46 136 1 PB
46 136 1 PB
ABSTRAK
Latar Belakang : Tipoid abdominalis adalah suatu penyakit infeksi yang ditularkan melalui
makanan dan minuman yang terkontaminasi kuman Salmonella typhoid, penyakit tipoid
abdominalis biasanya menyerang saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari seminggu.
WTS merupakan kombinasi teknik blok dengan seka. Teknik ini menggunakan kompres blok tidak
hanya di satu tempat saja, melainkan langsung dibeberapa tempat yang memiliki pembuluh darah
besar. Tujuan : menggambarkan penerapan WTS pada An. Z yang mengalami demam pada tipoid
abdominalis. Metode : penelitian ini menggunakan metode studi kasus, partisipan adalah 1 orang
anak yang menderita tipoid abdominalis. Hasil :Tindakan yang di lakukan selama 2x20 menit, anak
kooperatif,tetapi suhu belum turun kemudian dilakukan kompres ulang suhu turun menjadi 37’6oC.
Simpulan : Kompres WTS efektif menurunkan demam pada pasien tipoid abdominalis dari 39oC
menjadi 37’6oC. Terjadi penurunan sebesar 1’4oC.
ABSTRACT
Background : Typoid abdominalis is an infectious disease that is transmitted through food and
drink contaminated withgerms Salmonella typhoid, abdominal typoid disease usually attacks the
digestive tract with symptoms of fever for more than a week. WTS is a combination of block and
wipe techniques. This technique uses compress blocks not only in one place, but directly in several
places that have large blood vessels. Objective : describe the application of WTS to An. Z who has
a fever in typoid abdominal. Methods : this study used a case study method, participants were 1
child who suffered from abdominal typoid. Results : Measures taken for 2x20 minutes, the child
was cooperative, but the temperature had not dropped then the compress was re-done the
temperature dropped to 37'6 C. Conclusion : WTS compress effectively reduced fever in abdominal
o
WTS merupakan kombinasi teknik blok ada penurunan nilai rata-rata suhu tubuh
dengan seka. Teknik ini menggunakan sebesar 1’40C setelah diberikan WTS.
kompres blok tidak hanya di satu tempat saja, Berdasarkan studi pendahuluan yang
melainkan langsung dibeberapa tempat yang dilakukan pada tanggal 7 Juni 2018 di ruang
memiliki pembuluh darah besar. Selain itu FlamboyanRS Tk. II.04.05.01 dr. Soedjono
masih ada perlakuan tambahan yaitu dengan Magelang, penatalaksanaan demam pada anak
memberikan seka di beberapa area tubuh dengan terapi farmakologi dan non
sehingga perlakuan yang diterapkan terhadap farmakologi. Terapi farmakologi dengan
klien pada teknik ini akan semakin komplek pemberian antipiretik atau penurun panas
dan rumit dibandingkan dengan tekhnik lain sedangkan terapi non farmakologi dengan
namun dengan kompres blok langsung melakukan kompres hangat. An. Z yang
diberbagai tempat ini akan memfasilitasi dirawat sejak tanggal 06 Juni 2018 dengan
penyampaian sinyal ke hipotalamus dengan diagnosa medis tipoid abdominalis yang
lebih gencar. Selain itu pemberian seka akan mengalami demam, demam dirasakan terus
mempercepat pelebaran pembuluh darah menerus dan meningkat pada sore dan malam
perifer memfasilitasi perpindahan panas dari hari dan demam turun pada pagi hari. Tujuan
tubuh kelingkungan sekitar sehingga dari jurnal ilmiah ini adalah untuk mengetahui
mempercepat penurunan suhu tubuh (Reiga, pengaruh pemberian kompres WTS terhadap
2010). penurunan suhu tubuh pada pasien anak
Penelitian Setiawati (2008) rata-rata dengan tipoid abdominalis di ruang
penurunan suhu tubuh pada anak hipertermia Flamboyan RS Tk. II.04.05.01 dr.
yang mendapatkan terapi antipiretik ditambah Soedjono Magelang.
