Sistem Hukum
Sistem Hukum
La Ode Dedi Abdullah (1) Endang Tri Pratiwi (2) Yanti Dja’wa (3) Rudi Abdullah(4)
Abdullah, Rudi, Asrianti Dja'wa, La Ode Dedi Abdullah, and Endang T Pratiwi.
(2018, June 9) “Sistem Hukum Dan Klasifikasi Hukum.” OpenAbdullah, Rudi et
al. “Sistem Hukum Dan Klasifikasi Hukum”. INA-Rxiv, 10 May 2018. Web.
Paper DOI https://dx.doi.org/10.17605/OSF.IO/RVUYM.
Retrieved from https://osf.io/preprints/inarxiv/rvuym
Klasifikasi Hukum
Tujuan Hukum
Tujuan hukum yang bersifat universal adalah ketertiban, ketenteraman,
kedamaian, kesejahteraan dan kebahagiaan dalam tata kehidupan bermasyarakat.
Dalam perkembangan masyarakat fungsi hukum terdiri dari :
a. Sebagai alat pengatur tata tertib hubungan masyarakat
Hukum sebagai norma merupakan petunjuk untuk kehidupan. Manusia dalam
masyarakat, hukum menunjukkan mana yang baik dan mana yang buruk, hukum
juga memberi petunjuk, sehingga segala sesuatunya berjalan tertib dan teratur.
Begitu pula hukum dapat memaksa agar hukum itu ditaati anggota masyarakat.
b. Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir batin
– Hukum mempunyai cirri memerintah dan melarang
– Hukum mempunyai sifat memaksa
– Hukum mempunyai daya yang mengikat fisik dan Psikologis
Karena hukum mempunyai ciri, sifat dan daya mengikat, maka hukum dapat
memberi keadilan ialah dapat menentukan siapa yang bersalah dan siapa yang
benar.
c. Sebagai penggerak pembangunan
Daya mengikat dan memaksa dari hukum dapat digunakan atau di daya gunakan
untuk menggeraakkan pembangunan. Disini hukum dijadikan alat untuk
membawa masyarakat kearah yang lebih maju.
d. Fungsi kritis hukum
Dr. Soedjono Dirdjosisworo, S.H dalam bukunya pengantar ilmu hukum, hal 155
mengatakan:
“Dewasa ini sedang berkembang suatu pandangan bahwa hukum mempunyai
fungsi kritis, yaitu daya kerja hukum tidak semata-mata melakukan pengawasan
pada aparatur pemerintah (petugas) saja melainkan aparatur penegak hukum
termasuk didalamnya”.
Sumber-sumber Hukum
Beberapa pakar secara umum membedakan sumber-sumber hukum yang ada ke
dalam (kriteria) sumber hukum materiil dan sumber hukum formal, seperti ;
a. Hukum materiil : yakni sumber-sumber hukum yang ditinjau dari berbagai
perspektif.
b. Hukum formal : yakni UU, kebiasaan, jurisprudentie, traktat dan doktrin.
Namun terdapat pula beberapa pakar yang membedakan sumber-sumber hukum
dalam kriteria yang lain, seperti :
1. Menurut Edward Jenk, bahwa terdapat 3 jenis sumber hukum atau yang biasa
disebut “Forms Of Law”, antara lain :
• Statutory
• Judiviary
• Literaty
2. Menurut G.W. Keeton, sumber hukum terbagi menjadi :
• Binding sources (formal) yang terdiri dari :
– Custom
– Legislation
– judical precedents
• Persuasive sources (materiil) yang terdiri dari :
– principles of morality or equity
– professional opinion
Kaidah hukum
Kaidah merupakan patokan atau ukuran sebagai pedoman bagi manusia dalam
bertindak dapat dikatakan juga sebagai yang mengatur prilaku manusia dan
prilaku kehidupan bermasyarakat. Secara umum kaidah dibedakan atau dua hal
yaitu kaidah etika atau kaidahhukum.
4. Subjek Hukum
Subyek hukum ialah pemegang hak dan kewajiban menurut hukum. Dalam
kehidupan sehari-hari, yang menjadi subyek hukum dalam sistem hukum
Indonesia ialah individu (orang) dan badan hukum (perusahaan, organisasi,
institusi).
