Anda di halaman 1dari 64

Penulis:

Lukas Maserona Sarungu

Penerbit

Unisri Press © 2021

i
Pengantar (Singkat) Ilmu Komunikasi

Penulis :
Lukas Maserona Sarungu, S.Sos., M.I.Kom.

Editor:
Haryo Kusumo Aji, S.I.Kom., M.I.Kom

ISBN : 978-623-96670-2-3

Penyunting : Nuniek Prasetyowati


Desain sampul : Anindyo Mahendra Prasetyo

Penerbit: UNISRI Press

Redaksi:
Jalan Sumpah Pemuda No 18. Joglo,
Banjarsari, Kota Surakarta
Press.unisri.ac.id
unisripress@gmail.com
Anggota APPTI

Dicetak oleh Percetakan Kurnia


Solo Cetakan Pertama, 2021

Copyright © 2021

ISI MERUPAKAN TANGGUNG JAWAB PENULIS


Hak cipta dilindungi oleh undang-undang, dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan YME atas


terselesaikannya buku “Pengantar (Singkat) Ilmu
Komunikasi”. Buku ini ditujukan sebagai panduan
bagi mahasiswa/mahasiswi komunikasi yang sama
sekali tidak memiliki latar belakang ilmu komunikasi
sama sekali. Penyelesaian buku ini tentu saja tidak
dapat terwujud tanpa dukungan dan bantuan banyak
pihak.

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada


keluarga besar Universitas Slamet Riyadi, terutama
kepada Pimpinan Yayasan, Pimpinan Universitas,
Pimpinan Fakultas dan Program Studi Ilmu Komunikasi
Universitas Slamet Riyadi yang telah memberikan
dorongan dan kesempatan untuk menyelesaikan
penulisan buku ini. Selain itu ucapan terima kasih juga
penulis haturkan kepada semua pihak yang turut
mendukung penulis yang tidak bisa disebutkan satu
per satu.

Apabila ada kesalahan dalam penulisan buku ini


maka segala kesalahan yang tercetak di buku ini
adalah kesalahan penulis semata. Karena itu setiap
iii
dukungan dalam bentuk kritik dan saran akan selalu
diterima demi perbaikan buku ini.

Akhir kata, buku yang dirancang untuk menjadi


pengantar yang ringkas dan ringan ini saya
persembahkan kepada sidang pembaca sebagai
pengantar menuju petualangan di bidang ilmu
komunikasi.

Surakarta, 1 Juni 2021

Penulis

Lukas Maserona Sarungu

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................III

DAFTAR ISI.........................................................................V

PENDAHULUAN..................................................................1

BAB I KOMUNIKASI DAN ILMU KOMUNIKASI.................4

A. PERBEDAAN KOMUNIKASI SEHARI-HARI DENGAN ILMU

KOMUNIKASI............................................................................................. 5
B. MANFAAT MEMPELAJARI ILMU KOMUNIKASI............................... 8
C. PELUANG KARIR BAGI SARJANA KOMUNIKASI........................ 12
LATIHAN SOAL BAB I.......................................................14

BAB II DEFINISI DAN UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI .......15

A. ARTI KOMUNIKASI...................................................................... 16
B. UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI ..............................................................16
C. MODEL-MODEL KOMUNIKASI ............................................................20
LATIHAN SOAL BAB II......................................................26

BAB III BENTUK DAN KONTEKS KOMUNIKASI.............27

A. KOMUNIKASI VERBAL DAN NON-VERBAL ...................................28


B. PENGERTIAN KONTEKS KOMUNIKASI......................................... 30
C. JENIS-JENIS KONTEKS KOMUNIKASI ................................................32
LATIHAN SOAL BAB III.....................................................36

BAB IV PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI, KOMPETENSI


KOMUNIKASI DAN LITERASI MEDIA..............................37

v
A. PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI ...........................................................38
B. KOMPETENSI KOMUNIKASI............................................................ 44
C. LITERASI MEDIA.............................................................................. 47
LATIHAN SOAL BAB IV....................................................52

DAFTAR PUSTAKA...........................................................53

PROFIL PENULIS..............................................................54

v
PENDAHULUAN

Mengapa komunikasi penting untuk dipelajari?


Bukankah sudah sejak kecil hingga menjadi mahasiswa
kita berkomunikasi? Mengapa masih perlu dipelajari
di tingkat universitas? Jadi, untuk apa
komunikasi dipelajari di tingkat universitas apabila
kita semua sudah mempelajarinya sejak kecil dan
bahkan sudah menjadi sangat ahli dalam
berkomunikasi? Apakah tidak menyia-nyiakan waktu
saja mempelajari komunikasi? Bukankah lebih baik
mempelajari ilmu- ilmu lain yang memang belum
pernah diajarkan di sekolah dasar dan menengah?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut sering muncul


di benak pemuda-pemudi kita ketika melihat jurusan
komunikasi di dalam pilihan program studi yang
tersedia di formulir pendaftaran sebuah universitas.
Memang benar bahwa kita belajar berkomunikasi
sejak masih bayi. Hasilnya, kita semua menjadi
sangat hebat dalam berkomunikasi sehingga setiap
kegiatan komunikasi kita (membaca buku, berbicara,
menelpon, menonton televisi, dan aktif di media
sosial)

1
tampaknya berlangsung otomatis dan nyaris tidak
merepotkan sama sekali. Bukankah kita nyaris tidak
pernah mengalami kesulitan dalam memahami lawan

bicara kita? Teman ma-bar kita? Atau youtuber favorit


kita?

Pertanyaan-pertanyaan diatas menunjukkan


bahwa perbedaan pemahaman antara kegiatan
komunikasi sehari-hari dengan ilmu komunikasi secara
umum, sangat jarang diketahui oleh masyarakat awam.
Untuk itulah tujuan buku ini ditulis, yaitu
menjembatani pemahaman mahasiswa-mahasiswi baru
tentang perbedaan komunikasi sehari-hari dengan
ilmu komunikasi yang dipelajari di tingkat universitas.
Gap yang ada diantara keduanya perlu dijelaskan
secara sistematis namun ringkas agar memudahkan
setiap mahasiswa baru dalam memulai petualangannya
di ranah ilmu komunikasi yang sangat luas.

