Anda di halaman 1dari 31

MENGANALISIS MODEL EBP (EVIDANCE BASED

PRACTICE)
Untuk Memehuni Mata Ajar EBP (Evidance Based Practice)

Dosen Pengampu: Murtiningsih, S.Kep., Ns.,Sp.Kep.Mat

Disusun Oleh :

1. M.Agus jabir NPM: 2250311006


2. Lia yuliana NPM: 2250311007
3. Inten herlianti anugerah NPM: 2250311008

4. Ade supriatna NPM: 2250311009


5. Muh .Fadli Nur NPM: 2250311010

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
ILMU KEPERAWATAN (S-2)
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya Kelompok dapat menyelesaikan tugas Makalah Ilmiah
Keperawatan yang berjudul “Menganalisis Model EBP (Evidence Based
Practice)“ ini dengan tepat waktu.

Tugas ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas mata
kuliah EBP (Evidence Based Practice/Praktik Berbasis Bukti). Kelompok
menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih belum sempurna, hal ini
dikarenakan keterbatas dan kemampuan yang kami miliki, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna untuk
kesempurnaan tugas ini.

Akhir kata semoga tugas mata kuliah Sains Keperawatan ini dapat
bermanfaat bagi kelompok khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Semoga
Tuhan Yang Maha Esa membalas budi kebaikan dan menjadikan pahala bagi
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini hingga selesai.

Bandung, Oktober2022

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................................1

1.2 Tujuan..............................................................................................................2

1.3 Manfaat............................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi EBP....................................................................................................3

2.2 Model Implementasi Evidence Based Practice...............................................3

2.3 Komponen Evidence Based Practice...............................................................7

2.4 Manfaat Evidence Based Practice...................................................................10

2.5 Proses Evidence Based Practice......................................................................10

2.6 Pelaksanaan EBP pada Keperawatan..............................................................17

2.7 Hambatan Pelaksanaan EBP pada Keperawatan.............................................18

BAB III FENOMENA KASUS DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN

3.1 Hubungan Tingkat Pendidikan Perawat Dengan Kompetensi Aplikasi


Evidence-Based Practice............................................................................19

3.2 Pengembangan Sistem Aplikasi Online untuk Penerapan Evidence Based


Nursing Practice.........................................................................................21

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan......................................................................................................24

4.2 Saran................................................................................................................25

iii
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................26

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Evidence based practice (EBP) menjadi sangat penting karena
isu patient centered care yang semakin banyak digaungkan di dunia
kesehatan dan keperawatan. Proses keperawatan yang dimiliki oleh perawat
dan juga petugas kesehatan lainnya dititik beratkan dan berfokus hanya pada
pasien dan semua keputusan yang berhubungan dengan kesehatan dan
perawatan pasien hanya diletakkan di tangan pasien. Artinya, pasien memiliki
hak penuh untuk menentukan nasib perawatan kesehatannya sendiri
berdasarkan hasil diskusi dengan tenaga kesehatan yang profesional.
Evidence based practice (EBP) adalah sebuah proses yang akan
membantu tenaga kesehatan agar mampu uptodate atau cara agar mampu
memperoleh informasi terbaru yang dapat menjadi bahan untuk membuat
keputusan klinis yang efektif dan efisien sehingga dapat memberikan
perawatan terbaik kepada pasien (Macnee, 2011).
Sedangkan menurut (Bostwick, 2013) evidence based practice adalah
starategi untuk memperolah pengetahuan dan skill untuk bisa meningkatkan
tingkah laku yang positif sehingga bisa menerapakan EBP didalam praktik.
Dari kedua pengertian EBP tersebut dapat dipahami bahwa EBP merupakan
suatu strategi untuk mendapatkan knowledge atau pengetahuan terbaru
berdasarkanevidence atau bukti yang jelas dan relevan untuk membuat
keputusan klinis yang efektif dan meningkatkan skill dalam praktik klinis
guna meningkatkan kualitas kesehatan pasien.
Namun demikian untuk mengintegrasikan dan
mengimplementasikan evidence based kedalam praktik ada banyak hal yang
perlu diperhatikan dan dipertimbangkan oleh tenaga kesehatan.
Evidence terbaru mempunyai konsep yang relevan dengan kondisi dilapangan
dan apakah faktor yang mungkin menjadi hambatan dalam pelaksanaan
evidence based tersebut dan berapa biaya yang mungkin perlu disiapkan
seperti misalnya kebijakan pimpinan, pendidikan perawat dan sumber daya
yang ahli dalam menerapkan dan mengajarkan EBP, sehingga tidak
semua evidence bisa diterapkan dalam membuat keputusan atau mengubah
praktek (Salminen et al., 2014).
Oleh karena itu EBP merupakan jalan untuk mentransformasikan hasil
penelitian ke dalam praktek sehingga perawat dapat meningkatkan “quality of
care” terhadap pasien. Selain itu implementasi EBP juga akan menurunkan
biaya perawatan yang memberi dampak positif tidak hanya bagi pasien,
perawat, tapi juga bagi institusi pelayanan kesehatan.
Penggunaan evidence base dalam praktek akan menjadi dasar
scientific dalam pengambilan keputusan klinis sehingga intervensi yang
diberikan dapat dipertanggungjawabkan. Sayangnya pendekatan evidence
base di Indonesia belum berkembang termasuk penggunaan hasil riset ke
dalam praktek. Tidak dapat dipungkiri bahwa riset di Indonesia hanya untuk
kebutuhan penyelesaian studi sehingga hanya menjadi tumpukan kertas
semata. Untuk itu perlu diketahui lebih lanjut tentang metode dan proses
practice evidence based secara menyeluruh.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan permasalahannya
adalah untuk menganalisis metode model EBP dalam keperawatan sehingga
evidence base practice dapat diterapkan diberbagai pelayanan keperawatan.

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini untuk menjelaskan dan menelaah


model dan langkah-langkah penggunaan evidence based practice (EBP) di
tatanan klinis keperawatan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Evidence Based Practice (EBP)


menurut Melnyk & Fineout-Overholt (2011) Evidence Based Practice
in nursing adalah penggunaan bukti eksternal, bukti internal (Clinical
expertise), seta manfaat dan keinginan pasien untuk mendukung pengambilan
keputusan di pelayanan kesehatan.