1. Manusia (naturlife persoon)
Menurut hukum, tiap-tiap seorang manusia sudah menjadi subyek hukum secara
kodrati atau secara alami. Anak-anak serta balita pun sudah dianggap sebagai
subyek hukum. Manusia dianggap sebagai hak mulai ia dilahirkan sampai dengan
ia meninggal dunia. Bahkan bayi yang masih berada dalam kandungan pun bisa
dianggap sebagai subyek hukum bila terdapat urusan atau kepentingan yang
menghendakinya. Namun, ada beberapa golongan yang oleh hukum dipandang
sebagai subyek hukum yang "tidak cakap" hukum. Maka dalam melakukan
perbuatan-perbuatan hukum mereka harus diwakili atau dibantu oleh orang lain.
seperti:
1. Anak yang masih dibawah umur, belum dewasa, atau belum menikah.
2. Orang yang berada dalam pengampunan yaitu orang yang sakit
ingatan, pemabuk, pemboros.
3. Badan Hukum (recht persoon).
Badan hukum adalah suatu badan yang terdiri dari kumpulan orang yang diberi
status "persoon" oleh hukum sehingga mempunyai hak dan kewajiban. Badan
hukum dapat menjalankan perbuatan hukum sebagai pembawa hak manusia.
Seperti melakukan perjanjian, mempunyai kekayaan yang terlepas dari para
anggotanya dan sebagainya. Perbedaan badan hukum dengan manusia sebagai
pembawa hak adalah badan hukum tidak dapat melakukan perkawinan, tidak
dapat diberi hukuman penjara, tetapi badan hukum dimungkinkan dapat
dibubarkan. Selain itu Subyek hukum disebut benda (zaak). Menurut hukum
perdata, bendaadalah segala barang dan hak yang dapat dimiliki orang (Pasal 499
KUH Perdata). Menurut Pasal 503 KUH Perdata, benda dapat dibagi menjadi
benda berwujud dan tidak berwujud.
1. Benda yang berwujud (lichamelijke zaken) yaitu segala sesuatu yang dapat diraba
oleh pancaindra seperti: rumah, gedung, tanah dan lain-lain.
2. Benda yang tidak berwujud (onlichamelijke zaken) yaitu segala macam hak
seperti: saham-saham atas kapal laut, hipotek, hak merek, hak cipta dan lain-lain.
Selanjutnya dalam pasal 504 KUH Perdata benda juga dapat dibagi atas benda
bergerak dan tidak bergerak.
1. Benda bergerak (rorende zaken) meliputi :
Bergerak karena sifatnya
Benda tersebut bergerak karena sifatnya sendiri menggolongkannya ke dalam
golongan itu sendiri. Misalnya mobil.
Bergerak karena undang-undang
Mengolongkannya kedalam golongan itu. Misalnya hak piutang dan hak gadai.
2. Benda Tidak Bergerak (onreorende zaken) meliputi :
Benda tidak bergerak karena sifatnya sendiri yang menggolongkan ke dalam
golongan ini. Contohnya tanah dan segala sesuatu yang tetap ada didalam
lingkungan tanah tersebut. Seperti bangunan, tanaman, pohon, serta kekayaan
alam yang ada di dalam kandungan bumi dan barang-barang lain yang belum
terpisah dari lingkungan tanah tersebut.
Benda tidak bergerak karena tujuannya menggolongkannya kedalam golongan
ini. Maksudnya segala barang yang senantiasa digunakan oleh yang mempunyai
dan yang menjadi alat tetap pada suatu benda yang tidak bergerak. Contohnya
mesin penggilingan padi yang ditempatkan didalam gedung perusahaan beras
tersebut.
Benda tidak bergerak karena undang-undang menggolongkannya kedalam
golongan itu. Contohnya hak bina usaha, hak hipotek dan hak guna bangunan.
Sumber-sumber hukum
Sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang
mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yaitu aturan-aturan yang jika di
langgar mengakitbatkan sanksi tegas dan nyata.
Hakekatnya: tempat menemukan dan menggali hukum
arti sumber hukum:
1. Sebagai asas hukum, sesuatu yang merupakan permulaan hukum.
2. Menunjukkan hukum terdahulu menjadi/memberi bahan hukum yang kemudian.
3. Sumber berlakunya yang memberikekuatan berlaku secara formal kepada
peraturan hukum.
