Anda di halaman 1dari 88

AUDIT UNTUK AUDITEE UMKM

Sanksi Pelanggaran Pasal 113


Undang-undang Nomor 28 2014
Tentang Hak Cipta

Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana
dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf I untuk penggunaan secara komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan atau dipidana denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Setiap orang yang dengan tanpa hak dan atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak
cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal
9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan atau huruf h, untuk penggunaan secara komersial
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau pidana denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Setiap orang yang dengan tanpa hak dan atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak
melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana di dalam pasal 9 ayat (1)
huruf a, huruf b, huruf e, dan atau huruf g, untuk penggunaan secara komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan atau pidana denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat 3 yang dilakukan
dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
AUDIT UNTUK AUDITEE UMKM

ANANTA WAHYU SASONGKO


Universitas Merdeka Malang

FARHANI KAUTSAR NUGRAHA


Institut Teknologi dan Bisnis Tuban

MUHAMMAD DIMAR ALAM


Universitas Brawijaya Malang
AUDIT UNTUK AUDITEE UMKM
© Ananta Wahyu Sasongko
© Farhani Kautsar Nugraha
© Muhammad Dimar Alam

ISBN: 978-623-98627-6-3
ISBN: 978-623-98627-7-0 (PDF)
QRCBN: 62-1448-2164-087
Cetakan Pertama, Maret, 2023
15,5x23 cm; x+73 hal

Diterbitkan oleh:
Penerbit FA
Jl. Tunjungtirto No. 30, Singosari, Malang, Jawa Timur 65153

www.penerbitfa.com

Hak cipta dilindungi undang-undang.


Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian
atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit
DAFTAR SINGKATAN

AP Akuntan Publik
IAASB The International Auditing and Assurance Standards Board
IAPI Ikatan Akuntan Publik Indonesia
ISA International Standards on Auditing
HPP Harga Pokok Penjualan
KAP Kantor Akuntan Publik
LAI Laporan Auditor Independen
PSAK Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
SAK EMKM Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan
Menengah
SOP Standard Operating Procedures
SURL Search for Unrecorded Liabilities
SURA Search for Unrecorded Accruals
UMKM Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
WT Walkthrough
TOC Test of Control

v
KATA SAMBUTAN

Assalamualaikum Wr. Wb.

Menulis buku merupakan salah satu kewajiban yang harus


dilakukan oleh dosen, sebagai wujud dari pelaksanaan Tri Dharma
Perguruan Tinggi, yang meliputi pendidikan dan pengajaran, penelitian,
dan pengabdian kepada masyarakat. Publikasi karya ilmiah dosen yang
didiseminasi melalui buku ajar maupun buku referensi sangat bermanfaat
bagi anak didik dan pemangku kepentingan yang lain. Hal ini bertujuan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran,
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memberikan
manfaat langsung kepada masyarakat.

Saya menyambut dengan gembira dan bangga kepada Ananta


Wahyu Sasongko sebagai dosen di Universitas Merdeka Malang yang
telah menulis buku Auditing dengan judul “Audit untuk Auditee UMKM”
ini. Buku ini ditulis atas dasar pengetahuan dan pengalamannya saat
bekerja menjadi praktisi. Semoga upaya Ananta menulis buku ini, juga
akan mendorong akademisi lain yang mempunyai latar belakang praktisi
maupun akademisi yang telah melaksanakan penelitian dan PKM sebagai
sarana diseminasi. Hal ini dapat memberikan nilai tambah bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta praktik bisnis di
dunia industri. Oleh karena itu, semakin banyak akademisi yang memiliki
pengalaman bekerja di industri dan mampu menulis buku, maka semakin
besar pula kontribusi akademisi terhadap pengembangan ilmu
pengetahuan dan kemajuan industri di Indonesia.

Saya yakin bahwa buku ini dapat memberikan manfaat, baik bagi
praktisi maupun akademisi, khususnya bagi semua pihak yang terlibat
sebagai pemangku kepentingan UMKM. Buku ini diharapkan dapat
menjadi panduan dan sumber informasi yang bermanfaat dalam
menentukan langkah yang tepat untuk menghadapi audit laporan

vi
keuangan UMKM, sehingga dapat membantu meningkatkan kualitas
laporan keuangan dan meningkatkan kepercayaan para pemangku
kepentingan. Selamat dan sukses buat Penulis, teruslah berprestasi.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Malang, 14 Februari 2023

Direktur Pascasarjana Universitas Merdeka Malang

Prof. Dr. Grahita Chandrarin, M.Si., Ak., CA*

*Profesor Grahita Chandrarin telah menerbitkan beberapa buku, diantaranya berjudul


“Metode Riset Akuntansi Pendekatan Kuantitatif” yang diterbitkan oleh penerbit
Salemba Empat Jakarta pada tahun 2017 dan book chapter yang berjudul “ Management
Accounting Practices in Indonesia” merupakan salah satu bab pada buku yang berjudul
“Management Accounting in China and Southeast Asia, Empirical Studies on Current
Practices” yang diterbitkan oleh Springer, Switzerland tahun 2021. Artikel ilmiah
dipublikasi pada jurnal terindeks Scopus dan Thomson Reuters sampai saat ini berjumlah
22 artikel. Beliau adalah anggota Dewan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia periode
2002-2006 dan Reviewer Nasional DRTPM Kemendikbud RI. Beliau juga terlibat dalam
Asosiasi Akuntansi Manajemen Asia Pasifik sejak 2010 dan pada tahun 2016 beliau
menjabat sebagai Presiden APMAA. Beliau meraih peringkat 30 dari 6600 penulis dengan
kompetensi Akuntansi pada laman sinta3.kemendikbud.go.id dengan Scopus H index 4;
WoS H index 1; dan Google Scholar H index 18.

vii
KATA PENGANTAR

Sebuah entitas atau perusahaan yang laporan keuangannya diaudit


oleh sebuah KAP akan mendapat berbagai keuntungan, salah satunya
adalah meningkatnya tingkat kepercayaan (trust level) dari shareholders
dan stakeholders. Buku ini ditujukan pada pelaku UMKM yang akan
menghadapi audit laporan keuangan tahunan pertamanya yang
dilakukan oleh sebuah KAP. Saat ini, naiknya harapan akuntabilitas publik
bagi UMKM dari berbagai pihak eksternal seperti pemegang saham,
regulator, bank umum pemberi pinjaman, dan para pemangku
kepentingan lainnya juga mensyaratkan laporan keuangan sebuah
entitas harus terlebih dahulu diaudit oleh sebuah KAP sebelum
dilaporkan. Oleh karena itu, audit laporan keuangan yang dilakukan oleh
sebuah KAP pada UMKM menjadi hal yang sangat penting, dan UMKM
sebagai auditee perlu langkah dan strategi untuk menghadapinya.

ISA 200 yang diterbitkan oleh IAASB dan diadopsi oleh IAPI
menyebutkan bahwa tujuan suatu audit adalah untuk meningkatkan
tingkat keyakinan pengguna laporan keuangan yang dituju. Audit yang
dilakukan oleh seorang auditor dari KAP bertujuan untuk memperoleh
keyakinan yang memadai atas laporan keuangan bebas dari salah saji
yang material, baik disebabkan oleh kesalahan (error) maupun
kecurangan (fraud). Untuk mencapai tujuan ini, auditor akan
menjalankan serangkaian prosedur audit seperti memperoleh
pemahaman tentang bisnis dan sistem pengendalian internal, memilih
dan mengevaluasi sampel transaksi dan catatan akuntansi, memverifikasi
akun-akun dalam laporan keuangan dan informasi yang terkait, dan
membuat kesimpulan dan memberikan opini atas laporan keuangan.
Prosedur audit ini dapat berbeda tergantung pada faktor-faktor seperti
ukuran dan kompleksitas perusahaan, risiko salah saji, dan faktor-faktor
lainnya.

viii
UMKM harus memastikan bahwa laporan keuangannya disusun
dan dilaporkan sesuai dengan SAK EMKM atau PSAK yang berlaku. SAK
EMKM adalah standar akuntansi khusus yang dapat digunakan oleh
entitas usaha mikro, kecil, dan menengah yang tidak memiliki
akuntabilitas publik yang signifikan. UMKM ini didefinisikan dan
ditetapkan oleh Undang-Undang No 20 Tahun 2008 tentang UMKM dan
memenuhi definisi entitas tanpa akuntabilitas publik yang signifikan
sesuai dengan SAK ETAP (Dewan Standar Akuntansi Keuangan, 2017).
Persiapan yang baik meliputi implementasi pengendalian internal yang
kuat dan penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku. Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan
audit oleh KAP adalah opini audit wajar tanpa pengecualian (unqualified
opinion), yang menunjukkan bahwa laporan keuangan tersebut dapat
dipercaya dan akurat. Persiapan yang baik dan kepatuhan pada standar
akuntansi akan membantu perusahaan mencapai opini audit yang
diinginkan dan meningkatkan keyakinan para pemangku kepentingan
terhadap laporan keuangan perusahaan.

Penulis berharap bahwa dengan membaca buku ini, direktur


keuangan, manajer akuntansi, dan staf akuntansi di UMKM dapat
memahami prosedur audit yang dilakukan oleh seorang auditor KAP dan
bagaimana mempersiapkan laporan keuangan yang andal dan dapat
dipercaya. Ini akan membantu mereka mempersiapkan dan merumuskan
strategi penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan standar
akuntansi, serta memastikan bahwa laporan keuangan dapat dipercaya
dan diakui oleh para pemangku kepentingan. Penulis juga berharap
bahwa pembaca buku ini dapat menggunakan wawasan yang didapatkan
untuk memajukan perusahaannya dengan memperoleh opini audit wajar
tanpa pengecualian (unqualified opinion).

Malang, Maret 2023

Penulis

ix
DAFTAR ISI

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... v


KATA SAMBUTAN ...................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
1. Audit Laporan Keuangan ......................................................................... 1
2. Auditor & Auditee ................................................................................... 6
3. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah .......................................................9
3.1. Definisi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) .....................9
3.2. Perbedaan Antara Perusahaan Besar dengan UMKM .................. 10
4. Prosedur Audit ...................................................................................... 12
4.1. Prosedur Substantif ........................................................................ 12
4.2. Prosedur Analitis ............................................................................. 13
5. Pekerjaan Lapangan Interim ................................................................ 15
5.1. Prosedur Walkthrough (WT) ........................................................... 15
5.2. Prosedur Uji Pengendalian (Test of Control/TOC) ........................ 17
6. Pekerjaan Lapangan Akhir Tahun ........................................................ 19
6.1. Kas dan Setara Kas .......................................................................... 23
6.2. Piutang Usaha ................................................................................. 25
6.3. Persediaan.......................................................................................30
6.4. Beban Dibayar di Muka .................................................................. 33
6.5. Aset Tetap ....................................................................................... 34
6.6. Utang Usaha ...................................................................................36
6.7. Perpajakan ..................................................................................... 40
6.8. Beban Akrual .................................................................................. 41
6.9. Pinjaman ......................................................................................... 42
6.10. Ekuitas ...........................................................................................45

x
6.11. Pendapatan ....................................................................................45
6.12. Harga Pokok Penjualan (HPP) ...................................................... 47
6.13. Beban Penjualan ........................................................................... 48
6.14. Beban Umum dan Administrasi................................................... 49
6.15. Beban Perpajakan ......................................................................... 51
7. Tahap Penyusunan Opini Auditor ........................................................54
8. Ringkasan Tahapan dan Prosedur Audit .............................................56
8.1. Tahapan Audit .................................................................................56
8.2. Siklus Transaksi ...............................................................................56
8.3. Persiapan Klien Atas Audit Pada Akun ..........................................56
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 68
TENTANG PENULIS .................................................................................... 71

xi
1. Audit Laporan Keuangan
Apa itu audit laporan keuangan?
Apa tujuan dari audit laporan keuangan?
Apa sifat dasar dari aktivitas pelaporan keuangan?
Siapa yang menyusun standar audit laporan keuangan?
Bagaimana audit laporan keuangan oleh auditor dijalankan?

Audit laporan keuangan adalah aktivitas pemeriksaan yang


dilakukan oleh akuntan publik (Arens et al., 2012). Aktivitas audit laporan
keuangan bertujuan untuk memberikan opini independen tentang
kewajaran laporan keuangan suatu entitas, perusahaan, atau badan
hukum lainnya, termasuk pemerintah. Prosedur audit meliputi
serangkaian tindakan untuk memastikan bahwa laporan keuangan
disajikan sesuai dengan peraturan dan prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Audit laporan keuangan harus dilakukan oleh AP yang memiliki
pengetahuan dan kompetensi terkait audit laporan keuangan. Tujuan
akhir dari audit laporan keuangan ini adalah untuk memberikan
keyakinan yang memadai atas laporan keuangan dan memastikan bahwa
laporan keuangan tersebut akurat, lengkap, dan disajikan secara wajar.

Sifat dasar dari aktivitas pelaporan keuangan mengharuskan


manajemen untuk membuat estimasi dan pertimbangan dalam proses
penyusunan laporan keuangan (Chartered Accountants Australia and
New Zealand, 2021). Manajemen harus membuat estimasi untuk
pengakuan pendapatan, estimasi jumlah beban di masa depan (konsep
akrual), dan estimasi jumlah aset serta jumlah kewajiban (liabilitas).
Estimasi ini harus didasarkan pada informasi keuangan terbaik yang
tersedia pada saat laporan keuangan dibuat dan harus dikomunikasikan
dengan akuntabel di dalam laporan keuangan. Dalam konteks audit
laporan keuangan, auditor harus memastikan bahwa estimasi yang
disusun oleh manajemen tersebut wajar dan sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku sebelum memberikan opini atas laporan
keuangan.

ISA 200 yang diterbitkan oleh IAASB dan diadopsi oleh IAPI
menyebutkan bahwa tujuan suatu audit laporan keuangan adalah untuk

1
meningkatkan tingkat keyakinan dari pengguna laporan keuangan. Audit
yang dilakukan oleh seorang auditor dari KAP bertujuan untuk
memperoleh keyakinan yang memadai atas laporan keuangan bebas dari
salah saji yang material, baik disebabkan oleh kesalahan (error) maupun
kecurangan (fraud) (The International Auditing and Assurance Standards
Board, 2012).

Dalam bukunya yang berjudul Auditing: The Art and Science of


Assurance Engagements, (Alvin & Elder Beasley, 2021) menyebutkan
bahwa proses audit bagi auditor dijalankan dengan tahap berikut:

a. Penerimaan klien (Client Acceptance)


Tahap ini meliputi penilaian risiko penerimaan perikatan, analisa
risiko ancaman independensi, dan penilaian kompetensi oleh
auditor. Dalam tahap ini juga, akan dilakukan persetujuan surat
perikatan audit oleh auditor dan klien.
b. Perencanaan audit (Audit Planninng)
Auditor akan melakukan pemahaman mengenai sistem
pengendalian internal yang ada pada klien. Klien harus
menyiapkan bukti-bukti tertulis mengenai pengendalian internal
ini, berupa aturan tertulis perusahaan dan SOP. Auditor dalam
tahap ini juga akan menentukan materialitas yang akan
digunakan sebagai ambang batas pemeriksaan pada laporan
keuangan klien.
c. Penilaian risiko salah saji material (Assess Risk of Material
Misstatement)
Auditor akan melakukan penilaian risiko salah saji material dalam
tingkatan laporan keuangan dan tingkatan akun dan asersi.
Penilaian ini didasarkan pada penilaian auditor saat melakukan
pemahaman pada sistem pengendalian internal klien dan
pemahaman mengenai siklus transaksi signifikan yang ada di
perusahaan klien.
d. Pengembangan respon risiko (Develop Risk Response)
Auditor akan mengembangkan respon atas risiko yang telah
dinilai dalam tahap sebelumnya dan menentukan strategi audit
apa yang akan dipakai oleh auditor dalam menjalankan auditnya.
Setelah menentukan strategi audit keseluruhan, auditor juga

2
akan menentukan program audit dan prosedur lanjutan untuk
setiap siklus transaksi yang ada pada laporan keuangan klien.
e. Menjalankan respon risiko (Perform Risk Response)
Pada tahap ini, auditor akan mengumpulkan bukti audit,
menentukan metode sampling, menentukan uji pengendalian,
melakukan prosedur analitis substantif, dan menjalankan uji
substantif. Poin langkah ini akan dibahas lebih lengkap pada
bagian 4, 5 dan 6 dalam buku ini.
f. Kesimpulan (Conclusion)
Di tahap ini, auditor sudah melakukan keseluruhan rangkaian
prosedur dan pengujian, dan akan menarik kesimpulan dari hasil
prosedur dan pengujian yang telah dilakukan di dalam audit.
g. Pelaporan (Reporting)
Menentukan jenis opini yang akan diterbitkan dan menerbitkan
opini atau umum disebut LAI.

Auditor dalam mengaudit sebuah laporan keuangan wajib


mematuhi dan mengacu pada standar audit. Standar audit di Indonesia,
disusun dan diterbitkan oleh IAPI. Standar Auditing yang ditetapkan dan
disahkan oleh IAPI terdiri dari standar umum, standar pekerjaan
lapangan, dan standar pelaporan beserta interpretasinya. Standar audit
bertujuan memberikan panduan bagi auditor dalam melakukan audit
dengan cara yang sistematis, efisien, dan objektif. Standar audit
mencakup kriteria dalam melakukan tugas-tugas audit, cara
mengumpulkan dan mengevaluasi bukti audit, dan memberikan panduan
bagi auditor dalam menentukan opini audit. Standar audit harus diikuti
oleh auditor untuk memastikan kualitas dan kredibilitas dalam mengaudit
laporan keuangan suatu entitas.

Standar pekerjaan lapangan mensyaratkan auditor untuk


merencanakan auditnya dengan sebaik-baiknya dan jika seorang auditor
dibantu oleh asisten, maka asisten tersebut harus disupervisi dengan
semestinya. Pemahaman yang memadai atas pengendalian internal juga
harus diperoleh seorang auditor untuk merencanakan audit dan
menentukan sifat, ruang, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar

3
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit.