2.2 Model Implementasi Evidence Based Practice

a. Model Settler

Model pemanfaatan penelitian Stetler membantu praktisi menilai


bagaimana temuan penelitian dan bukti relevan lainnya dapat diterapkan
dalam praktik. Model ini mengkaji bagaimana menggunakan bukti untuk
menciptakan perubahan formal dalam organisasi, serta bagaimana praktisi
individu dapat menggunakan penelitian secara informal sebagai bagian
dari pemikiran kritis dan praktik reflektif. Model tersebut menghubungkan
penggunaan penelitian, sebagai langkah pertama, dengan praktik berbasis
bukti. Model Stetler menyediakan cara untuk memikirkan hubungan antara
penggunaan penelitian dan praktik berbasis bukti. Kedua konsep ini tidak
sama. Mengintegrasikan kedua konsep meningkatkan aplikasi penelitian
secara keseluruhan. (Stetler, 1994).

Model penggunaan penelitian Stetler didasarkan pada gagasan


bahwa karakteristik internal pengguna, serta faktor lingkungan eksternal,
memengaruhi penggunaan pengetahuan (Stetler, 2001, hlm. 274; Stetler,
2010, hlm. 59-60).

Langkah-langkah menggunakan metode/alat model praktik berbasis


bukti Stetler terdiri dari lima fase (Stetler, 1994; Stetler, 2001; Stetler,
2010). Setiap fase dirancang untuk:

3
1) Memfasilitasi pemikiran kritis tentang aplikasi praktis dari temuan
penelitian;

2) Melibatkan penggunaan bukti dalam konteks praktik sehari-hari; dan

3) Mengurangi beberapa kesalahan yang dibuat dalam pengambilan


keputusan.

Merupakan seperangkat perlengkapan/media penelitian untuk


meningkatkan penerapan evidence based 5 langkah dalam Model Settler:

1) Fase 1. Persiapan

Tujuan, Konteks dan Sumber Bukti Penelitian

- Mengidentifikasi tujuan dari bukti konsultasi (seperti kebutuhan


untuk memecahkan masalah atau merevisi kebijakan yang ada) dan
sumber terkait yang relevan.

- Mengenali kebutuhan untuk mempertimbangkan faktor kontekstual


penting yang dapat mempengaruhi implementasi.

- Perhatikan bahwa alasan menggunakan bukti juga akan


mengidentifikasi hasil yang terukur untuk Fase V (Evaluasi).

2) Fase 2. Validasi

Kredibilitas Temuan dan Potensi/Detail Kualifikasi Aplikasi


- Menilai setiap sumber bukti untuk tingkat kredibilitas keseluruhan,
penerapan dan rincian operasional, dengan asumsi bahwa studi
metodologis yang lemah masih dapat memberikan informasi yang
berguna sehubungan dengan bukti tambahan.
- Tentukan apakah sumber yang diberikan tidak memiliki kredibilitas
atau kecocokan dan dengan demikian apakah akan menerima atau
menolaknya untuk sintesis dengan bukti lain (daripada hanya
menentukan apakah bukti itu lemah atau kuat).
- Meringkas detail yang relevan mengenai setiap sumber dalam
'pernyataan temuan yang dapat diterapkan' untuk melihat
implikasinya pada praktik di Fase III. Ringkasan temuan harus:
 Mencerminkan makna temuan studi untuk masalah yang dihadapi;
dan

4
 Mencerminkan variabel atau hubungan yang dipelajari dengan cara
yang dapat digunakan secara praktis (misalnya dalam hal sifat
operasional sebenarnya dari intervensi dan kualifikasi potensial
atau kondisi aplikasi yang mungkin menjadi kunci untuk
penggunaan di masa depan).
3) Fase 3. Perbandingan evaluasi dan pengambilan keputusan

Sintesis dan Keputusan/Rekomendasi per Kriteria Penerapan


- Secara logis mengatur dan menampilkan temuan yang diringkas dari
semua sumber yang divalidasi dalam hal persamaan dan
perbedaannya.
- Tentukan apakah diinginkan atau layak untuk menerapkan temuan
yang diringkas ini dalam praktik, berdasarkan kriteria penerapan,
yaitu bukti yang mendukung, dalam hal kekuatan keseluruhan dari
akumulasi temuan. Kriteria sesuai dengan pengaturan yang
ditargetkan; praktek saat ini; dan kelayakan ("r, r, r" = evaluasi
faktor risiko, kebutuhan sumber daya, kesiapan pihak lain yang
terlibat).
- Berdasarkan evaluasi komparatif, pengguna membuat satu dari
empat pilihan:
 Memutuskan untuk menggunakan temuan penelitian dengan
menerapkan pengetahuan dan bergerak maju dalam hal jenis
penggunaan yang sesuai (instrumental, konseptual, simbolik).
 Pertimbangkan penggunaan dengan mengumpulkan informasi
internal tambahan sebelum bertindak secara luas atas bukti.
 Tunda penggunaan karena diperlukan lebih banyak penelitian yang
mungkin Anda putuskan untuk dilakukan berdasarkan kebutuhan
lokal (tidak ada tindakan lebih lanjut yang dipertimbangkan dengan
informasi yang tersedia saat ini).
 Tolak atau tidak gunakan (tidak ada pertimbangan lebih lanjut).

4) Fase 4. Translasi dan aplikasi

Definisi Operasional Penggunaan/Tindakan untuk Perubahan

5
- Menulis generalisasi yang secara logis mengambil temuan penelitian
dan membentuk istilah tindakan (menggunakan pernyataan
ringkasan dari Tahap II/III). Secara khusus, mengartikulasikan
bagaimana implementasi temuan yang disintesis, mengidentifikasi
implikasi praktik yang menjawab pertanyaan keseluruhan, "Jadi
apa?".
- Mengidentifikasi jenis penggunaan penelitian (kognitif, simbolik dan
instrumental). Identifikasi metode penggunaan (informal/formal,
langsung/tidak langsung).
- Identifikasi tingkat penggunaan (individu, kelompok, organisasi).
- Menilai apakah terjemahan atau penggunaan melampaui
temuan/bukti aktual.
- Pertimbangkan perlunya variasi yang sesuai dan beralasan dalam
kasus-kasus tertentu.
- Rencanakan penyebaran formal dan strategi perubahan.