4. Sumber dari mana kita dapat mengenal hukum.
5. Sumber terjadinya hukum. Sumber yang menimbulkan hukum.
Sumber hukum ada 2 yaitu:
1. Suber hukum materiil: tempat dari mana materi hukum di ambil, jadi merupakan
faktor pembantu permbertukan hukum, dapat di tinjau dari berbagai sudut.
2. Sumber hukum formil ada 5 yaitu:
1) UU (statute)
2) Kebiasaan (custom)
3) Keputusan hakim (jurisprudentie)
4) Trakta
5) Pendapat sarjana hukum (doktrin)
UU adalah perturan negara yang mempunyai kekuatan hukum mengikat yang
diadakan dan di pelihara oleh negara.
Tingkatan pertuaran: UU45-UU-PERPU-KEPRES-PERDA-PERDES
SUMBER-SUMBER HUKUM
Asas-asas berlakunya UU
a) LEX SUPERIOR DEROGAT LEGI INFERIORI: UU yang kedudukannya lebih
rendah tidak boleh bertentangan dengan UU yang kedudukannya lebih tinggi
dalam mengatur hal yang sama.
b) LEX SPECIALE DEROGAT LEGI GERERALI: UU bersifat khusus
mengesampingkan UU yang bersifata umum, apabila UU tersebut sama
kedudukannya.
c) LEX POSTERIOR DEROGAT LEGI PRIORI: UU yang berlaku belakangan
membatalakan UU terdahulu sejauh UU itu mengatur hal yang sama
d) NULLUM DELICTIM NOELLA POENA SINC PRAEVIA LEGI POENATE:
tidak ada pembuatan dapat di hukum kecuali sudah ada peraturan sebelum
perbuatan dilakukan.
Jadi UU yang telah diundangkan di anggap telah di ketahui setiap orang sehingga
pelanggar UU mengetahui UU yang bersangkutan.
2. KEBIASAAN
Kebiasaan merupakan sumber hukum tertua. Kebiasaan adalah perbuatan
manusia yang tetap dan berulang. Sehingga merupakan pola tingkah laku yang
tetap, ajeg, lazim, dan normal/perilaku yang di ulang yang mnimbulkan kesadaran
bahwa perbuatan itu baik.
Kebiasaan/adat/custom akan menimbulkan hukum jika UU menunjukkan
pada kebiasaan untuk di berlakukan. Pasal 15 AB: kebiasaan tidak menimbulkan
hukum, kecuali jika UU menunjuk pada kebiasaan untuk di berlakukan kebiasaan
dapat menjadi sumber hukum,
Syarat-syaratnya yaitu:
1) Perbuatan itu harus sudah berlangsung lama.
2) Menimbulkan keyakinan umum bahwa perbuatan itu merupakan kwajiban
hukum.
“Demikian Selanjutnya”
3) Ada akibat hukum jika kebiasaan hukum dilanggar.
Pasal 1339 “BW” persutujuan tidak hanya mengikat untuk apa yang telah di
tetapkan dengan tegas oleh persetujuan, tetapi juga untuk segala sesuatu menurut
sifat persetujuan itu di wajibkan oleh kebiasaan.
Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa dan mengadili suatu
perkara yang diajukan, dengan dalih bahwa hukum tidak/ kurang jelas, melainkan
wajib untuk memeriksa dan mengadilinya.
MATERI-MATERI TREATY:
a) Masalah-masalah politik/yang lain yang dapat mempengaruhi haluan politik
negeri.
b) Ikatan-ikatan sedemikian rupa yang mempengaruhi haluan politik negara.
c) Masalah-masalah yang menurut UUD/peraturan perundang-undangn harus diatur
dengan UU.
AGREMENT merupakan perjanjian dengan menteri-menteri lain yang hanya
disampingkan kepada parlement/DPR untuk di ketahui setelah di shkan kepala
negara.
Fase/tahap traktat.
a) Sluiting: penetapan isi perjanjian oleh delegasi pihak-pihak yang bersangkutan,
melahirkan/menghasilkan konsep trakta/sluiting soor konde.
b) Persutujuan masing-masing parlement yang bersangkutan.
c) Ratifikasi (pengesahan) oleh masing-masing kepala negara. Maka berlaku untuk
semua wilayah negara.
Di afkondiging (pengumuman) saling menyampaikan piagam perjanjian.