Auditor di akhir pelaksanaan auditnya, akan mengeluarkan


sebuah laporan yang dinamakan Laporan Auditor Independen (LAI). LAI
berisi tentang pernyataan auditor atas kepatuhan auditnya pada standar
dan opini auditor mengenai kewajaran Laporan keuangan yang
diauditnya. LAI juga harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus


memadai, kecuali ada indikasi lain yang disebutkan auditor pada LAI. LAI
harus mencantumkan opini atau pernyataan pendapat tentang laporan
keuangan secara keseluruhan, atau menyatakan bahwa opini tersebut
tidak dapat diberikan dan memberikan alasannya. Jika nama auditor
dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat
petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilakukan dan
tanggung jawab yang diterima oleh auditor. Jika auditor tidak dapat
memberikan opini secara keseluruhan, alasannya harus dicantumkan
dalam LAI. Oleh karena itu, pengungkapan informasi dalam laporan
keuangan harus memenuhi standar dan peraturan yang berlaku agar
laporan keuangan dapat dipercaya dan memberikan informasi yang
berguna bagi pengguna laporan keuangan.

Perusahaan, atau dalam hal audit laporan keuangan ini adalah


klien dari akuntan publik, bertanggung jawab sepenuhnya terhadap
laporan keuangan yang telah disusun. Auditor hanya bertugas untuk
menyampaikan opini atas kewajaran laporan keuangan yang telah
disusun oleh perusahaan. Maka dari itu, perusahaan wajib menyusun
laporan keuangannya dengan baik, beserta sistem pengendalian
pelaporan keuangannya, untuk mendapatkan opini wajar tanpa
pengecualian dari auditor. Audit sangat berguna untuk menambah
integritas laporan keuangan yang bisa dipercaya untuk kepentingan
pihak luar seperti pemegang saham, kreditur, pemerintah, dan lain-lain.
Selain itu, audit seringkali juga dapat mencegah potensi salah saji yang

4
material yang disebabkan oleh kesalahan (error) maupun
kecurangan (fraud) yang dapat dilakukan oleh manajemen.

5
2. Auditor & Auditee
Siapa auditor eksternal?
Apa yang dilakukan auditor eksternal secara keseluruhan?
Siapa yang disebut sebagai auditee atau klien?
Apa saja data awal yang harus disiapkan oleh auditee atau klien?

Auditor yang dibahas di dalam buku ini adalah auditor eksternal


atau Akuntan Publik (AP). AP adalah auditor yang bekerja di sebuah KAP
dan memiliki ijin praktek AP yang diterbitkan oleh Kementerian Keuangan
Republik Indonesia. Auditor adalah orang yang bekerja untuk memeriksa
Laporan keuangan untuk memastikan laporan tersebut bebas dari salah
saji yang material yang diakibatkan oleh kesalahan (error) maupun
kecurangan (fraud). Hasil akhir dari sebuah audit laporan keuangan yang
dilakukan oleh auditor eksternal adalah LAI atau yang umum di Indonesia
disebut sebagai Opini Audit.

Auditor eksternal melakukan audit dengan tujuan untuk


menentukan opini atas laporan keuangan auditee. Dalam melakukan
audit, auditor eksternal harus mengumpulkan bukti audit yang cukup dan
tepat untuk memastikan bahwa laporan keuangan auditee
mencerminkan posisi finansial yang sebenarnya. Prosedur audit adalah
tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh auditor dalam
mengumpulkan dan mengevaluasi bukti audit. Prosedur audit tersebut
meliputi inspeksi, pengamatan, konfirmasi, dan penerimaan keterangan
dari pihak yang terkait. Selain itu, auditor juga dapat melakukan tes
sample dan analisis atas catatan transaksi keuangan untuk memastikan
kewajaran dan konsistensi dari laporan keuangan auditee serta
kepatuhannya terhadap standar akuntansi.

Auditor eksternal bekerja pada KAP yang merupakan badan


usaha yang berizin dari Menteri Keuangan untuk memberikan jasa
akuntansi dan asurans. Ada beberapa KAP di Indonesia, baik yang lokal
maupun yang memiliki afiliasi asing. Istilah "Big 4 Public Accountant" atau
"KAP Empat Besar" merujuk kepada empat KAP terbesar di dunia, yaitu
Ernst & Young (EY), PricewaterhouseCoopers (PwC), Deloitte, dan
KPMG. Mereka adalah firma-firma jasa yang bergerak di bidang audit dan

6
konsultasi yang telah menjadi standar industri akuntansi dan asurans di
seluruh dunia. Mereka menawarkan berbagai layanan seperti audit,
asuransi, konsultasi, laporan keuangan, hukum, laporan resiko, serta
pajak. Selain itu, mereka juga sering melakukan audit pada perusahaan-
perusahaan Global Fortune 500.

Auditee adalah klien audit. Pada saat diaudit, umumnya


perusahaan menunjuk beberapa orang Person in Charge (PIC) sebagai
wakil dari perusahaan untuk bertanggung jawab pada pendampingan
umum dan penyiapan data kepada auditor. Umumnya tim PIC ini diisi oleh
Direktur Keuangan, Manajer Akuntansi, dan Staf Akuntansi Perusahaan.
Sebagai seorang klien, setelah perjanjian perikatan pekerjaan audit
disetujui, klien harus menyiapkan draft laporan keuangan dan dokumen-
dokumen yang diminta oleh auditor. Secara garis besar, klien harus
menyiapkan beberapa dokumen sebagai berikut:

a. Surat perikatan kerja dengan format yang disediakan oleh


auditor dan sudah ditandatangani oleh klien. Surat perikatan
kerja ini umumnya menyebutkan minimal poin-poin berikut:
pernyataan independensi auditor, ruang lingkup perikatan kerja
audit, besaran fee audit, dan jadwal tahapan kerja audit.
b. Draft data-data laporan keuangan, yang terdiri dari:
• Jurnal transaksi dan mutasi akun selama periode berjalan
• Neraca Percobaan (Trial Balance)
• Draft Laporan Posisi Keuangan
• Draft Laporan Laba Rugi dan Pendapatan Komprehensif Lain
• Draft Laporan Perubahan Ekuitas
• Draft Laporan Arus Kas
• Draft Catatan Atas Laporan Keuangan & Informasi
Komparatif
c. Laporan keuangan perusahaan yang sudah terbit lengkap
dengan lembar opini auditor atau LAI pada periode sebelumnya.
d. Pernyataan tertulis oleh klien bahwa tidak memiliki hubungan
spesial dengan auditor. Ini digunakan sebagai bukti bahwa
auditor akan menjalankan tugasnya di perikatan ini secara
independen.

7
Data awal lain yang bersifat non-keuangan seringkali juga perlu
disiapkan oleh klien seperti akta pendirian perusahaan, adendum akta
perusahaan, Minutes of Meeting (MoM) Direksi dan Komisaris selama
periode berjalan, surat keputusan pembagian deviden, dan dokumen
dokumen signifikan lain tergantung pada seberapa dalam sifat dari
perikatan audit. Struktur organisasi, informasi jumlah karyawan,
dokumen Sistem Operasional Prosedur (SOP) perusahaan, dan informasi
lain yang relevan juga penting disampaikan ke auditor.

8
3. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Apa definisi umum UMKM?
Apa perbedaan antara Perusahaan Besar dan UMKM?

3.1. Definisi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

Buku ini ditujukan pada direktur keuangan, manajer akuntansi,


dan staf akuntansi di perusahaan mikro, kecil, dan menengah (UMKM)
yang akan menghadapi audit laporan keuangan tahunan pertamanya
yang dilakukan oleh sebuah KAP. UMKM memiliki definisi dan kriteria
yang berbeda-beda di banyak negara. Di Indonesia definisi dan kriteria
UMKM mengacu pada Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun
2008 (Republik Indonesia, 2008) tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah sebagai berikut:
a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki kekayaan bersih
paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil
penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah).
b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha
yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau
Usaha Besar. Usaha Kecil memiliki kekayaan bersih lebih dari
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan
tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah).
c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha
yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik

9
langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha
Besar. Usaha Menengah memiliki kekayaan bersih lebih dari
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil
penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

3.2. Perbedaan Antara Perusahaan Besar dengan UMKM

Perbedaan karakteristik antara perusahaan besar dan UMKM


menuntut sistem pelaporan akuntansi yang lebih sederhana yang dapat
diterapkan dengan mudah oleh UMKM (Nugraha, 2020). Secara umum,
perusahaan besar memiliki akses sumber daya yang lebih besar seperti
modal dan keahlian, serta infrastruktur yang lebih baik, sehingga mereka
memiliki kemampuan yang lebih besar untuk menjalankan bisnis dan
mengatasi tantangan. Sementara UMKM memiliki akses sumber daya
yang terbatas dan seringkali memiliki tantangan yang berbeda, seperti
keterbatasan modal dan keterbatasan akses terhadap teknologi dan
pasar. Namun, UMKM juga memiliki kelebihan, seperti fleksibilitas dan
kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat pada perubahan pasar.

Dengan meningkatnya jumlah UMKM di Indonesia akhir-akhir ini,


semakin diakui peran penting UMKM dalam perekonomian Indonesia.
UMKM dipandang sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi dan
penciptaan lapangan kerja, sehingga pemerintah dan sektor swasta
melakukan banyak upaya untuk mendukung perkembangan dan
pertumbuhan mereka. Ini termasuk menyediakan akses ke bantuan atau
pinjaman keuangan, pelatihan dan teknologi, serta menciptakan
lingkungan bisnis yang lebih kondusif bagi UKM untuk berkembang. Atas
hal ini, audit laporan keuangan yang dilakukan oleh KAP menjadi sangat
penting, terutama dalam membangun trust level dari para pemangku
kepentingan dan para pemegang saham terhadap pengelolaan,
pengendalian internal, serta akuntabilitas UMKM. Audit laporan
keuangan dilakukan untuk memastikan bahwa informasi keuangan yang

10
diberikan oleh UMKM akurat, relevan, dan sesuai dengan standar
akuntansi di Indonesia.

11
4. Prosedur Audit
Apa definisi umum prosedur audit?
Apa definisi prosedur substantif?
Apa definisi prosedur analitis?

Pada bagian ini akan dibahas mengenai prosedur-prosedur inti


yang akan dilakukan oleh auditor dalam menjalankan audit laporan
keuangan. Prosedur inti tersebut biasanya adalah prosedur substantif
dan prosedur analitis. Prosedur audit lain yang dijalankan oleh auditor
pada aktivitas audit umumnya dikelompokkan menjadi dua prosedur
tersebut.

4.1. Prosedur Substantif

Prosedur substantif atau pengujian substantif adalah bagian dari


setiap perikatan audit laporan keuangan yang dirancang untuk
mengumpulkan bukti mengenai potensi salah saji dalam laporan
keuangan (Rummell & Weickgenannt, 2021). Pengujian substantif terdiri
dari pengujian rincian transaksi, pengujian rincian saldo akun dan
pengungkapan, dan prosedur analitis (American Institute of Certified
Public Accountant (AICPA), 2012a). Prosedur substantif audit (audit
substantive procedures) adalah proses atau metode yang digunakan
auditor untuk menemukan atau mencegah kesalahan penilaian,
pengakuan, dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Prosedur
substantif menghasilkan catatan atas beberapa temuan transaksi
keuangan yang tidak sesuai dan auditor melakukan dokumentasi atas
prosedur tersebut untuk ditinjau lebih lanjut nantinya.
Prosedur substantif juga dilakukan oleh auditor untuk memperoleh
bukti audit yang cukup dan tepat untuk membuat kesimpulan tentang
apakah informasi keuangan yang diberikan oleh entitas memenuhi
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Beberapa contoh prosedur
substantif audit meliputi:
a. Analisis hubungan antara aktivitas bisnis dan akun-akun laporan
keuangan.
b. Memeriksa dan menguji kebenaran saldo akun-akun di dalam
laporan keuangan.

12
c. Memeriksa transaksi-transaksi keuangan dengan jumlah besar,
penting, atau tidak biasa.
d. Membandingkan angka-angka dalam laporan keuangan
perusahaan dengan periode sebelumnya, atau membandingkan
kewajarannya dengan laporan keuangan dari perusahaan pada
industri sejenis.
e. Melakukan validasi atas asumsi dan estimasi yang digunakan oleh
manajemen perusahaan dalam laporan keuangan.

Evaluasi auditor atas pengendalian internal, proses dan alur


penyusunan laporan keuangan, dan interpretasi hasil pengujian
substantif merupakan hal yang sangat penting dalam proses penyusunan
opini audit (Messier & Plumlee, 1987). Evaluasi tersebut membantu
auditor untuk memastikan bahwa informasi keuangan yang diberikan
oleh entitas telah dikumpulkan, diproses, dan dilaporkan dengan benar
dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Hasil
dari evaluasi tersebut juga membantu auditor dalam membuat
kesimpulan dan memberikan opini audit yang objektif dan berkualitas.

4.2. Prosedur Analitis

Prosedur analitis oleh auditor digunakan untuk perencanaan


audit, kerja lapangan dan tahap penyusunan kesimpulan audit, evaluasi
dan pelaporan (Albitar et al., 2021). Prosedur analitis audit menurut
(American Institute of Certified Public Accountant (AICPA), 2012b) adalah
evaluasi informasi keuangan melalui analisis hubungan yang logis antara
data keuangan dan nonkeuangan. Prosedur analitis juga mencakup
investigasi, sebagaimana diperlukan, terhadap fluktuasi atau hubungan
yang teridentifikasi yang tidak konsisten dengan informasi relevan
lainnya atau yang berbeda dari nilai yang diharapkan dalam jumlah yang
signifikan. Definisi tersebut menyiratkan beberapa konsep utama
sebagai berikut:
a. “Evaluasi informasi keuangan” menunjukkan bahwa prosedur
analitis akan digunakan untuk memahami atau menguji
hubungan atau saldo laporan keuangan.

13
b. “Investigasi” terhadap fluktuasi atau hubungan yang
teridentifikasi yang tidak konsisten dengan informasi relevan
lainnya atau yang berbeda dari nilai yang diharapkan dengan
jumlah yang signifikan” menyiratkan pemahaman tentang apa
yang dapat diharapkan secara wajar dan melibatkan
perbandingan nilai buku yang tercatat dengan ekspektasi auditor
dan pemahaman tentang perbedaan tersebut.
c. "Hubungan antara data keuangan dan nonkeuangan"
menunjukkan bahwa kedua jenis data dapat berguna dalam
memahami hubungan informasi keuangan dan, oleh karena itu,
dalam membentuk ekspektasi.

Prosedur analitis digunakan oleh auditor untuk menguji


kecocokan dan konsistensi data keuangan dengan harapan memperoleh
bukti untuk memvalidasi kewajaran dan relevansi informasi yang
terdapat dalam laporan keuangan. Prosedur analitis ini melibatkan
pembandingan antara data keuangan tahun-tahun yang berbeda,
dengan industri atau benchmark tertentu, atau dengan informasi yang
diharapkan berdasarkan pemahaman auditor tentang bisnis entitas.
Prosedur analitis juga membantu auditor dalam mengidentifikasi tren
atau perubahan signifikan dalam pos-pos keuangan dan membantu
mengungkapkan potensi masalah atau isu yang perlu diterima perhatian
lebih lanjut.

14
5. Pekerjaan Lapangan Interim
Apa itu pekerjaan lapangan interim?
Kapan pekerjaan lapangan interim dilakukan oleh auditor?
Apa yang dilakukan auditor saat melaksanakan pekerjaan lapangan interim?
Apa yang perlu dilakukan klien saat pekerjaan lapangan interim berlangsung?

Prosedur Interim yang dilakukan oleh auditor pada umumnya


dilakukan sebelum tanggal neraca atau tanggal penerbitan Laporan
keuangan oleh perusahaan yang di audit. Untuk perusahaan di Indonesia,
pada umumnya Laporan keuangan berisi informasi yang berakhir pada
tanggal 31 Desember (periode tutup buku).

5.1. Prosedur Walkthrough (WT)

Prosedur walkthrough adalah salah satu prosedur yang umumnya


dijalankan oleh auditor pada saat menjalankan pekerjaan lapangan audit
interim. Prosedur ini adalah salah satu bentuk prosedur yang didasarkan
pada kewajiban auditor untuk melakukan studi pemahaman bisnis pada
kliennya. Pada prosedur ini, auditor melakukan penelusuran transaksi
secara detail atas transaksi-transaksi yang dinilai signifikan oleh auditor
pada saat tahap perencanaan audit. Dalam melakukan walkthrough,
auditor menelusuri sebuah transaksi yang dipilih menjadi sampel sampai
dengan ke hulu transaksi.

Auditor menelusuri transaksi dengan cara menganalisis tahap-


tahap pemrosesan transaksi pada sistem informasi akuntansi perusahaan
sampai tercatat dalam laporan keuangan perusahaan dengan
menggunakan dokumen dan SOP yang sama dengan yang digunakan PIC
perusahaan. Prosedur walkthrough biasanya mencakup kombinasi
penelusuran, pemeriksaan, observasi, inspeksi dokumentasi yang
relevan, dan uji kinerja pengendalian internal (Jans et al., 2013).

Siklus transaksi yang umum untuk dijalankan prosedur


walkthrough oleh auditor kepada klien adalah transaksi berikut:

a. Transaksi signifikan dari siklus pembelian perusahaan.

15
b. Transaksi signifikan dari siklus penjualan perusahaan.
c. Transaksi signifikan dari siklus pengeluaran kas perusahaan.
d. Transaksi signifikan dari siklus penerimaan kas perusahaan.
e. Alur proses pelaporan keuangan atau Financial Statement Closing
Process (FSCP).

Poin-poin siklus transaksi umum di atas harus dipersiapkan oleh


perusahaan dalam bentuk penyiapan bukti yang lengkap, alur otorisasi
yang jelas dan efektif, serta kesamaan alur dan jumlah dokumen transaksi
yang sesuai dengan SOP yang sudah disusun oleh perusahaan. SOP yang
disusun dan diimplementasikan oleh perusahaan juga harus memenuhi
prinsip-prinsip pengendalian internal yang baik. Dengan SOP yang baik,
maka alur transaksi yang merupakan cerminan dari implementasi SOP
juga akan terlaksana dan terdokumentasi dengan baik.

Pada beberapa situasi, auditor mungkin memutuskan untuk


melakukan prosedur walkthrough lebih dari jumlah transaksi yang
dicontohkan, seperti walkthrough transaksi penambahan aset tetap,
transaksi perputaran persediaan, transaksi pengajuan kredit bank dan
lain sebagainya. Dasar pertimbangan auditor adalah signifikansi transaksi
yang ada di dalam perusahaan, dan signifikansi transaksi tersebut
didasarkan pada banyaknya jumlah transaksi maupun besarnya nominal
transaksi.

