Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH AKUNTANSI SYARIAH

Tentang
KONSEP AKUNTANSI DALAM
ISLAM, TUJUAN SYARIAH DAN SISTEM EKONOMI

Dosen Pembimbing :
Heru Aulia Azman, Ph.D

Oleh :
Mairizal NIM : 30115005
Desi Widia Sari NIM : 30115009

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


PASCA SARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
BUKITTINGGI
2015

0
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Melihat Perkembangan zaman yang penuh dengan era informasi dan


teknologi yang semakin menyatu dengan kehidupan manusia pada umumnya,
maka perlu di kembangkan system akutansi yang relevan dengan
perkembangan zaman dan tidak keluar dari nilai-nilai syariah islam dan perlu
untuk di pertahankan. Dalam beberapa tahun terakhir ini, dunia akutansi di
gemparkan oleh beberapa kasus di luar konsep akutansi yang ada dan
merugikan banyak pihak. Keberadaan akutansi konvensional yang beraliansi
komunis dan sosialis di adopsi dari nilai-nilai barat sejak bebearapa abad
silam.
Untuk mengikuti perkembangan zaman dalam dunia akutansi dan nilai-
nilai syariah islam agar tetap kokoh, maka perlu di kembangkan akutansi
syariah dalam mengatasi permasalahan yang dalam perkembangannya
mengalami banyak hambatan dan tantangan. Dengan adanya akutansi syariah
maka menjadi salah satu pendobrak system ekonomi kapitalis, dimana banyak
di antara mereka yang percaya dengan system yang ada dalam dunia islam
yaitu system syariah salah satunya system akutansi syariah.
System akutansi syariah sendiri memiliki prinsip-prinsip dan ciri-ciri
khusus tersendiri dalam aplikasi akutansi di lembaga keuangan syariah dan
selalu mengutamakan nilai-nilai syariah islam yang berlandaskan Al-Qur’an.
Al-Qur’an sendiri banyak menyinggung tentang perlakuan dan aplikasi
akutansi secara wajar, benar dan akurat. Sehingga kedepannya di harapkan
dengan adanya akutansi syariah dapat meningkatkan kualitas sebagai
pengendali keuangan perusahaan dan yang lembaga keuangan lainnya
sehingga berdampak pada terciptanya masyarakat yang adil dan makmur.

1
B. Rumuskan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Islam
2. Tujuan Syariah
3. Sistem Ekonomi
4. Teknik Pencatatan di Jazirah Arab sebelum dan sesudah Islam
5. Dasar-dasar Akuntansi dalam Al-Qur’an dan Hadist

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami :
1. Teknik pencatatan di Jazirah Arab sebelum dan sesudah turunnya al-
Quran
2. Konsep-konsep akuntansi (pengakuan/pengukuran dan pencatatan) dalam
Al-Quran dan Hadist

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Islam
a. Makna Islam
Menurut bahasa kata islam berasal dari kata asalama, yuslimu,
islaman, yang artinya tunduk dan patuh, menurut terminologi yang
digambarkan oleh Nabi Muhammad saw dalam sabda beliau :

“Islam adalah bahwasanya engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada


Tuhan selain Allah dan bahwa sesungguhnya Muhammad adalah utusan
Allah, engkau menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan
shaum Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji ke Baitullah jika engkau
berkemampuan melaksanakannya.” (HR Muslim)

Inti dari ajaran para nabi adalah tauhid, yaitu tindakan mengesakan
Allah ( Tauhidullah ) disertai sikap pasrah, tunduk dan patuh kepada
Allah, sebagai syarat mutlak bagi seorang untuk disebut sebagai seorang
mukmin. Tanpa sikap itu maka dia masih disebut kafir. Iblis misalnya,
meskipun ia mengakui Allah sebagai satu-satunya Tuhan, tetapi karena ia
membangkang, maka dalam Al-Quran dia disebut sebagai kafir. Al-
Baqarah Ayat 34 yang berbunyi :

       


    

Artinya :

3
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: "Sujudlah 1
kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis, ia enggan dan
takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.

