHBS di sekolah pada SLB berdasarkan Ottawa Charter. Metode pada penelitian ini yaitu
kualitatif dengan penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan
data yaitu melalui wawancara dan observasi. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu peran
puskesmas dalam implementasi PHBS di sekolah pada SLB Alpa Kumara Wardana II masih kurang
optimal dalam implementasi PHBS di sekolah. Implementasi PHBS di SLB ini masih perlu ditingkatkan
penerapannya, baik dari aspek build healthy public policy, create supportive environtment, reorient health
services, strengthen community action, maupun develop personal skills.

Kata kunci: puskesmas, PHBS, sekolah, Ottawa charter

PENDAHULUAN merupakan bagian dari pembangunan


Upaya yang diselenggarakan oleh kesehatan. Terwujudnya derajat kesehatan
bangsa demi meningkatkan kemauan, tersebut dapat dijadikan sebagai kapitalisasi
kesadaran, serta kemampuan untuk hidup pembangunan sumber daya manusia yang
sehat masing-masing individu agar derajat inventif, baik secara ekonomi, maupun
kesehatan masyarakat dapat tercapai sosial. Berbagai cara untuk meningkatkan

59
60 Jurnal Promkes, Vol. 6, No. 1 Juli 2018: 59–69

kesehatan yang dilakukan secara menyeluruh, (UKS) dijelaskan bahwa yang dimaksud
merata, terpadu, terjangkau, serta dapat sekolah adalah jenjang mulai dari TK hingga
diterima oleh masyarakat dilakukan demi SMA/SMK, termasuk SLB. Pedoman
tercapainya tujuan tersebut. Berdasarkan Pelayanan Kesehatan Anak di SLB (2010)
Bab IV pasal 47 Undang-Undang juga menjelaskan bahwa penyelenggaraan
Kesehatan nomor 36 tahun 2009 dijelaskan kesehatan untuk anak berkebutuhan khusus
bahwa upaya kesehatan diselenggarakan di SLB harus dilaksanakan sepadan dan
dengan berbagai macam kegiatan melalui selaras seperti anak sekolah pada umumnya,
pendekatan promotif, preventif, kuratif, yaitu melalui pendekatan program Usaha
dan rehabilitatif yang dilaksanakan Kesehatan Sekolah (UKS).
secara terintegrasi, komprehensif, dan Sekolah juga merupakan perpanjangan
berkelanjutan. Penyelenggaraan berbagai tangan keluarga untuk memberikan
upaya kesehatan tersebut dapat dilakukan pendidikan mengenai dasar perilaku untuk
melalui berbagai macam bentuk. Promosi kehidupan anak selanjutnya, salah satunya
kesehatan merupakan salah satu dari wujud perilaku kesehatan. Menurut Skinner dalam
upaya kesehatan. Promosi kesehatan adalah Notoatmodjo (2010), perilaku kesehatan
suatu cara memampukan individu dan merupakan tanggapan seseorang terhadap
kelompok untuk mengatasi elemen-elemen rangsangan yang berhubungan dengan
yang dapat memberikan pengaruh pada sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor
kesehatan sehingga dapat meningkatkan lain yang berpengaruh terhadap sehat-
derajat kesehatan mereka (WHO, 2003). sakit seperti keadaan lingkungan, higiene
Promosi kesehatan juga dapat dilaksanakan makanan, minuman, dan kelayakan
di beberapa tempat. Tempat atau tatanan pelayanan kesehatan. Perilaku hidup bersih
tersebut terbagi menjadi lima, yaitu promosi dan sehat merupakan bagian dari program
kesehatan pada tatanan: a) rumah tangga/ pemerintah untuk meningkatkan kesehatan
keluarga; b) institusi pendidikan; c) institusi individu dan kelompok dalam berperilaku
tempat kerja; d) tempat-tempat umum; sehat. Berdasarkan Peraturan Menteri
e) institusi pelayanan kesehatan Kesehatan Republik Indonesia nomor 2269/
(Notoatmodjo, 2010). MENKES/PER/XI/2011 dijelaskan bahwa
Berdasarkan Peraturan Menteri perilaku hidup bersih dan sehat merupakan
Kesehatan Republik Indonesia nomor 75 sekumpulan perilaku yang dipraktikkan
tahun 2014 dijelaskan bahwa puskesmas atas dasar kesadaran sehingga individu,
adalah fasilitas yang melayani kesehatan dan keluarga, kelompok atau masyarakat mampu
mengadakan upaya kesehatan masyarakat melakukan pertolongan pada diri sendiri
maupun upaya kesehatan perorangan dalam hal kesehatan. Selain itu, mereka juga
di tingkat pertama. Penyelenggaraan diharapkan mampu berperan aktif untuk
kesehatan tersebut lebih mengedepankan mewujudkan kesehatan masyarakat.
upaya promotif dan preventif agar derajat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
kesehatan masyarakat yang setinggi- (PHBS) di sekolah merupakan perilaku-
tingginya di wilayah kerja puskesmas dapat perilaku yang dipraktikkan oleh siswa,
tercapai. Hal ini berarti bahwa institusi lain pengajar, dan warga sekolah dengan
yang berada di wilayah kerja puskesmas kesadarannya sendiri sehingga secara
juga menjadi tanggung jawab puskesmas mandiri mampu melakukan upaya preventif
untuk meningkatkan derajat kesehatannya, terhadap penyakit, meningkatkan derajat
salah satu institusi yang menjadi tanggung kesehatannya, serta berperan aktif untuk
jawab puskesmas adalah sekolah. mencapai cita-cita lingkungan yang sehat.
Sekolah merupakan salah satu tempat Terdapat 8 indikator PHBS di sekolah
yang strategis untuk menyelenggarakan yang terdiri dari 1) Cuci tangan pakai
promosi kesehatan. Hal ini disebabkan oleh sabun; 2) Memilih jajanan/makanan sehat;
mayoritas dari jumlah anak usia sekolah 3) Membuang sampah pada tempatnya;
terpajan dengan lembaga pendidikan. 4) Beraktivitas fisik/mengikuti kegiatan
Berdasarkan Pedoman Pembinaan dan olahraga di sekolah; 5) Menimbang berat
Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah badan dan mengukur tinggi badan secara
Adila Rahana, Rachmat Hargono, Peran Puskesmas dalam Implementasi 61

