I
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongannya mungkin penyusun tidak akan
sanggup menyelesaikannya dengan baik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perbandingan Pendidikan
yang penyusun sajikan berdasarkan pengumpulan bahan dari berbagai sumber. Makalah ini
disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu dan pengetahuan tentang “ Metode
Pembelajaran Diskusi”. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik
itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Terima kasih penyusun ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung
terselesaikannya makalah ini. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen
Strategi Pendidikan Agama Islam yaitu Ibu Rahmi Utami, M.Si yang telah membimbing
penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana memahami konsep mata kuliah Strategi
Pendidikan Agama Islam.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang
lebih luas bagi pembaca. Tak ada gading yang tak retak. Penyusun menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah, baik dari materi maupun teknik
penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penyusun. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan.
2
DAFTAR ISI
Contents
METODE DISKUSI STRATEGI PEMBELAJARAN.........................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................................................1
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................1
A. Pengertian................................................................................................................................1
B. Kelebihan dan kelemahan metode diskusi.............................................................................2
C. Beberapa jenis diskusi.............................................................................................................3
D. Landasan filosofi metode diskusi............................................................................................5
E. Prinsip umum penggunaan metode diskusi...........................................................................7
F. Langkah-langkah pelaksaan metode diskusi.........................................................................7
BAB III....................................................................................................................................................9
KESIMPULAN.........................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................10
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi
saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam
pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang
menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif . Diskusi dan
diskursus menurut Arrends sebagaimana yang dikutip oleh Trianto merupakan komunikasi
seseorang antara satu dengan yang lain, saling berbagi gagasan dan pendapat tentang pokok
pembicaraan tertentu1.
Dalam metode diskusi, jika salah satu diantara siswa berbicara, maka siswa-siswa lain
yang menjadi bagian dari kelompoknya aktif mendengarkan . siapa yang berbicara terlebih
dahulu dan begitu pula yang menanggapi, tidak harus diatur terlebih dahulu. Dalam
berdiskusi, seringkali siswa saling menanggapi jawaban temannya atau
berkomentar terhadap jawaban yang diajukan siswa lain. Demikian pula mereka kadang-
kadang mengundang anggota kelompok lain untuk bicara sebagai
narasumber.Dalam penentuan pimpinan diskusi, anggota kelompok dapat menetapkan
pemimpin diskusi mereka sendiri. Sehingga melalui metode diskusi, keaktifan siswa sangat
tinggi.
Mc.Keachie dan Kulik menyebutkan bahwa dibanding dengan metode ceramah, dalam
hal retensi, proses berfikir tingkat tinggi, pengembangan sikap dan peningkatan motivasi,
lebih baik dengan metode diskusi. Hal ini disebabkan metode diskusi memberikan
kesempatan anak untuk lebih aktif dan memungkinkan adanya umpan balik yang bersifat
langsung. Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode ceramah,
.meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah
Menurut Suryo Subroto, metode diskusi dapat digunakan oleh guru apabila hendak :
a. Memanfaatkan berbagai kemampuan yang sudah dimiliki oleh siswa
b. Memberikan kepada siswa untuk menyalurkan kemampuannya masing-masing
c. Memperoleh umpan balik dari para siswa, apakah tujuan yang telah dirumuskan telah
tercapai
d. Membantu para siswa berfikir teoritis dan praktis
e. Membantu para siswa belajar menilai kemampuan dan peran mereka sendiri sekaligus
kemampuan teman-temannya.
1
Agus Suprijono, Cooperatif Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 28
1
f. Membantu para siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah yang
dipandang baik dari pengalaman sendiri maupun dari pelajaran sekolah.
g. Mengembangkan motivasi untuk blajar lebih lanjut.2
Melalui penggunaan metode diskusi, siswa juga mendapat kesempatan untuk latihan
keterampilan berkomunikasi dan keterampilan untuk mengembangkan strategi berfikir dalam
memecahkan masalah. Namun demikian pembelajaran dengan metode diskusi semacam ini
keberhasilannya sangat bergantung pada anggota kelompok itu sendiri dalam memanfaatkan
kesempatan untuk berpatisipasi dalam pembelajaran. Untuk meningkatkan proses
diskusi, peranan pemimpin diskusi sangat menentukan.