5) Fase 5. Evaluasi

- Mengklarifikasi hasil yang diharapkan relatif terhadap tujuan


mencari bukti dan apakah evaluasi terkait dengan penggunaan
langsung atau mempertimbangkan keputusan penggunaan.
- Membedakan evaluasi formal dan informal dalam menerapkan
temuan dalam praktik.
- Pertimbangkan biaya-manfaat dari berbagai upaya evaluasi.
- Gunakan Pemanfaatan Penelitian sebagai suatu proses (Stetler, 2001)
untuk meningkatkan kredibilitas data evaluasi. Sertakan dua jenis
data evaluasi: formatif dan hasil.

b. Model IOWA Model of Evidence Based Practice to Promote Quality


Care

Model EBP IOWA dikembangkan oleh Marita G. Titler, PhD, RN,


FAAN, Model IOWA diawali dari pemicu/masalah. Pemicu/masalah ini

6
sebagai fokus ataupun fokus masalah. Jika masalah mengenai prioritas dari
suatu organisasi, tim segera dibentuk. Tim terdiri dari stakeholders,
klinisian, staf perawat, dan tenaga kesehatan lain yang dirasakan penting
untuk dilibatkan dalam EBP. Langkah selanjutnya adalah menyintesis
EBP. Perubahan terjadi dan dilakukan jika terdapat cukup bukti yang
mendukung untuk terjadinya perubahan . kemudian dilakukan evaluasi dan
diikuti dengan diseminasi (Jones & Bartlett, 2004).

c. Model Konseptual Rosswurm & Larrabee

Model ini disebut juga dengan model evidence based practice


change yang terdiri dari 6 langkah yaitu.

Tahap 1. Mengkaji kebutuhan untuk perubahan praktis.

Tahap 2. Tentukan evidence terbaik.

Tahap 3. Kritikal analisis evidence.

Tahap 4. Desain perubahan dalam praktek.

Tahap 5. Implementasi dan evaluasi perubahan.

Tahap 6. Integrasikan dan maintenance perubahan dalam praktek.

Model ini menjelaskan bahwa penerapan evidence based


nursing ke lahan paktek harus memperhatikan latar belakang teori yang
ada, kevalidan dan kereliabilitasan metode yang digunakan, serta
penggunaan nomenklatur yang standar.

2.3 Komponen Evidence Based Practice

1) Bukti Eksternal

a. Hasil penelitian

b. Teori-teori yang lahir dari penelitian

c. Pendapat dari ahli

7
d. Hasil dari diskusi panel para ahli

2) Bukti Internal

a. Penilian klinis
b. Hasil dari proyek peningkatan kualitas dalam rangkaa meningkatkan
kualitas pelayanan klinik
c. Hasil dari pengkajian dan evaluasi pasien
d. Alasan klinis
e. Evaluasi dan penggunaan sumber daya tenaga kesehatan yang
diperlukan untuk melakukan tratment yang dipilij
f. Mencapai hasil yang diharapkan

3) Manfaat dan Keinginan Pasien

Memberikan manfaat terbaik untuk kondisi pasien saat itu dan


menimalkan pembiayaan.

Evidence atau bukti adalah kumpulan fakta yang diyakini


kebenarannya. Evidence atau bukti dibagi menjadi 2 yaitu eksternal evidence
dan internal evidence. Bukti eksternal didapatkan dari penelitian yang sangat
ketat dan dengan proses atau metode penelitian ilmiah. Pertanyaan yang
sangat penting dalam mengimplementasikan bukti eksternal yang didapatkan
dari penelitian adalah apakah temuan atau hasil yang didapatkan didalam
penelitian tersebut dapat diimplementasikan kedalam dunia nyata atau dunia
praktek dan apakah seorang dokter atau klinisi akan mampu mencapai hasil
yang sama dengan yang dihasilkan dalam penelitian tersebut. Berbeda dengan
bukti eksternal bukti internal merupakan hasil dari insiatif praktek seperti
manajemen hasil dan proyek perbaikan kualitas (Melnyk & Fineout, 2011).

Dalam (Grove et al., 2012) EBP dijelaskan bahwa clinical expertise


yang merupakan komponen dari bukti internal adalah merupakan
pengetahuan dan skill tenaga kesehatan yang profesional dan ahli dalam

8
memberikan pelayanan. Hal atau kriteria yang paling menunjukkan seorang
perawat ahli klinis atau clinical expertise adalah pengalaman kerja yang
sudah cukup lama, tingkat pendidikan, literatur klinis yang dimiliki serta
pemahamannnya terhadap research. Sedangkan patient preference adalah
pilihan pasien, kebutuhan pasien harapan, nilai, hubungan atau ikatan, dan
tingkat keyakinannya terhadap budaya. Melalui proses EBP, pasien dan
keluarganya akan ikut aktif berperan dalam mengatur dan memilih pelayanan
kesehatan yang akan diberikan. Kebutuhan pasien bisa dilakukan dalam
bentuk tindakan pencegahan, health promotion, pengobatan penyakit kronis
ataupun akut, serta proses rehabilitasi. Beberapa komponen dari EBP dan
dijadikan alat yang akan menerjemahkan bukti kedalam praktek dan
berintegrasi dengan bukti internal untuk meningkatkan kualitas pelayanan.

Bukti eksternal berasal dari penelitian


bukti berdasarkan teori opinion leader
dan diskusi ahli.

Gambar 2.1 Komponen EBP


g diperoleh dari manajemen hasil dan peningkatan kualitas, penilaian pasien, dan evaluasi, dan penggunaan sumber daya yan
Membuat
keputusan
klinis
berdasarkan
evidence
based

Pilihan pasien dan nilai.


(Grove et al., 2012)

Meskipun evidence atau bukti yang dianggap paling kuat adalah


penelitian systematic riview’s dari penelitian-penelitian RCT namun
penelitian deskriptif ataupun kualitatif yang berasal dari opini leader juga bisa
dijadikan landasan untuk membuat keputusan klinis jika memang penelitian

9
sejenis RCT tidak tersedia. Begitu juga dengan teori-teori, pilihan atau nilai
pasien untuk membuat keputusan klinis guna meningkatkan kualitas
pelayanan kepada pasien. Klinisi sering kali bertanya bagaimana bukti dan
jenis bukti yang bisa dibutuhkan sampai bisa merubah praktek. Level dan
kualitas evidenceatau bukti bisa dijadikan dasar dan meningkatkan
kepercayaan diri seorang klinisi untuk merubah praktek (Dicenso et al.,
2014).