Kelancaran melewati prosedur walkthrough sangat tergantung


pada kepatuhan klien terhadap SOP transaksi keuangan perusahaan.
Klien harus memastikan bahwa setiap transaksi yang dilakukan selama
periode berjalan telah dilakukan sesuai dengan SOP transaksi keuangan
yang berlaku. Ini membantu auditor untuk memahami proses bisnis dan
memastikan bahwa transaksi yang dilaporkan dalam laporan keuangan
sesuai dengan praktik keuangan yang diterima secara umum dan regulasi
yang berlaku. Oleh karena itu, klien harus memastikan bahwa setiap
transaksi yang dilakukan sesuai dengan SOP dan dokumen-dokumen
pendukung yang relevan harus tersedia untuk diterima oleh auditor.

16
5.2. Prosedur Uji Pengendalian (Test of Control/TOC)

Prosedur Uji Pengendalian atau Test of Control (TOC) adalah


prosedur audit yang dilakukan untuk menentukan efektivitas desain,
operasi, dan implementasi pengendalian internal perusahaan. TOC
dilakukan dengan memeriksa dan menguji sampel transaksi untuk
memastikan bahwa pengendalian internal bekerja dengan efektif dan
sesuai dengan desain yang direncanakan oleh perusahaan. Biasanya, TOC
dilakukan setelah prosedur walkthrough sebagai bagian dari upaya
auditor untuk memahami pengendalian internal perusahaan dan
memastikan bahwa pengendalian internal perusahaan sesuai dengan
kaidah yang berlaku umum.

TOC dilakukan dengan menarik populasi transaksi yang diambil


dari populasi yang telah ditentukan, memilih dan mengeluarkan transaksi
yang dinilai tidak relevan, menentukan sample transaksi, dan menguji
setiap sampel transaksi untuk memastikan bahwa pengendalian internal
yang ada bekerja dengan efektif dan sesuai dengan desain yang
direncanakan. Ini adalah salah satu cara bagi auditor untuk memastikan
bahwa laporan keuangan yang diterima dari klien valid dan reliabel.
Tabel 5.1
Ilustrasi Kertas Kerja Uji Pengendalian Auditor

No Siklus Traksaksi PO Inv DO App QC Post TB


1 Penjualan Penjualan ke PT A Ok No Ok Ok No Ok Ok
2 Penjualan Penjualan ke PT F Ok Ok Ok Ok N/A Ok Ok
3 Penjualan Penjualan ke PT G Ok Ok N/A Ok Ok Ok Ok
4 Penjualan Penjualan ke PT S Ok Ok Ok Ok N/A Ok Ok
5 Penjualan Penjualan ke PT R Ok Ok Ok Ok Ok Ok Ok

Ket:
PO : Purchase Order ada dan lengkap mencantumkan data-data yang benar
Inv : Faktur penjualan ada dan lengkap mencantumkan data-data yang benar
DO : Delivery Order ada dan mencantumkan persetujuan pengiriman dan penerimaan barang oleh pelanggan
App : Otorisasi dari pihak berwenang di setiap dokumen
QC : Dokumen pengecekan kualitas barang yang akan dikirim
Post : Bukti posting jurnal akuntansi ke sistem
TB : Bukti jurnal akuntansi sudah masuk ke dalam Trial Balance
Ok : Dokumen lengkap dan sesuai dengan kaidah pengendalian internal
No : Dokumen pendukung ada, namun ada item pengendalian internal yang belum lengkap (tidak ada stempel)
N/A : Dokumen pendukung tidak ada

17
Ilustrasi kertas kerja uji pengendalian di atas adalah dokumen
umum yang digunakan oleh auditor untuk membantu dalam menguji
efektivitas dari pengendalian internal yang ada dalam sebuah
perusahaan. Dalam hal ini, auditor akan memilih sampel transaksi dan
melakukan pengujian terhadap pengendalian internal yang ada untuk
memastikan bahwa pengendalian tersebut efektif dalam mencegah dan
mendeteksi kesalahan atau kecurangan dalam transaksi.

Sebagai seorang klien, anda harus memastikan bahwa seluruh


data dan bukti pendukung transaksi tersedia dan teratur untuk
membantu auditor dalam melakukan pengujian pengendalian internal.
Temuan yang diperoleh dari pengujian pengendalian internal dapat
mempengaruhi opini auditor dan memberikan masukan bagi perusahaan
untuk memperbaiki pengendalian internal mereka.

18
6. Pekerjaan Lapangan Akhir Tahun
Apa itu pekerjaan lapangan akhir tahun?
Kapan pekerjaan lapangan akhir tahun dilakukan oleh auditor?
Apa yang dilakukan auditor saat melaksanakan pekerjaan lapangan akhir tahun?
Apa yang perlu dilakukan klien saat pekerjaan lapangan akhir tahun?

Pekerjaan lapangan akhir tahun yang dilakukan oleh auditor


biasanya terdiri dari pelaksanaan prosedur substantif dan prosedur
analitis. Prosedur substantif adalah suatu prosedur audit yang dirancang
untuk mendeteksi salah saji yang material pada tingkat asersi. Prosedur
substantif secara umum terdiri atas uji rincian atas jenis transaksi, uji
saldo akun, dan uji pengungkapan keuangan (disclosure). Sedangkan
prosedur analitis secara garis besar dilakukan dengan cara mengevaluasi
data keuangan dan membandingkannya dengan rasio dan data keuangan
yang berhubungan dengan akun yang diaudit. Kedua jenis prosedur ini
sangat penting bagi auditor untuk melakukan evaluasi dan pemeriksaan
yang tepat pada laporan keuangan perusahaan dan memastikan bahwa
laporan keuangan tersebut mencerminkan kondisi keuangan perusahaan
secara akurat dan dapat diandalkan.

Prosedur yang dilakukan oleh seorang auditor seringkali tidak


terpaku pada data transaksi keuangan historis perusahaan saja,
melainkan juga memperhatikan data transaksi keuangan perusahaan
yang terjadi di periode antara setelah tanggal neraca sampai dengan
tanggal terbitnya laporan auditor independen. Hal ini sering disebut
dengan prosedur kejadian setelah tanggal neraca atau subsequent event.
Definisi atas periode ini dijelaskan secara lengkap di PSAK 8: Peristiwa
Setelah Periode Pelaporan (Dewan Standar Akuntansi Keuangan, 2010a).
Prosedur subsequent event ini dilakukan auditor untuk memastikan
bahwa setiap transaksi yang terjadi antara tanggal neraca dan tanggal
laporan auditor independen telah diproses dengan benar dan sesuai
dengan pengendalian internal perusahaan. Prosedur subsequent event ini
sangat penting untuk memastikan keakuratan dan relevansi laporan
keuangan yang akan diaudit.

19
Setelah melakukan berbagai uji substantif dan uji analitis, auditor
akan melakukan beberapa tahapan selanjutnya, seperti:

a. Menyimpulkan hasil audit: Auditor akan menyimpulkan hasil


audit yang dilakukan dan memutuskan apakah laporan keuangan
perusahaan memenuhi standar akuntansi yang berlaku.
b. Menyusun laporan audit: Auditor akan menyusun laporan audit
yang berisi hasil temuan dan rekomendasi yang diperoleh selama
audit berlangsung.
c. Menyampaikan hasil audit: Auditor akan menyampaikan hasil
audit kepada pihak yang berkepentingan, seperti direksi
perusahaan, pemegang saham, dan regulator.
d. Melakukan follow-up: Auditor akan melakukan follow-up atas
rekomendasi yang diberikan dan memastikan bahwa perusahaan
sudah mengambil tindakan yang diperlukan.

Tahapan-tahapan tersebut memastikan bahwa auditor


melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dan membantu
perusahaan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas laporan
keuangan.

20
Tabel 5.1
Ilustrasi Laporan Posisi Keuangan UMKM

Laporan Posisi Keuangan

PT XYZ Indonesia
Untuk Tahun Yang Berakhir Pada
31 Desember 2022

Aset Saldo 31 Des Liabilitas Saldo 31 Des


Aset Lancar Liabilitas Lancar
Kas & Setara Kas Rp98.000.000 Utang Usaha Rp90.000.000
Piutang Usaha Rp120.000.000 Utang Pajak Rp.6.500.000
Persediaan Rp510.000.000 Utang Bank Jk. Pendek Rp400.000.000
Biaya Dibayar Dimuka Rp70.000.000 Subtotal Rp507.500.000
Aset Lancar Lainnya Rp20.000.000
Subtotal Rp818.000.000 Utang Bank Jk. Pendek Rp600.000.000
Subtotal Rp600.000.000
Total Liabilitas Rp1.107.500.000

Aset Tidak Lancar Ekuitas


Aset Tetap, neto Rp930.000.000 Modal Saham Rp500.000.000
Aset takberwujud Rp12.000.000 Laba Ditahan Rp113.500.000
Subtotal Rp942.000.000 Total Ekuitas Rp663.500.000

TOTAL LIABILITAS &


TOTAL ASET Rp1.760.000.000 EKUITAS Rp1.760.000.000

21
Tabel 5.2
Ilustrasi Laporan Laba Rugi UMKM

Laporan Laba Rugi


PT XYZ Indonesia
Untuk Tahun Yang Berakhir Pada
31 Desember 2022

Pendapatan Rp650.000.000
Harga Pokok Pendapatan Rp350.000.000
Laba Bruto Rp250.000.000

Beban Penjualan Rp20.000.000


Beban Administrasi & Umum Rp110.000.000
Jumlah Beban Operasional Rp130.000.000

Laba Sebelum Pajak Rp120.000.000

Beban Pajak Final UMKM Rp6.500.000

Laba Bersih Rp113.500.000

Tabel 5.1 dan Tabel 5.2 di atas adalah ilustrasi Laporan Posisi
Keuangan dan Laporan Laba Rugi dari sebuah UMKM yang akan diaudit
oleh KAP. Akun-akun pada laporan keuangan di atas diilustrasikan
sebagai akun-akun yang umumnya ada pada sebuah laporan keuangan
UMKM. Dari akun-akun yang ada pada contoh, prosedur audit yang akan
dilakukan auditor atas akun-akun tersebut akan dibahas. Prosedur audit
mungkin meliputi pemeriksaan dokumen pendukung, pemeriksaan saldo
akun, membandingkan transaksi dengan catatan bisnis, membandingkan
transaksi dengan bukti-bukti yang terkait, membandingkan saldo akun
dengan buku besar, melakukan pengujian sampel, dan lain-lain.

Dengan mengetahui apa saja prosedur yang dilakukan oleh


auditor, maka klien dapat menentukan strategi serta langkah-langkah
apa saja yang harus dilakukan pada saat pekerjaan lapangan
berlangsung. Sebagai klien, Anda dapat membantu auditor dengan
memastikan bahwa semua dokumen dan bukti-bukti yang diperlukan
tersedia dan dapat diakses dengan mudah selama proses audit

22
berlangsung. Ini akan mempercepat proses audit dan memastikan hasil
yang akurat dan dapat diandalkan.

6.1. Kas dan Setara Kas

Kas adalah aset perusahaan yang bersifat paling likuid.


Perusahaan harus mengklasifikasikan kas sebagai aset lancar. Dalam
Neraca/Laporan Posisi Keuangan, kas hampir selalu diasjikan pada urutan
pertama, setelah itu diikuti dengan akun piutang usaha, dan seterusnya
sesuai dengan urutan tingkat likuiditasnya. Kas umumnya terdiri dari
uang kertas, uang logam, dan dana yang tersedia di bank yang dapat
diambil sewaktu-waktu. Pada umumnya, perusahaan membagi kas
menjadi dua kelompok, yaitu uang yang tersedia di kasir perusahaan
(cash on hand), dan uang yang disimpan di bank (cash in bank).

Setara kas merupakan investasi jangka pendek dan sangat likuid


yang mudah untuk dikonversikan sebagai kas, dan sangat dekat tanggal
jatuh temponya sehingga tidak ada risiko signifikan dari perubahan suku
bunga. Umumnya hanya investasi dengan jangka waktu kurang dari 3
bulan saja yang memenuhi syarat sebagai setara kas. Contoh setara kas
diantaranya Deposito, Surat Perbendaharaan Negara (SPN), Surat
Berharga (commercial paper), dan dana yang ditempatkan pada pasar
uang. Karena definisinya adalah sesuatu yang dengan mudah dan cepat
dikonversikan menjadi uang tunai tanpa mempengaruhi nilai pasar aset
tersebut, tidak jarang pula logam mulia juga termasuk dalam definisi
setara kas ini.

6.1.1 Konfirmasi Bank

Prosedur konfirmasi bank adalah salah satu langkah penting


dalam proses audit untuk memastikan bahwa saldo kas dan rekening
perusahaan pada laporan keuangan akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan. Auditor akan mengirimkan surat konfirmasi
eksternal ke bank yang mengelola rekening perusahaan untuk
memastikan saldo kas yang ada dan untuk memastikan bahwa rekening
yang ditutup selama periode berjalan sudah dicatat dengan benar.
Perusahaan harus memverifikasi kembali rincian buku besar bank dengan

23
rekening koran dan memastikan bahwa jumlah nominal saldo kas yang
dicatat sesuai dengan jumlah nominal yang sebenarnya ada di bank. Hasil
dari prosedur ini akan sangat mempengaruhi penyusunan LAI oleh
auditor atas laporan keuangan perusahaan.

6.1.2 Rekonsiliasi Bank

Melakukan pemeriksaan rekonsiliasi bank adalah bagian penting


dalam prosedur audit yang bertujuan untuk memastikan keakuratan data
yang terdapat dalam buku besar perusahaan dan memastikan bahwa
setiap transaksi yang terjadi pada akun bank dicatat dengan benar dan
tepat. Auditor harus memastikan bahwa otorisasi pada rekonsiliasi bank
sesuai dengan prinsip pengendalian internal yang baik dan memastikan
bahwa nominal akhir dalam rekonsiliasi bank tepat.

6.1.3 Pisah Batas (Cut Off)

Auditor menguji pisah batas penerimaan dan pengeluaran kas


atas transaksi yang dilakukan melalui rekening bank yang berbeda pada
tanggal neraca. Pada umumnya, tujuan prosedur ini adalah untuk
mengetahui apakah terdapat saldo kas yang harusnya tidak diakui oleh
Perusahaan pada tanggal neraca, namun masuk dalam Laporan Posisi
Keuangan Perusahaan. Perusahaan harus cermat dalam mengidentifikasi
apakah saldo kas yang diungkapkan dalam Laporan Posisi Keuangan
adalah benar benar saldo kas pada tanggal neraca. Persoalan yang kerap
terjadi adalah Perusahaan mengakui saldo kas yang masih akan diterima
sebagai kas yang diungkapkan pada tanggal neraca.

6.1.4 Valuasi Piutang Usaha

Prosedur ini adalah menguji kesesuaian penilaian kas dan setara


kas yang berupa uang dalam mata uang asing, surat berharga atau logam
mulia. Pengujian kas dalam mata uang asing umumnya akan dinilai pada
kurs tengah Bank Indonesia sebagaimana diwajibkan pada PSAK 10:
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing (Dewan Standar Akuntansi
Keuangan, 2010b). Pengujian valuasi surat berhaga akan diuji kesesuaian
penilaiannya pada harga wajar pada saat tanggal periode pelaporan.
Pengujian valuasi logam mulia umunya akan diuji dan dibandingkan
dengan harga pasar atau uji nilai wajar pada saat akhir periode pelaporan.

24
Pada intinya, auditor akan membandingkan antara harga yang
diterima atau dibayar dengan nilai wajar pada saat tanggal pelaporan
untuk kas dan setara kas yang bersifat non kas. Nilai wajar bisa
didapatkan dari sumber yang independen, seperti kutipan harga pasar,
harga transaksi antar pihak, atau menggunakan metodologi lain yang
diyakini tepat oleh auditor untuk menghitung nilai wajar sesuai dengan
PSAK 68: Pengukuran Nilai Wajar (Dewan Standar Akuntansi Keuangan,
2013). Auditor juga tentunya akan memperhatikan tingkat keyakinan dan
reliabilitas sumber informasi yang digunakan dalam penilaian tersebut.

6.2. Piutang Usaha

Piutang Usaha adalah sejumlah uang atau hak yang akan diterima
yang disebabkan karena penjualan barang maupun jasa kepada
pelanggan perusahaan secara kredit. Piutang usaha juga umum dikenal
sebagai piutang dagang, terjadi karena adanya transaksi penjualan secara
kredit kepada pihak lain. Penjualan secara kredit sangat umum dilakukan
di dunia industri. Di industri, umumnya perusahaan A menjual barang
kepada perusahaan B, dengan termin jatuh tempo pembayaran
dirancang antara 30 sampai dengan 90 hari setelah penjualan dilakukan.

Piutang usaha yang dilaporkan sebagai aset perusahaan harus


didukung oleh dokumen pendukung yang mencakup faktur penjualan
(invoice), surat pengiriman barang (shipping order), dan surat pesanan
(purchase order). Dokumen-dokumen ini harus didokumentasikan
dengan baik oleh perusahaan sebagai bukti bahwa piutang usaha benar-
benar merupakan aset perusahaan dan dapat tertagih pada waktu yang
akan datang. Auditor dalam melakukan prosedur audit akan memeriksa
dokumen-dokumen ini untuk memastikan kesesuaian dari saldo piutang
usaha yang dilaporkan dalam laporan keuangan.

6.2.1 Pemeriksaan Buku Besar

Dalam pemeriksaan ini, auditor menelusuri dan menguji seluruh


akun piutang usaha berdasarkan ambang batas/materialitas yang telah
ditetapkan auditor pada tahap perencanaan audit. Auditor akan meminta

25
buku besar lalu mengolah data awal buku besar piutang yang mereka
terima sebagai berikut:

a. Mencocokkan saldo buku besar dengan saldo yang tertera


pada akun piutang usaha di Laporan Posisi Keuangan
perusahaan.
b. Membuat urutan pelanggan mulai dari saldo piutang terbesar
sampai dengan terkecil.
c. Memilah pelanggan yang memiliki saldo di atas materialitas
yang ditetapkan oleh auditor. Pelanggan yang memiliki saldo
di atas materialitas auditor akan lebih diutamakan untuk
diperiksa terlebih dahulu.