berkala; 6) Membebaskan diri dari asap kesehatan bagi anak berkebutuhan khusus
rokok; 7) Memberantas jentik nyamuk; harus dilaksanakan agar tetap dapat hidup
8) Buang air besar dan buang air kecil di sehat secara produktif dan bermartabat,
jamban sehat. PHBS di sekolah ini dapat baik ekonomi maupun sosial. Oleh karena
dikatakan sebagai kebutuhan yang mutlak. itu, ketersediaan fasilitas untuk anak
Hal tersebut didukung dengan kejadian berkebutuhan khusus wajib dijamin oleh
berbagai penyakit yang sering timbul pemerintah agar dapat hidup mandiri dan
pada anak usia sekolah. Biasanya penyakit produktif.
tersebut berhubungan dengan kebiasaan Menurut data national for education
dalam berperilaku hidup bersih dan sehat planning, Kemendikbud 2017, jumlah
seperti diare, kecacingan, sakit gigi, gizi SLB di wilayah Jawa Timur adalah 436
buruk, dan sebagainya. sekolah. Kota Surabaya merupakan Kota
Penelitian oleh Saragih, et al (2012) yang memiliki SLB terbanyak di wilayah
mengenai gambaran pelaksanaan PHBS Jawa Timur, yaitu 47 sekolah. Dari jumlah
yang dilakukan pada siswa di Sekolah Dasar tersebut, Kecamatan Gubeng merupakan
Negeri di wilayah Jatinangor menunjukkan Kecamatan tertinggi kedua terbanyak yang
hasil bahwa pelaksanaan PHBS di SDN memiliki SLB, yaitu sebanyak 6 SLB.
tersebut masih mencapai 47%. Sedangkan SLB Alpa Kumara Wardana II adalah
lima tahun kemudian, penelitian oleh sekolah untuk anak berkebutuhan khusus
Makmur (2017) tentang Strategi Program yang berada di wilayah Kecamatan Gubeng.
Kesehatan Puskesmas di sekolah dasar Sekolah ini termasuk dalam SLB bagian
menunjukkan hasil bahwa usaha kegiatan C, yaitu SLB yang diperuntukkan untuk
promosi kesehatan puskesmas di sekolah tuna grahita. Alpa Kumara Wardana II ini
dasar sudah dikatakan cukup baik sehingga dibawah wilayah Puskesmas Pucang Sewu
berdampak positif bagi peningkatan anak sehingga kesehatan warga sekolahnya juga
usia sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa menjadi tanggung jawab Puskesmas Pucang
ada peranan puskesmas sebagai pihak Sewu.
yang turut andil dalam pemberian promosi Berdasarkan pernyataan dari latar
kesehatan di sekolah sehingga mengalami belakang di atas, penelitian mengenai peran
peningkatan derajat kesehatan. puskesmas dalam PHBS di sekolah pada
Berbagai upaya dilakukan pemerintah SLB Alpa Kumara Wardana II Kecamatan
demi terwujudnya peningkatan hidup Gubeng Kota Surabaya perlu dilakukan.
sehat di semua sektor. Namun beberapa Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
temuan tentang kurangnya PHBS di tatanan peran puskesmas dalam implementasi PHBS
sekolah masih didapatkan sehingga perlu di sekolah pada SLB menggunakan lima
dilaksanakan strategi promosi kesehatan rencana aksi Ottawa Charter.
untuk pembinaan PHBS tersebut. Konferensi
Internasional Promosi Kesehatan di Kanada
METODE
yang menghasilkan Piagam Ottawa Charter
menjelaskan tentang tiga strategi dasar yang Penelitian ini bersifat kualitatif yang
harus diterapkan pada promosi kesehatan menganalisis peran puskesmas dalam PHBS
yaitu advocate, mediate, dan enable. Ketiga di sekolah. Penelitian ini dilakukan di SLB
strategi tersebut dilaksanakan melalui lima Alpa Kumara Wardana II yang terletak di
rencana aksi yang pertama yaitu build wilayah kerja Puskesmas Pucang Sewu,
healthy public policy, kemudian rencana Kecamatan Gubeng, Kota Surabaya.
aksi kedua create supportive environtment, Informan penelitian ditentukan secara
selanjutnya strengthen community action, purposive sampling dengan kriteria yang
dan yang keempat develop personal skills, sudah ditentukan. Informan terdiri dari
serta reorient health services. pihak Puskesmas dan warga sekolah.
SLB merupakan sekolah yang Pihak Puskesmas Pucang Sewu diwakili
diperuntukkan bagi anak berkebutuhan oleh bagian yang menangani UKS dan
khusus. Undang-Undang nomor 36 tahun bagian promosi kesehatan puskesmas.
2009 menyatakan bahwa pemeliharaan Informan tersebut dipilih atas dasar karena
62 Jurnal Promkes, Vol. 6, No. 1 Juli 2018: 59–69