2.4 Manfaat Evidence Based Practice


1) Menjadi jembatan antara penelitian dan praktik

2) Mengeliminasi penelitian dengan kualitas penelitian yang buruk

3) Mencegah terjadinya informasi yang overlood terkait hasil penelitian

4) Mengeliminasi budaya :practice which is not evidence based:

2.5 Proses Evidence Based Practice

Berdasarkan (Melnyk et al., 2014) ada beberapa tahapan atau langkah


dalam proses EBP. Tujuh langkah dalam evidence based practice (EBP)
dimulai dengan semangat untuk melakukan penyelidikan atau pencarian
(inquiry) personal. Budaya EBP dan lingkungan merupakan faktor yang
sangat penting untuk tetap mempertahankan timbulnya pertanyaan-
pertanyaan klinis yang kritis dalam praktek keseharian.

Langkah-langkah dalam proses evidance based practice adalah


sebagai berikut:

1) Menumbuhkan Semangat Penyelidikan (inquiry)

Inquirya dalah semangat untuk melakukan penyelidikan yaitu sikap


kritis untuk selalu bertanya terhadap fenomena-fenomena serta kejadian-
kejadian yang terjadi saat praktek dilakukan oleh seorang klinisi atau
petugas kesehatan dalam melakukan perawatan kepada pasien. Namun

10
demikian, tanpa adanya budaya yang mendukung, semangat untuk
menyelidiki atau meneliti baik dalam lingkup individu ataupun institusi
tidak akan bisa berhasil dan dipertahankan.

Elemen kunci dalam membangun budaya EBP adalah semangat


untuk melakukan penyelidikan dimana semua profesional kesehatan
didorong untuk memepertanyakan kualitas praktek yang mereka jalankan
pada saat ini, sebuah pilosofi, misi dan sistem promosi klinis dengan
diuraikan 7 langkah dalam proses evidence based practice adalah sebagai
berikut : mengintegrasikan evidence based practice, mentor yang memiliki
pemahaman mengenai evidence based practice, mampu membimbing
orang lain, dan mampu mengatasi tantangan atau hambatan yang mungkin
terjadi, ketersediaan infrastruktur yang mendukung untuk mencari
informasi atau lieratur seperti komputer dan laptop, dukungan dari
administrasi dan kepemimpinan, serta motivasi dan konsistensi individu
itu sendiri dalam menerapkan evidence based practice (Tilson et al, 2011).

2) Mengajukan pertanyaan PICO(T) question

Menurut (Newhouse et al., 2007) dalam mencari jawaban untuk


pertanyaan klinis yang muncul, maka diperlukan strategi yang efektif yaitu
dengan membuat format PICO. P adalah pasien, populasi atau masalah
baik itu umur, gender, ras atapun penyakit seperti hepatitis dll. I adalah
intervensi baik itu meliputi treatment di klinis ataupun pendidikan dan
administratif. Selain itu juga intervensi juga dapat berupa perjalanan
penyakit ataupun perilaku beresiko seperti merokok. C
atau comparison merupakan intervensi pembanding bisa dalam bentuk
terapi, faktor resiko, placebo ataupun nonintervensi. Sedangkan O
atau outcome adalah hasil yang ingin dicari dapat berupa kualitas
hidup, patient safety, menurunkan biaya ataupun meningkatkan kepuasan
pasien.

11
(Bostwick et al., 2013) menyatakan bahwa pada langkah
selanjutnya membuat pertanyaan klinis dengan menggunakan format
PICOT yaitu P(Patient atau populasi), I(Intervention atau tindakan atau
pokok persoalan yang menarik), C(Comparison intervention atau
intervensi yang dibandidngkan), O(Outcome atau hasil) serta T(Time
frame atau kerangka waktu). Ataupun dalam penggunaan PICOT non
intervensi seperti bagaimana seorang ibu baru (Population) yang
payudaranya terkena komplikasi (Issueof interest) terhadap
kemampuannya dalam memberikan ASI (Outcome) pada 3 bulan pertama
pada saat bayi baru lahir.
Hasil atau sumber data atau literatur yang dihasilkan akan sangat
berbeda jika kita menggunakan pertanyaan yang tidak tepat makan kita
akan mendapatkan berbagai abstrak yang tidak relevan dengan apa yang
kita butuhkan (Melnyk & Fineout, 2011). Sedangkan dalam loBiondo &
haber, (2006) dicontohkan cara memformulasikan pertanyaan EBP yaitu
pada lansia dengan fraktur hip(patient/problem), apakah patientanalgesic
control (intervensi) lebih efektif dibandingkan dengan standard of care
nurse administartif analgesic(comparison) dalam menurunkan intensitas
nyeri dan menurunkan LOS (Outcome).

3) Mencari bukti-bukti terbaik

Kata kunci yang sudah disusun dengan menggunakan picot


digunakan untuk memulai pencarian bukti terbaik. Bukti terbaik adalah
dilihat dari tipe dan tingkatan penelitian. Tingkatkan penelitian yang bisa
dijadikan evidence atau bukti terbaik adalah metaanalysis dan systemic
riview. Systematic riview adalah ringkasan hasil dari banyak penelitian
yang memakai metode kuantitatif. Sedangkan meta-analysis adalah
ringkasan dari banyak penelitian yang menampilkan dampak dari
intervensi dari berbagai studi. Namun jika meta analisis
dan systematic riview tidak tersedia maka evidence pada tingkatan
selanjutnya bisa digunakan seperti RCT. Evidence tersebut dapat

12
ditemukan pada beberapa data base seperti CINAHL, MEDLINE,
PUBMED, NEJM dan COHRANE LIBRARY (Melnyk & Fineout, 2011).

Ada 5 tingkatan yang bisa dijadikan bukti


atau evidence (Guyatt&Rennie, 2002) yaitu:

a. Bukti yang berasal dari meta-analysis ataukah systematic riview.

b. Bukti yang berasal dari disain RCT.

c. Bukti yang berasal dari kontrol trial tanpa randomisasi.

d. Bukti yang berasal dari kasus kontrol dan studi kohort.

e. Bukti dari systematic riview yang berasal dari penelitian kualitatif dan
diskriptif.

f. Bukti yang berasal dari single-diskriptif atau kualitatif study

g. Bukti yang berasal dari opini dan komite ahli.

