Anda di halaman 1dari 9

JURNAL KEPERAWATAN TERPADU

(Integrated Nursing Journal) p-ISSN: 2406-9698 (Print)


http://jkt.poltekkes-mataram.ac.id/index.php/home/index e-ISSN: 2685-0710 (Online)

PENGARUH SENAM HIPERTENSI LANSIA TERHADAP TEKANAN DARAH


LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
CAKRANEGARA KELURAHAN TURIDA TAHUN 2019

Ni Putu Sumartini 1, Zulkifli2, Made Anandam Prasetya Adhitya3


1, 2, 3
Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Mataram, Indonesia

Abstrak
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di
atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian
(mortalitas). Hipertensi pada lansia didefinisikan dengan tekanan sistolik di atas 160 mmHg dan
tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Senam hipertensi merupakan olah raga yang salah satunya
bertujuan untuk meningkatkan aliran darah dan pasokan oksigen ke dalam otot-otot dan rangka yang
aktif khususnya otot jantung sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh senam hipertensi lansia terhadap tekanan darah lansia dengan hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Cakranegara Kelurahan Turida Tahun 2019. Metode penelitian ini
menggunakan metode rancangan pra-eksperimen, one group pretest-posttest. Jumlah sampel 30 orang
yang diambil dengan teknik Purposive Sampling. Pengumpulan data dengan observasi tekanan darah
sebelum dan sesudah intervensi, yang dilakukan dua kali seminggu selama empat minggu. Data
tekanan darah dianalisa menggunakan paired sampel t-test dengan α < 0,05. Hasil penelitian
menunjukkan rata-rata tekanan darah sistolik sebelum senam hipertensi lansia 151,80 mmHg, diastolik
94,73 mmHg dan rata-rata tekanan darah sistolik sesudah senam hipertensi lansia 137,13 mmHg,
diastolik 90,27 mmHg. Hasil uji paired sampel t-test didapatkan þ= 0,000 < α=0,05 sehingga H0
ditolak H1 diterima. Kesimpulan pada penelitian ini adalah ada pengaruh yang signifikan senam
hipertensi lansia terhadap tekanan darah lansia dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
Cakranegara Kelurahan Turida Tahun 2019. Saran bahwa senam hipertensi lansia dapat menjadi
alternatif senam yang dapat diberikan pada lansia yang mengikuti program Prolanis maupun kegiatan
olahraga lain.

Kata Kunci : Tekanan darah, Senam Hipertensi, Lansia

EFFECT OF ELDERLY HYPERTENSION GYMNASTICS ON ELDERLY BLOOD


PRESSURE WITH HYPERTENSION IN THE WORK AREA OF CAKRANEGARA
HEALTH CENTER IN TURIDA VILLAGE IN 2019

Abstract

Hypertension is a condition when a person experienced an increase in blood pressure above


normal which results in increasing morbidity and mortality. Hypertension in the elderly is defined as
systolic pressure above 160 mmHg and diastolic pressure above 90 mmHg. Elderly hypertension
gymnastics is a sport aims to increase blood flow and oxygen supply to the muscles and skeletons that
are active, especially the heart muscle so that it can reduce blood pressure. The purpose of this study
was to determine the effect of elderly hypertension gymnastics on the blood pressure of the elderly
with hypertension in the working area of Cakranegara Public Health Center in Turida on 2019. The
research method used was a pre-experimental design method, one group pretest-posttest. The number
of samples were 30 people taken by purposive sampling technique. Data collected by observing blood

Vol. 1 No. 2 (2019); Oktober Page 47


pressure before and after the intervention was carried out, twice a week for four weeks, then analyzed
using paired sample t-test with α = 0.05. The results showed the average systolic blood pressure before
gymnastics elderly hypertension was 151.80 mmHg, diastolic 94.73 mmHg. Average systolic blood
pressure after hypertension gymnastics elderly was 137.13 mmHg, diastolic 90.27 mmHg. Paired
sample t-test results þ = 0,000 <α = 0.05 so that H0 is rejected H1 is accepted. The conclusion of this
study is that there is a significant influence of elderly hypertension gymnastics on the blood pressure
of elderly with hypertension in the working area of Cakranegara Public Health Center, Turida Village
on 2019.

