Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Sylva Lestari ISSN (print) 2339-0913

Vol. 02 No. 04, September 2022 ISSN (online) 2549-5747

Inventarisasi Satwa Liar

Wildlife Inventory
Oleh:
Fadilla Martha Amelia, Friska Agnes, Monica F Prahamesti, Elisa Purnomo Sari, Cindy
Aprilia, Kukuh Bayu Satrio, Rahmat Syahrul Ramadhan1*
Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Jl. Sumantri Brojonegoro 1, Bandar Lampung,
35145, Lampung, Indonesia
*
email: fadilla.marthaamelia2047@students.unila.ac.id

ABSTRAK

Inventarisasi satwa liar merupakan kegiatan yang cukup penting untuk mengetahui potensi serta
strategi dalam kegiatan pengelolaan satwa liar dengan tetap memperhatikan aspekkelestarian,
ekologi dan ekonomi. Tujuan dari pengamatan ini yaitu untuk mengetahui kepadatan,
kelimpahan jenis, tingkat keanekaragaman jenis, kekayaan jenis, kemerataan jenissatwa liar
serta mengetahui manfaat inventarisasi satwaliar dalam penentuan keputusan dalampengelolaan
kawasan. Pengamatan dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Universitas Lampung.
Metode pengamatan yang digunakan yaitu metode transek, metode titik hitung danmetode
penjebak penjatuh.

Kata kunci: satwa liar, metode transek, metode titik hitung, metode jebakan penjatuh

ABSTRACT

Wildlife inventory is an activity that is quite important to know the potential and strategies in
wildlife management activities while still paying attention to aspects of sustainability,ecology
and economy. The purpose of this observation is to determine the density, abundanceof species,
level of species diversity, species richness, even distribution of wildlife species andto determine
the benefits of wildlife inventory in determining decisions in area management.Observations
were made at the Integrated Field Laboratory, University of Lampung. Theobservation
method used is the transect method, the point count method and the fall trapmethod

Keywords: wildlife, transect method, point count method, pitfall traping method

PENDAHULUAN

Indonesia memiliki keanekaragaman jenis satwa liar yang tinggi, dan tersebar di
beberapa tipe habitat. Bermacam-macam jenis satwa liar ini merupakan sumberdaya alam yang
dimanfaatkan untuk banyak kepentingan manusia, meliputi berbagai aspek kehidupan baik
untuk kepentingan ekologis, ekonomis, maupun kebudayaan. Inventarisasi merupakan salah satu
langkah yang dilakukan dalam rangkaian pendugaan populasi satwa liar. Inventarisai dapat
disebut sebagai salah satu kegiatan pengumpulan data mengenai jumlah satwa liar dan juga
jumlah tumbuhan (Husch, 2015).
.
Jurnal Sylva Lestari ISSN (print) 2339-0913
Vol. 02 No. 04, September 2022 ISSN (online) 2549-5747

Suatu populasi satwaliar selalu mengalami perubahan populasi ukuran dari waktu ke
waktu. Sehingga penting untuk mengetahui apakah ukuran populasi pada suatu waktu tertentu
besar atau kecil. Perbandingan ukuran populasi dari waktu ke waktu dapat menghasilkan
dinamika pertumbuhan. Pertembuhan populasi merupakan informasi penting bagi efektifnya
pengelolaan populasi satwaliar. Satwaliar merupakan komponen yang sangat penting dalam
suatu sistem ekosistem. Komponen yang satu akan saling terkait dengan komponen
lainnyasehingga akan saling mempengaruhi. Hilangnya salah satu komponen akan
sangatberpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem tersebut. Berbagai usaha dilakukan untuk
melindungi satwa liar karena satwa liar memilikibanyak manfaat (Ayuni, 2015). Melihat hal
tersebut pentingnya suatu inventarisasi satwa liar agar dapat menuga suatu populasi satwa liar
pada suatu habitat. Tujuan pada praktikum ini yaitu dapat melakukan inventarisasi satwa liar.
Maka dari itu pentingnya suatu inventarisasi satwa liar pada suatu habitat.
Inventarisasi satwa liar sangat penting untuk mengetahui potensi dan strategi pengelolaan
yang baik dalam mengelola satwa liar dengan memperhatikan aspek kelestarian, ekologi, dan
aspek ekonomi dari satwa tersebut. Metode sensus merupakan metode yang memiliki
karakteristik menyeluruh dan memerlukan banyak sumber daya untuk melekukan proses
penghitungannya. Ada beberapa metode turunan dari metode sensus yaitu metode pengamatan
bergerak, metode pengamatan diam,driving count, concentration count , dan metode penjagalan.
Metode pengamatan diam,metode pengamatan bergerak, dan metode pengamatan penentuan
waktu optimum dilakukandi Kebun Raya Bogor. Waktu optimum digunakan untuk mengetahui
peluang terjadinya perjumpaan paling banyak (Sulistyadi, 2016)

