Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB 4
METODOLOGI
Perlunya pendekatan empiris dalam proses perencanaan juga terkait dengan kondisi
terbentuknya tata ruang di wilayah perencanaan saat ini. Tata ruang yang
didefinisikan sebagai wujud struktur dan pola pemanfaatan ruang, seringkali tidak
terbentuk sepenuhnya mengikuti keinginan/cita-cita/rencana yang disusun. Artinya
wujud tata ruang yang ada saat ini seringkali mengandung suatu penyimpangan atau
penyesuaian terhadap rencana yang telah disusun sebelumnya. Dengan demikian
proses perencanaan tata ruang, yang diartikan sebagai upaya untuk menciptakan
kondisi tata ruang wilayah yang lebih baik di masa mendatang, selain
mempertimbangkan hal-hal yang dibutuhkan di masa mendatang, juga perlu melihat
pengalaman dan kecenderungan yang berkembang sejak lalu hingga saat ini di
wilayah perencanaan. Hal ini perlu karena dinamika pemanfaatan ruang umumnya
memiliki sifat rangkaian yang bersinambungan. Jadi dalam mempertimbangkan
upaya peningkatan di masa mendatang, maka pengalaman masa lalu akan menjadi
bahan pertimbangan pula untuk menghindari kesalahan, serta menyusun rencana
yang obyektif-rasional, efisiensi dan efektif.
Landasan Normatif
Keadaan
Keadaan Masa Kini Keadaan
Masa Lalu Masa Datang
Gambar 4.1.
Diagram Landasan Normatif dalam Penyusunan Tata Ruang
Kegiatan penataan ruang pada hakekatnya merupakan proses yang terpadu antara
kegiatan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan untuk dapat mewujudkan struktur dan pola pemanfaatan ruang yang
berhasil guna dan berdaya guna serta mampu mendukung pengelolaan lingkungan
hidup yang berkelanjutan, tidak terjadi pemborosan dalam pemanfaatan ruang, serta
mencegah terjadinya penurunan kualitas ruang.
Konsepsi sistem penataan ruang ini harus mendasari proses penyusunan RDTRK
Kecamatan Prembun sedemikian rupa sehingga subtansi RDTRK yang disusun tidak
hanya berupa arahan perencanaan pemanfaatan ruang untuk kegiatan sektoral, baik
kegiatan berfungsi lindung maupun budidaya. RDTRK yang disusun juga harus
memuat arahan bagaimana ketentuan pemanfaatan ruang oleh kegiatan yang telah
diarahkan/direncanakan sekaligus arahan proses pengendalian pemanfatan ruang
dan arahan zonasi demi menjamin penegakan hukum dalam proses pemanfaatan
ruang.
Jadi ciri-ciri utama dari suatu pendekatan perencanaan rasional menyeluruh adalah
sebagai berikut (Banfield, Meyerson):
a. Dilandasi oleh suatu kebijaksanaan umum yang merumuskan tujuan yang ingin
dicapai sebagai suatu kesatuan yang utuh.
b. Didasari oleh seperangkat spesifikasi tujuan yang lengkap menyeluruh dan
terpadu.
c. Peramalan yang (seoptimal mungkin) tepat serta ditunjang oleh sistem informasi
(masukan data) yang maksimal (lengkap, andal dan terinci).
d. Peramalan yang diarahkan pada tujuan jangka panjang.
Perencanaan tata ruang dilakukan untuk menghasilkan rencana umum tata ruang
dan rencana rinci tata ruang. Untuk rencana umum dan rencana rinci tata ruang,
maka penyusunannya dilandasi oleh pendekatan wilayah administratif. Pendekatan
ini pada dasarnya terkait dengan hirarki dan pembagian kewenangan dalam proses
penataan ruang yang diatur dalam dokumen rencana tata ruang.
Dalam konteks ini, pendekatan wilayah ini tidak hanya dibatasi pengertian wilayah
administratif saja. Pendekatan ini lebih bermakna untuk melihat keseluruhan unsur-
unsur pembentuk ruang seperti manusia dan kegiatan sosial ekonomi di kota serta
sarana dan prasarana yang mendukungnya berikut lingkungannya, membentuk dan
berada di dalam sistem wilayah. Dengan demikian perencanaan tata ruang melalui
pendekatan wilayah adalah suatu upaya perencanaan agar interaksi makhluk
hidup/manusia dengan lingkungannya dapat berjalan serasi, selaras dan seimbang
menghasilkan kinerja/kualitas ruang yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan makhluk hidup/ manusia dan kelestarian lingkungan.