Keywords: blood pressure, hypertension gymnastics, elderly

PENDAHULUAN
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di
atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian
(mortalitas) (Kushariyadi, 2011). Hipertensi pada lansia didefinisikan dengan tekanan sistolik di atas
160 mmHg dan tekanan diastolic diatas 90 mmHg (Fatimah, 2010). Menurut Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment on High Blood Pressure VII (JNC-
VII), hampir 1 milyar orang menderita hipertensi di dunia. Menurut laporan Badan Kesehatan Dunia
atau WHO, hipertensi merupakan penyebab nomor 1 kematian di dunia dan dan diperkirakan, jumlah
penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang membesar.
Hipertensi di Indonesia pada usia lebih dari 18 tahun sebesar 34,1 % dan tertinggi di Kalimantan
Selatan sebesar 44,1%. Prevalensi hipertensi pada umur 18 tahun ke atas di Provinsi NTB yakni
mencapai 24,3% (Riset Kesehatan Dasar, 2018). Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Provinsi Nusa
Tenggara Barat dari 10 Penyakit Terbanyak yang ada di Nusa Tenggara Barat Tahun 2016 Hipertensi
temasuk penyakit terbanyak nomor 2 dengan jumlah 145,534 dan berdasarkan Profil Dinas Kesehatan
Kota Mataram dari 11 puskesmas yang ada di Kota Mataram Puskesmas Cakranegara termasuk
puskesmas dengan angka kejadian penyakit hipertensi tertinggi dengan jumlah 854 jiwa pertahun
dengan jumlah lansia hipertensi sebanyak 151 perbulannya. Wilayah kerja Puskesmas Cakranegara
yang paling banyak dijumpai kejadian hipertensi pada lansia adalah di wilayah kelurahan Turida yaitu
sebanyak 85 jiwa. Faktor keturunan dan gaya hidup menurut hasil penelitian merupakan penyebab
utama hipertensi. Seseorang yang menderita hipertensi mempunyai resiko penyakit jantung dua kali
dan penyakit stroke delapan kali dibandingkan orang dengan tensi normal (Widharto, 2009). Hal ini
juga ditegaskan oleh Katzung (2007), bahwa hipertensi yang menetap akan merusak pembuluh darah
ginjal, jantung, dan otak serta menyebabkan peningkatan gagal ginjal, penyakit koronaria, gagal
jantung, stroke, dan demensia. Hipertensi selain mengakibatkan angka kematian yang tinggi (high
case fatality rate) juga berdampak kepada penurunan kualitas hidup (Sudarmako, 2008). Tata laksana
untuk hipertensi adalah secara farmakologis dan non farmakologis (Sudoyo, 2006). Secara
nonfarmakologis salah satunya adalah olahraga. Olahraga yang dianjurkan untuk pasien hipertensi
adalah olahraga yang dilakukan secara khusus, yaitu olahraga yang dilakukan secara bertahap dan