Dalam mencari best evidence, hal yang sering menjadi hambatan


dalam proses pencarian adalah keterbatasan lokasi atau
sumber database yang free accsess terhadap jurnal-jurnal penelitian.
Namun demikian seiring dengan perkembangan teknologi,
berikut contoh databased yang free accsess dan paling banyak dikunjungi
oleh tenaga kesehatan yaitu MIDIRS,CINAHL, Pubmed,cohrane
librarydan PsycINFO serta Medline. Berikut adalah contoh pertanyaan
EBP beserta data basedyang disarankan, diantaranya adalah (Schneider &
Whitehead, 2013).

Dalam (Kluger, 2007) dicontohkan cara melakukan


pencarian evidence dari beberapa sumber atau databased yang ada yaitu:

13
a. Memilih databased (CINAHL, Medline etc)
b. Menerjemahkan istilah atau pertanyaan kedalam perbendaharaan kata
dalam database, sebagai contoh fall map menjadiaccidental fall
c. Menggunakan limit baik dalam jenis, tahun dan umur Limit atau
membatasi umur seperti aged, and over, limit tipe publikasi seperti
“metaanalisis atau systematic review”, dan limit tahun publikasi seperti
2010-2015
d. Membandingkan dengan database yang lain seperti cohrane, psycINFO
e. Melakukan evaluasi hasil, ulangi ke step 2 jika diperlukan Sedangkan
menurut (Newhouse, 2007) .

Langkah-langkah atau strategi mencari informasi


melalui databased diantaranya adalah:

a. Mencari kata kunci, sinonim, atau yang mempunyai hubungan dengan


pertanyaan yang sudah disusun dengan PICO format
b. Menentukan sumber atau database terbaik untuk mencari informasi
yang tepat
c. Mengembangkan beberapa strategi dalam melakukan pencarian
dengan controlled
vocabularries, menggunakan bolean operator, serta
limit. Controlledvocabularries yang dapat menuntun kita untuk
memasukkan input yang sesuai dengan yang ada pada database. Seperti
misalnya MeSH pada Pubmed serta CINAHL Subject
Heading pada database CINAHL. menggunakan bolean operator
misalnya AND, OR, NOT. AND untuk mencari 2 tema atau istilah, OR
untuk mencari selain dari salah satu atau kedua istilah tersebut. Namun
jika dikombinasikan dengan controlledvocabularries, OR akan
memperluas pencarian, serta AND akan mempersempit pencarian.
Setelah itu untuk lebih spesifik dan fokus lagi dapat digunakan dengan
menggunakan limit yang sesuai seperti umur, bahasa, tanggal publikasi.

14
Contohnya adalah limit terakhir 5 tahun untuk jurnal atau english or
american only.
d. Melakukan evaluasi memilih evidence dengan metode terbaik dan
menyimpan hasil Sedangkan menurut (Bowman et al., dalam levin &
feldman, 2012).
e. Melakukan penilaian (appraisal) terhadap bukti-bukti yang ditemukan
f. Mengintegrasikan bukti dengan keahlian klinis dan pilihan pasien untuk
membuat keputusan klinis terbaik
g. Evaluasi hasil dari perubahan praktek setelah penerapan EBP
h. Menyebarluaskan hasil (disseminate outcome)
a. Bukti yang berasal dari opini dan komite ahli.

4) Melakukan penilaian (appraisal) terhadap bukti-bukti yang ditemukan

Untuk melakukan penilaian ada beberapa hal yang perlu


dipertimbangkan diantaranya adalah (Polit & Beck, 2013) :

a. Evidence qualityadalah bagaimana kualitas bukti jurnal tersebut?


(apakah tepat atau rigorous dan reliable atau handal)
b. What is magnitude of effect? (seberapa penting dampaknya?)
c. How pricise the estimate of effect? Seberapa tepat perkiraan efeknya?
d. Apakah evidence memiliki efek samping ataukah keuntungan?
e. Seberapa banyak biaya yang perlu disiapkan untuk mengaplikasikan
bukti?
f. Apakah bukti tersebut sesuai untuk situasi atau fakta yang ada di klinis?

Sedangkan kriteria penilaian evidence menurut (Bernadette &


Ellen, 2011) yaitu:

a. Validity Evidenceatau penelitian tersebut dikatakan valid adalah jika


penelitian tersebut menggunakan metode penelitian yang tepat.
Contohnya adalah apakah variabel pengganggu dan bias dikontrol

15
dengan baik, bagaimana bagaimana proses random pada kelompok
kontrol dan intervensi, equal atau tidak.
b. Reliability Reliabel maksudnya adalah konsistensi hasil yang mungkin
didapatkan dalam membuat keputusan klinis dengan
mengimplementasikan evidence tersebut, apakah intervensi tersebut
dapat dikerjakan serta seberapa besar dampak dari intervensi yang
mungkin didapatkan.
c. Applicability
Applicable maksudnya adalah kemungkinan hasilnya bisa di
implementasikan dan bisa membantu kondisi pasien. Hal tersebut bisa
dilakukan dengan mempertimbangkan apakah subjek penelitiannya
sama, keuntungan dan resiko dari intervensi tersebut dan keinginan
pasien (patient preference) dengan intervensi tersebut.

5) Mengintegrasikan bukti dengan keahlian klinis dan pilihan pasien untuk


membuat keputusan klinis terbaik

Sesuai dengan definisi dari EBP, untuk mengimplementasikan EBP


ke dalam praktik klinis kita harus bisa mengintegrasikan bukti penelitian
dengan informasi lainnya. Informasi itu dapat berasal dari keahlian dan
pengetahuan yang kita miliki, ataukah dari pilihan dan nilai yang dimiliki
oleh pasien. Selain itu juga, menambahkan penelitian kualitatif mengenai
pengalaman atau perspektif klien bisa menjadi dasar untuk mengurangi
resiko kegagalan dalam melakukan intervensi terbaru (Polit & Beck,
2013). Setelah mempertimbangkan beberapa hal tersebut maka langkah
selanjutnya adalah menggunakan berbagai informasi tersebut untuk
membuat keputusan klinis yang tepat dan efektif untuk pasien. Tingkat
keberhasilan pelaksanaan EBP proses sangat dipengaruhi
oleh evidence yang digunakan serta tingkat kecakapan dalam melalui
setiap proses dalam EBP (Polit & Beck, 2008).