Untuk itu, penekanan buku ini adalah pada


memperkenalkan kepada para
mahasiswa/mahasiswi baru kepada istilah-istilah
dasar yang sering dipakai dalam Ilmu Komunikasi.
Pengenalan istilah-istilah ini

2
sangat penting karena tanpa mengetahui
kata/kalimat teknis yang tepat dalam Ilmu
Komunikasi, maka mahasiswa/mahasiswi akan
mudah terjebak dalam kompleksitas Ilmu
Komunikasi.

Selain itu, penulis berusaha agar buku ini sangat


ringkas. Buku yang tebal akan membuat mahasiswa
baru berkecil hati hanya dengan melihat bentuk yang
tebal dan jumlah halaman yang beratus-ratus. Bentuk
yang tipis dan jumlah halaman yang sedikit diharapkan
membuat mahasiswa terpacu untuk membaca.

Satu lagi kelebihan buku ini adalah Bahasa dibuat


“seringan” mungkin. Bahasa-bahasa yang terlalu teknis
keilmuan sengaja dihindari agar tidak membingungkan
pembaca. Diharapkan Bahasa yang ringan akan
memudahkan pembaca untuk melanjutkan bacaan
menuju buku-buku ilmu komunikasi yang lebih
berbobot dan berguna dalam studi mereka.

3
BAB I
KOMUNIKASI DAN
ILMU KOMUNIKASI

TUJUAN PEMBELAJARAN BAB I :

1. Mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan aktivitas


komunikasi sehari-hari dengan ilmu komunikasi.

2. Mahasiswa mampu menerangkan apa


saja keuntungan mempelajari ilmu komunikasi.

3. Mahasiswa mampu mendeskripsikan apa

saja peluang bagi lulusan sarjana komunikasi.

4
A. PERBEDAAN KOMUNIKASI SEHARI-HARI DENGAN
ILMU KOMUNIKASI

Perbedaan antara komunikasi sehari-hari


dengan ilmu komunikasi sangatlah fundamental.
Untuk menjelaskan hal ini secara sederhana penulis
akan mengacu kepada definisi KBBI mengenai
komunikasi dan ilmu. Setelah itu baru diuraikan
perbedaan- perbedaan keduanya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)


(kbbi.kemdikbud.go.id) “komunikasiadalahpengiriman

danpenerimaan pesanatauberitaantaraduaorang
atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat
dipahami”. Jadi semua aktivitas komunikasi yang sering
kita lakukan seperti berbicara dengan teman, membaca
twitter, update status di media sosial, menonton
Youtube. Semuanya adalah tentang pengiriman dan

penerimaanpesandenganoranglainyangbertujuan
agar kita (pengirim dan penerima) akan saling
memahami. Itulah inti dari aktivitas komunikasi yang
sehari-hari kita lakukan.

5
Di sisi lain, masih menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), Ilmu adalah pengetahuan tentang
suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut
metode tertentu, yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan)
itu. Nah, dari definisi ilmu ini saja sudah tampak lebih
rumit dari definisi sebelumnya. Untuk mempermudah,
akan diparafrase definisi diatas dengan memasukkan
kata “komunikasi”. Jadi bisa dikatakan bahwa

Ilmu Komunikasi adalah (kumpulan) pengetahuan


tentang komunikasi yang disusun secara

sistematis menurut metode ilmiah, yang


dapat digunakan untuk menerangkan gejala

tertentu di bidang komunikasi.

Dari parafrase diatas terlihat bahwa ilmu


komunikasi tidak sesederhana aktivitas menerima dan
mengirim pesan semata. Namun, jauh lebih rumit dari

itu, ini adalah kumpulan pengetahuan di bidang

komunikasi yang dikumpulkan oleh para guru besar


(professor) dan ilmuwan komunikasi melalui riset
ilmiah yang tekun dan teliti. Pengetahuan yang
dikumpulkan pun sangat beragam. Ada yang
mengenai komunikasi efektif, ada yang

6
membahas strategi

7
kehumasan, ada yang tentang pengaruh media, yang
lain membahas tentang komunikasi dalam organisasi,
dan masih banyak lagi.

Dapat kita simpulkan bahwa komunikasi sehari-


hari adalah semua aktivitas komunikasi yang setiap
saat kita lakukan tanpa perlu banyak energi untuk
mencapai pemahaman dengan orang lain.
Sedangkan ilmu komunikasi adalah kumpulan
pengetahuan di bidang komunikasi yang tersusun
secara sistematis dan diperoleh melalui metode
ilmiah. Untuk mencapai taraf ahli dalam bidang yang
pertama, sudah kita lakukan sepanjang hayat,
sehingga kita tidak perlu mengeluarkan energi besar
untuk menjadi ahli dalam berkomunikasi sehari-hari.
Di sisi lain, untuk menjadi ahli ilmu komunikasi
diperlukan usaha yang sangat besar, terstruktur dan
waktu yang relatif lama, karena harus mempelajari
banyak hal-hal baru yang ditemukan oleh para
ilmuwan dan professor komunikasi.

Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa


mempelajari ilmu komunikasi sangatlah berbeda dari

8
aktivitas komunikasi sehari-hari. Apabila kita terbiasa
melakukan aktivitas komunikasi secara otomatis,
maka untuk mempelajari ilmu komunikasi kita harus
menggunakan energi yang besar untuk
berkonsentrasi, mengalokasikan waktu, tenaga dan
pikiran untuk bisa memahami ilmu komunikasi.

Setelah tahu bahwa ilmu komunikasi tidaklah


semudah yang dibayangkan. Dan perlu banyak
pengorbanan untuk memahaminya diharapkan
mahasiswa-mahasiswi tetap bersemangat untuk
mempelajarinya. Apabila dipelajari dengan serius maka
banyak hal yang akan didapat oleh mahasiswa-
mahasiswi yang tekun karena banyak sekali manfaat
yang akan didapat oleh mereka.

B. MANFAAT MEMPELAJARI ILMU KOMUNIKASI

Salah satu pertanyaan penting sebelum


mempelajari ilmu komunikasi adalah menanyakan apa
manfaatnya? Apa gunanya mempelajari ilmu
komunikasi?