Vol. 1 No. 2 (2019); Oktober Page 48


tidak boleh memaksakan diri, antara lain senam hipertensi (Armilawati, 2007). Senam hipertensi
merupakan olahraga yang ditunjukkan untuk penderita hipertensi dan usia lanjut untuk mengurangi
berat badan dan mengelola stres (faktor yang mempertinggi hipertensi) yang dilakukan selama 30
menit dan dilakukan seminggu minimal 2x (Sherwood, 2005 dalam Totok dan Rosyid, 2017). Tujuan
lain adalah untuk meningkatkan aliran darah dan pasokan oksigen ke dalam otot-otot dan rangka yang
aktif khususnya terdapat otot jantung sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Setelah beristirahat
pembuluh darah akan berdilatasi atau meregang, dan aliran darah akan turun sementara waktu, sekitar
30-120 menit kemudian akan kembali pada tekanan darah sebelum senam. Jika melakukan olahraga
secara rutin dan secara terus menerus, maka pembuluh darah akan lebih elastis dan penurunan tekanan
darah akan berlangsung lebih lama. Sehingga dengan melebarnya pembuluh darah, tekanan darah akan
menurun setelah melakukan aktifitas olahraga (Totok dan Rosyid, FN, 2017). Hasil wawancara
pada bulan Maret 2019 di Puskesmas Cakranegara terdapat 9 dari 10 lansia hipertensi belum
mengetahui senam hipertensi yang dapat menurunkan tekanan darah, pasien mengatakan
hanya mengetahui diet dan meminum obat secara teratur dapat mengontrol tekanan darah dan
belum pernah dilakukan penelitian tentang senam hipertensi di Puskesmas Cakranegara.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh senam hipertensi lansia terhadap tekanan
darah lansia dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Cakranegara Kelurahan Turida Tahun
2019.
METODE
Penelitian ini menggunakan desain pra-eksperimen dengan rancangan one group pretest-
posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia hipertensi dengan usia 55-64 tahun yang
berada di wilayah kerja Puskesmas Cakranegara Kelurahan Turida. Wilayah Kerja Puskesmas
Cakranegara Kelurahan Turida merupakan salah satu tempat kejadian lansia hipertensi tertinggi pada
tahun 2017, yaitu sebanyak 85 jiwa. Sampel dalam penelitian ini adalah lansia hipertensi dengan usia
55-64 tahun yang berada di wilayah kerja Puskesmas Cakranegara Kelurahan Turida yang memenuhi
kriteria inklusi. Tehnik sampling adalah purposive sampling dan besar sampel adalah 30 orang.
Kriteria inklusi adalah : (1) bersedia menjadi responden, (2) kelompok umur usia lanjut (55-64 tahun),
(3) klien dengan hipertensi primer, (4) tidak terdapat penyakit penyerta atau komplikasi lain, dan (5)
tidak cacat fisik. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Baley dalam Mahhud (2011) bahwa untuk
penelitian yang menggunakan analisis data statistic, ukuran sampel paling minimum adalah 30
(Lestari, 2014). Intervensi yang diberikan berupa senam hipertensi lansia sebanyak 2 kali seminggu
selama empat (4) minggu. Pengumpulan data dengan observasi tekanan darah sebelum dan sesudah
intervensi. Data dianalisa menggunakan uji paired sampel t-test dengan tingkat kemaknaan 95% (α=
0,05).

HASIL PENELITIAN

Vol. 1 No. 2 (2019); Oktober Page 49


Hasil penelitian tentang karakteristik responden penelitian didapatkan bahwa jenis kelamin yang
terbanyak adalah perempuan sebanyak 25 orang (83,33%), dan berdasarkan riwayat penyakit,
sebanyak 20 orang (66,67%) menderita hipertensi, 6 orang (20%) mengalami hipertensi dan artritis
dan sisanya sebanyak 4 orang (13,33%) mengalami hipertensi dan konstipasi. Hasil penelitian
tentang tekanan darah responden sebelum senam hipertensi lansia dapat dilihat pada table 1 dan tabel
2 berikut :
Tabel 1. Distribusi Tekanan Darah Lansia Hipertensi Sebelum Senam Hipertensi Lansia di
wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Turida, tanggal 01- 23 Juni 2019
No Klasifikasi Hipertensi n Persentase
1 Hipertensi Stadium 1 23 76.67
2 Hipertensi Stadium 2 7 23.33
Total 30 100.00
Sumber : Data primer, 2019

