Anda di halaman 1dari 8

Nomor :

Revisi Ke :
Berlaku Tgl :

SPO

PEMBERIAN INFORMASI TENTANG EFEK SAMPING OBAT ATAU EFEK


YANG TIDAK DIHARAPKAN
Penanggung Jawab
Disiapkan Diperiksa Disyahkan
Pokja Yannis Ketua Akreditasi Kepala Klinik polres oku

dr. Masnura
NIP. 19771125005012012

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


DAERAH SUMATERA SELATAN
RESORT OGAN KOMERING ULU

KLINIK POLRES OKU


Alamat : Jl. Garuda No 01 Lintas Sumatera Baturaja
PEMBERIAN INFORMASI TENTANG Disahkan oleh Kepala
Klinik
EFEK SAMPING OBAT ATAU EFEK
YANG TIDAK DIHARAPKAN
No Kode :
Terbitan :
No. Revisi :
KLINIK SPO Tgl. Mulai :
POLRES OKU Berlaku : Dr. Masnura
Halaman : 3 halaman NIP.19771125005012012

1. Tujuan : Untuk memberikan informasi tentang efek samping obat kepada


pasien agar tidak terjadi efek obat yang tidak diinginkan
2. Kebijakan : Setiap kegiatan pengelola obat dalam memberikan informasi tentang
ESO di Klinik mengikuti langkah – langkah dalam SPO.
3. Definisi : Kegiatan menyerahkan dan memberikan informasi tentang efek
samping suatu obat agar tidak terjadi efek samping obat yang tidak
diinginkan untuk tujuan terapi yang dimaksudkan pada dosis yang
dianjurkan.

4. Prosedur : 1. petugas farmasi memanggil nama pasien


2. petugas farmasi memastikan alamat pasien yang lengkap
3. petugas farmasi memeriksa ulang identitas dan alamat pasien
4. petugas farmasi memastikan bahwa yang menerima obat
adalah pasien atau keluarga pasien
5. petugas farmasi meminta nomor telepon pasien yang bisa
dihubungi
6. petugas farmasi menyerahkan obat sesuai resep
7. petugas farmasi memberikan informasi efek samping obat
yang banyak tidak diketahui pasien ( tercantum dalam
lampiran )
8. Petugas farmasi menginformasikan apabila ada alergi obat
segera kembali kembali ke pelayanan kesehatan atau ke
dokter.
9. Petugas farmasi menyampaikan makanan dan minuman yang
harus dihindari.
10. Petugas farmasi memastikan pasien memahami informasi efek
samping obat yang disampaikan petugas farmasi.
5. Diagram Alir :
petugas farmasi memanggil nama pasien

petugas farmasi memastikan alamat pasien yang lengkap

petugas farmasi memeriksa ulang identitas dan alamat pasien

petugas farmasi memastikan bahwa yang menerima obat


adalah pasien atau keluarga pasien

petugas farmasi meminta nomor telepon pasien yang bisa


dihubungi

petugas farmasi menyerahkan obat sesuai resep

petugas farmasi memberikan informasi efek samping obat


yang banyak tidak diketahui pasien ( tercantum dalam
lampiran )

Petugas farmasi menginformasikan apabila ada alergi obat segera


kembali kembali ke pelayanan kesehatan atau ke dokter.

Petugas farmasi menyampaikan makanan dan minuman


yang harus dihindari.

6. Referensi : Buku Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di


Klinik Polres Oku, Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan
Alat Kesehatan, Depkes RI Jakarta, cetakan kedua 2004.

7. Dokumen : Resep
Terkait
8. Distribusi :
9. Rekaman Historis Perubahan

Tgl. Mulai
No Isi Perubahan
Diberlakukan

PEMBERIAN INFORMASI TENTANG Disahkan oleh Kepala


Klinik
EFEK SAMPING OBAT ATAU EFEK
YANG TIDAK DIHARAPKAN
No Kode :
Terbitan :
KLINIK
DAFTAR No. Revisi :
POLRES OKU
TILIK Tgl. Mulai :
Berlaku : Dr. Masnura
Halaman : 1halaman NIP. NIP.19771125005012012

NO URAIAN KEGIATAN YA TIDAK TB

1 Apakah petugas farmasi memanggil nama pasien ?


2 Apakah petugas farmasi memastikan alamat pasien yang
lengkap ?
3 Apakah petugas farmasi memeriksa ulang identitas dan
alamat pasien ?
4 Apakah petugas farmasi memastikan bahwa yang menerima
obat adalah pasien atau keluarga pasien?