9
Jawabannya, tentu saja, ada beberapa keuntungan
mempelajari ilmu komunikasi. Ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang didapatkan oleh mahasiswa/
mahasiswi selama mengikuti perkuliahan komunikasi
akan membantu mereka dalam mencapai puncak karier
apapun yang mereka pilih. Berikut beberapa

ketrampilan yang disarikan dari buku Human


Communication:The Basic Course karangan DeVito
(2018):

1. Mempelajari Keterampilan Berpikir Secara Kritis


dan Kreatif
Mempelajari ilmu komunikasi, atau ilmu
lainnya, akan melatih mahasiswa/mahasiswi
untuk berpikir secara kritis, yaitu berpikir secara
hati- hati, analitis dan argumentative. Selain itu
mereka juga berlatih untuk berpikir secara kreatif
yaitu, berpikir secara imajinatif dan cerdas dalam
menemukan solusi atau sintesis dari suatu
permasalahan yang dihadapi. Latihan untuk
kedua hal ini biasanya dapat ditemui dalam
tugas-tugas esai dan makalah dari dosen.

1
2. Meningkatkan Ketrampilan Bersosialisasi

Beberapa pelajaran dalam komunikasi akan


membantu para mahasiswa/mahasiswi kita
dalam sosialisasi sehari-hari mereka di
masyarakat. Seperti wawancara kerja, etika
berbicara dalam rapat, seni berpidato, seni
menjual atau menangani complain pelanggan.
Dengan menguasai Teknik- teknik komunikasi
tersebut anda akan dapat menangani situasi-
situasi di atas dengan lebih tenang, terstruktur,
sistematis dan efektif.

3. Memperkuat Kemampuan Untuk Menjalin


Hubungan/Relasi
Perbedaan dari ketrampilan bersosialisasi
dengan Ketrampilan dalam menjalin relasi adalah
ketrampilan bersosialisasi hanya untuk kegiatan
komunikasi dalam jangka waktu pendek/singkat.
Sedangkan ketrampilan dalam menjalin relasi
adalah untuk semua kegiatan komunikasi yang
melibatkan hubungan jangka Panjang. Contohnya
adalah hubungan dengan teman, keluarga,
pimpinan dan rekan dalam organisasi. Ketrampilan

1
yang dapat dilatih adalah kemampuan untuk
memulai, membangun, mempertahankan dan
memutuskan hubungan dengan orang lain.

4. Melatih Kepemimpinan

Meningkatkan kemampuan berkomunikasi


dalam kelompok dan organisasi secara efektif
mensyaratkan kemampuan untuk terampil
memimpin dan menjadi anggota grup. Pemimpin
yang efektif adalah pemimpin yang bisa
mengkomunikasikan visinya secara efektif
kepada bawahannya, mengorganisir informasi
dan solusi yang tepat dari dan untuk
bawahannya.

5. Keterampilan Presentasi

Ketrampilan presentasi diri, apabila dilatih


dengan baik, dapat meningkatkan kredibilitas,
efektivitas dan efisiensi dalam menyampaikan
informasi. Kemampuan ini berguna baik dalam

konteks komunikasi tatap-muka, online, maupun


pidato.

1
6. Keterampilan Literasi Media

Keterampilan ini, secara umum, berguna


dalam memandu mahasiswa dalam
menggunakan media massa dan media sosial.
Secara khusus, ketrampilan ini meningkatkan
wawasan tentang bagaimana media sosial dan
media massa beroperasi, apa saja pilihan kita
agar bisa berinteraksi secara efektif dengan
media, atau bagaimana cara menjadi konten
creator media yang efektif. Topik ini akan kita
bahas secara lebih mendalam di Bab IV.

C. PELUANG KARIR BAGI SARJANA KOMUNIKASI

Salah satu manfaat mempelajari ilmu


komunikasi adalah prospek karir di bidang
komunikasi yang terbentang luas. Bagi yang tertarik
berkarir di media massa bisa memilih untuk menjadi
jurnalis, juru suara, operator/teknisi studio.
Sedangkan yang memilih untuk berkarir di
perusahaan swasta/BUMN bisa menjadi pelaksana
humas, sekretaris perusahaan, staf bagian sumber
daya manusia. Mereka yang memiliki

1
minat untuk menjadi peneliti bisa berkarir sebagai
dosen, peneliti atau relawan Penelitian di lembaga
swadaya masyarakat (LSM).

Di sisi lain, bagi mereka yang berminat berkarir


di pemerintahan dapat memilih jalur diplomat,
penyuluh, analis komunikasi, atau pun diplomat.
Terakhir, bagi yang memiliki ketrampilan lebih dalam
ilmu desain, video dan fotografi dapat membuka
wirausaha jasa desain, vlogger, fotografi, hingga
youtuber.

1
LATIHAN SOAL BAB I

1. Apa perbedaan aktivitas komunikasi sehari-


hari dengan ilmu komunikasi?
2. Pengetahuan dalam ilmu komunikasi dikumpulkan
dengan metode apa?
3. Apa saja manfaat mempelajari ilmu komunikasi?

4. Apa kegunaan literasi media secara umum?


5. Apa saja peluang karir bagi lulusan ilmu

komunikasi?

1
BAB II
DEFINISI DAN
UNSUR-UNSUR
KOMUNIKASI

TUJUAN PEMBELAJARAN BAB II :

1. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi komunikasi.

2. Mahasiswa mampu mendeskripsikan apa


saja unsur-unsur komunikasi.

1
A. ARTI KOMUNIKASI

Definisi komunikasi antar manusia menurut

DeVito (2017) adalah prosesmengirimdanmenerima

pesan-pesanverbaldannonverbaldiantaraduaorang
atau lebih. Definisi ini terlihat sangat sederhana.
Namun, sejatinya sebuah proses komunikasi terdiri
dari beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut antara lain

DeVito (2017): Source(Pengirim)– Message(pesan)–

Channel(media)–Noise(gangguan)–Receiver(penerima)
– Effects(akibat) –
Feedbacks (umpan
balik) dan
Contexts(konteks).

B. UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI

Di sub-bab ini akan dijelaskan satu persatu


unsur-unsur yang terdapat didalam sebuah proses
komunikasi (DeVito, 2017), antara lain :

1. Source(Pengirim)

2. Message(pesan)

3. Channel(media)

4. Noise(gangguan)

1
5. Receiver(penerima)

1
6. Effects(akibat),dan

7. Feedbacks(umpanbalik)
8. Contexts (kondisi dimana proses komunikasi
berlangsung)

Source atau pengirim adalah pengirim pesan atau


sering disebut juga sebagai komunikator. Contoh
komunikator antara lain presiden yang sedang
berpidato, redaksi koran yang menulis tajuk rencana,
guru yang sedang mengajar di depan kelas,
narasumber yang berbicara di suatu webinar.
Kesamaan dari semuanya adalah mereka semua
mengirimkan pesan.

Message atau pesan adalah informasi yang


dikirimkan oleh komunikator kepada penerima.
Sebagai contoh, isi berita di sebuah harian nasional,
tulisan di sebuah surat, rekaman video yang diupload
di Youtube, puisi yang disebar melalui media sosial,

ataupun narasi suara yang diunggah di podcast,


kesemuanya memenuhi unsur pesan dalam definisi
komunikasi menurut Berlo.

1
Channel adalah media yang digunakan untuk
menyalurkan pesan. Contoh dari media adalah Harian
Media Indonesia atau Harian Kompas, Radio Republik
Indonesia (RRI), Surat Elektronik (E-mail),
Youtube, Podcast, Tiktok, atau media sosial lainnya.

Noise atau gangguan adalah hambatan dan


tantangan yang membuat pesan tidak dapat diterima

dengan baik. Noise dapat berupa hasil cetakan yang


tidak jelas (media cetak), suara yang tidak jernih (radio),
atau sinyal yang lemah dan mengganggu kelancaran
Youtube.

Receiveratau penerima adalah mereka yang dituju


untuk menerima pesan, sering disebut juga sebagai

komunikan. Komunikan bisa berupa viewer (Youtube),

followers (Twitter, Instagram), pembaca (koran),

pendengar (radio/podcast). Semuanya merupakan


penerima pesan.

Effects adalah akibat terhadap komunikan yang


timbul dari pesan yang diterimanya. Efek ini bisa
terjadi dalam tiga tingkatan yaitu, efek kognitif berupa
bertambahnya pengetahuan komunikan. Efek
konatif,

2
yaitu mempengaruhi sikap komunikan terhadap
seseorang atau isu tertentu. Dan efek psikomotorik,
yaitu efek yang mempengaruhi perilaku atau Tindakan
seseorang.

Sedangkan feedbacks adalah umpan balik atau


respon dari komunikan terhadap komunikator.
Feedback biasanya berupa pengisian kolom

komentar, symbollike atau angry (media sosial), suara


pembaca (koran), surat balasan (email/surat
tradisional), atau percakapan (komunikasi

interpersonal).

Konteks adalah kondisi dimana proses

komunikasi terjadi, dan konteks ikut menentukan


makna setiap pesan verbal dan nonverbal yang
dikomunikasikan. Sekedar sapaan pagi yang ramah
dapat direspons secara berbeda oleh teman-teman
kita. Teman yang satu bisa saja merespon dengan
baik karena menyadari bahwa sapaan pagi adalah
ritual ramah-tamah di dalam masyarakat.

Namun, sapaan pagi terhadap teman yang


sedang dalam tekanan untuk menyelesaikan tugas
makalahnya yang hanya tinggal beberapa jam lagi
harus
2
dikumpulkan, dapat direspon dengan bentakan karena
sapaan tersebut dianggap mengganggu konsentrasinya.
Pemahaman konteks komunikasi sangat penting agar
kita dapat menjadi komunikator yang kompeten.
Kompetensi komunikasi ini nanti akan kita bahas lebih
detil di Bab IV.

C. MODEL-MODEL KOMUNIKASI

Secara umum dikenal 3 model komunikasi yang


sering dijadikan referensi oleh para ilmuwan
komunikasi. Sebenarnya, ada banyak model
komunikasi yang dibuat oleh para ilmuwan
komunikasi. Namun, dalam buku-buku pengantar ilmu
komunikasi, berbagai model tersebut diringkas ke
dalam 3 jenis modelyaitu, model linear,
interaksional dan transaksional.
Berikut penjelasan 3jenis model

komunikasi yang disarikan dari buku Communication

inOurLiveskarya Wood (2009) :

1. Model Komunikasi Linear

Laswell (1948 dalam Wood, 2009)


mengajukan model linear pertama kali. Model ini

2
menggambarkan komunikasi sebagai proses
satu arah. Model ini juga disebut sebagai model
transmisi karena model ini mengandaikan bahwa
komunikasi dikirimkan secara satu arah dari
pengirim (komunikator) kepada penerima
(komunikan). Secara verbal, Laswell menggunakan
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

Siapa?

Mengatakan apa?

Melalui saluran apa?

Kepada siapa?

Apa efeknya?

Claude Shannon and Warren Weaver (1949


dalam Wood, 2009) menyempurnakan model
transmisi dari Laswell tersebut. Mereka

menambahkan konsep noise (gangguan), yaitu apa


pun yang mengganggu penyampaian makna dari

komunikator ke komunikan. Karena itu, noise


dapat menyebabkan salah paham antara pengirim
dan penerima.

2
Gambar1.1Mo
delKomunikas
iLinear(Trans
misi)
Diambildari:
https://
www.communi
cationtheory.o
rg/
wpcontent/
uploads/
2011/06/
shannon_weav
er_model.jpg

2. Model Komunikasi Interaktif

Kekurangan model linear atau model


transmisi adalah asumsi bahwa komunikasi hanya
berjalan satu arah. Hal ini terlalu
menyederhanakan proses komunikasi yang terjadi
di dunia nyata. Selanjutnya, teoretisi komunikasi

menambahkan konsep feedback (umpan balik) ke

dalam model tersebut. Feedback adalah respon


2
dari komunikan (penerima) terhadap pesan dari
pengirim (komunikator).

2
Wilbur Schramm (1955 dalam Wood, 2009)
mengungkapkan bahwa komunikator menciptakan

dan memahami pesan dalam fieldsofexperience


(berdasar pengalaman) pribadi masing-masing.
Karena itu masing-masing pengirim dan penerima

melakukan proses encoder (pengemasan pesan)

dan decoder (penguraian pesan) dalam setiap


proses komunikasinya.