METODE PENELITIAN

Lokasi praktikum dilakukan di Laboratorium Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian Unila pada
tanggal 13-20 September 2022, dengan menggunakan metode transek garis (Line Transect
Method), metode jebakan penjatuh (Pitfall Traping Method) dan metode titik hitung (Point
Count Method). Metode transek biasa digunakan dalam inventarisasi herbivora besar dan
burung. Metode titik hitung merupakan metode yang digunakan dalam pengamatan inventarisasi
burung yang terlihat secara langsung maupu hanya melalui suara. Sedangkan metode jebakan
penjatuh banyak digunakan dalam pengambilan data herpetofauna. Analisis pada praktikum ini
menggunakan dua parameter yaitu frekuensi jenis dan indek Shannon Wienner untuk mengukur
tingkat keragaman, kekayaan dan kemerataan. Adapun alat yang digunakan dalam praktikum
adalah ATK, Rol meter (Distance mater), patok atau pasak, binocular, kamera digital atau
DSLR, pisau cutter.Sedangkan bahannya adalah tally sheet, buku panduan identifikasi burung,
buku panduan identifikasi serangga, buku panduan identifikasi herpetofauna dan buku panduan
identifikasi mamalia.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Hasil yang diperoleh dengan menggunakan tiga metode yakni metode transek (transect
method), metode titik hitung (point count method) dan metode jebakan penjatuh (pitfall
traping method) yakni sebagai berikut :
Jurnal Sylva Lestari ISSN (print) 2339-0913
Vol. 02 No. 04, September 2022 ISSN (online) 2549-5747

Tabel 1. Kepadatan populasi mamalia kecil


No Jenis Mamalia Kecil Kepadatan Populasi (ekor/ha) Keterangan
1. Tupai (Tupaia javanica) 0,028 Tupai adalah salah
satu satwa liar yang
keberadaannya
sangat penting
dalam ekosistem
antara lain sebagai
sarana penyebaran
biji tumbuh-
tumbuhan, dan
sebagai kontrol
terhadap serangga
(Alex, 2017).
2. Kucing (Felis catus) 0,075 Kucing memiliki
peran penting dalam
menjaga persistensi
keanekaragaman
hayati dan juga
kestabilan
ekosistem, kucing
juga berperan
mengontrol
populasi satwa
mangsa didalam
ekosistem
(Sulistyadi, 2017).

Tabel 2. Kelimpahan hewan


No. Jenis Hewan Jumlah frekuensi keterangan
individu
1 Semut 16 1 Semut (Dolichoderus
(Dolichoderus thoracicus) di temukan pada
thoracicus) hari pengamatan ke 2
sebanyak 9 individu semut,
dan pada pengamatan hari ke
3 di temukan sebanyak 8
individu semut, sedangkan
pada pengamatan hari
pertama tidak di temuykan
apapun.