6) Evaluasi hasil dari perubahan praktek setelah penerapan EBP

16
Evaluasi terhadap pelaksanaan evidence basedsangat perlu
dilakukan untuk mengetahui seberapa efektif evidence yang telah
diterapkan, apakah perubahan yang terjadi sudah sesuai dengan hasil yang
diharapkan dan apakah evidence tersebut berdampak pada peningkatan
kualitas kesehatan pasien (Melnyk & Fineout, 2011).

7) Menyebarluaskan hasil (disseminate outcome)

Langkah terakhir dalam evidence based practice adalah


menyebarluaskan hasil. Jika evidence yang didapatkan terbukti mampu
menimbulkan perubahan dan memberikan hasil yang positif maka hal
tersebut tentu sangat perlu dan penting untuk dibagi (Polit & Beck, 2013)
Namun selain langkah-langkah yang disebutkan diatas, menurut (Levin &
Feldman, 2012)

Terdapat 5 langkah utama evidence based practice dalam setting


akademik:
Framing the question (menyusun pertanyaan klinis), searching for
evidence, appraising the evidence, interpreting the evidence atau
membandingkan antara literatur yang diperoleh dengan nilai yang dianut
pasien dan merencanakan pelaksanaan evidence kedalam praktek,
serta evaluating your application ofthe evidence atau mengevaluasi sejauh
mana evidence tersebut dapat menyelesaikan masalah klinis.

2.6 Pelaksanaan EBP pada Keperawatan


1. Mengakui status atau arah praktek dan yakin bahwa pemberian
perawatan berdasarkan fakta terbaik akan meningkatkan hasil
perawatan klien.
2. Implementasi hanya akan sukses bila perawat menggunakan dan
mendukung “pemberian perawatan berdasarkan fakta”.
3. Evaluasi penampilan klinik senantiasa dilakukan perawat dalam
penggunaan EBP.

17
4. Praktek berdasarkan fakta berperan penting dalam perawatan kesehatan.
5. Praktek berdasarkan hasil temuan riset akan meningkatkan kualitas
praktek, penggunaan biaya yang efektif pada pelayanan kesehatan.
6. Penggunaan EBP meningkatkan profesionalisme dan diikuti dengan
evaluasi yang berkelanjutan.
7. Perawat membutuhkan peran dari fakta untuk meningkatkan intuisi,
observasi pada klien dan bagaimana respons terhadap intervensi yang
diberikan. Dalam tindakan diharapkan perawat memperhatikan etnik,
sex, usia, kultur dan status kesehatan.

2.7 Hambatan Pelaksanaan EBP pada Keperawatan


1. Berkaitan dengan penggunaan waktu.
2. Akses terhadap jurnal dan artikel.
3. Keterampilan untuk mencari.
4. Keterampilan dalam melakukan kritik riset.
5. Kurang paham atau kurang mengerti.
6. Kurangnya kemampuan penguasaan bahasa untuk penggunaan hasil-
hasil riset.
7. Salah pengertian tentang proses.
8. Kualitas dari fakta yang ditemukan.
9. Pentingnya pemahaman lebih lanjut tentang bagaimana untuk
menggunakan literatur hasil penemuan untuk intervensi praktek yang
terbaik untuk diterapkan pada klien.

18
BAB III

FENOMENA KASUS DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN

3.1 Hubungan Tingkat Pendidikan Perawat dengan Kompetensi Aplikasi


Evidence-Based Practice

A. Deskripsi Singkat
Penggunaan Evidence-based Practice (EBP) masih belum
terlaksana dengan baik. Masih ditemukannya intervensi keperawatan
yang berdasarkan “kebiasaan”. Perawat harus secara sistematis
menggunakan bukti-bukti terbaik yangaktual dalam membuat keputusan
mengenai cara menangani pasien. Tujuan penelitian ini untuk
mengidentifikasi hubungan tingkat pendidikan perawat dengan
kompetensi dalam melakukan EBP. Metode: Penelitian kuantitatif
korelasional dengan pendekatan Cross-sectional pada Desember 2012
dilakukan di Siloam Hospitals Kebun Jeruk. Sampel pada penelitian ini
adalah perawat yang bekerja di Siloam Hospitals sejumlah 105 yang
terjaring melalui proporsional stratified random sampling. Instrumen
yang digunakan adalah kuesioner Evidence Based Practice
Questionnaire (EBPQ) Upton D Upton terdiri dari 24 pertanyaan
mencakup aspek pengetahuan, sikap perawat, perilaku perawat dalam
melakukan EBP yang di beri skala 1- 7. Analisis data menggunakan
frekuensi, persentase dan uji chi square. Hasil: Terdapat 20 perawat (19,
1%) memiliki kompetensi kurang baik, 56 perawat (53,3%) memiliki
kompetensi cukup baik dan 29 perawat (27,6%) memiliki kompetensi
baik. Ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan
kompetensi perawat dalam melakukan EBP di Siloam Hospitals Kebon
Jeruk yang dibuktikan dengan p Value = 0,006 (< α = 0,05). Diskusi:
Diharapkan agar setiap perawat dapat meningkatkan pendidikannya ke
jenjang yang lebih tinggi, karena terbukti bahwa pendidikan dapat
menuntun seseorang terampil dalam mencari sumber penelitian,

19
berorganisasi dan bersikap profesional dalam bekerja, meningkatkan
akses-akses untuk meningkatkan dan menerapkan praktik berdasarkan
bukti (EBP).

B. Pembahasan
Pada hasil korelasi antara pendidikan dengan kompetensi perawat
dalam melakukan EBP di Siloam Hospitals Kebon Jeruk didapatkan
hasil dengan p value = 0,006 < α = 0,05. Dari hasil ini ini menunjukkan
adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan kompetensi
dalam melakukan EBP. Dimana semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang maka semakin baik pula kompetensinya dalam melakukan
EBP.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Eizenberg


(2010), tentang Implementation of Evidence-Based Nursing Practice
didapatkan hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan praktik
keperawatan. Bila ditelusuri lebih lanjut mengenai karakteristik
pendidikan perawat, kategori tertinggi dalam aplikasi EBP didominasi
oleh perawat yang memiliki latar belakangpendidikan S1 Keperawatan,
sementara perawat dengan latar belakang pendidikan D-3 Keperawatan
dan SPK mayoritas memiliki kompetensi sedang.