Pemimpin diskusi bertugas untuk mengklarifikasi topik yang tidak jelas. Jika
diskusi tidak berjalan, pemimpin diskusi berkewajiban mengambil inisiatif dengan
melontarkan ide-ide yang dapat memancing pendapat peserta diskusi. Demikian pula bila
terjadi ketegangan dalam proses diskusi, tugas pemimpin diskusi adalah meredakan
ketegangan. Tidak jarang pendapat-pendapat dalam diskusi menyimpang dari topik utama,
karena itu pemimpin diskusi bertugas untuk mengembalikan pembicaraan kepada topik
utama diskusi.
Pemilikan pengetahuan secara umum tentang masalah yang didiskusikan
adalah prasyarat agar setiap peserta mampu mengemukakan pendapat. Diskusi tidak akan
berhasil manakala peserta diskusi belum
memiliki pengetahuan yang menjadi masalah yang didiskusikan. Dalam
diskusi formal, untuk membekali pengetahuan peserta, disajikan terlebih dahulu
makalah yang disusun oleh salah satu peserta diskusi. Tujuan
penyajian makalah adalah untuk membuka wawasan dan pikiran
peserta agar mampu memberikan pendapatnya.
2
3) Memperluas wawasan
4) Membiasakan bermusyawarah untuk mencapai mufakat dalam memecahkan
masalah.
b. Kekurangan metode diskusi
1) Pembahasan dalam diskusi rawan mengalami penyimpangan, sehingga memerlukan
waktu yang panjang
2) Tidak efektif digunakan pada jumlah kelompok yang sangat besar
3) Peserta mendapat informasi yang bersifat terbatas
4) Kemungkinan orang-orang yang suka berbicara dan menonjolkan diri cenderung
menguasai dalam metode diskusi4.
4
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi pustaka, 2011), hlm. 34
3
membandingkan interpretasi dan informasi yang diperoleh masing-masing individu yang
dapat saling memperbaiki pengertian, persepsi, informasi, interpretasi,
sehingga dapat dihindarkan kekeliruan-kekeliruan.
3. Diskusi Panel
Fungsi utama diskusi panel adalah untuk mempertahankan keuntungan diskusi
kelompok dengan situasi peserta besar, dimana ukuran kelompok tidak memungkinkan
ukuran kelompok secara mutlak. Dalam artian panel memberikan pada kelompok besar
keuntungan partisipasi yang dilakukan orang lain dalam situasi diskusi yang dibawakan
oleh beberapa peserta yang terplih. Peserta yang terpilih yang melaksanakan panel
mewakili beberapa sudut pandangan yang dipertimbangakn dalam memecahkan
masalah.. Mereka memiliki latar belakang pengetahuan yang
memenuhi syarat untuk berperan dalam diskusi tersebut. Forum panel secara fisik dapat
dihadiri audience secara lansung atau tidak langsung (melalui TV, radio, dan sebagainya).
4. Diskusi Kelompok.
Suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil terdiri atas 3--6 orang. Masing-
masing kelompok kecil melaksanakan diskusi dengan masalah tertentu. Guru menjelaskan
garis besar problem kepada kelas, ia menggambarkan aspek- aspek masalah kemudian tiap-
tiap kelompok (syndicate) diberi topik masalah yang sama atau berbeda- beda
selanjutnya masing-masing kelompok bertugas untuk menemukan kesepakatan jawaban
penyelesaiannya. Untuk memudahkan diskusi anak, guru dapat menyediakan reference atau
sumber-sumber informasi yang relevan. Setiap sindikat bersidang sendiri-sendiri
atau membaca bahan, berdiskusi dan menysusun kesimpulan sindikat. Tiap-
tiap kelompok mempresentasikan kesimpulan hasil diskusinya dalam sidang pleno untuk
didiskusikan secara klasikal.
5. Symposium.
Beberapa orang membahas tentang aspek dari suatu subjek tertentu dan membacakan
di muka peserta simposium secara singkat (5--20 menit). Kemudian dikuti dengan
sanggahan dan pertanyaan dari para penyanggah dan juga dari pendengar. Bahasan dan
sanggahan itu selanjutnya dirumuskan oleh panitia perumus sebagai hasil simposium.
6. Informal Debate.
Kelas dibagi menjadi dua tim yang agak sama besarnya dan mendiskusikan subjek
yang cocok untuk diperdebatkan tanpa memperdebatkan peraturan perdebatan. Bahan yang
cocok untuk diperdebatkan ialah yang bersifat problematis, bukan yang bersifat faktual.
7. Fish Bowl.
Beberapa orang peserta dipimpin oleh seorang ketua mengadakan suatu diskusi
untuk mengambil suatu keputusan. Tempat duduk diatur merupakan setengah lingkaran
dengan dua atau tiga kursi kosong menghadap peserta diskusi, kelompok pendengar duduk
mengelilingi kelompok diskusi, seolah-olah melihat ikan yang berada dalam mangkuk (fish
4
bowl). Selama kelompok diskusi berdiskusi, kelompok pendengar yang ingin menyumbang
pikiran dapat masuk duduk di kursi kosong. Apabila ketua diskusi mempersilahkan berbicara
ia dapat langsung berbicara, dan meninggalkan kursi setelah berbicara5.
5
rangka menemukan pendapat yang benar dan membatalkan pendapat yang batil, bukan untuk
mencari kemenangan dan kebanggaan dalam diskusi. Dengan demikian etika diskusi di dalam
Islam adalah sebagai sarana untuk menguatkan komitmen ketakwaan kepada Allah SWT.
Namun satu hal yang patut digaris bawahi bahwa permasalahan yang masuk kategori untuk
dimusyawarahkan dengan memberikan keleluasaan kepada manusia dengan standard
rasinalisasi dan efektifitas adalah perkara-perkara teknis yang tidak ada dalilnya di dalam
nash Al-Qur’an maupun Hadits. Sedangkan hal-hal yang memiliki landasan dalil dan terkait
dengan metode kehidupan adalah berdasarkan kekuatan dalil yang mendasarinya6.
Berdasarkan kerangka berfikir demikian, seorang guru bisa memberikan arahan yang
benar dalam mengatur jalannya diskusi. Jika materi pelajaran yang didiskusikan menyangkut
hal-hal yang memerlukan dalil, maka siswa didorong untuk mengeksplorasi dalil yang
digunakan untuk menguatkan pendapatnya dengan tetap membangun prinsip toleransi
terhadap pendapat yang berbeda dengan standard relevan dan mendapatkan legitimasi dalil.
Namun jika diskusi yang berlangsung berkaitan dengan perkara-perkara teknis atau termasuk
kategori sain dan teknologi yang tidak memiliki dalil maka parameter yang digunakan adalah
standard rasionalisasi dan efektifitas. Dengan demikian jalannya diskusi dalam pembelajaran
bisa terarah sesuai dengan prinsip Islam dan tidak menjadi arena debat kusir.
Kemudian jika diskusi mengarah kepada pertentangan pendapat antara satu pihak
dengan pihak lainnya sehingga menimbulkan perdebatan antara kedua pendapat atau lebih
maka menurut Atha Abu Rasthah ada beberapa etika berdebat di dalam islam diantaranya
sebagai berikut :
1. Mengedepankan ketakwaan kepada Allah dengan cara memastikan kebenaran sebagai
kebenaran dan menampakkan kebatilan sebagai kebatilan.
2. Harus diniatkan memberi nasehat karena Allah SWT bukan untuk kebanggaan atau sekedar
mencari kemenangan di dalam berdebat.
3. Harus berdebat melalui metode dan ungkapan yang baik dengan pandangan dan situasi yang
baik pula.
4. Harus ada kesepakatan mengenai parameter dan dasar rujukan di dalam berdebat7.
Sedangkan landasan kedua dari metode diskusi adalah filsafat konstruktifisme yaitu
sebuah teori yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan
lama dan merevisinya jika aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Menurut teori konstruktivis ini,
siswa dituntut untuk memecahkan permasalahan yang ada melalui mereka sendiri8.
Beberapa gagasan tentang filsafat konstruktivisme dikemukakan oleh Agus Supriono
sebagai berikut :
6
Taqiyuddin An-Nabhani, al-Shahs}iyah al-Islamiyah, Juz I, (Beirut: Dar al-Ummah, 2003), hlm.70
7
Atha Abu Rasthah, Min Muqawwimat Nafsiyah Islamiyah, (Beirut: Daar Al-Ummah, 2004), hlm. 57
8
Syaiful Bahri Djamarah, dan Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta, 2002
6
1. Pengetahuan bukanlah gambaran kenyataan belaka, namun ia merupakan hasil dari
konstruksi manusia
2. Subyek akan membentuk skema kognitif, kategori, konsep dan struktur yang dibutuhkan
dalam pengetahuan.
3. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep seseorang9.