1. TAHAP PERSIAPAN
Tahap persiapan penyusunan RDTRK terdiri dari:
a. Penyusunan kerangka acuan kerja
1) Pembentukan tim penyusun RDTRK kabupaten.
2) Penyusunan rencana kerja.
b. Penetapan metodologi yang digunakan;
1) Kajian awal data sekunder, mencakup peninjauan kembali terhadap:
- RTRW kabupaten atau kota (termasuk Ketentuan Umum Zonasi);
- RDTRK (apabila ada);
- RTBL (apabila ada);
- RPJPD dan RPJMD; dan
- Ketentuan sektoral terkait pemanfaatan ruang.
2) Penetapan wilayah perencanaan (WP) RDTRK.
Wilayah perencanaan RDTRK merupakan bagian dari kabupaten/kota yang
akan atau perlu disusun RDTRKnya. Wilayah perencanaan RDTRK tersebut
ditetapkan oleh kepala daerah. Penetapan WP dapat mencakup wilayah
administratif maupun fungsional.
3) Persiapan teknis pelaksanaan yang meliputi:
- penyimpulan data awal;
- penyiapan metodologi pendekatan pelaksanaan pekerjaan;
- penyiapan rencana kerja rinci; dan
4) penyiapan perangkat survei (checklist data yang dibutuhkan, panduan
wawancara, kuesioner, panduan observasi, dokumentasi, dan lain-lain), serta
mobilisasi peralatan dan personil yang dibutuhkan.Pemberitaan kepada publik
perihal akan dilakukannya penyusunan RDTRK, tim ahli yang terlibat, tahapan
penyusunan, dan penjelasan lain yang diperlukan, melalui:
- media massa (televisi, radio, surat kabar, majalah);
- brosur, leaflet, flyers, surat edaran, buletin, jurnal, buku;
- kegiatan pameran, pemasangan poster, pamflet, papan pengumuman,
billboard;
- kegiatan kebudayaan (misal: pagelaran wayang dengan menyisipkan
informasi yang ingin disampaikan di dalamnya);
- multimedia (video, VCD, DVD);
- media digital (internet, media sosial, dan lain-lain);
- ruang pamer atau pusat informasi; dan/atau
Selain data dan informasi tersebut di atas, dapat ditambahkan data dan informasi
sebagai berikut:
1. data dan informasi tentang kebijakan antara lain RTRW Provinsi/ Kabupaten/
Kota, RPJP Kabupaten/Kota dan RPJM Kabupaten/ Kota;
2. data fisiografis;
3. data kondisi fisik tanah;
4. data sosial budaya;
5. data dan informasi penggunaan lahan eksisting dan intensitas pemanfaatan
bangunan eksisting berdasarkan klasifikasi umum;
6. data penatagunaan tanah, meliputi:
a. data penguasaan tanah/pemilikan tanah/gambaran umum penguasaan tanah,
b. data penggunaan dan/atau pemanfaatan tanah;
7. data peruntukan ruang (yang dapat diperoleh dari RTRW, RDTRK kawasan
yang bersebelahan, dan lain-lain);
8. data dan informasi izin pemanfaatan ruang eksisting, baik dari sektor kehutanan,
kelautan, pertanahan, pertambangan, dll, terutama yang berskala besar;
9. data dan informasi persetujuan dan rekomendasi Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang (KKPR);
10. data ketersediaan prasarana dan sarana;
11. data dan informasi tentang peluang ekonomi.
12. data kemampuan keuangan pembangunan daerah;
13. data dan informasi tentang kelembagaan pembangunan daerah;
14. data terkait kawasan dan bangunan (kualitas, intensitas blok eksisting, tata
bangunan);
15. RDTRK kawasan yang bersebelahan dengan kawasan perencanaan (jika ada);
16. data dan informasi terkait kondisi geologi kawasan termasuk
pemanfaatan ruang di dalam bumi (jika ada); dan
17. identifikasi isu pembangunan berkelanjutan;
Untuk kepentingan penyusunan PZ, perlu ditambahkan data dan informasi sebagai
berikut:
1. jenis penggunaan lahan yang ada pada daerah yang bersangkutan;
2. jenis kegiatan pemanfaatan ruang;
3. jenis dan intensitas kegiatan yang ada pada daerah yang bersangkutan;
4. identifikasi masalah dari masing-masing kegiatan serta kondisi fisik (tinggi
bangunan dan lingkungannya);
5. kajian dampak kegiatan terhadap zona yang bersangkutan;
6. standar teknis dan administratif yang dapat dimanfaatkan
Penyusunan RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTRK) KECAMATAN
PREMBUN 4-12
LAPORAN PENDAHULUAN
Hasil kegiatan pengumpulan data akan menjadi bagian dari dokumentasi Buku Fakta
dan Analisis.