WTS sebesar 0’530C dalam waktu 30 menit,
Metode
sedangkan yang mendapat terapi WTS saja
Pengumpulan data dilakukan melalui
rata-rata penurunan suhu tubuhnya sebesar
wawancara terstruktur dan tidak terstruktur
0’970C dalam waktu 60 menit. Maling, dkk
pada subyek atau keluarganya, observasi,
(2012) menyatakan rata-rata suhu tubuh
pengukuran dan pemeriksaan yang dilakukan
sebelum diberikan WTS sebesar 38’50C
pada subjek, studi dokumentasi.
dengan standar deviasi 0’40C, nilai rata-rata
1. Melakukan kontrak dengan pasien dan
setelah diberikan WTS sebesar 37’10C dengan
keluarga. An. Z dan keluarga bersedia
standar devisiasi 0’50C sehingga diketahui
dijadikan sebagai responden dalam
23
penelitian. An. Z dan keluarga setuju SOP kompres WTS menurut Pemerintah
untuk dilakukan tindakan kompres WTS Provinsi Jawa Tengah Dinas Kesehatan.
untuk menurunkan demam. SOP terlampir
2. Melakukan pengkajian pada An. Z dan 5. Tindakan terakhir adalah melakukan
keluarga. Pengkajian pada An. Z dan evaluasi dan dokumentasi tindakan
keluarga diperoleh dari : keperawatan yang diberikan pada An. Z.
a. Catatan medis
Berdasarkan catatan medis An. Z Hasil
diperoleh data tentang identitas An. Z, Pada bab ini menguraikan paparan
keluhan utama, riwayat kesehatan kasus yang diperoleh sesuai fokus penelitian
sekarang dan dahulu, riwayat yang dilakukan di ruang Flamboyan RS
perkembangan anak, hasil Tk.II.04.05.01 dr. Soedjono Magelang, pada
laboratorium dan terapi dokter. tanggal 07 Juni 2018. Hasil penelitian ini
b. Pemeriksaan fisik diperoleh dengan menggunakan metode
Pemeriksaan fisik yang dilakukan alloanamnesa atau pengkajian dengan melihat
pada An. Z yang menderita tipoid berdasarkan data dalam rekam medis klien,
abdominalis dengan keluhan demam, observasi, dan pemeriksaan fisik dan
yaitu melakukan pengukuran suhu Pengkajian dilakukan dengan metode
tubuh An. Z menggunakan autoanamnesa atau pengkajian yang
thermometer air raksa. dilakukan dengan wawancara langsung
3. Setelah didapatkan data pengkajian kepada klien. Prinsip dari penulisan ini
kemudian dilakukan analisa data dan dengan memperhatikan teori proses
penegakan diagnosa keperawatan. keperawatan yang terdiri dari tahap
4. Perencanaan keperawatan pengkajian, diagnosa keperawatan yang
Rencana keperawatan yang diberikan menjadi prioritas, perencanaan, pelaksanaan,
pada An. Z dengan diagnosa hipertermi dan evaluasi tindakan keperawatan untuk
berhubungan proses penyakit yang masalah yang menjadi prioritas.
dilakukan penulis yaitu memberikan 1. Pengkajian fokus
kompres WTS, rasionalnya untuk a. Biodata
menurunkan demam pada An. Z. Biodata pasien bernama An. Z berusia
instrument yang digunakan penulis yaitu 3 tahun 10 hari, lahir pada tanggal 26
24
teratasi, P : intervensi kompres WTS kembali sakit ataupun jika ada anggota
dilanjutkan. keluarga lain yang mengalami gangguan
Hasil evaluasi pada tanggal 07 Juni hipertermi.
2018 jam 12:35 WIB di dapatkan data S : Alasan pemberian kompres WTS
ibu An. Z mengatakan demam menurun pada An. Z yaitu karena An. Z mengalami
sedikit, O : An. Z tampak rileks, demam akibat tipoid abdominalis. Efendi
kooperatif, suhu tubuh 37’6oC, A : masalah (2012) menjelaskan pemberian seka
hipertermi belum teratasi, P : lanjutkan dengan air hangat akan mempercepat
intervensi dengan pemberian obat pelebaran pembuluh darah perifer yang
antipiretik. akan memfasilitasi perpindahan panas dari
tubuh ke lingkungan sekitar dan
Pembahasan mempercepat penurunan suhu tubuh, suhu
1. Teknik kompres WTS tubuh akan menurun secara bertahap
WTS adalah sebuah tekhnik kompres sampai dengan keadaan suhu tubuh
hangat yang menggabungkan teknik kembali normal, sehingga memberikan
kompres blok pada pembuluh darah keuntungan kepada pasien untuk
supervisial dengan tekhnik seka. Kompres beradaptasi dengan suhu lingkungan
WTS ini hampir sama dengan dengan sekitar agar suhu tubuh pasien tetap stabil.
