Implementasi Maqasid Syari
Implementasi Maqasid Syari
Muhammad
26
Ja’far Nasution 1), Muhammad Afdhal Fikri 2), Muhammad Wildan 3).
1) Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Universit Darussalam Gontor
Ema jafarnasution gmail.co
2) Fakultas Ekonomi dan@ Universitas Darussalam Gontor
Email: Manajemen,gmail.com
26
afdhalfikr@
3) Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Universit Darussalam Gontor
Ema wiljack1unida@ gmail.co
ABSTRA
paper discusses about how the concept of universality, maqoshid syariah and its
T 35
implementation in community economic empowerment the research method used in
study is quantitative research. By testing certain theories by examining the relationship of
how much influence between variables, namely the implementation of Sharia maqashid
and economic empowerment in the community. Maqhashid syariah in economic
empowerment can be concluded if it refers to everything related to life satisfaction, the
achievement of emotional and intellectual needs. Based on some analysis also
successfully concluded that almost all of the economic empowerment of the developing
community based on indicators of religion, soul, intellect, nasab, and wealth. The effort
of the community to get a real job 36
and donate the proceeds to charity is an appeal from religion in order to gain the
of SWT.
Keywords: economy, maqashid, community
ABSTRAK
Tulisan ini mendiskusikan perihal bagaimana konsep kesejateraan, maqoshid syariah dan
implementasinya dalam pemberdayaan
32
eko 31mi masyarakat metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitiankuantitatif. Dengan m guji teori
tertentu dengan cara meneliti hubungan seberapa besar pengaruh antar variabel yaitu
implementasi maqashid syariah dan pemberdayaan ekonomi di masyarakat. Maqhashid
syariah dalam pemberdayaan ekonomi dapat disimpulkan jika mengacu pada segala
sesuatu yang terkait dengan kepuasan hidup, pencapaian kebutuhan emosional dan
intelektual. Berdasarkan beberapa analisis juga berhasil disimpulkan bahwa hampir
agama,pemberdayaan
semua jiwa, akal, nasab, dan harta.
ekonomi Upaya masyarakat
masyarakat untuk mendapatkan
yang berkembang berdasarkanpekerjaan
yang nyata dan menyumbangkan hasil untuk amal adalah himbauan dari agama demi
mendapat keridhoan Allah
Kata Kunci: ekonomi; maqash ; pemberdayaan masyarakat;
Pendahuluan
Maqashid secara bahasa merupakan bentuk plural (jama’) dari maqashud. Adap asal
katanyaadalah qashada, yang berarti menuju, bertujuan, berkeinginan, dan kesengajaan.
Katamaqshud-maqashid dalam ilmu gramatika bahasa arab disebut dengan kata maf’ul,
yaitu sesuatu yang menjadi objek, oleh karenanya kata tersebut dapat diartikan dengan
“tujuan” atau “beberapa tujuan”. Sementara -syariah, merupakan bentuk subyek
akar kata syara’a yang artinya adalah “jalan menuju sumber air sebagai sumber
Dalam kata maqashid syariah tersebut al-Syatibi mengungkapkan bahwa kata dari
maqashid syariah menggunakan kata yang bervariasi yaitu maqashid syariah, al-maqashid
al-syar’iyyahfi alsyariah, dan maqashid min syar’I al-hukm. Walaupun makna yang
berbeda, menurut Asafri Jaya Bakri mengandung tujuan yang sama, yakni tujuan hukum
yang diturunkan oleh AllahSWT. Sebagaimana ungkapan al-Syatibi:“Sesungguhnya
syariat itubertujuan mewujudkan kemaslahatan manusia di dunia dan di akhirat” dan
“Hukum-hukum disyariatkan untuk kemashlahatan hamba”.
maqashid berasal dari kata qashd,yang merupakan kata yang menunjukkan banyak
Kata
(jama‟) yang artinya tujuan atau target. Sedangkan menurut istilah adalah makna dan
tujuan yang ingin dicapai dalam mensyariatkan suatu hukum agar tercapainya
kemaslahatan umat Untuk memperjelas dan menambah pemahaman tentang
makna
18
maqashid syariah, terdapat beberapa istilah dalam ushul fiqh, menurut Asy-Syabiti
dan ibnu'Asyur, antara lain:
1. Hikmah,
yaitu tuju ditetapkan atau ditiadakannya suatu hukum,
ifthor (berbuka) sebagai hikmah dari kesulitan (masyaqqoh)
semua perkara mendatangkan manfaat dan
2. Maslahat,
menghap kemdaharatan.