Menurut islam, hidup dan kehidupan manusia didunia adalah bagian


kecil dari perjalanan panjangnya menuju Allah. Kehidupan manusia
setelah diciptakan oleh Allah dimulai dari alam roh dan kemudian
dilanjutkan di alam rahim ibu. Manusia kemudian lahir dan mulai hidup
serta berkehidupan di alam dunia, sampai dia meninggal. Namun
demikian, kematian bukanlah akhir perjalanan manusia, tetapi awal
perjalanan di alam kubur yang kemudian dilanjutkan di alam akhirat yang
kekal abadi menuju Allah.

b. Dasar Ajaran Islam


a. Aqidah
Aqidah adalah keyakinan yang mendasari seluruh aktivitas muslim.
Ibarat bangunan dimana aqidah adalah pondasinya. Ajaran Islam
berisikan tentang apa saja yang mesti dipercayai, diyakini, dan diimani
oleh setiap muslim. Karena agama Islam bersumber kepada
kepercayaan dan keimanan kepada Allah swt, maka aqidah merupakan
sistem kepercayaaan yang mengikat manusia kepada Islam. Seorang
manusia disebut muslim jika dengan penuh kesadaran dan ketulusan
bersedia terikat dengan sistem kepercayaan Islam. Karena itu, aqidah
merupakan ikatan dan simpul dasar dalam Islam yang pertama dan
utama.

Aqidah dibangun atas enam dasar keimanan yang disebut Rukun


Iman. Rukun iman meliputi : iman kepada Allah swt, para malaikat,

1
Sujud di sini berarti menghormati dan memuliakan Adam, bukanlah berarti sujud
memperhambakan diri, karena sujud memperhambakan diri itu hanyalah semata-mata kepada
Allah

4
kitab – kitab, para Rasul, hari akhir, dan Qodlo dan Qodar. Allah
berfirman dalam QS.An-Nisa’, ayat 136 .

      


          
      
    
Artinya :
Wahai orang yang beriman, tetaplah beriman kepaada Allah dan Rasul-
Nya dan kepada kitab yang diturunkan kepada rasul-Nya serta kitab
yang diturunkan sebelumnya. Barang siapa ingkar kepada Allah,
malaikat-Nya, kitab-Nya, Rasul-Nya, hari Kemudian, maka
sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh- jauhnya

b. Syariah
Syariah dalam kosa kata arab berarti jalan yang lurus, dengan
pengertian luasnya adalah sebuah aturan yang mengatur kehidupan
manusia dalam rangka pengabdiannya kepada Allah. Syariah bersifat
komprehensif dan universal, Universal berarti bahwa islam
diperuntukkan bagi seluruh umat manusia di muka bumi dan dapat
diterapkan dalam setiap waktu dan tempat sampai akhir zaman.
Komprehensif artinya bahwa islam mempunyai ajaran yang lengkap
dan sempurna (syumul).2 Ada 2 pembagian ibadah manusia dalam
syariah, yaitu :

 Ibadah mahdah, yaitu aturan yang mengikat manusia dalam


urusannya dengan tuhannya, dimana yang dapat dilakukan adalah
segala sesuatu yang ada perintahnya untuk dilakukan
 Muamalah, yaitu segala aktifitas manusia yang berhubungan
dengan manusia lain, makhluk lainnya termasuk alam semesta.
2
Mohamad Hidayat, An Introduction to The Sharia Economic (Jakarta : Zikrul Hakim, 2010)
hal. 9

5
Hukum ibadah muamalah adalah boleh kecuali untuk hal-hal yang
dilarang.

Adanya aturan mu’amalah ini membuktikan bahwa Islam tidak


meninggalkan urusan dunia, bahkan tidak pula melakukan pemisahan
terhadap persoalan dunia maupuu akhirat. Bagi Islam, ibadah yang
diwajibkan Allah atas hambanya bukan sekedar bersifat formal belaka,
melainkan disuruhnya agar semua aktivitas hidup dijalankan manusia
hendaknya bernilai ibadah. Ajaran ini sesuai dengan ajaran Islam
tentang tujuan diciptakannya manusia supaya beribadah. Allah
berfirman dalam QS. Az-Zarariyat, ayat 56

     

Artinya :
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.

c. Akhlaq
Akhlaq berisi ajaran tentang perilaku atau sopan santun. Akhlaq
maupun syari’ah pada dasarnya membahas perilaku manusia, tetapi
yang berbeda di antaranya adalah objeknya. Syariah melihat perbuatan
manusia dari segi hukum yaitu : wajib, sunah, mubah, makruh, dan
haram. Sedangkan akhlaq melihat perbuatan manusia dari segi nilai /
etika, yaitu perbuatan baik ataupun buruk. Akhlaq memiliki spektrum
yang luas, mulai sikap terhadap dirinya sendiri , orang lain, dan
makhluk lain, serta terhadap Allah SWT.