Klien harus menyediakan format buku besar yang mudah


dipahami oleh auditor, umumnya berisi nomor, nama pelanggan, kode
pelanggan, dan saldo piutang usaha pelanggan. Saldo keseluruhan buku
besar juga harus sama atau tie up dengan akun piutang usaha pada
Laporan Posisi Keuangan perusahaan. Selisih atas jumlah ini sebisa
mungkin tidak terjadi pada saat pemberian data ke auditor.

Selain itu, auditor juga akan melakukan cross-check dengan data


pendukung lainnya seperti daftar penjualan, bukti penerimaan
pembayaran, dan informasi kontrak, untuk memastikan bahwa saldo
piutang usaha yang tercantum pada laporan keuangan sesuai dengan
data pendukung yang ada. Auditor juga akan memeriksa apakah ada
piutang yang sudah terlalu lama tertunggak (doubtful accounts) dan
melaporkan hal ini kepada klien dan meminta pendapat klien mengenai
hal ini. Pengecekan ini sangat penting untuk memastikan bahwa piutang
usaha yang dilaporkan dalam laporan keuangan akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan.

6.2.2 Verifikasi Saldo Piutang Usaha

Dalam prosedur audit untuk mengevaluasi saldo piutang usaha,


auditor akan memeriksa dokumen pendukung untuk memastikan bahwa
saldo tersebut akurat dan bahwa transaksi yang mendasarinya benar-
benar terjadi. Dokumen pendukung seperti faktur penjualan, surat
pengiriman barang, dan surat pesanan adalah bagian penting dalam
memverifikasi saldo piutang usaha. Berita acara penyelesaian pekerjaan

26
juga sangat penting jika perusahaan menjual barang parsial atau menjual
jasa proyek pembangunan by progress. Ini membantu auditor
memastikan bahwa transaksi penjualan yang terjadi telah selesai dan
diterima oleh pelanggan, sehingga piutang usaha dapat dicatat sebagai
piutang usaha yang tertagih.

Dalam pengambilan sampel transaksi yang akan diperiksa,


umumnya auditor akan melakukan random sampling dan meminta klien
untuk mempersiapkan data pendukung dari daftar transaksi yang masuk
dalam sampel tersebut untuk memeriksa saldo piutang usaha. Ini
dilakukan untuk memastikan bahwa piutang usaha tercatat dengan
benar dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dalam hal ini, jika klien
memiliki SOP penjualan yang baik dan konsisten diterapkan, maka
pemeriksaan ini tidak akan menyulitkan klien.

Memastikan bahwa saldo piutang usaha yang dilaporkan pada


laporan keuangan akurat dan dapat dipertanggungjawabkan adalah
salah satu tugas utama auditor. Melakukan prosedur audit yang baik dan
memeriksa dokumen pendukung yang tepat sangat penting untuk
memastikan bahwa laporan keuangan dapat dipercayai dan memenuhi
standar akuntansi yang berlaku. Ini juga membantu meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas perusahaan, dan mencegah intensi
manajemen untuk mengakui piutang usaha di atas nilai sesungguhnya.

6.2.3 Konfirmasi dan Penerimaan Kas Setelah Tanggal Neraca

Auditor akan melakukan prosedur konfirmasi eksternal. Setelah


melakukan pemeriksaan awal pada buku besar piutang usaha, auditor
akan melakukan verifikasi piutang usaha kepada pelanggan. Biasanya
auditor akan melakukan pemeriksaan ini dengan memilih beberapa
pelanggan yang memiliki saldo piutang usaha terbesar yang terdaftar
pada buku besar piutang usaha perusahaan. Pemeriksaan ini dilakukan
dengan cara mengirimkan surat konfirmasi eksternal kepada pelanggan
yang berisi saldo yang tertera pada buku besar piutang usaha
perusahaan. Format surat konfirmasi biasanya juga disediakan oleh
auditor, namun harus ditandatangani oleh pihak perusahaan. Umumnya
yang melakukan tanda tangan pada surat konfirmasi ini adalah Direktur
Keuangan perusahaan.

27
Selain menjalankan prosedur konfirmasi, auditor juga akan
melakukan prosedur penerimaan kas setelah tanggal neraca (subsequent
cash receipt). Prosedur ini dilakukan dengan cara auditor menentukan
sampel pelanggan yang memiliki saldo piutang, lalu meminta data
rekening koran setelah tanggal neraca dan memeriksa uang masuk ke
rekening perusahaan. Misal, jika perusahaan mengakui piutang usaha
dari PT X per tanggal 31 Desember 2022, dan sampai dengan 31 Januari
2023 tidak ada sama sekali uang masuk dari PT X untuk pembayaran
piutang usaha, maka validitas dan realibilitas dari buku besar piutang
usaha tersebut mungkin akan dianggap tidak valid dan tidak reliabel. Atas
hal ini, kunci kebenaran akun piutang usaha adalah dengan
mencantumkan saldo dan daftar pelanggan dengan benar dan sesuai
dengan periode pengakuannya.

6.2.3 Prosedur Rollforward

Auditor melakukan audit interim pada saat sebelum tanggal


neraca. Selain melakukan WT dan TOC, biasanya auditor juga melakukan
prosedur lain diluar kedua prosedur tersebut untuk mengurangi
banyaknya pekerjaan dan prosedur yang harus dilakukan di audit akhir
tahun. Prosedur tersebut umumnya adalah prosedur substantif yang
seharusnya dilakukan setelah menerima laporan keuangan di tanggal
neraca, namun dikerjakan pada tanggal laporan keuangan saat interim
(biasanya per bulan September).

Prosedur rollforward piutang usaha adalah prosedur audit yang


digunakan untuk memverifikasi piutang usaha pada tanggal neraca.
Dalam prosedur ini, auditor akan mempelajari dan menelusuri peristiwa
atau transaksi yang terjadi dari tanggal interim (tanggal sebelum tanggal
neraca) sampai tanggal neraca. Dengan melakukan hal ini, auditor dapat
memastikan bahwa semua piutang yang dilaporkan pada tanggal neraca
benar-benar ada dan tertagih. Prosedur rollforward piutang usaha juga
mengharuskan auditor untuk mengambil sampel baru yang representatif
dari populasi piutang usaha, dan melakukan pengujian yang sesuai untuk
memvalidasi keterkaitan dan keabsahan piutang. Ini membantu
memastikan bahwa laporan keuangan yang menunjukkan posisi
keuangan entitas pada tanggal neraca akurat dan memenuhi standar
akuntansi yang berlaku.

28
6.2.4 Pisah Batas (Cut Off)

Prosedur pisah batas (cut off) piutang usaha adalah prosedur


audit yang digunakan untuk memverifikasi apakah semua penjualan dan
piutang usaha yang terjadi pada akhir periode sudah dilaporkan pada
tanggal neraca. Dalam prosedur ini, auditor akan memeriksa daftar
penjualan, penagihan, dokumen pengiriman, dan dokumen pendukung
lainnya sebelum dan setelah akhir periode untuk memastikan bahwa
semua transaksi yang terjadi pada periode tersebut sudah dilaporkan
pada laporan keuangan.

Prosedur pisah batas piutang usaha sangat penting dilakukan


karena dapat membantu auditor mengidentifikasi volume penjualan dan
saldo piutang usaha, serta memastikan bahwa penjualan dan piutang
usaha tersebut telah dicatat pada periode yang tepat. Ini membantu
memastikan bahwa laporan keuangan yang menunjukkan posisi
keuangan dan laba rugi entitas pada tanggal neraca akurat dan
memenuhi standar akuntansi yang berlaku.

6.2.5 Uji Penurunan Nilai Piutang Usaha

Uji Penurunan Nilai Piutang Usaha adalah prosedur audit yang


digunakan untuk menentukan apakah saldo piutang usaha perusahaan
dalam laporan keuangan benar-benar dapat diterima dan layak diakui
sebagai piutang usaha atau pendapatan. Dalam uji penurunan nilai
piutang usaha, auditor akan melakukan evaluasi terhadap portofolio
piutang usaha perusahaan dan memperhitungkan faktor-faktor seperti
kemungkinan gagal bayar, jangka waktu pembayaran, dan kondisi usaha
pelanggan perusahaan. Apabila auditor menemukan adanya indikasi
piutang usaha yang tidak dapat diterima, auditor akan membuat catatan
dan menyarankan perusahaan untuk membuat penyesuaian atas
penurunan nilai piutang usaha sebesar jumlah yang sesuai.

Lebih jauh lagi, auditor juga akan memeriksa bahan bukti dan
dokumen pendukung untuk menentukan apakah perusahaan memiliki
basis yang wajar untuk menghitung penyisihan piutang tak tertagih.
Dalam hal ini, auditor juga akan mempertimbangkan faktor-faktor seperti
jumlah piutang tak tertagih sebelumnya, waktu yang sudah berlalu sejak
tanggal jatuh tempo, dan perkembangan dalam usaha klien. Prosedur ini

29
bertujuan untuk memastikan bahwa laporan keuangan perusahaan
memperlihatkan kondisi piutang usaha dengan tepat dan dapat
dipertanggungjawabkan.

6.2.6 Saldo Kredit Piutang Usaha.

Prosedur pemeriksaan Saldo Kredit Piutang Usaha dilakukan


auditor dengan mengidentifikasi daftar saldo kredit piutang usaha dan
menelusuri seluruh item berdasarkan materialitas (ambang batas
pengujian yang ditetapkan). Auditor juga akan membandingkan
informasi yang terdapat pada catatan akuntansi perusahaan dengan
dokumen pendukung yang relevan seperti nota piutang usaha, faktur
penjualan, dan laporan-laporan pembayaran dari pelanggan. Ini
dilakukan untuk memastikan bahwa saldo kredit piutang usaha yang
dilaporkan pada laporan keuangan benar dan dapat
dipertanggungjawabkan. Auditor juga akan memastikan bahwa
prosedur-prosedur pengendalian internal perusahaan mengenai piutang
usaha diterapkan secara efektif.

6.3. Persediaan

6.3.1 Pengamatan Fisik Persediaan

Persediaan umunya adalah berbentuk aset fisik yang sifat dan


pengakuannya sesuai dengan penjelasan pada PSAK 14: Persediaan
(Dewan Standar Akuntansi Keuangan, 2008). Pengamatan fisik
persediaan dilakukan oleh klien dan didampingi oleh auditor untuk
mengevaluasi prosedur dan pengendalian internal manajemen dalam
mencatat, menghitung, dan mengendalikan fisik persediaan. Persediaan
dalam laporan keuangan perusahaan merupakan bagian penting dari
posisi keuangan perusahaan. Oleh karena itu, auditor perlu melakukan
pemeriksaan dan evaluasi secara cermat dan detail untuk memastikan
bahwa saldo persediaan yang dilaporkan pada laporan keuangan akurat
dan sesuai dengan fakta yang ada.

30
6.3.2 Konfirmasi Persediaan yang Dikuasai Pihak Ketiga

Jika perusahaan yang diaudit mengungkapkan atau berpotensi


untuk mengungkapkan nilai persediaan yang sebenarnya dimiliki oleh
pihak ketiga (contohnya milik vendor), maka auditor akan mengirimkan
konfirmasi eksternal untuk memastikan kepemilikan dari persediaan
tersebut ke vendor atau pihak ketiga yang dinilai bisa jadi memiliki
persediaan tersebut. Prosedur ini dilakukan auditor agar klien tidak
kelebihan mengakui aset yang sebenarnya tidak/belum dimiliki oleh
perusahaan.

6.3.3 Rekonsiliasi Mutasi Persediaan dengan Buku Besar

Prosedur rekonsiliasi ini dilakukan oleh auditor untuk memeriksa


apakah ada inputan yang secara jumlah dinilai besar dan tidak biasa.
Sebagai tambahan, auditor juga akan mengevaluasi kebijakan
perusahaan untuk menentukan metode penilaian persediaan dan
melakukan pengecekan terhadap metode tersebut untuk memastikan
bahwa metode yang digunakan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku dan memberikan gambaran yang benar tentang nilai
persediaan. Termasuk memeriksa catatan dan dokumen yang relevan,
seperti laporan penghitungan ulang fisik dan jurnal pemindahan
persediaan.

6.3.4 Prosedur Rollforward

Prosedur rollforward pada akun persediaan dilakukan auditor


dengan menelusuri peristiwa atau transaksi pada akun persediaan yang
terjadi dari tanggal interim ke tanggal neraca. Auditor akan memeriksa
apakah perusahaan mencatat dan memperhitungkan semua transaksi
pembelian dan penjualan persediaan secara akurat dan tepat pada
periode yang berkenaan. Kemudian, auditor akan memastikan bahwa
perhitungan dan pencatatan persediaan pada neraca sesuai dengan
metoda yang digunakan oleh perusahaan dan memenuhi standar
akuntansi yang berlaku. Prosedur rollforward ini bertujuan untuk
memastikan bahwa saldo persediaan pada neraca akurat sesuai periode
berjalan.

31
6.3.5 Pisah Batas Persediaan (Cut Off)

Prosedur cut off persediaan adalah menelusuri informasi pisah


batas persediaan yang diperoleh selama pengamatan fisik dan
membandingkan dengan catatan akuntansi penjualan dan pembelian.
Prosedur ini bertujuan untuk memastikan bahwa transaksi penjualan dan
pembelian persediaan dicatat pada periode yang tepat dan tidak ada
transaksi yang double entry atau terlewatkan. Cut-off juga membantu
menentukan apakah persediaan yang ada dipilih dengan metode yang
tepat untuk diungkapkan dalam Laporan Posisi Keuangan.

6.3.6 Kesesuaian Penilaian Persediaan dengan SAK

Menguji penilaian persediaan dan kesesuaiannya dengan PSAK


14: Persediaan (Dewan Standar Akuntansi Keuangan, 2008) adalah hal
yang sangat penting dilakukan oleh auditor. Hal ini dilakukan dengan cara
mengidentifikasi metode penilaian yang digunakan perusahaan dan
melakukan evaluasi terhadap validitas dan relevansi metode tersebut
dengan kondisi perusahaan saat ini, menilai kecukupan jumlah dan
validitas asumsi yang digunakan dalam perhitungan, dan
membandingkan hasil penilaian dengan informasi lain yang tersedia,
seperti harga pasar atau harga pembelian. Jika diperlukan, auditor juga
dapat melakukan pengujian sampel dan prosedur lain untuk memastikan
bahwa penilaian persediaan akurat.

6.3.7 Uji Nilai Terpulihkan Persediaan (Net Realizable Value/NRV)

Prosedur lanjutan yang dilakukan auditor untuk menguji


ketepatan pengungkapan persediaan adalah Uji Nilai Terpulihkan
Persediaan (Net Realizable Value/NRV). Ini dilakukan auditor dengan
menguji nilai persediaan yang ada dan mengurangi persediaan yang telah
dianggap usang sehingga menghasilkan nilai persediaan bersih. Prosedur
ini melibatkan evaluasi dan verifikasi bahwa nilai persediaan telah dicatat
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku dan tidak terdapat
kesalahan atau bias dalam penilaian dan pengungkapan nilai persediaan.
Verifikasi ini memastikan bahwa nilai tercatat dari persediaan sesuai
dengan harga pasar yang sebenarnya, yang disebut "nilai wajar".
Prosedur ini penting untuk memastikan akurasi informasi yang dapat
mempengaruhi posisi keuangan perusahaan.

32
6.4. Beban Dibayar di Muka

6.4.1 Verifikasi Keberadaan dan Kesesuaian Penilaian

Melakukan verifikasi keberadaan beban dibayar di muka, seperti


contoh asuransi dibayar di muka dan sewa dibayar di muka, dilakukan
auditor dengan memeriksa dokumen pendukung yang relevan. Auditor
juga akan memastikan bahwa beban dibayar di muka tercatat dengan
benar pada laporan keuangan perusahaan dan dikapitalisasi secara tepat
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku. Auditor juga melakukan uji
terhadap saldo beban dibayar di muka dan memastikan bahwa beban
tersebut akan dimanfaatkan sesuai dengan harapan perusahaan dalam
jangka waktu tertentu.

Dalam prosedur ini, klien umumnya diminta oleh auditor untuk


mempersiapkan buku besar beban dibayar di muka yang berisi daftar
asuransi dibayar di muka dan sewa dibayar di muka, serta dokumen
pendukungnya seperti polis asuransi dan perjanjian sewa. Klien harus
memastikan bahwa dokumen pendukung ini ada dan andal. Auditor juga
akan memeriksa tanggal dimulainya dan berakhirnya jangka waktu dari
beban dibayar di muka untuk memastikan ketepatan periode pencatatan
dan pengungkapan.

6.4.2 Rekalkulasi Skedul Amortisasi

Setelah auditor meminta buku besar beban dibayar di muka yang


berisi rincian dari akun beban dibayar di muka yang dimiliki oleh
perusahaan, auditor akan menguji perhitungan amortisasi yang dilakukan
perusahaan di dalam buku besar pendukung beban dibayar di muka.
Auditor akan membandingkan perhitungan amortisasi dengan metode
yang ditetapkan oleh perusahaan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku dan memastikan bahwa perhitungan tersebut sesuai dan wajar.
Auditor juga akan memverifikasi bahwa jumlah amortisasi beban dibayar
di muka yang dicatat pada laporan keuangan sesuai dengan buku besar
beban dibayar di muka yang diterima.

33
6.5. Aset Tetap

6.5.1 Kesesuaian Buku Besar Pembantu Mutasi dengan Buku Besar

Dalam menjalankan prosedur substantif Kesesuaian Buku Besar


Pembantu Mutasi dengan Buku Besar ini, auditor akan mengumpulkan
informasi dan dokumen aset tetap, termasuk sewa yang dikapitalisasi,
penambahan aset tetap, penjualan aset tetap, reklasifikasi, depresiasi,
deplesi dan/atau amortisasi. Setelah itu, auditor akan menelusuri dan
membandingkan informasi dan dokumen yang dikumpulkan tersebut
dengan catatan akuntansi yang terdapat di buku besar dan buku besar
pembantu aset tetap.

Tujuannya dari prosedur ini adalah untuk memastikan bahwa


informasi dan dokumen tersebut telah tercatat secara lengkap, akurat,
dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku yaitu PSAK 16; Aset
Tetap (Dewan Standar Akuntansi Keuangan, 2015). Jika auditor
menemukan ketidaksesuaian atau kesalahan, auditor akan
melaporkannya kepada klien dan merekomendasikan jurnal penyesuaian
untuk memperbaiki ketidaksesuaian pencatatan aset tetap tersebut.

