Makalah Analisis Kebijakan Publik
Makalah Analisis Kebijakan Publik
Disusun oleh :
Dian Hardiati 198520020
ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNVERSITAS MEDAN AREA
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatklan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya, maka makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik, tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah
memenuhi tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Publik pada semesrer IV, di
tahun ajaran 2021 dengan judul “ Kebijakan Mengenai Pedofilia dan Kekerasan
Seksual”.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan,
terumata disebebkan kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namu, berkat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak dan sumber yang telah membantu dan
memberikan kami pengarahan sehingga bisa menyelesaikan makalah ini. Karena
itu, sudah sepantasnya jika kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang terlibat.
Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses
pembelajaran, penulisan makalh ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan adanya kritikan dan saran yang bersifat positif,
guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Harapan
kami, semoga makalah yang sederhana ini, dapat memberikan kesadaran
tersendiri bagi generasi muda.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
1.1 Latar Belakang......................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................
1.3 Tujuan Pembelajaran............................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................
2.1 Pengertian Pedofilia dan Kekerasan Seksual........................................
2.2 Analisa Kebijakan ................................................................................
2.3 Kebijakan Pemerintah...........................................................................
2.4 Faktor penyebab dan Penanggulangan Pedofilia..................................
2.5 Kebijakan Kriminal terhadap Pedofilia...............................................
BAB III PENUTUP........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Maraknya kasus kekerasan seksual yerhadap anak, khususnya pedofilia telah
menyedot perhatian banyak masyarakat yang akhirnya membuat pemerintah
menyatakan bahwa tahun 2014 merupakan Tahun Darurat Kekerasan Seksual
terhadap anak. Tulisan ini dimaksudkan memberikan gambaran dan juga
pemikiran mengenai pedofilia sebagai dari kekerasan seksual dan tulisan ini juga
menempatkan kebijakan pemerintah dalam menangani kasus kekerasan seksual
dan pedofilia, baik itu dari pemerintahan pusat maupun daerah bagaimana langkah
dalam penyelamatan anak dari kekerasan seksual mulai dari jaminan hukum yang
ketat, tegas, sampai dukungan sosial dari masyarakat. Banyaknya kasus kekerasan
terhadap anak, khususnya kekerasan seksual dikarenakan secara fisik dan psikis,
anak merupakan kaum yang lemah sehingga rentan menjadi korban kekerasan dan
pelecehan seksual. Bentuk perlindungan hukum yang diberikan mulai dari
pencegahan terjadinya tindak kekerasan seksual terhadap anak, perlindungan
terhadap anak korban tindak kekerasan seksual serta perlindungan terhadap anak
yang berhadapan dengan hukum (anak pelaku) tindak kekerasan seksual. Hukum
di tuntut untuk dapat memberikan perhatian yang khusus bagi kepentingan anak,
dalam hal ini dapat menanggulangi tindak kekerasan seksual yang banyak dialami
oleh anak-anak Indonesia. Agar dapat berjalan dengan baik maka perlu
dilakukannya penegakkan hukum bagi pelaku tindak kekerasan seksual sehingga
dapat memberikan efek jera dan meminimalisir tindak kekerasan seksual terhadap
anak-anak.
Upaya penal
Penerapan dalam upaya penanggulangan yang dapat diberikan dalam
upaya penal sebagai berikut:
a. Pemberian sanksi pidana (penjara) sebagai salah satu bentuk upaya
penanggulangan tindak pidana kekerasan terhadap anak tidak
berdampak signifikan terhadap penurunan kualitas tindak pidana
tersebut. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya tindak kekerasan
terhadap anak. Penahanan hanya menciptakan kondisi perlindungan
sementara bagi masyarakat terhadap tindakan kekerasan terhadap anak,
khususnya kekerasan seksual, dan tidak memberikan efek jera bagi
pelakunya.
b. Pelaksanaan pidana penjara yang tidak memberikan efek jera terhadap
pelaku tindak pidana memerlukan model hukum pidana baru yang
bertujuan untuk melindungi masyarakat khususnya anak-anaknya.
Pemerintah saat ini adalah Undang-Undang Perlindungan Anak
(Perppu) Tahun 2016 No. Alih-alih satu, ia meratifikasi hukuman
tambahan, undang-undang yang berfokus pada penanaman chip pada
pelaku dan mengungkapkan identitas pelaku dan kebiri kimia. Namun,
hukuman tersebut diyakini belum memberikan efek jera bagi pelaku
kejahatan kekerasan terhadap anak. Terutama kekerasan seksual.
Semua kejahatan ini berasal dari pikiran atau otak, meskipun alat yang
digunakan tidak berfungsi. Oleh karena itu, model pendisiplinan yang
dianggap cukup memberikan efek jera bagi pelaku kekerasan terhadap
anak khususnya kekerasan seksual adalah hukuman mati.
c. Selain itu, tingginya angka kekerasan seksual terhadap anak telah
menyebabkan pengenaan sanksi pidana tambahan berupa kebiri kimia,
sebuah langkah berani yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia.