3. ‘Illat, merupakan sifat yang dzhoir (jelas), mundhobith (bisa diterapkan
5
Dalam konteks lintas sejarah, al-Syathibi adalah Bapak maqashid syariah pertama
sekaligus peletak dasar ilmu maqashid, namun itu tidak berarti bahwa sebelumnya tidak
ada ilmumaqashid. Oleh sebab itu, al-Syatibi lebih tepat bila disebut sarjana Muslim yang
pertama menyusun secara sistematismaqashidushul fiqh secara sistematis. Menurut
Ahmad Raisuni,term maqashid pertama kali digunakan oleh At-Turmudzi al-Hakim,
ulama yang hidup pada abad ke-3. Dialah, menurut Raisuni, yang pertama
menyuarakan maqashid al-syariah melalui bukubukunya, al-Shalah wa Maqashiduhu,
Haj wa Asraruh, al-‘Illah, ‘IlalalSyariah, I’lal al-‘Ubudiyyah dan juga bukunya al-Furuq
yang kemudian diadopsi oleh al-Qarafi menjadi judul buku .
5
Dapat disimpulkan bahwa teori maqashid memang telah muncul jauh sebelum al-Syatibi
mengintrodusasikan. Tetapi Syatibi berhasil mensistematisasi teori tersebut
sebu design yang lebih communicated dan dapat diterima oleh banyak
umat Islam. maqashid dipopulerkan Syatibi melalui salah satu karyanya
berjudul al-Muwafaqat fi Ushul asy-Syariah, sebuah kitab ditulis sebagai upaya
menjembatani beberapa titik perbedaan antara ulama-ulama Malikiyah ulama-ulama
Hanafiyah.
4
Di era al-Juwaini, maqashid masih sangat sederhana. Al-Juwayni telah menyebutkan
pembagi Maqashid al-Syariah. Pembagian ini
ha ijtihad intelektual al-Juwayni sebagai suatu konsep yang tersusun.
klasifikasi berdasarkan asp kebutuhannya, yaitu kebutuh dharuriyyat,
hajjiyyat d tahsiniyyat.
Corak penulisan semacam ini turut diamini oleh as-
, Bahkan, as-Subki secara akademis menambahkan pembahasan
maslahah dan
melengkapi pelaksanaan
didalam shalat kewajiban terhadap tuhan, misalnya
aurat maup diluar
pakaian, badan dan shalat,
tempat.
