Anda di halaman 1dari 94

BUKU PANDUAN

Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan


Reproduksi di Sekolah Dasar

DIREKTORAT SEKOLAH DASAR


DIREKTORAT JENDERAL PAUD, PENDIDIKAN DASAR DAN
PENDIDIKAN MENENGAH
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TAHUN 2020

BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar | i


BUKU PANDUAN
Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi
di Sekolah Dasar

Pengarah:
Jumeri, S.TP., M.Si.
Dirjen PAUD, Dikdas dan Dikmen

Penanggung Jawab:
Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd
Direktur Sekolah Dasar

Tim Penyusun:
Tim Direktorat Sekolah Dasar

Desain dan Tata Letak:


Deni Irawan

Penerbit:
Direktorat Sekolah Dasar
Direktorat Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Alamat:
Jalan Jenderal Sudirman, Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Gedung E Lantai 17, Gelora, Tanah Abang,
Jakarta Pusat, DKI
Jakarta, 10270

ii | BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar


KATA PENGANTAR
KEMAJUAN sumber daya manusia atau
SDM di bidang pendidikan tak lepas dari
beberapa faktor pendukung. Salah satu
faktor pendukung tersebut adalah
kesehatan individual peserta didik.
Mewujudkan kesehatan peserta didik
bisa dilakukan dengan menerapkan
perilaku hidup bersih dan sehat atau
PHBS di lingkungan sekolah.

Bila peserta didik menerapkan perilaku


hidup bersih dan sehat (PHBS) di
lingkungan sekolahnya, upaya untuk
meningkatkan derajat kesehatan di
sekolah akan terwujud, terutama di masa
pandemi coronavirus disease 2019
(Covid-19).

Hanya saja, di masa pandemi, akses peserta didik semakin terbatas pada
layanan dan informasi kesehatan termasuk pendidikan kesehatan reproduksi
begitu terbatas. Padahal, anak perlu memahami dan mengenali tubuhnya
sejak dini. Selain untuk menjaga kebersihan dan kesehatan tubuhnya, upaya
itu juga untuk melindungi anak dari kejahatan seksual.

Pengenalan tubuh pada anak usia sekolah itu merupakan bagian dari
pendidikan kesehatan reproduksi. Selain mengenali tubuhnya, anak juga
perlu diajak memahami adanya perbedaan antara tubuh anak laki-laki dan
perempuan. Dengan mengetahui hal-hal terkait tubuh, anak bisa menjaga
tubuhnya sekaligus menghormati tubuh temannya.

Direktorat Sekolah Dasar merasa perlu mengangkat tentang pendidikan


kesehatan reproduksi di sekolah dasar agar ada pembinaan mengenai
kesehatan reproduksi bagi peserta didik yang selama ini masih terabaikan
dalam proses pendidikan. Sehingga peserta didik yakni anak dari kelas
rendah (7 tahun s.d 9 tahun) dan anak dari kelas tinggi (10 tahun s.d 12 tahun)
maupun orangtua perlu mendapatkan informasi yang lengkap mengenai
aspek-aspek dalam kesehatan reproduksi untuk mendukung anak hingga

BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar | iii


remaja bisa mengambil keputusan yang tepat dalam kesehatannya,
bertanggungjawab terhadap dirinya, baik norma dan agama, juga
lingkungannya.

Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanahkan


bahwa setiap orang berhak memperoleh informasi, edukasi, dan konseling
mengenai kesehatan reproduksi yang benar dan dapat
dipertanggungjawabkan.

Syukur Alhamdulillah, buku ini telah ditulis dan disusun. Buku ini sejatinya
telah kami susun dan siapkan dengan cukup maksimal dan mendapat bantuan
dari berbagai pihak. Kami juga sampaikan beribu terimakasih atas kontribusi
ide, informasi, dan pikirannya untk menyelesaikan penyusunan buku ini.
Untuk kesempurnaan buku ini, maka kami sangat terbuka atas segala saran,
masukan dan bahkan kritik yang membangun supaya ada perbaikan di
kemudian hari.
Akhir kata, semoga buku panduan ini dapat membantu satuan pemerintah
daerah, satuan pendidikan SD, maupun pegiat pendidikan dasar lainnya
dalam mengimplementasikan pendidikan reproduksi, sehingga peserta didik
di satuan pendidikan sekolah dasar meningkat aspek akademis dan
kesehatannya. Sehingga tujuan pendidikan dapat dengan mudah tercapai.

Jakarta, 20 November 2020


Direktur Sekolah Dasar

Dra. Sri Wahyuningsih M.Pd.


NIP 196807291988032001

iv | BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar


DAFTAR ISI
BAB 1 | PENDAHULUAN....................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG............................................................................................................. 1
B. TUJUAN .................................................................................................................................. 5
C. SASARAN ............................................................................................................................... 5
D. DASAR HUKUM .................................................................................................................. 6

BAB 2 | KESEHATAN REPRODUKSI ................................................................................ 9

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi ........................................ 9


B. Hak Anak dan Hak Kesehatan Reproduksi ................................................................ 10
C. Pendidikan Kesehatan Reproduksi ............................................................................... 15
C.1. Pengertian Pendidikan Kesehatan Reproduksi ............................................... 15
C.2. Tujuan Pendidikan Kesehatan Reproduksi ....................................................... 15
C.3. Aspek-aspek Pendidikan Kesehatan Reproduksi ........................................... 19
C.4. Topik-topik Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar ................................... 20
D. Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat ....................................................................... 25
E. Prinsip Dasar dalam Menyampaikan Pendidikan Kesehatan Reproduksi
Bagi Peserta Didik ............................................................................................................... 27

BAB 3 | TATA KELOLA KESEHATAN REPRODUKSI DI SEKOLAH DASAR .... 33

A. Tata Kelola di Tingkat Pusat ............................................................................................ 34


A.1. Direktorat Sekolah Dasar ........................................................................................ 34
A.2. Tata Kelola Pada Tim Pembina UKS/M Tingkat Pusat .................................. 37
B. Tata Kelola Tingkat Provinsi............................................................................................ 40
C. Tata Kelola Tingkat Kab/Kota......................................................................................... 41
C.1. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota...................................................................... 41
C.2. Tata Kelola Pada Tim Pembina UKS/M Kabupaten/Kota............................ 43
D. Tata Kelola Di Tingkat Kecamatan................................................................................ 45
D.1. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pendidikan ....................................... 45
D.2. Tim Pembina UKS/M Kecamatan ......................................................................... 46
E. Tata Kelola Di Satuan Pendidikan ................................................................................. 48
E.1. Satuan Pendidikan Sekolah Dasar......................................................................... 48
E.2. Peran Tim Pelaksana UKS/M .................................................................................. 55

BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar | v


BAB 4 | PENUTUP..................................................................................................................... 59

Lampiran 1.
Stratifikasi UKS tingkat SD dan Penjelasan Indikator Stratifikasi UKS
tingkat SD ...................................................................................................................................... 61

Lampiran 2.
Pemetaan Materi & Kompetensi Kesehatan Reproduksi dengan Mata
Pelajaran Tingkat SD/MI .......................................................................................................... 75

Lampiran 3. Pemetaan Materi dan Kometensi Reproduksi untuk Mata


Pekajaran IPA SD ........................................................................................................................ 81

Lampiran 4.
Daftar tilik pendidikan kesehatan reproduksi tingkat SD untuk manajemen
sekolah, orangtua dan peserta didik ..................................................................................... 84

vi | BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar


BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang


menjadi landasan semua perundang-undangan yang ada menjamin setiap
orang berhak hidup sejahtera lahir, batin, dan sehat. Undang-Undang No 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanahkan bahwa setiap orang berhak
memperoleh informasi, edukasi, dan konseling mengenai kesehatan
reproduksi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Dan dalam PP 61
tahun 2014 tentang kesehatan reproduksi telah memuat kesehatan
reproduksi remaja sebagai salah satu jenis layanan yang merupakan suatu
dan/atau serangkaian kegiatan yang ditujukan kepada remaja dalam rangka
menjaga kesehatan reproduksi. Pada pasal 11 no 1 dinyatakan bahwa
pelayanan kesehatan reproduksi remaja bertujuan untuk mencegah dan
melindungi remaja dari perilaku seksual berisiko dan perilaku berisiko
lainnya yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi; dan
mempersiapkan remaja untuk menjalani kehidupan reproduksi yang sehat
dan bertanggung jawab. Pada pasal 12 dijelaskan bahwa pelayanan tersebut
dilaksanakan salah satunya melalui pemberian komunikasi, informasi, dan
edukasi pada proses pendidikan formal dan nonformal. Serangkaian aturan

1
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

telah menunjukkan pentingnya melaksanakan pendidikan kesehatan


reproduksi bagi remaja.
Berkaitan dengan kesehatan seksualitas dan reproduksi ini, International
Conference on Population and Development (ICPD) yang diselenggarakan oleh
Persatuan Bangsa-Bangsa berlangsung di Kairo pada 1994, menekankan
pentingnya edukasi hak kesehatan reproduksi. Perhatian utama isu ini
terutama pada perempuan dan remaja, yang selama ini menjadi objek dari
kebijakan kontrol atas reproduksi dan seksualitas. Bahkan dianggap sebagai
kelompok yang tidak memiliki hak untuk mengatur seksualitas dan
reproduksinya secara independen.

2
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

Pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah adalah proses pengajaran


dan pembelajaran berbasis kurikulum tentang aspek kognitif, emosional, fisik
dan sosial dari kesehatan reproduksi. Bukan hanya berbicara tentang
reproduksi dari segi kesehatan seperti risiko dan penyakit, namun juga
mencakup hubungan sosial, batasan diri, persetujuan, norma, nilai, budaya,
gender, pendidikan keterampilan hidup sehat (life skill), perilaku hidup sehat,
serta akses pada dukungan dan layanan kesehatan.
Pendidikan kesehatan reproduksi memerlukan proses kemampuan Life
Skill, yaitu kemampuan untuk beradaptasi dan perilaku positif yang
diperlukan seseorang dalam mengatasi tantangan dan kebutuhan hidup
sehari-hari secara efektif (WHO, 1997). Keterampilan yang dibutuhkan
seperti yang dimaksudkan di atas termasuk dalam Keterampilan Hidup
Sehat. Keterampilan Hidup Sehat adalah suatu kemampuan untuk menyusun
pola pikir dan perilaku sehingga menjadi serangkaian kegiatan yang
terintegrasi dan dapat diterima oleh lingkungan budaya setempat atau
mempunyai tujuan interpersonal yang menuju pada perilaku hidup sehat
fisik, mental dan sosial. Untuk dapat mencapai kondisi kesehatan reproduksi
yang baik, maka penerapan pendidikan keterampilan hidup sehat (PKHS)
sangatlah dibutuhkan. Keterampilan yang tercakup dalam PKHS adalah
keterampilan sosial (empati, komunikasi efektif); keterampilan berfikir
(berpikir kritis, berpikir kreatif, pengambilan keputusan); keterampilan
emosional (mengatasi stres dan megendalikan emosi).
Perilaku hidup sehat di dunia pendidikan menjadi sangat penting terkait
dengan merebaknya wabah pandemi COVID-19 pada tahun terakhir ini.
Pandemi COVID-19 memberikan dampak besar baik secara jangka pendek
maupun panjang pada kehidupan dan kesejahteraan remaja. Kondisi pandemi
yang mengharuskan dilakukannya jaga jarak (physical distancing)

3
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

mengakibatkan adanya penutupan sekolah. Hal ini berpengaruh pada akses


peserta didik yang semakin terbatas pada layanan dan informasi kesehatan
reproduksi termasuk pendidikan kesehatan reproduksi.
Untuk itu Direktorat Sekolah Dasar perlu mengangkat tentang
pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah dasar agar ada pembinaan
mengenai kesehatan reproduksi bagi peserta didik yang selama ini masih
terabaikan dalam proses pendidikan. Sehingga peserta didik yakni anak dari
kelas rendah (7 tahun s.d 9 tahun) dan anak dari kelas tinggi (10 tahun s.d 12
tahun) maupun orang tua perlu mendapatkan informasi yang lengkap
mengenai aspek-aspek dalam kesehatan reproduksi untuk mendukung anak
hingga remaja bisa mengambil keputusan yang tepat dalam kesehatannya,
bertanggungjawab terhadap dirinya, baik norma dan agama, juga
lingkungannya.
Keputusan Bersama 4 Menteri terkait panduan penyelenggaraan
pembelajaran pada tahun ajaran 2020/2021 di masa pandemi COVID-19
menyatakan bahwa diberlakukannya perluasan pembelajaran tatap muka di
area zona kuning serta pemberlakukan kurikulum darurat untuk kondisi
khusus. Kurikulum darurat memberikan fleksibilitas untuk memilih
kurikulum dan tidak dibebankan untuk menyelesaikan keseluruhan
kurikulum. Kebijakan ini dengan mempertimbangkan kondisi kesulitan yang
dialami oleh guru, sekolah, orangtua dan peserta didik. Namun demikian hal
ini bukan berarti pendidikan kesehatan reproduksi dapat diabaikan.
Kemendikbud telah mengeluarkan kebijakan untuk pencegahan
penularan wabah COVID-19 di lingkungan satuan pendidikan, namun belum
menyusun dokumen untuk pendidikan kesehatan reproduksi. Oleh karena
itu Kemendikbud Direktorat SD perlu menyusun Panduan Pelaksanaan
Pendidikan Kesehatan Reproduksi. Panduan ini merupakan bagian dari

4
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

rangkaian dokumen Modul Kesehatan Reproduksi di Tingkat SD yang telah


disusun oleh Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pendidikan dan
Kebudyaan.

B. TUJUAN

Di dalam buku panduan ini ada dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus.
1. Tujuan Umum:
Terlaksananya pendidikan kesehatan reproduksi di satuan
pendidikan sekolah dasar
2. Tujuan khusus:
Memberikan panduan pelaksanaan pendidikan kesehatan reproduksi
yang meliputi:
a. Prinsip dan ruang lingkup kesehatan reproduksi
b. Tata kelola pendidikan kesehatan reproduksi
c. Pendidikan keterampilan hidup sehat

C. SASARAN

Sesuai dengan tujuan untuk meningkatkan tata kelola pendidikan


kesehatan reproduksi di tingkat SD, maka sasaran buku ini adalah sebagai
berikut:
1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Tim Pembina UKS/M
Tingkat Pusat dan Lembaga lainnya yang melaksanakan pendidikan
kesehatan reproduksi di tingkat SD;
2. Dinas Pendidikan Provinsi dan Tim Pembina UKS/M Provinsi;

5
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

3. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota bersarta Ketua Tim Pembina


UKS/M Bupati/Walikota;
4. Tim Pembina UKS/M Kecamatan beserta Tim Pelaksana UKS/M di
SD;
5. Satuan pendidikan sekolah dasar

D. DASAR HUKUM

Dasar penyelenggaraan kegiatan penyusunan Panduan Hak Kesehatan


Reproduksi Remaja di Sekolah Dasar ini adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
2. Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
3. Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
4. Undang-Undang nomor 11 tahun 2011 tentang Kesejahteraan Sosial
5. Undang- Undang nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak
6. Peraturan Pemerintah nomor 61 tahun 2014 tentang Kesehatan
Reproduksi
7. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan RI No.1 tahun 2018 tentang Rencana Aksi Nasional
Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja tahun 2017-2019
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 Tahun 2014 tentang
Upaya Kesehatan Anak.
9. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 4 Tahun 2019 Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan.

