Oleh:
Sharon Gondodiputro,dr.,MARS
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung 2007
ABSTRAK Dalam pengembangan program Promosi Kesehatan, dikenal pula istilah Pendidikan Kesehatan yaitu segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Hasil yang diharapkan dari suatu pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan
yang
kondusif.
Berdasarkan
dimensi
tingkat
pelayanan
kesehatan,
pendidikan/promosi kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencehagan dari Leavel and Clark yaitu: Promosi kesehatan, pendidikan kesehatan yang diperlukan adalah peningkatan gizi, kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan, kesehatan perorangan dll, Perlindungan khusus, seperti imunisasi, Diagnosis segera dan pengobatan segera, Pembatasan cacat dan Rehabilitasi. Tahap awal dalam merencanakan promosi kesehatan adalah kegiatan analisis situasi external maupun internal Puskesmas untuk melihat kelebihan, kekurangan, peluang dan ancaman/hambatan yang dihadapi oleh sarana tersebut yang disebut dalam pelaksanakan promosi kesehatan. Analisis tersebut dinamalan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and Threats . Analisis faktor eksternal dilakukan untuk ) mendapatkan gambaran Peluang (Opportunity) dan Threats ( Ancaman) atau dengan perkataan lain melihat faktor-faktor pendukung dan hambatan yang berasal dari luar PUSKESMAS. Analisis Faktor internal dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang Kekuatan (Strength) dan Kelemahan (Weakness) PUSKESMAS itu sendiri, sehingga kita dapat memperkuat kekuatan kita dan mengurangi kelemahan kita. Selanjutnya analisis ini diperlukan untuk mengetahui apakah faktor-faktor yang dianalisis mempunyai dampak
terhadap
timbulnya
masalah
kesehatan
dan
masalah
pelayanan
kesehatan
Langkah langkah perencanaan promosi kesehatan hipertensi di Puskesmas adalah sebagai berikut: Analisa Masalah Kesehatan dan Perilaku; Menetapkan Sasaran; Menetapkan tujuan ; Menetapkan Strategi; Menetapkan Pesan Pokok; Menetapkan Metode dan Alat Bantu/Media Pendidikan; Menetapkan Kegiatan Operasional; Menetapkan Pemantauan dan Evaluasi
1200
1286
1000
800
600
752
400
200
129
0
300
0
0-7 hr
0
8-29 hr
0
1- 12 bln
0
1-4 thn
0
5-14 thn 15 - 44 thn 45-54 thn Hipertensi 55-64 thn > 65 thn
1. Kata-kata 2. Tulisan 3. Rekaman,radio 4. Film 5. Telivisi 6. Pameran 7. Field trip 8. Demonstrasi 9. Sandiwara 10. Benda tiruan 11. Benda asli
= Sehat bukan berarti tidak sakit. Dengan perkataan lain, kalau tidak sakit, belum tentu sehat apalagi bugar. Tapi mengapa kita sering melupakan penyakit tidak menular di masyarakat ? "Menunggu" sampai timbul kasus ? Bukankah mengobati lebih mahal daripada mencegah? ,Dokter yang bekerja di sarana kesehatan primer dengan berpikir analitik dan pencegahan merupakan pilihan. =
Di seluruh dunia derajat kesehatan tidak mera dan cenderung menurun terutama ta di negara berkembang. Hal ini terjadi juga di Indonesia. Dari tahun ke tahun Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi sebagai indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menurun landai dan masih menjadi masalah. Beban iniditambah dengan adanya timbulnya penyakit-penyakit menular yang baru dan yang lama re-emerging dan new ( emerging diseases), sementara penyakit tidak menular atau degeneratif mulai meningkat (non communicable disease) (WHO Report, 2002). Apa yang salah dengan sistem kesehatan kita? Apakah dengan pembangunan kesehatan selama ini belum berdampak positif terhadap derajat kesehatan? Kenyataannya derajat kesehatan meningkat bila dibandingkan dengan 50 tahun yang lalu. Di setiap Kecamatan ada PUSKESMAS yang melay masyarakat secara komprehensif, begitu ani pula dengan Rumah Sakit, hampir setiap Kabupaten/Kota mempunyai minimal 1 Rumah Sakit, tetapi distribusi sumber daya kesehatan belum merata, karena sebagian besar terdapat di Pulau Jawa. Pada umumnya sumber daya ersebut dialokasikan terutama t untuk pelayanan sophisticated medical institutes di daerah perkotaan ( biaya tinggi). Keterbatasan dana Pemerintah disertai dengan alokasi yang tidak tepat karena
Sakit, dan hanya 15% diperuntukkan bagi pelayanan kesehatan primer yang justru
melayani sebagian besar masyarakat. Di pihak lain PUSKESMAS merupakansarana pelayanan kesehatan primer yang paling banyak digunakan oleh masyarakat untuk mendapatkan pengobatan yaitu sebesar 40%.( Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat, 2006) Deklarasi Alma Ata (International Conference on Primary Health Care, AlmaAta, USSR, 6-12 September 1978 ) telah memberikan solusi terhadap masalah-masalah
tersebut.
Setiap
Negara
diwajibkan menyusun
kebijakan
kesehatannya
dalam
melaksanakan hasil-hasil dari deklarasi tersebut. Beberapa hal penting yang sangat perlu diperhatikan oleh seluruh negara adalah : Pelayanan kesehatan primer (Primary health care) adalah pelayanan kesehatan yang sangat esensial dengan menggunakan ilmu kedokteran dan kesehatan praktis yang dapat diterima oleh individu, keluarga dan masyarakat, sehingga mereka dapat memelihara kesehatannya selama siklus hidupnya(every stage of their development) . Pemeliharaan kesehatan ini dilakukan oleh masyarakat tergantung dari diri sendiri (self
1.
reliance dan pengambil keputusan sendiri (self determination). Untuk . ) melaksanakan prinsip tersebut, maka sebagai dokter, kita harus melibatkan masyarakat secara aktif dan memberikan informasi kesehatan yang akurat.
2.
Karakteristik pelayanan kesehatan primer adalah : a. merupakan level pertama/strata pertama kontak dengan individu, keluarga dan masyarakat b. merupakan refleksi dan penerapan dari ilmu-ilmu(multidisiplin dan interdisiplin) sosial, biomedikal dan ilmu-ilmu lain yang terkait berdasarkan fakta (evidence) c. menjadikan pelayanan kesehatan sedekat mungkin tempat tinggal atau tempat bekerja masyarakat d. melibatkan partisipasi masyarakat secara t tal agar mereka dapat o menjalanlan 2 prinsip yang telah dijelaskan sebelumnya. Ini sangat memberikan keuntungan bagi kita dimana untuk menyelesaikan masalah kesehatan, tidak perlu setiap kali masyarakat harus mencari dokter, tetapi
ada masalah-masalah yang mereka dapat pecahkan sendiri. Masyarakat disini meliputi pula community
e. Pelayanan kesehatan primer bukan suatukegiatan yang berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian dari sistem kesehatan nasional. Pada Sistem kesehatan nasional ini terdapat pelayanan kesehatan sekunder dan tertier, dimana ke tiganya merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. f. Selalu memperhatikan masalah kesehatan utama yang terjadi di masyarakat, sehingga pelayanan kesehatan yang diberikan bukan saja kuratif dan rehabilitatif, tetapi meliputi pula preventif dan promotif.
Seperti yang telah diketahui bersama, dari seluruh populasihanya 15 % yang akan menjadi sakit, sehingga sesuai dengan amanat Deklarasi Alma Ata, maka bentuk-bentuk pelayanan kesehatan primer utamanya menekankan upaya-upaya pencegahan agar masyarakat tidak jatuh sakit dan masyarakat yang sehat dapat memelihara kese atan dan h kebugarannya secara optimal. Bentuk-bentuk pelayanan kesehatan primer minimal meliputi: 1. Pendidikan kesehatan untuk agar masyarakat dapat mengatasi masalah kesehatan berdasarkan 2 prinsip yaitu tergantung dari diri sendiri (self reliance) dan pengambil keputusan sendiri (self determination). . 2. Metode-metode pencegahan dan pengendalian penyakit 3. Nutrisi/Gizi masyarakat 4. Sanitasi lingkungan dan suplai air bersih yang mencukupi 5. Kesehatan Ibu dan Anak termasuk Keluarga Berencana 6. Imunisasi bagi penyakit-penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi 7. Pencegahan dan pengendalian penyakit-penyakit lokal dan endemis 8. Pengobatan rasional bagi penyakit dan kecelakaan (injuries) 9. Ketersediaan obat-obat esensial
Setiap negara berkewajiban mengembangkan pelayanan kesehatan primernyamasingmasing sesuai dengan kondisi dan situasi di negara tersebut. Sejak tahun 1968 Indonesia telah mengembangkan pelayanan kesehatan primer yaitu dinamakan Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS). PUSKESMAS Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) telah didirikan hampir di
Kesehatan Republik
1. PUSKESMAS adalah unit pelaksana teknis pelayanan kesehatan primer/strata pertama dan bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya yaitu penyelenggaraan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. 2. PUSKESMAS mempunyai wilayah kerja, standar wilayah kerja adalah satu Kecamatan. Hal ini mengandung arti bahwa PUSKESMAS melayani sejumlah penduduk baik sehat maupun sakit yang menjadi tanggung jawabnya. 3. PUSKESMAS mempunyai misi yaitu memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya. PUSKESMAS akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan mencakup pula as lingkungan dari pasien, keluarga dan pek masyarakat tersebut. 4. PUSKESMAS harus dikelola dengan baik dengan menggunakan fungsi-fungsi
manajemen
seperti
Perencanaan,
Pengorganisasian,
Penggerakkan
dan
Upaya-upaya yang ada di PUSKESMAS berupa upaya-upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif di upaya-upaya kesehatan wajib yaitu: 1. Upaya Promosi Kesehatan 2. Upaya Kesehatan Lingkungan 3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana 4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat 5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular 6. Upaya Pengobatan
Dalam pengembangan program Promosi Kesehatan, dikenal pula istila Pendidikan h Kesehatan yaitu segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Hasil yang diharapkan dari suatu pendidikan kesehatanadalah perilaku kesehatan atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif. Namun demikian WHO pada awal tahun 1980-an menyimpulkan bahwa
pendidikan kesehatan tidak mampu menca tujuannya, apabila memfokuskan pada pai upaya-upaya perubahan perilaku saja. Pendidikan kesehatan harus mencakup pula upaya perubahan lingkungan. Sejak itu dikenal istilah Promosi Kesehatan. Promosi kesehatan merupakan revitalisasi pendidikan kesehatan.Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya-upaya memfasilitasi perubahan perilaku. Berdasarkan dimensi tingkat pelayanan kesehatan, pe ndidikan/promosi kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencehagan dari Leavel and Clark yaitu: 1. Promosi kesehatan, pendidikan kesehatan yang diperlukan adalah peningkatan gizi, kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan, kesehatan perora gan dll n 2. Perlindungan khusus, seperti imunisasi 3. Diagnosis segera dan pengobatan segera, secara umum penyakit-penyakit yang terjadi di masyarakat sering sulit terdeteksi karena informasi tentang hal tersebut minimal. Oleh sebab itu peran pendidikan kesehatan sangat diperlukan pada tahap ini terutama penyebarluasan informasi kesehatan dan penyakit. 4. Pembatasan cacat, pendidikan kesehatan diperlukan agar masyarakat yang telah sakit tidak jatuh ke dalam kecacatan, misalnya penyakit Diabetes Mellitus. 5. Rehabilitasi, bila masyarakat telah sembuh dari penyakitnya, kadang-kadang menjadi
cacat.
Untuk
memulihkan cacatnya
diperlukan
latihan-latihan untuk
tetap
Tahap awal dalam merencanakan promosi kesehatan adalah kegiatan analisis situasi external maupun internal Puskesmas untuk melihat kelebihan, kekurangan, peluang dan ancaman/hambatan yang dihadapi oleh sarana tersebut yang disebut dalam pelaksanakan promosi kesehatan. Analisis tersebut dinamalan analisisSWOT (Strength, Weakness, Opportunity and Threats . Analisis faktor eksternal dilakukan untuk ) mendapatkan gambaran Peluang (Opportunity) dan Threats ( Ancaman) atau dengan perkataan lain melihat faktor-faktor pendukung dan hambatan yang berasal dari luar PUSKESMAS. Analisis Faktor internal dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang Kekuatan (Strength) dan Kelemahan (Weakness) PUSKESMAS itu sendiri, sehingga kita dapat memperkuat kekuatan kita dan mengurangi kelemahan kita. Selanjutnya analisis ini diperlukan untuk mengetahui apakah faktor-faktor yang dianalisis mempunyai dampak terhadap timbulnya masalah kesehatan dan masalah pelayanan kesehatan.
1. Analisis faktor eksternal PUSKESMAS . Analisis faktor eksternal dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kebijakankebijakan atau aturan-aturan yang ditetapkan dalam mengelola PUSKESMAS,wilayah kerja, penduduk dan institusi yang dilayani oleh PUSKESMAS tersebut, adanya sumber daya baik swasta maupun masyarakat yang dapat dijadikan mitra kerja PUSKESMAS dalam menjalankan program-program kesehatannya, faktor-faktor lingkungan sosial ekonomi dan budaya lokal spesifik yang dapat menjadi risiko timbulnya penyakit atau dapat menghambat aksesitas pelayanan kesehatan di PUSKESMAS dll. Beberapa tabel di bawah ini dapat menjadi alat bantu proses analisis tersebut. Hasil analisis ini menjadi sumber informasi yang sangat penting dalam kelancaran pelaksanaan program- program di PUSKESMAS apakah merupakan pendukung atau penghambat Aspek-aspek yang dilakukan analisis faktor eksternal adalah : a. Analisis kebijakan- kebijakan dalam pengelolaan PUSKESMAS. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada aturan-aturan yang harus dipatuhi secara aspek legal dalam menjalankan PUSKESMAS. Aturan-aturan ini dapat berbentuk Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, Peraturan daerah dan sebagainya. Selanjutnya aturan aturan tersebut dapat berupa pengelolaan sumber daya, Standar pelayanan minimal yang harus dilaksanakan, penganggaran dan sebagainya. b. Analisis Geografi Peran analisis data geografi sangat besar dalam menentukan ada tidaknya faktor geografi untuk timbulnya masalah kesehatan serta aksesibilitas pelayanan kesehatan PUSKESMAS untuk masyarakat yang dilayaninya Informasi yang didapat dari analisis ini adalah:
2) Jumlah Desa/Kelurahan, 3) Jumlah RW dan RT masing-masing Kelurahan 4) Keadaan geografis wilayah tersebut apakah daerah pantai, pegunungan, daerah aliran sungai, daerah pertanian, daerah industri, daerah rawan kecelakaan dan sebagainya ( sangat lokal spesifik) 5) Sarana transportasi
6) Adanya daerah rawa , daerah endemis suatu penyakit, daerah rawan bencana, rawan penyakit menular 7) Sarana air bersih dan Jamban keluarga
8) Sarana yang berpotensi menimbulkan polusi atau pencemaran lingkungan 9) Sarana olahraga yang menunjang kegiatan aktifitas fisik masyarakat
Kegiatan Industri
Jenis polusi Limbah cair Limbah padat Bahan beracun dan berbahaya (B3) merkuri cyanida Sampah organik Limbah organik Sampah organikdll
Desa/Kel
Desa/Kel
Desa/Kel
2. 3. 4. 5.
6.
7.
Tambang emas tradisional Pasar Rumah potong hewan Tempat pembuangan sampah sementara Tempat pembuangan sampah akhir Sarana kesehatan potensial
c. Analisis Demografi Analisis ini dapat menggambarkan kondisi penduduk yang dilayani oleh
PUSKESMAS, sehingga PUSKESMAS dapat menyiapkan pelayanan yang cocok dengan kebutuhan masyarakatnya. Hal-hal yang perlu dianalisis adalah: 1) Jumlah Penduduk, untuk mengetahui jumlah pendudukyang dilayani. 2) Kepadatan penduduk, makin tinggi kepadatan penduduknya, risiko untuk penyebaran penyakit menular makin tinggi. Juga risiko untuk terjadinya penyakit tidak menular lebih besar, misalnya gangguan mental seperti depresi, stress dll. Gangguan mental ini dapat menjadi faktor risiko untuk terjadinya penyakit kardiovaskuler dan pembuluh darah seperti hipertensi. 3) Angka pertambahan penduduk
4) Angka Fertilitas 5) Piramida penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin. Piramida ini digunakan untuk menggambarkan perubahan komposisi umur dan jenis kelamin penduduk dari waktu ke waktu serta tergantung dari angka kelahiran dan kematian , juga adanya
mengembangkan program-program kesehatan sesuai dengan jenis kelamin dan umur.Piramida penduduk ini sebaiknya berasal dari data 3 tahun terakhir. Hal ini sangat penting untuk melihat perubahan jumlah penduduk spesifik di wilayahkerja PUSKESMAS tersebut, misalnya dalam 3 tahun terakhir ini terjadi peningkatan jumlah penduduk usia lanjut yang sangat signifikan. Untuk itu PUSKESMAS harus menyusun program spesifik bagi penduduk tersebut agar kesehatannya terjaga dengan baik. Bentuk piramida penduduk terdapat 3 bentuk yaitu: 1. Bentuk Ekspansif, jika sebagian besar penduduk terdapat pada kelompok umur muda. Umumnya terdapat pada negara-negara dengan angka kelahiran dan kematiannya tinggi. Keadaan ini membuktikan bahwa belum berhasiln ya
terutama di usia dewasa dan usia lanjut. Juga melihat jumlah bayi dan balitanya tinggi, maka program-program Kesehatan Bayi danBalita perlu ditingkatkan. Bentuk ekspansif ini juga menggambarkan bahwa beban tanggungan keluarga sangat tinggi, karena banyak anggota keluarga yang belum masuk ke dalam angkatan kerja.
2. Bentuk Konstruktif, jika sebagian kecil penduduk terdapat pada kelompok umur muda. Bentuk ini terdapat di negara- negara yang tingkat kelahirannya menurun dengan cepat dan angka kelahirannya rendah.
10
3. Bentuk Stationer, jika jumlah penduduk dalam tiap kelompok umur hampir sama. Bentuk ini terdapat di negara-negara yang angka kelahiran dan kematiannya rendah. Pada umumnya di negara-negara yang sudah berkembang dengan standar hidup yang tinggi, umur harapan hidup yang panjang dan rendahnya angka pertumbuhan penduduk.Dampak terhadap program kesehatan adalah pengembangan Program Pencegahan Penyakit tidak menular , Program usia lanjut dll.
6) Pendidikan Distribusi penduduk berdasarkan pendidikan sangat penting dalam penyampaian informasi kesehatan.
11
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis Pendidikan Tidak / Belum Sekolah Tidak Tamat SD Belum Tamat SD Tamat SD SLTP SLTA Akademi / Sarjana Sarjana Jumlah
Tahun 2005 Jumlah 3486 1078 4527 4918 3250 4457 362 126 22204
Dari contoh tabel diatas, terlihat bahwa sebagian besar penduduk di wilayah kerja Puskemas berpendidikan SMP ke bawah. Dalam kegiatan promosi kesehatan, maka bahasa dan cara yang digunakan harus memperhatikan tingkat pendidikan masyarakat tersebut seperti bahasa yang digunakan sedikit mungkin menggunakan bahasa-bahasa ilmiah, tetapi lebih banyak menggunakan baha sa-bahasa populer.
7) Pekerjaan dan mata pencaharian, untuk menganalisis kemungkinan adanya risiko timbulnya penyakit akibat kerja dan risiko ini harus diminimalisasi dengan menyusun program-program pencegahan penyakit. Analisis ini mungkin dapat juga memberikan gambaran tentang status penghasilan penduduk tersebut. Selanjutnya pekerjaan dapat menggambarkan waktu yang tepat dalam melakukan kegiatan pendidikan/promosi kesehatan.
12
Dari tabel di atas terlihat bahwa pada tahun 2005, sebagian besarpenduduk bermata pencaharian sebagai buruh. Artinya bila sasaran kita adalah buruh, maka waktu melakukan pendidikan/promosi kesehatan tidak dapat dilakukan pada pagi hari, kecuali hari libur. Juga hal ini berlaku pada kelompok PNS, TNI dan pegawai. Bila sasaran pendidikan/promosi kesehatan adalah ibu rumah tangga (2006), maka pendidikan/promosi kesehatan dapat dilakukan pada pagi hari.
8) Distribusi penduduk berdasarkan sasaran program ( bayi, balita, ibu hamil dll) dan sasaran spesifik misalnya anak jalanan, PSK, TKW/TKI, penduduk musiman dll. Selain distribusi penduduk berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan, maka pembagian penduduk juga berdasarkan sasaran program kesehatan yang ada di Puskesmas Tabel . Jumlah sasaran program Puskesmas x Tahun 2005 dan 2006
Anak
Dari tabel tersebut, terlihat distribusi penduduk berdasarkan sasaran program yaitu ibu hamil, ibu bersalin, neonatus, bayi, balita, anak sekolah dan usia lanjut. Dalam perencanaan program pendidikan kesehatan/promosi kesehatan, sasaransasaran ini menjadi penting, misalnya untuk kelompok usia lanjut, kita harus melakukan program pencegahan dan penanggulangan penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskuler dan pembuluh darah,keganasan, Diabetes mellitus dll. Jika diperhatikan kelompok usia lanjut merupakan kelompok dengan jumlah terbesar dibandingkan kelompok lain pada sasaran program.
9) Keadaan sosial budaya penduduk, meliputi kalau ada tentang pandangan tentang sehat sakit, gaya hidup, perilaku hidup sehat dan bersih, perilaku pencarian pengobatan, kebiasaan-kebiasaan, larangan dan anjuran- anjuran. Ke semuanya ini dapat menjadi pendukung atau penghambat kelancaran program-program pendidikan/promosi kesehatan
13
d. Analisis derajat kesehatan Dalam mencapai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) maka indikator-indikator , kesehatan yang merupakan komponen dalam IPM tersebut adalah Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup. Di Tingkat Kecamatan atau tingkat administrasi di bawahnya, kita tidak mungkin menghitung angka-angka tersebut karena denominatornya terlalu kecil,sehingga yang digunakan adalah nilai atau jumlah absolut kematian ibu dan kematian bayi. Hal yang sangat penting adalah mengapa kematian tersebut terjadi (penyebabnya), periode waktunya adalah 3 tahun terakhir dan dimana kematian tersebut terjadi.Sebagai penanggung jawab kesehatan di wilayahnya, PUSKESMAS wajib mengetahui tentang hal-hal tersebut. Untuk Angka Harapan Hidup biasanya yang digunakan adalah angka Harapan Hidup tingkat Kabupaten/Kota atau tingkat Propinsi. Selain indikator kesehatan dalam IPM, maka angka kematian kasar dan angka kesakitan di wilayah kerja PUSKESMAS wajib diketahui. Namun demikian karena kita tidak dapat menghitung Prevalensi dan Insidensi, maka yang digunakan adalah nilai/jumlah absolut. Status gizi balita merupakan salah satu i dikator derajat kesehatan, sehingga sebagai n dokter di pelayanan kesehatan primer, informasi ini juga sangat dibutuhkan. Informasi informasi yang dibutuhkan sebagai hasil analisis derajat kesehatan adalah: 1) Jumlah kematian ibu hamil, bersalin dan nifas penyebabnya selama 3 tahun , terakhir 2) Jumlah kematian bayi beserta penyebabnya selama 3 tahun terkhir 3) Jumlah kematian balita beserta penyebabnya selama 3 tahun terakhir 4) Jumlah kematian kasar beserta penyebabnya selama 3 tahun terakhir 5) Angka Harapan hidup selama 3 tahun terakhir 6) Jumlah kesakitan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi 7) Jumlah kesakitan penyakit menular yang cenderung dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa dan diamati secara cermat dengan kegiatansurveillance misalnya demam berdarah, Avian Flu, Malaria dan penyakit menular lokal spesifik seperti TBC, Filariasis, Lepra, Anthrax dsb.
14
8) Jumlah kesakitan terbanyak (10 terbanyak) berdasarkan umur baik penyakit menular maupun tidak menular yang didapat dari data kunjungan pasien (LB1) PUSKESMAS 3 tahun terakhir. 9) Status gizi balita: gizi baik, gizi kurang, gizi buruk dan gizi lebih selama 3 tahun terakhir.
e. Analisis Kelembagaan bersumber daya masyarakat: peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan misalnya UKBM (Usaha Kesehatan Bersumber Masyarakat), antara lain yaitu : pos yandu, polindes, posbindu, pengobatan tradisional/Batra, Wahana Pelayanan Kesehatan dasar, dana sehat, JPKM, Poskestren, pengobatan alternatif (institusi penyelenggara pengobatan Reiki, Tetada Kalimasada, Sinar Putih, Mahatma, bengkel patah tulang dll), pesantren maupun institusi tradisional lain pengelola pengobatan Narkoba. Dalam analisis perlu dibahas mengenai kepesertaan, pemanfaatan oleh peserta (utilisasi), unit UKBM mana yang paling diminati oleh masyarakat, serta kendala yang dihadapi dalam pengelolaannya. Kelembagaan bersumber daya masyarakat dibuat dalam bentuk tabel seperti di bawah ini, kolom diisi dengan jumlah sarana, jumlah kader/ pengurus/kelompok a untuk melihat tingkat peran serta ktif masyarakat dalam sarana tersebut. Kolom keterangan diisi dengan hal-hal yang perlu disampaikan dan tidak tercantum pada kolom yang ada.Tabel dapat dimodifikasi tiap kolom dibagi dua yaitu kolom jumlah sarana dan juml h kader/pengurus/kelompok a aktif.
f. Analisis sarana kesehatan swasta dan pemerintah yang ada. Analisis ini dibutuhkan untuk mengetahui potensi sarana kesehatan yang dapat dijadikan mitra untuk ikut serta aktif dalam pelaksanaan program-program yangtelah ditetapkan oleh PUSKESMAS. Sarana kesehatan ini dapat berupa sarana kesehatan primer, sekunder maupun tertier
Contoh Tabel Sarana kesehatan di Wilayah Kerja PUSKESMASTahun .. No. Jenis sarana kesehatan emilik P Pemr Swasta Jumlah Total Desa/Kel Desa/Kel Desa/Kel Desa/Kel
15
a. RS Jiwa b. RS Bersalin
c. Lainnya (uraikan) 3. Balai Kesehatan Masyarakat a. BP4 Pemr b. BKMM Pemr c. BKOM Pemr d. BKTK Pemr e. KKP Pemr 4. PUSKESMAS a.Pusk. Tanpa Pemr perawatan b. Pusk. DTP Pemr c. Pusk. Pembantu Pemr 5. Praktek perorangan a. Dr. Umum Swasta b. Dr. Spesialis Swasta C. Drg. Swasta d. Drg. Spesialis Swasta e. bidan Swasta 6. Praktek Berkelompok Swasta a. Dokter Umum Swasta b. Dr. Spesialis Swasta C. Dokter gigi Swasta d. Drg. Spesialis Swasta 7. Balai Pengobatan (BP) 8. Rumah Bersalin 9. Balai Kesehatan a. Balai Kes. Ibu & Anak b. Balai Kes.Gigi c. Balai KB d. lainnya (sebutkan) 1 0 . Laboratorium Pemr Swasta 1 1 . Sarana Rehab narkoba 1 2 . Sarana lain (sebutkan) Sumber : (.., tahun ..).
g. Analisis institusi-institusi yang menjadi sasaran program PUSKESMAS. Institusi-institusi ini meliputi sekolah-sekolah, pesantren, pabrik-pabrik,home industry dan sebagainya.
16
3. Analisis faktor internal PUSKESMAS. Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang kekuatan Strength) dan ( kelemahan (Weakness) sumber daya yang ada di PUSKESMAS. Dengan mengetahui halhal tersebut, maka dapat dilakukan upaya-upaya untuk memperkuat kekuatan dan mengurangi kelemahan PUSKESMAS tersebut. Adapun faktor-faktor yang dianalisis adalah: a. Upaya-upaya kesehatan yang dilaksanakan di PUSKESMAS yang bersangkutan Sebagai seorang dokter yang bekerja di sarana pelayanan kesehatan primer, maka seharusnyalah sebelum memulai pekerjaan tersebut, yang bersangkutan terlebih dahulu mengetahui upaya-upaya kesehatan yang dilaksanakan di PUSKESMAS yang bersangkutan tersebut. ( upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan) b. Sumber daya manusia Untuk melaksanakan upaya-upaya kesehatan tersebut, dibutuhkan sumber daya manusia baik kuantitas maupun kualitas. Sebagai bahan analisis dapat digunakan
Pedoman
Penyusunan
Perencanaan
SDM
Kesehatan
Di
tingkat
Propinsi,
Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI no 81/Menkes/SK/I/2004 ( terlampir)
17
No 1. 2. 3. 4. 5. dst
Jenis Tenaga
Yang Ada
Standar
Kurang
Keterangan
Total
Total
Total
Obat dan bahan habis pakai serta Alat kesehatan (jenis, jumlah, sumber, lokasi), yang perlu diuraikan disini bukan jumlah dalam artian kuantitatif tetapi jumlah riil yang ada dibandingkan dengan kebutuhan, terutama jenis obat esensial yang tersedia dikaitkan dengan pola penyakit yang ada, lokasi penempatan/penyebaran dikaitkan dengan institusi kesehatan serta kunjungan pasien. e. Pendanaan PUSKESMAS Dana sangat dibutuhkan untuk pengelolaanPUSKESMAS, oleh sebab itu sangat perlu mengetahui sumber-sumber dan besaran pendanaan untuk PUSKESMAS yang bersangkutan, meliputi :
1) 2) 3)
Jumlah dana Retribusi Kesehatan , APBN (uraikan sumber dan atau nama proyek) APBD Kabupaten/Kota dari tahun ke tahun (usulan & realisasi, serta sumber dana untuk kesehatan) baik Rutin (Belanja Administrasi Umum) maupun Pembangunan (belanja operasi, pemeliharaan dan modal)
4) 5)
Jelaskan juga masalah-masalah yang ada dalam pembiayaan kesehatan ini baik segi kualitas maupun kuantitas pembiayaan kesehatan (agar diupayakan data 5 tahun terakhir), seperti yang tercantum dalam contoh Tabel berikut. Contoh Tabel . Pembiayaan Kesehatan Tahun .
18
No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Jenis Sumber Biaya 1998 Retribusi JPS-BK/PPDSPE/PKPS-BBM Askes Biaya dari APBD Kab/Kota Biaya dari APBD Prop Biaya dari APBN Sumber lain Jumlah seluruhnya
2002
f. Manajemen PUSKESMAS Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan masyarakat, maka sangat perlu ditunjang oleh manajemen yang baik. Manajemen adalah rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematik untuk menghasilkan luaran output) yang ( efektif dan efisien. Rangkaian kegiatan yang sistematik tersebut dilakukan dengan menjalankan fungsi-fungsi manajemen. Sec singkat terdapat 3 fungsi manajemen di ara
PUSKESMAS
yaitu
Perencanaan,
Pelaksanaan
dan
Pengendalian
termasuk
Pengawasan dan Pertanggung jawaban.Semua fungsi manajementersebut harus dilaksanakan secara kontinu, terkait dan berkesinambungan. Dalam menganalisis manajemen PUSKESMAS yang bersangkutan, maka hal-hal yang perlu dipertanyakan adalah: 1) Perencanaan a) Apakah PUSKESMAS melakukan pertemuan-pertemuan untuk menyus n u perencanaan tahunan? b) Apakah PUSKESMAS mempunyai dokumen usulan kegiatan tahunan yang diajukan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota? c) Apakah PUSKESMAS mempunyai Perencanaan Tahunan yang telah disahkan oleh Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten? dibuktikan den adanya dokumen gan d) Apakah PUSKESMAS mempunyai Perencanaan pelaksanaan kegiatan bulanan ? dibuktikan dengan adanya dokumen. 1) Pelaksanaan a) Apakah PUSKESMAS melakukan pengorganisasian pelaksanaan kegiatan seperti penentuan penanggung jawab danpelaksana kegiatan ( pembagian tugas seluruh pegawai) baik untuk kegiatan dalam maupun luar gedung 3) Pemantauan, Pengendalian, Pengawasan dan Pertanggungjawaban a) Apakah dilakukan telaahan berkala misalnya bulanan, triwulanan, semesteran dll terhadap hasil kegiatan PUSKESMAS baik di dalam gedung maupun luar gedung yang meliputi misalnya cakupan, mutu pelayanan, masalah dan hambatan yang dihadapi ? b) Apakah dilakukan pengawasan dan penilaian terhadap kinerja pegawai secara berkala ?
c) Apakah
PUSKESMAS
melakukan
evaluasi
tahunan
dan
membuat
19
g. Hasil kegiatan PUSKESMAS, meliputi: 1. Utilisasi pelayanan kesehatan di PUSKESMAS (persentase kunjungan baru dan persentase kunjungan dan contact rate orang
lama,frekeunsi kunjungan,
miskin, persentase kunjungan PT ASKES dan asuransi kesehatan lain, dll). Cakupan program kesehatan (upayakan data 3 tahun terakhir), esuai dengan s Standar pelayanan minimal seperti:
2.
b) c) d)
KIA (pertolongan Nakes, kunjungan neonatal/N2,dll) GIZI (cakupan Fe3 Bumil, D/S,GAKI,Vit.A, BBLR,dll) Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (P2M dan PL), misalnya cakupan imunisasi, P2ML, P2B2, dan hasil pengobatan, cakupan penyakit spesifik daerah (misalnya kusta, fillariasis, anthrax, malaria), cakupan air bersih dan sarana jaga.
e) f) g)
Keluarga Berencana (akseptor CU/PUS) Promosi kesehatan mencakup bentuk, sas aran dan jenis kegiatan Kesehatan khusus (misalnya: Kesehatan gigi & mulut, Penyakit jiwa,
Data kesakitan masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas dikompilasi ke dalam Laporan Bulanan dan didistribusi berdasarkan umur. Sebagai contoh yang akan dibicarakan adalah distribusi penyakit tidak menular.
Distribusi hipertensi berdasarkan umur di Puskesmas X tahun 2006
1400
1200
1286
1000
800
600
752
400
129
0
300
55-64 thn
0
0-7 hr
0
8-29 hr
0
1- 12 bln
0
1-4 thn
0
5-14 thn 15 - 44 thn
> 65 thn
Hipertensi
20
Dari gambar tersebut, terlihat bahwa kejadian hipertensi sudah dimulai pada rentang umur 15-44thn dan melonjak tajam pada rentang usia > 45 tahun. Pada masyarakat dengan usia lanjut, kasus hipertenis merupakan kasus yang terbanyak.
PERENCANAAN PROMOSI KESEHATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS Langkah langkah perencanaan promosi kesehatan hipertensi di Puskesmas adalah sebagai berikut:
I.
Analisa Masalah Kesehatan dan Perilaku. Sebagai contoh, berdasarkan analisis situasi , didapatkan informasi-informasi yang sangat mendukung dalam pelaksanaan promosi kesehatan melalui penyuluhan tentang hipertensi, sebagai contoh: 1. Geografi, Wilayah kerja Puskesmas X ternyata mempunyai kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Kenyataan ini berdampak terhadap peningkatan risiko terjadinya penyakit tidak menular seperti hipertensi akibat stress 2. Usia penduduk terbanyak adalah usia prod uktif, dimana terjadi peningkatan yang cukup bermakna terhadap jumlah penduduk usia lanjut dari tahun ke tahun 3. Sebagian besar penduduk mempunyai pendidikan rata-rata SMP ke bawah, sehingga bahasa, alat bantu dan metode penyuluhan harus disesuaikan denga keadaan ini n 4. Sebagian besar penduduk bekerja sebagai buruh, PNS, TNI/Polri dan Pegawai swasta, sehingga bila akan dilakukan penyuluhan pada hari kerja, sebaiknya dilakukan pada siang atau sore atau malam hari. Dari distribusi hipertensi berdasarkan umu r,terlihat bahwa kejadian hipertensi sudah dimulai pada rentang umur 15-44 thn dan melonjak tajam pada rentang usia > 45 tahun. Pada masyarakat dengan usia lanjut, kasus hipertensi merupakan kasus yang terbanyak.
II.
Menetapkan Sasaran Dalam pemilihan sasaran pendidikan/promosi kesehatan, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu: a. Perjalanan alami penyakit Masing-masing penyakit memiliki perjalanan alaminya sendiri jika tidak diganggu dengan intervensi medis atau jika penyakit dibiarkan samp melengkapi ai 21
perjalanannya.Perjalanan penyakit dimulai dari pajanan seseorang rentan pada suatu keadaan/zat kimia/kuman. Setiap orang akan memiliki perbedaan dalam hal respons pada penyakit dan pengaruh penyakit padatubuh. Tubuh pertama kali akan merespons perubahan yang tidak terdeteksi dan tidak dirasakan. Begitu reaksi tubuh bertambah, tubuh akan mulai merasakan perubahan, yang ditandai dengan adanya gejala-gejala penyakit, misalnya sakit kepala, malaise dll. Sela njutnya penyakit ini akan berlanjut dan tubuh akan meresponsnya dengan 2 alternatif yaitu sembuh atau semakin sakit. Jika sakit memburuk, pada akhirnya penyakit akan menguasai tubuh dan terjadi komplikasi . Penyakitnya akan bertambah parah, sehingga dapat menimbulkan kecacatan atau bahkan kematian. Dari keterangan ini, maka pendidikan/promosi kesehatan dapat digunakan untuk melakukan pencegahan primer, sekunder dan tertier. Pencegahan primer adalah segala kegiatan yang dapat menghentikan atau mengurangi faktor risiko kejadian penyakit sebelum penyakit tersebut terjadi. Misalnya pada kasus hipertensi, yang dapat dilakukan adalah penyuluhan tentang hidup sehat, kurangi makanan yang banyak mengandung garam, beraktifitas fisik, tidak merokok dll Pencegahan sekunder lebih ditujukan pada kegiatan skrining dan deteksi untuk menemukan penyakit. Bila ditemukan kasus, maka dapat dilakukan pengobatan dini agar penyakit tersebut tidak menjadi parah. Kegiatan yang dapat dilakukan : pemeriksaan kesehatan setiap tahun agar dideteksi hipertensi atau tidak, pengobatan dini hipertensi, penyuluhan hidup sehat agar mengurangi faktor risiko hipertensi. Pencegahan tertier adalah suatu kegiatan difokuskan kepada mempertahankan kualitas hidup penderita yang telah mengalami peny yang cukup berat yaitu akit dengan cara rehabilitasi. Penentuan sasaran sangat ditentukan pencegahan mana yang akan dilakukan apakah primer, sekunder atau tertier. Bila kita ingin melakukan pencegahan primer, maka sasarannya adalah usia 15 -44 thn. Bila ki a ingin melakukan pencegahan sekunder, t maka sasarannya adalah usia > 45 thn.
b. Tujuan pendidikan/promosi kesehatan Tujuan pendidikan/promosi kesehatan sangat menentukan sasaran yang akan dipilih pada kegiatan pendidikan/promosi kesehatan, apakah untukmengubah perilaku masyarakat atau mendapatkan dukungan sosial atau melakukan advokasi 22
kepada pembuat keputusan. Untuk itu sasaran dibagi menjadi 3 yaitu: sasaran primer, sekunder dan tertier. Sasaran primer adalah kelompok masyarakat yang berisiko terkena atau sudah terkena suatu masalah kesehatan. Tujuan pendidikan/promosi kesehatan untuk sasaran ini antara lain meningkatkan pengetahuan dan meningkatkan ketrampilan sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi. Sasaran sekunder adalah para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dengan harapan kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat di sekitarnya. Di samping itu, para tokoh masyarakat diharapkan akan memberikan contoh atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat sekitarnya (dukungan sosial). Sasaran tertier adalah para pembuat keputusan atau penentu kebijakan dalam menentukan dukungan pelaksanaan suatu program kesehatan , sehingga metode yang digunakan adalah menggunakan strategi advokasi.
III.
Menetapkan Tujuan Tujuan yang dimaksud adalah tujuan program pendidikan kesehatan yaitu perilaku yang diharapkan agar tingkat kesehatan yang diinginkan dapat tercapai. 1. Tujuan umum Tujuan umum pendidikan kesehatan tergantung dari sasaran yang akan dilakukan pendidikan/promosi kesehatan apakah sasaran primer, sekunder atau tertier dan juga tingkat pencegahan mana yang akan dilakukan, apakah primer, sekunder atau tertier. Sebagai contoh tujuan umum untuk pencegahan p rimer adalah meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pencegahan hipertensi. 2. Tujuan khusus Tujuan khusus memberikan penjelasan yang lebih rinci tentang hal-hal yang dikemukakan dalam tujuan umum. Tujuan khusus haruslah dikembangkan untuk kelompok sasaran atau segmen sasaran tertentu. Tujuan khusus harus menjawab pertanyaan siapa, apa dan seberapa jauh harapan suatu kondisi ingin dicapai, kapan dan dimana. Contohnya : meningkatkan pengetahuan tentang definisi hipertensi, gejala hipertensi, faktor-faktor risiko terjadinya hipertensi dan pencegahan hipertensi. Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan itu harus realistis, jelas dan dapat diukur, sehingga diharapkan akan mempermudah penilaian terhadap pencapaian tujuan.
23
IV. Menetapkan Strategi Strategi yang ditempuh sangat tergantung dari sasaran. : 1. Strategi sasaran primer adalah Pemberdayaan masyarakat ( mpowerment) e 2. Strategi sasaran sekunder adalah Dukungan sosial ( ocial support) s 3. Strategi sasaran tertier adalah Pendekatan pada pimpinan atau pengambil keputusan (advokasi)
V.
Menetapkan Pesan Pokok Dalam mengembangkan pesan, ada beberapa unsur yang harus diperhatikan, yaitu: 1. perilaku yang diharapkan 2. manfaat dari perubahan perilaku 3. alasannya mengapa perubahan perilaku tersebut dapat memberikan manfaat 4. nada/sifat pesan : umum, khusus, serius, moderen, dan sebagainya 5. sumber informasi Untuk menyusun unsur-unsur tersebut di atas menjadi suatu pesan pokok, diperlukan data yang diperoleh dari hasil analisis masalah kesehatan dan perilaku, setelah itu dilanjutkan dengan : 1. tetapkan perilaku yang diharapkan 2. sebutkan keuntungannya dan alasannya jika menerapkan perilak tersebut u 3. tetapkan nada/sifat pesan 4. tetapkan siapa yang akan muncul sebagai tokoh idola dalam pesan tersebut sebagai sumber informasi
VI. Menetapkan Metode dan Alat Bantu/Media Pendidikan Kriteria pemilihan : 1. pergunakan data penelitian 2. kemampuan mengantar suatu pesan 3. pertimbangkan tingkat kesulitan dan besar biaya produksi 4. analisis jangkauan dan frekuensi 5. buatlah daftar perincian tentang upaya logistik yang diperlukan Kombinasi metode dan alat bantu/media pendidikan adalah menc mpur berbagai metode a dan alat bantu/media pendidikan dengan maksud menghasilkan sebuah paket komunikasi yang akan jauh lebih efektif dalam pencapaian tujuan, dengan cara : 1. tetapkan apa yang ingin dicapai dengan pesan tersebut 24
2. jajagi semua metode dan alat bantu/media pendidikan yang tersedia 3. pelajari mana yang mungkin bisa dikombinasikan/dicampur 4. pilih kombinasi berdasarkan kemampuannya dalam menghasilkan frekuensi tersering 5. pelajari apakah kombinasi tersebut terjangkau dan disenangi sasaran 6. pertimbangkan juga sumberdaya yang dimiliki
Menurut Elgar Dale alat bantu pendidikan/promosi kesehatan dibagi dalam 11 tingkatan/macam. Setiap tingkatan sekaligus menggambarkan tingkat intenstas tiap-tiap i alat bantu dan digambarkan dalam sebuah segitiga.
1. Kata-kata 2. Tulisan 3. Rekaman,radio 4. Film 5. Telivisi 6. Pameran 7. Field trip 8. Demonstrasi 9. Sandiwara 10. Benda tiruan 11. Benda asli
25
Dari segitiga tersebut terlihat bahwa tingkat paling atas adalahkata-kata dan tingkat paling bawah adalah benda asli. Ini berarti bahwa dalam proses pendidikan/promosi kesehatan, kata-kata mempunyai intensitas paling rendah untuk mempersepsikan bahan pendidikan/promosi, sedangkan benda asli mempunyai intensitas yang paling tinggi dalam mempersepsikan bahan pendidikan/promosi.
VII. Menetapkan Kegiatan Operasional Meliputi : 1. jenis kegiatan 2. tempat 3. waktu 4. penanggung jawab 5. jadwal kegiatan
VIII. Menetapkan Pemantauan dan Evaluasi 1. Komponen - materi/isi pesan - input (sasaran, tenaga pendidik, alat bantu) - hasil :
apakah sasaran menerima/terpapar dan mendapatkan manfaat dengan isi pesan dan bahan-bahan yang didistribusikan apakah sasaran mempraktekkan dengan benar perilaku yang disarankan dalan
proses pendidikan 2. Indikator - kesesuaian isi pesan dengan masalah yang dihadapi - penggunaan alat bantu/media yang mendukung - jangkauan sasaran - jumlah yang hadir - jumlah sasaran yang mengingat pesan pokok - jumlah sasaran yang berperilaku sesuai isi pesan - lain-lain 3. Cara - analisis laporan/data sekunder (pre-test/post test)
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat, Perencanaan Penganggaran Kesehatan Terpadu,2004 2. World Health Organization, Primary Health Care, Alma-Ata, 1978 3. Departemen Kesehatan RI, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan dasar Pusat K esehatan Masyarakat. 4. Djamhoer Martaadisoebrata, Sulaiman Sastrawinata dan Abdul Bari Saifuddin (ed). Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2005 5. Soekidjo Notoatmodjo, Pendidikan dan PerilakuKesehatan , Rineka Cipta,2003 6. Timmreck, Thomas,An Introduction to Epidemiology, Jones and Bartlett Publ Inc, Boston, 1998. 7. Ardini Raksanagara, Sharon Gondodiputro etal, Bahan Ajar Program Kepaniteraan di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat FakultasKedokteran UNPAD, ed 4, 2007.
27
28
28