Berikut ini tabel kebutuhan data yang berisi jenis data dan informasi yang dibutuhkan,
jenis data, tahun data terbaru, teknik survei dan sumber data.
Teknik
No Kebutuhan Data Jenis Data Tahun Sumber
Survei
bangunan, serta prasarana di daerah
terkait
6 Data wilayah administrasi Laporan terbaru Survei - DPUPR Kab
sekunder - BPS Kab
7 Data dan informasi kependudukan: Laporan terbaru Survei - BPS Kab
- Jumlah dan penyebaran sekunder
- Pertumbuhan dan perkembangan
penduduk
- Kepadatan dan distribusi penduduk
- Struktur penduduk
8 Data sosial budaya Laporan terbaru Survei - Dinas Pemuda
primer Olahraga dan
Pariwisata Kab
- Survei lapangan
9 Data penatagunaan tanah, meliputi: Laporan, peta series Survei - Kantor Pertanahan
a. data penguasaan tanah/pemilikan 5 tahun sekunder Kab
tanah/gambaran umum penguasaan terakhir
tanah,
b. data penggunaan dan/atau
pemanfaatan tanah;
10 Data dan informasi izin pemanfaatan Laporan, peta series Survei - DPMPTSP Kab
ruang eksisting, baik dari sektor 5 tahun sekunder
kehutanan, kelautan, pertanahan, terakhir
pertambangan, dll, terutama yang
berskala besar
11 Data dan informasi persetujuan dan Laporan, peta series Survei - DPMPTSP Kab
rekomendasi Kesesuaian Kegiatan 5 tahun sekunder
Pemanfaatan Ruang (KKPR) terakhir
12 Data dan informasi kebencanaan/ Laporan, peta terbaru Survei - BPBD Kab
kawasan rawan bencana sekunder
13 Data dan informasi klimatologi Laporan terbaru Survei - DPUPR Kab, BPS
sekunder Kab
14 Data dan informasi hidrologi Laporan, peta terbaru Survei - DPUPR Kab
sekunder
15 Data kondisi fisik tanah: Laporan, peta terbaru Survei - DPUPR Kab
- jenis tanah sekunder
- topografi/ kelerengan
- fisiografis
16 Data dan informasi terkait kondisi Laporan, peta terbaru Survei - DPUPR Kab
geologi kawasan termasuk sekunder
pemanfaatan ruang di dalam bumi (jika
ada)
17 Data dan informasi sumber daya alam Laporan, peta terbaru Survei - DPUPR Kab,
potensial sekunder - Dinas Pertanian
Kab,
- DLH kab
18 Data dan informasi penggunaan lahan Laporan, peta terbaru Survei - DPUPR Kab
eksisting dan intensitas pemanfaatan sekunder
bangunan eksisting
19 Data peruntukan ruang dari RTRW, Laporan, peta terbaru Survei - DPUPR Kab
RDTRK kawasan yang bersebelahan sekunder
20 Data dan informasi jaringan transportasi: Laporan, peta terbaru Survei - Dishub Kab
- jalan berdasarkan fungsi. sekunder
- terminal penumpang
- terminal barang
- jembatan
- halte
- jalur sepeda
- jalur pejalan kaki
- jaringan kereta api
- stasiun kereta api
Teknik
No Kebutuhan Data Jenis Data Tahun Sumber
Survei
- alur pelayaran sungai dan danau
- lintas penyeberangan
- pelabuhan
- pelabuhan perikanan
- bandara
21 Data dan informasi jaringan energi: Laporan, peta terbaru Survei - PLN,
- infrastruktur minyak dan gas bumi, sekunder - DPUPR Kab
- infrastruktur pembangkitan listrik,
- jaringan SUTUT, SUTET, SUTT,
SUTTAS
- kabel bawah tanah
- jaringan distribusi: SUTM, SUTR,
SKTM
- jaringan pipa/kabel bawah laut
penyaluran tenaga listrik
- gardu listrik
22 Data dan informasi jaringan Laporan, peta terbaru Survei - DIskominfo Kab
telekomunikasi: sekunder
- jaringan tetap: jaringan serat optik,
telepon fixed line, STO, rumah kabel,
kotak pembagi, pusat otomasi
sambungan telepon,
- jaringan bergerak terestrial,
- jaringan bergerak seluler berupa BTS,
- jaringan bergerak satelit berupa stasiun
bumi
23 Data dan informasi jaringan SDA: Laporan, peta terbaru Survei - DPUPR Kab
- jaringan irigasi, sekunder
- sistem pengendalian banjir,
- bangunan SDA
24 Jaringan air minum: Laporan, peta terbaru Survei - PDAM,
- jaringan perpipaan: unit air baku, unit sekunder - DPUPR Kab
produksi, unit distribusi, unit pelayanan
- bukan jaringan perpipaan: sumur
dangkal, sumur pompa, bak
penampungan air hujan, terminal air,
bangunan penangkap mata air
25 Data dan informasi pengelolaan air limbah Laporan, peta terbaru Survei - DLH Kab
dan limbah B3: sekunder
- sistem pembuangan air limbah non
domestik,
- sistem pengelolaan air limbah domestik
setempat,
- sistem pengelolaan air limbah domestik
terpusat,
- sistem pengelolaan limbah B3
26 Data dan informasi jaringan persampahan: Laporan, peta terbaru Survei - DLH Kab
- Stasiun Peralihan Antara, sekunder
- TPS 3R
- TPS,
- TPA,
- TPST
27 Data dan informasi jaringan drainase: Laporan, peta terbaru Survei - DPUPR Kab
- jaringan drainase, sekunder
- bangunan peresapan/kolam retensi,
- bangunan tampungan/ polder,
- bangunan pelengkap drainase
28 Data dan informasi jalur dan ruang Laporan, peta terbaru Survei - DPUPR Kab,
evakuasi bencana sekunder - BPBD Kab
29 - Data dan informasi pengaman pantai, Laporan, peta terbaru Survei - DPUPR Kab
- tanggul penahan longsor sekunder
Teknik
No Kebutuhan Data Jenis Data Tahun Sumber
Survei
30 Data dan informasi tentang peluang Laporan, peta terbaru Survei - BP3D Kab,
ekonomi, potensi ekonomi kreatif, produk sekunder - Dinas
unggulan daerah Perdagangan dan
Perindustrian Kab
31 Data dan informasi tentang kelembagaan Laporan terbaru Survei - BP3D
pembangunan daerah sekunder
32 Data terkait kawasan dan bangunan Laporan, peta terbaru Survei - Survei lapangan
(kualitas, intensitas blok eksisting, tata primer
bangunan)
33 Permasalahan lingkungan hidup/ dampak Laporan, peta terbaru Survei - DLH Kab
kegiatan terhadap lingkungan hidup sekunder
Peta dasar dan peta tematik
1 Peta dasar rupa bumi Indonesia atau peta peta terbaru Survei - DPUPR Kab
dasar lainnya dengan skala minimal sekunder
1:5.000
2 Peta geomorfologi, peta geologi, peta peta terbaru Survei - DPUPR Kab
topografi, serta peta kemampuan tanah sekunder
dengan skala minimal 1:5.000
3 Peta penatagunaan tanah dengan skala peta terbaru Survei - Kantor
minimal 1:5.000 sekunder Pertanahan/ BPN
Kab
4 Peta satuan wilayah sungai (SWS) dan peta terbaru Survei - DPUPR Kab
daerah aliran sungai (DAS); sekunder
5 Peta klimatologis (curah hujan, hidro- peta terbaru Survei - DPUPR Kab, BPS
geologi, angin, dan temperatur) sekunder Kab
6 Peta kawasan rawan bencana dan/atau peta terbaru Survei - DPUPR Kab,
risiko bencana di level kabupaten/kota sekunder BPBD Kab
7 Peta kawasan obyek vital nasional dan peta terbaru Survei - DPUPR Kab
kepentingan pertahanan dan keamanan sekunder
dari instansi terkait;
8 Peta lokasi kawasan industri maupun peta terbaru Survei - BP3D Kab
kluster industri kecil sekunder
9 Peta kawasan hutan dari instansi terkait peta terbaru Survei - KemenLHK,
baik di pusat maupun daerah sekunder - DLH Prov,
- DLH Kab
10 Peta kawasan pertanian dari instansi peta terbaru Survei - Dinas Pertanian
terkait baik di pusat maupun daerah sekunder Kab
11 Peta destinasi pariwisata dari instansi peta terbaru Survei - Dinas Pemuda
terkait baik di pusat maupun daerah sekunder Olahraga dan
Pariwisata Kab
12 Peta lokasi bangunan bersejarah dan peta terbaru Survei - Dinas Pemuda
bernilai pusaka budaya, dari instansi sekunder Olahraga dan
terkait Pariwisata Kab
13 Peta kawasan terpapar dampak peta terbaru Survei - DLH Kab
perubahan iklim dari BMKG atau instansi sekunder
terkait
Sumber: Penyusun, 2021
f. analisis kependudukan;
g. analisis ekonomi dan sektor unggulan;
h. analisis transportasi (pergerakan);
i. analisis sumber daya buatan;
j. analisis kondisi lingkungan binaan;
k. analisis kelembagaan;
l. analisis karakteristik peruntukan zona;
m. analisis jenis dan karakteristik kegiatan yang saat ini berkembang dan mungkin
akan berkembang di masa mendatang;
n. analisis kesesuaian kegiatan terhadap peruntukan/ zona/ sub zona;
o. analisis dampak kegiatan terhadap jenis peruntukan/ zona/ sub zona;
p. analisis pertumbuhan dan pertambahan penduduk pada suatu zona;
q. analisis gap antara kualitas peruntukan/ zona/ sub zona yang diharapkan dengan
kondisi yang terjadi di lapangan;
r. analisis karakteristik spesifik lokasi;
s. analisis ketentuan dan standar setiap sektor terkait; dan
t. analisis kewenangan dalam perencanaan, pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
Hasil dari tahap di atas didokumentasikan di dalam Buku Fakta dan Analisis.
Rincian analisis yang digunakan dalam Penyusunan RDTRK terdiri dari sembilan jenis
analisis sesuai dengan Peraturan Menteri ATR/BPN No.11 Tahun 2021 tentang Tata
Cara Penyusunan, Peninjauan Kembali, Revisi, dan Penerbitan Persetujuan Substansi
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, Kota dan Rencana Detail Tata
Ruang.
Oleh karena itu, dalam analisis regional ini dilakukan analisis pada aspek berikut:
1. analisis kedudukan dan keterkaitan sosial-budaya dan demografi WP pada
wilayah yang lebih luas;
2. analisis kedudukan dan keterkaitan ekonomi WP pada wilayah yang lebih luas;
3. analisis kedudukan dan keterkaitan sistem prasarana wilayah perencanaan
dengan wilayah yang lebih luas. Sistem prasarana yang diperhatikan dalam
analisis ini adalah sistem prasarana kabupaten/kota dan wilayah;
4. analisis kedudukan dan keterkaitan aspek lingkungan (pengelolaan fisik dan
SDA) WP pada wilayah yang lebih luas;
5. analisis kedudukan dan keterkaitan aspek pertahanan dan keamanan WP;
dan
6. analisis kedudukan dan keterkaitan aspek pendanaan WP.
7. analisis spesifik terkait kekhasan kawasan.
Keluaran analisis fisik atau lingkungan WP ini digunakan sebagai bahan dalam
sintesa analisis holistik dalam melihat potensi, masalah, peluang penataan ruang
WP dalam penyusunan RDTRK.
Analisis sumber daya alam dan fisik/lingkungan wilayah yang perlu dilakukan
mencakup beberapa analisis berikut:
1. Analisis sumber daya air
Dilakukan untuk memahami bentuk dan pola kewenangan, pola pemanfaatan,
dan pola kerjasama pemanfaatan sumber daya air yang ada dan yang
sebaiknya dikembangkan di dalam WP. Khususnya terhadap sumber air baku
serta air permukaan (sungai dan/atau danau) yang mengalir dalam WP yang
memiliki potensi untuk mendukung pengembangan dan/atau memiliki
kesesuaian untuk dikembangkan bagi kegiatan tertentu yang sangat
membutuhkan sumber daya air. Analisis ini menjadi dasar dalam menetapkan
kebijakan yang mengatur sumber-sumber air tersebut.
2. Analisis sumber daya tanah
Digunakan dalam mengidentifikasi potensi dan permasalahan pengembangan
WP berdasarkan kesesuaian tanah serta kawasan rawan bencana. Analisis ini
menghasilkan rekomendasi bagi peruntukan zona budi daya dan zona lindung.
3. Analisis topografi dan kelerengan
Analisis topografi dan kelerengan dilakukan untuk potensi dan permasalahan
pengembangan wilayah perencanaan berdasarkan ketinggian dan kemiringan
lahan. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui daya dukung serta kesesuaian
lahan bagi peruntukan kawasan budi daya dan lindung.
4. Analisis geologi lingkungan
Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi potensi dan pengembangan WP
berdasarkan potensi dan kendala dari aspek geologi lingkungan. Analisis ini
menjadi rekomendasi bagi peruntukan kawasan rawan bencana, kawasan
lindung geologi, dan kawasan pertambangan.
5. Analisis klimatologi
Digunakan dalam mengidentifikasi potensi dan permasalahan pengembangan
WP berdasarkan kesesuaian iklim setempat. Analisis ini menjadi bahan
rekomendasi bagi kesesuaian peruntukan pengembangan kegiatan budi daya.
6. Analisis sumber daya alam (zona lindung)
Dilakukan untuk mengetahui daya dukung/kemampuan wilayah perencanaan
dalam menunjang fungsi hutan/sumber daya alam hayati lainnya, baik untuk
perlindungan maupun kegiatan produksi. Selain itu, analisis ini dimaksudkan
untuk menilai kesesuaian lahan bagi penggunaan hutan produksi tetap dan
terbatas, hutan yang dapat dikonversi, hutan lindung, dan kesesuaian fungsi
hutan lainnya.
7. Analisis sumber daya alam dan fisik wilayah lainnya (zona budi daya)
Selain analisis tersebut di atas, perlu juga dilakukan analisis terhadap sumber
daya alam lainnya sesuai dengan karakteristik WP yang akan direncanakan,
untuk mengetahui pola kewenangan, pola pemanfaatan, maupun pola
kerjasama pemanfaatan sumber daya tersebut.
E. Sosial Budaya
Analisis dilakukan untuk mengkaji kondisi sosial budaya masyarakat yang
mempengaruhi pengembangan wilayah perencanaan seperti elemen-elemen kota
yang memiliki nilai historis dan budaya yang tinggi (urban heritage, langgam
arsitektur, landmark kota) serta modal sosial dan budaya yang melekat pada
masyarakat (adat istiadat) yang mungkin menghambat ataupun mendukung
pembangunan, tingkat partisipasi/peran serta masyarakat dalam pembangunan,
kepedulian masyarakat terhadap lingkungan, dan pergeseran nilai dan norma
yang berlaku dalam masyarakat setempat.
F. Kependudukan
Analisis yang dilakukan untuk mengidentifikasi dan mendapatkan proyeksi
perubahan demografi seperti pertumbuhan dan komposisi jumlah penduduk serta
kondisi sosial kependudukan dalam memberikan gambaran struktur dan
karakteristik penduduk. Hal ini berhubungan erat dengan potensi dan kualitas
penduduk, mobilisasi, tingkat pelayanan dan penyediaan kebutuhan sektoral
(sarana, prasarana maupun utilitas minimum).
Selain itu analisis terhadap penyebaran dan perpindahan penduduk dari daerah
perdesaan ke daerah perkotaan memberikan gambaran dan arahan kendala serta
potensi sumber daya manusia untuk keberlanjutan pengembangan, interaksi, dan
integrasi dengan daerah di luar WP. Analisis dilakukan dengan
mempertimbangkan proyeksi demografi terhadap batasan daya dukung dan daya
tampung WP dalam jangka waktu rencana. Analisis ini digunakan sebagai
pertimbangan dalam penyusunan RDTRK dan peraturan zonasi.
H. Transportasi
1. Analisis transportasi dilakukan untuk menciptakan kemudahan dalam
pergerakan, mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan, dan mendukung
fungsi masing-masing zona.
2. Analisis transportasi didasarkan pada pusat kegiatan, proyeksi kebutuhan lalu
lintas.
3. Analisis transportasi tersebut meliputi:
4. Analisis sistem kegiatan
5. Analisis sistem jaringan
6. Analisis sistem pergerakan
7. Analisis ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun rencana
struktur ruang.
K. Kelembagaan
1. Analisis kelembagaan dilakukan untuk memahami kapasitas pemerintah kota
dalam menyelenggarakan pembangunan yang mencakup struktur organisasi
dan tata laksana pemerintahan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana
kerja, produk-produk pengaturan serta organisasi non pemerintah, perguruan
tinggi dan masyarakat.
2. Analisis diharapkan menghasilkan beberapa bentuk dan operasional
kelembagaan di WP sehingga semua pihak yang terlibat dapat berpartisipasi
dalam perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
3. Analisis ini digunakan sebagai pertimbangan dalam penyusunan RDTRK dan
peraturan zonasi.
M. Jenis dan Karakteristik Kegiatan yang Saat ini Berkembang dan Mungkin
Akan Berkembang di Masa Datang
Analisis jenis dan karakteristik kegiatan eksisting dan perkembangannya
digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan yang ada saat ini, kegiatan yang
direncanakan, dan/atau kegiatan yang mungkin timbul akibat rencana yang
disusun. Analisis ini digunakan sebagai dasar dalam:
1. rumusan tabel atribut kegiatan untuk peta zonasi;
2. perumusan ketentuan kegiatan; dan/atau
3. penentuan kegiatan PZ.
Q. Gap antara Kualitas Peruntukan/ Zona/ Sub Zona yang Diharapkan dengan
Kondisi yang Terjadi di Lapangan
Analisis gap antara kualitas peruntukan/zona/sub zona yang diharapkan dengan
kondisi eksisting dilakukan untuk mengidentifikasi lokasi-lokasi dengan
karakteristik spesifik yang membutuhkan pengaturan yang berbeda. Analisis ini
merupakan dasar dalam perumusan ketentuan khusus serta dapat menjadi
masukan bagi analisis kewenangan dalam perencanaan, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
a. Tujuan Penataan WP
Tujuan penataan WP merupakan nilai dan/ atau kualitas terukur yang
akan dicapai sesuai dengan arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan
dalam RTRW dan merupakan alasan disusunnya RDTRK tersebut, serta
apabila diperlukan dapat dilengkapi konsep pencapaian. Tujuan penataan
WP berisi tema yang akan direncanakan di wilayah perencanaan.
x) Terminal khusus;
y) Pelabuhan perikanan, meliputi:
(1) pelabuhan perikanan samudra;
(2) pelabuhan perikanan nusantara;
(3) pelabuhan perikanan pantai; dan
(4) pangkalan pendaratan ikan;
z) Bandar udara pengumpul, meliputi:
(1) bandar udara pengumpul skala pelayanan primer;
(2) bandar udara pengumpul skala pelayanan sekunder; dan
(3) bandar udara pengumpul skala pelayanan tersier;
aa) Bandar udara pengumpan; dan
bb) Bandar udara khusus;
Jaringan transportasi dapat berada di permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah, atau di atas permukaan tanah.
Setiap SWP terdiri atas blok yang dibagi berdasarkan batasan fisik
antara lain seperti jalan, sungai, dan sebagainya. Dalam hal luas WP
relatif kecil, rencana pola ruang dapat digambarkan secara langsung
ke dalam blok. Zona dapat dibagi lagi menjadi subzona. Apabila
dampaknya kecil dan tidak memiliki urgensi pengaturan, maka tidak
perlu diklasifikasikan sebagai zona dan cukup dimasukkan ke dalam
daftar kegiatan pada matriks ITBX.
c. peruntukan ruang perairan pesisir atau badan air berupa sungai yang
diusulkan untuk direklamasi menjadi peruntukan ruang lain dan belum
disepakati pada saat penetapan peraturan kepala daerah; dan
d. kawasan hutan yang telah memiliki IPPKH/ PPKH.
e. Peraturan Zonasi
PZ disusun untuk setiap zona peruntukan baik zona budidaya maupun
zona lindung dengan memperhatikan esensi fungsinya yang ditetapkan
dalam rencana rinci tata ruang dan bersifat mengikat/ regulatory. Dalam
sistem regulatory, seluruh kawasan perkotaan terbagi habis ke dalam
zona peruntukan ruang yang tergambarkan dalam peta rencana pola
ruang. Pada setiap zona peruntukan akan berlaku satu aturan dasar
tertentu yang mengatur perpetakan, kegiatan, intensitas ruang dan tata
bangunan.