Gambar 1.2 Model Komunikasi Interaktif Schramm


Diambil dari https://www.communicationtheory.org/osgood-
schramm-model-of-communication/

3. Model Komunikasi Transaksional

Model komunikasi transaksional

menyempurnakan model komunikasi interaktif.

2
Apabila komunikasi interaktif belum
mengandaikan proses komunikasi terjadi secara
berurutan, maka model komunikasi transaksional
ini mengandaikan komunikasi terjadi secara
simultan. Dengan kata lain, komunikasi
transaksional lebih realistis dibanding
pendahulunya.

Selain itu model interaktif masih memisahkan


antara pengirim dan penerima dalam proses
komunikasi. Dalam model transaksional semua
pihak yang berpartisipasi dalam proses komunikasi
bertindak sebagai pengirim dan penerima secara
simultan. Penyempurnaan lainnya adalah model
transaksional sudah mengakomodasi asumsi
bahwa proses komunikasi yang terjadi akan terus
berkembang seiring dengan perkembangan
hubungan diantara komunikator dan komunikan.

2
Gambar 1.3 Model Komunikasi Transaksional
Diadaptasi dari Wood (2009).
https://www.oum.edu.my/wpcontent/uploads/2019/03/OUMH1303-
Topic-1.pdf

Dari penjelasan di atas, dapat kita simpulkan


bahwa model komunikasi yang paling akurat
dalam menjelaskan proses komunikasi antar
manusia adalah model komunikasi transaksional.
Alasannya, karena model ini menjelaskan
bagaimana manusia berkomunikasi dengan
sesamanya melalui simbol dan memahami
maknanya seiring waktu dan
berkembangnya hubungan yang terjalin.

2
LATIHAN SOAL BAB II

1. Sebutkan apa saja unsur-unsur komunikasi?

2. Sebutkan tiga level efek komunikasi?

3. Apakah noiseitu?
4. Apa arti komunikator?

2
BAB III
BENTUK DAN KONTEKS
KOMUNIKASI

TUJUAN PEMBELAJARAN BAB III :

1. Mahasiswa dapat menjelaskan bentuk-bentuk


komunikasi.

2. Mahasiswa mampu mempresentasikan berbagai


macam konteks komunikasi.

3
A. KOMUNIKASI VERBAL DAN NON-VERBAL

Tanda-tanda yang digunakan dalam


berkomunikasi terbagi menjadi dua (2), yaitu tanda
verbal dan non-verbal (DeVito, 2018). Tanda verbal
merupakan tanda-tanda yang berupa bahasa. Bisa
berupa alfabet, hieroglif atau huruf tertulis yang lain.
Sedangkan tanda non-verbal adalah tanda yang
tidak menggunakan tulisan, bisa berupa isyarat,
sinyal, asap, dan lain-lain.

Komunikasi verbal sendiri terdiri dari lisan dan


tulisan. Komunikasi lisan adalah komunikasi yang
diucapkan oleh manusia, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Contoh komunikasi lisan
secara langsung adalah pembicaraan antara hakim
dan jaksa di dalam ruang sidang, atau pembicaraan
antara sesama mahasiswa di kantin. Sedangkan
komunikasi tulisan adalah komunikasi yang
menggunakan huruf tertulis baik secara cetak
maupun elektronik.

Komunikasi verbal sangatlah penting bagi umat


manusia. Karena dengan tulisan, maka pengetahuan
bisa dibagikan dan diwariskan kepada orang banyak

3
dengan jangkauan yang luas. Ilmu pengetahuan
berkembang pesat karena ada banyak tulisan yang
tersedia untuk dijadikan rujukan bagi para peneliti.

Komunikasi Non-verbal adalah komunikasi


yang tida k me l ib a tka n h uru f/ a bja d da la m
Ba ha s a . Komunikasi ini hanya menggunakan
isyarat, sinyal, kode tangan, asap, dan lain
sebagainya. Banyak manusia modern
menganggap bahwa komunikasi non-verbal ini
tidak terlalu penting lagi sejak manusia m e n e m u k
an abjad dan mulai menulis.

Hal ini tentu saja tidak benar. Di dunia militer,


Bahasa isyarat berkembang sangat pesat, karena
para tentara sering mengalami situasi dimana
mereka harus berkomunikasi secara senyap/rahasia
agar tidak membuka posisi mereka kepada musuh.
Bahasa isyarat dikembangkan dan diajarkan kepada
semua taruna, agar bisa digunakan selama
pertempuran.

Selain militer, kepolisian, petugas layanan


darurat seperti pemadam kebakaran, dan SAR juga
berlatih komunikasi non-verbal untuk mengenali dan

3
memahami kode-kode permintaan pertolongan dari
para korban.

Dalam dunia fesyen dan periklanan, komunikasi


jenis ini berkembang jauh lebih pesat lagi. Apa yang
kita kenakan mencitrakan kepribadian kita. Karena
itu para desainer busana dan praktisi periklanan
berusaha membuat komunikasi non-verbal yang
benar-benar menyentuh emosi para klien dan
pemirsanya. Hal ini tentu saja tak lepas dari
kepentingan bisnis dari desainer dan perusahaan
iklan.

Bisa disimpulkan bahwa, komunikasi non-verbal


berkembang pesat, di ranah militer, kedaruratan dan
kebencanaan dan lingkungan bisnis. Mempelajari
komunikasi non-verbal masih sangat dibutuhkan di
era modern ini.

B. PENGERTIAN KONTEKS KOMUNIKASI

Komunikasi selalu terjadi dalam sebuah situasi


dan kondisi tertentu yang disebut konteks (DeVito,
2018; Littlejohn, 2017). Sebagai contoh, apabila
komunikasi terjadi dalam sebuah perusahaan maka

3
disebut sebagai komunikasi yang terjadi dalam
konteks organisasi. Lain lagi apabila seorang presiden
melakukan pidato bagi rakyatnya, maka konteksnya
disebut komunikasi publik. Semua aktivitas komunikasi
pasti terjadi dalam konteks tertentu.