Berdasarkan tabel 1, menunjukkan bahwa responden terbanyak adalah responden yang


termasuk dalam hipertensi stadium 1 yaitu 23 orang (76.67%).
Tabel 2. Rata-Rata (Mean) Tekanan Darah Lansia Hipertensi Sebelum Senam Hipertensi
Lansia di wilayah kerja Puskesmas Cakranegara Kelurahan Turida, tanggal 01-
23 Juni 2019
Standar Nilai
Parameter Rata-Rata Nilai Minimum
Deviasi Maksimum
Tekanan Darah
Sistolik Sebelum 151,80 7,739 141 167
Intervensi
Tekanan Darah
Diastolik
94,73 3,841 90 103
Sebelum
Intervensi
Sumber : Data primer, 2019
Berdasarkan tabel 2, menunjukkan bahwa rata-rata nilai tekanan darah sistolik sebelum
intervensi yaitu 151,80 dan rata-rata nilai tekanan darah diastolik adalah 94,73.
Hasil penelitian tentang tekanan darah setelah senam hipertensi lansia dapat dilihat pada tabel 3 dan
tabel 4 berikut :
Tabel 3. Distribusi Tekanan Darah Lansia Hipertensi Sesudah Senam Hipertensi Lansia di
wilayah Puskesmas Cakranegara Kelurahan Turida, tanggal 01 - 23 Juni 2019
No Klasifikasi Hipertensi n Persentase
1 Pre Hipertensi 22 73,33
2 Hipertensi Stadium 1 6 20.00
3 Hipertensi Stadium 2 2 06,67
Total 30 100.00
Sumber : Data primer, 2019
Berdasarkan tabel 3, menunjukkan bahwa responden terbanyak adalah responden yang
termasuk dalam kategori prehipertensi yaitu 22 orang (73,33%).
Tabel 4. Rata-Rata Tekanan Darah Lansia Hipertensi Sesudah Senam Hipertensi Lansia di
wilayah Puskesmas Cakranegara Kelurahan Turida, tanggal 01 - 23 Juni 2019

Vol. 1 No. 2 (2019); Oktober Page 50


Standar Nilai
Parameter Rata-Rata Nilai Minimum
Deviasi Maksimum
Tekanan Darah
Sistolik Sesudah 137,13 9,258 126 162
Intervensi
Tekanan Darah
Diastolik
Sesudah 90,27 4,394 84 100
Intervensi

Sumber : Data primer, 2019


Berdasarkan tabel 4, menunjukkan bahwa rata-rata nilai tekanan darah sistolik sesudah
intervensi yaitu 137,13 dan rata-rata nilai tekanan darah diastolik sesudah intervensi yaitu
90,27.
Hasil analisa statistic terhadap tekanan darah responden sebelum dan setelah senam hipertensi lansia
dapat dilihat pada tabel 5 berikut :

Tabel 5. Hasil Uji Paired Sampel T-Test Pengaruh Senam hipertensi lansia Terhadap Tekanan
Darah Lansia Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Cakranegara Kelurahan
Turida, tanggal 01 - 23 Juni 2019.
No Keterangan Sebelum Sesudah
Sistolik Diastolik Sistolik Diastolik
1. ∆ Tekanan darah 151.80 94.73 90.27 90.27
2. St. Deviasi 7.739 3.841 4.394 4.394
3. Sig 0.000 0.000
Sumber : Data primer, 2019

Ket : ∆ : Rata-rata tekanan darah

Berdasarkan tabel 5, hasil perhitungan dengan uji Paired Sampel T-Test pada sistem
komputerisasi SPSS 16.0, untuk pengaruh senam hipertensi lansia terhadap tekanan darah
lansia hipertensi dengan analisis statistik pada α = 0,05 diperoleh p = 0,000 < α = 0,05 yang
berarti hipotesa nol (H0) ditolak atau hipotesa kerja (H1) diterima, yang artinya ada pengaruh
senam hipertensi lansia terhadap tekanan darah lansia hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
Cakranegara Kelurahan Turida tahun 2019.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian tentang jenis kelamin didapatkan bahwa 83,33% responden berjenis kelamin
perempuan. Adib (2010) menyatakan bahwa perubahan hormonal yang sering terjadi pada wanita
lebih cenderung memiliki tekanan darah tinggi. Berkaitan dengan hipertensi, laki-laki mempunyai
resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal. Sedangkan pada perempuan, lebih rentan
terhadap hipertensi ketika berumur di atas 50 tahun (Susilo, 2010). Setelah menopouse, wanita
umumnya memiliki tekanan darah lebih tinggi dari sebelumnya (Berman, 2009). Perempuan yang
belum menopouse dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar HDL.