6.5.2 Penambahan dan Pengurangan Aset Tetap

Dalam prosedur pemeriksaan penambahan dan pengurangan


aset tetap, auditor akan mengumpulkan dokumen bukti penambahan
dan pengurangan aset tetap selama periode berjalan, mengidentifikasi
faktur, otorisasi pengeluaran modal, sewa dan dokumen lain yang
relevan dengan penambahan dan pengurangan aset tetap. Dalam
prosedur ini auditor juga akan memilih sampel atau memilih transaksi
penambahan dan pengurangan aset tetap yang nilainya material. Auditor
akan memastikan bahwa dokumen pendukung memenuhi persyaratan
akuntansi dan peraturan perpajakan yang berlaku, dan bahwa
penambahan dan pengurangan aset tetap dicatat dengan benar dan
tepat waktu dalam buku besar.

Auditor juga akan memverifikasi bahwa nilai-nilai aset tetap


dicatat sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum dan peraturan
perpajakan yang berlaku. Penambahan dan pengurangan aset tetap
dapat diartikan sebagai pembelian dan penjualan aset tetap. Jika UMKM

34
telah berstatus Pengusaha Kena Pajak (PKP), hal ini penting diperhatikan
karena pembelian dan penjualan aset tetap akan mempengaruhi
pencatatan dan administrasi dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

6.5.3 Sewa, Perbaikan dan Pemeliharaan Aset Tetap

Prosedur ini dilakukan auditor dengan cara meninjau dan menguji


dokumen pendukung aset tetap yang berpotensi merupakan sewa, dan
bukan merupakan kepemilikan utuh. Proseudr ini memastikan bahwa
transaksi yang dicatat sebagai aset tetap atau sewa benar-benar sesuai
dengan prinsip akuntansi dan pengungkapan yang tepat dalam laporan
keuangan. Jika aset tetap yang ada ternyata adalah aset tetap hasil sewa,
auditor juga akan memverifikasi bahwa transaksi sewa memenuhi kriteria
untuk dikapitalisasi dan memiliki jangka waktu sewa yang wajar.

Auditor juga akan melakukan rekalkulasi pembebanan sewa,


pembebanan biaya perbaikan dan pembebanan biaya pemeliharaan dari
data yang diberikan oleh klien. Pembebanan ini akan dinilai oleh auditor
apakah wajib/dapat dilakukan kapitalisasi, atau wajib/dapat dibebankan
di Laporan Laba Rugi. Auditor juga akan memastikan bahwa kapitalisasi
atau pembebanan biaya perbaikan dan pemeliharaan aset tetap sesuai
dengan prinsip akuntansi berterima umum dan memastikan bahwa biaya-
biaya tersebut dikapitalisasi atau dibebankan sesuai dengan tata cara
yang ditentukan.

6.5.4 Depresiasi Aset Tetap

Auditor akan menguji metode dan melakukan rekalkulasi atas


perhitungan penyusutan depresiasi aset tetap dengan mengacu pada
kebijakan akuntansi entitas dan PSAK 16: Aset Tetap. Rekalkulasi ini
bertujuan untuk memastikan bahwa aset telah diperhitungkan dengan
benar, jumlah yang tepat telah disusutkan, dan aset tersebut telah
dilaporkan dengan tepat. Auditor akan meninjau laporan keuangan
entitas untuk mencari bukti yang menunjukkan bahwa perhitungan
penyusutan aset tetap telah benar.

Selain itu, auditor juga melakukan tes sampel yang memeriksa


penyusutan aset tertentu dengan membandingkan metode penyusutan
yang digunakan oleh entitas dengan metode penyusutan yang

35
disarankan dalam PSAK 16: Aset Tetap. Jika auditor menemukan
perbedaan besar antara kedua metode tersebut, maka auditor harus
melakukan tindak lanjut. Auditor juga harus memastikan bahwa metode
penyusutan yang digunakan oleh entitas berlaku untuk setiap aset yang
disusutkan, dan entitas menggunakan prinsip-prinsip akuntansi yang
tepat.

6.5.5 Penurunan Nilai Aset Tetap.

Dalam prosedur audit penurunan nilai aset tetap, auditor akan


memeriksa adanya kriteria yang ditetapkan oleh standar akuntansi dan
standar audit untuk melakukan penyesuaian nilai aset tetap. Auditor juga
akan melakukan verifikasi bahwa penyesuaian yang telah dibuat telah
sesuai dengan kebijakan akuntansi entitas, prinsip akuntansi berterima
umum, dan PSAK 16:Aset Tetap (Dewan Standar Akuntansi Keuangan,
2015).

Pada prosedur ini, auditor akan mengumpulkan informasi


penurunan nilai aset tetap dan mengidentifikasi indikator penurunan nilai
yang tepat dan melakukan verifikasi bahwa penyesuaian telah dibuat
sesuai dengan kebijakan akuntansi entitas dan prinsip akuntansi
berterima umum. Auditor harus menyelidiki semua faktor yang mungkin
mempengaruhi nilai aset tetap. Ini termasuk menunjukkan bahwa nilai
aset telah berkurang karena usia, cedera, penggunaan, penurunan pasar,
atau faktor ekonomi lainnya. Auditor juga harus memeriksa manajemen
telah melakukan penyesuaian yang diperlukan untuk mengurangi nilai
aset tetap.

6.6. Utang Usaha

6.6.1 Mengidentifikasi Kesesuaian Buku Besar Utang Usaha

Auditor harus menganalisis buku besar utang usaha dengan hati-


hati untuk mengidentifikasi kesesuaian buku besar utang usaha dengan
dokumentasi bukti pendukung transaksi utang usaha. Oleh karena itu,
auditor harus memastikan bahwa semua untuk semua transaksi utang
usaha telah benar dicatat dan diteruskan ke buku besar utang usaha
dengan benar. Auditor juga harus memastikan bahwa semua jumlah yang

36
disebutkan dalam buku besar utang usaha sesuai dengan buku besar
pajak dan dokumentasi pendukung lainnya.

Transaksi utang usaha harus direkonsiliasi dengan utang usaha


yang terdaftar pada saat draft laporan keuangan diserahkan kepada
auditor. Auditor akan melakukan pemeriksaan awal atas data yang
diterima untuk memastikan bahwa semua utang usaha yang terdaftar
adalah benar dan dihiitung dengan formula perhitungan yang tepat. Jika
terdapat perbedaan antara buku besar utang usaha dengan draft laporan
keuangan, klien harus kembali melakukan investigasi untuk mencari tahu
penyebabnya.

6.6.2 Review Item Tidak Biasa (Unusual Item Review)

Pada prosedur ini, auditor akan melakukan screening dan


penyortiran pada buku besar utang usaha serta melihat apakah terdapat
saldo maupun pemasok yang dirasa tidak biasa. Contohnya seperti pada
perusahaan makanan, dirasa tidak biasa jika di dalam buku besar utang
usahanya terdapat saldo yang cukup besar kepada pemasok garmen,
atau sebagainya. Hal ini dilakukan auditor untuk menilai apakah buku
besar utang usaha yang diterimanya dapat dikatakan andal atau tidak.
Dengan melakukan pemeriksaan ini, auditor akan lebih mudah dalam
menilai kualitas dan keandalan buku besar utang usaha perusahaan
secara keseluruhan.

Secara definisi, Review Item Tidak Biasa (Unusual Item


Review/UIR) ini adalah proses pengujian dan evaluasi atas item yang tidak
biasa atau tidak terjadi sesuai dengan pola umum dalam suatu transaksi
keuangan perusahaan yang diaudit. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi aktivitas keuangan yang tidak sah atau meragukan,
seperti pencucian uang atau kegiatan ilegal lainnya. Aktivitas tersebut
biasanya dilakukan oleh beberapa perusahaan untuk memenuhi
kewajiban regulasi dan melindungi diri dari risiko hukum dan keuangan.

6.6.3 Pisah Batas Utang Usaha.

Pengujian pisah batas (cut off) utang usaha ini adalah proses
auditor untuk memverifikasi bahwa transaksi yang dicatat oleh
perusahaan sesuai dengan periode akuntansi yang berlaku. Dalam hal

37
utang usaha, cut-off testing akan memastikan bahwa pembelian barang
dan jasa yang tercatat sebagai utang usaha sesuai dengan memo kredit
pemasok dan dicatat pada periode yang benar. Ini bertujuan untuk
memastikan integritas informasi keuangan dan meminimalkan risiko
pengakuan pendapatan atau biaya yang salah periode pengakuan dan
pencatatan.

Biasanya auditor akan menarik sampel transaksi sesaat sebelum


tanggal neraca dan sesaat setelah tanggal neraca. Auditor akan
memeriksa dokumen pendukung atas sampel transaksi tersebut apakah
sudah dicatat sesuai dengan periode yang seharusnya. Klien juga dapat
melakukan prosedur ini di setiap tanggal tutup buku untuk memastikan
bahwa utang usaha dicatat dan diakui pada periode yang tepat.

6.6.4 Menelusuri Utang Usaha yang Tidak Tercatat

Menelusuri Utang Usaha yang Tidak Tercatat, atau dalam industri


prosedur ini disebut Search for Unrecorded Liabilities (SURL) adalah
prosedur yang digunakan oleh auditor untuk mengidentifikasi setiap
kewajiban yang mungkin terlewatkan atau dicatat secara tidak akurat
dalam catatan keuangan perusahaan. Tujuan SURL adalah untuk
memastikan bahwa semua kewajiban material telah dicatat dan
diungkapkan dengan benar dalam laporan keuangan perusahaan,
sehingga dapat memberikan representasi posisi dan kinerja keuangan
yang tepat dan akurat. Proses tersebut biasanya melibatkan peninjauan
berbagai sumber informasi internal dan eksternal, seperti kontrak,
rekening koran, berita acara penyelesaian hukum, dan dokumentasi
lainnya, untuk mengidentifikasi kewajiban yang tidak tercatat.

Selain prosedur substantif biasa, auditor mungkin memeriksa hal-


hal berikut saat melakukan Search for Unrecorded Liabilities (SURL):

a. Tinjauan kontrak dan perjanjian: Langkah ini termasuk meninjau


semua kontrak dan perjanjian yang dapat mengakibatkan
kewajiban di masa depan, seperti perjanjian sewa, kontrak
layanan, dan perjanjian pasokan.
b. Analisis utang dagang: Ini melibatkan peninjauan transaksi utang
dagang untuk mengidentifikasi kewajiban yang tidak tercatat
atau pembayaran apa pun yang dilakukan setelah tanggal neraca.

38
c. Inquiry dengan manajemen: Ini termasuk mengajukan
pertanyaan kepada manajemen tentang kewajiban potensial dan
meninjau setiap korespondensi atau catatan yang mungkin
memberikan informasi tentang kewajiban yang tidak tercatat.
d. Tinjauan pengendalian internal: Auditor juga mungkin meninjau
sistem pengendalian internal perusahaan untuk menentukan
apakah ada kelemahan yang dapat mengakibatkan kewajiban
yang tidak tercatat.
e. Pemeriksaan proses hukum: Ini melibatkan peninjauan proses
hukum yang sedang berlangsung atau potensi yang dapat
mengakibatkan kewajiban di masa depan.
f. Tinjauan catatan pajak: Auditor mungkin meninjau catatan pajak
perusahaan untuk memastikan bahwa semua kewajiban yang
berkaitan dengan pajak telah dicatat dengan benar.
g. Riset pasar: Auditor juga akan meneliti industri dan kondisi pasar
untuk mengidentifikasi kewajiban potensial yang mungkin timbul
di masa depan.

Penting untuk dicatat bahwa cakupan dan sifat prosedur yang


akan dilakukan dalam SURL akan bervariasi tergantung pada keadaan
masing-masing perikatan. Prosedur ini biasanya akan membutuhkan
banyak dokumen yang berhubungan dengan poin-poin di atas. Selama
klien telah tepat mengakui dan mencatat utang usaha, maka dapat
dipastikan tidak akan ada temuan pada prosedur ini.

6.6.5 Analisis Saldo Pemasok

Auditor akan melakukan verifikasi dan analisis terhadap informasi


akun utang usaha dengan mengumpulkan data dari buku besar
pembantu. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa penilaian akun
tersebut sesuai dengan kebijakan akuntansi dan prinsip akuntansi yang
berlaku secara umum. Auditor juga akan melakukan analisis terhadap
jenis daftar pemasok dan saldo utang usaha untuk memastikan
relevansinya.

6.6.6 Valuasi Saldo Utang Usaha Dalam Mata Uang Asing

UMKM saat ini tidak jarang yang secara rutin melakukan transaksi
pembelian ke pemasok di luar negeri, dan hampir pasti transaksi tesebut

39
akan menimbulkan saldo utang usaha dengan mata uang asing. Prosedur
ini secara garis besar sama dengan valuasi pada akun lain yang berpotensi
memiliki saldo dalam mata uang asing. Pada intinya, klien harus
menyajikan laporan keuangan dengan mengacu kepada PSAK 10:
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing, yang secara garis besar adalah
mengkonversi saldo mata uang asing pada akun-akun terkait ke mata
uang Rupiah pada kurs tengah BI di setiap akhir periode.

6.7. Perpajakan

6.7.1 Rekonsiliasi Fiskal dan Perhitungan Pajak Penghasilan

Auditor akan melakukan beberapa tahapan dalam menguji


rekonsiliasi fiskal pada UMKM yang mengakui akun aset pajak tangguhan
atau yang sudah menggunakan skema perhitungan tarif PPh Badan.
Tahapan-tahapan tersebut meliputi: uji rekonsiliasi fiskal, validasi
pemisahan antara perbedaan permanen dan temporer, dan
membandingkan item rekonsiliasi fiskal dengan periode sebelumnya dan
memeriksa dokumen pendukung yang relevan. Tujuannya adalah untuk
memastikan bahwa pencatatan perpajakan sesuai dengan standar
akuntansi dan peraturan perpajakan yang berlaku.

Klien biasanya diminta untuk menyiapkan dokumen-dokumen


perpajakan seperti bukti potong, daftar nominatif pajak, NPWP, SPT
Masa, dan SPT Tahunan. Klien juga harus menyiapkan rekonsiliasi pajak,
perhitungan aset pajak tangguhan (Defferred Tax Assets/DTA) dan
perhitungan Pajak Penghasilan (Corporate Income Tax/CIT). Umumnya,
atas data yang diterima auditor ini, auditor akan melakukan perhitungan
ulang di kertas kerja mereka dan akan membandingkan hasil perhitungan
mereka dengan perhitungan klien. Selama klien membuat perhitungan
yang sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia,
maka prosedur ini tidak akan menimbulkan kesulitan bagi klien.

Tidak jarang di Indonesia, yang melakukan perhitungan-


perhitungan aset pajak tangguhan (Defferred Tax Assets/DTA) dan
perhitungan Pajak Penghasilan (Corporate Income Tax/CIT) yang nantinya
akan dilaporkan di laporan keuangan perusahaan adalah auditor. Ini

40
mungkin mengurangi independensi mereka. Ini terjadi karena
perhitungan perpajakan tersebut dianggap cukup sulit, apalagi di skala
UMKM. Yang harus dilakukan oleh UMKM tentunya adalah selalu
melakukan pembaruan pengetahuan dan kemampuan untuk
menyelesaikan perhitungan perpajakan ini. Atau jika dirasa tidak mampu,
maka menunjuk sebuah Kantor Jasa Akuntan (KJA) atau Kantor
Konsultan Pajak (KKP) untuk melakukan pendampingan dan konsultasi
mengenai perhitungan perpajakan ini akan selalu menjadi langkah yang
tepat.

6.8. Beban Akrual

6.8.1 Kesesuaian Pengakuan Akrual

Pada akhir periode, perusahaan dan UMKM yang beroperasi


normal harus mengakui beban akrual dalam Laporan Posisi Keuangan
mereka. Beban akrual adalah beban yang diakui berdasarkan prinsip
akuntansi akrual, yaitu beban yang diakui sebelum cash flow atau arus
kas yang terkait dengan beban tersebut terjadi. Ini penting dilakukan
agar laporan posisi keuangan mereka menggambarkan posisi finansial
perusahaan atau UMKM secara akurat dan tepat.

Dalam aktivitas audit, auditor akan melakukan prosedur


pemeriksaan terhadap akun beban akrual. Tujuannya adalah untuk
memastikan bahwa akun beban akrual tercatat dan diklasifikasikan
sesuai dengan prinsip akuntansi dan standar akuntansi yang berlaku.
Prosedur pemeriksaan ini mungkin meliputi pemeriksaan dokumen
pendukung, konfirmasi dengan pihak ketiga, dan analisis kecukupan
saldo. Dengan melakukan prosedur pemeriksaan ini, auditor dapat
memastikan bahwa laporan keuangan perusahaan atau UMKM
menyajikan informasi yang dapat diandalkan dan memenuhi standar
akuntansi yang berlaku.

6.8.2 Menelusuri Beban Akrual yang Tidak Tercatat

Tak jauh berbeda dengan SURL, Search for Unrecorded Accruals


(SURA) dijalankan auditor untuk memeriksa akun beban akrual. Prosedur
ini adalah prosedur audit yang dilakukan oleh auditor untuk mencari dan

41
menentukan kemungkinan adanya beban akrual yang belum dicatat
dalam laporan keuangan klien. Dalam prosedur ini, auditor akan
melakukan analisis data historis, pemeriksaan dokumen pendukung, dan
melakukan konfirmasi dengan pihak terkait untuk memastikan bahwa
semua beban akrual yang harus dicatat dalam laporan keuangan sudah
tercatat.

Hal ini penting untuk memastikan bahwa laporan keuangan klien


mencerminkan gambaran yang akurat dan menyeluruh tentang kondisi
keuangan perusahaan. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa
semua beban akrual yang seharusnya dicatat telah tercatat dan
diklasifikasikan sesuai dengan prinsip akuntansi dan standar akuntansi
yang berlaku. Dengan melakukan SURA, auditor dapat memastikan
bahwa laporan keuangan perusahaan atau UMKM menyajikan informasi
pencatatan akrual yang akurat dan dapat diandalkan.