B. Tujuan Syariah

6
Menurut bahasa Arab, syariah berarti jalan yang ditempuh atau garis
yang seharusnya dilalui, menurut terminologi syariah adalah pokok-pokok
atau aturan hukum yang digariskan oleh Allah SWT untuk dipatuhi dan
dilalui oleh seorang muslim dalam menjalani segala aktifitas hidupnya
(ibadah) di dunia. Jadi syariah adalah ketentuan-ketentuan agama yang
merupakan pegangan bagi manusia di dalam hidupnya dalam rangka
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Syariah Islam adalah tata cara
pengaturan tentang perilaku hidup manusia untuk mencapai keridhoan Allah
SWT.
Ada 5 hal yang hendak dijaga oleh tujuan syariah bagi manusia
menyangkut 5 hal penting, berupa 3:
1. Menjaga jiwa (nafs)
2. Normalitas akal (‘aql)
3. Kelestarian keturunan (nasl)
4. Menjaga harta (maal)
5. Memelihara agama (din)

C. Sistem Ekonomi Islam


Secara sederhana bisa dikatakan, bahwa sistem ekonomi Islam adalah
suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada ajaran dan nilai-nilai Islam.
Sumber dari keseluruhan nilai tersebut sudah tentu Al-Quran dan Hadist.
Nilai-nilai sistem ekonomi Islam ini merupakan bagian integral dari
keseluruhan ajaran Islam yang komperhensif dan telah dinyatakan Allah SWT
sebagai ajaran yang sempurna.
Karena didasarkan pada nilai-nilai Ilahiah, sistem ekonomi Islam tentu
saja akan berbeda dengan sistem ekonomi kapitalis yang didasarkan pada
ajaran kapitalisme, dan juga berbeda dengan sistem ekonomi sosialis yang
didasarkan pada ajaran sosialisme. Memang, dalam beberapa hal, sistem
ekonomi Islam merupakan kompromi antara kedua sistem tersebut, namun

3
Ibid hal. 45

7
dalam banyak hal sistem ekonomi Islam berbeda sama sekali dengan kedua
sistem tersebut. Sistem ekonomi Islam memiliki sifat-sifat baik dari
kapitalisme dan sosialisme, namun terlepas dari sifat buruknya. Sistem
ekonomi yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW ini mempunyai beberapa
prinsip dasar yaitu :4
a. Kebebasan individu
Individu memiliki hak kebesan sepenuhnya untuk berpendapat atau
membuat suatu keputusan ang dianggap perlu dalam sebuah Negara.
Namun kebebasan individu dalam islam bukanlah kebebasan mutlak,
tidak sama dengan kebebasan individu dalam sistem kapitalis, namun
kebebasan yang diiringi oleh nilai-nilai syariat yang harus dipenuhi.
b. Hak terhadap harta
Islam mengakui hak individu untuk memiliki harta dan
memanfaatkannya namun juga hak ini diiringi dengan kewajiban untuk
mengeluarkan hak-hak orang lain melalui kewajiban zakat.
c. Ketidaksamaan ekonomi dalam batas yabg wajar
Adanya orang kaya dan miskin dalam kehidupan merupakan sunatullah,
namun perbedaan itu dijembatani oleh kewajiban zakat, dimana orang-
orang kaya mempunyai kewajiban untuk menyerahkan sebagian hartanya
kepada orang miskin, dalam jumlah yang sudah ditentukan dalam syariat
islam.

d. Kesamaan sosial
Dalam islam tidak menganjurkan kesamaan ekonomi tapi mendukung
kesamaan social, setiap orang berhak mendapatkan kesempatan yang
sama dalam hal apapun dalam bernegara.
e. Distribusi kekayaan secara meluas

4
Rozalinda, Ekonomi Islam Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas ekonomi (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2014) hal. 23

8
Sistem ekonomi islam melarang menumpuk kekayaan secara berlebihan
baik pada individu maupun pada kelompok tertentu.
f. Kesejahteraan individu dan masyarakat
Islam mengakui kesejahteraan individu dan kesejahteraan masyarakat
yang saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya, bukan saling
bersaing dan bertentangan antara mereka. Setiap individu dibebaskan
menikmati kekeayaannya tanpa mengenyampingkan kepentingan
masyarakat.