Vol. 1 No. 2 (2019); Oktober Page 51


Kadar kolesterol HDL (High Density Lipoprotein) rendah dan tingginya kolesterol LDL (Low Density
Lipoprotein) mempengaruhi terjadinya proses aterosklerosis dan mengakibatkan tekanan darah tinggi
(Anggraini dkk, 2009). Jadi hasil penelitian ini terkait jenis kelamin sejalan dengan teori diatas.
1. Identifikasi Tekanan Darah Lansia Hipertensi Sebelum Melakukan Senam Hipertensi Lansia
Berdasarkan data hasil penelitian, diketahui bahwa rata-rata tekanan darah lansia sebelum
melakukan senam hipertensi lansia selama penelitian berlangsung yaitu tekanan darah sistolik 151,80
mmHg dan tekanan darah diastolik yaitu 94,73 mmHg. Hal ini termasuk dalam kategori hipertensi
stadium I dimana tekanan darah sistolik 140 – 159 mmHg dan tekanan darah diastolik 90 – 99 mmHg
( JNC VIII). Tekanan darah meningkat disebabkan karena proses penuaan dan terjadi perubahan
sistem kardiovaskuler baik secara strukturual maupun fisiologis. Selain itu juga dipengaruhi oleh pola
makan dan gaya hidup seperti kurang berolahraga (Lueckenotte, 2007 dalam Sukma 2017). Orang
yang tidak berolahraga pada umumnya cenderung mengalami kegemukan, stres. Hal tersebut dapat
merangsang hormon adrenalin yang menyebabkan jantung berdenyut lebih cepat dan penyempitan
kapiler sehingga tekanan darah meningkat (Setiawan, 2008). Berdasarkan dari hasil penelitian yang
ditemukan oleh peneliti bahwa hasil ini sesuai dengan teori yang diatas, dimana rata-rata tekanan
darah responden sebelum melakukan senam hipertensi lansia termasuk dalam kategori hipertensi
stadium I. Hal ini disebabkan karena selain faktor usia, berdasarkan wawancara responden jarang
melakukan aktifitas fisik maupun olahraga. Sebagian besar responden mengaku tidak mengetahui
bahwa aktifitas fisik dan olahraga yang rutin dapat menurunkan tekanan darah. Responden mengaku
hanya mengkonsumsi obat jika penyakit kambuh. Selain itu, beberapa responden terutama responden
dengan jenis kelamin laki-laki mengaku memiliki kebiasaan atau gaya hidup yang memicu kejadian
hipertensi seperti merokok dan mengkonsumsi kopi. Nikotin yang dihisap akan masuk ke dalam
aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses
arteriosclerosis dan tekanan darah tinggi (Rahajeng dan Tuminah, 2009). Otak akan bereaksi terhadap
nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepaskan epinefrin (adrenalin). Hormon
ini akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan dengan demikian memaksa jantung untuk
bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi (Nurwidanti & Wahyuni, 2013). Efek lain nikotin
adalah berkumpulnya trombosit, trombosit akan menggumpal dan akhirnya menyumbat pembuluh
darah yang sudah sempit akibat asap yang mengandung CO yang berasal dari rokok (Price & Wilson,
2006). Penyebab hipertensi yang dialami responden tidak dapat hanya dilihat dari satu aspek saja
namun dilihat secara menyeluruh.

2. Identifikasi Tekanan Darah Lansia Hipertensi Sesudah Melakukan Senam Hipertensi Lansia
Berdasarkan data hasil penelitian, diketahui bahwa rata-rata tekanan darah lansia sesudah
melakukan senam hipertensi lansia selama peneliian berlangsung yaitu tekanan darah sistolik 131,13
mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik yaitu 90,27 mmHg. Hal ini termasuk dalam kategori pre