Peraturan zonasi merupakan ketentuan sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari RDTRK dan berfungsi sebagai:
1) Perangkat operasional pengendalian pemanfaatan ruang;
2) Acuan dalam pemberian izin pemanfaatan ruang, termasuk di
dalamnya air right development dan pemanfaatan ruang di bawah
tanah;
3) Acuan dalam pemberian insentif dan disinsentif;
4) Acuan dalam pengenaan sanksi; dan
5) Rujukan teknis dalam pengembangan atau pemanfaatan lahan dan
penetapan lokasi investasi.
b) Pertimbangan Khusus
Pertimbangan khusus berlaku untuk masing-masing karakteristik guna
lahan, kegiatan atau komponen yang akan dibangun. Pertimbangan
khusus dapat disusun berdasarkan rujukan mengenai ketentuan atau
standar yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang, rujukan mengenai
ketentuan dalam peraturan bangunan setempat, dan rujukan mengenai
ketentuan khusus bagi unsur bangunan atau komponen yang
dikembangkan. Selain itu perlu dipertimbangkan kondisi yang harus
dipenuhi agar kegiatan dapat berlangsung pada zona terkait yang
antara lain meliputi:
(1) prosedur administrasi yang harus diikuti;
(2) kajian kelayakan lingkungan yang harus dipenuhi;
(3) prasarana dan/atau sarana tambahan yang harus diadakan untuk
menunjang kegiatan tersebut;
(4) pembatasan yang harus diberlakukan, terkait:
(a) luas fisik pemanfaatan ruang;
(b) kajian dengan kegiatan lain di sekitar
(c) jumlah tenaga kerja;
(d) waktu operasional;
(e) masa usaha;
(f) arahan lokasi spesifik;
(g) jumlah kegiatan serupa;
(h) pengembangan usaha kegiatan lebih lanjut; dan
(i) penggunaan utilitas untuk kegiatan tersebut harus terukur dan
tidak menimbulkan gangguan pada zona tersebut.
Penyusunan RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTRK) KECAMATAN
PREMBUN 4-52
LAPORAN PENDAHULUAN
e) Ketentuan Khusus
Ketentuan khusus adalah ketentuan yang mengatur pemanfaatan zona
yang memiliki fungsi khusus dan diberlakukan ketentuan khusus
sesuai dengan karakteristik zona dan kegiatannya. Selain itu,
ketentuan pada zona-zona yang digambarkan di peta khusus yang
memiliki pertampalan (overlay) dengan zona lainnya dapat pula
dijelaskan disini.
Ketentuan khusus merupakan aturan tambahan yang ditampalkan
(overlay) di atas aturan dasar karena adanya hal-hal khusus yang
f) Ketentuan Pelaksanaan
Ketentuan pelaksanaan adalah aturan yang berkaitan dengan
pelaksanaan penerapan peraturan daerah RDTRK dan PZ yang terdiri
atas:
a) Ketentuan variansi pemanfaatan ruang yang merupakan
ketentuan yang memberikan kelonggaran untuk menyesuaikan
dengan kondisi tertentu dengan tetap mengikuti ketentuan
massa ruang yang ditetapkan dalam peraturan zonasi. Hal ini
dimaksudkan untuk menampung dinamika pemanfaatan ruang
mikro dan sebagai dasar antara lain transfer of development rights
(TDR) dan air right development yang dapat diatur lebih lanjut
dalam RTBL.
3) Conditional uses
Conditional uses adalah teknik pengaturan zonasi yang
memungkinkan suatu pemanfaatan ruang yang dianggap penting
atau diperlukan keberadaannya, untuk dimasukkan ke dalam satu
zona peruntukan tertentu sekalipun karakteristiknya tidak memenuhi
kriteria zona peruntukan tersebut. Pemerintah daerah dapat
menerbitkan izin pemanfaatan ruang bersyarat atau Conditional Use
Permit (CUP) setelah melalui pembahasan dan pertimbangan
Forum Penataan Ruang. CUP diberikan dengan kriteria:
a) Pemanfaatan ruang yang akan diberi izin memiliki tingkat
kepentingan yang nyata bagi kepentingan orang banyak atau
kawasan perkotaan secara keseluruhan;
Apabila terdapat lebih dari satu TPZ lainnya, dapat dituliskan dengan
kode m1, m2, m3 dst.