Dalam suatu aktivitas komunikasi bisa


melibatkan beberapa konteks sekaligus. Seorang
presiden Indonesia yang berpidato di depan
parlemen Australia berkomunikasi dengan
melibatkan tiga konteks komunikasi secara
bersamaan. Yaitu, komunikasi publik, komunikasi
antar-budaya dan komunikasi massa. Disebut
komunikasi publik karena pidatonya untuk
didengarkan oleh publik (anggota parlemen
Australia). Komunikasi antar-budaya karena antar
Indonesia dan Australia menganut budaya yang
sama sekali berbeda. Komunikasi massa juga terlibat
karena dalam pidatonya juga disiarkan oleh media
massa.

3
C. JENIS-JENIS KONTEKS KOMUNIKASI

Konteks komunikasi sangatlah beragam,


beberapa yang sering menjadi kajian ilmuwan
komunikasi adalah :

1. Komunikasi Intrapersonal

Komunikasi Intrapersonal merupakan


komunikasi yang terjadi antara manusia dengan
dirinya sendiri. Misal : apabila manusia sedang
merenungkan atau merefleksikan perbuatannya
maka dia sedang berkomunikasi dengan
batinnya, itulah komunikasi intrapersonal.

2. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal terjadi apabila ada


dua orang yang sedang berkomunikasi. Contoh :
Anda sedang bercakap-cakap dengan seorang
teman anda.

3
3. Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok adalah komunikasi


yang terjadi antara 3 orang atau lebih. Misal :
percakapan di pos ronda atau angkringan yang
melibatkan 3 orang atau lebih.

4. Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasi adalah komunikasi


yang terjadi dalam sebuah organisasi yang
mempunyai struktur kewenangan dan jabatan
yang berbeda-beda bagi anggotanya. Misal :
komunikasi antara seorang Jendral Angkatan
Darat dengan prajuritnya.

5. Komunikasi Bisnis

Komunikasi yang terjadi di dalam konteks


dunia bisnis. Contoh : Komunikasi yang terjadi
antara tenaga pemasar dengan calon pelanggan

atau komunikasi yang terjadi antara customer

servicedengan pelanggan yang complain.

3
6. Komunikasi Publik

Komunikasi satu arah dari satu orang atau


organisasi kepada banyak orang. Misal : Pidato
pembukaan Asian Games atau Pidato pemimpin
upacara kepada peserta upacara.

7. Komunikasi Massa

Semua komunikasi yang dimediasi oleh


media massa merupakan komunikasi massa.
Sebagai contoh : drama televisi, pembacaan
berita di radio, talkshow di youtube, dsb.

8. Komunikasi Antar-Budaya

Komunikasi yang terjadi antara individu


dan/atau kelompok yang berbeda latar
budayanya. Misal : komunikasi antara orang
Amerika dengan orang Jepang, atau negosiasi
antara kelompok Yakuza dengan mafia Rusia.
Perbedaan budaya antar kelompok/individu
tersebut akan membuat tingkat kesulitan
berkomunikasi semakin tinggi.

3
9. Komunikasi Media Digital

Komunikasi media digital adalah semua jenis


komunikasi yang terjadi melalui perangkat digital

seperti computer, smartphone, atau pun internet.


Baik berupa e-mail, aplikasi media sosial, situs web,

atau pun cloud. Selain itu, komunikasi media digital

biasa disebut juga computer-mediated

communication(Devito, 2017).

3
LATIHAN SOAL BAB III

1. Ada berapa macam bentuk komunikasi? Sebutkan!

2. Apa arti konteks komunikasi?


3. Apa saja konteks komunikasi?

4. Jelaskan arti komunikasi antar-budaya?

5. Apakah komunikasi interpersonal itu?

3
BAB IV
PRINSIP-PRINSIP
KOMUNIKASI,
KOMPETENSI
KOMUNIKASI
DAN LITERASI MEDIA

TUJUAN PEMBELAJARAN BAB IV :

1. Mahasiswa dapat menerangkan berbagai prinsip


komunikasi.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan beragam


kompetensi komunikasi.

3. Mahasiswa mampu menjelaskan apa itu literasi


media dan mempraktekannya.

4
A. PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI

Komunikasi antar manusia memiliki beberapa


prinsip utama, berikut beberapa prinsip yang disarikan

dari The Essentials of Human Communication yang


ditulis oleh DeVito (2017) :

1. Komunikasi Memiliki Tujuan

Kita selalu memiliki tujuan dalam


berkomunikasi, ada 5 tujuan umum dalam
berkomunikasi :

- Untuk belajar : untuk mendapatkan pengetahuan


akan orang lain, alam sekitar dan diri sendiri.

- Untuk menjalin hubungan : untuk membentuk


hubungan dan berinteraksi dengan orang lain.

- Untuk membantu : untuk menolong orang lain


dengan cara mendengarkan atau menawarkan
solusi.

- Untuk mempengaruhi : untuk memperkuat atau


mengubah sikap atau perilaku orang lain.

- Untuk bermain : untuk menikmati saat-saat yang


mengasyikkan.

4
2. Bentuk-Bentuk Komunikasi Ada Banyak Jenis

Ada beragam jenis komunikasi antar


manusia, antara lain : komunikasi tatap-muka,
komunikasi massa, komunikasi melalui

media baru (new media/social

media), komunikasi via telepon,


komunikasi melalui tulisan (surat), dan
sebagainya.

3. Komunikasi Bersifat Ambigu

Ada dua jenis ambiguitas dalam komunikasi,


yaitu ambiguitas Bahasa dan ambiguitas hubungan
antar-manusia. Ambiguitas Bahasa terdiri dari dua
tipe yaitu ambiguitas yang terkait dengan makna
kata dan susunan kata. Contoh ambiguitas makna
kata, misalnya kata besok memiliki makna yang
berbeda bagi orang yang berbeda. Ada yang
menafsirkan “besok” sebagai “24 jam lagi”, tapi ada
pula yang menafsirkan kata “besok” sebagai
“kapan-kapan.”

Selain itu ada juga ambiguitas makna Bahasa


yang terkait dengan susunan kata. Misal, kalimat
“Joko sedang apel.” Kalimat ini bersifat ambigu
4
karena bisa berarti Joko sedang mengikuti
upacara atau, bisa juga, Joko sedang
mengunjungi pujaan hatinya.