5 Apakah petugas farmasi meminta nomor telepon pasien


yang bisa dihubungi ?
6 Apakah petugas farmasi menyerahkan obat sesuai resep ?

7 Apakah petugas farmasi memberikan informasi efek


samping obat yang banyak tidak diketahui pasien
( tercantum dalam lampiran )?
8 Apakah Petugas farmasi menginformasikan apabila ada
alergi obat segera kembali kembali ke pelayanan kesehatan
atau ke dokter ?
9 Apakah Petugas farmasi menyampaikan makanan dan
minuman yang harus dihindari ?
10 Apakah Petugas farmasi memastikan pasien memahami
informasi efek samping obat yang disampaikan petugas
farmasi ?
……………………………..,…………..

Observer Tindakan

……………………………..................

NIP: …………………....................

EFEK SAMPING OBAT


Menurut definisi Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO 1970) efek
samping suatu obat adalah segala sesuatu khasiat yang tidak diinginkan untuk tujuan terapi yang
dimaksudkan pada dosis yang dianjurkan.
Efek samping adakalanya tidak dapat dihindarkan, misalnya rasa mual pada penggunaan
digoksin, ergotamin, atau estrogen dengan dosis yang melebihi dosis normal. Kadang efek
samping merupakan kelanjutan efek utama sampai tingkat yang tidak diinginkan, misalnya rasa
kantuk pada fenobarbital, bila digunakan sebagai obat epilepsi. Bila efek samping terlalu hebat
dapat dilawan dengan obat lain misalnya obat antimual (meklizine, proklorperazin) atau obat anti
mengantuk (kofein, amfetamin).

Efek samping obat secara umum dikelompokkan menjadi 2 :

1.     Efek samping yang dapat diperkirakan, meliputi:


a. Efek farmakologi yang berlebihan (disebut juga efek toksik) dapat disebabkan karena
pemberian dosis relatif yang terlalu besar bagi pasien yang bersangkutan (terutama
kelompok pasien dengan resiko tinggi, seperti bayi, usia lanjut, pasien dengan penurunan
fungsi ginjal atau hati)
b. Gejala penghentian obat (withdrawal syndrome) merupakan suatu kondisi dimana
munculnya gejala penyakit semula  disebabkan karena penghentian pemberian obat.
Tindakan pemberhentian penggunaan obat hendaknya dilakukan secara bertahap.
c. Efek samping yang tidak berupa efek farmakologi utama, untuk sebagian besar obat
umumnya telah dapat diperkirakan berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan
secara sistematik sebelum obat  mulai digunakan untuk pasien. Efek-efek ini umumnya
dalam derajad ringan namun angka kejadiannya bisa cukup tinggi. Misalnya, rasa kantuk
setelah pemakaian antihistamin; iritasi lambung pada penggunaan obat-obat kortikosteroid;
dll.

2.      Efek samping yang tidak dapat diperkirakan:


a. a. Reaksi Alergi, terjadi sebagai akibat dari reaksi imunologi. Reaksi ini tidak dapat
diperkirakan sebelumnya, seringkali sama sekali tidak tergantung dosis dan bervariasi
pengaruhnya antara satu pasien dengan yang lainnya.Beberapa contoh bentuk efek
samping dari alergi yang seringkali terjadi antara lain:
b. Demam. Umumnya dalam derajad yang tidak terlalu berat, dan akan hilang dengan
sendirinya setelah penghentian obat beberapa hari.
c. Ruam kulit (skin rashes), dapat berupa eritema (kulit berwarna merah), urtikaria
(bengkak kemerahan), fotosensitifitasi, dll.
d. Penyakit jaringan ikat, merupakan gejala lupus eritematosus sistemik, kadang-kadang
melibatkan sendi.
e. Gangguan sistem darah, trombositopenia, neutropenia (atau agranulositosis), anemia
hemolitika, dan anemia aplastika. merupakan efek yang kemungkinan akan dijumpai,
meskipun angka kejadiannya mungkin relatif jarang.
f. Gangguan pernafasan. Asma akan merupakan kondisi yang sering dijumpai, terutama
karena aspirin. Pasien yang telah diketahui sensitif terhadap aspirin kemungkinan besar
juga akan sensitif terhadap analgetika atau antiinflamasi lain.
g. Reaksi karena faktor genetik. Pada orang-orang tertentu dengan variasi atau kelainan
genetik, suatu obat mungkin dapat memberikan efek farmakologik yang berlebihan. Efek
obatnya sendiri dapat diperkirakan, namun subjek yang mempunyai kelainan genetik
seperti ini yang mungkin sulit dikenali tanpa pemeriksaan spesifik.
h. Reaksi idiosinkratik. Istilah idiosinkratik digunakan untuk menunjukkan suatu kejadian
efek samping yang tidak lazim, tidak diharapkan atau aneh, yang tidak dapat diterangkan
atau diperkirakan mengapa bisa terjadi. Jadi reaksi ini dapat terjadi diluar dugaan