mereka sebagai pihak yang memegang Tabel 1. Karakteristik Informan Penelitian


program promosi kesehatan, khususnya berdasarkan Inisial dan Jabatan
di sekolah. Sedangkan dari pihak sekolah
Inisial Umur Jabatan
terdiri dari Kepala Sekolah, Guru SLB NR 40 Pihak Puskesmas 1
Alpa Kumara Wardana II yang biasanya NS 36 Pihak Puskesmas 2
menjadi perwakilan sekolah untuk UKS TS 54 Kepala Sekolah
dan wali kelas. Pemilihan informan di NO 53 Guru 1
pihak sekolah ini atas dasar karena mereka NI 58 Guru 2
sebagai stakeholder yang berpengaruh N 57 Guru 3
dalam perilaku siswa di sekolah. Perwakilan OI 61 Wali Murid
dari wali murid juga dipilih menjadi EA X Perwakilan Murid
informan karena mereka yang berhubungan
langsung dengan anak ketika di rumah, serta
perwakilan siswa dipilih sebagai informan kesehatan di puskesmas. Selanjutnya NS
yang dapat memberikan penjelasan karena adalah informan kedua dari pihak puskesmas
mereka merupakan sasaran primer dari yang mengelola kegiatan UKS.
promosi kesehatan di sekolah. TS merupakan informan dari pihak
Data yang digunakan pada penelitian sekolah yang menjabat sebagai kepala
ini terdiri data primer dan data sekunder. sekolah SLB Alpa Kumara Wardana II.
Data primer didapatkan melalui wawancara Selanjutnya NO merupakan informan dari
yang dilakukan lebih dari satu kali oleh pihak sekolah yang berstatus sebagai guru
peneliti sebagai instrumen utama. Instrumen olahraga sekaligus merangkap sebagai
bantu yaitu berupa panduan wawancara, guru kelas di tingkat kelas 2 sekolah dasar.
catatan, kamera, dan hasil rekaman sebagai Berikutnya adalah NI yaitu informan yang
pendukung hasil wawancara. Observasi dan juga dari pihak sekolah. beliau menjabat
survei langsung di lapangan juga dilakukan sebagai guru kelas serta menjadi perwakilan
untuk mendukung data yang didapatkan dari setiap ada acara yang berhubungan dengan
hasil wawancara. Sedangkan data sekunder kesehatan. Selanjutnya N yang juga
didapatkan melalui data puskesmas, artikel merupakan guru kelas di tingkat sekolah
ilmiah, buku pedoman penunjang, dan dasar kelas 4–5.
sebagainya. OI merupakan satu-satunya informan
Analisis data kualitatif menurut Prasetya dari pihak wali murid yang memberikan
Irawan (2006) dilakukan melalui beberapa informasinya tentang kesehatan di
langkah, yang terdiri dari pengumpulan sekolah. Berikutnya EA adalah informan
data secara mentah kemudian data tersebut yang berasal dari siswa SLB. EA yang
ditranskripkan ke dalam bentuk tulisan, menjadi perwakilan dari teman-temannya
setelah itu data dibuat dalam bentuk koding, untuk menjelaskan beberapa hal tentang
kemudian disajikan untuk dibuat kesimpulan kesehatan di sekolah. Ia juga merupakan
sementara, triangulasi dan selanjutnya siswa SMALB yang dapat dikatakan cukup
penyimpulan akhir. aktif bertanya dan bisa menjelaskan dengan
cukup baik perihal kesehatan di sekolah.
Pada tabel 1, diketahui bahwa rentang
HASIL DAN PEMBAHASAN usia informan berada pada rentang X-61
tahun. Setengah dari usia informan
Karakteristik Informan didominasi usia di atas 50 tahun. Semakin
Karakteristik informan penelitian yang lanjut usia seseorang maka mentalnya pun
dipilih oleh peneliti terbagi menjadi dua semakin berkembang baik. Namun, proses
jenis, yaitu pihak puskesmas dan pihak dari perkembangan mental ini tidak sepesat saat
warga sekolah. usia remaja. Ahmadi (2009) menyampaikan
Informan NR adalah informan bahwa salah satu yang mempengaruhi
pertama dari pihak puskesmas yang dapat daya ingat seseorang adalah umur.
memberikan informasi mengenai PHBS di Bertambahnya umur ini dapat berpengaruh
sekolah. Beliau menjabat sebagai penyuluh pada pengetahuan yang diperoleh. Namun,
Adila Rahana, Rachmat Hargono, Peran Puskesmas dalam Implementasi 63