Vol. 1 No. 2 (2019); Oktober Page 52


hipertensi yaitu tekanan darah sistolik 120 – 139 mmHg dan tekanan darah diastolik 80-89 mmHg
(JNC VII). Menurut teori (Smeltzer, 2012) penurunan tekanan darah terjadi karena pembuluh darah
mengalami pelebaran dan relaksasi. Semakin lama latihan olahraga dapat melemaskan pembuluh-
pembuluh darah karena olahraga dapat mengurangi tahanan perifer. Otot jantung pada orang yang
rutin berolahraga sangat kuat sehingga otot jantung pada individu tersebut berkontraksi lebih sedikit
dari pada otot jantung individu yang jarang berolahraga, karena olahraga dapat dapat menyebabkan
penurunan denyut jantung dan olahraga juga akan menurunkan cardiac output, yang akhirnya dapat
menurunkan tekanan darah. Berdasarkan dari hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti bahwa
hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang diatas. Setelah dilakukannya senam hipertensi lansia, rata-
rata tekanan darah responden mengalami penurunan dan termasuk dalam kategori pre hipertensi yaitu
tekanan darah sistolik 120 – 139 mmHg dan tekanan darah diastolik 80-89 mmHg (JNC VII). Selain
itu, sebagian besar responden mengatakan tubuhnya menjadi lebih segar, bugar dan sehat.
3. Menganalisa Pengaruh Senam hipertensi lansia Terhadap Tekanan Darah Lansia Hipertensi
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan ρ=0,000 (<α=0,05) sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh senam hipertensi lansia terhadap tekanan darah lansia hipertensi. Hal ini berarti
setelah melakukan senam hipertensi lansia, tekanan darah lansia hipertensi mengalami penurunan
dibandingkan sebelum melakukan senam hipertensi lansia. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori
Sylvia (2003), bahwa senam hipertensi lansia adalah olahraga yang disusun dengan selalu
mengutamakan kemampuan jantung, gerakan otot besar, dan kelenturan sendi, serta memasukkan
oksigen sebanyak mungkin. Selain meningkatnya perasaan sehat dan kemampuan untuk mengatasi
stress keuntungan lain dari senam jantung yang teratur adalah menurunnya tekanan darah,
berkurangnya obesitas, berkurangnya frekuensi saat istirahat dan menurunnya resistensi insulin. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan dengan Liza (2015) kegiatan dilakukan selama
empat minggu pada 15 orang lansia dengan hipertensi ringan sampai sedang, dari 15 responden
melaksanakan senam hipertensi lansia selama 1x seminggu dengan durasi ± 30 menit. Sebelum
melakukan senam hipertensi lansia rata-rata tekanan darah sistolik lansia hipertensi adalah 145,33
mmHg, rata-rata tekanan darah diastolik adalah 88,00 mmHg. Setelah melakukan senam hipertensi
lansia sebagian besar responden mempunyai tekanan darah pre hipertensi dimana rata-rata tekanan
darah sistolik adalah 137,33 mmHg, rata-rata tekanan darah diastolik adalah 82,00 mmHg. Analisa
senam hipertensi lansia sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Maryam (2008) pada usia lanjut
kekuatan mesin pompa jantung berkurang. Berbagai pembuluh darah penting khusus di jantung dan di
otak mengalami kekakuan. Dengan latihan fisik atau senam dapat membantu kekuatan pompa jantung
bertambah karena otot jantung pada orang yang rutin berolahraga sangat kuat sehingga otot jantung
pada individu tersebut berkontaksi lebih sedikit dari pada otot jantung individu yang jarang
berolahraga, karena olahraga dapat menyebabkan penurunan denyut jantung dan olahraga juga akan
menurunkan cardiac output, yang akhirnya dapat menurunkan tenanan darah sesuai dengan teori yang