Menurut Eizenberg (2010) hal ini menunjukkan bahwa


pendidikan mampu menuntun seseorang terampildalam mencari sumber
penelitian, berorganisasi dan bersikap profesional dalam bekerja,
meningkatkan akses- akses untuk meningkatkan dan menerapkan praktik
berdasarkan bukti(EBP).

Hal ini juga didukung dengan penelitian Maryani (2006), yang


menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat
pendidikan dengan motivasi kerja. Perawat dengan pendidikan tinggi
mempunyai kecenderungan 3,912 kali mempunyai motivasi kerja tinggi
dibanding denganperawat yang berpendidikan rendah.

20
Pendapat Gibson 1985 yang dikutip Maryani (2006), juga
menyatakan bahwa tingkat pendidikan yang lebih tinggi umumnya akan
menyebabkanseseorang lebih mampu dan bersedia menerima posisi dan
tanggung jawab. Penulis berpendapat bahwa perawat yang mempunyai
pendidikan tinggi akan mempunyai kompetensi yang lebih tinggi dalam
bidang keperawatan, lebih mudah memahami tentang penilaian angka
kredit sehingga perawat termotivasi dan berusaha untuk menampilkan
kinerja lebih baik.

Selain kompetensi berdasarkan pendidikan, terdapat karakteristik


lain yang juga berpotensi menentukan kompetensi perawat dalam
melakukan EBP seperti lamanya bekerja dan pelatihan. Berdasarkan
karakteristik lama bekerja perawat dalam penelitianini ditemukan bahwa
sebanyak 58% perawat memiliki masa kerja 1-5 tahun, dan masa kerja 6-
10 tahun dandiatas 10 tahun masing-masing hanyasebanyak 21%.

3.2 Pengembangan Sistem Aplikasi Online untuk Penerapan Evidence Based


Nursing Practice

A. Deskripsi singkat

Evidence-Based Nursing Practice (EBNP) adalah pendekatan


sistematis untuk meningkatkan kualitas praktik keperawatan dengan
mengumpulkan bukti terbaik dalam pengambilan keputusan praktik yang
telah menjadi tuntutan pada tatanan rumah sakit. Pada kenyataanya masih
banyak kendala dalam penerapan EBNP, misalnya: kurangnya
pengetahuan, terbatasnya waktu, dan terbatasnya sarana dan prasarana.
Perkembangan teknologi memberikan alternatif pemecahan masalah
tersebut agar EBNP lebih masif penggunaannya. Studi ini merupakan
metode penelitian pengembangan dengan 3 langkah yang dimulai dengan
need assessment berupa wawancara dengan 9 perawat klinik; wawancara
dengan ekspert dalam bidang Teknologi Informasi; dan pengembangan
aplikasi online dengan mengadaptasi tujuh (7) langkah penerapan EBNP.

21
Penggunaan teknologi untuk mengembangkan aplikasi dalam penerapan
EBNP bersama tim IT tentang catatan digital dan masukan dari expert
tentang metode input (voice to text), maka tercipta sebuah aplikasi
berbasis Dynamic Website bersifat personal dengan nama online START
EBP. Fitur aplikasi yang dimiliki meliputi menu registrasi, menu profile,
menu tujuh langkah pencarian bukti (searching journals, appraisal, share
link review expert dan partisipan, monitoring dan evaluasi), resume pdf,
link media Jurnal club. Aplikasi Online START ringan dan dapat
digunakan diberbagai platform digital dengan setiap tahapan EBNP yang
tersimpan dengan baik kedalam database. Penggunaan aplikasi Online
START EBP dapat menjadi alternatif modern dalam upaya promosi
EBNP bagi perawat klinik.

B. Pembahasan

Perawat klinik perlu diberi kemudahan sistem dalam mengunduh


jurnal, membaca jurnal, menilai jurnal dan menyimpan jurnal agar dapat
digunakan dalam EBNP. Sistem yang dikembangkan sebaiknya berbasis
digital karena memiliki keunggulan yaitu dapat menyimpan data dalam
suatu database, dan dengan dukungan teknologi digital maka perawat
klinik yang sudah familiar dengan teknologi internet pada laptop maupun
smartphone, merupakan peluang untuk mengembangkan aplikasi.

Penggunaan teknologi digital dalam penerapan EBNP yang telah


diwujutkan dalam bentuk aplikasi Online START EBP. dengan
mengadopsi seven step models diharapkan dapat digunakan untuk berbagai
macam tujuan (Asiri & Househ, 2017).

Aplikasi online START EBNP dapat digunakan pada berbagai


platform digital. Adanya system real time yang disematkan pada aplikasi
juga dapat memantau perjalanan waktu pengguna dalam menyelesaikan
sebuah topik pencarian bukti.

22
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian-penelitian
sebelumnya seperti Penerapan Telehealth berdampak pada peningkatan
kesehatan dan keterampilan perawat dalam melakukan asuhan (Istifada et
al., 2017). Penggunaan Mobile–Health dapat meningkatkan kualitas
pelayanan home hospital di berbagai kontinum perawatan seperti pada
seting perawatan anak kronis dengan pendekatan home hospital (Efendi &
Sari, 2017). Penerapan E- learning dan berbagai aplikasinya dalam dunia
pendidikan keperawatan menjadi alternatif dalam menawarkan
pembelajaran yang memiliki banyak manfaat (Tarnoto, 2018). Aplikasi
monitoring pemberian obat bagi pasien menggunakan smartphone android
membantu perawat dalam mengontrol dan mengurangi resiko kesalahan
pemberian obat (Ayumi & Noprisson, 2018).

Dalam upaya mencapai hasil yang maksimalterhadap penggunaan


aplikasi online STARTEBNP dengan skala yang lebih besar dan lebih luas
pada profesi perawat, masih perlu dilakukan beberapa tahapan uji lebih
lanjut terkait fitur yang tersedia dalam aplikasi maupun uji efektifitas
penggunaan aplikasi ini pada EBNP.

23
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan konsep evidence based practice di atas,


dapat disimpulkan bahwa ada 3 faktor yang seacara garis besar menentukan
tercapainya pelaksanaan praktek keperawatan yang lebih baik yaitu,
penelitian yang dilakukan berdasarkan fenomena yang terjadi di kaitkan
dengan teori yang telah ada, pengalaman klinis terhadap suatu kasus, dan
pengalaman pribadi yang bersumber dari pasien.