D. Sejarah Akuntansi Syariah


Lahirnya akuntansi syariah ini sangat terkait dengan kondisi objektif yang
melingkupi umat islam secara khusus dan masyarakat dunia secara umum.
Kondisi tersebut meliputi : norma agama, kontribusi umat islam pada masa
lalu, sistem ekonomi kapitalis yang berlaku dan perkembangan pemikiran 5.
a. Norma Agama
Perintah Allah untuk melakukan pencatatn terhadap segala transaksi yang
dilakukan, yang tertuang dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 282,
telah memebrikan dorongan kuta bagi umat islam untuk menggunakan
akuntansi dalam setiap transaksi bisnisnya. Dan juga ayat tentang
kewajiban zakat pada Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 103 yang
berisikan perintah, dimana setiap umat islam yang hartanya telah cukup
hitungannya, wajib untuk mengeluarkan sebagian hartanya tersebut untuk
orang lain yang berhak menerimanya, mau tidak mau mendorong umat
islam untuk melakukan pencatatan atas usaha dan bisnisnya.
Dalam dunia nyata tradisi islam dalam mengimplementasikan ayat-ayat
tersebut telah mampu menciptakan budaya akuntansi baik dalam tingkat
individu maupun Negara.
b. Kontribusi umat islam pada masa lalu

5
Triyuwono. Iwan, Akuntansi Syariah :Prspektif, Metodologi dan Teori. (Jakarta : Rajawali Pers,
2012) hal.20

9
Perkembangan akuntansi tidak bisa terlepas dari pengukuran yang ditulis
dalam bentuk angka-angka, yang dikenal sebagai angka Arab-Hindu.
Angka Arab-Hindu merupak sintesis dari budaya Arab dan budaya
Hindu. Dalam budaya Hindu, angka hanya 1 sampai dengan 9, namun
ada juga yang mengatakan bahwa sudah ada symbol 0(nol) namun belum
memiliki makna, dan orang islam lah yang menemukan dan
memfungsikan angka nol sehingga melengkapi bagian dari angka Arab-
Hindu sehingga dapat dilakukan penambahan dan pengurangan dalam
kalkulasi.
c. Sistem ekonomi kapitalis yang berlaku
Akuntansi modern tidak terlepas dari pengaruh kapitalisme yang semakin
kuat. Sistem kapitalis selalu beradaptasi dan adopsi terhadap pemimiran-
pemikiran diluar dirinya sehingga selalu adaptif dan sesuai dengan zaman
dan diterima oleh masyarakat luas, namun karakter utama kapitalis ini
tetap dominan, dan dimana jika diluar batas yang normal, akan bersifat
destruktif bagi kehidupan social dan alam, sehingga dibutuhkan
pemikiran-pemikiaran penyeimbang agar masyarakat tidak terjebak
dalam jaring kapitalisme. Dan pemikiran ekonomi islam dan akuntansi
syariah merupakan pemicu untuk melakukan perubahan tersebut.
d. Perkembangan pemikiran
Semakin berkembangnya dunia ilmu pengetahuan islam yang
membangkitkan dan merekonstruksi ilmu pengetahuan yang
berlandaskan tauhid. Telah banyak lembaga-lembaga yang didirikan
untuk mengkaji tentang akuntansi dalam perspektif islam baik di Negara-
negara islam maupun di Negara-negara non islam.
Faktor-faktor ini mempunyai pengaruh besar bagi munculnya wacana
akuntansi dengan paradigm syariah, baik pada tatanan konsep maupun
praktik6.