6.9. Pinjaman

Auditor akan melakukan prosedur audit untuk memastikan


bahwa informasi mengenai pinjaman dan utang bunga pinjaman yang
dimiliki oleh perusahaan sesuai dengan realitas. Prosedur ini meliputi:

a. Mengirimkan konfirmasi eksternal: Auditor akan mengirimkan


surat konfirmasi kepada pihak yang terkait dengan pinjaman,
seperti bank atau pihak lain yang memberikan pinjaman, untuk
memverifikasi bahwa informasi mengenai pinjaman dan bunga
yang dimilikinya sesuai dengan perjanjian yang berlaku.
b. Tinjauan balasan konfirmasi: Auditor akan meninjau balasan yang
diterima dari surat konfirmasi untuk memastikan bahwa
informasi yang diterima sesuai dengan informasi yang tercantum
dalam buku besar perusahaan.
c. Bukti konfirmasi hak gadai, hak jaminan, dan derivatif: Auditor
akan memverifikasi bahwa informasi mengenai hak gadai, hak
jaminan, dan derivatif yang digunakan sebagai jaminan pinjaman
sesuai dengan perjanjian yang berlaku.
d. Verifikasi pengungkapan pinjaman: Auditor akan memeriksa
bahwa informasi mengenai pinjaman dan bunga yang tidak lancar

42
yang dimilikinya diumumkan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku.

Prosedur ini penting dilakukan untuk memastikan bahwa


informasi yang disajikan dalam laporan keuangan perusahaan akurat dan
dapat diandalkan. Ini juga membantu auditor memastikan bahwa
perusahaan memenuhi semua persyaratan yang terkait dengan pinjaman
dan bunga pinjaman.

6.9.1 Pinjaman, Bunga Pinjaman dan Kepatuhan Terhadap Perjanjian

Dalam prosedur audit untuk akun pinjaman, auditor akan


mengumpulkan informasi mengenai pinjaman dan bunga pinjaman yang
dimiliki perusahaan. Auditor juga akan melakukan analisis terhadap
kewajaran perhitungan beban bunga dan utang bunga. Hal ini penting
dilakukan untuk memastikan bahwa laporan keuangan perusahaan
menyajikan informasi yang akurat mengenai pinjaman dan utang bunga
pinjaman yang dimilikinya.

Selain itu, auditor juga akan menguji kepatuhan perusahaan atas


persyaratan pinjaman, jatuh tempo pinjaman, perjanjian pinjaman, dan
ketentuan perjanjian pinjaman lainnya. Ini penting untuk memastikan
bahwa perusahaan memenuhi kewajibannya terhadap pinjaman yang
diambil dan bahwa informasi mengenai pinjaman dan bunga pinjaman
yang dimilikinya menyajikan informasi yang akurat dan dapat diandalkan.
Lebih jauh lagi, auditor juga akan melakukan rekalkulasi atas perhitungan
klien, melakukan tinjauan ketepatan penyajian utang jangka pendek dan
utang jangka panjang perusahaan. Klien harus selalu melakukan
perhitungan berdasarkan perjanjian pinjaman yang tertulis, sehingga
dapat melakukan pengungkapan atas pinjaman dan bunga yang tepat
pada laporan keuangan mereka.

6.9.2 Pemeriksaan Perjanjian Baru

Dalam hal perusahaan melakukan perjanjian pinjaman baru atau


adendum selama periode berjalan, auditor akan melakukan prosedur
pemeriksaan atas dokumen-dokumen terkait untuk memastikan
kepatuhan perusahaan terhadap persyaratan, perjanjian yang
membatasi, dan ketentuan yang relevan dari pinjaman tersebut.

43
Prosedur ini penting dilakukan untuk memastikan bahwa perusahaan
memenuhi semua persyaratan yang terkait dengan pinjaman baru atau
adendum, dan bahwa informasi mengenai pinjaman dan bunga pinjaman
yang dimilikinya sesuai dengan perjanjian pinjaman yang berlaku. Ini juga
membantu menjaga integritas laporan keuangan perusahaan dan
memastikan bahwa informasi yang disajikan akurat dan dapat
diandalkan.

6.9.3 Review Agunan

Selain prosedur pada akun pinjaman di atas, auditor juga akan


mengirimkan konfirmasi eksternal (jika perusahaan melakukan pinjaman
ke Bank, maka konfirmasi ini sudah termasuk di dalam konfirmasi
eksternal Bank) dan meninjau meninjau bukti-bukti yang terkait dengan
akun-akun yang melibatkan hak gadai, hak jaminan, derivatif, dan aset
yang digunakan sebagai jaminan. Ini bertujuan untuk memastikan bahwa
laporan keuangan mencerminkan informasi yang akurat dan dapat
diandalkan tentang posisi keuangan dan kinerja perusahaan. Auditor juga
akan memastikan bahwa pengungkapan yang sesuai tentang pinjaman
dan jaminan tercantum dalam laporan keuangan.

6.9.4 Verifikasi Keberadaan Kewajiban

Dengan melakukan prosedur audit pada akun pinjaman yang


sudah dijelaskan di atas, verifikasi keberadaan kewajiban juga sekaligus
dijalankan oleh auditor. Auditor pada titik ini sudah melakukan konfirmasi
pinjaman dan bunga pinjaman, meninjau dokumentasi pendukung dan
dokumen mengenai jumlah terutang, persyaratan, jaminan, jatuh tempo,
dan kepatuhan entitas terhadap ketentuan perjanjian. Jika dokumen
pendukung sudah disediakan lengkap oleh klien dan konfirmasi dari
pemberi pinjaman sudah diterima oleh auditor, maka prosedur ini sudah
berhasil dilakukan dengan baik. Dengan melakukan prosedur ini, auditor
dapat memastikan bahwa informasi yang dicatat oleh klien mengenai
hutang dan pinjaman sudah akurat dan sesuai dengan dokumen yang
tersedia. Ini membantu auditor untuk memastikan bahwa laporan
keuangan klien memenuhi standar akuntansi yang berlaku dan bahwa
perjanjian hutang dan pinjaman dilakukan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

44
6.10. Ekuitas

6.10.1 Pemeriksaan Akta Perusahaan dan Skedul Rekonsiliasi Ekuitas

Pada akun-akun ekuitas, auditor akan menjalankan prosedur


dengan mengumpulkan dokumen yang relevan, termasuk akta pendirian
perusahaan, laporan saham, dan laporan laba ditahan. Auditor juga akan
mengidentifikasi akun buku besar, menguji laporan perubahan ekuitas
berdasarkan bukti yang telah diperoleh dari akhir periode sebelumnya ke
akhir periode saat ini, melakukan verifikasi atas kebijakan akuntansi
laporan perubahan ekuitas (misalnya, distribusi laba, pengurangan atau
peningkatan ekuitas), menentukan kelengkapan dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan. Auditor juga akan
melakukan konfirmasi tertulis dengan mengirimkan surat konfirmasi
eksternal kepada pemegang saham atas jumlah dan presentase saham
yang mereka miliki.

6.10.2 Pembayaran Dividen

Auditor akan mengumpulkan informasi dan dokumen tertulis,


seperti notulen Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan notulen
Direksi terkait untuk memastikan bahwa semua pembayaran dividen
telah disetujui, pengumuman dividen dilakukan dengan benar, dan
mematuhi peraturan perpajakan. Tak jarang, pada pemeriksaan
pembayaran dividen ini menghasilkan temuan bahwa perusahaan tidak
melakukan pengakuan beban akrual atas deviden. Atas hal ini, klien harus
memastikan di setiap akhir periode bahwa semua beban akrual sudah
dengan benar diakui dan dicatat pada laporan keuangan perusahaan.

6.11. Pendapatan

6.11.1 Tinjauan Analitis Pendapatan Keseluruhan

Tinjauan Analitis Pendapatan Keseluruhan umumnya dilakukan


auditor dengan cara melakukan perbandingan antara pendapatan
periode yang sedang diaudit dengan pendapatan periode yang sama
pada tahun-tahun sebelumnya atau dengan pendapatan rata-rata dari
beberapa tahun terakhir. Tinjauan ini dilakukan untuk memastikan bahwa

45
pendapatan yang tercatat sesuai dengan harapan dan mengidentifikasi
perubahan yang tidak wajar. Auditor juga dapat melakukan analisis tren
pendapatan untuk menentukan tren positif atau negatif. Dalam tinjauan
analitis ini, auditor juga akan memeriksa faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan, seperti tingkat kompetisi, harga produk,
dan volume penjualan.

Auditor juga akan menilai risiko bahwa kesalahan atau


kecurangan dalam akun pendapatan dapat mempengaruhi hasil laporan
keuangan secara material. Mengevaluasi risiko salah saji material dalam
akun pendapatan merupakan bagian penting dari proses audit. Inilah
sebabnya auditor akan melakukan berbagai prosedur, seperti pengujian
substantif dan prosedur analitis, untuk mendapatkan bukti yang cukup
untuk mendukung keakuratan jumlah pendapatan yang dilaporkan
dalam laporan keuangan. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa
jumlah pendapatan diakui, diukur, dan diungkapkan dengan benar sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku.

Dalam hal ini, klien harus memastikan bahwa pendapatan harus


dicatat sesuai dengan bukti transaksi yang ada, baik secara jumlah
transaksi dan jumlah nominal keseluruhan pendapatan. Periode
pencatatan pendapatan juga harus tepat sesuai dengan tanggal yang ada
di bukti pendukung. Kesalahan pencatatan pendapatan biasanya
berdampak pada semakin banyaknya sampel transaksi yang dibutuhkan
oleh auditor untuk diperiksa. Kesalahan pencatatan pendapatan juga
biasanya berdampak pada berkurangnya keyakinan auditor terhadap
realibilitas dan konsistensi penerapan pengendalian internal pada siklus
pendapatan perusahaan. Lebih jauh lagi, kesalahan pencatatan
pendapatan juga dapat menimbulkan denda dari aspek perpajakan di
kemudian hari.

6.11.2 Prosedur Pengakuan Pendapatan

Auditor akan memastikan bahwa semua akun pendapatan yang


tercantum dalam laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi
yang berlaku. Dalam prosedur ini, Auditor akan memastikan bahwa
semua akun pendapatan yang tercantum dalam laporan keuangan sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku sesuai dengan PSAK 23:
Pendapatan (Dewan Standar Akuntansi Keuangan, 2010c) dan PSAK 72

46
Pendapatan dari Kontrak dengan Pelanggan (Dewan Standar Akuntansi
Keuangan, 2017). Auditor akan melakukan pengujian sampel atas
aktivitas pendapatan, seperti memastikan bahwa pendapatan hanya
dicatat setelah terjadi realisasi ekonomi, dan memverifikasi bahwa
pendapatan yang tercatat sesuai dengan bukti yang ada.

6.12. Harga Pokok Penjualan (HPP)

6.12.1 Perbandingan HPP dan Laba Bruto dengan Periode Sebelumnya

Prosedur pemeriksaan HPP dilakukan auditor dengan cara


mengumpulkan rincian bukti atas akun Harga Pokok Penjualan. Auditor
juga akan melakukan perbandingan rincian akun HPP dengan periode
sebelumnya. Analisis ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat
fluktuasi yang tidak biasa atau signifikan, atau sebaliknya, kurangnya
fluktuasi yang diharapkan. Auditor juga akan melakukan tinjauan
persentase laba bruto dengan perusahaan lain di industri yang sama,
misalnya didasarkan menurut lini produk, menurut wilayah geografis,
atau menurut segmen.

6.12.2 Pemeriksaan Inputan Material dan Tidak Biasa

Pada saat melakukan analisis perbandingan, auditor juga akan


menelusuri perubahan yang tidak biasa atau signifikan dalam persentase
laba bruto berdasarkan ambang materialitas pengujian yang ditetapkan
auditor pada fase perencanaan audit. Ini akan membantu auditor untuk
menentukan apakah perubahan tersebut penting dan memerlukan
penyelidikan lebih lanjut. Penyelidikan lebih lanjut yang mungkin
dilakukan auditor adalah sampai dengan menyusun prosedur
pemeriksaan lebih mendalam pada mutasi akun persediaan dan akun lain
terkait.

Pemilahan mutasi persediaan dan transaksi biaya lain yang


menjadi pertimbangan apakah biaya tersebut dapat diakui sebagai HPP
atau tidak akan dilakukan auditor dengan mendalam. Klien harus
berpedoman bahwa pencatatan HPP adalah harus murni biaya yang
dikeluarkan yang secara langsung berpengaruh pada produk. Umumnya
HPP terdiri dari biaya material langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan

47
biaya overhead. Metode perhitungan alokasi biaya overhead harus secara
tertulis dibuat sebagai SOP perusahaan, agar menjadi dasar yang cukup
untuk manajemen melakukan perhitungan.

6.13. Beban Penjualan

6.13.1 Analisis Konten Beban Penjualan

Prosedur Analisis Konten Beban Penjualan dilakukan auditor


dengan menarik semua jurnal transaksi pada akun beban penjualan,
mengambil sampel transaksi, dan melakukan pemeriksaan dokumen
pendukung (umumnya disebut vouching). Vouching ini dilakukan auditor
dengan cara mengumpulkan bukti-bukti secara sistematis untuk
memverifikasi kebenaran atau validitas informasi dalam laporan
keuangan. Ini dilakukan melalui pemeriksaan dokumen, rekaman, dan
bukti lain yang relevan, serta melakukan tes analitis khusus untuk
memastikan bahwa laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi
yang berlaku. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa beban yang
tercatat pada laporan keuangan dapat diandalkan dan memenuhi syarat
untuk digunakan dalam pengambilan keputusan bisnis.

6.13.2 Perbandingan Beban Penjualan dengan Periode Sebelumnya

Auditor akan melakukan prosedur analitis perbandingan beban


penjualan dengan periode laporan keuangan sebelumnya untuk
memastikan bahwa beban penjualan yang tercatat dan dibukukan telah
disajikan secara benar dalam laporan keuangan. Prosedur ini dilakukan
untuk memastikan bahwa data yang disajikan dalam laporan keuangan
sudah akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Auditor akan
membandingkan data beban penjualan yang tercatat dengan periode
sebelumnya untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan akuntansi
yang terjadi. Prosedur ini juga dilakukan untuk memastikan bahwa
laporan keuangan dari perusahaan telah disajikan dengan benar dan
telah mencerminkan hasil yang sebenarnya.

48
6.14. Beban Umum dan Administrasi

6.14.1 Analisis Konten Beban Umum dan Administrasi

Sama seperti Analisis Konten pada akun Beban Penjualan,


prosedur Analisis Konten pada akun Beban Umum dan Administrasi
dilakukan auditor dengan menarik semua jurnal transaksi pada akun
beban umum dan administrasi, mengambil sampel transaksi, dan
melakukan pemeriksaan dokumen pendukung (vouching). Mereka juga
akan melakukan pemeriksaan dokumen pendukung untuk memastikan
bahwa transaksi tersebut memenuhi standar akuntansi dan memiliki
dasar yang valid.

6.14.2 Prosedur Substantif Penggajian

Klien harus membuat sistem penggajian yang tepat untuk


memastikan bahwa mereka mematuhi semua undang-undang yang
relevan dan peraturan yang berlaku. Sebagian besar perusahaan akan
menyusun dokumentasi lengkap dengan mengumpulkan dokumen
penggajian sebagai bukti bahwa semua transaksi yang dibuat telah sesuai
dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku. Dokumentasi ini
juga yang akan menjadi bukti audit yang digunakan oleh auditor untuk
memastikan bahwa semua transaksi yang berhubungan dengan siklus
penggajian telah dicatat dengan benar.

Dokumen penggajian yang dikumpulkan hendaknya mencakup


informasi seperti jenis pembayaran, jumlah, tanggal, dan tanda tangan,
yang semuanya harus benar dicatat dan disimpan sebagai bukti audit.
Lebih jauh, auditor akan menjalankan prosedur analitis salah satunya
dengan cara membandingkan gaji rata-rata karyawan dengan periode
sebelumnya. Membuat kategori jabatan karyawan (misalnya top
manajemen, middle manajemen dan lower manajemen). Menelusuri
perubahan yang tidak biasa dan menguji transaksi berdasarkan penilaian
risiko dan ambang pengujian yang ditetapkan.

6.14.3 Imbalan Kerja

Auditor akan melakukan penilaian atas entri jurnal yang terkait


dengan beban imbalan kerja, yaitu dengan cara memeriksa asumsi-
asumsi yang digunakan oleh aktuaris yang ditunjuk oleh perusahaan

49
untuk melakukan perhitungan imbalan kerja. Evaluasi kepatuhan
terhadap peraturan dan prosedur yang relevan juga tak luput dilakukan
auditor pada prosedur ini. Auditor juga akan memeriksa entri jurnal yang
berkaitan dengan pembayaran saat ini, untuk menentukan bahwa
pembayaran telah dibuat sesuai dengan kewajiban yang berlaku dan
sesuai dengan kondisi-kondisi dalam perjanjian kerja karyawan. Selain itu,
auditor akan meninjau pendapatan, beban, dan akun lainnya yang
berkaitan dengan beban imbalan kerja dan melakukan pemeriksaan
terhadap semua kebijakan pengelolaan imbalan kerja.

6.14.4 Beban Depresiasi

Pada prosedur ini, auditor akan melakukan rekalkulasi beban


depresiasi yang sudah dilakukan klien pada buku besar aset tetap.
Melakukan rekalkulasi beban depresiasi adalah bagian dari prosedur
audit yang dilakukan oleh auditor. Rekalkulasi beban depresiasi
membantu auditor untuk memastikan bahwa pengakuan beban
depresiasi yang dilakukan oleh klien sesuai dengan standar akuntansi
yang berlaku. Ini juga membantu untuk memastikan bahwa laporan
keuangan yang disajikan oleh perusahaan mencerminkan informasi yang
akurat dan dapat diandalkan tentang aset tetap dan pengakuan beban
depresiasi.

Lebih lanjut, auditor akan menghitung proporsi beban depresiasi


yang masuk ke akun HPP dan masuk ke akun beban umum dan
administrasi. Hal ini biasanya didasarkan pada kegunaan dan lokasi aset
tetap, sehingga pembebanan beban depresiasi tersebut dapat menjadi
akurat. Menghitung proporsi beban depresiasi yang masuk ke akun HPP
dan akun beban umum dan administrasi juga penting untuk memastikan
bahwa pembebanan beban depresiasi sesuai dengan peraturan dan
standar akuntansi yang berlaku. Ini membantu untuk memastikan bahwa
laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan mencerminkan
informasi yang akurat dan dapat diandalkan tentang kinerja perusahaan.