Ambiguitas hubungan, adalah tingkat


ketidakpastian yang timbul dalam suatu
hubungan. Setiap hubungan selalu memiliki
tingkat ketidakpastian ini, dalam taraf yang
berbeda-beda. Misalnya, seberapa sayang anda
kepada pacar anda? Apakah pacar anda
mencintaimu seperti anda mencintainya? Dua
pertanyaan ini sulit dijawab dengan tepat, karena
memang dalam setiap hubungan yang
melibatkan perasaan sangatlah sulit untuk diukur
secara pasti. Karena sifat hati (perasaan) yang
tidak pasti itulah, selalu ada ambiguitas dalam
setiap hubungan antar- manusia.

4. Komunikasi Melibatkan Dimensi Isi (Konten) dan


Hubungan (Relasi)

Dalam setiap aktivitas komunikasi


mengandung 2 dimensi yaitu, dimensi isi
(konten)

4
dan dimensi relasi (hubungan). Pria, biasanya
lebih mementingkan dimensi isi daripada
membangun relasi. Sedangkan kaum Wanita,
biasanya lebih menekankan dimensi relasi
daripada isi pesan.

5. Aktivitas Komunikasi Selalu Dipahami Dalam


Rangkaian yang Terpisah-Pisah

Kegiatan komunikasi sebenarnya merupakan


aktivitas yang dilakukan secara terus-menerus dan
tidak dapat ditentukan secara pasti kapan
permulaannya dan akhirannya. Sebagai contoh,
dalam kegiatan komunikasi mahasiswa dengan
orangtuanya, sulit ditentukan kapan awal
komunikasi dari orangtua dengan mahasiswa
tersebut dan kapan akan berakhir. Sejak sebelum
lahir bahkan sang anak sudah diajak
berkomunikasi. Selain itu walaupun orangtua
sudah meninggal, sang anak tetap menerima
pesan komunikasi dari peninggalan orangtua (foto,
surat, pesan dan kesan yang ditinggalkan).

4
Namun, manusia selalu memisahkan satu
aktivitas komunikasi yang terus–menerus tadi ke
dalam rangkaian yang mudah dimengerti.
Rangkaian ini biasanya disebut sebab-akibat atau
stimulus-respon.

6. Komunikasi Tidak Bisa Dihindari, Tidak Dapat


Dikembalikan Seperti Semula dan Tidak Bisa
Diulangi Secara Persis

Tidak bisa dihindari, karena secara sadar


atau tidak, sengaja atau tidak, kita setiap saat
berkomunikasi dengan orang lain. Ketika kita
diam pun, orang lain akan “menangkap” sikap
diam kita sebagai komunikasi non-verbal bahwa
kita bosan, tidak tertarik, sedang ada masalah
dengan orang tua atau yang lainnya. Jadi
kita tidak bisa menghindari aktivitas
komunikasi.

Tidak dapat Kembali seperti semula berarti


komunikasi apa pun yang kita kirimkan kepada
orang lain akan berpengaruh terhadap orang
tersebut dan tidak ada cara untuk menghapus efek

4
tersebut. Sebagai contoh, apabila seorang
mahasiswa mengatakan “putus” kepada pacarnya
maka efek kata “putus” tersebut akan permanen
diingat oleh sang pacar. Ketika suatu saat
mahasiswa tersebut meminta maaf dan ingin
“jadian” lagi, efek dari “pemutusan” sepihak tadi
masih teringat di benak pacarnya.

4
B. KOMPETENSI KOMUNIKASI

Kompetensi komunikasi adalah pemahaman


mengenai bagaimana proses komunikasi bekerja
dan kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif
(DeVito, 2017). Ada beberapa ciri yang bisa dilihat
dari komunikator yang kompeten.

Berikut ringkasan kompetensi seorang

komunikator yang disarikan dari DeVito (2017) :

1. Berpikir Secara Mendalam dan Kritis

Berpikir secara kritis adalah kemampuan


memikirkan sesuatu secara logis, hati-hati dan
penuh kesadaran. Berlawanan dengan cara
berpikir yang ceroboh, tidak logis dan tidak
cermat.

Berpikir secara mendalam adalah salah satu


kondisi dimana kita menyadari sepenuhnya setiap
alasan kita berpikir, bersikap dan bertindak.

2. Membuat Pilihan Secara Rasional

Komunikator yang kompeten memiliki


kesadaran bahwa dalam proses komunikasi ada

4
saatnya harus menentukan pilihan, memiliki
banyak opsi untuk dipilih, mampu mengevaluasi
pilihan yang tepat, serta mampu melaksanakan
pilihannya secara efektif.

Opsi-opsi dalam proses komunikasi ini


sangat luas. Mulai dari berkomunikasi dengan
siapa, sikap non-verbal seperti apa yang
sebaiknya kita tunjukkan, sampai dengan pilihan
kata yang tepat yang harus kita sampaikan.
Salah satu tontoh terbaik komunikasi yang
menuntut kompetensi ini adalah wawancara
kerja.

3. Secara Efektif Mampu Berganti Gaya Bahasa

Komunikator yang kompeten mampu


menyesuaikan gaya Bahasa sesuai situasi dan
konteks komunikasi yang dihadapi. Secara
sederhana, berbicara dengan atasan akan
membutuhkan gaya Bahasa yang berbeda apabila
dibandingkan gaya Bahasa ketika berbicara
dengan anak sendiri. Kemampuan untuk berganti
gaya

4
Bahasa secara efektif ini akan meningkatkan
efisiensi dan efektifitas komunikasi kita.

4. Sadar dan Paham Terhadap Perbedaan Kebudayaan

Mampu memahami dan beradaptasi terhadap


perbedaan budaya lawan bicara adalah salah
satu ciri komunikator yang kompeten. Budaya
adalah salah satu hambatan terbesar terhadap
efektivitas komunikasi, dengan memiliki
sensitivitas, pemahaman dan mampu
beradaptasi terhadap hambatan budaya yang
ada dapat meningkatkan efektivitas komunikasi.