menjelang umur yang menginjak lanjut usia, Pengetahuan tentang indikator PHBS
kemampuan penerimaan atau daya tangkap juga masih belum diketahui oleh warga
pengetahuan juga akan semakin berkurang. sekolah. Pendapat mereka mengenai
berperilaku hidup bersih dan sehat di sekolah
Gambaran Kegiatan PHBS di SLB Alpa pada intinya yaitu menjaga lingkungan agar
Kumara Wardana II tetap bersih. Seorang informan mengatakan
Berdasarkan hasil wawancara kepada sebagai berikut.
pihak sekolah, diketahui bahwa beberapa
kegiatan yang termasuk dalam PHBS di “Ya intinya satu kita menginginkan
sekolah sudah dilakukan selama ini. bahwa lingkungan itu tetap bersih di
Adapun beberapa kegiatan kesehatan yang sekolah mungkin dengan jalan seperti
sudah ada di sekolah yaitu kegiatan kerja apa, satu mungkin dengan menggerakkan
bakti bersama. Kegiatan ini dilakukan adanya jum’at bersih, dua mungkin kita
setiap hari jum’at. Kunjungan puskesmas apa itu menggalakkan eeee tanaman hias
pucang sewu untuk melakukan screening atau tanaman-tanaman yang ber apa itu,
kesehatan setahun sekali, BIAS, dan ya mungkin yang bermanfaat seperti pisang
penyuluhan kesehatan bertema narkoba atau mangga atau apa selain tanaman
juga sudah dilakukan. Selain itu, SLB ini hias, banyak sih, intinya agar lebih
juga memiliki ruang UKS yang difungsikan hijau, mengadakan penghijauan, begitu
untuk konseling antara pihak wali murid itu, intinya seperti itu, yang jelas, untuk
dengan dokter PPDS Kejiwaan/Psikiater menanamkan pola bersih anak mungkin
dari Universitas Airlangga. selalu menempatkan membuang sampah
Kegiatan berupa pemberian pada tempatnya, pada setiap kali maem
keterampilan juga diberikan kepada kayak gitu aja kali ya” (TS)
siswa melalui kegiatan belajar mengajar
yang sudah dimasukkan dalam kurikulum Menurut Notoatmodjo (2010),
pendidikan sesuai jenjangnya masing- penginderaan manusia dapat menghasilkan
masing. sesuatu yang disebut dengan pengetahuan.
Hasil tersebut dapat diperoleh melalui
Gambaran Pengetahuan Warga Sekolah penginderaan, baik indera penglihatan,
tentang PHBS di Sekolah penciuman, pendengaran, dan indera lainnya.
Intensitas dari pengetahuan seseorang
Berdasarkan hasil wawancara, diketahui
berbeda-beda. Secara garis besar, intensitas
bahwa pihak sekolah sebenarnya baru
tersebut terbagi menjadi 6 tingkatan, yaitu
mengenal istilah PHBS. Secara praktiknya
mulai dari tahu, lalu memahami, aplikasi,
sudah sebagian dilakukan tapi istilah PHBS
analisis, sintesis, hingga mampu melakukan
masih dapat dikatakan awam untuk mereka.
evaluasi.
Hal ini didukung dengan pernyataan dari
Apabila dilihat dari hasil wawancara di
informan sebagai berikut.
atas, didapatkan bahwa tingkat pengetahuan
warga SLB Alpa Kumara Wardana II
“PHBS ya? Ini Ibu secara jujur aja, secara
pribadi. Ini baru dengar kalau PHBS itu seperti
mengenai istilah PHBS, sebagian masih
apa, akan tetapi setelah membaca dan melihat berada pada tahap tahu. Sedangkan secara
dari sumber ya, dari browsing, oalah ngene to penerapan indikatornya sebenarnya mereka
PHBS itu. Hehehehe. Yaaa Jadi baru tau setelah sudah memahami, misalnya membuang
browsing itu, PHBS seperti ini” (TS) sampah pada tempatnya, mereka faham
akan hal tersebut, tapi belum semua bisa
“Kalau di sekolahan, belum pernah menerapkannya dalam kehidupan sehari-
denger ini ya mbak ya, Cuma kalo kita ngacu ke hari.
pendidikan, sudah ada ya, seperti apa ini mbak
ya, eeeee... buku pembelajaran bina diri, itu ada
perilaku mencuci tangan ada, kancing baju, itu
ada.” (NO)
64 Jurnal Promkes, Vol. 6, No. 1 Juli 2018: 59–69

Analisis Ottawa Charter terhadap Peran Menurut Notoatmodjo (2010),


Puskesmas dalam Implementasi PHBS Kebijakan berwawasan kesehatan ini
di Sekolah merupakan strategi yang ditujukan kepada
Keberhasilan PHBS ditentukan oleh para penentu kebijakan agar kebijakan
berbagai faktor serta peran serta berbagai publik yang mendukung kesehatan dapat
lintas sektor. Puskesmas merupakan pihak dikeluarkan. Wujud dari pengeluaran
yang bertanggung jawab atas kesehatan kebijakan tersebut dapat berupa peraturan,
masyarakat yang ada di wilayahnya. surat keputusan, dan salah satunya seperti
Implementasi PHBS di SLB Alpa Kumara yang sudah dilaksanakan oleh Puskesmas
Wardana II dilihat melalui observasi Pucang Sewu yaitu adanya standar prosedur
langsung terhadap lingkungan yang ada operasional untuk melaksanakan kegiatan di
di sekolah. Wawancara mendalam juga sekolah.
dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan Proses penyusunan kebijakan
PHBS yang sudah dilakukan di sekolah. berwawasan kesehatan ini membutuhkan
Apabila diklasifikasikan berdasarkan waktu yang cukup lama. Advokasi
lima rencana aksi Ottawa Charter, dari merupakan salah satu strategi yang
hasil wawancara dan observasi didapatkan digunakan untuk pembentukan healthy
sebagai berikut. public policy tersebut. Sesuai dengan
pernyataan Notoatmodjo (2010) bahwa
Build Healthy Public Policy advokasi pada promosi kesehatan merupakan
cara untuk mendekati stakeholder di
Berdasarkan hasil observasi diketahui berbagai tingkatan maupun sektor sehingga
bahwa belum ada peraturan tertulis mengenai program kesehatan yang sedang berjalan
penggunaan fasilitas di sekolah. Hal tersebut didukung penuh oleh stakeholder.
didukung oleh hasil wawancara yang Kegiatan advokasi memiliki beberapa
mengatakan bahwa peraturan secara tertulis bentuk strategi pendekatan, yaitu secara
masih belum ada. Mengenai pembentukan formal maupun informal. Presentasi
tim khusus yang bertugas untuk mengelola atau seminar tentang suatu issue dan
UKS atau PHBS di sekolah juga belum ada usulan program yang akan dijalankan ini
kebijakan dari sekolah untuk mengatur hal merupakan contoh dari bentuk formal
tersebut. pernyataan seorang informan yang kegiatan advokasi. Hal ini sejalan dengan
mengatakan sebagai berikut. kegiatan yang sudah dilakukan Puskesmas
Pucang Sewu untuk melibatkan perwakilan
“Belum mbak, belum ada. Cuma kita
sekolah dalam beberapa rapat pertemuan,
memberikan salah satu petugas, itu aja. Tapi
seperti rapat lintas sektor. Salah satu
kalo memang diperlukan seperti itu, mungkin
InsyaAllah masukan itu akan kita buat memo informan dari perwakilan sekolah juga
ya.” (TS) mengatakan sebagai berikut.