Berdasarkan kedua landasan tersebut seorang guru ketika menerapkan metode diskusi
kepada peserta didik harus mampu mendorong peserta didik dapat mengungkapkan
pendapatnya atau gagasannya sesuai dengan kreatifitas yang mereka miliki sebagai wujud
dari konstruksi mereka terhadap suatu permasalahan, namun guru juga mampu mengarahkan
agar konstruksi mereka terhadap permasalahan yang sedang di diskusikan masih ada dalam
koridor ketentuan-ketentuan Islam. Hingga keseluruhan pendapat meskipun kemungkinan
berbeda-beda karena perbedaan konstruksi pemikiran masing-masing tetap tidak
menyimpang dari nilai-nilai Islam. Pada kondisi seperti ini seorang guru juga harus dapat
membangun sikap para peserta diskusi saling menghormati dan mengembangkan toleransi
atas perbedaan tersebut.
E. Prinsip umum penggunaan metode diskusi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan metode diskusi, antara lain
sebagai berikut:
a) Perumusan masalah atau masalah-masalah yang didiskusikan agar dilakukan bersama-
sama dengan siswa.
b) Menjelaskan hakikat masalah itu disertai tujuan mengapa masalah tersebut dipilih untuk
didiskusikan.
c) Pengaturan peran siswa yang meliputi pemberian tanggapan, saran, pendapat, pertanyaan,
dan jawaban yang timbul untuk memecahkan masalah.
d) Memberitahukan tata tertib diskusi serta etika diskusi sesuai dengan nilai-nilai Islam
e) Pengarahan pembicaraan agar sesuai dengan tujuan.
f) Pemberian bimbingan siswa untuk mengambil kesimpulan10.
F. Langkah-langkah pelaksaan metode diskusi
Langkah-langkah diskusi sangat bergantung pada jenis diskusi yang digunakan. Hal
ini dikarenakan tiap-tiap jenis memiliki karakteristik masing- masing. Seminar
memiliki karakteristik yang berbeda dengan simposium, debat, panel, dan lain-lain.
Akibat perbedaan karakteristik tersebut, maka langkah dan atau prosedur
pelaksanaannya berbeda satu dengan yang lain. Meskipun demikian, secara umum untuk
keperluan pembelajaran di kelas, langkah-langkah diskusi kelas dapat dilaksanakan dengan
prosedur yang lebih sederhana. Moedjiono, dkk menyebutkan langkah-
langkah umum pelaksanaan diskusi sebagai berikut ini.
a. Merumuskan masalah secara jelas
9
Agus Suprijono, Cooperatif Learning ; Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 34
10
Ibid, hlm. 36
7
b. Dengan pimpinan guru para siswa membentuk kelompok-kelompok
c. diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, pelapor), mengatur
tempat duduk, ruangan, sarana, dan sebagainya sesuai dengan tujuan diskusi.
Tugas pimpinan diskusi antara lain:
1) mengatur dan mengarahkan diskusi,
2) mengatur "lalu lintas" pembicaraan.
d. Melaksanakan diskusi. Setiap anggota diskusi hendaknya tahu persis apa yang
akan didiskusikan dan bagaimana cara berdiskusi. Diskusi harus
berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota tahu bahwa mereka
mempunyai hak bicara yang sama.
e. Melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil tersebut ditanggapi oleh semua
siswa, terutama dari kelompok lain. Guru memberi alasan
atau penjelasan terhadap laporan tersebut.
f. Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, dan guru mengumpulkan laporan hasil
diskusi dari tiap kelompok11.
11
Ibid, hlm. 37
8
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Metode diskusi didalam strategi pembelajaran adalah proses pelibatan dua orang peserta
didik atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan
atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan
kesepakatan diantara mereka.
2. Landasan filosofi metode diskusi adalah berdasarkan konsepsi Islam tentang prinsip
musyawarah ataupun etika berdebat di dalam Islam. sedangkan landasan dari sisi filsafatnya
adalah filsafat konstruktifisme yaitu sebuah teori atau pandangan yang menyatakan bahwa
pengetahuan merupakan hasil konstruksi manusia terhadap realitas.
3. Berdasarkan kedua landasan metode diskusi seorang guru dapat menumbuhkan kreatifitas
dan inovasi siswa untuk menemukan gagasan mereka sendiri secara mandiri melalui proses
diskusi dengan mengarahkannya agar tetap sesuai dengan nilai-nilai Islam.
9
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri. dan Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta, 2002
10