50
6.15. Beban Perpajakan

6.15.1 Denda Pajak

Prosedur audit atas akun denda pajak melibatkan beberapa


tahap, di antaranya adalah:

a. Mendapatkan pemahaman yang baik tentang peraturan pajak


yang berlaku dan bagaimana perusahaan menerapkan peraturan
tersebut.
b. Melakukan tes pencegahan untuk memastikan bahwa
perusahaan memiliki sistem untuk memantau dan membayar
pajak tepat waktu.
c. Memverifikasi bahwa semua denda pajak yang diterima oleh
perusahaan memiliki dasar yang valid dan sesuai dengan
peraturan pajak yang berlaku.
d. Melakukan tes sampling pada beberapa transaksi denda pajak
untuk memastikan bahwa denda tersebut diterapkan dengan
benar dan sesuai dengan peraturan pajak.
e. Menilai apakah perusahaan memiliki proses untuk mengajukan
banding atas denda pajak yang tidak sesuai dengan peraturan.
f. Memastikan bahwa denda pajak yang diterima oleh perusahaan
dicatat dengan benar dalam laporan keuangan.
g. Memastikan bahwa perusahaan memiliki prosedur untuk
memastikan bahwa semua denda pajak yang diterima sudah
dibayar.

Tujuan dari rangkaian langkah ini adalah untuk memastikan


bahwa perusahaan memenuhi peraturan pajak yang berlaku dan bahwa
laporan keuangan mencerminkan posisi denda pajak yang sebenarnya.
Klien harus menyusun dengan baik dokumentasi atas denda pajak ini.
Ketika dokumentasi dan bukti-bukti tidak tersedia atau tidak lengkap,
auditor mungkin mengalami kesulitan dalam melakukan tes pencegahan
dan memverifikasi informasi denda pajak, sehingga dapat mempengaruhi
hasil audit. Oleh karena itu, sangat penting bagi klien untuk memastikan
bahwa dokumentasi dan bukti-bukti atas beban denda pajak disusun dan
disimpan dengan baik setiap periode.

51
6.15.2 Beban Perpajakan Final dan Perpajakan Lainnya

Auditor akan melakukan prosedur audit atas beban perpajakan


final dan perpajakan lainnya dengan menggunakan tes sampling. Dalam
tes sampling, auditor akan memilih beberapa transaksi pajak final dan
pajak lainnya secara acak dan melakukan uji terhadap transaksi tersebut
untuk memastikan bahwa pajak tersebut diterapkan dengan benar dan
sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku. Auditor juga akan
memastikan bahwa denda pajak yang diterima oleh perusahaan dicatat
dengan benar dalam laporan keuangan dan bahwa denda tersebut sesuai
dengan peraturan pajak yang berlaku. Ini penting karena penerapan yang
benar dan tepat dari peraturan pajak dan catatan yang akurat dalam
laporan keuangan akan membantu perusahaan untuk menghindari
masalah pajak di masa yang akan datang.

Dengan melakukan prosedur audit ini, auditor akan membantu


perusahaan untuk memastikan bahwa beban perpajakan final dan
perpajakan lainnya diterapkan dengan benar dan sesuai dengan
peraturan pajak yang berlaku, serta memastikan bahwa laporan
keuangan perusahaan dalam hal pajak memenuhi standar akuntansi yang
berlaku, sehingga memberikan keyakinan yang baik kepada stakeholders
tentang keandalan laporan keuangan perusahaan. Melalui prosedur
audit yang dilakukan secara obyektif dan menyeluruh, auditor dapat
memastikan bahwa penerapan peraturan pajak dan pelaporan keuangan
dalam hal pajak sesuai dengan standar yang berlaku dan diterapkan
dengan benar. Ini penting untuk memastikan keandalan dan integritas
laporan keuangan perusahaan.

Dalam setiap periode, dokumentasi dan bukti-bukti yang baik


sangat penting bagi klien dalam hal pembayaran pajak final. Mereka
harus disimpan dengan baik dan tersedia saat dibutuhkan, karena dapat
membantu klien untuk memastikan bahwa pajak final yang diterima dan
dibayar sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku. Bukti-bukti ini juga
dapat digunakan oleh auditor selama proses audit untuk memverifikasi
informasi pajak final yang diterima dan dibayar oleh klien. Karena itu,
klien harus memastikan bahwa mereka menyusun dan menyimpan
dokumentasi dan bukti-bukti pajak final dengan baik dan tepat waktu,
sehingga mereka dapat memastikan bahwa pembayaran pajak mereka

52
sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku dan memastikan bahwa
mereka dapat menghadapi proses audit jika diperlukan.

53
7. Tahap Penyusunan Opini Auditor
Apa saja yang dilakukan auditor saat menyusun LAI?
Apa saja yang harus dilakukan klien saat auditor menyusun LAI?

Pada bagian ini dibahas mengenai prosedur apa saja yang


dilakukan oleh auditor pada saat proses akhir menyusun opini audit atau
LAI. Tentunya pada tahap ini, auditor sudah mengumpulkan semua bukti
audit yang cukup, tepat dan relevan untuk dijadikan basis opini auditnya.
Pada beberapa kantor akuntan publik, auditor umumnya akan
memberikan daftar permintaan data akhir kepada klien yang isinya
adalah sebagai berikut:

a. Lembar pernyataan independensi akhir yang mencakup hasil


penilaian independensi auditor dari awal sampai dengan akhir
perikatan audit. Lembar yang diserahkan kepada klien ini
bertujuan untuk menegaskan bahwa auditor telah menjalankan
tugasnya secara independen dan bebas dari pengaruh pihak lain
yang dapat memengaruhi hasil audit.
b. Lembar laporan kegiatan audit yang dilakukan oleh auditor
selama aktivitas audit dimulai sampai dengan berakhir beserta
permintaan pelunasan fee audit. Laporan ini berisi informasi
tentang kegiatan audit yang dilakukan oleh auditor, termasuk
hasil identifikasi risiko, daftar temuan audit, dan daftar
rekomendasi yang disampaikan oleh auditor kepada klien.
Permintaan pelunasan fee audit biasanya juga disertakan dalam
laporan ini.
c. Daftar jurnal penyesuaian (jika ada) yang harus diinput ke dalam
sistem laporan keuangan klien. Jurnal penyesuaian ini berisi
informasi tentang perubahan yang perlu dilakukan pada laporan
keuangan klien untuk memastikan bahwa informasi yang
disajikan di dalam laporan keuangan klien dapat benar dan akurat
serta sesuai dengan standar akuntansi.
d. Dokumen approval for printing atau laporan keuangan klien yang
sudah disesuaikan dengan format kantor akuntan publik yang
melakukan audit beserta lembar opini audit. Dokumen ini berisi
laporan keuangan klien yang sudah diubah sesuai dengan

54
rekomendasi auditor, dan lembar opini audit yang diberikan oleh
auditor tentang kewajaran informasi keuangan yang disajikan
dalam laporan keuangan klien. Klien harus memberikan tanda
tangan di setiap halaman pada dokumen ini dan dikembalikan
kepada auditor.

Prosedur yang dilakukan oleh auditor pada saat proses akhir


menyusun opini audit atau LAI ini dapat berbeda bergantung pada kantor
akuntan publik yang melakukan audit. Klien juga harus memahami bahwa
prosedur yang dilakukan oleh auditor pada saat proses akhir menyusun
opini audit atau Laporan Auditor Independen (LAI) dapat berbeda-beda
di setiap kantor akuntan publik, tergantung pada standar audit dan
prosedur yang diterapkan oleh kantor tersebut. Namun, secara umum,
prosedur yang dilakukan pada proses akhir audit meliputi penyelesaian
temuan audit, pengumpulan bukti pendukung, evaluasi keseluruhan hasil
audit, penyusunan opini audit, dan penyampaian hasil audit kepada klien.
Klien juga perlu memastikan bahwa dokumen-dokumen dan informasi
yang diminta oleh auditor telah disediakan dengan lengkap dan akurat
sehingga proses akhir audit dapat berjalan dengan lancar.

55
8. Ringkasan Tahapan dan Prosedur Audit
Pada bagian akhir, kami merangkum penjelasan-penjelasan yang
ada di bagian sebelumnya yang kami anggap paling penting di dalam
buku ini. Rangkuman ini kami buat agar pembaca dapat memiliki daftar
periksa (checklist) tentang apa saja tahapan dan prosedur penting yang
akan dilakukan auditor dalam perikatan audit laporan keuangan.

8.1. Tahapan Audit

a. Penerimaan klien (Client Acceptance).


b. Perencanaan audit (Audit Planninng).
c. Penilaian risiko salah saji material (Assess Risk of Material
Misstatement).
d. Pengembangan respon risiko (Develop Risk Response).
e. Menjalankan reson risiko (Perform Risk Response).
f. Kesimpulan (Conclusion).
g. Pelaporan (Reporting).

8.2. Siklus Transaksi

Siklus transaksi yang umum untuk dijalankan prosedur WT dan


TOC pada saat audit interim oleh auditor kepada klien adalah transaksi
berikut:

a. Siklus pembelian perusahaan.


b. Siklus penjualan perusahaan.
c. Siklus pengeluaran kas perusahaan.
d. Siklus penerimaan kas perusahaan.
e. Siklus Financial Statement Closing Process (FSCP).

8.3. Persiapan Klien Atas Audit Pada Akun

Juga sebagai pengayaan, pada ringkasan persiapan klien atas


audit pada akun kami juga memberikan poin prosedur pada akun yang

56
tidak kami bahas di bagian sebelumnya karena kami berpendapat bahwa
mungkin akun tersebut tidak ada pada laporan keuangan UMKM secara
umum.

A. Kas dan Deposito Jangka Pendek


1. Konfirmasi bank.
Mengirim konfirmasi saldo kas di bank atas rekening
penyimpanan dana entitas klien, termasuk rekening bank yang
ditutup selama periode berjalan. Melakukan konfirmasi
hubungan entitas klien dengan bank (misalnya kontinjensi, hak
gadai, jaminan, dan pembatasan aset entitas).
2. Rekonsiliasi bank.
Melakukan pemeriksaan rekonsiliasi bank entitas klien pada akhir
periode. Menelusuri seluruh item berdasarkan ambang batas
pengujian yang ditetapkan.
3. Pisah batas kas.
Menguji pisah batas penerimaan dan pengeluaran kas atas
transaksi yang dilakukan melalui rekening bank yang berbeda
pada tanggal neraca.

B. Surat Berharga
1. Verifikasi keberadaan dan kepemilikan – surat berharga.
Verifikasi keberadaan dan kepemilikan surat berharga yang
tercatat melalui konfirmasi dan pemeriksaan bukti kepemilikan
(misalnya, sertifikat saham, laporan bank, laporan broker).
2. Penilaian pasar – surat berharga.
Mengumpulkan informasi harga pasar atau bukti yang relevan
dari nilai surat berharga.
3. Penilaian terhadap kebijakan akuntansi – surat berharga.
Menguji bahwa surat berharga dicatat sesuai dengan kebijakan
akuntansi entitas dan prinsip akuntansi berterima umum.
4. Reklasifikasi perdagangan dan portofolio investasi – surat
berharga.
Mengumpulkan serta memeriksa dokumen perdagangan dan
portofolio investasi untuk menentukan validitas reklasifikasi

57
investasi, mengacu pada kebijakan akuntansi entitas dan prinsip
akuntansi berterima umum.

C. Piutang Usaha
1. Pemeriksaan buku besar pembantu dengan buku besar – piutang
usaha.
Menelusuri dan menguji seluruh akun piutang usaha berdasarkan
ambang batas yang ditetapkan.
2. Verifikasi – piutang usaha.
Melakukan verifikasi piutang usaha kepada debitur. Memeriksa
dokumen pendukung.
3. Prosedur rollforward – piutang usaha.
Menelusuri peristiwa atau transaksi yang terjadi dari tanggal
interim ke tanggal neraca.
4. Pisah batas piutang usaha.
Melakukan prosedur analitis untuk mengidentifikasi volume
penjualan dengan cara memeriksa daftar penjualan, penagihan,
dokumen pengiriman, dan dokumen pendukung lainnya sebelum
dan setelah akhir periode.
5. Penurunan nilai piutang usaha (cadangan kerugian piutang).
Mengidentifikasi penyisihan penurunan nilai piutang usaha
(penyisihan piutang tak tertagih), dan mengevaluasi kesesuaian
metode yang digunakan untuk menghitung penyisihan piutang
tak tertagih.
6. Penyesuaian lainnya.
Mengevaluasi kecukupan penyesuaian lain, misalnya rabat,
memo kredit dan diskon.
7. Saldo kredit piutang usaha.
Mengidentifikasi daftar saldo kredit piutang usaha dan
menelusuri seluruh item berdasarkan ambang batas pengujian
yang ditetapkan.

58
D. Persediaan
1. Pengamatan fisik persediaan.
Mengevaluasi prosedur dan pengendalian internal manajemen
dalam mencatat, menghitung, dan mengendalikan fisik
persediaan. Memastikan bahwa persediaan telah tercatat secara
akurat.
2. Prosedur rollforward – persediaan.
Menelusuri peristiwa atau transaksi yang terjadi dari tanggal
interim ke tanggal neraca.
3. Pisah batas persediaan.
Menelusuri informasi pisah batas persediaan yang diperoleh
selama pengamatan fisik dan membandingkan dengan catatan
akuntansi penjualan dan pembelian.
4. Kesesuaian penilaian dengan prinsip akuntansi berterima umum.
Menguji penilaian persediaan untuk memverifikasi bahwa
penilaian persediaan telah sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum.
5. Menguji nilai persediaan.
Menguji nilai persediaan untuk mengurangi persediaan yang
telah usang menjadi nilai persediaan bersih. Melakukan verifikasi
bahwa nilai persediaan telah dibuat sesuai dengan prinsip
akuntansi berterima umum.

E. Aset Keuangan Lancar


1. Verifikasi keberadaan dan penilaian.
Melakukan verifikasi keberadaan aset keuangan lancar, serta
menilai aset keuangan lancar yang tercatat melalui pemeriksaan
dokumen pendukung yang relevan.

F. Investasi
1. Verifikasi keberadaan dan kepemilikan.
Verifikasi keberadaan dan kepemilikan investasi yang dicatat oleh
manajemen, termasuk investasi pada entitas asosiasi, melakukan
konfirmasi atau pemeriksaan dokumen sebagai bukti
kepemilikan.

59
2. Penilaian – investasi.
Memeriksa laporan keuangan manajemen dan menguji bahwa
investasi diklasifikasikan, dicatat, dan diukur sesuai dengan
kebijakan akuntansi entitas dan prinsip akuntansi berterima
umum.
3. Pengujian penurunan nilai – investasi.
Menguji informasi yang diperoleh selama audit untuk
menentukan apakah manajemen telah mengidentifikasi indikator
penurunan nilai yang tepat dan melakukan verifikasi bahwa
penyesuaian telah dilakukan sesuai dengan kebijakan akuntansi
entitas dan prinsip akuntansi berterima umum.
4. Reklasifikasi perdagangan dan portofolio investasi.
Mengumpulkan dan mengidentifikasi dokumen untuk
menentukan validitas dan reklasifikasi investasi. Dengan
mengacu pada kebijakan akuntansi entitas dan prinsip akuntansi
berterima umum.
5. Perubahan nilai investasi.
Mengidentifikasi dan memastikan perubahan nilai investasi
dicatat dengan benar dalam laporan laba rugi atau penghasilan
komprehensif lain.

G. Pihak-Pihak Berelasi (Intercompany)


1. Verifikasi saldo akun antar perusahaan.
Mengumpulkan informasi daftar anak perusahaan, termasuk
utang dan piutang kepada entitas anak, mencocokan saldo akun
dengan akun entitas anak (metode ekuitas).
2. Penilaian akun antar perusahaan.
Menguji jumlah akun antar perusahaan. Memastikan bahwa tidak
ada transaksi antar perusahaan saat konsollidasi.
3. Pisah batas akun antar perusahaan.
Menguji batas waktu dengan memeriksa daftar penjualan,
tagihan, dokumen pengiriman, dan dokumen pendukung lainnya
sebelum dan setelah akhir periode.
4. Penyisihan penurunan nilai piutang antar perusahaan (penyisihan
piutang tak tertagih antar perusahaan).

60
Mengevaluasi kecukupan bukti penyisihan penurunan nilai
piutang antar perusahaan dengan mempertimbangkan umur,
kolektibilitas, dan temuan dari proses audit yang telah dilakukan.

H. Aset Keuangan Tidak Lancar


1. Verifikasi aset keuangan tidak lancar.
Melakukan rekonsiliasi buku besar pembantu dengan buku besar
aset keuangan tidak lancar, melakukan verifikasi keberadaan dan
kepemilikan aset keuangan tidak lancar dengan cara mengirim
konfirmasi, serta melakukan pemeriksaan dokumen pendukung.
2. Penilaian aset keuangan tidak lancar.
Menilai jumlah tercatat aset keuangan tidak lancar.
3. Penurunan nilai - aset keuangan tidak lancar.
Mengidentifikasi penilaian penurunan nilai aset keuangan tidak
lancer dan melakukan verifikasi bahwa penilaian penurunan nilai
aset keuangan tidak lancer telah sesuai dengan kebijakan entitas
klien dan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.

I. Aset Tetap
1. Identifikasi buku besar pembantu dengan buku besar.
Mengumpulkan informasi dan dokumen aset tetap, termasuk
sewa yang dikapitalisasi, penambahan aset tetap, penjualan aset
tetap, reklasifikasi, depresiasi, deplesi dan/atau amortisasi.
2. Penambahan dan pengurangan.
Mengumpulkan dokumen bukti penambahan dan pengurangan
aset tetap selama periode berjalan, mengidentifikasi faktur,
otorisasi pengeluaran modal, sewa dan dokumen lain yang
relevan dengan penambahan dan pengurangan aset tetap.
3. Depresiasi, deplesi, dan amortisasi.
Menguji metoda penyusutan depresiasi, deplesi, dan amortisasi
dengan mengacu pada kebijakan akuntansi entitas dan prinsip
akuntansi berterima umum.
4. Penurunan nilai aset tetap.
Mengumpulkan informasi penurunan nilai aset tetap dan
mengidentifikasi indikator penurunan nilai yang tepat dan

61
melakukan verifikasi bahwa penyesuaian telah dibuat sesuai
dengan kebijakan akuntansi entitas dan prinsip akuntansi
berterima umum.