Faktor-faktor pendorong terjadinya efek samping obat


a. Faktor bukan obat
Faktor-faktor pendorong yang tidak berasal dari obat antara lain adalah:
i. Intrinsik dari pasien, yakni umur, jenis kelamin, genetik, kecenderungan
untuk alergi, penyakit, sikap dan kebiasaan hidup.
ii. Ekstrinsik di luar pasien, yakni dokter (pemberi obat) dan lingkungan,
misalnya pencemaran oleh antibiotika.
b. Faktor obat
i. Intrinsik dari obat, yaitu sifat dan potensi obat untuk menimbulkan efek
samping.
ii. Pemilihan obat.
iii. Cara penggunaan obat.
iv. Interaksi antar obat.

Upaya pencegahan
Agar kejadian efek samping dapat ditekan serendah mungkin, selalu dianjurkan untuk melakukan
hal-hal berikut:
     Selalu harus ditelusur riwayat rinci mengenai pemakaian obat oleh pasien pada waktu-waktu
sebelum pemeriksaan, baik obat yang diperoleh melalui resep dokter maupun dari pengobatan
sendiri.
     Gunakan obat hanya bila ada indikasi jelas, dan bila tidak ada alternatif non-farmakoterapi.
     Hindari pengobatan dengan berbagai jenis obat dan kombinasi sekaligus.
     Berikan perhatian khusus terhadap dosis dan respons pengobatan pada: anak dan bayi, usia
lanjut, dan pasien-pasien yang juga menderita gangguan ginjal, hepar dan jantung. Pada bayi dan
anak, gejala dini.
Efek samping seringkali sulit dideteksi karena kurangnya kemampuan komunikasi, misalnya
untuk gangguan pendengaran.
     Perlu ditelaah terus apakah pengobatan harus diteruskan, dan segera hentikan obat bila dirasa
tidak perlu lagi.
     Bila dalam pengobatan ditemukan keluhan atau gejala penyakit baru, atau penyakitnya
memberat, selalu ditelaah lebih dahulu, apakah perubahan tersebut karena perjalanan penyakit,
komplikasi, kondisi pasien memburuk, atau justru karena efek samping obat.

Penanganan efek samping


     Segera hentikan semua obat bila diketahui atau dicurigai terjadi efek samping. Bukanlah
tindakan yang tepat bila mengatasi efek samping dengan menambah konsumsi obat untuk
mengobati efek yang timbul tanpa disertai dengan penghentian obat yang dicurigai berefek
samping. Hal ini justru akan bernilai tidak efektif , dan efek samping tetap terus terjadi.
     Upaya penanganan klinik tergantung bentuk efek samping dan kondisi penderita. Pada
bentuk-bentuk efek samping tertentu diperlukan penanganan dan pengobatan yang spesifik.
Misalnya untuk syok anafilaksi (suatu reaksi alergi) diperlukan pemberian adrenalin dan obat
serta tindakan lain untuk mengatasi syok. Contoh lain misalnya pada keadaan alergi, diperlukan
penghentian obat yang dicurigai, pemberian antihistamin atau kortikosteroid (bila diperlukan)