Vol. 1 No. 2 (2019); Oktober Page 53


dikemukakan oleh (Smeltzer, 2012), sehingga aliran darah bisa kembali lancar. Jika dilakukan secara
teratur akan memberikan dampak yang baik bagi lansia terhadap tekanan darahnya. Hasil penelitian
Rizki M (2016) juga menunjukkan bahwa olahraga senam hipertensi lansia dengan tekanan darah
khususnya pada lansia cukup efektif dalam menurunkan tekanan darah yang dilakukan 6 kali berturut-
turut. Senam dilakukan 3 hari selama 3 minggu dengan hasil rata-rata penurunan tekanan darah
sistolik adalah 11,26 mmHg dan rata-rata penurunan tekanan darah diastolik adalah 18,48 mmHg.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang diatas. Peneliti berpendapat bahwa senam hipertensi
lansia dapat menurunkan tekanan darah sistolik adalah 14,67 mmHg dan tekanan darah diastolik
adalah 4,46 mmHg. Hasil wawancara dengan responden didapatkan mereka merasa lebih segar, bugar
dan sehat setelah melakukan senam hipertensi lansia, yang dibarengi dengan menggunakan obat
tradisional dan obat farmakologi diberikan 1 kali seminggu.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa rata-rata tekanan darah sistolik sebelum dilakukan
senam hipertensi lansia yaitu 151,80 mmHg, rata-rata tekanan darah diastolik yaitu 94,73 mmHg.
Sebagian besar responden masuk dalam klasifikasi hipertensi stadium 1 sebanyak 23 orang. Rata-rata
tekanan darah sistolik sesudah dilakukan senam hipertensi lansia yaitu 137,13 mmHg, rata-rata
tekanan darah diastolik yaitu 90,27 mmHg. Yang terbanyak rmasuk dalam klasifikasi pre hipertensi
sebanyak 22 orang. Berdasarkan hasil uji menggunakan paired sampel t test diperoleh p=0,000
<α=0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, H0 ditolak H1 diterima berarti senam hipertensi
lansia berpengaruh terhadap tekanan darah lansia hipertensi.

DAFTAR PUSTAKA

Adib, Miller. 2010. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan Stroke.
Yogyakarta : Dianloka Pustaka
Arif M. 2013. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I : Nefrologi dan Hipertensi. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI.
Anggraini, dkk. 2009. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien
yang berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari 2009
Berman, A. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier & Erb, Alih Bahasa Meiliya dkk,
EGC. Jakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi NTB. 2017. Profil Kesehatan Provinsi NTB. Nusa Tenggara Barat.
Fatimah. 2010. Merawat Manusia Lanjut Usia Suatu Pendekatan Proses Keperawatan Gerontik.
Jakarta : TIM.
Katzung, B.G., 2007, Vasodilator & Terapi Angina Pektoris, dalam Katzung, B.G., Farmakologi Dasar
& Klinik (Basic & Clinical Pharmacology), edisi 10, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta

Vol. 1 No. 2 (2019); Oktober Page 54


Kushariyadi, 2011. Terapi Modalitas Keperawatan pad Klien Psikogeriatrik. Jakarta: Media Selemba.
Hal. 143
Liza, Merianti. Wijaya, Krisna. 2015. Pelaksanaan Senam Jantung Sehat Untuk Menurunkan Tekanan
Darah Pada Pasien Hipertensi Di Panti Sosial Tresna Wherda Kasih Sayang Ibu Batu
Sangkar. Jurnal Stikes Yarsi. Vol 1 Lombok Barat. Tabel: 24.
Maryam, R.S.dkk. 2008. Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Salemba Medika. Jakarta.
Nurwidanti, L. Wahyuni, C.U. 2013. Analisis Pengaruh Paparan Asap Rokok Di Rumah Pada Wanita
terhadap Kejadian Hipertensi. Jurnal Berkala Epidemiologi Volume 1 Nomor 2.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). 2015. Pedoman Tatalaksana
Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular.
Potter&Perry. 2013. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. EGC: Jakarta.
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2016.
Riset kesehatan Dasar. 2018. Pedoman Pengukuran dan Pemeriksaan. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Rizki, M (2016). Hubungan Tingkat Pendidikan dan Aktivitas Fisik dengan Fungsi Kognitif pada
Lansia di Kelurahan Darat. Tesis FK USU..

Setiawan dkk. 2008. Hubungan Frekuensi Senam Lansia Terhadap Tekanan Darah dan Nadi Pada
Lansia Hipertensi, Proseding Konferensi Nasional II PPNI Jawa Tengah

Sylvia. 2003. Buku ajar Senam Jantung Sehat. Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Smeltzer, S. C., Bare, B. G., 2012, “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &Suddarth. Vol.
2. E/8”, EGC, Jakarta.

Widharto. 2009. Bahaya Hipertensi. Sunda Kelapa Pustaka.Jakarta. Divine, Jon G. 2012. Program
Olahraga Tekanan Darah Tinggi. PT Citra Aji Parama. Yogyakarta.

Vol. 1 No. 2 (2019); Oktober Page 55

Anda mungkin juga menyukai