Tabel 3. Keragaman Jenis Burung


No Jenis Nama Jumlah pi LN pi pi LN pi
Ilmiah Individu
1 Burung-gereja Passer 4 0,235294 -1,44692 -0,34045
eurasia montanus
2 Cucak kutilang Pycnonotus 6 0,352941 -1,04145 -0,36757
aurigaster
3 Perkutut jawa Geopelia 2 0,117647 -2,14007 -0,25177
striata
4 Walet sapi Collocalia 5 0,294118 -1,22378 -0,35993
esculenta
Jurnal Sylva Lestari ISSN (print) 2339-0913
Vol. 02 No. 04, September 2022 ISSN (online) 2549-5747

Total -1,31973
H’ 1,31973

Tabel 4. Tingkat Indeks Richness, Diversity, dan Evenness


No Jenis Nama R’ H’ E
Ilmiah
1 Burung-gereja Passer
eurasia montanus
2 Cucak kutilang Pycnonotus
aurigaster 1,058868 1,31973 0,951984
3 Perkutut jawa Geopelia
striata
4 Walet sapi Collocalia
esculenta

PEMBAHASAN

Kelimpahan jenis merupakan banyaknya individu untuk setiap jenis, kelimpahan juga
diartikan sebagai jumlah individu persatuan luas per satuan volume. Pengertian lain
kelimpahan jenis yaitu jumlah total spesies pada suatu wilayah atau ekosistem yang
didalamnya terdapat suatu makhluk hidup yang satu dengan lainnya. Adapun keanekaragaman
jenis diartikan sebagai jumlah total spesies dalam suatu area sebagai jumlah spesies antar
jumlah total individu dari spesies yang ada di dalam suatu komunitas, dimana dapat
ditandakan sebagai jumlah spesies dalam suatu area atau sebagai jumlah spesies antar jumlah
total individu dari spesies yang ada (Supriharyono, 2019).
Mamalia kecil mempunyai kontribusi penting dalam suatu ekosistem termasuk di
dalamnya sebagai pemencar biji, penyerbuk, mangsa bagi karnivora dan burung pemangsa,
dan pengontrol populasi serangga. Memperhatikan kenyataan ini, maka komunitas mamalia
kecil mempunyai fungsi penting di alam yaitu ikut mempertahankan keanekaragaman
tumbuhan hutan dan sebagai agen dalam regenerasi hutan. Jenis spesies mamalia dalam
kepadatan populasi yang ditemukan berdasarkan pengamatan yang dilakukan yakni tupai
(Tupaia javanica) dan kucing (Felis catus).
Keragaman jenis burung yang ditemukan pada saat pengamatan yakni burung gereja
(Passer montanus), burung cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), burung perkutut jawa
(Geopelia striata) dan burung wallet sapj (Collocalia esculenta). Jumlah individu yang
ditemukan yakni 4 (empat) ekor untuk burung gereja (Passer montanus), 6 (enam) ekor untuk
burung cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), 2 (dua) ekor untuk burung perkutut jawa
(Geopelia striata) dan 5 (lima) ekor untuk burung wallet sapj (Collocalia esculenta). Adapun
jumlah individu yang ditemukan nantinya akan menentukan keragaman jenis burung di suatu
kawasan.
Pada praktikum yang telah dilaksanakan, tidak terdapat spesies herpetofauna.
Ketidakhadiran spesies herpetofauna juga dapat disebabkan oleh kualitas habitat yang rendah
dikarenakan sebagaimana diketahui herpetofauna dapat dijadikan sebagai bioindikator
lingkungan karena kepekaannya terhadap perubahan lingkungan seperti pencemaran air,
pengrusakan habitat asli, introduksi spesies eksotik, penyakit dan parasit. Sehingga jika
keberadaannya sedikit atau bahkan tidak ada maka dapat dikatakan habitat tersebut memiliki
kualitas yang rendah. Alasan lain atas ketersediaan herpetofauna yaitu karena peletakan
ember (dijadikan sebagai penjebak) diletakan pada tempat yang memiliki sedikit naungan dan
juga memiliki kelembaban yang rendah. Sebagaimana diketahui spesies herpetofauna hidup
dan bersarang di pohon-pohon, selain merasa aman dari kehadiran predator juga karena
pohon merupakan tempat yang cocok untuk spesies herpetofauna bertelur. Herpetofauna juga
menyukai tempat yang lembab karena kulitnya yang mempunyai permeabilitas tinggi untuk
menyerap dan menguapkan air, tidak semua jenis herpetofauna seperti itu namun untuk
Jurnal Sylva Lestari ISSN (print) 2339-0913
Vol. 02 No. 04, September 2022 ISSN (online) 2549-5747