b. Memelihara (hifz al-nafs), menjaga atau memeliha agama
berdasarkan kepentingannya dapat dibedakan menjadi tiga peringkat:
1) agama dharuriyyat, yaitu memenu
Memeliha dalam
kebutuhan pokok berupa dan minuman
. unt
mempertahankan
5
2 ) Memelihara agama dalam peringkat hajjiyat
2
Sebagaimana yang diketahui bahwa setiap perintah dan larangan merupakan dua hal yang
dalam bahasa merupakan permintaan. Perintah berarti permintaan melakukan sesuatu dan
larangan merupakan permintaanmeninggalkan sesuatu. Muhammad Sa‟ad Al -ayubi
menjelskan bahwa terjadinya perbuatan ketika adanya perintah atas suatu perkara berarti
perkara itu merupakan tujuan yang diinginkn pembuat syariat, begitu juga dalam hal
larangan. Oleh sebab itu bila melakukan suatu perkara yang dilarang berarti menyalahi atau
bertentangan dengan tujuan syariat dan jika meninggalkan suatu perkara yang
diperintahkan maka ia telah melanggar tujuan
1
4. Melalui Ungkapan (Ta'bir) yang Menunjukkan Tujuan Syariat Diantarapetunjuk dalam
penemuanmaqhasid syariah adalah melalui Ungkapan yang termaktub dalam teks,
Muhammad al-Yubi membagi ungkapan yang menunjukkan tujuan syariat ini dalam dua
kelompok. Pertama, ungkapan yang dikehendaki syariat karena pembuat syariat. Kedua,
ungkapan yang menunjukkan kemaslahatan dan kemafsadatan. Seperti diketahui, bahwa
tujuan syariat adalah menarik kemaslahatan dan menolak kemaslahatan. Oleh karenanya,
melacak lafaz-lafaz yang mengandung ungkapan yang menunjukkan tujuan kemaslahatan
dan menghindari kemafsadatan merupakan hal yang penting dalam melacak tujuan inti
syariat itu
5. Penjelasan Syari‟ tentang Tidak Adanya Sebab Hukum Tidak Adanya Larang
Tentangnya Hukum yang telah disyariatkan dapat diketahui tujuan pensyariatannya
tiga
a. Pembuat syariat menetapkan hukum dengan memotivasi dengan menyebutkan
keutamaan atau pujian bagi yangmenunaikan perintah tersebut, sebaliknya akan menyiksa
bagi yang meninggalkan perintahNya, atau paling tidak memberi informasi bahwa orang
yang mau menjalankan perintah-Nya mendapatkan pahala tanpa adanya siksa bagi yang
memiliki keterikatan
meninggalkannya. Hukum yang berkarakter seperti ini termasuk denganmaqashid
tujuan syariat atau secara otomatis ia sebagai syariahnya hukum tersebut.
b. Pembuat syariat menafikan hukum-hukum dengan melarang suatu perbuatan
dengan konsekuensisiskaan bagi yang melanggar larangan tersebut atau minimal ia akan
mendapat celaan bagi pelaku perbuatan yang dilarang atau tidak disukai. Hukum semacam
ini termasuk yang diharamkan atau dimakruhkan. Dengan demikian, maqashid syariah dari
hukum tersebut adalah menjahui perbuatan yang dilarang, dan kalaupun dilanggar berarti
ia menentang tujuan syariat suatu .
c. Hukum yang tidak dijelaskan oleh syari’, baik secara meniadakan (nafi) atau
(isbat). Dalam kondisi seperti ini, hukum tersebut dibagi menjadi dua
1) Hukum yang ditinggalkan oleh syari’ karena tidak adanya sesuatu yang
adanya hukum tersebut.Misalnya,masalahmasalah baru yang muncul setelah wafatnya
Nabi SAW dalam mengatasi masalah tersebut para ulama menalar akar pikirannya
menetapkan hukum-hukum terkait setiap masalah baru yang dihadapi ketika .
2) Hukum yang ditinggalkan karena adanya faktor yang mendukung bahwa sengaja
meninggalkannya. Meninggalkan hukum yang tidak diatur secara jelas semacam ini sama
dengan keharusan meninggalkan sesuatu yang ditunjukkannash bahwa hal tersebut
memang sudah paten tidak dapat ditambah dan
1
Dari uraian tersebut tentang metode penetapan maqashid syariah merupakan metode yang
sangat sempit dan jarang digunakan karena hanya berlaku bagi hukum-hukum yang tidak
dijelaskan secara terperinci (maskut anhu). Dengan demikian, secara umum dapat
dikatakan bahwa metode penetapanmaqashid dapat disimpulkan dengan ungkapan bahwa
setiap sesuatu yang menunjukkan kepada penguatan tujuan syariat yang primer atau sesuatu
yang menjadi pendukung tujuan primer, maka dapat disebut sebagai maqashid syari
E. Maqashid Muamalat dan Urgensi Dalam Ijtihad Ekonomi
Berbicara ekonomi dan transaksi keuangan syariah
sangat erat kaitannya dengan prinsip
maqashid, yaitu hifz al-mal (menjaga harta benda).