Tujuan utama di implementasikannya evidance based practice di


dalam praktek keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya adalah untuk
meningkatkan kualitas perawatan dan memberikan hasil yang terbaik dari
asuhan keperawatan yang diberikan. Selain itu juga, dengan
dimaksimalkannya kualitas perawatan tingkat kesembuhan pasien bisa lebih
cepat dan lama perawatan bisa lebih pendek serta biaya perawatan bisa
ditekan.

Dalam memindahkan evidence kedalam praktek guna meningkatkan


kualitas kesehatan dan keselamatan pasien (patient safety) dibutuhkan
langkah-langkah yang sistematis dan berbagai model EBP dapat membantu
perawat atau tenaga kesehatan lainnya dalam mengembangkan konsep
melalui pendekatan yang sistematis dan jelas, alokasi waktu dan sumber yang
jelas, sumber daya yang terlibat, serta mencegah impelementasi yang tidak
rumit dan lengkap dalam sebuah organisasi. Namun demikian, beberapa
model memiliki keunggulannya masing-masing sehingga setiap institusi
dapat memilih model yang sesuai dengan kondisi organisasi masing -masing.

24
4.2 Saran

Dalam pemberian pelayanan kesehatan khususnya asuhan


keperawatan yang baik, serta mengambil keputusan yang bersifat klinis
hendaknya mengacu pada SPO yang dibuat berdasarkan teori-teori dan
penelitian terkini. Evidence based practice dapat menjadi panduan dalam
menentukan atau membuat SPO yang memiliki landasan berdasarkan teori,
penelitian, serta pengalaman klinis baik oleh petugas kesehatan maupun
pasien.

25
DAFTAR PUSTAKA

Bostwick, L. (2013.). Evidence-Based Practice Clinical Evaluation Criteria for


Bachelor of Science in Nursing Curricula A Dissertation submitted (PhD
Thesis). College of Saint Mary. https://www.csm.edu/sites/default/files/Bostwick.pdf
(Diakses Tanggal, 11 Oktober 2021).
Grove, S. K., Burns, N., & Gray, J. (2012). The practice of nursing research:
Appraisal, synthesis, and generation of evidence. Elsevier Health Sciences,
https://www.elsevier.com/books/the-practice-of-nursing-research/grove/978-1-
4557-0736-2, (Diakses Tanggal, 11 Oktober 2021).
Levin, R. F., & Feldman, H. R. (2012). Teaching evidence-based practice in
nursing. Springer Publishing Company. http://www.ifeet.org/files/-
Rona_Levin_PhD RN,_Harriet_Feldman_PhD RN FAAN.pdf,
(Diakses Tanggal, 11 Oktober 2021).
LoBiondo-Wood, G., & Haber, J. (2006). Nursing research: Methods and critical
appraisal for evidence-based practice. https://nyuscholars.nyu.edu/en/publications/nursing-
research-methods-and-critical-appraisal-for-evidence-base,(Diakses Tanggal, 11 Oktober 2021).
Guyatt, G., & Rennie, D. (2002). Users’ guides to the medical.
https://jamaevidence.mhmedical.com/Book.aspx?bookId=847, (Diakses Tanggal, 11
Oktober 2021).
Macnee CL, McCabe S. (2011) Understanding nursing research: Using research in
evidence-based practice. Philadelphia: Williams & Wilkins

Melnyk, B. M., & Fineout-Overholt, E. (2011). Evidence-based practice in


nursing & healthcare: a guide to best practice (2nd ed). Philadelphia:
Wolters Kluwer/Lippincott Williams & Wilkins,
https://www.scirp.org/(S(oyulxb452alnt1aej1nfow45))/reference/ReferencesPapers
.aspx?ReferenceID=1903805, (Diakses Tanggal, 11 Oktober 2021).

Melnyk, B. M., Gallagher-Ford, L., Long, L. E., & Fineout- Overholt, E. (2014).
The establishment of evidence-based practice competencies for practicing
registered nurses and advanced practice nurses in real-world clinical
settings: proficiencies to improve healthcare quality, reliability, patient
outcomes, and costs. Worldviews on Evidence- Based Nursing, 11(1), 5–15.
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/24447399/, (Diakses Tanggal, 11 Oktober
2021).
Newhouse, R. P., Sigma Theta Tau International, Johns Hopkins Hospital, &
Johns Hopkins University (Eds.). (2007). Johns Hopkins nursing evidence-
based practice model and guidelines. Indianapolis: Sigma Theta Tau
International Honor Society of Nursing. http://ebooks.lib.unair.ac.id/download.php?id=10108,
(Diakses Tanggal, 11 Oktober 2021).
Polit, D. F., & Beck, C. T. (2008). Nursing research: Generating and assessing
evidence for nursing practice. Lippincott Williams & Wilkins.
https://www.scirp.org/(S(351jmbntvnsjt1aadkposzje))/reference/References
Papers.aspx?ReferenceID=1926498, (Diakses Tanggal, 11 Oktober 2021).

26
Polit, D. F., & Beck, C. T. (2013). Essentials of nursing research: Appraising
evidence for nursing practice. Lippincott Williams & Wilkins.
http://opac.fkik.uin-
alauddin.ac.id/repository/Denise_F._Polit_Essentials_of_Nursing_Research
_Appraising_Evidence_for_Nursing_Practice_Essentials_of_Nursing_Rese
arch_Polit 2009.pdf, (Diakses Tanggal, 11 Oktober 2021).
Salminen, H., Zary, N., Björklund, K., Toth-Pal, E., & Leanderson, C. (2014).
Virtual patients in primary care: developing a reusable model that fosters
reflective practice and clinical reasoning. Journal of medical Internet
research, 16(1), e3, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/24394603/, (Diakses
Tanggal, 11 Oktober 2021).

Schneider, Z., & Whitehead, D. (2013). Nursing and midwifery research: methods
and appraisal for evidence-based practice. Elsevier Australia.
https://www.elsevier.com/books/nursing-and-midwifery-research/whitehead/978-0-
7295-4137-4, (Diakses Tanggal, 11 Oktober 2021).

Tilson, J. K., Kaplan, S. L., Harris, J. L., Hutchinson, A., Ilic, D., Niederman, R.,
... Zwolsman, S. E. (2011). Sicily statement on classification and
development of evidence- based practice learning assessment tools.
https://bmcmededuc.biomedcentral.com/articles/10.1186/1472-6920-11-78,
(Diakses Tanggal, 11 Oktober 2021).

27

Anda mungkin juga menyukai