spesies amfibi seperti itu. Cara untuk membuat spesies herpetofauna tertarik kemudian masuk
kedalam jebakan yaitu memasukan umpat didalamnya, umpan tersebut bisa juga makanan
yang membuat spesies herpetofauna tertarik (Irwanto, dkk, 2019). Adapun dalam kelimpahan
hewan perlu dicari frekuensinnya, dimana untuk rumus frekuensi tidak disebutkan didalam
metode penelitian. Frekuensi merupakan ukuran dari uniformitas atau regularitas, terdapatnya
suatu jenis frekuensi memberikan gambaran bagaimana pola penyebaran suatu jenis apakah
menyebar keseluruh kawasan atau kelompok, sehingga untuk mengolah data jumlah individu
hewan yang ditemukan ke dalam frekuensi dapat menggunakan cara membagi antara jumlah
total individu dengan berapa kali individu tersebut muncul dalam pengamatan (Daniati,
2017).

SIMPULAN

Kelimpahan jenis merupakan banyaknya individu untuk setiap jenis, kelimpahan juga diartikan
sebagai jumlah individu persatuan luas per satuan volume. Mamalia kecil mempunyai kontribusi
penting dalam suatu ekosistem termasuk di dalamnya sebagai pemencar biji, penyerbuk, mangsa
bagi karnivora dan burung pemangsa, dan pengontrol populasi serangga. Keragaman jenis
burung yang ditemukan pada saat pengamatan yakni burung gereja (Passer montanus), burung
cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), burung perkutut jawa (Geopelia striata) dan burung
wallet sapj (Collocalia esculenta). Pada praktikum yang telah dilaksanakan, tidak terdapat
spesies herpetofauna. Ketidakhadiran spesies herpetofauna juga dapat disebabkan oleh kualitas
habitat yang rendah dikarenakan sebagaimana diketahui herpetofauna dapat dijadikan sebagai
bioindikatorlingkungan karena kepekaannya terhadap perubahan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Alex, dkk. 2017. Identifikasi Jenis Tupai Tupaia Sp) di Kawasan Hutan Adat Bukit Sagu Desa
Sungai Sena Kecamatan Silat Hilir Kabupaten Kapuas Hulu. Jurnal Hutan Lestari.
5(1):34-41.
Ayunin, Pudyatmoko, S., Imron, AM. 2015. Seleksi Habitat Lutung Jawa (Trachypithecus
auratus E. Geoffroy SaintHilaire, 1812) di Taman Nasional Gunung Merapi). Jurnal
Penelitian Hutan dan Konservasi Alam.Vol. 11 No. 3, Desember 2015 : 261-279.
Daniati, E. 2017. Studi perilaku harian Kukang Kalimantan (Nycticebus menagensis) di Pusat
Rehabilitasi satwa Internasional Animal Rescue Indonesia (IARI) Kabupaten
Ketapang, Kalimantan Barat. Jurnal Hutan Lestari. 5(2) : 11.
Husch B, Beers TW, Kershaw JA. 2003. Forest Meas uration. Ed ke-4. New Jersey : Wiley.
Sulistyadi, E. 2017. Karakteristik Komunitas Mamalia Besar di Taman Nasional Bali Barat
(TNBB). Zoo Indonesia. 25(2):142-159
Sulistyadi, E., Kartono, PA., Maryanto I. 2016. Pergerakan Lutung Jawa Trachypithecus
auratus (E. Geoffroy 1812) Pada Fragmen Habitat Terisolasi Di Taman Wisata Alam
Gunung Pancar (Twagp) Bogor.Jurnal Berita Biologi. 12(3).
Supriharyono.2019. Konservasi Ekosistem Sumberdaya Hayati di Wilayah Pesisir dan Laut
Tropis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Jurnal Sylva Lestari ISSN (print) 2339-0913
Vol. 02 No. 04, September 2022 ISSN (online) 2549-5747

Anda mungkin juga menyukai