kompres air hangat biasa, yaitu Hal ini dibuktikan dengan pengukuran
mengompres pada lima titik (leher, 2 suhu tubuh sebelum dilakukan kompres
ketiak, 2 pangkal paha) ditambah menyeka WTS dan sesudah dilakukan kompres
bagian perut dan dada atau diseluruh badan WTS dapat turun 1’1oC.
dengan kain. Basahi lagi kain bila kering 2. Hasil pemberian tindakan kompres WTS
(Alves, 2008). Pada An. Z setelah dilakukan
Tindakan kompres WTS ini tindakan kompres WTS selama 2x 20
didemonstrasikan kepada An. Z dan menit didapatkan hasil demam berkurang
keluarga, keluarga diminta melihat dan dari 39oC menjadi 37’6oC. Suhu 37’6oC
membantu menenangkan pasien agar tidak belum bisa mencapai suhu normal karena
menangis, diharapkan tindakan kompres belum mencapai 37’2oC, tetapi terapi WTS
WTS dapat dilakukan oleh keluarga dan ini sudah menurunkan suhu sebanyak
menerapkannya di rumah jika pasien 1,4oC.
27
Hamid. Ali. Mohammad. (2011). Keefektifan Nuratif .A.H. dan Kusuma. H. (2015).
Kompres Tepid Sponge yang APLIKASI Asuhan Keperawatan
Dilakukan Ibu Dalam Menurunkan Berdasarkan Diagnosa Medis &
Demam pada Anak di Puskesmas NANDA NIC-NOC .Jogjakarta
Mumbulsari Kabupaten Jember. Tesis. :MediAction.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Oswari, E. 2009. Bedah dan Keperawatan.
Jakarta : PT Gramedia.
Isnaeni, Memed. (2014). Efektifitas
Penurunan Suhu Tubuh antara SjaifoellahNoer, 2008. Buku Ajar Ilmu
Kompres Hangat dan Water Tepid Penyakit Dalam,Jilid 1 Edisi 3 Jakarta
Sponge pada Pasien Anak Usia 6 : FKUI.
Bulan – 3 Tahun dengan Demam di
Puskesmas Karta sura Sukoharjo. Sodikin. (2012). Prinsip Perawatan Demam
Skripsi. Surakarta: Universitas Pada Anak. Yogyakarta: Pustaka
Muhammadiyah Surakarta Fakultas Belajar.
Ilmu Kesehatan.
Reiga, Celso Garcia De La. 2010. Espanol.
Malling, B., Haryani, S., &Arif, S. (2012). Kessinger Publising.
Pengaruh Kompres Tepid Sponge
Hangat terhadap Penurunan Suhu Wardiyah, M., Setiawati, Setiawan., D.
Tubuh pada Anak Umur 1-10 tahun (2015). Perbandingan Efektifitas
dengan Hipertermia di RSUD Pemberian Kompres Hangat dan
Tugurejo Semarang. Jurnal Penelitian Tepid Sponge terhadap Penurunan
Kesehatan. Vol 7. No 2. Semarang. Suhu Tubuh Anak yang Mengalami
Demam RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Maryuani, Anik, (2010), Ilmu Kesehatan Provinsi Lampung. Jurnal Ilmu
Anak Dalam Kebidanan, EGC: Keperawatan. Volume 4, No 1 Mei
Jakarta. 2016. Lampung.
Munadhiroh. 2014. Hubungan Tingkat Sosial Widagdo.2012. Masalah dan Tata laksana
Ekonomi dan Pengetahuan Gizi Penyakit Dengan Demam. Jakarta:
dengan Status Kadarzi di Desa Subah, Sagung Seto.
Kecamatan Subah, Kabupaten
Batang.Jurusan Kesehatan Masyarakat
UNES Semarang.