6
Ibid, hal. 26

10
E. Teknik pencatatan dijazirah Arab sebelum dan sesudah turunnya al-
Quran
a. Teknik pencatatan dijazirah Arab sebelum turunnya Al-Qur’an
Dari studi sejarah peradaban arab sebelum islam, Nampak sekali
betapa besarnya perhatian bangsa arab terhadap akutansi. Hal ini dapat di
lihat dari usaha setiap pedagang Arab dalam hal mengetahui dan
menghitung barang dagangannya, sejak mulai berangkat dan pulang
kembali.7 Hitungan ini dilakukan untuk mengetahui perubahan pada
keuangan mereka. Setelah berkembangnya negri, bertambahnya kabilah-
kabilah, masuknya imigran-imigran dari Negara tetangga dan
berkembangnya perdagangan serta timbulnya usaha-usaha intervan si
perdagangan, semakin kuatlah perhatian bangsa arab terhadap pembukuan
dagang untuk menjelaskan utang piutang. Orang-orang yahudi pada waktu
itu sudah biasa menyimpan daftar-daftar (faktur) dagang.
Jadi, konsep akutansi pada waktu itu dapat dilihat dari pembukuan yang
berdasarkan metode penjumlahan statistic yang sesuai dengan aturan-
aturan penjumlahan dan pengurangan. Untuk mengerjakan pembukuan ini
pedagang mengerjakannya sendiri dan ada juga yang menyewa akutan
khusus. Pada waktu itu akutan disebut sebagai katibul amwal (pencatat
keuangan) atau penanggung jawab keuangan.

b. Teknik pencatatan dijazirah Arab sesudah turunnya Al-Qur’an


Pendekatan Negara islam di madinah (tahun 622 M atau bertepatan
dengan tahun 1 Hijriah) di dasari oleh konsep bahwa seluruh muslim
adalah bersaudara tanpa memandang ras, suku, warna kulit dan golongan,
sehingga seluruh kegiatan kenegaraan dilakukan secara bersamaan dan
gotong-royong kalangan para muslimin. Hal ini dimungkinkan karena
Negara yang baru saja bediri tersebut hampir tidak memiliki pemasukan
ataupun pengeluaran8.

7
Syahalah Husein, Pokok-pokok Al Islam ( Jakarta : Akbar Media Eka Sarana, 2001) Hal. 20
8
Loc.cit

11
Rasullulah SAW bertindak sebagai seorang kepala negara yang
juga merangkap sebagai ketua mahkamah agung, mufti besar, dan
panglima perang tertinggi juga penanggung jawab administrasi negara.
bentuk sekertariat negara masih sangat sederhana dan baru didirikan pada
akhir tahun ke 6 Hijriah.
Telah menjadi tradisi bangsa Arab melakukan 2 kali perjalanan kafilah
perdagangan, yaitu musim dingin dengan tujuan perdagangan ke Yaman
dan musim panas dengan tujuan ke As-Syam (sekarang Syria, Lebanon,
Jordania, Palestina, dan Israel). Perdagangan tersebut pada akhirnya
berkembang hingga ke eropa terutama setelah penaklukan Mekah. 9
Dalam perkembangan selanjutnya, ketika ada kewajiban zakat dan ushr
(pajak pertanian dari muslim), dan perluasan wilayah sehingga dikenal
adanya jiizyah (pajak perlindungan dari nonmuslim) dan kharaj (Pajak
hasil pertanian dari nonmuslim), maka rasul mendirikan Baitul Maal pada
awal abad ke-7. Konsep ini cukup maju pada zaman tersebut dimana
seluruh penerimaan dikumpulkan secara terpisah dengan pemimpin
Negara baru akan dikeluarrkan untuk kepentingan Negara. Walaupun
disebut pengelolaan baitul maal masih sederhana, tetapi Nabi telah
menunjukan petugas qadi, ditambah para sekertaris dan pencatat
administrasi pemerintahan. Mereka ini berjumlah 42 orang dan dibagi
dalam empat bagian yaitu: Sekretaris pernyataan, sekretaris hubungan dan
pencatatan tanah, sekretaris perjanjian, dan sekretaris peperangan.10

F. Konsep-konsep Akuntansi dalam Al-Quran dan Hadist


Awal akuntansi islam ini bersumber dari Al-Quran surat Al-Baqarah
ayat 282 yang berbunyi :

9
Yahya. Rizal, Akuntansi Perbankan Syariah ( Jakarta: Salemba Empat, 2009) hal. 54
10
Ibid, hal. 55

12
        
          
         
           
          
         
        
        
           
         
         
         
           