6
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

10. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 22 Tahun 2016 tentang


Pedoman Optimasi Fungsi Otak pada Pembelajaran Anak Usia
Sekolah di Tingkat Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI).
11. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri
Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor
6/X/PB Tahun 2014, Nomor 73 Tahun 2014, Nomor 41 Tahun 2014,
Nomor 81 Tahun 2014 tentang Pembinaan dan Pengembangan
Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah
12. Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri
Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri Nomor
03/KB/2020, Nomor 612 Tahun 2020, Nomor
HK.01.08/Menkes/502/2020, Nomor 119/4536/SJ tentang
Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada Tahun Ajaran
2020/2021 dan Tahun Akademik 2020/2021 di Masa Pandemi
Coronavirus Diseases 2019 (COVID-19)
13. Kepmendikbud Nomor 719/P/2020 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kurikulum pada Satuan Pendidikan dalam Kondisi Khusus
Pendidikan pada PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan
Menengah yang berada pada daerah yang ditetapkan sebagai daerah
dalam Kondisi Khusus oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah
Daerah dapat melaksanakan Kurikulum sesuai dengan kebutuhan
pembelajaran bagi Peserta Didik.

7
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

8
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

BAB 2
KESEHATAN
REPRODUKSI

A. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KESEHATAN REPRODUKSI

Menurut ICPD dan Undang-undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009,


Kesehatan Reproduksi adalah: Keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial
secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,
yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya
Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi menurut Kemenkes RI adalah:
1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
2. Keluarga berencana
3. Pencegahan dan penanganan infertilitas
4. Pencegahan dan penanggulangan komplikasi keguguran
5. Pencegahan dan penanganan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR),
Infeksi Menular Seksual (IMS), dan HIV AIDS
6. Kesehatan seksual
7. Kekerasan seksual
8. Deteksi dini kanker payudara dan serviks
9. Kesehatan Reproduksi Remaja
10. Kesehatan reproduksi lanjut usia dan pencegahan praktik yang
membahayakan (seperti female genital mutilation - FGM)

9
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

B. HAK ANAK DAN HAK KESEHATAN REPRODUKSI

Pada UU RI No. 35 tahun 2014 tentang perubahan atas UU No. 23 tahun


2002 tentang perlindungan anak, dijelaskan bahwa setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi sebagaimana diamanatkan
dalam UUD 1945. Pengertian anak adalah seseorang yang belum berusia 18
tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Hak anak tersebut
adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan
dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara. Hal
ini didukung pula oleh Permenkes No 25 tahun 2014 tentang Upaya
Kesehatan Anak.
Hak anak menurut konvensi atau perjanjian internasional:
1. Hak memperoleh dan mempertahankan identitas
2. Hak untuk bebas berekspresi
3. Hak bebas berpikir, beragama dan berhati nurani
4. Hak untuk mendapatkan perlindungan atas kehidupan pribadi
5. Hak untuk memperoleh informasi secara layak
6. Hak mendapatkan pendidikan
7. Hak mendapatkan kesehatan yang layak

Pemerintah Indonesia dan 178 negara lainnya menandatangani hasil


konvensi ICPD di Kairo tahun 1994 yang mencakup 12 hak reproduksi dan
menjadi acuan hak kesehatan reproduksi. Hak – hak tersebut merupakan
bagian dari hak asasi manusia seperti tercantum dalam hukum internasional
dan nasional serta dokumen hak asasi manusia. Pembahasan mengenai
kesehatan reproduksi peserta didik tidak dapat dipisahkan dari upaya

10
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

pemenuhan hak anak, maka dalam penerapan pendidikan kesehatan


reproduksi remaja, pemenuhan hak reproduksi harus mengacu pada hak
anak.

11
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

Hak Kesehatan Reproduksi meliputi:


1. Hak untuk hidup
Merupakan hak paling mendasar bagi manusia dan berarti juga bahwa
setiap individu harus dibebaskan dari resiko kematian.
Contohnya dengan tersedianya pengobatan bagi yang sakit, serta
upaya pencegahan terjadinya penyakit. .
2. Hak atas kebebasan dan keamanan
Setiap individu termasuk anak memiliki hak untuk hidup tanpa
pembatasan yang dipaksakan serta terjamin keamanannya secara
fisik dan psikologis. .
3. Hak atas kesetaraan dan bebas atas segala bentuk diskriminasi
Setiap individu termasuk anak berhak bebas dari segala bentuk
diskriminasi dan pembedaan termasuk dalam mengakses layanan
kesehatan maupun untuk mendapatkan informasi.
4. Hak atas kerahasiaan pribadi
Setiap individu termasuk anak memiliki hak untuk dijaga kerahasiaan
pribadinya sesuai dengan peraturan misalnya terkait proses
konseling dan catatan kesehatannya.
5. Hak untuk kebebasan berpikir
Anak memiliki hak untuk berpendapat, terbebas dari penafsiran
ajaran yang sempit, kepercayaan, tradisi, mitos yang membatasi
kebebasan menyatakan pendapat dan mendapatkan informasi yang
benar dan pemahaman tentang seksualitas dan kesehatan
reproduksi.

12
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

6. Hak untuk mendapatkan informasi dan pendidikan


Anak berhak untuk mendapatkan informasi dan pendidikan secara
komprehensif dan sesuai tumbuh kembang individu tentang
kesehatan reproduksi seperti yang tercantum pada matriks materi
pendidikan kesehatan reproduksi (halaman 7). Pendidikan kesehatan
reproduksi akan membantu mereka untuk membuat keputusan
secara mandiri dan bertanggungjawab tentang kesehatan reproduksi
dan seksual dengan mengedepankan aspek gender sensitif, tanpa
stereotip.
7. Hak memilih bentuk keluarga dan hak untuk membangun dan
merencanakan keluarga
Peserta didik berhak merencanakan, membangun, dan memilih
bentuk keluarga. Perkawinan anak merupakan bentuk pelanggaran
hak anak, karena usia anak belum memiliki kedewasaan yang
memadai untuk mengambil keputusan secara merdeka. Perkawinan
anak juga melanggar ketentuan UU Perlindungan Anak.
8. Hak untuk memutuskan kapan dan akankah mempunyai anak
Tidak seorang pun boleh memaksa perempuan (termasuk peserta
didik perempuan) untuk hamil dan mempunyai anak. Keputusan ini
harus diambil secara sadar dan merdeka. Karena itu perempuan dan
peserta didik berhak mendapatkan informasi yang komprehensif
tentang kesehatan reproduksi dan alat kontrasepsi yang aman.
9. Hak mendapatkan pelayanan dan perlindungan
Peserta didik berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang
menjamin kerahasiaan, terjangkau, dapat diakses, berkualitas dan
menghargai pasien, baik dalam kondisi sehat, sakit ataupun sebagai
korban kekerasan seksual.

13
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

10. Hak mendapatkan hasil dari kemajuan ilmu pengetahuan dan


teknologi
Peserta didik berhak mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi
yang terbaru, aman, dan dapat diterima.
11. Hak atas kebebasan berkumpul
Hal ini termasuk mendesak pemerintah agar menempatkan masalah
kesehatan reproduksi menjadi prioritas kebijakan negara. Termasuk
juga berhak membentuk organisasi yang khusus memperjuangkan
agar semua peserta didik mendapatkan pendidikan kesehatan
reproduksi.
12. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk
Peserta didikmendapatkan perlindungan dari negara untuk terbebas
dari eksploitasi, pelecehan, perkosaan, dan kekerasan seksual,
sebagaimana disebutkan dalam PP No. 61 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Reproduksi.

ICPD juga menekankan pentingnya edukasi Hak Kesehatan Seksual dan


Reproduksi (HKSR) atau yang lebih dikenal dengan Pendidikan Kesehatan
Reproduksi. Perhatian utama pendidikan ini adalah pada pemberdayaan
perempuan dan remaja dengan juga menciptakan lingkungan yang lebih
kondusif dan mendukung baik dalam bentuk kebijakan maupun sarana dan
prasarana lainnya. Penyediaan informasi terkait kesehatan reproduksi
adalah bagian dari pemenuhan hak anak dan hak kesehatan reproduksi,
dengan berprinsip pada perlindungan anak, baik dalam hal penyampaian
informasi maupun penerapannya. Dengan kata lain, melaksanakan
pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja adalah bagian dari pemenuhan

14
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

hak anak dan merupakan kewajiban bagi negara dan orang dewasa di
lingkungan anak/remaja tersebut.

C. PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI

C.1. Pengertian Pendidikan Kesehatan Reproduksi


Pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah adalah proses pengajaran
dan pembelajaran berbasis kurikulum yang mencakup aspek kognitif,
emosional, fisik dan sosial dari kesehatan reproduksi. Proses pembelajaran
merupakan proses penyampaian informasi, pemahaman dan penanaman nilai
serta melatihkan keterampilan terkait kesehatan reproduksi. Sedangkan
yang dimaksud berbasis kurikulum adalah suatu proses belajar yang
berdasarkan pada tujuan yang jelas dan terukur serta disampaikan dengan
metode yang sesuai dengan tujuan.
Penerapan pendidikan ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan
serta ketersediaan sumber daya yang ada pada masing-masing satuan
pendidikan dengan mengacu pada prinsip-prinsip pendidikan kesehatan
reproduksi. Pendidikan kesehatan reproduksi ini terintegrasi dalam
pembelajaran yang dikembangkan dengan basis kurikulum yang meliputi
aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

C.2. Tujuan Pendidikan Kesehatan Reproduksi


Menurut UNESCO (2017), tujuan pendidikan kesehatan reproduksi
yang komprehensif adalah untuk membekali anak-anak dan remaja dengan
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang akan memberdayakan
mereka untuk:
1. Mewujudkan kesehatan, kesejahteraan, dan martabat mereka;

15
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

2. Mengembangkan hubungan sosial dan seksual yang penuh


penghormatan;
3. Mempertimbangkan bagaimana pilihan mereka mempengaruhi
kesejahteraan mereka dan orang lain;
4. Memahami dan memastikan perlindungan atas hak mereka
sepanjang hidup mereka.

Tujuan dari pendidikan kesehatan reproduksi adalah agar peserta didik


mendapatkan informasi yang lengkap mengenai aspek-aspek dalam
kesehatan reproduksi untuk mendukung peserta didik mengambil keputusan
yang sehat, bertanggungjawab dan berbahagia.
Pendidikan kesehatan reproduksi harus selalu disertai dengan
ketersediaan layanan kesehatan reproduksi yang ramah remaja termasuk
diantaranya adalah konseling dan rujukan ke fasilitas kesehatan. Tersedianya
akses pendidikan dan layanan kesehatan reproduksi remaja, diharapkan akan
menghasilkan kemandirian remaja dalam mengatur fungsi dan proses
reproduksi dan kehidupan seksualnya secara lebih sehat dan
bertanggungjawab. Lebih lanjut, pendidikan dan layanan kesehatan
reproduksi yang memadai akan berkontribusi kepada terpenuhinya hak-hak
kesehatan reproduksi yang berujung pada meningkatnya kualitas hidup serta
kualitas keturunannya baik secara fisik, mental, maupun sosial yang terbebas
dari rasa takut, tindakan kekerasan, dan diskriminasi.
Hal-hal yang diharapkan dapat berkembang pada anak setelah mengikuti
proses pembelajaran ini adalah peningkatan pengetahuan dan kemampuan
yang meliputi aspek-aspek pada Bagan 1.1 berikut:

16
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

Bagan 1.1. Peningkatan pengetahuan dan kemampuan anak yang


diharapkan setelah mendapatkan pembelajaran pendidikan kesehatan
reproduksi

Menanamkan nilai dan Mendorong peserta didik untuk beraktifitas sesuai


norma dengan nilai dan norma yang berlaku dalam
masyarakat
Komunikasi Kemampuan untuk menyampaikan ide, pendapat
dan perasaan melalui berbicara, tulisan,
mendengarkan, ekspresi muka, bahasa tubuh dan
lain sebagainya. Keterampilan ini bisa digunakan
dalam menyelesaikan konflik, mengerti dan
mengelola emosi, membuat kesepakatan serta
membangun dan menjaga hubungan dengan orang
lain
Memahami identitas Peserta didik menyadari potensi yang dimiliki,
dirinya dan memiliki termasuk kelebihan dan kekurangan. Hal ini akan
kepercayaan diri mendorong rasa kepercayaan diri bahwa ia mampu
membuat keputusan-keputusan yang baik.
Memiliki motivasi, Merupakan hal yang sangat penting bagi peserta
kepemimpinan dan didik untuk menyadari bahwa mereka bisa
kemandirian mempengaruhi dan menentukan hal-hal yang
terjadi pada diri mereka. Kesadaran ini akan
memotivasi mereka untuk membuat pilihan-pilihan
positif dan membuat perubahan. Kemampuan ini
akan berkembang pada aspek lainnya seperti
pengambilan keputusan, berpikir kritis, berpikir
kreatif, manajemen diri, dan bekerjasama.

17
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

Mengelola konflik, Kemampuan ini akan dapat membantu peserta


bernegosiasi dan didik dalam beradaptasi secara sosial dan
menyelesaikan masalah menyelesaikan masalah yang mungkin dapat terjadi
di keluarga, dengan teman sebaya maupun di
lingkungan masyarakat.
Mengenali, Membantu peserta didik mengenali,
mengekspresikan dan mengekspresikan dan mengelola emosi untuk dapat
mengelola emosi serta beradaptasi dengan diri dan lingkungannya.
manajemen stress Pengelolaan emosi dan stress yang baik akan
mendukung remaja memilih perilaku sehat dan
terhindar dari perilaku berisiko
Memahami perbedaan, Kemampuan ini akan mendukung peserta didik
saling menghargai, dan untuk lebih mengasah keterampilan
bekerjasama dengan interpersonalnya.
orang lain
Keterampilan Mendorong peserta didik untuk memahami
interpersonal perbedaan, saling menghargai dan bekerja sama
dengan orang lain.
Kreatifitas dan inovasi Mendorong peserta didik untuk dapat berinovasi
dan berkreasi dalam menyampaikan ide dan
menyelesaikan masalah
Berorientasi dan Mendorong peserta didik untuk mampu
merencanakan masa merencanakan masa depan, mengidentifikasi faktor
depan pendukung dan penghambat serta mengelola
potensi yang dimilikinya.

18
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

C.3. Aspek-aspek Pendidikan Kesehatan Reproduksi


Pendidikan kesehatan reproduksi hendaknya memenuhi aspek-aspek
sebagai berikut:
1. Berdasarkan fakta ilmiah
Informasi yang disampaikan adalah informasi yang telah teruji secara
ilmiah dan berdasarkan data
2. Bertahap
Pembelajaran dilakukan dengan proses yang berkelanjutan dan terus
berkembang.
3. Sesuai dengan usia dan karakteristik perkembangan anak dan
remaja.
Informasi yang diberikan harus disesuaikan dengan perkembangan
dan pertumbuhan peserta didik. Faktor kemampuannya dalam
memahami dan memproses informasi juga perlu diperhatikan untuk
dapat diinternalisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Berbasis kurikulum
Dilengkapi dengan tujuan yang jelas dan metode yang terstruktur.
5. Komprehensif
Mencakup berbagai aspek kesehatan reproduksi seperti organ
reproduksi, pubertas, menstruasi, kehamilan, IMS termasuk HIV dan
AIDS. Selain itu juga mencakup keterampilan hidup, hubungan
personal, kesetaraan gender, dan lain-lain.
6. Berdasarkan pendekatan hak asasi manusia
Termasuk di dalamnya hak anak, hak akan informasi yang berimbang,
dan juga meningkatkan kesadaran anak dan remaja akan hak mereka
sendiri dan penghargaan akan hak orang lain.

19
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

7. Berdasar pada kesetaraan gender


Bahwa hak, kewajiban dan posisi antara laki-laki dan perempuan
adalah sama dan dipandang sama dalam semua aspek.
8. Transformatif
Informasi dan pembelajaran yang didapat oleh peserta didik
hendaknya mendorong mereka untuk dapat menerapkannya dalam
berbagai aspek kehidupannya. Selain itu remaja pun didorong untuk
berkontribusi lebih banyak pada masyarakat.
9. Disesuaikan dengan budaya dan konteks setempat
Menghargai perbedaan budaya dan tidak memaksakan nilai, namun
mendorong kesadaran yang lebih mendalam akan berbagai dampak
sehingga lebih positif dalam mengambil keputusan-keputusan
10. Mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan dalam
pengambilan keputusan terkait kesehatan. Keterampilan ini
mencakup keterampilan hidup (life skill).