Traktat berlaku setelah ratifikasi.
5. DOKTRIN
Doktrin menjadi sumber hukum karena UU perjanjian internasional dan
yurisprudensi tidak memberi jawaban hukum sehingga di carilah pendapat ahli
hukum.
Berlaku: communis opinio doctorum: pendapat umum tidak boleh
menyimpang dari pendapat para ahli.
a) Commentaries on the laws at england oleh sir william black stone.
b) Ajaran imam syafi’i, banyak di gunakan oleh PA (pengadilan agama) dalam
putusan
c) Trias politika
Lock: LEF (LEGISLATIF, EXSEKUTIF, FEDERATIF)
QUIEU: LEY (LEGISLATIF, EXDEKUTIF, YUDIKATIF)
KANT: TRIAS POLITIKA.
PENDEKATAN HUKUM
A. MENURUT ISINYA:
1. HUKUM PUBLIK: hukum yang mengatur hubungan hukum yang menyangkut
kepentingan umum.
2. HUKUM PRIVAT: hukum yang mengatur hubungan-hubungan hukum yang
menyangkut kepentingan pribadi.
D. 1. IUS CONSTITUTUM: hukum yang berlaku pada suatu Negara pada
saat ini.
2. IUS CONSTITUENDUM: hukum yang di harapkan/di cita-citakan berlaku pada
waktu yang akan datang.
Hukum Pidana
Wishnu Kurniawan, SH.
1
Hakekatnya
Hukum
Pidana
merupakan
rangkaian
peraturan yang mengatur pelbagai macam
perbuatan yang wajib dilakukan dan yang
dilarang, siapa yang melakukan, serta akibat
hukumnya (sanksi), dan apa yang diberikan
apabila terjadi pelanggaran.
4
Pendahuluan
Sebagai hukum yang bersifat publik, hukum pidana menemukan arti
pentingnya dalam wacana hukum di Indonesia. Bagaimana tidak, di dalam
hukum pidana itu terkandung aturan-aturan yang menentukan perbuatan-
perbuatan yang tidak boleh dilakukan dengan disertai ancaman berupa
pidana (nestapa) dan menentukan syarat-syarat pidana dapat dijatuhkan.
1
Sifat publik yang dimiliki hukum pidana menjadikan konsekuensi bahwa
hukum pidana itu bersifat nasional. Dengan demikian, maka hukum
pidana Indonesia diberlakukan ke seluruh wilayah negara Indonesia.
Di samping itu, mengingat materi hukum pidana yang sarat dengan
nilai-nilai kemanusian mengakibatkan hukum pidana seringkali
digambarkan sebagai pedang yang bermata dua. Satu sisi hukum pidana
bertujuan menegakkan nilai kemanusiaan, namun di sisi yang lain
penegakan hukum pidana justru memberikan sanksi kenestapaan bagi
manusia yang melanggarnya. Oleh karena itulah kemudian pembahasan
mengenai materi hukum pidana dilakukan dengan ekstra hati-hati, yaitu
dengan memperhatikan konteks masyarakat di mana hukum pidana itu
*
Dosen Jurusan Jinayah Siyasah Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri (UIN)
Sunan Kalijaga Yogyakarta dan mahasiswa Program Doktor Ilmu Hukum Sekolah
Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
1
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), p. 1
Ahmad Bahiej
o Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Abstract
Abstrak Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang masih diberlakukan
di Indonesia saat ini merupakan salah satu dari sekian ratus peraturan hukum
warisan kolonial Belanda. KUHP ini mulai diberlakukan secara resmi di
Indonesia sejak tanggal 1 Januari 1918. Namun sebelum KUHP itu diberlakukan
sebenarnya bangsa Indonesia telah mengenal aturan hukum pidana dalam
kehidupan hukum adatnya. Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) yang
pernah menduduki Indonesia pada tahun 1602-1799 dan masa kolonial sebelum
1918 pun pernah memberlakukan hukum pidananya. Perjalanan historis hukum