        
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang piutang
untuk waktu yang di tentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar.
Janganlah penulis menolak untuk menuliskannya sebagaimana Allah telah
mengajarkan kepadanya, maka hendaklah ia menuliskan. Dan hendaklah
orang yang berutang itu mendiktekan, dan hendaklah dia bertakwa kepada
Allah, tuhannya, dan janganlah dia mengurangi sedikit pun daripadanya.
Jika yang berutang itu orang yang kurang akalnya atau lemah (keadaannya),
atau tidak mampu mendiktekan sendiri, maka hendaklah walinya
mendiktekannya dengan benar. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi
laki-laki di antara kamu. Jika tidak ada (saksi) dua orang laki-laki, maka
(boleh) seorang laki-laki dan dua orang perempuan di antara orang-orang
yang kamu sukai dari para saksi (yang ada), agar jika yang seorang lupa
maka yang seorang lagi mengingatkannya. Dan janganlah kamu bosan
menuliskannya, untuk batas waktunya baik (utang itu) kecil maupun besar.
Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah, lebih dapat menguatkan kesaksian,
dan lebih mendekatkan kamu kepada ketidakraguan, kecuali jika hal itu
merupakan perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka

13
tidak ada dosa bagi kamu jika kamu tidak menuliskannya. Dan ambillah saksi
apabila kamu berjual beli, dan janganlah penulis di persulit dan begitu juga
saksi. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sungguh, hal itu suatu
kefasikan pada kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, Allah memberikan
pengajaran kepadamu, dan Allah memberikan pengajaran kepadamu, dan
Allah Maha Mengetahui segala seuatu.”.

Selain dari ayat Al-Quran akuntansi syariah juga bersumber dari Hadist:
Sabda Rasulullah Saw “yang pertama dihisab di hari kiamat nanti ialah shalat;
maka jika shalat itu dikerjakan dengan benar, benarnya semua perbuatannya,
tetapi jika shalat itu rusak, rusaklah semua perbuatannya.” HR Thabrani.
Dari ayat Al-qur’an dan al-hadis tersebut kemudian munculah ilmu
yang menyangkut pencatatan keuangan, terlebih setelah munculnya islam di
semenanjung Arab di bawah pimpinan Rasulullah Saw. Serta telah
terbentuknya daulah Islamiyah di Madinah, mulailah perhatian rasulullah
untuk membersihkan muamalah maaliyah dari unsure riba dan segala bentuk
penipuan, pembodohan, perjudian dan lain lain. Maka dari itu Rasulullah
lebih menekankan pencatatan keluangan. Rasulullah mendidik secara khusus
beberapa orang sahabat untuk menangani beberapa profesi ini dan mereka di
beri sebutn khusus, yaitu hafazhatulanwal ( pengawas keuangan).
Di antara bukti seriusnya persoalaan ini adalah surat Al-Baqarah ayat
282 yang menjelaskan fungsi-fungsi pencatatan ( kitabah) dasar-dasarnya,
dan manfaat-manfaat yang di terangkan oleh seperti kaidah-kaidah hukum
yang harus dipedomani. Para sahabat rasul dan pemimpin umat isalam juga
menaruh perhatian yang tinggi terhadap aktansi adapun tujuan akutansi bagi
mereka adalah untuk mengetahui utang dan piutang serta keterangan
perputaran uang, seperti pemasudan peritungkan dan pengeluaran, hal ini juga
difungsikan untuk merincih dan menghitung keuntungan atau kerugian serta
menghitung harta keseluruhan untuk menentukan kadar jakat yang harus
dikah akutansi untuk keluarkan.