J. Aset Takberwujud
1. Bukti perubahan aset takberwujud.
Mengumpulkan bukti perubahan aset takberwujud, termasuk
goodwill, dan menguji dasar penambahan, amortisasi, dan
pelepasan yang dicatat. Memeriksa faktur, otorisasi, kontrak
perjanjian, dan dokumen lain yang relevan dengan kepemilikan
aset takberwujud yang dikapitalisasi dan dilepas selama periode
tersebut.
2. Penurunan nilai aset takberwujud.
Melakukan verifikasi bahwa penyesuaian telah dibuat sesuai
dengan kebijakan akuntansi entitas dan prinsip akuntansi
berterima umum.

K. Wesel Bayar
1. Verifikasi wesel bayar.
Melakukan konfirmasi wesel bayar, meninjau dokumen
pendukung yang relevan mengenai jumlah yang terutang,
persyaratan, jaminan, dan kepatuhan entitas terhadap ketentuan
pinjaman. Menelaah kewajaran perhitungan beban bunga dan
utang bunga.
2. Inspeksi kontrak.
Memeriksa dokumen perjanjian pinjaman atau peraturan
pinjaman jangka pendek lainnya (misalnya, anjak piutang) untuk
menentukan persyaratan, batasan, jalur kredit, dan ketentuan
yang relevan.
3. Kepatuhan kontrak.
Mengidentifikasi bukti lain yang berkaitan dengan kepatuhan
terhadap persyaratan, batasan, atau ketentuan lain dari
perjanjian pinjaman.

62
L. Utang Usaha
1. Mengidentifikasi buku besar pembantu – utang usaha.
Mengidentifikasi buku besar pembantu dengan buku besar utang
usaha, menelusuri seluruh item serta melakukan rekonsiliasi
berdasarkan ambang batas yang telah ditetapkan.
2. Review utang usaha lain-lain.
Mengumpulkan informasi akun utang lain-lain berdasarkan buku
besar pembantu untuk memverifikasi dan mengklasifikasi bahwa
penilaian sesuai dengan kebijakan akuntansi entitas dan prinsip
akuntansi berterima umum.
3. Pisah batas utang usaha.
Menguji pisah batas barang dan jasa yang diterima entitas
berdasarkan memo kredit pemasok untuk memverifikasi bahwa
transaksi dicatat dengan benar sesuai periode berjalan.
4. Menelusuri utang usaha yang tidak tercatat.
Menelusuri utang usaha yang tidak tercatat pada akhir periode,
menentukan pembayaran berikutnya sebagai dasar evaluasi,
serta mengumpulkan informasi atas faktur yang tidak relevan.

M. Pajak Penghasilan, Pajak Tangguhan, dan Akun Laporan Laba


Rugi Terkait
1. Rekonsiliasi fiskal.
Menguji rekonsiliasi fiskal, melakukan validasi pemisahan antara
perbedaan permanen dan temporer, dan membandingkan item
rekonsiliasi fiskal dengan periode sebelumnya dan memeriksa
dokumen pendukung yang relevan.
2. Ketentuan pajak penghasilan.
Menguji perhitungan provisi pajak penghasilan kini dan
tangguhan untuk periode berjalan dan merekonsiliasi ke akun
neraca dan laporan laba rugi.
3. Pemulihan aset pajak tangguhan.
Menelusuri pemulihan aset pajak tangguhan berdasarkan
kebijakan akuntansi entitas dan prinsip akuntansi berterima
umum.
4. Pergerakan saldo akun pendapatan pajak.

63
Meninjau pergerakan saldo akun pajak penghasilan dari periode
sebelumnya (termasuk pajak terutang atau ditangguhkan) dan
perubahan dalam pemulihan aset pajak tangguhan.
5. Ketentuan pajak tidak pasti.
Menentukan provisi yang sesuai dengan undang-undang
perpajakan.

N. Utang Usaha Lain-Lain


1. Ketepatan dan kelengkapan.
Mengumpulkan informasi utang usaha lain-lain, mengidentifikasi
bahwa utang lain-lain sesuai dengan buku besar. Meninjau
kebenaran dan kelengkapan sesuai dengan kebijakan akuntansi
entitas, menguji jumlah yang tercatat.
2. Kewajiban atas imbalan paca kerja.
Menelaah perhitungan kewajiban imbalan pasca kerja.
3. Menelusuri kewajiban lain-lain yang tidak tercatat.
Menelusuri kewajiban lain-lain yang tidak tercatat, misalnya
terkait dengan kotrak karyawan, kontrak sewa-menyewa, bunga,
penjualan (jaminan produk, layanan, komisi pengembalian),
pembelian (barang, jasa, lisensi, royalty), dan layanan (audit,
pajak, hukum dan konsultasi).

O. Pinjaman dan Pinjaman Tidak Lancar, Sewa Guna Usaha, dan


Laporan Laba Rugi Terkait
1. Pinjaman dan pinjaman tidak lancar, beban bunga, dan
kepatuhan terhadap perjanjian.
Mengumpulkan informasi pinjaman dan bunga tidak lancar.
Menelaah kewajaran perhitungan beban bunga dan utang
bunga. Menguji kepatuhan atas persyaratan, jatuh tempo,
perjanjian, atau ketentuan perjanjian pinjaman lainnya.
2. Pemeriksaan perjanjian baru.
Memeriksa dokumen salinan asli atau yang diautentikasi dari
perjanjian pinjaman tidak lancar, atau dokumen terkait lainnya
untuk menguji persyaratan, perjanjian yang membatasi, dan
ketentuan yang relevan dari pinjaman tidak lancar.

64
3. Review balasan konfirmasi hak gadai, perjanjian dan agunan.
Meninjau balasan bukti konfirmasi hak gadai, hak jaminan,
derivatif, dan aset yang digunakan untuk jaminan, identifikasi
akun buku besar terkait dan verifikasi pengungkapan.
4. Verifikasi keberadaan dan kewajiban – Pinjaman dan pinjaman
tidak lancar.
Melakukan konfirmasi pinjaman dan pinjaman tidak lancar
meninjau dokumentasi pendukung mengenai jumlah terutang,
persyaratan, jaminan, jatuh tempo, dan kepatuhan entitas
terhadap ketentuan perjanjian.
5. Sewa dan kontrak sewa.
Meninjau informasi sewa dan kontrak sewa, menguji laporan
entitas (misalnya, sewa operasi atau keuangan) dengan mengacu
pada kebijakan akuntansi entitas dan prinsip akuntansi berterima
umum. Meninjau dan menguji bukti pendukung biaya sewa.

P. Ekuitas
1. Laporan perubahan ekuitas.
Mengumpulkan dokumen yang relevan, termasuk saham dan
laba ditahan. Mengidentifikasi akun buku besar, menguji laporan
perubahan ekuitas berdasarkan bukti yang telah diperoleh dari
akhir periode sebelumnya ke akhir periode saat ini, melakukan
verifikasi atas kebijakan akuntansi laporan perubahan ekuitas
(misalnya, distribusi laba, pengurangan atau peningkatan
ekuitas), menentukan kelengkapan dan kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan perpajakan. Melakukan
konfirmasi dengan pemegang saham.
2. Pembayaran dividen.
Mengumpulkan informasi bahwa semua pembayaran dividen
telah disetujui, pengumuman dividen dilakukan dengan benar,
dan mematuhi peraturan perpajakan.

65
Q. Pendapatan
1. Tinjauan Analitis Pendapatan Keseluruhan
Melakukan perbandingan antara pendapatan periode yang
sedang diaudit dengan pendapatan periode yang sama pada
tahun-tahun sebelumnya atau dengan pendapatan rata-rata dari
beberapa tahun terakhir.
2. Prosedur Pengakuan Pendapatan
Memastikan bahwa semua akun pendapatan yang tercantum
dalam laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku.

R. Pendapatan Operasional Lain-lain


1. Pendapatan operasional lainnya.
Mengumpulkan bukti transaksi akun pendapatan operasional
lainnya, termasuk akun pendapatan lain-lain. Menelusuri setiap
transaksi yang tidak biasa dan menguji transaksi berdasarkan
penilaian risiko dan ambang pengujian yang ditetapkan.

S. Pendapatan Keuangan
1. Pendapatan bunga dan dividen.
Menguji pendapatan bunga dan dividen atas investasi yang
dilakukan oleh entitas klien atau memeriksa kewajaran dengan
membandingkan dengan saldo investasi.

T. Beban Pokok Penjualan


1. Perbandingan beban pokok penjualan dan margin kotor dengan
periode sebelumnya.
Mengumpulkan rincian akun biaya penjualan. Membandingkan
rincian akun beban pokok penjualan dengan periode
sebelumnya. Menjelaskan fluktuasi yang tidak biasa atau
signifikan, termasuk kurangnya fluktuasi yang diharapkan.
Meninjau persentase margin kotor (misalnya, menurut lini
produk, wilayah geografis atau segmen) dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. Menelusuri perubahan yang tidak biasa atau

66
signifikan dalam persentase margin kotor berdasarkan ambang
pengujian yang ditetapkan.

U. Penggajian
1. Prosedur Substantif Penggajian.
Mengembangkan sistem penggajian dan mengumpulkan
dokumen perubahan penggajian. Membandingkan gaji rata-rata
karyawan dengan periode sebelumnya. Membuat kategori
jabatan karyawan (misalnya top manajemen, middle manajemen
dan lower manajemen). Menelusuri perubahan yang tidak biasa
dan menguji transaksi berdasarkan penilaian risiko dan ambang
pengujian yang ditetapkan.
2. Imbalan Pasca Kerja.
Menguji entri jurnal sehubungan dengan biaya imbalan pasca
kerja, pembayaran saat ini dan perubahan cadangan imbalan
pasca kerja.

V. Beban Penjualan dan Distribusi


1. Prosedur substantif beban penjualan dan distribusi.
Mengumpulkan rincian akun biaya penjualan dan distribusi,
membandingkan rincian akun biaya penjualan dan distribusi
dengan periode sebelumnya. Menelusuri transaksi yang tidak
biasa dan menguji transaksi lain berdasarkan penilaian risiko
berdasarkan ambang batas pengujian yang ditetapkan.

W. Beban Administrasi dan Operasional Lainnya


1. Administrasi dan operasional lainnya.
Mengumpulkan bukti transaksi atas akun beban administrasi dan
operasional lainnya. Membandingkan beban administrasi dan
operasional lainnya dengan periode sebelumnya dan menelusuri
transaksi yang tidak biasa. Menguji transaksi berdasarkan
penilaian risiko berdasarkan ambang batas pengujian yang
ditetapkan.

67
DAFTAR PUSTAKA
Albitar, K., Gerged, A. M., Kikhia, H., & Hussainey, K. (2021).
Auditing in times of social distancing: the effect of COVID-19
on auditing quality. International Journal of Accounting and
Information Management, 29(1), 169–178.
https://doi.org/10.1108/IJAIM-08-2020-0128

Alvin, A. ,and, & Elder Beasley. (2021). The Art and Science of
Assurance Engagements.

American Institute of Certified Public Accountant (AICPA). (2012a).


Audit Evidence.
https://us.aicpa.org/content/dam/aicpa/research/standards/au
ditattest/downloadabledocuments/au-c-00500.pdf

American Institute of Certified Public Accountant (AICPA). (2012b).


Audit Guide: Analytical Procedures. American Institute of
Certifed Public Accountants, Inc.
https://doi.org/10.3139/9781569905425.005

Arens, A., Randal, E., & Beasley, M. S. (2012). Auditing and


Assurance Services : An Integrated Approach. In Fourteenth
Edition (Fourteenth). Pearson Prentice Hall.

Chartered Accountants Australia and New Zealand. (2021). Audit &


Assurance (Issue January). Chartered Accountants Program.

Dewan Standar Akuntansi Keuangan. (2008). PSAK 14: Persediaan.


http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/sak

Dewan Standar Akuntansi Keuangan. (2010a). PSAK 8 Peristiwa


Setelah Periode Pelaporan. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-
keuangan/pernyataan-sak-13-psak-8-peristiwa-setelah-
periode-pelaporan

Dewan Standar Akuntansi Keuangan. (2010b). PSAK 10: Pengaruh


Perubahan Kurs Valuta Asing.
http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/sak

68
Dewan Standar Akuntansi Keuangan. (2010c). PSAK 23:
Pendapatan. http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-
keuangan/sak

Dewan Standar Akuntansi Keuangan. (2013). PSAK 68: Pengukuran


Nilai Wajar. http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-
keuangan/sak

Dewan Standar Akuntansi Keuangan. (2015). PSAK 16: Aset Tetap.


http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/sak

Dewan Standar Akuntansi Keuangan. (2017). PSAK 72 Pendapatan


dari Kontrak dengan Pelanggan (Issue 1). Graha Akuntan :
Jakarta.

Jans, M., Alles, M., & Vasarhelyi, M. (2013). The case for process
mining in auditing: Sources of value added and areas of
application. International Journal of Accounting Information
Systems, 14(1), 1–20.
https://doi.org/10.1016/j.accinf.2012.06.015

Messier, W. F., & Plumlee, R. D. (1987). The Effects of Anticipation


and Frequency of Errors on Auditors’ Selection of Substantive
Procedures. Accounting and Business Research, 17(68), 349–
357. https://doi.org/10.1080/00014788.1987.9729818

Nugraha, F. K. (2020). Akuntansi Manajemen Untuk UMKM (1st ed.).


Penerbit FA. https://www.penerbitfa.com/

Republik Indonesia. (2008). Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 20 Tahun 2008. 1.

Rummell, J. E., & Weickgenannt, A. B. (2021). Planning for


substantive testing at the assertion level: A training activity
and mini case. Current Issues in Auditing, 15(1), I15–I30.
https://doi.org/10.2308/CIIA-2020-003

The International Auditing and Assurance Standards Board. (2012).


International Standard On Auditing 200: Overall Objectives Of
The Independent Auditor And The Conduct Of An Audit In
Accordance With International Standards On Auditing. In

69
Handbook of International Quality Control, Auditing Review,
Other Assurance, and Related Services Pronouncements.
http://www.ifac.org/sites/default/files/publications/files/2012
IAASB Handbook Part I_Web.pdf

70
TENTANG PENULIS

ANANTA W. SASONGKO,
SE., M.S.A., ACPA.

Saat ini, penulis mengemban jabatan sebagai


Direktur FA Indonesia dan membawa visi
utama Perusahaan yaitu Spirit and Hope.
Di sela-sela kesibukannya, saat ini penulis
juga merupakan seorang Dosen Akuntansi
dan Audit di Universitas Merdeka Malang.
Penulis menyelesaikan studi magister di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya Malang.

Penulis memiliki pengalaman selama lebih


dari 12 tahun sebagai Akuntan di beberapa
Perusahaan (PT Astra International Tbk, Persada Hospital, Bukitjaya Group,
Mount Scopus Group, dan PJM Group) dan Auditor di salah satu Firma Akuntansi
Terbesar di Dunia (Big 4 Public Accountant Firm) yaitu Ernst & Young LLP.

Pada bidang pendidikan tinggi, selain menjadi dosen di Universitas Merdeka


Malang, penulis juga berpengalaman menjadi salah satu pengajar Auditing,
Akuntansi, Sistem Informasi Akuntansi, Akuntansi Biaya dan Audit dengan status
Dosen Luar Biasa pada beberapa Universitas Swasta di Kota Malang seperti STIE
Asia Malang dan STIE Indocakti Malang.

71
FARHANI K. NUGRAHA,
S.E., M.S.A., Ak., CA.

Penulis adalah seorang akuntan profesional


yang mendapatkan izin dari Kementerian
Keuangan Republik Indonesia untuk
memberikan jasanya kepada publik melalui
Kantor Jasa Akuntan (KJA) Farhani K.N.,
S.E., M.S.A., Ak., CA.

Penulis telah banyak terlibat untuk


membantu usaha kecil dan menengah
dalam menerapkan sistem akuntansi serta
mengelola keuangan. Gelar Sarjana
Ekonomi diperoleh dari Universitas
Muhammadiyah Malang. Menyelesaikan Pendidikan Profesi Akuntan di
Universitas Brawijaya, Malang. Dari universitas yang sama juga memperoleh
gelar Magister Sains Akuntansi. Kemudian diberikan gelar Chartered Accountant
oleh Ikatan Akuntan Indonesia pada tahun 2018.

Saat ini penulis juga mengabdi di Institut Teknologi dan Bisnis Tuban sebagai
Wakil Rektor II dan dosen tetap Program Studi Bisnis Digital. Buku yang pernah
ditulis dan diterbitkan antara lain: Akuntansi Manajemen Untuk UMKM (2020).

72
MUHAMMAD DIMAR ALAM,
S.E., M.Acc.

Penulis adalah seorang alumnus dari School


of Business, Australian National University,
Canberra, Australia.

Berpengalaman lebih dari 4 tahun dalam


bidang finance dan akuntansi (Rindapro,
MGS) serta Auditor di salah satu Firma
Akuntansi Terbesar di Dunia (Big 4 Public
Accountant Firm) Ernst & Young LLP.
Pernah bekerja pada salah satu Perusahaan
di Australia sebagai Finance Controller.
Penulis juga pernah menjadi salah satu Key
Account Manager pada FA Indonesia dan menjadi partner di FA Consult.
Sebelum akhirnya di tahun 2022 penulis bersama beberapa rekanan mendirikan
L9 Consulting.

Penulis juga memiliki pengalaman menulis buku yang berjudul Akuntabilitas dan
Pelaporan Keberlanjutan: Konsep dan Materialitas di tahun 2022.

Saat ini, penulis berprofesi sebagai Dosen Akuntansi pada Universitas Brawijaya
Malang dalam rumpun pengajaran Manajemen Keuangan & Risiko, Akuntansi
Manajemen dan Akuntansi Keuangan. Penulis juga menjadi praktisi dan
menjabat sebagai Managing Partner dari L9 Consulting Indonesia, perusahaan
yang bergerak di bidang jasa konsultasi manajemen dan dan solusi bisnis yang
berada di kota Malang dengan klien-klien yang berasal dari sektor publik dan
sektor privat.

73
74

Anda mungkin juga menyukai