Amerika Serikat telah menggunakan kebiri kimia sejak tahun 1944
karena tingginya tingkat kejahatan kekerasan seksual terhadap anak-
anak. Dan tingkat residivisme pelaku kejahatan ini turun menjadi 50%.
d. Penggunaan kebiri kimia di Indonesia sangat tidak tepat. Hal ini
melanggar Pasal 28B (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia sejak tahun 1945. Berdasarkan pasal ini, warga negara
berhak membesarkan keluarga dan meneruskan keturunannya melalui
perkawinan yang sah.
Upaya Non-Penal
Masyarakat masih dikenal melakukan upaya-upaya non pidana untuk
menanggulangi kejahatan. Upaya non-pidana untuk memerangi kejahatan sangat
erat kaitannya dengan upaya kriminal. Upaya non pidana ini sendiri akan sangat
membantu pelaksanaan sistem peradilan pidana mencapai tujuannya. Pencegahan
atau penanggulangan kejahatan harus dilakukan antara pendekatan esensial: cara
kriminal dan non-kriminal.
Menurut M. Hamdan, penanggulangan yang merupakan bagian dari
kebijakan sosial pada hakikatnya juga merupakan bagian integral dari upaya
pertahanan sosial dan dapat ditempuh dengan dua cara:
a. Jalur penal, yaitu dengan menerapkan hukum pidana (criminal law
application)
b. Jalur nonpenal, yaitu dengan cara : 1) Pencegahan tanpa pidana
(prevention without punisment), termasuk di dalamnya penerapan
sanksi administrative dan sanksi perdata. 2) Mempengaruhi pandangan
masyarakat mengenai kejahatan dan pembinaan lewat media massa
(influencing views of society on crime and punishment).
Upaya Pencegahan Kejahatan Jalur “non kejahatan” merupakan tindakan
pencegahan terhadap terjadinya kejahatan, sehingga tujuan utamanya adalah
memerangi faktor-faktor penyebab terjadinya kejahatan. Faktor-faktor yang
memfasilitasi fokus, antara lain, pada isu-isu atau situasi sosial yang secara
langsung atau tidak langsung mengarah pada atau mempromosikan kejahatan.
Oleh karena itu, dari perspektif makro dan global tentang kebijakan kriminal,
upaya non-kriminal menempati posisi sentral dan strategis dalam semua upaya
kebijakan kriminal. Upaya strategis untuk mencegah penyebab kejahatan disorot
di berbagai konferensi PBB dengan tema "mencegah kejahatan dan mengobati
penjahat."
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pedofilian dan Kekerasan Seksual, pedofilia diddefinisikan sebagai
gangguan kejiwaan pada orang dewasa atau remaja yang telah mulai dewasa
(pribadi dengan usia 18 atau lebih tua) biasanya ditandai dengan suatu
kepentingan seksual primer atau eksklusif pada anak prapuber (umumnya usia
16 tahun atau lebih muda, walaupun pubertas dapat bervariasi). Kekerasan
seksual yang dilakukan orang dewasa terhadap anaknya disebut pedofilia dan
hubungan seksual antara laki-laki dewasa dan anak laki-laki disebut pedofilia.
Namun banyak penelitian, aktivitas seksual yang dilakukan orang dewasa
terhadap (anak laki-laki dan/ perempuan) lebih tepat disebut sebagai pedofilia
(pedofil). Kekerasan seksual terhadap anak berdampak pada anak sebagai
korban yang tidak mudah. Dokter harus mewaspadai berbagai perubahan
perilaku seksual di lingkungan sosial yang terkait dengan perilaku ini.
Kebijakan penanganan kekerasan seksual terhadap anak di Indonesia pada
awalnya terkait dengan kebijakan hukum pidana KUHP kemudian
berkembang melalui instruksi kebijakan khusus perlindungan anak yaitu UU
23 Tahun 2002 dan UU 35 Tahun 2014. bottom. Nomor presiden dari tahun
2014 melalui GNAK SA 5.
Dari hasil pemeriksaan akhir yang dilakukan mahasiswa, ternyata pelaku
tidak akan dikenai hukuman maksimal di pengadilan setelah hukumannya
diperberat. Penilaian yang ringan akan membuat para penjahat dan calon
pelanggar percaya bahwa hukuman untuk kejahatan kekerasan seksual
sebenarnya rendah, meskipun ancaman hukumannya sangat tinggi. Oleh
karena itu, aparat penegak hukum perlu memberikan perhatian lebih.
Akibatnya, strategi yang diterapkan di Indonesia untuk memerangi kejahatan
kekerasan seksual terhadap anak pada umumnya tetap tidak efektif baik dari
segi pencegahan maupun penuntutan pelaku kejahatan tersebut.
Upaya Pencegahan Kejahatan Jalur “non kejahatan” merupakan tindakan
pencegahan terhadap terjadinya kejahatan, sehingga tujuan utamanya adalah
memerangi faktor-faktor penyebab terjadinya kejahatan. Faktor-faktor yang
memfasilitasi fokus, antara lain, pada isu-isu atau situasi sosial yang secara
langsung atau tidak langsung mengarah pada atau mempromosikan kejahatan.
Oleh karena itu, dari perspektif makro dan global tentang kebijakan kriminal,
upaya non-kriminal menempati posisi sentral dan strategis dalam semua upaya
kebijakan kriminal. Upaya strategis untuk mencegah penyebab kejahatan disorot
di berbagai konferensi PBB dengan tema "mencegah kejahatan dan mengobati
penjahat."
DAFTAR PUSTAKA