“Saya sendiri yang mewakili, yang datang


Sedangkan dari puskesmas, peraturan
ke puskesmas yang dibahas macem-macem,
tentang screening di sekolah dan BIAS terserah sana yang dibahas, dulu pernah
sudah ada dalam bentuk standar prosedur menolong anak jatuh, pelatihan menolong anak
operasional. Namun untuk tim khusus yang jatuh.” (NI)
bertugas memantau PHBS dari puskesmas
ini sifatnya flexible. Jadi tidak hanya satu Informan dari puskesmas juga
petugas itu saja yang memantau atau menyatakan sebagai berikut.
melakukan survei ke puskesmas, tetapi ada
beberapa petugas yang datang bergantian. “Dalam rapat dilibatkan, seperti kemarin
Penilaian PHBS di sekolah dilakukan sebelum MR itu kan kita rapat dulu, ada
dengan instrumen dalam bentuk form pertemuan dulu, kemudian pada lintas sektor,
penilaian PHBS sebagai bentuk dari evaluasi sebelum ada kegiatan A, B, C, D kita sampaikan
PHBS di sekolah yang sudah dilaksanakan dulu ke penanggung jawab wilayah UPTD.”
oleh puskesmas. (NR)
Adila Rahana, Rachmat Hargono, Peran Puskesmas dalam Implementasi 65

Beberapa pernyataan di atas sejalan tempat sampah yang ada di sekolah belum
dengan teori yang diungkapan oleh merata walupun sudah ada. Salah satu siswa
Notoatmodjo (2010) yang menyebutkan menyatakan sebagai berikut.
berbagai macam bentuk kegiatan
advokasi. Kegiatan rapat yang dilakukan “Ya aku kadang mbuang sampah pada
oleh Puskesmas Pucang Sewu dengan tempatnya kadang enggak, ketika menyiram
mengundang berbagai sektor termasuk bunga itu lho ada pot kalo potnya dua diselipin
sekolah merupakan salah satu bentuk di sebelah situ sampahnya. Ya tau kalo itu salah,
cuma kadang jaraknya tempat sampah agak
kegiatan advokasi yang merupakan salah
jauh, hehehehe.”(EA)
satu dari strategi build healthy public
policy.
Hal ini menunjukkan bahwa sarana
Create Supportive Environtment prasarana dapat mempengaruhi perilaku
seseorang sehingga berdampak pada
Strategi yang dilakukan untuk kesehatan. Keadaan tersebut sejalan dengan
menciptakan lingkungan yang mendukung teori HL. Blum yang menjelaskan tentang
ini, jika dilihat secara fisik, berhubungan empat faktor yang mempengaruhi kesehatan
dengan sarana prasarana yang ada di tempat individu, kelompok, maupun masyarakat.
tersebut. SLB Alpa Kumara Wardana II jika Pernyataan yang dikutip dari Notoatmodjo
dilihat dari lingkungan fisiknya yaitu sudah (2010) ini menjelaskan bahwa keempat
terdapat beberapa sarana prasarana yang faktor tersebut terdiri dari lingkungan sekitar,
mendukung kesehatan. Terdapat ruang UKS perilaku, pelayanan kesehatan, dan gender.
yang di depannya juga ada tempat ibadah Faktor-faktor tersebut saling mempengaruhi
berupa musholla. Selain itu, sarana yang terhadap kesehatan. Lingkungan merupakan
cukup penting, yaitu toilet dibedakan antara faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan.
laki-laki dan perempuan di SLB ini juga Lingkungan juga yang dapat memberikan
sudah disediakan. Namun kebersihannya pengaruh secara langsung terhadap perilaku.
memang masih perlu ditingkatkan lagi. Begitu juga sebaliknya, perilaku dapat
Sedangkan untuk sarana cuci tangan atau memberikan pengaruh terhadap lingkungan
wastafel di toilet belum disediakan. Sarana serta pelayanan kesehatan, dan seterusnya.
cuci tangan yang tersedia di sekolah masih Sarana prasarana yang cukup penting
tersedia 2 wastafel yang berada di depan yang belum disediakan oleh SLB Alpa
kelas yang juga difungsikan untuk tempat Kumara Wardana II ini adalah kantin
cuci piring di depan ruang kelas tata boga. sehat. Kantin sekolah memiliki peranan
Media promosi kesehatan menurut yang penting. Melalui kantin, pesan-pesan
Notoatmodjo (2010) merupakan fasilitas kesehatan dapat diwujudkan dan dengan
untuk menyajikan pesan yang disampaikan adanya kantin tersebut perilaku siswa dalam
oleh penyampai pesan melalui media memilih makanan dan jajanan sehari-hari
cetak maupun elektronik, serta media dapat ditentukan. (Nuraida, et al., 2014).
luar ruangan sehingga pengetahuan dari Hasil observasi menunjukkan bahwa
sasaran diharapkan dapat meningkat hingga sebagian perilaku siswa dalam memilih
akhirnya perilaku positif terhadap kesehatan jajanan serta cara makan masih harus
dapat dicapai. Sebagian dari penyediaan ditingkatkan karena ditemui masih adanya
media di SLB ini merupakan kemitraan siswa yang memungut makanan tanpa
dari pihak puskesmas. Adapun beberapa bungkus yang saat itu jatuh ke lantai lalu
media dari pihak puskesmas yang sudah dimakan lagi. Namun, sebagian siswa juga
diberikan selama ini yaitu dalam bentuk ada yang menyatakan bahwa ada temannya
leaflet DBD, roll-banner tentang merokok, yang lebih suka membawa bekal sendiri
HPV, dan MR. Penyediaan media secara yang sudah disiapkan oleh orang tuanya
mandiri di lingkungan SLB ini juga sudah dari rumah dengan alasan tertentu. Adapun
ada, yaitu himbauan membuang sampah pernyataan seorang siswa yaitu sebagai
pada tempatnya yang tertempel di depan berikut.
salah satu ruang kelas. Namun, penyediaan
66 Jurnal Promkes, Vol. 6, No. 1 Juli 2018: 59–69