Dengan demikian, transaksi muamalat memiliki landasanepistemologinya yang bersumber
pada penalaran maqashid syariah. Tujuan syariat dalam transaksimuamalat adalah
menciptakan kesejahteraan umat manusia denganmenyeimbang kan peredaran harta benda
antara kaum kaya dan kaum miskin secara berkeadilan dan seimbang. Menurut Thahir Ibn
Asyur, sebagaimana dikutip al-Raisuni bahwa maqashid muamalat dapat dibagi menjadi
lima tujuan, yaitu:
1. (diperjual belikan)
2. Wudhuh
3. Hifz
4. Tsabat
3
5. Adl urgensi maqhasid. Mayoritas ulama sepakat bahwa Ushul fiqh menduduki posisi
Terkait
yang sangat penting dalam ilmu-ilmu syariah . Imam al-Syatibi (w 790 H). Dalam kitab al
muwafakat, mengatakan, mempelajari ilmu Ushul fiqh merupakan sesuatuhal yang dharuri
(sangat penting dan mutlak diperlukan), karena melalui ilmu inilah dapat diketahui
kandungan dan maksud setiap dalil Syara' (Al-Qur'an danHadist) sekaligus
menerapkan dalil-dalil syariah itu di lapangan.
Tema terpenting dalam Ushul fiqh adalah
maqhasid syri'ah. Maqhasid syri'ah adal
jantung dalam ilmu Ushul fiqh, karena itu maqhasid syri'ah menduduki posisi yang
penting dalam merumuskan ekonomi syariah, menciptakan produk-produk perbankan dan
keuangan syariah. Para ulamaUshul fiqh sepakat bahwa pengetahuan maqhasid syri' ah
menjadi syaratulama dalamberijitihad untuk menjawab berbagai problematika kehidupan
ekonomi dan keuangan yang terus berkembang.Maqashid syariah tidak saja di perlukan
untuk merumuskan kebijakan-kebijakan ekonomi makro (moneter, fiscal, public finance),
tetapi juga untuk menciptakan produk-produk perbankan dan keuangan syariah serta teori-
teori ekonomi mikro lainnya.Maqhasid syri'ah juga sangat diperlukan dalam pembuatan
regulasi perbankan dan lembaga keuangan
3
Maqashid syaraih tidak saja menjadi faktor yang paling menentukan dalam melahirkan
produk-produk ekonomi syariah yang dapat berperan ganda (alat sosial kontrol
rekayasa sosio-ekonomi) untuk mewujudkan kemaslahatan manusia, tetapi juga lebih dari
itu, maqashid syariah dapat memberikan dimensi filosofis dan rasional terhadap
produk hukum ekonomi islam yang dilahirkan dalam aktivitas ijtihad ekonomi
kontemporer. Maqashid syariah akan memberikan pola pemikiran yang rasional dan
substansi dalam memandang akad-akad dan produk-produk perbankan syariah. Hanya
dengan pendekatanmaqoshid syariah- lah produk perbankan dan keuangan syariah dapat
berkembang dengan baik dan dapat meresponi kemajuan bisnis yang terus berubah
cep
Di era kamajuan ekonomi dan keuangan syariah kontemporer, banyak persolan yang
mincul, seperti hedging, (swab, forward, options), Margin During Contruktion (MDC).
Profit equalization reserve (PER), trade finance, dan segala problematika nya, puluhan
kasus hybrid contracts,instrumen money market inter bank, skim-skim sukuk, repo,
pembiayaan sindikasi antar bank syariah ataudengan konvensional, restrukturisasi,
pembiayaanproperti indent, ijarah maushufashfizzimmah, hybrid take over dan
refinancing, forfeiting, overseasvinancing, skim KTA, pembiayaanmultiguna, desain
kartu kredit, hukum-hukum terkait jaminanfidusia, hipoteik da
n hak tanggungan, maqashid
dari anuitas, tawarruq, net revenue sharing, cicilan emas, investasi emas, serta sejumlah
kasus baru yang terus bermunculan. Semua kasus dan upaya ijtihad terhadap kompleksitas
ekonomi dan keuangan syariahyang masa kini yang terus berubah dan berkembang
memerlukan analisis berdimensi filosofis dan rasional dansubstantif yang terkandung
dalam konsep maqashid syariah.
Jiwa maqashid syariah akan mewujudkan fikih muamalah yang elastis, fleksibel, lincah
dan senantiasa bisa sesuai dengan perkembangan zaman (shilihun Li kulli zaman wa
makan). Penerapan maqashid syariah akan membuatbank syariah dan LKS semakin cepat
berkembang dan kreatif menciptakan produk produk baru, sehingga tidak kalah
produk bank konvension
F. Aplikasi
Syariah Ekonomi
Maqash Dala Isla 2
Sebelumnya telah dikemukakan, bahwa maqashid syariah m enduduki posisi yang sangat
penting dalam merumuskan ekonomi syariah, menciptakan produk produk perbankan dan
keuangan syariah. Berikut beberapa implikasi maqashidsyariah dalam sistem ekonomi
Islam.
1. Maqashid dalam Proses Produksi
Islam tidak menolak pertimbangan bahwa untuk memproduksi dan jasa
mempertimbangkan for whom too produce sehingga akan menentukan what to produce.
Dengan mengacu pada konsep maslahah sebagai tujuan dari MaqashidSyariah, maka
proses produksi akan terkait dengan beberapa faktor berikut : pertama, ka
rena produsen
d alam islam tidak hanya mengejar profitability namun juga menjadikan maslahah
barometernya, maka ia tidak akan memproduksi atau jasa yang tidak searah dengan
barang
aqashidM Syariah, menyalahial -kulliyah al-khamsahdantidakmeningkatkan
k emaslahatan baik dalam level maupun sosi
2. Maqashid Syariah dalam Konsumsi
Dalam ekonomi konvensional,
konsumen diasumsikan mempunyai tujuan untuk
memperoleh kepuasan (utility) dalam kegiatan konsumsinya.
Utility secara bahasa berarti berguna (usefulness), membantu (helpfulness)
barang yang dirasakan olehseoarang konsumen ketika mengonsumsi suatu barang.
menguntungkan (advantage). Dalam konteks ekonomi, utilitas dimaknai sebagai
tersebut. Karena
Kegunaan ini bisa ada
jugarasa inilah, sebagai
dirasakan maka sering kali utilitas
rasa tertolong dimaknai
dari juga sebagai
suatu kesulitan karenarasa puas
ataukepuasaan yang dirasakan oleh seseorang 16 konsumen dalam mengonsumsi
Dengan demikian, kepuasaan atau utilitas dianggap sama, meskipun sebenarnya
baran 22
kepuasaan merupakan akibat yang ditimbulkan oleh Karena tujuan konsumsi selalu
identik dengan perolehan suatu kepuasaan yang tertinggi, maka suatu barang atau jasa itu
dikatak telah memberik kepuasaan ketika membawa suatu atau kemaslahatan.
2
3. Maqashid Syariah dalam Kebijakan
Kebijakan fiskal didefinisikan sebagai kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan
penggunaan pajak, pinjaman masyarakat, pengeluaran masyarakat oleh pemerintah untuk
tujuan stabilitas atau pembangunan, sehingga terbentuk modal dan laju pertumbuhan
ekonomi yang berjalan dengan baik. Dasar kebijkan fiskal secara umum bertujuan untuk
pemerataan pendapatan dan kesejahteraan. Akan tetapi, kesejahteraan dalam islam
mencakup kesejahteraan dunia akhirat (falah), oleh karena itu nilai-nilai moral harus
mendasari kebijakan fiskal.
dalam pengembangan
Kesejahteraan masyarakat
yang dimaksud dalamyang didasari
kebijakan atauislam
fiskal distirbusi kekayaan berimbang
yaitu kebijakan
dengan menempatkan nilai-nilaimeterial dan spiritual dalam tingkat yang seimbang.