C.4. Topik-topik Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar


Materi atau topik-topik yang disampaikan dalam pendidikan kesehatan
reproduksi yang komprehensif untuk tingkat SD meliputi hal-hal berikut:

20
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

BAGIAN MATERI TUJUAN

1. Konsep Dasar Bagian ini khusus untuk Guru memahami konsep


Pendidikan Kesehatan guru yang mengajar: dasar pendidikan
Reproduksi  Konsep dasar kesehatan reproduksi
pendidikan kesehatan untuk anak dan remaja dan
reproduksi mampu menerapkan
 Prinsip-prinsip pendidikan kesehatan
penerapan pendidikan reproduksi dengan
kesehatan reproduksi berdasarkan pada prinsip-
 Karakteristik guru prinsip pendidikan
yang diharapkan kesehatan reproduksi
dalam menyampaikan
dan menerapkan
pendidikan kesehatan
reproduksi

2. Nilai, Norma, Batasan  Mengenal Diri Peserta didik dibekali


Diri Dan Hubungan  Hal-hal yang Penting dengan pengetahuan,
Dengan Orang Lain Bagi Diriku sikap yang positif dan
 Aturan (Norma) keterampilan untuk dapat
 Menghormati mengenal diri, memahami
Perbedaan aturan, menghargai diri
 Batasan Diri sendiri dan orang lain
 Sentuhan Baik dan dalam membangun relasi
Tidak Baik sosial yang sehat dan
 Persetujuan bertanggung jawab.
 Pertemanan
 Mengenal Keluarga
 Kasih Sayang dan
Ekspresinya
 Belajar Membuat
Keputusan yang Baik

21
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

 Belajar Berkomunikasi
yang Baik

3. Pertumbuhan Dan Kelas Bawah (kelas 1-3) Peserta didik dibekali


Perkembangan  Mengenal Tubuh dengan pengetahuan,sikap
 Menjaga Kebersihan yang positif dan
Tubuh keterampilan dalam
 Perilaku Sehat menjaga kesehatan tubuh
dan mempersiapkan diri
Kelas Atas (kelas 4-6) dalam menghadapi masa
 Persiapan Memasuki pubertas dengan sehat dan
Masa Pubertas bertanggung jawab.
 Manajemen
Kebersihan
Menstruasi
 Citra Diri Positif

4. Masalah Kesehatan Mengenal dan Belajar Peserta didik dibekali


Reproduksi Menghargai Proses yang dengan pengetahuan,
Dialami Wanita pada Masa sikap yang positif dan
Kehamilan keterampilan dalam
mengenal dan menghargai
Kelas Atas (kelas 4-6) proses kehamilan yang
 Mengenal HIV dan dialami wanita serta
AIDS pengetahuan dasar
 Mencegah Stigma dan mengenai HIV dan AIDS
Diskriminasi untuk mencegah
terjadinya stigma dan
diskriminasi.

22
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

5. Gender Dan Pencegahan  Mengenal Hak dan Peserta didik dibekali


Kekerasan Kewajiban dengan pengetahuan,
 Mengenal Gender dan sikap yang positif dan
Penerapannya dalam keterampilan dalam
Kehidupan Sehari-hari mengenal kesetaraan
 Mengenal Jenis-jenis gender serta upaya
Kekerasan pencegahan dan
 Mencegah dan melakukan tindakan jika
Menghindari Bullying terjadi kekerasan
(Perundungan) termasuk perundungan.
 Melakukan Tindakan
Terkait Kekerasan
yang Terjadi Pada Diri,
Keluarga,
Pertemanan, Sekolah
dan Lingkungan

6. Peran Teknologi  Penggunaan Teknologi Peserta didik dibekali


Informasi Dan Digital dan Internet dengan pengetahuan,
Komunikasi Secara Aman sikap yang positif dan
 Belajar Memilih dan keterampilan untuk dapat
Memilah Informasi memanfaatkan teknologi
yang Baik digital dan internet dengan
cara yang sehat dan aman.

7. Dukungan Dan Layanan  Memahami Dukungan Peserta didik dibekali


Teman dengan pengetahuan,
 Memahami Dukungan sikap yang positif dan
Keluarga keterampilan untuk dapat
 Memahami Dukungan mengakses dukungan dan
Guru dan Sekolah layanan jika membutuhkan
 Belajar Mencari bantuan.
Bantuan

23
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

8. Penyusunan Rencana Rencana Pembelajaran dan Guru mampu membuat


Pembelajaran Kegiatan Bermuatan rencana pembelajaran dan
Pendidikan Kesehatan kegiatan yang bermuatan
Reproduksi. pendidikan kesehatan
reproduksi, berikut
dengan
mempertimbangkan
pendidikan dalam situasi
khusus.

Pada masa pandemi COVID-19, risiko-risiko yang dihadapi anak dan


remaja juga semakin besar dan beragam. Risiko remaja mengalami kekerasan
juga menjadi lebih tinggi. Telah ada 643 kasus kekerasan yang terlaporkan
pada rentang waktu bulan Maret-April 2020 terjadi pada anak dan
perempuan. Anak dan perempuan memang lebih rentan terkena dampak
krisis dan tekanan psikis di rumah tangga akibat pandemi ini (data Puspaka-
Kompak-Unicef). Sebuah survey yang dilakukan oleh Yayasan Sayangi Tunas
Cilik (Save The Children) memberikan hasil yang memperkirakan bahwa 400-
500 ribu anak usia 10-17 tahun rentan akan melakukan perkawinan anak.
Risiko pandemi COVID-19 yang relevan dengan isu kesehatan
reproduksi adalah terkait kesehatan mental, kesehatan reproduksi,
kekerasan seksual, kekerasan berbasis gender dan perkawinan anak,
keamanan online dan dukungan psikologis (UNFPA, 2020). Disaat akses
peserta didik pada layanan dan informasi semakin terbatas di masa pandemi
ini, maka peran sekolah dan guru untuk tetap dapat memberikan pendidikan
kesehatan reproduksi diharapkan akan memberikan bantuan besar bagi
peserta didik untuk dapat membuat keputusan berdasarkan pengetahuan,

24
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

mempunyai sikap dan nilai yang positif serta keterampilan dalam


mempersiapkan diri menuju masa dewasa.
Pendidikan kesehatan reproduksi yang telah disiapkan dalam panduan ini
pun dapat dilaksanakan berdasarkan penyesuaian dengan kurikulum dalam
kondisi khusus. Dan jika dilaksanakan dengan tatap muka di area zona kuning
harus dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan yag telah
ditetapkan. Guru perlu mencari waktu dan cara yang paling mungkin untuk
dilakukan sehingga dapat tetap memberikan hak peserta didik sebagai
remaja akan informasi kesehatan reproduksi.

D. PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP SEHAT

Dalam upaya mendukung peserta didik agar mampu dan berdaya, mereka
harus memiliki keterampilan hidup baik secara personal maupun sosial.
Dalam pendidikan kesehatan reproduksi, keterampilan hidup penting untuk
diajarkan kepada peserta didik baik secara implisit di dalam proses
pengajaran maupun disampaikan dan diajarkan secara eksplisit.
Keterampilan hidup adalah kemampuan untuk beradaptasi dan perilaku
positif yang diperlukan seseorang dalam mengatasi tantangan dan
kebutuhan hidup sehari-hari secara efektif (WHO, 1997). Keterampilan yang
dibutuhkan seperti yang dimaksudkan diatas termasuk dalam Pendidikan
Keterampilan Hidup Sehat (PKHS).
Keterampilan Hidup Sehat adalah suatu kemampuan untuk menyusun
pola pikir dan perilaku sehingga menjadi serangkaian kegiatan yang
terintegrasi dan dapat diterima oleh lingkungan budaya setempat atau
mempunyai tujuan interpersonal yang menuju pada perilaku hidup sehat
fisik, mental dan sosial.

25
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

Pemerintah telah mencanangkan sebuah pendidikan keterampilan hidup


yang disingkat dengan PKHS (Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat) yang
juga diintegrasikan dalam penerapan pendidikan kesehatan reproduksi ini.
Penerapan keterampilan hidup sangat dibutuhkan untuk dapat mencapai
kondisi kesehatan reproduksi yang baik.

26
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

Keterampilan yang tercakup dalam PKHS antara lain adalah:


1. Kesadaran Diri – mengenal diri sendiri (karakter, kekuatan,
kelemahan, keinginan)
2. Empati – memposisikan perasaan orang lain pada diri sendiri
3. Pengambilan Keputusan – kemampuan menentukan pilihan
4. Pemecahan Masalah – menyelesaikan masalah secara konstruktif
5. Berpikir Kritis – menganalisis informasi dan pengalaman
6. Berpikir Kreatif – kemampuan membuat ide baru
7. Komunikasi Efektif – kemampuan menyampaikan gagasan
8. Hubungan Interpersonal – interaksi dengan sesama secara positif
dan harmonis
9. Pengendalian Emosi – kemampuan meredam gejolak emosi sehingga
perilaku terkendali
10. Mengatasi Stress – kemampuan mengenali sumber stress, efeknya
dan cara mengelolanya

PKHS juga dapat dilaksanakan secara terintegrasi dalam kegiatan


UKS/M terutama pelaksanaan pilar pendidikan sekolah sehat.

E. PRINSIP DASAR DALAM MENYAMPAIKAN PENDIDIKAN


KESEHATAN REPRODUKSI BAGI PESERTA DIDIK

Situasi pembelajaran terkait pendidikan kesehatan reproduksi sebaiknya


dalam situasi yang nyaman, terbuka dan menyenangkan baik bagi pihak
fasilitator (guru) maupun anak dan remaja (peserta didik). Proses
pembelajaran hendaknya interaktif, setiap orang memiliki hak dan posisi
yang setara untuk mengungkapkan pengalaman dan pendapatnya,

27
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

mengembangkan sikap positif dan keterampilan, dan tidak hanya menambah


pengetahuan semata.
Dukungan kepala sekolah dan orang tua menjadi penting untuk
memastikan pendidikan kesehatan reproduksi dapat dilaksanakan dengan
baik. Kepala sekolah sebagai ketua Tim Pelaksana UKS/M dapat mendorong
penyampaian pendidikan kesehatan reproduksi sebagai pelaksanaan pilar
UKS/M pendidikan kesehatan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pengajar dalam menyampaikan
pendidikan kesehatan reproduksi adalah:

1. Buatlah kesepakatan belajar

Kesepakatan belajar yang dibuat antara guru dan peserta didik


diawal proses pembelajaran pendidikan kesehatan reproduksi
menjadi penting, mengingat topik yang dibahas cukup sensitif dan
selama ini jarang dibicarakan secara terbuka. Menggali informasi dari
peserta didik mengenai topik permasalahan yang dihadapi, sehingga
peserta didik mau berdiskusi lebih lanjut mengenai kesehatan
reproduksi.
Kesepakatan belajar akan membantu untuk membangun lingkungan
yang aman dan nyaman bagi peserta didik untuk saling berbagi
pengetahuan, nilai/ sikap serta pengalaman hidup menyangkut
kesehatan reproduksi.
Beberapa hal yang penting untuk disepakati, antara lain : topik
kesehatan reproduksi adalah hal positif dan tidak tabu; aktif
menyampaikan pendapat; saling menghargai; tidak menghakimi,

28
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

tidak melakukan stigma dan diskriminasi; serta menjaga kerahasiaan


semua cerita/pengalaman yang diungkap dalam sesi pembelajaran.

2. Tulus

Guru menyadari bahwa tujuan memberikan pembelajaran


pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah adalah untuk membantu
anak dan remaja, tanpa mengharapkan timbal balik langsung dan
harapan tinggi bahwa remaja akan segera berubah setelah
mendapatkan pengajaran. Semua membutuhkan proses. Sebuah
sikap tulus akan membuat komunikasi lebih mudah. Guru harus
mampu mengekspresikan rasa tulusnya ketika membahas topik-topik
tertentu.

3. Pendengar yang baik

Guru harus menunjukkan bahwa dirinya mendengarkan dengan baik


ketika sedang memperhatikan pernyataan atau pertanyaan peserta
didik serta apa yang menjadi fokus perhatian atau kekhawatiran
dalam pikiran peserta didik. Mendengarkan adalah bagian penting
dari komunikasi yang baik.

4. Berpikiran terbuka

Guru harus menunjukkan sikap terbuka sehingga peserta didik


merasa nyaman mengekspresikan pendapat dan nilainya
menyangkut topik yang sedang dibahas. Walaupun mungkin yang

29
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

disampaikan oleh peserta didik bertentangan dengan nilai yang


dipercaya oleh guru, namun berusaha tidak menghakimi dari sejak
awal akan lebih baik

5. Fleksibel

Guru mempunyai kemampuan untuk bersikap fleksibel dan mencoba


untuk menanggapi perhatian dan kebutuhan yang mungkin muncul
dari peserta didik ketika sedang mendiskusikan suatu topik,
meskipun apa yang menjadi perhatian peserta didik tidak menjadi
bagian dalam topik yang sedang dibahas oleh guru.

6. Menjaga privasi

Guru harus mampu menjaga kerahasiaan tentang topik yang


didiskusikan dengan peserta didik.

7. Tetap tenang

Guru harus tenang mendengarkan peserta didik saat mereka


mengekspresikan pendapat mereka, bahkan saat guru mungkin tidak
setuju dengan pernyataan tersebut.

30
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

8. Meminta pendapat peserta didik

Guru sebaiknya meminta peserta didik untuk menyampaikan


pendapatnya dan bukan meminta pengakuan tentang pengalaman
mereka yang mungkin memalukan.
Tunjukkan bahwa setiap pendapat adalah baik dan dorong peserta
didik untuk secara terbuka berdiskusi mengenai pendapat mereka.
Perbedaan pendapat adalah hal yang biasa, penting untuk memberi
teladan dalam menghargai pendapat orang lain.

9. Menjawab pertanyaan-pertanyaan

Guru diupayakan dapat menjawab pertanyaan yang muncul dari


peserta didik, akan tetapi jika guru merasa tidak memiliki
pengetahuan yang cukup untuk menjawab maka sebaiknya guru jujur
dan menjanjikan akan mencarikan jawaban yang benar daripada
memaksa memberikan informasi yang salah.

10. Menunjukkan rasa percaya diri membahas topik-topik kesehatan


reproduksi

Guru harus percaya diri dalam menyampaikan topik tentang


kesehatan reproduksi. Jika guru menunjukkan sikap canggung dan
malu, maka peserta didik menjadi canggung untuk mengikuti proses
belajar di kelas termasuk tidak terbuka untuk menanyakan informasi
yang mereka butuhkan.

31
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

32
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

BAB 3
TATA KELOLA
PENDIDIKAN KESEHATAN
REPRODUKSI DI SEKOLAH
DASAR

PROGRAM UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) yang terdiri dari 3 pilar, yakni
pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan
sekolah sehat yang didukung dengan manajemen UKS/M. Salah satu topik
pendidikan kesehatan adalah pendidikan kesehatan reproduksi. Satuan
pendidikan sekolah dasar dipandang layak dan strategis dalam upaya
mempromosikan pendidikan kesehatan reproduksi di tingkat SD yang
terintegrasi dengan pendidikan keterampilan hidup sehat (PKHS).
Hal tersebut menjadi pertimbangan karena peserta didik sekolah dasar
dapat menjadi agen perubahan (agent of change) dalam mendesiminasikan
pendidikan kesehatan reproduksi. Disisi lain usia peserta didik sekolah dasar
merupakan usia keemasan (golden age) dimana 80% otak anak pada fase ini
bekerja membentuk karakter. Dengan demikian upaya pembinaan dan
menanamkan nilai-nilai pendidikan kesehatan reproduksi pada usia ini
menjadi sangat efektif.
Namun demikian sejalan dengan kemampuan dan kapasitas pengetahuan
serta keterampilan peserta didik sekolah dasar, dipandang perlu adanya
regulasi pembinaan dan bimbingan yang kontinu, sehingga peserta didik

33
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

sekolah dasar benar-benar dapat menjadi agen pembaharu dalam


mendesiminasikan pendidikan kesehatan reproduksi. Pada gilirannya kelak
peserta didik sekolah dasar sebagai warga masyarakat yang merupakan
target akhir, dapat menjadi anak remaja yang sehat dan bertanggung jawab
dalam kehidupan kesehariannya.
Sejalan dengan pemikiran tersebut, upaya peningkatan kualitas
kesehatan masyarakat Indonesia melalui satuan pendidikan sekolah dasar
menjadi salah satu alternatif. Peningkatan kualitas kesehatan masyarakat
Indonesia melalui pendidikan kesehatan reproduksi pada peserta didik
sekolah dasar dapat berjalan optimal jika semua komponen dapat terlibat
secara penuh. Peran institusi dan lembaga terkait dalam pengembangan dan
pembinaan kesehatan reproduksi kepada peserta didik yang berkelanjutan
menjadi kebutuhan yang mendasar.

A. TATA KELOLA DI TINGKAT PUSAT

A.1. Direktorat Sekolah Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar yang merupakan komponen
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memiliki tugas dan fungsi yang
strategis dalam pembinaan pendidikan kesehatan reproduksi bagi peserta
didik sekolah dasar. Dalam hal ini konsep kerja yang dilakukan adalah secara
berjenjang melalui Kabupaten/Kota, satuan pendidikan dan akhirnya
bermuara pada peserta didik. Peran Direktorat Sekolah Dasar dalam upaya
pembinaan pendidikan kesehatan reproduksi bagi peserta didik sekolah
dasar terbagi menjadi 4 (empat) fungsi dan peran, yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan monitoring evaluasi.

34
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

35
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

1. Perencanaan
Melalui fungsi perencanaan Direktorat Sekolah Dasar pembinaan
pendidikan kesehatan reproduksi di satuan Pendidikan sekolah dasar,
memiliki fungsi antara lain:
a. Melakukan perumusan kebijakan program pendidikan kesehatan
reproduksi di bidang peserta didik, sarana prasarana, dan tata kelola,
pada sekolah dasar dan pendidikan layanan khusus pada sekolah
dasar;
b. Melakukan perumusan standar program pendidikan kesehatan
reproduksi di bidang peserta didik, sarana prasarana, dan tata kelola,
pada sekolah dasar dan pendidikan layanan khusus pada sekolah
dasar.
2. Pengorganisasian
Direktorat Sekolah Dasar dalam pengorganisasian pembinaan pola hidup
bersih dan sehat khususnya kesehatan reproduksi di satuan Pendidikan
sekolah dasar memiliki kewajiban untuk:
a. Menyusun dan mengembangkan norma, standar, dan prosedur,
program pembinaan kesehatan reproduksi;
b. Menyusun dan mengembangkan kriteria program kesehatan
reproduksi;
c. Mengembangkan sistem tata kelola, pembinaan pendidikan
kesehatan reproduksi.

3. Pelaksanaan
Direktorat Sekolah Dasar dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya yaitu
pembinaan satuan pendidikan sekolah dasar dalam pendidikan
kesehatan reproduksi, memiliki fungsi antara lain:

36
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

a. Memfasilitasi penyelenggaraan program pendidikan kesehatan


reproduksi;
b. Memberikan bimbingan teknis dan supervisi program pendidikan
kesehatan reproduksi;
c. Membantu melengkapi sarana serta prasarana dasar pendidikan
kesehatan reproduksi;
d. Memfasilitasi pelatihan pendidikan kesehatan reproduksi untuk
Dinas Pendidikan Kab/Kota yang dilakukan bersama dengan
Direktorat GTK;
e. Sosialisasi panduan pelaksanaan pendidikan kesehatan
reproduksi kepada dinas pendidikan.

4 Monitoring Evaluasi
Melakukan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan program
pendidikan kesehatan reproduksi.

A.2. Tata Kelola Pada Tim Pembina UKS/M Tingkat Pusat


Sejalan dengan fungsi Tim Pembina UKS Pusat yaitu sebagai pembantu
Menteri dalam melaksanakan pembinaan dan pengembangan UKS
berdasarkan Pokok-pokok Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan UKS,
sesuai SKB 4 Menteri, Tim Pembina UKS/M Tingkat Pusat memliki 4 (empat)
komponen fungsi dan perannya dalam pendidikan kesehatan reproduksi.
Fungsi dan peran dimaksud yaitu aspek perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan aspek monitoring evaluasi.

37
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

1. Perencanaan
Tim Pembina UKS/M Tingkat Pusat dalam pengembangan
pendidikan kesehatan reproduksi dalam fungsi perencanaan memiliki
peran:
a. Melakukan perumusan kebijakan Norma, Standar, Prosedur dan
Kriteria Program UKS/M Nasional;
b. Perumusan standar program UKS/M Nasional.

2. Pengorganisasian
Tim Pembina UKS/M Tingkat Pusat dalam pengembangan
pendidikan kesehatan reproduksi dalam fungsi pengorganisasian
memiliki peran:
a. Mengkoordinasikan pelaksanaan Program UKS/M di Pusat
dengan mempedomani Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria
Program UKS/M Nasional;
b. Mengkoordinasikan pelaksanaan Program UKS/M di Provinsi dan
Kabupaten/Kota dengan mempedomani Norma, Standar,
Prosedur dan Kriteria Program UKS/M Nasional;
c. Mendorong Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota untuk
menyusun regulasi terkait penyelenggaraan UKS/M khususnya
program kesehatan reproduksi di satuan pendidikan sekolah
dasar;
d. Mendorong Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota untuk
memasukkan kegiatan kesehatan reproduksi di satuan
pendidikan sekolah dasar melalui Program UKS/M dalam
dokumen perencanaan daerah di tingkat Kecamatan dan
Kabupaten/Kota;

38
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

e. Mendorong Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota untuk


membentuk dan mengoptimalkan fungsi dan peran TP UKS/M
dan Sekretariat TP UKS/M Kabupaten/Kota dan Sekretariat TP
UKS/M Kecamatan serta Tim Pelaksana di Sekolah khususnya
dalam kegiatan kesehatan reproduksi di satuan pendidikan
sekolah dasar.

3. Pelaksanaan
Tim Pembina UKS/M Tingkat Pusat dalam pengembangan
pendidikan pola hidup bersih dan sehat khususnya kesehatan
reproduksi dalam fungsi pelaksanaan memiliki peran:
a. Melakukan advokasi kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota untuk mengalokasikan dukungan program dan
penganggaran kegiatan kesehatan reproduksi guna mendukung
pelaksanaan UKS/M;
b. Memfasilitasi dan mengkoordinasikan pelaksanaan
kemitraan/CSR dengan pihak ketiga yang tidak mengikat dengan
memperhatikan ketentuan peraturan yang berlaku untuk
pengembangan kegiatan kesehatan reproduksi di satuan
Pendidikan sekolah dasar;
c. Peningkatan kapasitas pendidikan kesehatan reproduksi.

4. Monitoring Evaluasi
Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi terhadap
pelaksanaan kegiatan kesehatan reproduksi di satuan pendidikan
sekolah dasar melalui Program UKS/M di daerah.

39
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

B. TATA KELOLA TINGKAT PROVINSI

Tata Kelola pada Tim Pembina UKS/M Provinsi. Tim Pembina UKS/M
provinsi berfungsi sebagai pembina, koordinator dan pelaksana program
UKS/M di daerahnya berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh pusat dan
provinsi. Oleh karena itu terkait dengan pengembangan program UKS/M
dalam hal kegiatan kesehatan reproduksi di satuan pendidikan sekolah dasar,
Tim Pembina UKS/M Provinsi memiliki peran antara lain:
1. Perencanaan
a. Menyusun rencana kerja pembinaan dan pengembangan UKS/M
bagi provinsi termasuk didalamnya pemgembangan pendidikan
kesehatan reproduksi yang dapat dijalankan oleh
Kabupaten/Kota;
b. Melakukan penyusunan program dan standar operasional
prosedur program kegiatan UKS/M yang terkait dengan
pendidikan kesehatan reproduksi.
2. Pengorganisasian
a. Melaksanakan pengembangan ketenagaan TP UKS/M dan
sekretariat tetap TP UKS/M Provinsi termasuk didalamnya
tentang pendidikan kesehatan reproduksi di satuan pendidikan
sekolah dasar;
b. Menjalin hubungan kerjasama dengan lintas sektor, dalam
kegiatan kesehatan reproduksi di satuan pendidikan sekolah
dasar dengan pihak swasta, dan lembaga swadaya masyarakat,
sesuai ketentuan yang berlaku.

40
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

3. Pelaksanaan
a. Menyosialisasikan kebijakan pembinaan dan pengembangan
kegiatan kesehatan reproduksi di satuan Pendidikan sekolah
dasar melalui Program UKS/M;
b. Melaksanakan pelatihan pendidikan kesehatan reproduksi
sekolah dasar kepada Dinas Pendidikan Kab/Kota dengan
narasumber dari Provinsi;
c. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan pendidikan
kesehatan reproduksi di satuan pendidikan sekolah dasar melalui
Program UKS/M.
4. Monitoring Evaluasi
Melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan
pendidikan kesehatan reproduksi di satuan pendidikan sekolah dasar
melalui program pembinaan dan pengembangan UKS/M.

C. TATA KELOLA TINGKAT KAB/KOTA

C.1. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota


Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota merupakan unsur pelaksana urusan
pemerintahan bidang pendidikan yang dipimpin oleh Kepala Dinas. Dinas
Pendidikan mempunyai tugas membantu Bupati melaksanakan urusan
pemerintahan dan tugas pembantuan di bidang pelaksanaan pelayanan,
pembinaan, evaluasi, dan pengendalian urusan bidang pendidikan.
Dengan demikian Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dalam kegiatan
pendidikan kesehatan reproduksi di satuan pendidikan sekolah dasar pelalui
Program UKS/M memiliki tugas dan tanggung jawab: merumuskan,
melaksanakan, mengembangkan, dan mensosialisasikan pembinaan

41
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

kesiswaan, kelembagaan, dan sarana prasarana. Oleh karena itu merujuk


pada tugasnya, maka Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota secara rinci
memiliki peran dalam pengembangan kegiatan pendidikan kesehatan
reproduksi di satuan pendidikan sekolah dasar, antara lain:
1. Perencanaan
a. Merumuskan rencana kegiatan pendidikan kesehatan reproduksi
di satuan pendidikan sekolah dasar melalui pengembangan
program UKS/M.
b. Melakukan penyusunan program dan standar operasional
prosedur program kegiatan kesehatan reproduksi di satuan
pendidikan sekolah dasar melalui pengembangan program
UKS/M.
2. Pengorganisasian
a. Pengoordinasian dan mensosialisasikan kegiatan kesehatan
reproduksi di satuan Pendidikan sekolah dasar melalui
pengembangan program UKS/M.
b. Pembinaan kegiatan kesehatan reproduksi di satuan pendidikan
sekolah dasar melalui pengembangan program UKS/M.
c. Mensosialisasikan kegiatan khususnya kesehatan reproduksi di
satuan pendidikan sekolah dasar melalui pengembangan
kurikulum pendidikan dasar.
3. Pelaksanaan
a. Pemenuhan sarana penunjang kegiatan kesehatan reproduksi di
satuan Pendidikan sekolah dasar melalui pengembangan
program UKS/M dengan penyediaan buku panduan pendidikan
kesehatan reproduksi, modul kesehatan reproduksi, media KIE

42
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

pendidikan kesehatan reproduksi, alat bantu ajar pendidikan


kesehatan reproduksi.
b. Pelatihan panduan pendidikan kesehatan reproduksi kepada
satuan pendidikan sekolah dasar bekerjasama dengan Dinas
Kesehatan Kab/Kota
c. Memasukkan materi kespro dalam muatan lokal
d. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi kegiatan kesehatan
reproduksi di satuan pendidikan sekolah dasar melalui
pengembangan program UKS/M.
4. Monitoring Evaluasi
Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi terhadap
pelaksanaan kegiatan kesehatan reproduksi di satuan pendidikan
sekolah dasar.

C.2. Tata Kelola Pada Tim Pembina UKS/M Kabupaten/Kota


Tim Pembina UKS/M Kabupaten/Kota berfungsi sebagai pembina,
koordinator dan pelaksana program UKS/M di daerahnya berdasarkan
kebijakan yang ditetapkan oleh pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Oleh
karena itu terkait dengan pengembangan program UKS/M dalam hal
kegiatan kesehatan reproduksi di satuan pendidikan sekolah dasar, Tim
Pembina UKS/M Kabupaten/Kota memiliki peran antara lain:
1. Perencanaan
a. Menyusun rencana kerja pembinaan dan pengembangan UKS/M
yang meliputi pendidikan kesehatan reproduksi yang termasuk
dalam trias UKS/M yakni pendidikan kesehatan;

43
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

b. Melakukan penyusunan program dan standar operasional


prosedur program kegiatan UKS/M yang terkait dengan
pendidikan kesehatan reproduksi.
2. Pengorganisasian
a. Melaksanakan pengembangan ketenagaan TP UKS/M dan
sekretariat tetap TP UKS/M tentang pendidikan kesehatan
reproduksi di satuan Pendidikan sekolah dasar;
b. Menjalin hubungan kerjasama dengan lintas sektor, dalam
kegiatan kesehatan reproduksi di satuan pendidikan sekolah
dasar dengan pihak swasta, dan lembaga swadaya masyarakat,
insitusi pendidikan seperti Poltekes, Stikes, serta asosiasi profesi
seperti IDI, IBI sesuai ketentuan yang berlaku;
3. Pelaksanaan
a. Menyosialisasikan kebijakan pembinaan dan pengembangan
kegiatan kesehatan reproduksi di satuan Pendidikan sekolah
dasar melalui Program UKS/M;
b. Melaksanakan pelatihan pendidikan kesehatan reproduksi di
satuan Pendidikan sekolah dasar kepada guru UKS/M, dokter
kecil, kader kesehatan remaja dan pendidikan sebaya
c. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan pendidikan
kesehatan reproduksi di satuan Pendidikan sekolah dasar melalui
Program UKS/M;
d. Menggandakan buku-buku pendidikan kesehatan termasuk
pendidikan kesehatan reproduksi, UKS/M dan media KIE untuk
satuan pendidikan sekolah dasar.

44
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

4. Monitoring Evaluasi
Melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan
pendidikan kesehatan reproduksi di satuan pendidikan sekolah dasar
melalui program pembinaan dan pengembangan UKS/M.

D. TATA KELOLA DI TINGKAT KECAMATAN

D.1. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pendidikan


Keberadaan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pendidikan di
tingkat Kecamatan, sangat bergantung pada kebjiakan dan pengembangan
sistem pemerintahan di kabupaten/kota yang bersangkutan. Oleh karena itu
dalam pedoman ini, peran serta fungsi UPTD Pendidikan dalam
pengembangan pendidikan kesehatan reproduksi di satuan Pendidikan
sekolah dasar, merujuk pada penyelenggaraan sistem pemerintahan dimana
UPTD Pendidikan masih diberlakukan. Fungsi dan peran UPTD Pendidikan
dalam pengembangan pendidikan kesehatan reproduksi di satuan
Pendidikan sekolah dasar, antara lain:
1. Perencanaan
a. Menyusun rencana kegiatan kerja pembinaan dan
pengembangan UKS/M yang meliputi pendidikan kesehatan
reproduksi yang termasuk dalam trias UKS/M yakni pendidikan
kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan
sekolah sehat di satuan pendidikan sekolah dasar;
b. Melakukan penyusunan program kegiatan kesehatan reproduksi
UKS/M yang meliputi trias UKS/M yakni pendidikan kesehatan,

45
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat di


satuan pendidikan sekolah dasar.
2. Pengorganisasian
a. Pengoordinasian dan mensosialisasikan kegiatan kesehatan
reproduksi di satuan Pendidikan sekolah dasar melalui
pengembangan program UKS/M.
b. Pembinaan kegiatan kesehatan reproduksi di satuan Pendidikan
sekolah dasar melalui pengembangan program UKS/M.
c. Mensosialisasikan kegiatan kesehatan reproduksi di satuan
Pendidikan sekolah dasar melalui pengembangan kurikulum
pendidikan dasar.
3. Pelaksanaan
a. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi kesehatan
reproduksi di satuan Pendidikan sekolah dasar melalui
pengembangan program UKS/M.
b. Pemenuhan sarana kegiatan kesehatan reproduksi di satuan
Pendidikan sekolah dasar melalui pengembangan program
UKS/M.
4. Monitoring Evaluasi
Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi terhadap
pelaksanaan kegiatan kesehatan reproduksi di satuan pendidikan
sekolah dasar.

D.2. Tim Pembina UKS/M Kecamatan


Tim Pembina UKS Kecamatan berfungsi sebagai pembina, penanggung
jawab dan pelaksana program UKS di daerah kerjanya berdasarkan kebijakan

46
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

yang ditetapkan TP UKS Kab/Kota. Tim Pembina UKS/M Kecamatan


memiliki peran antara lain:
1. Perencanaan
Menyusun rencana kerja pembinaan dan pengembangan
pendidikan kesehatan reproduksi yang meliputi trias UKS/M, yakni
pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan
lingkungan sekolah sehat;
2. Pengorganisasian
Dengan persetujuan Tim Pembina UKS/M Tingkat kabupaten/kota,
menjalin hubungan kerjasama dengan lintas sektor, dalam kegiatan
kesehatan reproduksi di satuan pendidikan sekolah dasar dengan
pihak swasta, dan lembaga swadaya masyarakat, sesuai ketentuan
yang berlaku;
3. Pelaksanaan
a. Membina dan melaksanakan trias UKS/M di satuan pendidikan
sekolah dasar;
b. Menyosialisasikan kebijakan pembinaan dan pengembangan
UKS/M yang terkait dengan pendidikan kesehatan reproduksi
bekerjasama dengan Puskesmas khususnya Puskesmas
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR);
c. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan UKS/M melalui
bimbingan dan penyuluhan;
d. Melaksanakan peningkatan kualitas ketenagaan TP UKS/M;
e. Melaksanakan program UKS/M di wilayahnya sesuai dengan
pedoman dan petunjuk TP UKS/M Kabupaten/Kota termasuk
program pendidikan kesehatan reproduksi;

47
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

4. Monitoring Evaluasi
a. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program
pendidikan kesehatan reproduksi, pembinaan dan
pengembangan UKS/M secara berkala;
b. Membuat laporan pelaksanaan program pembinaan dan
pengembangan UKS/M pada TP UKS/M Kabupaten/Kota;

E. TATA KELOLA DI SATUAN PENDIDIKAN

E.1. Satuan Pendidikan Sekolah Dasar


Penerapan pendidikan kesehatan reproduksi dapat dilakukan dengan
mengintegrasikannya ke dalam kegiatan-kegiatan sekolah. Sesuai dengan
prinsip diversifikasi kurikulum, maka guru dapat mengajarkan secara
komprehensif materi/kompetensi tentang kesehatan reproduksi dengan
berbagai cara sebagai berikut:
1. Integrasi ke dalam mata pelajaran (integrated curricula atau integrated
approach)
Kurikulum terpadu adalah suatu pendekatan untuk
mengorganisasikan kurikulum dengan cara menghapus garis batas
mata pelajaran yang terpisah-pisah sedangkan pembelajaran terpadu
merupakan metode pengorganisasian pembelajaran yang
menggunakan beberapa bidang mata pelajaran yang sesuai.
Bentuk pengintegrasian dapat dikembangkan oleh guru kelas dengan
merujuk pada kurikulum. Guru kelas dapat memetakan bagian
kesehatan reproduksi yang ada di kurikulum. Guru kelas juga dapat
menyusun RPP yang sesuai dengan pendidikan kesehatan
reproduksi.

48
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

Pengintegrasian dilakukan dengan mengembangkan indikator dari


Komptensi Dasar yang sesuai. Berikut contoh analisi integrasi
pendidikan kesehatan reproduksi pada kompetensi dasar yang
sesuai.
Kelas : VI (enam)
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kompetensi Dasar (KD) : 3.2 Menghubungkan ciri pubertas
pada laki-laki dan perempuan
dengan kesehatan reproduksi.
Indikator : 3.2.1 Menemukenali ciri-ciri laki-
laki pubertas
3.2.2 Menemukenali ciri-ciri
perempuan pubertas
3.2.3 Menyebutkan ciri-ciri, akibat,
dan cara mengatasi dampak
negatif dari masa pubertas
pada anak laki-laki dan
perempuan
Kompetensi Dasar 4.2 Menyajikan karya tentang
cara menyikapi ciri-ciri
pubertas yang dialami
Indikator 4.2.1 Mengumpulan informasi cara
memelihara alat Kesehatan
reproduksi
4.2.2 Membuat poster yang berisi
tentang himbauan cara
menjaga kesehatan reproduksi

Panduan lebih lengkap dalam penyusunan RPP dapat dilihat pada


Modul Kesehatan Reproduksi Tingkat SD yang diterbitkan oleh
Kemenkes dan Kemendikbud.

49
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

2. Mata pelajaran muatan lokal


Muatan lokal diorientasikan untuk menjembatani kebutuhan
keluarga dan masyarakat dengan tujuan pendidikan nasional. Dapat
pula dikemukakan, mata pelajaran ini juga memberikan peluang
kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya yang
dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan, dimana materinya
tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Oleh
sebab itu, mata pelajaran muatan lokal harus memuat karakteristik
budaya lokal, keterampilan, nilai-nilai luhur budaya setempat dan
mengangkat permasalahan sosial dan lingkungan yang pada akhirnya
mampu membekali peserta didik dengan keterampilan dasar sebagai
bekal dalam kehidupan (life skill).

3. Kokurikuler
Adalah kegiatan yang menunjang serta membantu kegiatan
intrakurikuler biasanya dilaksanakan di luar jadwal intrakurikuler
dengan maksud agar peserta didik lebih memahami dan
memperdalam materi yang ada di intrakurikuler, biasanya kegiatan
ini berupa penugasan atau pekerjaan rumah ataupun tindakan
lainnya yang berhubungan dengan materi intrakurikuler yang harus
diselesaikan oleh peserta didik.
Dalam melaksanakan kegiatan kokurikuler, ada hal-hal yang harus
diperhatikan, diantaranya:
a. Dalam memberikan tugas kokurikuler hendaknya jelas dan sesuai
dengan pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang sedang
diajarkan

50
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

b. Dalam memberikan tugas kokurikuler seorang guru hendaknya


tahu mengenai tingkat kesulitannya bagi peserta didik sehingga
tugas yang diberikan kepada peserta didik itu sesuai dengan
kemampuannya dan tidak memberatkan baik pada fisiknya
maupun psikisnya
c. Dalam penilaian tugas kokurikuler, hendaknya jelas dan adil
sesuai dengan hasil masing-masing kemampuan peserta didiknya
d. Dalam fungsi memberikan tugas kokurikuler, hendaknya selain
untuk memperdalam pengetahuan peserta didik, namun juga
dapat membantu dalam penentuan nilai raport

4. Ekstrakurikuler
Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilaksanakan di luar
jam pelajaran biasa (di luar intrakurikuler), dan kebanyakan
materinya pun di luar materi intrakurikuler, yang fungsi utamanya
untuk menyalurkan/mengembangkan kemampuan peserta didik
sesuai dengan minat dan bakatnya, memperluas pengetahuan, belajar
bersosialisasi, menambah keterampilan, mengisi waktu luang, dan
lain sebagainya, bisa dilaksanakan di sekolah ataupun kadang-kadang
bisa di luar sekolah seperti: Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), dokter
kecil atau pendidikan kepramukaan.
Dalam melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler ini, ada hal-hal yang
harus diperhatikan, supaya kegiatan ini berlangsung dengan baik,
diantaranya:
a. Dalam pelaksanaan kegiatannya, hendaknya bisa bermanfaat
bagi peserta didik, baik untuk masa kini maupun masa yang akan
datang

51
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

b. Dalam pelaksanaan kegiatannya, hendaknya tidak membebani


bagi peserta didik
c. Dalam jenis kegiatannya hendaknya bisa memanfaatkan
lingkungan sekitar, alam, industri, dan dunia usaha
d. Dalam pelaksanaannya tidak mengganggu kegiatan yang utama,
yakni kegiatan intrakurikuler

5. Bimbingan dan Konseling


Tri pusat pendidikan manusia meliputi keluarga, masyarakat, dan
sekolah menjadi sangat berpengaruh terhadap keberhasilan prestasi
peserta didik. Lingkungan yang kondusif perlu ditumbuhkan dari tri
pusat pendidikan ini. Sekolah atau jalur pendidikan memegang
peranan strategis untuk memberikan pendidikan mengenai
pengembangan kemampuan dan mencetak generasi anak bangsa
yang berprestasi. Jalur pendidikan memiliki keunggulan untuk
melakukan hal tersebut, peranan tersebut disebabkan karena jalur
pendidikan bisa menjangkau sejumlah besar anak dan generasi muda
di dalamnya
Materi modul dapat diberikan pada waktu Bimbingan dan Konseling
secara individual atau kelompok, kegiatan keputrian, pesantren kilat,
retreat atau keagamaan lainnya. Dapat diselenggarakan secara
khusus dengan mengundang nara sumber atau dialog antar guru dan
peserta didik.

52
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

6. Pengayaan dan Pembiasaan


Materi modul dapat diberikan dengan menyesuaikan kesiapan
sekolah serta guru, misalnya dengan mengadakan kegiatan
pengayaan untuk lebih mengenalkan dan mengkampanyekan dalam
rangka mengarusutamakan tentang kesehatan reproduksi secara
berkala.
Bentuk kegiatan tersebut, antara lain: melalui membaca 15 menit
setiap hari, perayaan menyambut hari besar tertentu (misal: hari
bumi, hari kesehatan sedunia, hari anak sedunia). Dengan
mengadakan serangkaian acara (misal: lomba bercerita, kunjungan ke
Posyandu dan Puskesmas, lomba dokter kecil) serta kegiatan lainnya
yang memperkaya serta membiasakan peserta didik hidup bersih dan
sehat baik di sekolah, rumah maupun lingkungannya.

Tahapan kegiatan pelaksanaan pendidikan kesehatan reproduksi di


sekolah dasar adalah sebagai berikut:
a. Pelatihan tentang pendidikan kesehatan reproduksi bagi kepala
sekolah dan guru UKS
b. Sosialisasi pendidikan kesehatan reproduksi kepada orangtua
oleh kepala sekolah
c. Pengalokasian waktu untuk pendidikan kesehatan reproduksi
d. Penentuan pelajaran dan guru pengampu untuk integrasi mata
pelajaran/ kegiatan dengan pendidikan kesehatan reproduksi
e. Pelatihan pendidikan kesehatan reproduksi bagi guru
bekerjasama dengan TP UKS/M
f. Penyampaian materi pendidikan kesehatan reproduksi oleh guru

53
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

g. Evaluasi pelaksanaan pendidikan kesehatan reproduksi oleh


kepala sekolah, guru dan orang tua

Ketersediaan fasilitas belajar serta pendukung lainnya menjadi


tanggung jawab satuan Pendidikan. Kepala sekolah bertanggung
jawab atas manajemen pendidikan di satuan pendidikan. Kepala
sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan
pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan
lainnya, dan penyediaan, pendayagunan serta pemeliharaaan sarana
dan prasarana.
Tempat yang aman untuk melakukan konseling, peserta didik jadi
merasa nyaman dan kondusif untuk berdiskusi tentang kesehatan
reproduksi. Dapat juga dilakukan dengan memanfaatkan ruang
UKS/M untuk melakukan konseling. Sarana prasarana dapat terkait
dengan Modul Kespro, Buku Rapor Kesehatan Seri Informasi, KIE
(Komunikasi Informasi Edukasi) Kespro seperti poster, toilet
perempuan dilengkapi dengan pembalut cadangan atau rok
pengganti, alat bantu pembelajaran seperti alat peraga.
Apabila terdapat masalah kesehatan reproduksi yang tidak bisa
ditangani oleh sekolah maka sekolah merujuk ke pihak-pihak yang
lebih berwenang seperti puskesmas terkait kesehatannya, pihak
keamanan terkait tindakan melanggar hukum.

54
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

E.2. Peran Tim Pelaksana UKS/M


Tim Pelaksana UKS/M di sekolah/madrasah memiliki fungsi sebagai
penanggungjawab dan pelaksana program UKS/M berdasarkan prioritas
kebutuhan dan kebijakan yang ditetapkan oleh TP UKS/M Kab/Kota. Oleh
karena itu dalam pengembangan kegiatan kesehatan reproduksi Tim
Pelaksana UKS/M di sekolah/madrasah memiliki peran antara lain:
1. Menyusun program kegiatan pendidikan kesehatan reproduksi
melalui Program Pokok UKS/M (Trias UKS/M);
2. Melaksanakan kegiatan pendidikan kesehatan reproduksi melalui
Program Pokok UKS/M (Trias UKS/M);
3. Menjalin kerjasama dengan orang tua/komite sekolah, instansi lain,
pihak swasta dan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan
pendidikan kesehatan reproduksi, kemitraan dengan organisasi
profesi seperti misalnya IDI (Ikatan Dokter Indonesia), IBI (Ikatan
Bidan Indonesia), kemitraan dengan institusi pendidikan seperti
Poltekes atau Stikes serta bekerjasama dengan puskesmas;
4. Sosialisasi dan peningkatan kapasitas kepada seluruh guru di
sekolah dasar mengenai pendidikan kesehatan reproduksi;
5. Sosialisasi dan persamaan persepsi kepada orang tua dan komite
sekolah mengenai materi pendidikan kesehatan reproduksi;
6. Melakukan monoring dan evaluasi melaui daftar tilik bagi peserta
didik, guru dan orangtua. Daftar tilik untuk peserta didik dilakukan
untuk memantau perilaku peserta didik terkait kesehatan
reproduksi dan status kesehatan reproduksi. Daftar tilik dapat
mengacu pada pertanyaan-pertanyaan dalam penjaringan
kesehatan, pemeriksaan berkala atau buku raport kesehatan seri
catatan kesehatan. Daftar tilik untuk guru dilakukan untuk

55
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

memantau pelaksanaan pendidikan kesehatan reproduksi sesuai


prinsip dan topik-topik yang telah ditentukan. Daftar tilik untuk
peserta didik dilakukan oleh guru sedangkan daftar tilik untuk guru
dilakukan oleh kepala sekolah. Model monitoring dan evaluasi juga
dapat disesuaikan dengan model pembelajaran yang dipilih tetapi
tetap ada pemantauan khusus. Monitoring dan evaluasi pendidikan
kesehatan reproduksi juga mengacu pada stratifikasi UKS/M.

56
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

57
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

58
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

BAB 4
PENUTUP

BUKU Panduan Kesehatan Reproduksi Direktorat Sekolah Dasar ini


merupakan upaya pemerintah dalam mewujudkan amanah Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 untuk menjamin setiap orang
mendapat hak hidup sejahtera lahir, batin, dan sehat melalui pendidikan.
Substansi terkait konsep dasar pendidikan kesehatan, nilai dan norma,
pertumbuhan dan perkembangan, gender dan pencegahan kekerasan serta
materi terkait lainnya telah disusun bersama oleh Kementerian Kesehatan
dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam Modul Panduan
Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Tingkat Sekolah Dasar untuk Guru.
Buku panduan ini melengkapi modul-modul kesehatan lainnya,
khususnya modul kesehatan reproduksi. Sebagai panduan, buku ini
diharapkan dapat digunakan oleh fihak-fihak yang terkait langsung maupun
tidak langsung untuk mendukung upaya meningkatkan kualitas kesehatan
peserta didik, khususnya di satuan pendidikan sekolah dasar.

59
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

Referensi Sumber Bacaan


1. Modul Panduan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Tingkat Sekolah
Dasar untuk Guru.
2. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Sekolah / Madrasah Sehat
3. Buku Rapor Kesehatanku untuk SD, Kemenkes

Lampiran
1. Stratifikasi UKS/M tingkat SD/MI dan Penjelasan Indikator Stratifikasi
UKS/M
2. Pemetaan Materi dan Kompetensi Kesehatan Reproduksi dengan Mata
Pelajaran Tingkat SD/MI
3. Pemetaan Materi dan Kometensi Reproduksi untuk Mata Pekajaran IPA
SD
4. Daftar tilik pendidikan kesehatan reproduksi tingkat SD untuk
manajemen sekolah, orangtua dan peserta didik

60
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

Lampiran 1.
Stratifikasi UKS tingkat SD dan Penjelasan Indikator Stratifikasi UKS tingkat SD

STRATIFIKASI UKS/M UNTUK SD/MI

NO INDIKATOR MINIMAL STANDAR OPTIMAL PARIPURNA

1 Pendidikan 1. Adanya rencana 1. Dipenuhinya strata minimal 1. Di penuhinya strata 1. Dipenuhinya strata
Kesehatan pembelajaran 2. Pendidikan jasmani dan standar optimal
tentang Pendidikan kesehatan dilaksanakan 2. Sekolah/madrasah 2. Penerapan pendidikan
kesehatan secara ekstrakulikuler melakukan aktifitas fisik karakter dan
2. Pendidikan 3. Sekolah/madrasah di antara jam pelajaran keterampilan hidup
kesehatan melaksanakan literasi dengan 3. Sekolah/madrasah sehat
dilaksanakan secara materi kesehatan melakukan tes 3. Adanya forum
kurikuler 4. Sekolah/madrasah kebugaran komunikasi pendidik
3. Pendidikan jasmani melaksanakan pembinaan 4. Pendidikan kesehatan dan konselor sebaya
dilaksanakan secara kader kesehatan (kespro, napza, sanitasi, 4. Melibatkan orang tua
kurikuler 5. Sekolah/madrasah gizi) terintegrasi dengan dalam pendidikan
melaksanakan kegiatan CTPS mata pelajaran lain kesehatan
bersama
6. Sekolah/madrasah
melaksanakan sarapan
Bersama dengan gizi
seimbang
7. Sekolah/madrasah
melaksanakan kegiatan sikat
gigi bersama

2 Pelayanan 1. Sekolah/madrasah 1. Dipenuhinya standar minimal 1. Dipenuhinya strata 1. Dipenuhinya strata


Kesehatan memfasilitasi 2. Sekolah/madrasah standar optimal
puskesmas melaksanakan pelayanan P3K 2. Sekolah/madrasah 3. Sekolah/madrasah
melaksanakan (pertolongan pertama pada melaksanakan layanan menindaklanjuti hasil
penjaringan kecelakaan) dan P3P konseling penjaringan dan
kesehatan dan (pertolongan pertama pada pemeriksaan berkala
pemeriksaan penyakit) 4. Menurunnya jumlah
berkala 3. Sekolah/madrasah melibatkan hari tidak masuk
2. Sekolah/madrasah Puskesmas dalam sekola/madrasahh
membantu penanganan rujukan jika di karena sakit
pelaksanaan perlukan 5. peserta didik memiliki
imunisasi anak 4. Sekolah/madrasah status gizi baik
sekolah memberikan obat cacing
3. Sekolah/madrasah
memeriksa
kebersihan diri
peserta didik

61
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

3 Pembinaan 1. Sekolah/madrasah 1. Di penuhinya strata minimal 1. Di penuhinya strata 1. Di penuhi nya strata
Lingkungan dengan sumber air 2. Sekolah/madrasah memiliki standar optimal
Sekolah layak, tersedia rasio toilet sesuai dengan 2. Sekolah/madrasah 2. Air minum
Sehat dilingkungan standar Permendikbud memanfaatkan disediakan oleh
sekolah dan cukup 24/2007 pekarangan sekolah/madrasah
2. Sekolah/madrasah 3. Sekolah/madrasah memiliki sekolah/madrasah 3. Sekolah memiliki
dengan tempat cuci tempat sampah yang terpilah dengan menanam rasio toilet sesuai
tangan dengan 4. Sekolah memiliki kantin sehat tanaman obat dan dengan standar
sabun dan air 5. Sekolah/madrasah pangan Kepmenkes
mengalir menerapkan KTR 3. Sekolah/madrasah 1429/2006
3. Sekolah/madrasah melakukan 3R 4. Kantin telah
memiliki toilet 4. Tersedia toilet MKM mendapatkan stiker
dengan kondisi baik (Manajemen tanda laik higiene
dan terpisah Kebersihan sanitasi
4. Sekolah/madrasah Menstruasi) 5. Tersedia Toilet
memiliki saluran untuk siswa
drainase disabilitas
5. Sekolah/madrasah 6. Sekolah/madrasah
memiliki kantin bekerja sama dengan
6. Sekolah/madrasah puskesmas
memiliki melakukan
lahan/ruang pemeriksaan kualitas
terbuka hijau udara dan skrining
7. Sekolah/madrasah siswa perokok
memiliki tempat 7. Sekolah/madrasah
sampah yang bekerjasama dengan
terutup pihak lain untuk
8. Sekolah/madrasah menyediakan bank
memiliki tempat sampah
pembuangan 8. Sekolah/madrasah
sampah sementara melakukan kegiatan
yang tertutup pengolahan tanaman
9. Ruang Kelas dalam obat dan pangan
keadaan bersih
10. Sekolah/madrasah
melaksanakan
pemberantasan
sarang nyamuk
11. Sekolah memiliki
aturan KTR, KTN,
KTK, KTP

4 Manajemen 1. Buku pegangan 1. Di penuhinya strata minimal 1. Di penuhinya strata 1. Di penuhinya strata
UKS kesehatan (Buku 2. Sekolah menggunakan buku standar optimal
UKS, gizi seimbang, rapor kesehatanku 2. Adanya kemitraan 2. Sekolah/madrasah
kespro, sanitasi, 3. Sekolah/madrasah dengan instansi terkait melakukan
Napza dll) melakukan konsultasi / 3. Tersedia sarana dan pembinaan dan
koordinasi dengan Tim prasarana pengawasan
Pembina UKS/M

62
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

2. Ada 4. Sekolah/madrasah memiliki sekolah/madrasah 3. Seluruh guru


penanggungjawab ruang UKS/M aman bencana terorientasi UKS/M
UKS 4. Sekolah/madrasah
3. Ada KIE kesehatan menggunakan Rapor
(alat peraga, poster Kesehatan
dll) Lingkungan dan
4. Ada sarana Kantin
prasarana olahraga
5. Tersedia dana untuk
kegiatan UKS dan
pemeliharaan
sanitasi
sekolah/madrasah
6. Terdapat kemitraan
dengan Puskesmas
7. Terdapat
perencanaan
kegiatan UKS di
Sekolah/madrasah

Cara Perhitungan Stratifikasi UKS/M

Sekolah/madrasah harus memenuhi seluruh indikator (pendidikan kesehatan,


pelayanan kesehatan, pembinaan lingkungan sekolah sehat dan manajemen UKS/M)
pada kelompok stratifikasi UKS/M tertentu (minimal atau standar atau optimal atau
paripurna)

 Sekolah memiliki stratifikasi UKS/M Minimal apabila telah memenuhi seluruh


indikator (pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, pembinaan lingkungan
sekolah sehat dan manajemen UKS/M) pada kelompok stratifikasi UKS/M
minimal

 Sekolah memiliki stratifikasi UKS/M Standar apabila telah memenuhi seluruh


indikator (pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, pembinaan lingkungan
sekolah sehat dan manajemen UKS/M) pada kelompok stratifikasi UKS/M
standar

 Sekolah memiliki stratifikasi UKS/M Optimal apabila telah memenuhi seluruh


indikator (pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, pembinaan lingkungan
sekolah sehat dan manajemen UKS/M) pada kelompok stratifikasi UKS/M
optimal

63
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

 Sekolah memiliki stratifikasi UKS/M Paripurna apabila telah memenuhi seluruh


indikator (pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, pembinaan lingkungan
sekolah sehat dan manajemen UKS/M) pada kelompok stratifikasi UKS/M
paripurna

PENJELASAN INDIKATOR PADA STRATIFIKASI UKS/M


No Indikator/Komponen Penjelasan
1 PENDIDIKAN KESEHATAN
A Penilaian Minimal
1.1 Adanya rencana Jelas
pembelajaran tentang
Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan
1.2 Pendidikan kesehatan 1. Pendidikan Kesehatan
dilaksanakan secara Untuk SD/MI, SMP/MTS, SMA/SMK/MA pendidikan kesehatan yang
kurikuler dimaksud terdiri dari materi :
(intrakurikuler, Ko kurikuler a. Gizi seimbang (gizi seimbang, jajanan sehat, dll)
atau ekstrakurikuler) b. Kebersihan diri / personal higiene (CTPS, sikat gigi, dll) dan
Kesehatan Lingkungan (jamban sehat, pemberantasan sarang
nyamuk, kantin sehat, dll)
c. Kesehatan reproduksi
d. PKHS / Life Skill / Social Skill / Pendidikan Kesehatan Jiwa
Sekolah/madrasah, internet sehat
e. Pencegahan NAPZA termasuk merokok
f. Pencegahan kekerasan dan cedera termasuk pencegahan
bencana
g. Pencegahan penyakit tidak menular
h. Pencegahan IMS dan HIV AIDS
i. Pencegahan COVID-19 (pencegahan COVID19, adaptasi
kebiasaan baru, )

Untuk TK/RA pendidikan kesehatan yang dimaksud terdiri dari


materi :
a. Gizi seimbang
b. Kebersihan diri/lingkungan
c. Pencegahan kekerasan
d. Dll

2. Materi yang diberikan disesuaikan dengan prioritas daerah


3. Terdapat dokumentasi materi dan foto kegiatan

1.3 Pendidikan jasmani Cukup Jelas


dilaksanakan secara
kurikuler Pada masa pandemi,Sekolah/madrasah menganjurkan pendidikan jasmani
dilaksankaan melalui kegiatan aktifitas fisik minimal 30 menit/hari di
rumah dengan pemantauan orang tua dan dilaporkan ke masing-masing
guru kelas

64
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

Atau latihan dengan baik, benar, terukur dan teratur dengan intensitas
ringan-sedang
B Penilaian Standar
1.1 Dipenuhinya strata minimal Seluruh indikator pada strata minimal telah terpenuhi
1.2 Pendidikan jasmani dan Kegiatan Ekstrakurikuler yang dimaksud :
kesehatan dilaksanakan 1. Adanya ekstrakurikuler olahraga/bela diri atau kesenian/ kegiatan
secara ekstrakulikuler lainnya yang bersifat aktifitas fisik
(KHUSUS UNTUK SD/MI, 2. Terjadwal dan dilaksanakan rutin 1 kali seminggu
SMP/MTS, SMA/SMK/MA) 3. Semua siswa (kecuali tingkat akhir) memilih kegiatan ekstrakurikuler
yang bersifat aktifitas fisik minimal 1 jenis
4. Selama pembelajaran jarak jauh, ekstrakurikuler pendidikan jasmani
dilaksanakan di rumah sesuai protokol kesehatan dan dilaporkan ke
masing-masing guru kelas

1.3 Sekolah/madrasah Sekolah/madrasah melaksanakan kegiatan literasi kesehatan


melaksanakan literasi 1. Terjadwal dan dilaksanakan rutin minimal 2 kali / bulan
dengan materi kesehatan 2. Materi kesehatan yang digunakan bisa buku rapor kesehatanku atau
buku bertopik kesehatan lainnya
(KHUSUS UNTUK SD/MI, 3. Dilaksanakan oleh masing masing kelas
SMP/MTS, SMA/SMK/MA) 4. Materi literasi kesehatan didiskusikan dengan orangtua/wali peserta
didik dibuktikan dengan paraf orang tua/wali di buku rapor
kesehatan/log book
5. Selama pembelajaran jarak jauh, kegiatan literasi kesehatan
dilaksanakan melalui pembelajaran jarak jauh terjadwal

1.4 Sekolah/madrasah Kader Kesehatan Sekolah/madrasah adalah peserta didik yang telah
melaksanakan pembinaan mendapatkan orientasi tentang kesehatan, ditugaskan untuk membantu
kader kesehatan pelaksanaan kegiatan UKS/M di Sekolah/madrasah, melaporkan kegiatan
Sekolah/madrasah yang telah dilaksanakan dan memberikan informasi serta mendorong
teman sebaya untuk ikut berperilaku sehat. Kader kesehatan
Sekolah/madrasah dapat terdiri dari duta gizi, duta kebersihan, jumantik,
detektif kantin, konselor sebaya, dokter kecil, PIKR, PMR, dll
Pembinaan kader kesehatan Sekolah/madrasah
1. Terjadwal dan dilaksanakan minimal 1 kali / bulan
2. Terdapat pembagian tugas untuk kader dan guru pembina
3. Terdapat 10% kader kesehatan Sekolah/madrasah
4. Selama pembelajaran jarak jauh, kegiatan pembinaan kader
kesehatan Sekolah/madrasah dilaksanakan melalui pembelajaran
jarak jauh terjadwal
1.5 Sekolah/madrasah Kegiatan CTPS (Cuci tangan pakai sabun) yang dilaksanakan sebagai
melaksanakan kegiatan berikut :
CTPS bersama 1. Terjadwaldan dilaksanakan rutin minimal 1 kali/minggu
2. Dilaksanakan oleh seluruh peserta didik di
Sekolah/madrasah/madrasah
3. Dilaksanakan sebelum kegiatan makan/sarapan bersama
4. Bagi Sekolah/madrasah/madrasah yang melakukan pembelajaran
tatap muka, kegiatan CTPS dilaksakan setiap hari mulai dari gerbang,
saat KBM, sebelum makan, setelah dari toilet, setelah selasai KBM dll
sesuai kebutuhan
5. Bagi Sekolah/madrasah/madrasah yang melaksanakan pembelajaran
jarak jauh, dilakukan kegiatan penerapan pembiasaan praktik CTPS
di rumah

65
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

1.6 Sekolah/madrasah Pelaksanaan sarapan bersama bergizi seimbang


melaksanakan sarapan 1. Terjadwal dan dilaksanakan minimal 1 kali/minggu
bersama dengan gizi 2. Dokumentasi/ ada ceklis
seimbang 3. Bagi Sekolah/madrasah yang menggunakan katering : ada jadwal
katering bergizi seimbang
4. Selama pembelajaran jarak jauh, kegiatan sarapan bergizi seimbang
dilaksanakan di rumah. Kegiatan dilakukan dengan pemantauan
orang tua. Orang tua/peserta didik melaporkan kegiatan ke masing-
masing guru kelas (berupa laporan lisan/foto jika memungkinkan)
1.7 Sekolah/madrasah Pelaksanaan kegiatan sikat gigi bersama
melaksanakan kegiatan sikat 1. Terjadwal dan dilaksanakan minimal 1 kali/minggu
gigi bersama 2. Dilaksanakan setelah kegiatan makan/sarapan bersama
3. Selama pembelajaran jarak jauh, peserta didik melaksanakan sikat
gigi bersama di rumah dengan pemantauan orang tua. Orang
tua/peserta didik melaporkan kegiatan ke masing-masing guru kelas
(berupa laporan lisan/foto jika memungkinkan)
C Penilaian Optimal
1.1 Dipenuhinya strata standar Seluruh indikator pada strata standard telah terpenuhi

1.2 Sekolah/madrasah Pelaksanaanperegangan di antara jam pelajaran


melakukan peregangan di 1. Terjadwal dan dilaksanakan minimal 1 kali/hari
antara jam pelajaran 2. Dilaksanakan di antara jam pelajaran
3. Selama proses pembelajaran jarak jauh, kegiatan peregangan
diantara jam belajar dilaksanakan di rumah minimal setiap 2 jam.

1.3 Sekolah/madrasah Pelaksanaan tes kebugaran :


melakukan tes kebugaran 1. Terjadwal dan dilaksanakan minimal 1 kali/tahun
(KHUSUS UNTUK SD/MI, 2. Dilaksanakan oleh seluruh siswa mulai dari kelas 4 SD/MI
SMP/MTS, SMA/SMK/MA) 3. Selama proses pembelajaran jarak jauh, tes kebugaran dilakukan
secara mandiri oleh peserta didik sesuai arahan dari guru. Hasil tes
kebugaran mandiri dilaporkan ke guru

1.4 Pendidikan kesehatan Pendidikan kesehatan (kespro, napza, kesehatan lingkungan, gizi, dll)
terintegrasi dengan mata 1. Terintegrasi mata pelajaran / sesi guru BK / sesi Guru Kelas dll
pelajaran lain 2. Tercantum di RPP mata pelajaran yang terintegrasi

D Penilaian Paripurna
1.1 Dipenuhinya strata optimal Seluruh indikator pada strata optimal telah terpenuhi
1.2 Penerapan pendidikan Memenuhi standar 5 nilai utama pendidikan
karakter dan keterampilan 1. Religiusitas;
hidup sehat 2. Nasionalisme;
(KHUSUS UNTUK SD/MI, 3. Kemandirian;
SMP/MTS, SMA/SMK/MA) 4. Gotong royong;
5. Integritas

Siswa memiliki karakter dan keterampilan hidup sehat


1. Tidak ada kasus bullying, merokok, membolos di Sekolah/madrasah
2. Tidak ada perkelahian di Sekolah/madrasah/antar Sekolah/madrasah

1.3 Adanya forum komunikasi Terdapat forum komunikasi pendidik dan konselor sebaya 1 kali/bulan
pendidik dan konselor Selama pembelajaran jarak jauh, kegiatan dilakukan secara daring
sebaya

66
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

(KHUSUS UNTUK SMP/MTS


DAN SMA/SMK/MA)

1.4 Melibatkan orang tua dalam Dilaksanakan minimal 2 kali/tahun


pendidikan kesehatan Selama pembelajaran jarak jauh, kegiatan dilakukan secara daring

II PELAYANAN KESEHATAN
A Penilaian Minimal
1.1 Sekolah/madrasah 1. Sekolah/madrasah berkoordinasi dengan Puskesmas
memfasilitasi puskesmas 2. Membantu pelaksanaan minimal 1 kali/ tahun
melaksanakan penjaringan 3. Sekolah/madrasah melakukan :
kesehatan dan pemeriksaan  penilaian status gizi : pengukuran tinggi badan dan berat badan
berkala  pemeriksaan tekanan darah
(KHUSUS UNTUK SD/MI,  Memfasilitasi (menggandakan, membagi dan mengumpulkan)
SMP/MTS, SMA/SMK/MA) kuesioner pemeriksaan
 Melakukan pemeriksaan tajam penglihatan menggunakan
snellen chart / E thumbling
 (KHUSUS SMA/SMK/MA) Pengukuran lingkar perut
3. Untuk seluruh peserta didik
4. Selama pembelajaran jarak jauh kegiatan penjaringan
kesehatan dan pemeriksaan berkala sesuai protokol kesehatan
5. Bagi Sekolah/madrasah/madrasah yang dibuka pada masa
pandemic COVID-19 dilakukan pemantauan kesehatan bagi
seluruh warga satuan pendidikan sebelum memasuki
Sekolah/madrasah/madrasah dan dilakukan pemantauan
kesehatan secara visual selama KBM oleh tim kesehatan
Sekolah/madrasah/madrasah
6. Selama adaptasi kebiasaan baru, Sekolah/madrasah
bekerjasama dengan puskesmas dalam melaksanakan deteksi
dini masalah kesehatan jiwa pada anak menggunakan
kuesioner
Sekolah/madrasah 1. Sekolah/madrasah berkoordinasi dengan Puskesmas
memfasilitasi puskesmas 2. Membantu pelaksanaan minimal 1 kali/ tahun
melaksanakan deteksi dini 3. Untuk seluruh peserta didik
tumbuh kembang 3. Pada pembelajaran jarak jauh, deteksi tumbuh kembang dilakukan oleh
(KHUSUS UNTUK TK/RA) orang tua menggunakan buku KIA
1.2 Sekolah/madrasah Dilaksanakan untuk SD/MI
membantu pelaksanaan 1. Sekolah/madrasah berkoordinasi dengan Puskesmas
imunisasi anak 2. Dilaksanakan bagi peserta didik kelas 1, 2 dan 5 SD/MI
Sekolah/madrasah 3. Pelaksanaan imunisasi anak Sekolah/madrasah pada masa pandemi
(KHUSUS UNTUK SD/MI) Covid - 19 dilaksanakan di Sekolah/madrasah atau puskesmas atau
puskesmas keliling dengan janji temu dengan penerapan protokol
kesehatan.
Sekolah/madrasah 1. Sekolah/madrasah berkoordinasi dengan Puskesmas
memfasilitasi puskesmas 2. Dilaksanakan 2 kali/tahun (Setiap Februari dan Agustus)
dalam pemberian vitamin A 3. Pada masa pembelajaran jarak jauh ,kegiatan pemberian vitamin A
kepada peserta didik tetap dilakukan sesuai dengan bulannya, melalui posyandu sesuai
(KHUSUS UNTUK TK/RA) kebijakan daerah setempat dan dilaksankan dengan menerapkan
protokol kesehatan atau melalui janji temu di puskesmas. Orang tua
melaporkan kegiatan ke guru kelas

67
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

1.3 Sekolah/madrasah Bagi SD/MI Pemeriksaan yang dilakukan meliputi kuku, rambut, pakaian.
memeriksa kebersihan diri Bagi TK/RA Pemeriksaan yang dilakukan meliputi gigi, kuku, kulit, telinga
peserta didik dan hidung
(KHUSUS UNTUK TK/RA
dan SD/MI) Pemeriksaan dilaksanakan :
1. Terjadwal dan dilaksanakan 1 kali /minggu
2. Dilaksanakan bagi seluruh peserta didik
3. Tersedia pencatatan dan pelaporan
4. Selama masa pembelajaran di rumah, pemantauan dilaksanakan oleh
orang tua , dan dilakukan pengecekkan laporan orang tua oleh guru

B Penilaian Standar
1.1 Dipenuhinya standar Jelas
minimal
1.2 Sekolah/madrasah 1. Terdapat jadwal piket pelayanan P3K dan P3P di ruang UKS/M
melaksanakan pelayanan 2. Terdapat pencatatan siswa yang sakit dan penanganan/obat yang
P3K (pertolongan pertama diberikan
pada kecelakaan) dan P3P 3. Selama proses pembelajaran jarak jauh, orang tua melaporkan ke
(pertolongan pertama pada Sekolah/madrasah jika peserta didik mengalami sakit
penyakit)
1.3 Sekolah/madrasah Terdapat pencatatan penanganan rujukan yang melibatkan Puskesmas
melibatkan Puskesmas
dalam penanganan rujukan
jika di perlukan
1.4 Sekolah/madrasah 1. Sekolah/madrasah berkoordinasi dengan Puskesmas untuk pemberian
membantu pemberian tablet tablet tambah darah (TTD)
tambah darah (TTD) bagi 2. Dilaksanakan terjadwal dan dilaksanakan 1 kali/minggu
remaja Putri 3. Dilaksanakan setelah makan bersama
(KHUSUS UNTUK SMP/MTS 4. Sekolah/madrasah melakukan pencatatan dan pelaporan pemberian
DAN SMA/SMK/MA) tablet tambah darah (TTD) beserta dokumentasi foto kegiatan
5. Selama pembelajaran jarak jauh :
- Membagikan tablet tambah darah dengan janji temu di
sekolah/madrasah bila TTD tersedia atau menyarankan peserta
didik mengambil di Puskesmas dengan janji temu dengan petugas
puskesmas atau menyarankan peserta didik membeli secara
mandiri di apotik
- Sekolah/Madrasah menyarankan peserta didik melakukan minum
tablet tambah darah setelah sarapan. Kegiatan dilakukan di rumah
dan dokumentasi dilaporkan ke guru kelas masing-masing

Sekolah/madrasah 1. Sekolah/madrasah berkoordinasi dengan Puskesmas


memberikan obat cacing 2. Dilaksanakan minimal1 kali setiap tahun
(KHUSUS UNTUK TK/RA 3. Dilaksanakan untuk seluruh peserta didik
dan SD/MI) 4. selama pembelajaran jarak jauh, pemberian obat cacing dapat diberikan
di Sekolah/madrasah melalui janji temu dengan guru/petugas kesehatan
dan tetap menerapkan protokol kesehatan
C Penilaian Optimal
1.1 Dipenuhinya strata standar Jelas
1.2 Sekolah/madrasah 1. Dilaksanakan oleh guru BK / Guru Kelas / Guru lainnya yang ditunjuk
melaksanakan layanan dan terlatih kepada peserta didik
konseling 2. Terdapat pencatatan siswa yang dikonseling
3. Selama pembelajaran jarak jauh, konseling dilakukan secara daring

68
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

(KHUSUS UNTUK SD/MI,


SMP/MTS DAN
SMA/SMK/MA)
1.3 Kader kesehatan melakukan 1. Dilaksanakan oleh kader kesehatan terlatih konseling
konseling sebaya 2. Terdapat pencatatan teman sebaya yang dikonseling
(KHUSUS UNTUK SMP/MTS 3. Hasil dilaporkan ke guru UKS/M
DAN SMA/SMK/MA) 4. Selama pembelajaran jarak jauh, kader kesehatan melakukan konseling
sebaya dilakukan secara daring

D Penilaian Paripurna
1.1 Dipenuhinya strata optimal Jelas
1.2 Sekolah/madrasah 1. Sekolah/madrasah memberitahukan kepada orang tua peserta didik
menindaklanjuti hasil yang memiliki masalah kesehatan berdasarkan hasil penjaringan
penjaringan dan kesehatan dan pemeriksaan berkala
pemeriksaan berkala 2. Sekolah/madrasah melaksanakan rekomendasi Puskesmas terkait
(KHUSUS UNTUK SD/MI, hasil penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala
SMP/MTS DAN 3. Sekolah/madrasah melaksanakan inovasi kegiatan sesuai masalah
SMA/SMK/MA) kesehatan terbanyak berdasarkan hasil penjaringan kesehatan dan
pemeriksaan berkala
4. Jika ditemukan masalah kesehatan yang membutuhkan tindaklanjut,
dilakukan mekanisme rujukan dengan menerapkan protokol
kesehatan
Sekolah/madrasah 1. Sekolah/madrasah memberitahukan kepada orang tua peserta didik
menindaklanjuti hasil yang memiliki masalah kesehatan berdasarkan hasil deteksi dini
Deteksi Dini Tumbuh tumbuh kembang
Kembang 2. Sekolah/madrasah melaksanakan rekomendasi Puskesmas terkait
(KHUSUS UNTUK TK/RA) hasil deteksi tumbuh kembang peserta didik
3. Sekolah/madrasah melaksanakan inovasi kegiatan sesuai masalah
kesehatan terbanyak berdasarkan hasil deteksi dini tumbuh
kembang peserta didik

1.3 Menurunnya jumlah hari 1. Terdapat penurunan jumlah hari tidak masuk Sekolah/madrasah
tidak masuk karena sakit tahun ini dibandingkan dengan tahun sebelumnya
Sekolah/madrasah karena 2. Jumlah hari sakit tidak melebihi 5% dari total hari masuk
sakit Sekolah/madrasah
1.4 Peserta didik memiliki status Minimal 60% peserta didik memiliki status gizi baik (Indeks Massa Tubuh
gizi baik berdasarkan umur)

III PEMBINAAN LINGKUNGAN SEKOLAH/MADRASAH SEHAT


A Penilaian Minimal
1.1 Sekolah/madrasah dengan 1. Air yang layak : tidak berasa, berbau dan berwarna
sumber air layak,tersedia di 2. Tersedia air minimal 15 liter/orang/hari
lingkungan 3. Tersedia tempat penyimpanan air yang tertutup
Sekolah/madrasah dan 4. Tersedia sepanjang waktu
cukup
1.2 Sekolah/madrasah dengan 1. Setiap kelas memiliki tempat cuci tangan
tempat cuci tangan dengan 2. Setiap tempat cuci tangan tersedia air mengalir dan sabun
sabun dan air mengalir 3. Tempat cuci tangan mudah dijangkau oleh peserta didik
1.3 Sekolah/madrasah memiliki 1. Toilet Sekolah/madrasah terpisah antara toilet laki-laki dan toilet
toilet dengan kondisi baik perempuan
dan terpisah 2. Tersedia air bersih dan sabun
3. Tersedia tempat sampah tertutup
4. Toilet Sekolah/madrasah tidak licin dan tidak terdapat genangan air

69
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

5. Toilet Sekolah/madrasah memiliki ventilasi dan penerangan yang


cukup
6. Kondisi toilet bersih dan tidak berbau
7. Saluran pembuangan menuju septik tank dalam kondisi baik dan tidak
bocor
8. Toilet bisa dikunci
1.4 Sekolah/madrasah memiliki 1. Saluran drainase permanen dan terbuka serta tersambung ke
saluran drainase drainase umum
2. Tidak ada air yang tergenang di saluran drainase (kering/mengalir)
1.5 Sekolah/madrasah Sekolah/madrasah melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk
melaksanakan 1. Terjadwal dan dilaksanakan 1 kali/minggu
pemberantasan sarang 2. Melibatkan jumantik
nyamuk 3. Kegiatan tercatat dan dilaporkan

1.6 Sekolah/madrasah memiliki 1. Sekolah/madrasah memiliki kantin permanen


kantin 2. Kondisi kantin Sekolah/madrasah bersih
3. Kantin jauh dari tempat pembuangan sampah dan toilet (sumber
pencemaran)
4. Bagi Sekolah/madrasah yang melakukan pembelajaran tatap muka
(masa transisi) atau tidak memungkinkan : kantin ditutup
5. Bagi Sekolah/madrasah yang melakukan pembelajaran tatap muka
(masa adaptasi kebiasaan baru) kapasitas 50% dan sesuai protokol
kesehatan
1.7 Sekolah/madrasah memiliki Sekolah/madrasah memiliki lahan/ruang terbuka untuk penghijauan
lahan/ruang terbuka hijau
1.8 Sekolah/madrasah memiliki Setiap kelas memiliki tempat sampah tertutup
tempat sampah yang
tertutup
1.9 Sekolah/madrasah memiliki Sekolah/madrasah memiliki tempat pembuangan sampah sementara yang
tempat pembuangan sampah permanen, tertutup dan mudah dibersihkan
sementara tertutup
1.10 Ruang kelas dalam keadaan 1. Semua ruang kelas di Sekolah/madrasah dalam kondisi bersih
baik 2. Ruang kelas memiliki ventilasi udara memadai
3. Ruang kelas memiliki pencahayaan memadai
4. Bagi Sekolah/madrasah yang dibuka pada masa pandemi COVID-19
dilakukan desinfeksi rutin minimal 2 kali/hari
5. Bagi Sekolah/madrasah yang dibuka pada masa pandemi COVID-19
dilakukan pengaturan meja/bangku berjarak masing masing 1,5 meter

1.11 Sekolah/madrasah Tercantum di peraturan sekolah/madrasah mengenai


mempunyai aturan KTR, Kawasan Tanpa Rokok contoh larangan merokok, menjual rokok, dll
KTN, KTK, KTP Kawasan Tanpa Napza contoh larangan menggunakan obat-obatan
terlarang, minum alkohol dll
Kawasan Tanpa Kekerasan : contoh larangan berkelahi, bulying dll
Kawasan Tanpa Pornografi : contoh larangan membaca dan menyebarkan
hal terkait pornografi dll
B Penilaian Standar
1.1 Di penuhinya strata minimal Jelas
1.2 Sekolah/madrasah memiliki Sekolah/madrasah memiliki rasio toilet sesuai standar kesehatan untuk
rasio toilet sesuai dengan peserta didik
standar (Permendikbud
24/2007) (Permendikbud 24/2007)

70
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

1 :60 siswa laki-laki


1 : 50 siswa perempuan

1.3 Sekolah/madrasah memiliki Setiap kelas memiliki tempat sampah tertutup dan terpilah di
tempat sampah terpilah Sekolah/madrasah

1.4 Sekolah/madrasah memiliki 1. Kantin sehat memenuhi persyaratan :


kantin sehat
a. Makanan/minuman yang dijual bebas dari kontaminasi fisik,
(KHUSUS UNTUK SD/MI, kimia dan biologi dibuktikan secara organoleptik (dilihat,
SMP/MTS, SMA/SMK/MA) dirasa, dicium) dan seleksi makanan yang dijual
b. Terdapat tempat penyimpanan makanan/minuman yang
tertutup dan bebas vektor penyakit
c. Peralatan yang digunakan bersih, disimpan di tempat tertutup,
foodgrade, bebas vektor penyakit
d. Terdapat tempat cuci tangan dan cuci peralatan dengan air
mengalir dan sabun
e. Penjamah makanan dalam kondisi sehat, bebas dari penyakit
menular dibuktikan dengan hasil pemeriksaan kesehatan
f. Makanan/minuman yang dijual bergizi seimbang (Tidak
menjual minuman bersoda, makanan/minuman yang
mengandung gula tinggi, makanan berpengawet dan tinggi
natrium)
2. Penjamah makanan dan penanggungjawab kantin telah mengikuti
penyuluhan tentang kantin sehat

1.5 Sekolah/madrasah Sekolah/madrasah menjalankan KTR di Sekolah/madrasah


menerapkan KTR 1. Tidak ada iklan rokok
2. Tidak ada sponsor rokok
3. Tidak ada aktifitas merokok
4. Tidak ada tempat khusus merokok
5. Tidak ada puntung / bekas asap/abu rokok
6. Ada tanda kawasan tanpa rokok / larangan merokok
7. Ada regulasi / peraturan Sekolah/madrasah terkait rokok
8. Ada edukasi / KIE mengenai bahaya rokok
C Penilaian Optimal
1.1 Di penuhinya strata standar Telah memenuhi strata standar
1.2 Sekolah/madrasah Sekolah/madrasah menanam berbagai tanaman pangan : tanaman obat,
memanfaatkan pekarangan sayur dan buah
Sekolah/madrasah dengan
menanam tanaman obat dan
pangan
1.3 Sekolah/madrasah 1. Sekolah/madrasah melakukan pengurangan sampah
melakukan 3R (Reduce, 2. Sekolah/madrasah melakukan pengomposan
reuse, recycle) 3. Sekolah/madrasah memanfaatkan sampah yang dapat didaur ulang
dimanfaatkan menjadi barang lainnya yang berguna

1.4 Tersedia toilet MKM 1. Tersedia pembalut di toilet perempuan


2. Tersedia cermin seukuran tubuh di toilet perempuan

71
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

(KHUSUS UNTUK SD/MI,


SMP/MTS, SMA/SMK/MA)

C Penilaian Paripurna
1.1 Di penuhinya strata optimal Jelas
1.2 Air minum disediakan oleh Sekolah/madrasah menyediakan/ memfasilitasi penyediaan air minum
Sekolah/madrasah yang aman bagi peserta didik
1.2 Sekolah/madrasah memiliki Sekolah/madrasah memiliki rasio toilet sesuai standar kesehatan untuk
rasio toilet sesuai dengan peserta didik
standar (Kepmenkes
1429/2006) (Kepmenkes 1429/2006)
1 :40 siswa laki-laki
1 : 25 siswa perempuan

1.3 Kantin telah mendapatkan 1. Sekolah/madrasah berkoordinasi dengan Puskesmas untuk


stiker tanda laik higiene mendapatkan:
sanitasi a. Orientasi bagi penjamah pangan
(KHUSUS UNTUK SD/MI, b. Pemeriksaan laboratorium sampel pangan
SMP/MTS, SMA/SMK/MA) c. Penilaian laik higiene
2. Hasil penilaian kantin dan laboratorium, semua gerai memenuhi syarat
laik higiene (stiker laik higiene)
1.4 Tersedia toilet untuk peserta Terdapat toilet di Sekolah/madrasah yang mudah digunakan oleh
didik yang disabilitas disabilitas
1. Terdapat pegangan di dalam toilet
2. Mudah dijangkau peserta didik yang disabilitas

1.6 Sekolah/madrasah bekerja 1. Sekolah/madrasah melakukan pemeriksaan kualitas udara


sama dengan puskesmas 2. Sekolah/madrasah mensosialisasikan hasil pemeriksaan kualitas udara
melakukan pemeriksaan 3. Skrining siswa perokok dengan CO analyzer
kualitas udara dan skrining
siswa perokok

1.7 Sekolah/madrasah 1. Sekolah/madrasah mempunyai bank sampah


bekerjasama dengan pihak 2. Sekolah/madrasah bekerjasama dengan pihak lain untuk kegiatan bak
lain untuk menyediakan bank sampah
sampah

1.8 Sekolah/madrasah 1. Sekolah/madrasah melakukan pengolahan / pemanfaatan tanaman


melakukan kegiatan obat dan pangan (sayur dan buah) yang ditanam di Sekolah/madrasah
pengolahan tanaman obat 2. Sekolah/madrasah memberikan label dan manfaat pada tanaman obat
dan pangan dan pangan (sayur dan buah)
3. Selama pembelajaran jarak jauh, Sekolah/madrasah menganjurkan
kegiatan pengolahan tanaman obat dan pangan dilakukan oleh peserta
didik di rumah dengan pemantauan orang tua. Kegiatan dilaporkan ke
guru kelas

IV MANAJEMEN UKS/M
A Penilaian Minimal

72
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

1.1 Tersedia Buku pegangan Buku pengangan kesehatan antara lain


kesehatan 1. Buku Penjaskes/Olahraga
2. Gizi seimbang
3. Kesehatan Reproduksi
4. Kebersihan diri
5. Penularan Penyakit
6. Kesehatan Lingkungan
7. Pemanfaatan tanaman Obat / Pangan

1.2 Ada penanggungjawab 1. Terdapat Struktur Organisasi UKS/M di Sekolah/madrasah


UKS/M 2. Terdapat guru yang ditunjuk menjadi penanggungjawab/ pembina
UKS/M di Sekolah/madrasah/madrasah

1.3 Tersedia media KIE Media KIE Kesehatan


kesehatan 1. Alat peraga
2. Poster kesehatan
3. Plang himbauan terkait kesehatan
4. Majalah kesehatan

1.4 Tersedia sarana prasarana Sarana dan Prasarana Olahraga


olahraga 1. Lapangan/area yang dapat digunakan untuk olahraga
2. Peralatan olahraga sesuai kurikulum/ rencana pembelajaran

1.5 Tersedia dana untuk Sekolah/madrasah mengalokasikan/menggunakan dana BOS atau sumber
kegiatan UKS/M dan dana lainnya untuk pemeliharaan kebersihan Sekolah/madrasah (toilet,
pemeliharaan sanitasi kelas, dll), penggandaan kuesioner pemeriksaan kesehatan, kegiatan
Sekolah/madrasah UKS/M lainnya

1.6 Terdapat kemitraan dengan 1. Terdapat jadwal kegiatan UKS/M yang disusun dengan berkonsultasi
Puskesmas dengan Puskesmas
2. Terdapat pembagian tugas di Sekolah/madrasah untuk membantu
apabila terdapat pemeriksaan kesehatan di Sekolah/madrasah
3. Terdapat pencatatan hasil koordinasi dengan Puskesmas

1.7 Terdapat perencanaan 1. Terdapat program kerja UKS/M di Sekolah/madrasah


kegiatan UKS/M 2. Terdapat pencatatan kegiatan UKS/M di Sekolah/madrasah
Sekolah/madrasah
B Penilaian Standar
1.1 1.1 Di penuhinya strata Jelas
minimal
1.2 1.2 Sekolah/madrasah 1. Tersedia Buku Rapor Kesehatanku
menggunakan buku rapor 2. Guru UKS/M ikut mengisi buku rapor kesehatanku sesuai wewenang
kesehatanku (berat badan dan tinggi badan anak, identitas anak)
(KHUSUS UNTUK SD/MI,
SMP/MTS dan
SMA/SMK/MA)
1.2 Sekolah/madrasah 1. Tersedia Buku KIA
menggunakan Buku KIA 2. Guru UKS/M ikut mengisi buku KIA sesuai wewenang (berat badan dan
(KHUSUS UNTUK TK/RA) tinggi badan anak, identitas anak)

1.3 Sekolah/madrasah 1. Terdapat pencatatan hasil konsultasi / koordinasi dengan Tim Pembina
melakukan konsultasi / UKS/M
2. Dilaksanakan minimal 1 kali /6 bulan

73
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

koordinasi dengan Tim


Pembina UKS/M
1.4 Sekolah/madrasah memiliki 1. Ruang UKS/M memiliki ukuran minimal 12m2
ruang UKS/M 2. Ruang UKS/M memiliki peralatan lengkap sesuai standar
3. Ruang UKS/M memiliki obat-obatan P3K lengkap sesuai standar

C Penilaian Optimal
1.1 Di penuhinya strata standar Jelas
1.2 Adanya kemitraan dengan 1. Terdapat perjanjian kerjasama dengan pihak lain (selain Puskesmas)
instansi terkait terkait UKS/M /peningkatan perilaku sehatanak dan
Sekolah/madrasah (contoh BNN, BPOM, Polri, BKKBN, LSM,
perusahaandll)
2. Sekolah/madrasah memetakan kebutuhan UKS/M untuk ditingkatkan
melalui kemitraan dengan pihak lain
1.3 Tersedia sarana dan 1. Sekolah/madrasah membuat jalur evakuasi
prasarana Sekolah/madrasah 2. Sekolah/madrasah menentukan titik kumpul jika terjadi bencana
aman bencana 3. Sekolah/madrasah memiliki alat untuk memadamkan api
D Penilaian Paripurna
1.1 Di penuhinya strata optimal Jelas
1.2 Sekolah/madrasah 1. Sekolah/madrasah melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan
melakukan pembinaan dan kegiatan UKS/M minimal 1 kali / bulan
pengawasan 2. Sekolah/madrasah melakukan evaluasi pencapaian kegiatan UKS
3. Sekolah/madrasah melakukan perencanaan kegiatan UKS berdasarkan
hasil evaluasi
1.3 Seluruh guru terorientasi 1. Seluruh guru (Guru Kelas, Guru matapeljaran) tersosialisasi UKS/M
UKS/M 2. Guru kelas membantu pelaksanaan kegiatan kegiatan UKS/M
1.4 Sekolah/madrasah 1. Tersedia Buku Rapor Kesehatan Lingkungan dan Buku Rapor Kantin
menggunakan Rapor 2. Sekolah/madrasah mengisi Buku Rapor Kesehatan Lingkungan
Kesehatan Lingkungan dan 3. Sekolah/madrasah mengisi Buku Rapor Kantin
Kantin 4. Sekolah/madrasah melakukan tindak lanjut dari hasil penilaian di buku
rapor kesehatan lingkungan dan kantin Sekolah/madrasah

74
Lampiran 2.
Pemetaan Materi dan Kompetensi Kesehatan Reproduksi dengan Mata Pelajaran Tingkat SD/MI
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

75
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

76
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

77
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

78
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

79
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

80
Lampiran 3.
Pemetaan Materi dan Kometensi Reproduksi untuk Mata Pekajaran IPA SD
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

81
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

82
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

83
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

Lampiran 4.

Daftar tilik pendidikan kesehatan reproduksi tingkat SD untuk manajemen sekolah,


orangtua dan peserta didik

Untuk Manajemen Sekolah


1. Apakah sekolah memiliki rencana pembelajaran pendidikan kesehatan
reproduksi?
Ya Tidak
2. Bagaimana pendidikan kesehatan reproduksi dilaksanakan?
a. Kurikuler
b. Ekstrakurikuler
c. Terintegrasi dalam jam literasi
3. Apakah guru sudah mendapatkan pelatihan pendidikan kesehatan reproduksi?
Ya Tidak
4. Apakah Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS) sudah terintegrasi dalam
pendidikan kesehatan reproduksi?
Ya Tidak
5. Apakah pendidikan kesehatan reproduksi sudah melibatkan orangtua?
Ya Tidak
6. Apakah sekolah sudah memiliki petunjuk teknis pelaksanaan pendidikan
kesehatan reproduksi?
Ya Tidak
7. Apakah sekolah sudah memiliki modul pendidikan kesehatan reproduksi untuk
satuan pendidikan sekolah dasar?
Ya Tidak
8. Apakah sekolah sudah memiliki media KIE Pendidikan kesehatan reproduksi?
Ya Tidak
9. Apakah sekolah memiliki guru penanggungjawab pendidikan kesehatan
reproduksi
Ya Tidak
10. Apakah sekolah sudah melakukan kemitraan dengan pihak lain dalam
pelaksanaan pendidikan kesehatan reprduksi? Jika ya, sebutkan!

84
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

Untuk peserta didik


(Mengacu pada buku penjaringan kesehatan)
Diisi oleh PESERTA DIDIK dengan memberikan tanda (√) pada kolom (2) dan
menuliskan keterangan pada kolom (3). Untuk peserta didik kelas 1 – 3 SD / MI dapat
menjawab pertanyaan dengan bantuan orang tua atau guru. Petugas kesehatan
melakukan review dan memberikan komen/ catatan pada kolom paling kanan

(1) (2) (3) (4)

PESERTA DIDIK
Catatan Petugas
Ya Tidak Keterangan Kesehatan

PESERTA DIDIK PUTERI

Apakah kamu sudah Jika ya, sebutkan:


mendapatkan menstruasi ?  Usia pertama kali menstruasi:_____
tahun
 Apakah teratur (ya/ tidak) _______
 Disertai nyeri perut hebat (ya / tidak)
____

Apakah kamu pernah Jika ya, jelaskan:


mengalami keputihan ?  Apakah Gatal (Ya / Tidak ) :_____
 Apakah Berbau (Ya / Tidak) :_____

Apakah kamu pernah disentuh Jika ya, sebutkan:


secara paksa ?
(alat kelamin / payudara /
bokong)

Apakah kamu pernah


mengalami luka / lecet / kutil
pada alat kelamin ?

Apakah kamu pernah


mengalami pembengkakan di
lipat paha ?

85
BUKU PANDUAN | Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar

Apakah kamu pernah merasa


sakit / perih pada saat buang
air kecil / besar?

Apakah kamu pernah


mengalami nyeri perut bagian
bawah?

PESERTA DIDIK PUTRA

Apakah kamu pernah mimpi


basah ?

Apakah kamu pernah


mengalami kencing berwarna
kuning kental?

Apakah kamu pernah


mengalami gatal – gatal di
sekitar kemaluan?

Apakah kamu pernah disentuh


secara paksa
(alat kelamin / dada / bokong)

Apakah kamu pernah


mengalami luka / lecet / kutil
pada alat kelamin ?

Apakah kamu pernah


mengalami mengalami
pembengkakan di lipat paha ?

Apakah kamu pernah merasa


sakit/perih saat buang air kecil
/ besar?

86

Anda mungkin juga menyukai