pidana materiel di Indonesia tersebut membawa dinamika dan problematika
tersendiri yang diharapkan dapat dijadiklan pijakan dalam pembaharuan hukum
pidana materiel saat ini. Kata kunci: KUHP, sejarah KUHP, problematika hukum
pidana A. Pendahuluan Sebagai hukum yang bersifat publik, hukum pidana
menemukan arti pentingnya dalam wacana hukum di Indonesia. Bagaimana tidak,
di dalam hukum pidana itu terkandung aturan-aturan yang menentukan perbuatan-
perbuatan yang tidak boleh dilakukan dengan disertai ancaman berupa pidana
(nestapa) dan menentukan syarat-syarat pidana dapat dijatuhkan. 1 Sifat publik
yang dimiliki hukum pidana menjadikan konsekuensi bahwa hukum pidana itu
bersifat nasional. Dengan demikian, maka hukum pidana Indonesia diberlakukan
ke seluruh wilayah negara Indonesia. Di samping itu, mengingat materi hukum
pidana yang sarat dengan nilai-nilai kemanusian mengakibatkan hukum pidana
seringkali digambarkan sebagai pedang yang bermata dua. Satu sisi hukum pidana
bertujuan menegakkan nilai kemanusiaan, namun di sisi yang lain penegakan
hukum pidana justru memberikan sanksi kenestapaan bagi manusia yang
melanggarnya. Oleh karena itulah kemudian pembahasan mengenai materi hukum
pidana dilakukan dengan ekstra hati-hati, yaitu dengan memperhatikan konteks
masyarakat di mana hukum pidana itu
Full-text (PDF)
[6] Baubau, Perusahaan Daerah Air Minum Pdam Kota, And Rudi Abdullah.
(2018, Juni 9) "Tinjauan Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai
Pengukur Prestasi Manajer Pusat Laba Pada Baubau Perusahaan Daerah Air
Minum Pdam Kota." Retrieved from :
http://polgan.ac.id/files/journals/2/articles/50/submission/50-13-143-1-2-
20180119.doc.
[7] Abdullah, Rudi, 2018. (2018, June 9) “Sistem Pencatatan Dan Pelaporan
Akuntansi Persediaan Pada CV. Citra Niaga Cemerlang Baubau”. INA-
Rxiv. May 11. Paper DOI. 10.17605/OSF.IO/N8S4H. Retrieved from
https://osf.io/preprints/inarxiv/n8s4h/.
[9] Abdullah, Rudi, Asrianti Dja'wa, Endang T Pratiwi, and La Ode Dedi
Abdullah 2018. (2018, June 9) “Sumber Hukum Dalam Aspek Bisnis”. INA-
Rxiv. May 10. Paper DOI. 10.17605/OFS.IO/BE7H9. Retrieved from
https://osf.io/preprints/inarxiv/be7h9
[10] Abdullah, Rudi, Asrianti Dja'wa, La Ode Dedi Abdullah, and Endang T
Pratiwi. (2018, June 9) “Sistem Hukum Dan Klasifikasi Hukum.”
OpenAbdullah, Rudi et al. “Sistem Hukum Dan Klasifikasi Hukum”. INA-
Rxiv, 10 May 2018. Web. Paper DOI
https://dx.doi.org/10.17605/OSF.IO/RVUYM. Retrieved from
https://osf.io/preprints/inarxiv/rvuym
[11] Abdullah, Rudi, Asrianti Dja’wa, La Ode Dedi Abdullah, and Endang T
Pratiwi. 2018. (2018, June 9) “Hukum Dan Ruang Lingkup Hukum Bisnis.”
Open Science Framework. June 9. osf.io/tzrpa. Paper DOI :
http://10.17605/OSF.IO/TZRPA. Retrieved from
https://osf.io/preprints/inarxiv/gfm84/
[12] Abdullah, Rudi, Asrianti Dja’wa, Endang T Pratiwi, and La Ode Dedi
Abdullah. 2018. (2018, June 9) “Pengantar Hukum Bisnis.” Open Science
Framework. June 9. osf.io/d79nu. Paper DOI:
http://10.17605/OSF.IO/D79NU. Retrieved from
https://osf.io/preprints/inarxiv/txuvw/
[13] Abdullah, Rudi, Asrianti Dja’wa, La Ode Dedi Abdullah, and Endang T
Pratiwi. 2018. (2018, June 9) “Sumber Hukum Dalam Hukum Bisnis.” Open
Science Framework. June 9. osf.io/4rv37. Paper DOI :
http://10.17605/OSF.IO/4RV37. Retrieved from
https://osf.io/preprints/inarxiv/ez473/