14
Pada awalnya akutansi merupakan bagian dari ilmu pasti, yaitu bagian
dari ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan masalah hukum alam dan
perhitungan yang bersifat memiliki kebenaran absolute.11 Perubahan ilmu
akutansi dari bagian ilmu pasti menjadi ilmu sosial lebih di sebabkan oleh
faktor-faktor perubahan dalam masyarakat yang semula di anggap sebagai
sesuatu yang konstan. Misalnya transaksi usaha yang akan dipengaruhi oleh
budaya dan tradisi serta kebiasaan dalam masyarakat. Undang-undang
akutansi yang telah diterapkan adalah akutansi untuk perorangan, perserikatan
(syarikat) atau perusahaan, akutansi wakaf, hak-hak pelarangan penggunaan
harta (hijir) dan anggaran Negara.
Islam memandang akuntansi tidak sekedar ilmu yang bebas nilai untuk
melakukan pencatatan dan pelaporan saja, tetapi juga sebagai alat untuk
menjalankan nilai-nilai islam (Islamic values) sesuai ketentuan syariah.
Akuntansi yang terkenal diklaim berkembang dari peradaban barat,
padahal apabila dilihat secara mendalam dari proses lahir dan
perkembangannya, terlihat jelas pengaruh keadaan masyarakat atau
peradabannya baik Yunani maupun Arab Islam.
Al-Khawarizmy telah memberi konstribusi besar bagi perkembangan
matematika mederen eropa. Akuntansi modern dikembangkan dari persamaan
algebra dengan konsep-konsep dasarnya untuk digunakan memecahkan
persoalan-persoalan pembagian harta warisan secara adil sesuai dengan
syariah, perkara hukum dan praktik bisnis perdagangan.
Sebenarnya sudah banyak pula ahli akuntan yang mengakui keberadaan
akuntansi islam misalnya RE Gambling, Wiliam Roget dan lainnya. Pacioli
memperkenalkan sistem double entry melalui ilmu matematika dan asstem
akuntansi dibangun dari dasar kesamaan akuntansi asset = Liabilitas +
Ekuitas. Karena aljabar ditemukan pertama-tama oleh ilmuan muslim di
zaman keemasan islam, maka sangat logis jika ilmu akuntansi juga telah
berkembang pesat pada zaman itu, paling tidak menjadi dasar
perkembangannya.

11
Sri nurhayati, Akuntansi syariah di Indonesia ( Jakarta: Salemba Empat, 2015) Hal. 78

15
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Syariah Islam memberikan tuntunan hidup khususnya pada umat Islam dan
umumnya pada seluruh umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat. Muamalah dalam syariah Islam bersifat fleksibel tidak kaku. Dengan

16
demikian Syariah Islam dapat terus menerus memberikan dasar spiritual bagi
umat Islam dalam menyongsong setiap perubahan yang terjadi di masyarakat
dalam semua aspek kehidupan.

Syariah Islam dalam muamalah senantiasa mendorong penyebaran manfaat bagi


semua pihak, menghindari saling merugikan, mencegah perselisihan dan
kesewenangan dari pihak yang kuat atas pihak-pihak yang lemah. Dengan
dikembangkannya muamalah berdasarkan syariah Islam akan lahir masyarakat
yang penuh rahmat.

Akuntansi adalah proses mengidentifikasi/mengenali, mengukur, dan melaporkan


informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan pengambilan
keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunkan informasi tersebut.
Dalam islam juga dikenal dengan hasaba, ialah menghitung dengan seksama atau
teliti yang harus tercatat di surat-surat atau buku-buku. Jadi ilmu hisab ialah cikal
bakal ilmu matematika atau ilmu yang menbahas tentang cara menetukan plus
atau minusnya suatu bilangan.

Akuntansi islam ini bersumber dari Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 282.
Dan perintah dari ayat tersebut telah dipraktikkan oleh Rosulullah dan para
sahabatnya untuk menghitung keuangan pada masanya.

Akutansi syariah dapat di artikan sebagai proses akutansi atas transaksi-


transaksi yang sesuai dengan aturan yang di tetapkan Allah SWT. Sehingga ketika
mempelajari akutansi syariah di butuhkan pemahaman yang baik, mengenai
akutansi sekaligus tentang syariah islam. Ada dua alasan utama mengapa akutansi
syariah di perlukan, yaitu tuntutan untuk pelaksanaan syariah dan adanya
kebutuhan akibat pesatnya perkembangan transaksi syariah.

17
DAFTAR PUSTAKA

Mohamad Hidayat, An Introduction to The Sharia Economic : Pengantar Ekonomi


Syariah. Jakarta : Zikrul Hakim, 2010

18
Rozalinda, Ekonomi Islam : Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi. Jakarta :
Raja Grafindo Persada, 2014.

Iwan Triyuwono, Akuntansi Syariah : Prspektif, Metodologi dan Teori. Jakarta :


Rajawali Pers, 2012.

Syahalah Husein, Pokok-pokok Al-Islam. Jakarta : Akbar Media Eka Sarana, 2001.

Rizal Yahya , Aji Erlangga Martawireja , Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta:


Salemba Empat, 2009.

Sri Nurhayati, Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat, 2015.

Muhammad, Pengantar Asuransi Syariah. Jakarta : Salemba Empat, 2002.

19

Anda mungkin juga menyukai