5. Berkomunikasi Secara Etis

Kompetensi ini mensyaratkan bahwa


komunikator yang kompeten menjunjung tinggi
kejujuran dan kebenaran dalam berkomunikasi.
Komunikator yang etis akan memiliki integritas
tinggi di mata lawan bicaranya sehingga mudah
untuk dipercaya dan sekaligus meningkatkan
efektivitas komunikasi.

4
C. LITERASI MEDIA

Literasi media adalah kemampuan untuk


membaca, memahami secara kritis dan mampu
menggunakan teks-teks yang ditampilkan oleh media
secara produktif (Beauchamp & Baran, 2017). Saat ini,
media menyosialisasikan bahwa Wanita yang “ideal”
adalah mereka yang berbadan langsing dan berkulit
terang. Bagi mereka yang tidak memiliki ketrampilan
literasi media akan percaya begitu saja pada mitos
Wanita ideal yang dicitrakan oleh media massa.
Terpaan media ini bisa merusak kepercayaan diri
seseorang. Disinilah pentingnya kemampuan literasi
media, untuk menjaga diri agar tidak tunduk begitu
saja pada pencitraan palsu dari media.

Pertanyannya sekarang, bagaimana kita menyikapi


pesan media? Adakah panduan untuk membantu kita
dalam mengkritisi setiap pesan yang ditampilkan oleh

media? Jawabannya tentu saja ada. National


Association for Media Literacy Education (NAMLE)
membuat panduan literasi media yang dapat
digunakan oleh publik (Gambar 4.1). Panduan ini berisi

5
pertanyaan-pertanyaan yang membantu kita
menganalisa pesan media (Beauchamp & Baran,

2017).

Gambar 4.1. Panduan literasi media NAMLE


Dikutip
dari: IntroductiontoHumanCommunicationkaran
gan Beauchamp &
Baran (2017).

Daftar pertanyaan NAMLE diatas terdiri dari tiga

kategori utama, yaitu : audience and authorship

5
(khalayak dan komunikator), messagesandmeanings

5
(Pesan dan makna), and representationsandrealities
(Representasi dan kenyataan). Berikut penjelasan atas
panduan literasi media dari NAMLE yang disarikan dari
Beauchamp dan Baran (2017) :

Kategori audience and authorship berisi


pertanyaan-pertanyaan tentang siapa pembuat pesan?
Apa tujuan dan siapa target pesan? Siapa yang
membiayai pesan tersebut? Siapa yang diuntungkan
dan dirugikan oleh pesan tersebut? mengapa pesan
tersebut penting bagi saya? Dan terakhir, tindakan apa
yang harus saya ambil untuk merespon pesan ini?

Kategori messages and meanings


mempertanyakan tentang isi pesan, Teknik penyajian
pesan dan interpretasi pesan. Analisa isi pesan
mempertanyakan tentang apa isi pesan tersebut? Apa
saja ide-ide, nilai-nilai, informasi dan atau sudut
pandang yang diusung oleh pesan tersebut? Baik
secara tersurat maupun tersirat? Hal penting apa yang
ditiadakan dalam pesan tersebut?

Analisa Teknik penyajian pesan mempertanyakan


tentang Teknik-teknik pengemasan pesan yang seperti

5
apa yang digunakan? Mengapa Teknik tersebut yang
dipilih? Bagaimana cara mereka menyampaikan pesan
itu? Disisi lain, Analisa interpretasi pesan akan
membantu kita memahami bagaimana pesan tersebut
dipahami secara berbeda oleh orang lain? Apa makna
dari pesan ini dan apa yang dapat saya pelajari tentang
diri saya sendiri dari reaksi atau interpretasi saya
terhadap pesan ini?

Kategori terakhir, representations and reality,


mempertanyakan tentang konten dan kredibilitas.
Analisa konten berisi pertanyaan-pertanyaan tentang
kapan pesan ini dibuat? Dimana atau bagaimana

cara pesan ini disampaikan ke public? Selain itu,


analisa kredibilitas mempertanyakan apakah suatu
pesan ini fakta, opini atau lainnya? Seberapa
kredibel informasi ini? Apa saja yang menjadi rujukan
informasi, ide-ide atau pernyataan-pernyataan ini?

Berbagai pertanyaan diatas menyadarkan kita


bahwa memahami pesan saja tidak cukup. Untuk
menjadi orang yang memiliki kompetensi literasi
media kita harus bersikap kritis dengan
menggunakan

5
pertanyaan-pertanyaan yang tepat. Membongkar
narasi dibalik setiap pesan yang dibawa oleh media
hanya bisa kita lakukan dengan mengevaluasi
informasi yang disajikan oleh media.

5
LATIHAN SOAL BAB IV

1. Ada berapa prinsip komunikasi? Sebutkan!

2. Ada berapa tujuan berkomunikasi?


3. Jelaskan prinsip bahwa komunikasi selalu ambigu?

4. Apa arti kompetensi komunikasi?

5. Ada berapa kompetensi komunikasi? Sebutkan!

6. Apa arti literasi media?


7. Sebutkan tiga kategori utama dalam panduan

literasi media?

5
DAFTAR PUSTAKA

Beauchamp, S. R. & Baran, S. J. 2017. Introductionto


HumanCommunication:Perception,Meaning,And
Identity. Oxford: Oxford University Press.
DeVito, J. A. 2017. The Essentials of Human
th
Communication(9 edition).New York: Pearson.

DeVito, J. A. 2018. HumanCommunication:TheBasic


th
Course(14 edition). New York: Pearson.

Littlejohn, S. W., Foss, K. A., Oetzel, J. G. 2017.


TheoriesOfHumanCommunication(11theditio
n). Long
Grove, Illinois: Waveland Press, Inc.

Wood, J. T. 2009.
CommunicationinOurLives. Boston:
Wadsworth Cengage Learning.

https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/komunikasi
diakses 17 Mei 2021, 20.04 WIB.

https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/ilmu diakses 17
Mei 2021, 20.05 WIB.

5
PROFIL PENULIS

LukAs MAseronA SArungu

Penulis adalah dosen Ilmu Komunikasi Universitas


Slamet Riyadi (UNISRI), Surakarta. Lulusan Ilmu
komunikasi Universitas Sebelas Maret (UNS),
Surakarta (S1 dan S2). Memiliki minat riset di bidang
sejarah media di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai