Anda di halaman 1dari 13

METODE PEMBELAJARAN DISKUSI

Disusun oleh kelompok 1:


Nasrullah 900.19.293
Nurhalizah 900.19.312
Lisa Arianty 900.19.217
Novita Sary 900.19.303

Ditulis untuk memenuhi tugas pada mata kuliah


Stratrgi Pendidikan Agama Islam oleh dosen pengampuh :
Ibu Rahmi Utami, M.Si

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


STAI SYEKH H ABDUL HALIM HASAN AL-ISLAHIYAH
SUMATERA UTARA
BINJAI
2023

I
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongannya mungkin penyusun tidak akan
sanggup menyelesaikannya dengan baik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perbandingan Pendidikan
yang penyusun sajikan berdasarkan pengumpulan bahan dari berbagai sumber. Makalah ini
disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu dan pengetahuan tentang “ Metode
Pembelajaran Diskusi”. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik
itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Terima kasih penyusun ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung
terselesaikannya makalah ini. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen
Strategi Pendidikan Agama Islam yaitu Ibu Rahmi Utami, M.Si yang telah membimbing
penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana memahami konsep mata kuliah Strategi
Pendidikan Agama Islam.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang
lebih luas bagi pembaca. Tak ada gading yang tak retak. Penyusun menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah, baik dari materi maupun teknik
penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penyusun. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan.

Binjai, 27 Febuari 2023

2
DAFTAR ISI

Contents
METODE DISKUSI STRATEGI PEMBELAJARAN.........................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................................................1
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................1
A. Pengertian................................................................................................................................1
B. Kelebihan dan kelemahan metode diskusi.............................................................................2
C. Beberapa jenis diskusi.............................................................................................................3
D. Landasan filosofi metode diskusi............................................................................................5
E. Prinsip umum penggunaan metode diskusi...........................................................................7
F. Langkah-langkah pelaksaan metode diskusi.........................................................................7
BAB III....................................................................................................................................................9
KESIMPULAN.........................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................10

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih  untuk  berinteraksi
saling  bertukar  pendapat, dan atau  saling  mempertahankan pendapat dalam
pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran  yang
menggunakan metode diskusi  merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif . Diskusi dan
diskursus menurut Arrends sebagaimana yang dikutip oleh Trianto merupakan komunikasi
seseorang antara satu dengan yang lain, saling berbagi gagasan dan pendapat  tentang pokok
pembicaraan tertentu1.
Dalam metode diskusi, jika salah satu diantara siswa berbicara,  maka siswa-siswa lain
yang menjadi bagian dari kelompoknya aktif mendengarkan . siapa yang berbicara terlebih
dahulu dan begitu pula  yang menanggapi, tidak harus  diatur  terlebih dahulu. Dalam
berdiskusi, seringkali siswa saling menanggapi jawaban  temannya  atau
berkomentar  terhadap  jawaban  yang diajukan  siswa  lain. Demikian  pula mereka  kadang-
kadang mengundang anggota kelompok lain untuk bicara sebagai
narasumber.Dalam penentuan pimpinan diskusi, anggota  kelompok dapat  menetapkan
pemimpin diskusi mereka sendiri.  Sehingga melalui metode diskusi, keaktifan siswa sangat
tinggi.
Mc.Keachie dan Kulik menyebutkan bahwa dibanding dengan metode ceramah, dalam
hal retensi, proses berfikir tingkat tinggi, pengembangan  sikap  dan peningkatan motivasi,
lebih baik dengan metode diskusi. Hal ini disebabkan metode diskusi memberikan
kesempatan anak untuk lebih aktif dan memungkinkan adanya umpan balik yang bersifat
langsung. Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil  penelitiannya, dibanding metode ceramah,
.meningkatkan  anak dalam pemahaman konsep  dan  keterampilan memecahkan  masalah
Menurut Suryo Subroto, metode diskusi dapat digunakan oleh guru apabila hendak :
a.    Memanfaatkan berbagai kemampuan yang sudah dimiliki oleh siswa
b.    Memberikan kepada siswa untuk menyalurkan kemampuannya masing-masing
c.    Memperoleh umpan balik dari para siswa, apakah tujuan yang telah dirumuskan telah
tercapai
d.   Membantu para siswa berfikir teoritis dan praktis
e.    Membantu para siswa belajar menilai kemampuan dan peran mereka sendiri sekaligus
kemampuan teman-temannya.

1
Agus Suprijono, Cooperatif Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 28

1
f.     Membantu para siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah yang
dipandang baik dari pengalaman sendiri maupun dari pelajaran sekolah.
g.    Mengembangkan motivasi untuk blajar lebih lanjut.2
Melalui penggunaan metode diskusi, siswa juga mendapat kesempatan untuk latihan
keterampilan berkomunikasi dan keterampilan untuk mengembangkan strategi berfikir  dalam
memecahkan  masalah. Namun demikian  pembelajaran  dengan metode diskusi semacam ini
keberhasilannya sangat bergantung pada anggota kelompok itu sendiri dalam memanfaatkan
kesempatan untuk berpatisipasi dalam pembelajaran. Untuk  meningkatkan proses
diskusi,  peranan  pemimpin diskusi  sangat menentukan.
Pemimpin diskusi bertugas  untuk mengklarifikasi  topik yang tidak jelas. Jika
diskusi  tidak berjalan, pemimpin diskusi berkewajiban mengambil inisiatif dengan
melontarkan  ide-ide yang dapat  memancing  pendapat peserta diskusi. Demikian pula bila
terjadi ketegangan dalam proses  diskusi, tugas pemimpin  diskusi  adalah meredakan
ketegangan.  Tidak  jarang pendapat-pendapat  dalam  diskusi menyimpang dari  topik utama,
karena itu pemimpin  diskusi bertugas untuk mengembalikan pembicaraan kepada topik
utama diskusi.
Pemilikan pengetahuan secara umum tentang masalah  yang didiskusikan
adalah  prasyarat agar  setiap  peserta  mampu mengemukakan pendapat. Diskusi tidak akan
berhasil  manakala peserta  diskusi  belum
memiliki  pengetahuan  yang  menjadi masalah  yang  didiskusikan.  Dalam
diskusi  formal,  untuk membekali  pengetahuan peserta, disajikan  terlebih dahulu
makalah yang disusun oleh salah satu peserta diskusi. Tujuan
penyajian  makalah adalah untuk membuka wawasan dan pikiran
peserta agar mampu memberikan pendapatnya.

B. Kelebihan dan kelemahan metode diskusi


Setiap metode pembelajaran memiliki aspek kelebihan dan kelemaham sekaligus.
Oleh karena itu seorang guru harus mampu memilih metode yang tepat didalam strategi
pembelajarannya. Menurut Hamzah B.Uno ada beberapa hal yang menjadi prinsip dalam
pemilihan strategi pembelajaran yaitu prinsip efisiensi, efektifitas dan keterlibatan para
siswa3.
Agar seorang guru tepat menentukan pilihan metode, maka metode diskusi hendaknya
dapat diketahui aspek kelebihan dan kelemahannya yaitu sebagai berikut:
a. Kelebihan Metode Diskusi
1) Merangsang kreatifitas anak didik untuk mengungkapkan gagasan dan pemecahan
suatu masalah
2) Menumbuhkan sikap penghargaan terhadap pendapat orang lain
2
Ibid
3
Hamzah B.Uno, Nurdin Muhammad, Belajar Dengan Pendekatan Pailkem, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm. 38

2
3) Memperluas wawasan
4) Membiasakan bermusyawarah untuk mencapai mufakat dalam memecahkan
masalah.
b. Kekurangan metode diskusi
1) Pembahasan dalam diskusi rawan mengalami penyimpangan, sehingga memerlukan
waktu yang panjang
2) Tidak efektif digunakan pada jumlah kelompok yang sangat besar
3) Peserta mendapat informasi yang bersifat terbatas
4) Kemungkinan orang-orang yang suka berbicara dan menonjolkan diri cenderung
menguasai dalam metode diskusi4.

C. Beberapa jenis diskusi


Ada beberapa jenis bentuk diskusi antara lain sebagai berikut :
1.    Diskusi Kelompok Besar (Whole Group Discussion)
Jenis diskusi kelompok besar dilakukan dengan memandang kelas sebagai satu
kelompok. Dalam diskusi ini, guru sekaligus  sebagai  pemimpin  diskusi. Namun  begitu,
siswa  yang dipandang  cakap, dapat saja ditugasi guru sebagai  pemimpin diskusi.
Dalam diskusi kelompok besar, sebagai pemimpin  diskusi, guru berperan dalam
memprakarsai  terjadinya diskusi.  Untuk itu,  guru dapat mengajukan permasalahan-
permasalahan  serta mengklarifikasinya sehingga mendorong anak untuk  mengajukan
pendapat.  Dalam diskusi kelompok besar, tidak  semua  siswa menaruh  perhatian yang
sama, karena itu tugas guru  sebagai pemimpin diskusi untuk membangkitkan perhatian anak
terhadap masalah yang sedang didiskusikan. Di samping itu, distribusi
siswa  yang  ingin  berpendapat  perlu  diperhatikan.  Dalam diskusi kelompok  besar,
pembicaraan sering didominasi  oleh anak-anak tertentu. Akibatnya tidak semua anak
berkesempatan untuk berpendapat. Untuk menghindari keadaan itu,  pemimpin diskusi
perlu mengatur distribusi pembicaraan. Tugas terberat  bagi  pemimpin  diskusi
adalah  menumbuhkan  keberanian peserta untuk mengemukakan pendapatnya.
Dalam praktek, tidak sedikit  anak-anak  yang  kurang berani  berpendapat  dalam
berdiskusi. Terlebih bagi anak yang kurang menguasai  permasalahan yang menjadi bahan
diskusi.
2.    Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group Discussion)
Kelas  dibagi menjadi beberapa kelompok  kecil  terdiri atas 4--5 orang. Tempat berdiskusi
diatur agar siswa  dapat berhadapan  muka dan bertukar pikiran dengan mudah.  Diskusi
diadakan dipertengahanatau pelajaran ataua diakhir pelajaran dengan maksud menajamkan
pemahaman  kerangka  pelajaran, memperjelas  penguasaan bahan pelajaran atau menjawab 
pertanyaan- pertanyaan. Hasil belajar yang diharapkan ialah agar segenap  individu
membandingkan  persepsinya  yang  mungkin berbeda-beda  tentang bahan pelajaran,

4
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik,  (Jakarta: Prestasi pustaka, 2011), hlm. 34

3
membandingkan  interpretasi dan informasi yang diperoleh masing-masing  individu yang
dapat saling memperbaiki pengertian, persepsi, informasi, interpretasi,
sehingga dapat dihindarkan kekeliruan-kekeliruan.

3.    Diskusi Panel
Fungsi utama diskusi panel adalah untuk  mempertahankan keuntungan  diskusi
kelompok dengan situasi  peserta  besar, dimana ukuran kelompok tidak memungkinkan
ukuran  kelompok   secara mutlak. Dalam artian panel memberikan  pada kelompok  besar
keuntungan partisipasi yang dilakukan  orang lain  dalam  situasi diskusi yang dibawakan 
oleh  beberapa peserta yang terplih. Peserta yang terpilih yang  melaksanakan  panel
mewakili beberapa sudut pandangan yang dipertimbangakn dalam memecahkan
masalah.. Mereka memiliki  latar belakang  pengetahuan  yang
memenuhi syarat  untuk  berperan dalam diskusi  tersebut.  Forum panel  secara  fisik  dapat
dihadiri  audience secara lansung  atau  tidak langsung (melalui TV, radio, dan sebagainya).
4.    Diskusi Kelompok.
Suatu  kelas  dibagi  menjadi  beberapa  kelompok kecil terdiri atas 3--6 orang. Masing-
masing kelompok kecil melaksanakan diskusi dengan masalah  tertentu. Guru  menjelaskan
garis  besar problem kepada kelas, ia  menggambarkan  aspek- aspek masalah kemudian tiap-
tiap kelompok (syndicate) diberi topik  masalah yang sama atau berbeda- beda
selanjutnya  masing-masing kelompok  bertugas untuk  menemukan kesepakatan jawaban
penyelesaiannya. Untuk  memudahkan diskusi anak, guru  dapat  menyediakan reference atau
sumber-sumber informasi yang relevan.  Setiap sindikat  bersidang  sendiri-sendiri 
atau  membaca bahan, berdiskusi  dan  menysusun  kesimpulan  sindikat.  Tiap-
tiap kelompok mempresentasikan kesimpulan hasil diskusinya  dalam sidang pleno untuk
didiskusikan secara klasikal.
5.    Symposium.
Beberapa orang membahas tentang aspek dari suatu  subjek tertentu  dan  membacakan
di muka peserta  simposium  secara singkat (5--20 menit). Kemudian dikuti dengan
sanggahan  dan pertanyaan  dari para penyanggah dan juga  dari  pendengar. Bahasan dan
sanggahan itu selanjutnya dirumuskan oleh  panitia perumus sebagai hasil simposium.
6.    Informal Debate.
Kelas dibagi menjadi dua tim yang agak sama besarnya dan mendiskusikan subjek
yang cocok untuk diperdebatkan tanpa memperdebatkan peraturan perdebatan. Bahan yang
cocok  untuk diperdebatkan  ialah yang bersifat problematis,  bukan  yang bersifat faktual.
7.    Fish Bowl.
Beberapa orang peserta dipimpin oleh seorang ketua mengadakan  suatu  diskusi
untuk  mengambil  suatu  keputusan. Tempat duduk diatur merupakan setengah lingkaran
dengan  dua atau  tiga kursi kosong menghadap peserta diskusi,  kelompok pendengar  duduk
mengelilingi kelompok diskusi,  seolah-olah melihat ikan  yang berada dalam mangkuk (fish

4
bowl).  Selama kelompok  diskusi berdiskusi, kelompok pendengar yang  ingin menyumbang
pikiran dapat masuk duduk di kursi kosong. Apabila ketua diskusi mempersilahkan berbicara
ia dapat langsung berbicara, dan meninggalkan kursi setelah berbicara5.

D. Landasan filosofi metode diskusi


Setiap metode maupun strategi pembelajaran memiliki kerangka filosofis yang
mendasarinya. Pemahaman akan landasan filosofi ini akan membantu para guru mengetahui
spirit yang melatarbelakangi penggunaan sebuah metode sehingga pilihan menggunakan
metode tertentu dalam kegiatan pembelajaran dapat ditentukan dengan tepat dan bisa
diterapkan secara maksimal.
Metode diskusi sebagai salah satu metode dan strategi pembelajaran menurut hemat
penulis memiliki kerangka filosofi yaitu pertama, landasan pemikiran Islam
dan kedua,  landasan pemikiran filsafat.
Landasan pertama adalah landasan pemikiran Islam. landasan ini setidaknya diperoleh
oleh kenyataan bahwa Islam datang dibawa oleh Rasulullah adalah dalam rangka meluruskan
pemikiran dan pemahaman salah menuju pemikiran yang shahih yaitu pemikiran Islam. Dari
kenyataan ini adanya diskusi menjadi satu keniscayaan antara pemikiran yang haq dan batil.
Oleh karena itu Islam memiliki etika tersendiri dalam metode diskusi mengenai pemikiran
Islam.
Salah satu konsepsi Islam yang melandasi metode diskusi adalah konsep musyawarah
sebagaimana yang termaktub dalam firman Allah SWT :
)159 : ‫(أل عمران‬   َ‫اورْ هُ ْم فِي اَأْل ْم ِر فَِإ َذا َع َز ْمتَ فَتَ َو َّكلْ َعلَى هَّللا ِ ِإ َّن هَّللا َ يُ ِحبُّ ْال ُمت ََو ِّكلِين‬ ِ ‫َو َش‬
Artinya : dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu
Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
‫و َأ ْعلَ ُم‬lُ َ ‫و َأ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬lُ
َ ‫بِيلِ ِه َوه‬l‫ َّل ع َْن َس‬l‫ض‬ َ ‫نُ ِإ َّن َربَّكَ ه‬l‫الَّتِي ِه َي َأحْ َس‬llِ‫ك بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة َو َجا ِد ْلهُ ْم ب‬
َ ِّ‫ع ِإلَى َسبِي ِل َرب‬ ُ ‫ا ْد‬
َ‫بِ ْال ُم ْهتَ ِدين‬
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS : An-Nahl :125)
            Dari penjelasan ayat di atas menegaskan bahwa konsepsi musyawarah di dalam islam
adalah dalam rangka menguatkan tekad dan menumbuhkan sikap tawakkal dan ketakwaan
kepada Allah SWT. Dan pada ayat An-Nahl juga disebutkan bahwa ketika terjadi perselisihan
pendapat atau bantahan terhadap pendapat yang benar, maka Islam juga memerintahkan agar
selalu berdebat dengan baik, sehingga tujuan berdebat atau tujuan berdiskusi adalah dalam
5
Ibid, hlm. 36

5
rangka menemukan pendapat yang benar dan membatalkan pendapat yang batil, bukan untuk
mencari kemenangan dan kebanggaan dalam diskusi. Dengan demikian etika diskusi di dalam
Islam adalah sebagai sarana untuk menguatkan komitmen ketakwaan kepada Allah SWT.
Namun satu hal yang patut digaris bawahi bahwa permasalahan yang masuk kategori untuk
dimusyawarahkan dengan memberikan keleluasaan kepada manusia dengan standard
rasinalisasi dan efektifitas adalah perkara-perkara teknis yang tidak ada dalilnya di dalam
nash Al-Qur’an maupun Hadits. Sedangkan hal-hal yang memiliki landasan dalil dan terkait
dengan metode kehidupan adalah berdasarkan kekuatan dalil yang mendasarinya6.
            Berdasarkan kerangka berfikir demikian, seorang guru bisa memberikan arahan yang
benar dalam mengatur jalannya diskusi. Jika materi pelajaran yang didiskusikan menyangkut
hal-hal yang memerlukan dalil, maka siswa didorong untuk mengeksplorasi dalil yang
digunakan untuk menguatkan pendapatnya dengan tetap membangun prinsip toleransi
terhadap pendapat yang berbeda dengan standard relevan dan mendapatkan legitimasi dalil.
Namun jika diskusi yang berlangsung berkaitan dengan perkara-perkara teknis atau termasuk
kategori sain dan teknologi yang tidak memiliki dalil maka parameter yang digunakan adalah
standard rasionalisasi dan efektifitas. Dengan demikian jalannya diskusi dalam pembelajaran
bisa terarah sesuai dengan prinsip Islam dan tidak menjadi arena debat kusir.
            Kemudian jika diskusi mengarah kepada pertentangan pendapat antara satu pihak
dengan pihak lainnya sehingga menimbulkan perdebatan antara kedua pendapat atau lebih
maka menurut Atha Abu Rasthah ada beberapa etika berdebat di dalam islam diantaranya
sebagai berikut :
1.    Mengedepankan ketakwaan kepada Allah dengan cara memastikan kebenaran sebagai
kebenaran dan menampakkan kebatilan sebagai kebatilan.
2.    Harus diniatkan memberi nasehat karena Allah SWT bukan untuk kebanggaan atau sekedar
mencari kemenangan di dalam berdebat.
3.    Harus berdebat melalui metode dan ungkapan yang baik dengan pandangan dan situasi yang
baik pula.
4.    Harus ada kesepakatan mengenai parameter dan dasar rujukan di dalam berdebat7.
Sedangkan landasan kedua dari metode diskusi adalah filsafat konstruktifisme yaitu
sebuah teori yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan
lama dan merevisinya jika aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Menurut teori konstruktivis ini,
siswa dituntut untuk memecahkan permasalahan yang ada melalui mereka sendiri8.
Beberapa gagasan tentang filsafat konstruktivisme dikemukakan oleh Agus Supriono
sebagai berikut :

6
Taqiyuddin An-Nabhani, al-Shahs}iyah al-Islamiyah, Juz I, (Beirut: Dar al-Ummah, 2003), hlm.70
7
Atha Abu Rasthah, Min Muqawwimat Nafsiyah Islamiyah, (Beirut: Daar Al-Ummah, 2004), hlm. 57
8
Syaiful Bahri Djamarah, dan Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta, 2002