“Kalo teman saya si ‘Y’ gak sering jajan, mengenai pendidikan jasmani adaptif bagi
sukanya makan makanan yang ada di rumah siswa dengan kebutuhan khusus di sekolah
mungkin karena juga gak pernah lihat dia jajan, luar biasa didapatkan hasil bahwa pendidikan
karena kan biasane kalo tergantung obat kan gak jasmani adaptif yang dilaksanakan di SLB
boleh kena tepung terigu, gak boleh yang terlalu
Dharma Asih Pontianak dipimpin oleh satu
manis, trus nanti kan bisa kambuh, nanti kan
orang guru pendidikan jasmani adaptif dan
susah, di sekolah kalo misal kambuh.” (EA)
dibantu oleh lima orang guru non pendidikan
Strengthen Community Action jasmani adaptif. Hal ini dilakukan untuk
mendampingi dan mengawasi murid
Sesuai visi promosi kesehatan, agar dapat melakukan tugas gerak yang
gerakan kesehatan pada suatu kelompok diperintahkan. Sedangkan pelaksanaan
atau masyarakat harus diadakan demi pendidikan jasmani adaptif di SLB Alpa
terwujudnya masyarakat mandiri yang Kumara Wardana II ini dilaksanakan oleh
mampu menjaga serta meningkatkan satu guru, yaitu guru kelasnya sendiri, tanpa
kesehatannya. (Notoatmodjo, 2010). dibantu guru yang lain.
Di SLB Alpa Kumara Wardana II, Gerakan atau kegiatan kesehatan lain
beberapa kegiatan kesehatan diagendakan yang ada di SLB Alpa Kumara Wardana
secara rutin seperti kerja bakti bersama II ini diwujudkan dalam bentuk kegiatan
setiap hari Jum’at. Selain itu kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler
olahraga juga dilakukan dan dimasukkan yang ada di SLB ini adalah pramuka,
ke kurikulum pembelajaran di masing- menyanyi, dan menari. Pembinaan
masing kelas. Berdasarkan hasil wawancara, ekstrakurikuler ini dilakukan oleh guru dari
diketahui bahwa pelaksanaan olahraga di SLB sendiri. Berikut pernyataan dari salah
SLB dilakukan secara adaptif. Dengan satu pihak sekolah.
kata lain, siswa tidak harus melakukan
olahraga yang sama antar temannya tetapi “Pramuka, yang membina dari gurunya.
menyesuaikan kebutuhan dan keinginan Kalau ada ekskulnya ada tari, nyanyi, Cuma ya
siswa tersebut. Hal ini didukung dengan pelatihnya dari guru sendiri.” (TS)
pernyataan guru di SLB sebagai berikut.
Mengacu pada definisi sehat
“Kan saya terapkan olahraga adaptif, berdasarkan Undang-Undang kesehatan
olahraga mengikuti kebutuhan anak. Dulu Republik Indonesia nomor 36 tahun
enggak kan, olahraga mengikuti kurikulum,
2009 yaitu “keadaan sehat, secara fisik,
sekarang enggak, setelah tahun berapa itu saya
mental, spiritual dan juga sosial yang
mengikuti diklat di Bogor dua kali. Olahraga
adaptif, jadi olahraga mengikuti kebutuhan memungkinkan setiap orang untuk hidup
anak, misalnya anak ini suka ini, monggo. Kalo produktif secara sosial dan ekonomis.” Hal
ikut kurikulum ya mbak ya, main bola voli, ini sesuai dengan kegiatan ekstrakurikuler
lah anak ini lho mbak ya sesungguhnya sama yang ada di SLB Alpa Kumara Wardana II.
bal takut. Nah kita pakek bola tiruan karena Kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah
apa, tujuan saya cuma ada dua, nuwun sewu satu kegiatan yang dapat dikatakan sebagai
saya ceramahi iki, sehat jasmani dan rohani, upaya untuk meningkatkan kesehatan,
jasmani apa, dia mau melakukan, rohani apa, khususnya secara mental maupun sosial.
dia senang. Kecuali anak itu berprestasi, baru
Dengan berinteraksi dan bertemu dengan
kita bimbing, kita bina. Olahraga lebih suka
banyak orang akan menumbuhkan interaksi
drpd pembelajaran.” (NO) sosial. Melalui interaksi sosial yang
baik tersebut, juga akan melatih mental
Olahraga adaptif atau pendidikan seseorang menjadi baik pula. Selain itu,
jasmani adaptif ini merupakan pendidikan melalui kegiatan ekstrakurikuler akan dapat
yang dilakukan melalui aktivitas jasmani mengasah kemampuan dan bakat seseorang
dan disesuaikan agar individu dengan sehingga waktu yang dihabiskan akan lebih
berkebutuhan khusus dapat berpartisipasi. produktif.
Putri, et al., 2013 mengungkapkan dalam
penelitiannya tentang strategi pembelajaran
Adila Rahana, Rachmat Hargono, Peran Puskesmas dalam Implementasi 67