Ada 5 efek samping dari obat yang terbilang aneh atau berbeda dari efek smaping yang
biasa terjadi (Dikutip dari Howstuffworks), yaitu:
a.      Amnesia
Kondisi ini terjadi jika seseorang secara tiba-tiba tidak ingat siapa dirnya atau darimana
ia berasal. Biasanya amnesia yang terjadi akibat efek samping obat bukanlah amnesia
total tapi kehilangan memori jangka pendeknya.
Efek samping ini bisa terjadi pada orang yang mengonsumsi obat Mirapex (dengan nama
generik pramipexole) yang digunakan untuk mengendalikan gejala Parkinson dan pada
orang Restless Leg Syndrome (RLS).
Obat lainnya adalah statin yang digunakan untuk menurunkan kolesterol. Beberapa
peneliti berteori bahwa statin dapat menghalangi pembentukan kolesterol yang
diperlukan untuk saraf. Tapi diyakini obat ini masih memiliki manfaat yang lebih besar
dibandingkan efek sampingnya.
b.      Rasa nyeri dan sakit
Beberapa obat memang ada yang berfungsi untuk menghilangkan rasa sakit atau nyeri di
tubuh, tapi ada obat yang tidak berhubungan dengan nyeri justru menimbulkan rasa sakit.
Orang-orang yang mengonsumsi antihistamin Allegra (dengan nama generik
fexofenadine) untuk menghilangkan demam dan gejala alergi lain, ada kemungkinan
mengalami rasa sakit otot dan sakit punggung.
c.      Gangguan penglihatan dan indera lainnya
Beberapa obat yang diminum terkadang menimbulkan rasa pahit di mulut, tapi jika obat
tersebut meninggalkan rasa yang buruk atau bisa mendistorsi indera perasa maka ada
kemungkinan hal tersebut akibat efek samping dari obat yang diminum.
Salah satu obat yang bisa mempengaruhi fungsi indera seseorang adalah vasotec (dengan
nama generik enalapril) yang digunakan untuk mengobati darah tinggi dan gagal jantung
kongestif. Obat ini bisa mempengaruhi kelima indera seperti mengurangi rasa penciuman
(anosmia), mengganggu pendengaran (tinnitus) dan masalah mata seperti gangguan
penglihatan dan mata kering.
d.      Perubahan warna urine
Warna urine memang bisa menunjukkan adanya hal yang tidak beres dengan tubuh,
misalnya ada infeksi atau keracunan zat besi. Jika urine berwarna hitam ada
kemungkinan efek samping akibat mengonsumsi obat flagyl, furazolidone atau antibiotik
lainnya. Urine berwarna ungu ada kemungkinan sebagai efek samping dari obat
phenolphthalein yang digunakan dalam jangka waktu lama.
Jika urine berwarna hijau ada kemungkinan sebagai efek samping dari obat elavil dan
beberapa antidepresan. Sedangkan jika urine berwarna biru ada kemungkinan sebagai
efek samping dari obat dyrenium, diuretik atau metilen biru yang digunakan untuk
mengurangi iritasi akibat infeksi kandung kemih
e.      Halusinasi
Kondisi ini terjadi jika seseorang melihat atau mendengar sesuatu yang tidak benar-benar
ada, halusinasi yang terjadi bisa berupa visual atau auditori. Beberapa obat yang bisa
menyebabkan halusinasi adalah mirapex dan lariam (dengan nama generik mefloquine)
yang diciptakan untuk mencegah atau mengobati malaria di Angkatan Darat AS.

f. Berikut ini adalah contoh dari efek samping obat yang biasanya terjadi:
g.      Kerusakan janin, akibat Thalidomide dan Accutane.
h.      Pendarahan usus, akibat Aspirin.
i.      Penyakit kardiovaskular, akibat obat penghambat COX-2.
j.      Tuli dan gagal ginjal, akibat antibiotik Gentamisin.
k.      Kematian, akibat Propofol.
l.      Depresi dan luka pada hati, akibat Interferon.
m.      Diabetes, yang disebabkan oleh obat-obatan psikiatrik neuroleptik.
n.      Diare, akibat penggunaan Orlistat.
o.      Disfungsi ereksi, akibat antidepresan.
p.      Demam, akibat vaksinasi.
q.      Glaukoma, akibat tetes mata kortikosteroid.
r.      Rambut rontok dan anemia, karena kemoterapi melawan kanker atau leukemia.
s.      Hipertensi, akibat penggunaan Efedrin. Hal ini membuat FDA mencabut status
ekstrak tanaman efedra (sumber efedrin) sebagai suplemen makanan.
t.      Kerusakan hati akibat Parasetamol.
u.      Mengantuk dan meningkatnya nafsu makan akibat penggunaan antihistamin.
v.      Stroke atau serangan jantung akibat penggunaan Sildenafil (Viagra).
w.      Bunuh diri akibat penggunaan Fluoxetine, suatu antidepresan

Anda mungkin juga menyukai