Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR PUSTAKA

I. Buku

Amirizal. Hukum Bisnis Risalah dan Praktek, Jembatan, (Jakarta : Adinatha Mulia,
1999).

Azhar. Rizki Wahyu Moch, Pengawasan Badan Koordinasi Promosi Dan


Penanamanmodal Daerah (Bkppmd) