Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI


PADA PENYAMBUTAN DAN PENDAFTARAN TAMU
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA KELAS XI
DI SMK TRIATMA JAYA SINGARAJA BALI

Disusun Oleh :
NUR IMA HIDAYATI

PPGT SMK KOLABORATIF


PROGRAM STUDI PARIWISATA
FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2013
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat menuntut sumber
daya yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia merupakan syarat untuk
mencapai pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan sumber daya
manusia tersebut adalah peningkatan yang berkualitas. Sebagai factor penentu
keberhasilan pembangunan, maka kualitas sumber daya manusia harus ditingkatkan
melalui berbagai program pendidikan yang dilaksanakan secara sistematis dan
terarah berdasarkan kepentingan yang mengacu pada kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Pendidikan merupakan tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan yang
digunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai
pengetahuan, ketrampilan/skill, sikap dan sebagainya. Lingkungan sekolah sebagai
salah satu lembaga pendidikan memegang peranan penting dalam menyiapkan
generasi penerus bangsa. SMK merupakan lembaga pendidikan kejuruan yang
berarah untuk menghasilkan tamatan yang siap kerja, cerdas, kompetitif, memiliki
jati diri bangsa dan mampu bersaing di pasar global. SMK sebagai instrumen
pembangunan dalam menyiapkan tenaga kerja diharapkan mampu mengantisipasi
perubahan yang terjadi pada dunia kerja. Hal ini mengakibatkan perubahan tugas
maupun jenis pekerjaan yang ada di dunia kerja, sehingga tenaga kerja dituntut
memiliki ketrampilan teknis dan lebih fleksibel serta mampu belajar pengetahuan
dan ketrampilan baru. SMK adalah suatu pola pelatihan khusus yang mengarahkan
siswa agar menjadi tamatan yang siap terjun secara professional dan ikut bergerak
di dunia usaha atau perusahaan. Peningkatan kualitas siswa pendidikan SMK
tercermin dari meningkatnya prestasi belajar mereka. Dengan kata lain dengan
prestasi belajar yang meningkat, akan meningkat pula kualitas siswa lulusan SMK
sehingga lebih mudah memasuki dunia kerja sesuai dengan misi pendidikan SMK
tersebut.
Dientje Borman (1998: 2) menyebutkan bahwa pada hakikatnya mengajar
adalah upaya untuk membelajarkan siswa, maka dalam proses pembelajaran siswa
perlu mendapatkan fasilitas, kesempatan, dorongan serta bimbingan agar dapat
semaksimal mungkin dalam meraih prestasi. Hal ini disebabkan karena proses
pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu komunikasi antara guru dengan
siswa, antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan lingkungannya.
(http://www..en.wikipedia.org/wiki/education.com, 2/3/2010).
Salah satu faktor yang mendukung terjadinya pembelajaran yang
menyenangkan adalah adanya keaktifan siswa. Pada sebuah kegiatan belajar
mengajar siswa lebih banyak melakukan kegiatan, sedangkan guru lebih banyak
membimbing dan mengarahkan. Menurut Anton M. Mulyono (2001: 28) aktivitas
adalah suatu kegiatan atau keaktifan atau segala sesuatu yang dilakukan atau
kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik. Dengan adanya
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan tercipta belajar aktif. Selain itu
diperlukan strategi-strategi dalam pembelajaran. Strategi-strategi belajar mengacu
pada perilaku dan proses-proses berpikir yang digunakan oleh siswa yang
mempengaruhi apa yang dipelajari termasuk proses memori dan metakognitif.
Menurut Oemar Hamalik (2001: 172) belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya. Jadi belajar aktif
adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara
fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa
perpaduan antara aspek konigtif, afektif, dan psikomotor.
Proses pendidikan di sekolah dilaksanakan dalam bentuk belajar mengajar.
Inti pokok dari pembelajaran adalah siswa yang belajar. Belajar dalam arti
perubahan dan peningkatan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik untuk
memperoleh prestasi belajar yang tinggi. Kemampuan psikomotorik siswa dapat
dilihat dari keaktifan siswa dan kemandirian siswa maupun kemampuan siswa
dalam pembelajaran di kelas. Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar agar
dapat meningkatkan kemampuan psikomotorik siswa bukanlah hal yang mudah.
Banyak sekali ditemukan siswa yang mendapat nilai rendah dalam sejumlah mata
pelajaran produktif. Ada pula yang mendapat nilai tinggi dalam sejumlah mata
pelajaran produktif.
Keberhasilan proses pembelajaran di kelas dapat dilihat dari aktivitas belajar
dan hasil belajar siswa, kenyataan di lapangan khususnya pada pembelajaran mata
diklat Produktif menyediakan layanan akomodasi reception, guru kurang optimal
dalam memanfaatkan maupun memberdayakan sumber pembelajaran karena
pembelajaran mata diklat Produktif menyediakan layanan akomodasi reception
cenderung masih berpusat pada guru (teacher centered) dan mono media. Guru
masih mendominasi proses pembelajaran, sedang siswa masih nampak pasif. Ini
masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan di sekolah, yaitu masih
rendahnya daya serap siswa, dan ini berpengaruh sekali terhadap siswa dengan
ditunjukkan rendahnya aktivitas dan hasil belajar yang diperoleh oleh siswa di
SMK Triatma Jaya Singaraja Bali.
Selain itu, berdasarkan data pencapaian daya serap siswa hasil evaluasi
semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 dan 2012/2013, menunjukkan bahwa
pencapaian daya serap mata pelajaran menyediakan layanan akomodasi reception
siswa kelas XI kurang optimal. Dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
ditetapkan sebesar 76 (tujuh puluh enam), daya serap yang tercapai untuk tahun
pelajaran tersebut adalah 78. Pencapaian itu dikatakan kurang optimal karena
melihat input siswa merupakan siswa pilihan dengan seleksi penerimaan siswa yang
sangat ketat.
Asumsi tidak optimalnya pencapaian nilai siswa adalah kurang minatnya
siswa dalam mengikuti pembelajaran menyediakan layanan akomodasi reception.
Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengamatan pada saat berlangsungnya proses
belajar mengajar khususnya praktik, peran serta (keaktifan) siswa masih rendah.
Hanya beberapa siswa yangterlihat antusias dalam proses pembelajaran. Hanya
siswa-siswa yang itu-itu saja yang bertanya maupun mengeluarkan pendapat serta
menjawab pertanyaan guru. Sebagian besar siswa lebih bersikap menerima apa
yang disampaikan oleh guru.
Melalui refleksi pelaksanaan pembelajaran selama ini, faktor yang
menyebabkan belum tercapainya ketuntasan belajar siswa tersebut dikarenakan
kegiatan pembelajaran yang diterapkan selama ini masih bersifat konvensional,
dimana guru masih berperan sangat dominan dalam proses pembelajaran. Siswa
kurang aktif dalam mengembangkan kreatifitas berpikir dan bertindak, sehingga
pemahaman siswa cenderung berupa hafalan. Hal itu disebabkan proses
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru lebih mengarah untuk ceramah, diskusi,
tanya jawab atau menerangkan untuk berbagai materi, sehingga siswa kurang
menunjukkan kemampuan berpikir dalam memahami materi yang telah diajarkan
dan belum dapat memecahkan masalah sendiri. Selain itu siswa juga kurang
memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapat pada orang lain sehingga
menyempitkan pola pikir siswa tentang suatu pemahaman yang dipelajarinya.
Berpikir kritis melatih siswa membuat keputusan yang tepat, cermat,
sistematis, logis, dan mempertimbangkan berbagai sudut pandang. Kurangnya
kemampuan ini mengakibatkan siswa saat melakukan berbagai kegiatan hanya
melakukannya saja tanpa mengetahui tujuan dan alasannya. Dengan berpikir kritis
seorang siswa tidak hanya menerima pendapat orang lain, melainkan juga mampu
memberikan pendapatnya sendiri. Oleh karena itu pembelajaran di sekolah harus
membekali para siswa dengan kemampuan dan ketrampilan dalam memahami,
menganalisis, dan mengolah berbagai informasi secara kritis.
Dilihat dari permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka perlu
diterapkan sebuah tindakan untuk meningkatkan cara berpikir kritis siswa dengan
model pembelajaran baru yaitu inkuiri. Dimana dalam pembelajaran siswa
dihadapkan pada suatu masalah diawal pembelajaran sebagai pemicu proses
pembelajaran. Masalah ini digunakan untuk memicu rasa keingintahuan serta
kemampuan analitis dan inisiatif siswa atas materi pelajaran. Pokok bahasan materi
dalam kegiatan pembelajaran yang akan disampaikan adalah penyambutan dan
pendaftaran tamu tiba. Melalui kegiatan ini, diharapkan siswa dapat meningkatkan
aktivitas siswa dalam diskusi yang diharapkan mampu mengubah perilaku belajar
dari pasif menjadi aktif, sebagai upaya berpikir kritis untuk menumbuhkan
kreativitas siswa. Materi penanganan dan penyimpanan sayuran merupakan materi
yang sangat dekat dengan kehidupan nyata siswa, sehingga siswa dituntut untuk
aktif dalam pembelajaran maupun dalam pengamatan lingkungan sekitar untuk
memahami dan memberi solusi terhadap permasalahan-permasalahan nyata di
lingkungannya. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada penyambutan dan
penerimaan tamu dari KTSP sesuai dengan inkuiri yang menggunakan masalah
dunia nyata yang berada di lingkungan siswa sebagai konteks pembelajaran yang
melatih cara berpikir kritis dan pemecahan masalah, serta memperoleh pengetahuan
yang esensial dari materi pelajaran.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, peneliti bersama guru
mitra tertarik untuk coba melakukan penelitian tindakan kelas dengan
menggunakan model pembelajaran inkuiri atau penyelidikan/pemecahan masalah
dalam pengajaran mata diklat Produktif menyediakan layanan akomodasi reception
di kelas XI Akomodasi Perhotelan SMK Triatma Jaya dalam upaya meningkatkan
aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran mata diklat Produktif menyediakan
layanan akomodasi reception dan juga hasil belajar mereka mengalami peningkatan
ke arah yang lebih baik.
Beranjak dari permasalahan-permasalahn yang diungkapkan di atas, model
pemebelajaran inkuiri merupakan salah satu alternatif untuk memperbaiki
pembelajaran tersebut. Model pembelajaran inkuiri dilandasi oleh pendekatan
konstruktivistik, dimana siswa dengan umur berapapun terlibat secara aktif dalam
proses mendapatkan informasi dan mengkonstruksi pengetahuan sendirinya. Oleh
karena itu, peneliti ingin mengangkat sebuah judul “Penerapan Model Pembelajaran
Inkuiri pada penyambutan dan pendaftaran tamu untuk meningkatkan ketuntasan
belajar siswa di SMK Triatma Jaya Singaraja Bali”.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dapat diidentifikasi dalam
proses pemebelajaran dasar kompetensi kejuruan restoran di SMK Triatma Jaya
Singaraja Bali sebagai berikut :
1. Tantangan di era globalisasi memerlukan suatu sumber daya manusia yang
tangguh dan berkualitas serta memiliki intelektual yang tinggi.
2. Pada mengajar guru selalu menuntut siswa untuk belajar dan jarang
memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar.
3. Kebermaknaan belajar sangat rendah karena keterlibatan siswa secara
langsung kurang, sehingga teman sebaya (peer teaching)sumber belajar
siswa tidak ada pembelajaran didominasi oleh guru (teacher centered)
kesempatan siswa untuk berpartisipasi aktif sangat kecil, komunikasi yang
terjadi hanya komunikasi satu arah.
4. Ketuntasan belajar siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal.
5. Metode yang sering digunakan dalam pembelajaran adalah ceramah.
6. Siswa belum dibiasakan untuk melakukan kegiatan analisis terhadap fakta
atau kenyataan, membuat generalisasi, mengorganisasi, dan
mempertahankan ide, membuat komparasi, membuat kesimpulan,
memecahkan masalah, dan menemukan jawaban.
7. Siswa kurang memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapatnya
sendiri dalam diskusi.
8. Siswa kurang aktif dalam mengembangkan kreatifitas berpikir dan
bertindak.

C. PEMBATASAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas,
masalah dalam penelitian ini akan dibatasi pada penerapan model pembelajaran
inkuiri pada penyambutan dan pendaftaran untuk meningkatkan keaktifanbelajar
siswa di SMK Triatma Jaya Singaraja bali Kelas XI.

D. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka
permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana dengan penerapan model pembelajaran inkuiri pada tema
penyambutan dan pendaftaran tamu untuk meningkatkan keaktifan belajar
siswa kelas X SMK Triatma Jaya Singaraja Bali?
2. Apakah penerapan model pembelajaran inkuiri pada penyambutan dan
pendaftaran tamu dapat meningkatkan keektifan belajar siswa kelas XI
SMK Triatma Jaya Singaraja Bali?

E. TUJUAN PENELITIAN
Sejalan dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran inkuiri pada tema
penyambutan dan pendaftaran tamu dapat meningkatkan keektifan belajar siswa
kelas XI SMK Triatma Jaya Singaraja Bali.
2. Untuk mengetahui peningkatan ketuntasan belajar siswa kelas XI SMK Triatma
Jaya Singaraja Bali melalui penerapan model pembelajaran inkuiri pada
penyambutan dan pendaftaran tamu.

F. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
terlibat baik siswa maupun guru. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian
ini adalah :
1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan yang sangat berharga pada
perkembangan ilmu pendidikan, terutama pada penerapan model-model
pembelajaran untuk meningkatkan hasil proses pembelajaran dan hasil belajar
di kelas.
2. Secara praktis
a. Bagi siswa
Meningkatkan hasil belajar dan solidaritas siswa untuk menemukan
pengetahuan dan mengembangkan wawasan, meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan menganalisis suatu masalah melalui pembelajaran dengan
model pembelajaran inkuiri.
b. Bagi guru
Sebagai sumber informasi dan referensi dalam pengembangan penelitian
tindakan kelas dan menumbuhkan budaya meneliti agar terjadi inovasi
pembelajaran, serta sebagai bahan pertimbangan dalam menerapkan model
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang melibatkan siswa dalam
proses belajar mengajar.
c. Bagi sekolah
Melalui model pembelajaran inkuiri diharapkan dapat membantu
meningkatkan siswa untuk berpikir kritis, serta sebagai bahan masukan bagi
sekolah untuk memperbaiki praktik-praktik pembelajaran guru agar menjadi
lebih efektif dan efisien sehingga kualitas pembelajaran dan hasil belajar
siswa meningkat.
d. Bagi peneliti
Sebagai sarana belajar untuk mengintegrasikan pengetahuan dan
keterampilan dengan terjun langsung, sehingga dapat melihat, merasakan,
dan menghayati apakah praktik-praktik pembelajaran yang dilakukan
selama ini sudah efektif dan efisien.
BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI


1. Model Pembelajaran
Menurut pemikiran Joyce (Agus Suprijono, 2009: 46), fungsi model
adalah “each model guides us as we design instruction to help students achieve
various objectives”. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta
didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan
mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi
para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas
belajar mengajar.
Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model pembelajaran
dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar (Agus Suprijono, 2009: 46).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori
psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis
terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di
kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan
untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada
guru di kelas.
2. Model Pembelajaran Inkuiri
Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai
proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang
diajukannya. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan
pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri
adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan
melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau
memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah.
Pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran yang memusatkan pada
kegiatan mengidentifikasi, menganalisis, dan mendiskusikan permasalahan
dalam kelompok kecil dengan sebuah masalah sebagai stimulus dalam
pembelajaran. Masalah diambil dari fenomena-fenomena yang terjadi di dunia
nyata yang membutuhkan penjelasan (phenomena that need explanation) (Rita
Salima, 2012: 12).
Menurut Nurhadi, dkk (2004: 72), dalam pembelajaran dengan
penemuan/inkuiri siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui
keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan
guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan
yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka
sendiri.
Menurut Cherif (1993) pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran untuk
memperoleh pengetahuan dan memahaminya dengan jalan bertanya, observasi,
investigasi, analisis, dan evaluasi. Ada enam kunci pertanyaan yang digunakan
untuk memfokuskan pelaksanaan inkuiri di dalam kelas, yaitu : (1) apa yang
kamu pikirkan akan terjadi, (2) aa yang semestinya terjadi, (3) bagaimana hal
terjadi, (4) mengapa hal itu terjadi, (5) bagaimana membuat hipotesis yang
rasional, (6) bagaimana kamu menghubungkan penyelidikan kamu dengan
kehidupan sehari-hari? Keenam pertanyaan tersebut mengarahkan siswa belajar
melalui proses inkuiri dan pembelajaran yang terjadi secara alami (Agus
Suprijono, 2009: 69).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran penemuan yang menekankan pada
keterlibatan siswa secara aktif, pengalaman-pengalaman belajar memusatkan
pada siswa dimana siswa menemukan ide-ide mereka sendiri dan merumuskan
sendiri makna belajar untuk mereka sendiri. Melalui proses penemuan
diharapkan para siswa mampu menemukan fakta dan konsep yang bermanfaat
untuk memecahkan permasalahan yang timbul. Pembelajaran inkuiri merupakan
pembelajaran berbasis masalah, pendidikan berbasis pengalaman, belajar
autentik, dan pembelajaran berakar pada kehidupan nyata. Model pembelajaran
inkuiri juga menggunakan pembelajaran yang menggunakan masalah nyata,
proses dimana belajar siswa, berpikir kritis, dan keterampilan memecahkan
masalah, mendukung pengembangan keterampilan untuk selamanya, dan untuk
memperoleh pengetahuan. Model pembelajaran inkuiri memfokuskan
pemecahan masalah yang nyata, kerja kelompok, umpan balik, diskusi, dan
laporan akhir. Siswa didorong untuk lebih aktif terlibat dalam proses
pembelajaran dan mengembangkan keterampilan berfikir kritis.
Tujuan pembelajaran inkuiri menurut Widodo (2009: 4) bukan untuk
menemukan pemecahan masalah (solusi) suatu masalah saja, melainkan proses
pembelajaran siswa mempelajari konsep-konsep dan mengembangkan
kemampuan berpikir kritis. Pada pembelajaran inkuiri siswa harus bekerja
bersama-sama, dalam kelompok untuk menemukan alternatif solusi penyelesaian
masalah tersebut (Rita Salima, 2012: 12). Guru sebagai fasilitator membimbing
siswa mencari informasi dan sumber yang dianggap relevan untuk
menyelesaikan masalah. Siswa bekerja sama dalam menyelesaikan masalah,
kelompok siswa harus menggunakan kemampuan meneliti (research skill) untuk
menemukan penyelesaian masalah. Model pembelajaran inkuiri menuntut siswa
bertanggung jawab dan belajar secara mandiri. Pengenalan model pembelajaran
inkuiri dan penggunaannya bersifat serendipitours yaitu mencari-cari untuk
mendapatkan sesuatu.
Kelebihan model pembelajaran inkuiri adalah :
a. Model pembelajaran inkuiri meningkatkan potensi intelektual siswa. Hal ini
dikarenakan siswa diberi kesempatan untuk mencari dan menemukan
sendiri jawaban dari permasalahan yang diberikan dengan pengamatan dan
pengalaman sendiri.
b. Ketergantungan siswa terhadap kepuasan ekstrinsik bergeser kearah
kepuasan intrinsik. Siswa yang telah berhasil menemukan sendiri sampai
dapat memecahkan masalah yang ada akan meningkatkan kepuasan
intelektualnya yang datang dari dalam diri siswa.
c. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat penyelidikan karena terlibat
langsung dalam proses penemuan.
d. Belajar melalui inkuiri dapat memperpanjang proses ingatan. Pengetahuan
yang diperoleh dari hasil pemikiran sendiri akan lebih mudah diingat.
e. Belajar dengan inkuiri, siswa dapat memahami konsep sains dan ideide
dengan baik.
f. Pengajaran menjadi terpusat pada siswa, salah satu prinsip psikologi belajar
menyatakan bahwa semakin besar keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran, maka semakin besar pula kemampuan belajar siswa tersebut.
Dalam pembelajaran inkuiri tidak hanya ditujukan untuk belajar konsep--
konsep dan prinsip-prinsip saja tetapi juga belajar pengarahan diri sendiri,
tanggung jawab, komunikasi dan sebagainya.
g. Proses pembelajaran inkuiri dapat membentuk dan mengembangkan konsep
diri siswa. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran inkuiri lebih besar,
sehingga memberikan kemungkinan kepada siswa untuk memperluas
wawasan dan mengembangkan konsep diri secara baik.
h. Tingkat harapan meningkat, tingkat harapan merupakan bagian dari konsep
diri. Ini berarti bahwa siswa memiliki keyakinan atau harapan dapat
menyelesaikan tugasnya secara mandiri berdasarkan pengalaman
penemuannya.
i. Model pembelajaran inkuiri dapat mengembangkan bakat. Manusia
memiliki berbagai macam bakat, salah satunya adalah bakat akademik,
semakin banyak kebebasan dalam proses pembelajaran maka semakin besar
kemungkinan siswa untuk mengembangkan bakat-bakat lainnya, seperti
kreatif, sosial, dan sebagainya.
j. Model pembelajaran inkuiri memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mencerna dan mengatur informasi yang didapatkan.
Di samping kelebihan dari model pembelajaran inkuiri, model
pembelajaran ini juga mempunyai kelemahan, diantaranya adalah :
a. Manakala siswa tidak memiliki minat atau mempunyai kepercayaan, mereka
enggan untuk mencoba.
b. Keberhasilan pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup
waktu untuk persiapan.
c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah
yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka
ingin pelajari.
Menurut Sutarsih, dkk (2012: 2) tahapan-tahapan model pembelajaran
inkuiri adalah (1) mengajukan pertanyaan, (2) merumuskan hipotesis, (3)
pengumpulan data, (4) analisis data, (5) menguji hipotesisi, (6)
mengkomunikasikan, dan (7) merumuskan kesimpulan.
Tahapan pelaksanaan pembelajaran inkuiri dapat disampaikan sebagai
berikut :
a. Penyajian masalah, yaitu guru menyampaikan situasi atau masalah kepada
siswa dan menyampaikan prosedur inkuiri. Masalah yang disampaikan
adalah masalah akademik yang merangsang atau menantang siswa untuk
belajar.
b. Siswa membatasi masalah. Dari masalah umum yang disampaikan, siswa
membatasi atau merumuskan masalahnya dan memberikan penjelasan
terhadap masalah tersebut.
c. Siswa menentukan variabel-variabel, mengajukan hipotesis, dan menguji
hipotesis. Setelah siswa membatasi masalah, siswa menentukan variable-
variabel dalam masalah (variable bebas dan variable terikat) dan selanjutnya
merumuskan jawaban sementara (hipotesis) terhadap masalah yang diajukan
tersebut.
d. Siswa mengorganisasi data, menganalisis dan membahasnya. Pada tahap ini,
siswa merancang kegiatan untuk menngumpulkan data untuk memecahkan
masalah yang diajukan. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan
eksperimen atau melakukan penyelidikan eksploratif.
e. Siswa menganalisis proses inkuiri dan menentukan proses yang lebih
efektif. Proses yang telah dilakukan dianalisis untuk memahami proses yang
telah dilakukan atau menemukan proses baru yang lebih efektif (Ni Desak
Made, 2008: 51).
Dalam Nurhadi, dkk (2004, 73) mengatakan bahwa siklus pembelajaran
inkuiri adalah : (1) observasi (observation), (2) bertanya (questioning), (3)
mengajukan dugaan (hipothesis), (4) pengumpulan data (data gathering), dan
(5) penyimpulan (conclusion).
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan tahap-tahap
pembelajaran inkuiri yaitu :
a. Orientasi
Orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran
yang responsif. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap
melaksanakan proses pembelajaran. Pada langkah orientasi dalam model
pembelajaran inkuiri, guru merangsang dan mengajak siswa berpikir
memecahkan masalah. Keberhasilan orientasi tergantung pada kemauan
siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan
masalah tanpa kemauan dan kemampuan itu tidak akan mungkin proses
pembelajran akan beralan dengan lancar.
b. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada persoalan
yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang
menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki. Proses pencarian
jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu
melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat
berharga sebagai upaya mengmbangkan mental melalui proses berpikir.
c. Mengajukan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang
dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.
Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada dasarnya sudah
dimiliki sejak individu itu lahir. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru
untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap
anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyan yang dapat mendorong
siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan
berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang
dikaji.
d. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring infirmasi yang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis yang diajuakan. Dalam strategi pembelajaran
inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting
dalam pengmbangan intelektual. Oleh sebab itu tugas dan peran guru
tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
e. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah adalah proses menentukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari
tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Artinya kebenaran
jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi
harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
f. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah adalah proses mendeskripsikan temuan
yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Oleh karena itu, untuk
mencapai kesimpulan yang akurat hendaknya guru mampu menunjukkan
pada siswa data mana yang relevan.
Model pembelajaran inkuiri dikatakan efektif apabila :
a. Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu
permasalahan yyang dipecahkan.
b. Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep
yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
c. Jika proses pembelajaran berangkat daari ingin tahu siswa terhadap sesuatu.
d. Jika akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki
kemampuan berpikir.
e. Jika siswa yang belajar tak terlalu banyak, sehingga bisa dikendalikan oleh
guru.
f. Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang
berpusat pada siswa.
Menurut Ni Desak Made (2008: 49) bahwa berdasarkan keterlibatan
siswa dalam aktivitas inkuiri, maka inkuiri dapat dibedakan menjadi tiga
tingkatan, yaitu : inkuiri tingkat I, inkuiri tingkat II, dan inkuiri tingkat III. Lebih
jelasnya perbedaan ketiga tingkatan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tingkat I Tingkat II Tingkat III
Pengenalan Masalah diajukan Masalah Masalah
masalah oleh guru atau diajukan oleh diajukan oleh
disajikan dalam guru atau siswa
LKS disajikan dalam
LKS
Proses pemecahan Ditentukan oleh Ditentukan oleh Ditentukan oleh
masalah guru atau siswa siswa
disampaikan
dalam LKS
Identifikasi solusi Dipecahkan oleh Dipecahkan Dipecahkan
dari masalah siswa oleh siswa oleh siswa

Penggunaan tingkatan inkuiri ini disesuaikan dengan tingkat


perkembangan intelektual siswa atau jenjang pendidikan. Inkuiri tingkat I
merupakan pembelajaran tradisional dimana pelaksanaan inkuirinya dipandu di
dalam LKS. Proses pelaksanaannya dituntun tahap demi tahap oleh guru.
Pembelajaran tingkat I disebut juga inkuiri terbimbing (guided inquiry). Pada
pembelajaran inkuiri tingkat I, siswa kemungkinan menguasai konsep dengan
baik, namun kurang menggunakan melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi,
yaitu berpikir kritis dan kreatif. Pembelajaran inkuiri tingkat II dan III
merupakan pembelajaran yang melatih siswa untuk mandiri dalam proses
belajar. Pada pembelajaran ini, siswa menemukan maslahnya sendiri dan atau
guru hanya memberikan masalah umum yang selanjutnya siswa
mengidentifikasi sendiri maslahnya, dan merancang sendiri strategi pemecahan
masalahnya dengan merancang cara pengumpulan data yang akan dilaksanakan.

B. KEAKTIFAN BELAJAR SISWA


1. Pengertian Keaktifan Belajar
Secara harfiah keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti sibuk, giat
(Kamus Besar Bahasa Indonesia: 17). Aktif mendapat awalan ke- dan –an,
sehingga menjadi keaktifan yang mempunyai arti kegiatan atau kesibukan. Jadi,
keaktifan belajar adalah kegiatan atau kesibukan peserta didik dalam kegiatan
belajar mengajar di sekolah maupun di luar sekolah yang menunjang
keberhasilan belajar siswa.
Keaktifan tersebut tidak hanya keaktifan jasmani saja, melainkan juga
keaktifan rohani. Menurut Sriyono, dkk (1992: 75) keaktifan jasmani dan rohani
yang dilakukan peserta didika dalam kegiatan belajar mengajar adalah sebagai
berikut:
a. Keaktifan indera yakni pendengaran, penglihatan, peraba, dan sebagainya.
Peserta didik harus dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya
sebaik mungkin. Mendikte dan menyuru mereka menulis sepanjang jam
pelajaran akan menjemukan. Demikian pula dengan menerangkan terus
tanpa menulis sesuatu di papan tulis. Maka pergantian dari membaca ke
menulis, menulis ke menerangkan dan seterunya akan lebih menarik dan
menyenangkan.
b. Keaktifan akal yakni akal peserta didik harus aktif atau dikatifkan untuk
memecahkan masalah, menimbang, menyusun pendapat dan mengambil
keputusan.
c. Keaktifan ingatan yakni pada saat proses belajar mengajar peserta didik
harus aktif menerima bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru, dan
menyimpannya dalam otak. Kemudian pada suatu saat ia siap dan mampu
mengutarakan kembali.
d. Keaktifan emosi dalam hal ini peserta didik hendaklah senantiasa berusaha
mencintai pelajarannya, karena dengan mencintai pelajarannya akan
menambah hasil belajar peserta didik itu sendiri.
Sebenarnya semua proses belajar mengajar peserta didik mengandung
unsur keaktifan, tetapi antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya tidak
sama. Oleh karena itu, peserta didik harus berpartisipasi aktif secara fisik dan
mental dalam kegiatan belajar mengajar. Keaktifan peserta didik dalam proses
belajar merupakan upaya peserta didik dalam memperoleh pengalaman belajar,
yang mana keaktifan belajar peserta didik dapat ditempuh dengan upaya
kegaiatan belajar kelompok maupun belajar secara perseorangan.
2. Jenis-Jenis Keaktifan Belajar
Perbuatan belajar merupakan perbuatan yang sangat kompleks dan
proses yang berlangsung pada otak manusia. Dengan melakukan perbuatan
belajar tersebut peserta didik akan menjadi aktif di dalam kegaiatn belajar Jenis-
jenis keaktifan belajar siswa dalam proses belajar sangat beragam. Curiculum
Guiding Commite of the Winsconsin Cooperative Educational Program dalam
Oemar Hamalik (2009: 20-21) mengklasifikasikan aktivitas peserta didik dalam
proses belajar menjadi: (1) kegiatan penyelidikan: membaca, berwawancara,
mendengarkan radio, menonton film, dan alat-alat AVA lainnya; (2) kegiatan
penyajian: laporan, panel and round table discussion, mempertunjukkan visual
aid, membuat grafik dan chart; (3) kegiatan latihan mekanik: digunakan bila
kelompok menemui kesulitan sehingga perlu diadakan ulangan dan latiha; (4)
kegiatan apresiasi: mendengarkan musik, membaca, menyaksikan gambar; (5)
kegiatan observasi dan mendengarkan: bentuk alat-alat dari murid sebagai alat
bantu belajar; (6) kegiatan ekspresi kreatif: pekerjaan tangan, menggambar,
menulis, bercerita, bermain, membuat sajak, bernyanyi, dan bermain musik, (7)
bekerja dalam kelompok: latihan dalam tata kerja demokratis, pembagian kerja
antara kelompok dalam melaksanakan rencana, (8) percobaan: belajar
mencobakan cara-cara menegrjakan sesuatu, kerja laboratorium dengan
menekankan perlengkapan yang dapat dibuat oleh peserta didik di samping
perlengkapan yang telah tersedia, serta (9) kegiatan mengirganisasi dan menilai:
diskriminasi, menyeleksi, mengatur dan menilai pekerjaan yang dikerjakan oleh
mereka sendiri.
Lebih lanjut, Mohammad Ali membagi jenis keaktifan siswa dalam
proses belajar ada delapan aktivitas, yaitu: mendengar, melihat, mencium,
merasa, meraba, mengilah ide, menyatakan ide, dan melakukan latihan. Secara
sederhana kedelapan aktivitas tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Mendengar, dalam proses belajar yang sangat menonjol adalah mendengar
dan melihat. Apa yang kita dengar dapat menimbulkan tanggapan dalam
ingatan-ingatan, yang turut dalam membentuk jiwa sesorang.
b. Melihat, peserta didik dapat mneyerap dan belajar 83% dari penglihatannya.
Melihat berhubungan dengan penginderaan terhadap objek nyata, seperti
peragaa atau demonstrasi. Untuk meningkatkan keaktifan peserta didik
dalam belajar melalui proses mendengar dan melihat, sering digunakan alat
bantu dengar dan pandang, atau yang sering di kenal dengan istilah alat
peraga.
c. Mencium, sebenarnya penginderaan dalam proses belajar bukan hanya
mendengar dan melihat, tetapi meliputi penciuman. Seseorang dapat
memahami perbedaan objek melalui bau yang dapat dicium.
d. Merasa, yang dapat memberi kesan sebagai dasar terjadinya berbagai bentuk
perubahan bentuk tingkah laku bisa juga dirasakan dari benda yang dikecap.
e. Meraba, untuk melengkapi penginderaan, meraba dapat dilakukan untuk
membedakan suatu benda dengan yang lainnya.
f. Mengolah ide, dalam mengolah ide peserta didik melakukan proses berpikir
atau proses kognisi. Dari keterangan yang disampaikan kepadanya, baik
secara lisan maupun secara tulisan, serta dari proses penginderaan yang lain
yang kemudian peserta didik mempersepsi dan menanggapinya. Berdasarkan
tanggapannya, dimungkinkan terbentuk pengetahuan, pemahaman,
kemampuan menerapkan prinsip atau konsep, kemampuan menganalisis,
menarik kesimpulan dan menilai. Inilah bentuk-bentuk perubahan tingkah
laku kognitif yang dapat dicapai dalam proses belajar mengajar.
g. Menyatakan ide, tercapainya kemampuan melakukan proses berpikir yang
kompleks ditunjang oleh kegiatan belajar melalui pernyataan atau
mengekspresikan ide. Ekspresi ide ini dapat diwujudkan melalui kegiatan
diskusi, melakukan eksperimen, atau melalui proses penemuan melalui
kegiatan semacam itu, taraf kemmapuan kognitif yang dicapai lebih baik dan
lebih tinggi dibandingkan dengan hanya sekedar melakukan penginderaan,
apalagi penginderaan yang dilakukan hanya sekedar mendengar semata-
mata.
h. Melakukan latihan: bentuk tingkah laku yang sepatutnya dapat dicapai
melalui proses belajar, di samping tingkah laku kognitif, tingkah laku afektif
(sikap) dan tingkah laku psikomotorik (keterampilan). Untuk meningkatkan
keterampilan tersebut memerlukan latihan-latihan tertentu. Oleh karena itu
kegiatan proses belajar yang tujuannya untuk membentuk tingkah laku
psikomotorik dapat dicapai dengan melalui latihan-latihan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
jenis-jenis kegiatan keaktifan peserta didik dalam proses belajar dapat
dikelompokkan menjadi keaktifan jasmani dan keaktifan rohani, di mana bentuk
dari kedua jenis keaktifan tersebut sangat beragam, diantaranya adalah:
keaktifan panca indera, akal, ingatan, dan emosional.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekatifan Belajar