6
1.    Pengetahuan bukanlah gambaran kenyataan belaka, namun ia merupakan hasil dari
konstruksi manusia
2.    Subyek akan membentuk skema kognitif, kategori, konsep dan struktur yang dibutuhkan
dalam pengetahuan.
3.    Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep seseorang9.
Berdasarkan kedua landasan tersebut seorang guru ketika menerapkan metode diskusi
kepada peserta didik harus mampu mendorong peserta didik dapat mengungkapkan
pendapatnya atau gagasannya sesuai dengan kreatifitas yang mereka miliki sebagai wujud
dari konstruksi mereka terhadap suatu permasalahan, namun guru juga mampu mengarahkan
agar konstruksi mereka terhadap permasalahan yang sedang di diskusikan masih ada dalam
koridor ketentuan-ketentuan Islam. Hingga keseluruhan pendapat meskipun kemungkinan
berbeda-beda karena perbedaan konstruksi pemikiran masing-masing tetap tidak
menyimpang dari nilai-nilai Islam. Pada kondisi seperti ini seorang guru juga harus dapat
membangun sikap para peserta diskusi saling menghormati dan mengembangkan toleransi
atas perbedaan tersebut.
E. Prinsip umum penggunaan metode diskusi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan metode diskusi, antara lain
sebagai berikut:
a) Perumusan masalah atau masalah-masalah yang  didiskusikan agar dilakukan bersama-
sama dengan siswa.
b) Menjelaskan  hakikat masalah itu disertai tujuan  mengapa masalah tersebut dipilih untuk
didiskusikan.
c) Pengaturan peran siswa yang meliputi pemberian tanggapan, saran, pendapat,  pertanyaan,
dan  jawaban  yang  timbul untuk memecahkan masalah.
d) Memberitahukan tata tertib diskusi serta etika diskusi sesuai dengan nilai-nilai Islam
e) Pengarahan pembicaraan agar sesuai dengan tujuan.
f) Pemberian bimbingan siswa untuk mengambil kesimpulan10.
F. Langkah-langkah pelaksaan metode diskusi
Langkah-langkah  diskusi sangat bergantung  pada  jenis diskusi yang digunakan. Hal
ini dikarenakan tiap-tiap  jenis memiliki  karakteristik masing- masing. Seminar
memiliki  karakteristik  yang berbeda dengan simposium, debat,  panel, dan lain-lain.
Akibat  perbedaan karakteristik tersebut, maka langkah dan atau  prosedur
pelaksanaannya  berbeda  satu dengan  yang  lain.  Meskipun demikian, secara umum untuk
keperluan pembelajaran di kelas, langkah-langkah  diskusi  kelas  dapat  dilaksanakan dengan
prosedur yang lebih sederhana. Moedjiono, dkk menyebutkan langkah-
langkah  umum  pelaksanaan  diskusi  sebagai berikut ini.
a. Merumuskan masalah secara jelas
9
Agus Suprijono, Cooperatif Learning ; Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 34
10
Ibid, hlm. 36

7
b. Dengan  pimpinan guru para siswa  membentuk  kelompok-kelompok
c. diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris,  pelapor), mengatur
tempat  duduk,  ruangan, sarana, dan sebagainya sesuai dengan tujuan diskusi.
Tugas  pimpinan diskusi antara lain:
1) mengatur  dan mengarahkan diskusi,
2) mengatur "lalu lintas" pembicaraan.
d. Melaksanakan diskusi. Setiap anggota diskusi hendaknya tahu  persis apa yang
akan didiskusikan dan  bagaimana cara berdiskusi. Diskusi harus
berjalan dalam  suasana bebas, setiap anggota tahu bahwa mereka
mempunyai  hak bicara yang sama.
e. Melaporkan  hasil  diskusinya. Hasil-hasil  tersebut  ditanggapi  oleh semua
siswa, terutama dari kelompok  lain. Guru  memberi  alasan
atau penjelasan  terhadap  laporan tersebut.
f. Akhirnya  siswa mencatat hasil diskusi, dan  guru  mengumpulkan laporan hasil
diskusi dari tiap kelompok11.

11
Ibid, hlm. 37

8
BAB III

KESIMPULAN

Dari uraian yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.    Metode diskusi didalam strategi pembelajaran adalah proses pelibatan dua orang peserta
didik atau lebih  untuk  berinteraksi saling  bertukar  pendapat, dan
atau  saling  mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan
kesepakatan diantara mereka.
2.    Landasan filosofi metode diskusi adalah berdasarkan konsepsi Islam tentang prinsip
musyawarah ataupun etika berdebat di dalam Islam. sedangkan landasan dari sisi filsafatnya
adalah filsafat konstruktifisme yaitu sebuah teori atau pandangan yang menyatakan bahwa
pengetahuan merupakan hasil konstruksi manusia terhadap realitas.
3.    Berdasarkan kedua landasan metode diskusi seorang guru dapat menumbuhkan kreatifitas
dan inovasi siswa untuk menemukan gagasan mereka sendiri secara mandiri melalui proses
diskusi dengan mengarahkannya agar tetap sesuai dengan nilai-nilai Islam.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abu Rasthah, Atha. Min Muqawwimat Nafsiyah Islamiyah, Beirut, Daar Al-Ummah,2004

An-Nabhani, Taqiyuddin. al-Shahs}iyah al-Islamiyah, Juz I, Beirut, Dar al-Ummah, 2003

B.Uno, Hamzah. Nurdin Muhammad, Belajar Dengan Pendekatan Pailkem, Jakarta, Bumi Aksara,


2012

Djamarah, Syaiful Bahri. dan Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta, 2002

Suprijono, Agus. Cooperatif Learning ; Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta, Pustaka Pelajar,


2011

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta, Prestasi


pustaka, 2011

10

Anda mungkin juga menyukai