Develop Personal Skill “Kalau saya ke sana seputar PHBSnya


kalau ada yang tidak pas, pasti saya memberi
Pengembangan keterampilan informasi, misalnya gak ada wastafel, saya
individu dalam rangka memelihara dan bilang, Bu, ini butuh wastafel, butuh sabun,
meningkatkan kesehatan individu tersebut seperti itu.” (NR)
merupakan strategi yang sangat penting
untuk diwujudkan. Menurut Notoatmodjo Berdasarkan hasil wawancara kepada
(2010), langkah awal dari peningkatan pihak puskesmas didapatkan hasil bahwa
kesehatan tersebut yaitu melalui pemberian sasaran yang dituju pihak puskesmas untuk
pemahaman kepada individu di masyarakat. penyampaian pesan di SLB yaitu lebih ke
Pemahaman tersebut dapat berupa pihak gurunya. Hal ini didukung dengan
pencegahan dan pengenalan penyakit, pernyataan seorang informan sebagai
pemeliharaan kesehatan, pencarian berikut.
pengobatan ke fasilitas kesehatan, cara
peningkatan kesehatan, dan sebagainya. “Saya lebih PHBS kepada gurunya ya dek
Pengembangan keterampilan di ya, kan PHBS itu ada sasarannya ya, guru,
SLB dilaksanakan melalui berbagai macam karyawan, kepsek.” (NR)
bentuk. Keterampilan yang dimasukkan di
dalam kurikulum pembelajaran mulai dari Pernyataan ini sedikit berbeda dengan
jenjang dasar hingga menengah atas sudah penjelasan menurut promosi kesehatan di
diterapkan di SLB Alpa Kumara Wardana sekolah yang menyebutkan bahwa kelompok
II. Keterampilan lebih dominan diterapkan yang akan diubah perilakunya merupakan
pada siswa SMA. Sedangkan siswa SMP sasaran utama dari promosi kesehatan. Pada
berada pada tahap pertengahan atau pedoman pembinaan dan pengembangan
seimbang antara keterampilan dan akademik, UKS (2012) juga dijelaskan bahwa sasaran
sementara siswa SD lebih dominan pada primer di sekolah adalah peserta didik itu
akademik. Keterampilan yang diberikan sendiri.
pada SD masih sebatas keterampilan seperti Selain itu keterlibatan orang tua
kerajinan tangan dari kertas lipat. Sedangkan di beberapa kegiatan berusaha diturut
untuk SMP dan SMA adalah keterampilan sertakan. Penyuluhan HIV-AIDS yang
yang berhubungan dengan pekerjaan rumah pernah dilaksanakan di SLB AKW II ini
sehari-hari seperti memasak, mencuci baju, juga mengajak orang tua untuk bergabung
mengeringkannya, dan menyetrikanya. Hal mendengarkan walaupun belum semua
ini diberikan sebagai bekal mereka nantinya bisa langsung mau mengikutinya. Hal ini
ketika hidup bersama di masyarakat agar didukung dengan pernyataan salah satu
dapat hidup lebih mandiri. informan sebagai berikut.
Keterampilan individu juga
dikembangkan dari pemberian pendidikan “Kalau kemarin ya harapan saya kemarin
kesehatan. Pemberian pendidikan kesehatan saat penyuluhan HIV-AIDS melibatkan orang
berupa penyuluhan ini bermitra dengan tua juga. Tapi kenyataannya pada saat di sana
Puskesmas Pucang Sewu. Penyuluhan hanya anak-anak saja, oran tuanya diajakin.
yang sudah diberikan selama ini yaitu Ibu sini Buk, sama Bu Gurunya ndak mau. Saya
hanya memberi tahu kepada gurunya. Apakah
tentang narkoba dan kesehatan reproduksi.
gurunya meneruskan kepada orang tua, saya
Penyuluhan tentang PHBS belum pernah juga tidak tahu. Yang jelas pada saat itu orang
diberikan secara langsung oleh pihak tua sudah dipanggil, Ayo Bu ikut sekalian,
puskesmas. Namun, pembinaan selama ini emmmm mereka tidak ingin ikut penyuluhan
sudah dilakukan oleh puskesmas dalam itu.” (NR)
bentuk rekomendasi dan saran untuk
pihak sekolah jika ada sarana dan prasaran Reorient Health Services
kesehatan yang kurang memadai atau perlu Pada umumnya, masyarakat memahami
ditingkatkan lagi. Salah satu informan bahwa dalam pelayanan kesehatan terdapat
menyatakan sebagai berikut. “provider” atau penyedia pelayanan
68 Jurnal Promkes, Vol. 6, No. 1 Juli 2018: 59–69