Belajar merupakan aktifitas yang berlangsung melalui proses, tentunya
tidak terlepas dari pengaruh baik dari dalam individu yang mengalaminya.
Keaktifan belajar peserta didik dalam proses kadang-kadang berjalan lancar,
kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang
dipelajari, dan kadang-kadang terasa amat sulit. Berjalannya proses belajar
mengajar tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor yang sangat berpengaruh
terhadap keaktifan belajar peserta didik.
Muhibbin Syah (2012: 146) mengatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi keaktifan belajar peserta didik dapat digolongkan menjadi tiga
macam, yaitu faktor internal (faktor dari dalam peserta didik), faktor eksternal
(faktor dari luar peserta didik), dan faktor pendekatan belajar (approach to
learning).Secara sederhana faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar
peserta didik tersebut dapat diuraiakan sebagai berikut:
a. Faktor internal peserta didik, merupakan faktor yang berasal dari dalam diri
peserta didik itu sendiri, yang meliputi:
1) Aspek fisiologis, yaitu kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot)
yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya,
dapat mempengaruhi semangat dan intensitas peserta didik dalam
mengikuti pelajaran.
2) Aspek psikologis, belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh
karena itu, semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja
mempengaruhi belajar seseorang. Adapun faktor psikologis peserta didik
yang mempengaruhi keaktifan belajarnya adalah sbegai berikut: (a)
inteligensi, tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ) peserta didik tidak
dapat diragukan lagi dalam menentukan keaktifan dan keberhasilan
belajar peserta didik. Ini bermakna bahwa semakin tinggi tingkat
inteligensinya maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses,
begitu juga sebaliknya; (b) sikap, adalah gejala internal yang berdimensi
afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara
yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik
secara positif maupun negatif; (c) bakat, adalah potensi atau kecakapan
dasar yang dibawa sejak lahir yang berguna untuk mencapai prestasi
sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing; (d)
minat, adalah kecenderungan atau kegairahan yang tinggi atau keinginan
yang besar terhadap sesuatu; dan (e) motivasi, adalah kondisi psikologis
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi
belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk
belajar.
b. Faktor eksternal peserta didik, merupakan faktor dari luar siswa yakni
kondisi lingkungan di sekitar siswa. Adapaun yang termasuk dari faktor
ekstrenal di anataranya adalah: (1) lingkungan sosial, yang meliputi: para
guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas; serta (2) lingkungan
non sosial, yang meliputi: gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat
tinggal keluarga peserta didik dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca
dan waktu belajar yang digunakan peserta didik.
c. Faktor pendekatan belajar, merupakan segala cara atau strategi yang
digunakan peserta didik dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses
pembelajaran materi tertentu.

Hal yang sama dikemukakan oleh Abu Ahmadi (2008: 78) bahwa faktor
yang mempengaruhi keaktifan belajar peserta didik diklasifikasikan menjadi dua
macam, yakni: (1) faktor intern (faktor dari dalam diri manusia itu sendiri) yang
meliputi faktor fisiologis dan psikologi; serta (2) faktor ektern (faktor dari luar
manusia) yang meliputi faktor sosial dan non sosial. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan peserta didik
dalam proses belajar adalah faktor internal (faktor dari dalam peserta didik) dan
faktor eksternal (faktor dari luar peserta didik).
C. HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat
dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut : Penerapan model pembelajaran
inkuiri pada penyambutan dan pendaftaran tamu dapat meningkatkan ketuntasan
belajar siswa kelas XI SMK Triatma Jaya Singaraja Bali.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. SUBJEK PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas (classroom action research) dengan pendekatan yang digunakan
adalah model Kemmis dan Mc Taggart dalam Kasihani Kasbolah (2001: 63-65)
yang berupa model spiral. Dalam penelitian ini peneliti rencana akan menerapkan
siklus untuk melakukan perbaikan pembelajaran dan menggunakan kelas parallel
dalam perbaikan tindakan.
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMK Triatma Jaya Singaraja pada
siswa kelas XI jurusan Akomodasi Perhotelan. Rencana waktu penelitian mulai
bulan Agustus – Oktober 2013 semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.
2. Subyek Penelitian
Pengambilan subjek penelitian didasarkan pada hasil observasi awal dan
kesepakatan guru mata pelajaran menyediakan layanan akomodasi reception
SMK Triatma Jaya Singaraja Bali. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI
SMK Triatma Jaya Singaraja Bali jurusan Akomodasi Perhotelan tahun ajaran
2013/2014 sebanyak 30 siswa yang terdiri dari … siswa laki-laki dan … siswa
perempuan. Pertimbangan digunakannya kelas ini sebagai subjek penelitian
dikarenakan kelas ini memiliki kemampuan psikomotorik yang rendah
dibandingkan dengan kelas lain, serta dalam proses pembelajaran siswa kurang
antusias, sehingga terlihat pasif. Hal ini ditandai dengan kondisi siswa yang
cenderung enggan bertanya kepada guru, meski telah diberi kesempatan
bertanya. Selama proses pembelajaran berlangsung sedikit siswa yang
memperhatikan penjelasan guru, siswa yang lain sibuk mendiskusikan hal-hal di
luar pelajaran.

B. INSTRUMEN PENELITIAN
Teknik pengumpulan data diawali dengan melakukan observasi atau
pengamatan terlebih dahulu sebelum memberikan tindakan. Dengan dasar observasi
yang dilakukan tersebut, kemudian digunakan untuk menentukan setting kelas yang
sesuai. Setelah itu, diberikan tindakan berupa kegiatan pembelajaran dengan acuan
hasil pengamatan tersebut.
Dalam hal ini peneliti mencari data yang dibutuhkan dalam penelitian
tindakan kelas yang benar-benar dibutuhkan dalam penelitian ini. Sumber data yang
digunakan peneliti pada penelitian ini yaitu berasal dari siswa, teman sejawat, guru,
dan dokumen.
Indikator keberhasilan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
ketuntasan belajar siswa yaitu apabila hasil belajar telah di atas nilai KKM yaitu 76.
Pada saat berlangsung pembelajaran, dilakukan pemantauan dan pengamatan siswa
yang dilakukan oleh observer untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa untuk
berpikir kritis dalam mengemukakan pendapat, setelah mendapatkan tindakan
dalam setiap siklus.
1. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memecahkan masalah dalam penelitian diperlukan data yang
relevan dengan permasalahannya, sedangkan untuk mendapatkan data tersebut
perlu digunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (multi
teknik), sehingga dapat diperoleh data yang benar-benar valid dan dapat
dipercaya.
Menurut Wolcott (1992) dalam Sukmadinata (2009) bahwa sebagai
strategi pekerjaan lapangan primer, yaitu pengalaman, pengungkapan, dan
pengujian. Pengalaman (experiencing) dilakukan dalam bentuk observasi atau
pengamatan. Pengungkapan (inquiring) dilakukan dengan melakukan
wawancara serta tes terhadap pihak-pihak yang terkait, dalam hal ini adalah
siswa untuk mendapatkan data yang diperlukan dengan menggunakan bentuk
wawancara formal terstruktur. Pembuktian (examing) dilakukan dengan mencari
bukti-bukti dokumenter. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
a. Observasi
Dalam penelitian ini terdapat dua lembar observasi, yaitu lembar
observasi keaktifan siswa dan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran
inkuiri. Lembar observasi keaktifan siswa difokuskan pada pengamatan
keaktifan siswa selama proses pembelajaran pada mata pelajaran
menyediakan layanan akomodasi reception materi penyambutan dan
pendaftaran tamu. Sedangkan observasi pelaksanaan pembelajaran inkuiri
sebagai pedoman peneliti yang difokuskan pada aktivitas guru dan siswa
selama proses pembelajaran. Dan pengamatan yang belum terdapat pada
pedoman observasi dituliskan pada lembar catatan lapangan.
Catatan observasi dipergunakan untuk mengetahui peningkatan
aktivitas siswa. Lembar observasi ini mengukur seberapa besar keaktifan
siswa dalam pembelajaran. Selain itu, menganalisis lembar kerja siswa
(LKS). Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk meningkatkan
aktivitas siswa dalam proses belajar-mengajar adalah lembar kerja siswa.
LKS disusun sebagai pedoman siswa pada saat melakukan diskusi kelompok
dan untuk mendapatkan data hasil pengamatan siswa pada saat kegiatan
pembelajaran.
Kisi-kisi pelaksanaan pembelajaran inkuiri

No Aspek yang Dinilai Butir

1 Kemampuan mengidentifikasi masalah


2 Penentuan alternative pemecahan masalah
3 Prosedur pemecahan masalah
4 Hasil pemecahan masalah
5 Presentasi kelas

Kisi-kisi Observasi Keaktifan Siswa

No Aspek Butir

1 Keaktifan
2 Kerja sama
3 Menghargai pendapat orang lain
4 Komunikasi
b. Angket
Angket dibagikan dan diisi oleh siswa yang fungsinya untuk
mengetahui respon terhadap pelaksanaan pembelajaran menyediakan
layanan akomodasi reception dengan penerapan model pembelajaran inkuiri.
c. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara bertanya kepada guru dan siswa
mengenai proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
inkuiri.
d. Tes
Teknik tes digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan dan
pemahaman siswa setelah mempelajari menyediakan layanan akomodasi
reception pada materi penyambutan dan pendaftaran tamu dengan
menggunakan model pembelajaran inkuiri. Bentuk tes ini adalah tes
berbentuk permainan dan hasil lembar kerja siswa.

No Indikator No Item

1 Menganalisis kedatangan tamu lebih awal


Menuliskan kembali prosedur melayani tamu
2
tiba lebih awal
Mendemonstrasikan prosedur melayani tamu tiba
3
lebih awal

e. Dokumentasi
Dokumentasi dipergunakan untuk mengambil gambar selama proses
penelitian dengan menggunakan kamera. Selain itu, dokumentasi dalam
penelitian ini diperoleh dari hasil permainan siswa, lembar jawab milik
siswa, lembar observasi, lembar wawancara, dan catatan lapangan.
2. Validitas Instrumen
Validasi dalam penelitian ini adalah dengan menguji validitas tes, mengukur
tingkat kesukaran, dan daya beda soal tes yang digunakan.
C. TEKNIK ANALISIS DATA
Analisis data dilakukan selama melakukan pengumpulan data berlangsung
sampai pada akhir pengumpulan data. Teknik analisis yang digunakan adalah
reduksi data yaitu kegiatan pemilihan data, penyederhanaan data serta transformasi
data kasar dari hasil catatan lapangan. Penyajian data berupa sekumpulan informasi
dalam bentuk tes naratif yang disusun, diatus, dan diringkas, sehingga mudah
dipahami. Hal ini dilakukan secara bertahap kemudian dilakukan penyimpulan
dengan cara diskusi bersama mitra kolaborasi. Untuk menjamin pemantapan dan
kebenaran data yang dikumpulkan dan dicatat dalam penelitian digunakan
triangulasi. Triangulasi diartikan pengumpulan data dan sumber data yang telah ada
(Sugiyono, 2005: 83).
1. Analisis Data Observasi Keaktifan Siswa
Data hasil observasi dianalisis untuk mengetahui keaktifan siswa yang
berpedoman pada lembar observasi keaktifan siswa. Penilaian dilihat dari hasil
skor pada lembar observasi dikualifikasikan untuk menentukan seberapa besar
keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Untuk setiap siklus
persentase diperoleh dari rata-rata persentase keaktifan siswa pada tiap
pertemuan. Data yang berupa data kualitatif berdasarkan hasil pengamatan dan
refleksi menggunakan analisis deskriptif dari tiap-tiap siklus.
2. Analisis Hasil Belajar Siswa
Hasil tes siswa dianalisis untuk menentukan peningkatan ketuntasan
siswa, nilai individu, skor kelompok, dan penghargaan kelompok. Selain itu,
dengan membandingkan hasil belajar dari kondisi sebelum penelitian dengan
hasil belajar pada tiap siklus, sedangkan data yang berupa data kuantitatif berupa
nilai. Data yang diperoleh kemudian dipresentase. Dengan demikian dapat
diketahui sejauh mana peningkatan partisipasi siswa yang diperoleh dalam
pembelajaran. Hasil analisis data kemudian disajikan secara deskriptif.
Untuk mengukur keaktifan siswa, dapat dilihat dari ketuntasan belajar dari
segi proses jika aktivitas belajar siswa sudah dikategorikan baik (sudah mendapat
nilai minimal 70). Untuk mengukur ketuntasan belajar siswa dari segi hasil, dilihat
dari hasil ulangan harian pada siklus I dan II. Siswa dianggap tuntas jika telah
memperoleh nilai akhir minimal 70.
D. RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (Clasroom
Action Research). Penelitian Tindakan Kelas adalah salah satu jenis penelitian
tindakan yang dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di
kelasnya (Suhardjono, 2009: 12). Model ini dipilih didasarkan pada tujuan
penelitian yang ingin dicapai, yaitu penerapan model pembelajaran inkuiri pada
pembelajaran penyambutan dan pendaftaran tamu untuk meningkatkan keaktifan
belajar siswa SMK Triatma Jaya Singaraja Bali. Penelitian tindakan ini
menghendaki adanya pelaksanaan pembelajaran menjadi lebih baik, yang meliputi
proses pembelajaran maupun hasil dari pembelajaran tersebut. Lebih lanjut
Suhardjono (2009: 63) mengemukakan bahwa salah satu cirri khas PTK adalah
adanya kolaborasi (kerja sama) antara praktisi (guru) den peneliti dalam
pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan yang
akhirnya melahirkan kesamaan tindakan (action). Dalam pelaksanaan tindakan di
dalam kelas, maka kerja sama (kolaborasi) antara guru dengan peneliti menjadi hal
yang sangat penting, melalui kerja sama secara bersama menggali dan mengkaji
permasalahan nyata yang dihadapi guru dan siswa di sekolah. Penelitian ini akan
melibatkan satu orang guru mata pelajaran menyediakan layanan akomodasi
reception kelas XI Akomodasi Perhotelan dan peneliti sebagai observer. Berikut
pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan dua kali siklus.
1. Siklus I
a. Perencanaan
Tahap perencanaan tindakan terdiri dari tahapan sebagai berikut :
1) Mempersiapkan silabus dan menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran, handout, lembar kerja siswa yang mencakup rumusan
tujuan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri.
2) Mempersiapkan instrument penelitian yaitu lembar
observasi/pengamatan pelaksanaan dengan model inkuiri, dan soal pre
test post test, dan lembar keaktifan siswa.
3) Menyusun kelompok diskusi secara heterogen.
b. Tindakan
Pada tahap ini guru melaksanakan kegiatan dengan model
pembelajaran inkuiri sesuai dengan RPP yang telah disiapkan. Rencana
pelaksanaan ini terdiri dari satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 8 x 45
menit. Pertemuan pertama menerapkan empat langkah awal dari model
pembelajaran inkuiri yaitu orientasi masalah, mengajukan masalah,
mengajukan hipotesis, dan mengumpulkan data. Sementara pertemuan
kedua merupakan kelanjutan dari pertemuan pertama dengan menerapkan
langkah selanjutnya dari model pembelajaran inkuiri yaitu menguji hipotesis
dengan penyajian diskusi yang berupa presentasi dan merumuskan
kesimpulan. Berikut ini langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini :
1) Pendahuluan
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan
apersepsi dan motivasi kepada siswa dalam mempelajari penyambutan
dan pendaftaran tamu yang datang lebih awal.

2) Kegiatan inti
a) Guru menunjukkan kepada siswa status rak kamar untuk satu
kamar,dan memberikan kasus kepada siswa yang berhubungan
dengan kamar tersebut.
b) Guru mengajukan permasalahan tentang permasalahan pada tamu
yang datang lebih awal dari waktu check out tamu yang terlebih
dahulu ada di kamar yang sama kepada siswa.
c) Siswa diminta untuk menganalisis permasalahan.
d) Siswa memperkirakan teori-teori tentang prosedur penyambutan dan
pendaftaran tamu berdasarkan hasil pengamatannya di dalam kelas
maupun luar kelas, serta teori yang sudah dipelajari sebelumnya.
e) Guru meminta siswa untuk mengumpulkan materi tentang cara
menangani tamu tiba lebih awal dari waktu check out tamu yang
terlebih dahulu ada di kamar yang sama sesuai kelompoknya.
f) Siswa membuktikan perkiraan jawaban mereka sesuai dengan materi
yang telah mereka dapatkan.
g) Siswa menyimpulkan hasil pengujian hipotesis.
h) Mempresentasikan hasil inkuiri dan mensimulasikannya di depan
kelas secara berkelompok.
3) Penutup
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang telah
berhasil mencapai criteria keberhasilan tertentu.
c. Observasi
Selama berlangsungnya proses pembelajaran, akan dilakukan
monitoring dan perekaman tindakan yang dilakukan dengan cara melakukan
observasi proses pembelajaran serta aktivitas siswa dan guru selama
pelaksanaan pembelajaran dan melakukan observasi sesuai dengan
perangkat yang telah disiapkan. Selain itu, mencatat kejadian-kejadian yang
tidak terdapat dalam lembar observasi dengan membuat lembar catatan
lapangan.

d. Refleksi
Pada tahap ini peneliti bersama guru melakukan evaluasi jalannya
proses pembelajaran selama tindakan pada siklus I. Refleksi hasil yang
didapat dalam tahap pengamatan dikumpulkan dan dianalisis. Hasil analisis
data yang dilaksanakan pada tahap ini akan digunakan sebagai acuan atau
bahan pertimbangan untuk merencanakan siklus selanjutnya. Jika hasil yang
diharapkan belum tercapai, maka dilakukan perbaikan yang dilaksanakan
pada siklus II. Dasar yang digunakan untuk melakukan analisis adalah :
1) Apakah proses pembelajaran sudah sesuai dengan rencana tindakan?
2) Masalah-masalah apa saja yang ada dan mempengaruhi jalannya
pelaksanaan tindakan yang perlu diatasi atau diperbaiki?
Hasil refleksi ini kemudian didiskusikan dengan guru untuk kemudian
digunakan untuk memperbaiki pelaksanaan tindakan pada siklus II.
2. Siklus II
Langkah-langkah pada siklus II pada dasarnya sama dengan yang
dilakukan pada siklus I, kegiatannya dirancang berdasarkan hasil refleksi dari
siklus I. Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan setelah mempelajari hasil
refleksi pada tahap siklus I yaitu bagaimana hasilnya, apa penyebabnya, dan apa
yang harus dilakukan selanjutnya. Hal ini dilakukan supaya pada siklus II dapat
dilaksanakan tindakan yang lebih efektif.
a. Rencana
Perencanaan pada siklus ini didasarkan pada refleksi siklus I. Dari
refleksi tersebut didapatkan kekurangan-kekurangan atau masalah yang
muncul dan belum teratasi pada siklus I. Oleh karena itu, tahap perencanaan
siklus II ini mengarah ke perbaikan dan upaya untuk mencari solusi masalah
dari kekurangan-kekurangan siklus sebelumnya. Perencanaan tindakan
terdiri dari tahapan sebagai berikut:
1) Membuat rencana pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran inkuiri pada pertemuan ketiga dan keempat.
2) Mempersiapkan instrument penelitian yaitu LKS, lembar observasi
kemampuan berpikir kritis dan soal pre test post test.

b. Tindakan
Tindakan akan dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang
dikembangkan berdasarkan hasil refleksi siklus I. Pada tahap ini dilakukan
perbaikan dari kekurangan yang terjadi pada siklus I yang diharapkan dapat
memperbaiki dan meningkatkan proses maupun hasil pembelajaran.
Kegiatan pada siklus II dimaksudkan sebagai hasil refleksi dan perbaikan
terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. Tahapannya mengikuti
pada tahapan siklus I.
c. Observasi
Selama berlangsungnya proses pembelajaran dilakukan monitoring
dan perekaman tindakan yang dilakukan dengan cara melakukan observasi
selama pelajaran berlangsung dan melakukan observasi sesuai dengan
format yang telah disiapkan.
d. Refleksi
Seluruh data baik data kualitatif maupun data kuantitatif yang
diperoleh dianalisis dan diolah. Hasil refleksi siklus II ini selanjutnya akan
dibandingkan dengan hasil refleksi I untuk mengetahui apakah terjadi
peningkatan atau tidak dan untuk menentukan tindakan siklus selanjutnya
jika dimungkinkan.

Anda mungkin juga menyukai