Kebijakan fiskal dalam islam, regulasi pemasukan dan pengeluaran merupakan salah satu
dari berbagai perangkat untuk mencapai kemaslahatan . Suatu kemaslahatan adalah segala
bentuk keadaan, baik material maupun immaterial, yang mampu meningkatkan kedudukan
menusia sebagai makhluk yang paling
11
Perbedaan subtansial antara kebijakan fiskal islam dan konversional adalah tidak ada peran
suku bunga dalam utang public. Seluruh mekanisme pinjaman dalam islam
diproses dengan bebas bunga. Penekanan dalam sistem islam mengenai
beroerientirasi pada keadilan atau bukan kepada pinjaman. Variasi-variasi sistem
reltif terbatas dan jarang didasarkan pada penerapan kriteria efesiensi dalam bidang
ekonomi secara informal memiliki sector moneter yang sangat luas dan terorganisasi.
Mamun ada berbagai tujuan yanghamper samadengan kebijakan fiskal islam dan
konvensional seperti aspek keseimbangan, pertumbuhan, dan pembagian yang lain
islam mengaplikasikannya dengan tujuan untuk menerjemahakan aspek dan nilai
islam.
Instrument kebijkan fiskal dalam ekonomi islam dapat dikaterogrikan dalam tiga hal, yaitu
masalah penerimaan negara, pengeluaran negara, dan utang negara. Namun komponen
yang menonjol dalam kebijakan fiskal adalah masalah pajak. Dalam konteks
islam,sistem pajak ini termasuk dalam penerapan kewajiban membayar zakat, jizyah, fati,
ghanimah, dan lain- mempunyai kedudukan istimewa
Dalam sistem dan kebijakan fiskal islam,
strategis karena sebagai sumber pendapatan yang utama. Zakat dapat
pengeluaaran negara, baik dalam bentuk expenditure, government tarnfer,
sehingga mampu meningkatkankesejahteraan rakyat. Zakat dapat dianggap sebagai sistem
fiskal komprehensif yang memiliki kelengkapan aturan mencakup subjek, objek, tariff,
masin, hauk, hingga lokasi distribusinya.
TOP SOURCES
The sources with the highest number of matches within the submission. Overlapping sources will not be
displayed.
repository.uin-suska.ac.id
Internet 13%
123dok.com
Internet
12%
ahmadnoormuhammad.blogspot.com
Internet 6%
repository.uinsu.ac.id
Internet 5%
eprints.iain-surakarta.ac.id
Internet 5%
id.scribd.com
Internet 3%
blog.umy.ac.id
Internet 3%
Sources overview
Similarity Report ID: oid:20374:31348951
repository.umsu.ac.id
Internet 2%
digilib.iain-palangkaraya.ac.id
Internet 2%
berdiskusiekonomisyariah333.blogspot.com
Internet 2%
ejournal.iainh.ac.id
Internet 2%
media.neliti.com
Internet 2%
repository.radenintan.ac.id
Internet 2%
id.123dok.com
Internet 2%
eprints.walisongo.ac.id
Internet 1%
akhiandriyaldi.wordpress.com
Internet 1%
etheses.iainponorogo.ac.id
Internet 1%
tongkronganislami.net
Internet 1%
core.ac.uk
Internet
<1%
Sources overview
Similarity Report ID: oid:20374:31348951
kopiirengadrees.blogspot.com
Internet <1%
digilib.uinsby.ac.id
Internet
<1%
zeqjs.wordpress.com
Internet
<1%
dspace.uii.ac.id
Internet
<1%
ejournal.unisnu.ac.id
Internet
<1%
kompasiana.com
Internet
<1%
repositori.uin-alauddin.ac.id
Internet
<1%
suhardirtx.blogspot.com
Internet
<1%
docplayer.info
Internet
<1%
etd.repository.ugm.ac.id
Internet
<1%
Sources overview
Similarity Report ID: oid:20374:31348951
ejournal.iaisyarifuddin.ac.id
Internet <1%
duniatanpasekat.blogspot.com
Internet
<1%
researchgate.net
Internet
<1%
fanar.gov.qa
Internet
<1%
knks.go.id
Internet
<1%
Sources overview