kesehatan dan “customer” atau pelanggan peningkatan kegiatan yang berhubungan


dari layanan kesehatan tersebut. dengan kesehatan. Selain itu, sumber daya
Menurut Notoatmodjo (2010), yang dibutuhkan untuk meningkatkan
Pemahaman tentang pemerintah dan implementasi PHBS di SLB tersebut juga
swasta sebagai pihak penyedia pelayanan perlu ditingkatkan.
kesehatan dan masyarakat hanya sebagai Dengan demikian beberapa saran yang
pengguna pelayanan kesehatan tersebut dapat diberikan kepada pihak puskesmas
ini harus diubah. Penataan kembali maupun SLB Alpa Kumara Wardana II
arah pelayanan kesehatan agar lebih ini yaitu dari aspek build healthy public
mengutamakan promotif dan preventif policy perlu dilakukan advokasi kepada
dengan tetap mempedulikan aspek kuratif pihak sekolah agar dibentuk peraturan
dan rehabilitatif ini artinya melakukan secara tertulis mengenai penggunaan
perubahan pola pikir dan sistem kesehatan sarana dan prasarana di sekolah. Dari
di masyarakat. Dibutuhkan orientasi yang aspek create supportive environtment,
dapat menjelaskan bahwa suatu kelompok perlu ditingkatkan untuk pengadaan sarana
atau masyarakat bukan hanya sebagai dan prasarana serta memperbanyak media
pengguna pelayanan kesehatan, namun cetak seperti himbauan membuang sampah
juga sebagai pelaksana kesehatan dengan pada tempatnya dan langkah cuci tangan.
memperhatikan batas tertentu. Sedangkan dari segi reorient health services
SLB Alpa Kumara Wardana II ini sebenarnya sudah bagus karena sudah ada
memiliki fasilitas pelayanan kesehatan di keterlibatan dokter yang bertugas di UKS.
sekolah berupa UKS. Ruang UKS di sini Namun, sebaiknya siswa juga dilibatkan
difungsikan sebagai tempat konseling dalam pelayanan kesehatan, yaitu dengan
antara orang tua dan dokter yang bertugas. cara pemberian pelatihan kepada siswa dan
Kerja sama dengan dokter ini bermitra dibentuk kader UKS dan kader tiwisada.
dengan Universitas Airlangga. Dokter Melalui kader tersebut diharapkan siswa
PPDS Kesehatan Jiwa/Psikiater yang yang menjadi kader dapat menyampaikan
sedang bertugas di RS Dr. Soetomo ini pesan kesehatan dan ikut mengajak
rutin memberikan konseling seminggu temannya untuk berperilaku hidup bersih
sekali kepada orang tua/wali urid yang dan sehat. Strengthen community action
ingin mengonsultasikan anaknya. Orang perlu ditingkatkan, misalnya dengan
tua ataupun wali murid tersebut dapat menambahkan kegiatan ekstrakurikuler yang
mengonsultasikan keluhan yang terjadi pada berhubungan dengan kesehatan seperti PMR
anaknya kepada dokter yang bertugas setiap dan dilakukan latihan secara rutin sehingga
hari selasa. dapat menambah dan mengembangkan
Selama ini, penyelenggara kesehatan kemampuan siswa di sekolah.
di SLB masih belum ada peran dari siswa
sebagai penyelenggara kesehatan ataupun
DAFTAR PUSTAKA
dari warga sekolah lainnya.
Ahmadi, A., 2009. Psikologi Belajar Edisi
Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
SIMPULAN
Departemen Kesehatan RI, 2008. Pedoman
Hasil penelitian yang telah dilaksanakan Pengelolaan Promosi Kesehatan dalam
di SLB Alpa Kumara Wardana II dan Pencapaian Perilaku Hidup Bersih
Puskesmas Pucang Sewu, Kecamatan dan Sehat. Jakarta: Pusat Promosi
Gubeng, Kota Surabaya dapat disimpulkan Kesehatan.
sebagai berikut. Peran Puskesmas dalam Irawan, P., 2006. Penelitian Kualitatif dan
implementasi PHBS di sekolah pada Kuantitatif intuk Ilmu-Ilmu Sosial. DIA
SLB Alpa Kumara Wardana II masih FISIP UI: Jakarta.
kurang optimal dalam implementasi Makmur, Sujana T., Kinansih A., 2017.
PHBS di sekolah, khususnya dalam hal Strategi Promosi Kesehatan Puskesmas di
penyampaian informasi mengenai PHBS Sekolah Dasar. Jurnal Ilmu Keperawatan
di sekolah. Oleh karena itu, perlu adanya dan Kebidanan 8(2): 107–113. Tersedia
Adila Rahana, Rachmat Hargono, Peran Puskesmas dalam Implementasi 69

di <http://ejr.stikesmuhkudus.ac.id/index. Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak


php/jikk/article/view/301/258> [diakses di Sekolah Luar Biasa (SLB) Bagi
tanggal 19 September 2017]. Petugas Kesehatan, 2010. Jakarta.
Notoadmodjo, S., 2010. Promosi Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Masyarakat, Direktorat Bina Kesehatan
Cipta. Anak, Kementerian Kesehatan RI.
Notoadmodjo, S., Hassan, A., Hadi, E.N., Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di
Krianto, T., 2008. Pedoman Promosi Puskesmas, 2007. Jakarta: Kementerian
Kesehatan di Sekolah. Jakarta: Pusat Kesehatan Republik Indonesia Pusat
Promosi Kesehatan Departemen Promosi Kesehatan.
Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Nuraida, L., Kusumaningrum, H., Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang
Palupi, N.S., Koswara, S., Madanijah, Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
S., Zulaikhah, Madjid, A.S., Ariani, Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Triwahyunto, A., 2014. Menuju Kantin Indonesia Nomor 44 Tahun 2016 Tentang
Sehata di Sekolah. Jakarta: Direktorat Pedoman Manajemen Puskesmas.
Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Jakarta.
Pendidikan dan Kebudayaan. Putri, W.U., 2013, Strategi Pembelajaran
Saragih, R.S., Yamin, A., Susanti, R.D., Pendidikan Jasmani Adaptif Bagi
2012. Gambaran Pelaksanaan PHBS Murid Berkebutuhan Khusus di Sekolah
pada Siswa di Sekolah Dasar Negeri Luar Biasa C. Jurnal Pendidikan dan
Cikuda Jatinangor. Jurnal Universitas Pembelajaran, [e-journal] 2(7). Tersedia
Padjajaran, [e-journal] 1(1). Tersedia di <http://jurnal.untan.ac.id/index.php/
di < http://jurnal.unpad.ac.id/ejournal/ jpdpb/article/view/2709> [diakses
article/view/821/865> [diakses tanggal tanggal 17 Oktober 2017].
17 Oktober 2017]. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009
Pedoman Pelaksanaan UKS di Sekolah, tentang Kesehatan. Jakarta.
2014. Jakarta: Kementerian Pendidikan Unit Layanan Terpadu Kementerian
dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.
Pendidikan Dasar. National indicators for education planning
Pedoman Pembinaan dan Pengembangan Jakarta: Dapodik. Tersedia di http://niep.
Usaha Kesehatan Sekolah, 2012. Jakarta: data.kemdikbud.go.id/index.php?r=Site/
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Menu [15 Oktober 2017].
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar.

Anda mungkin juga menyukai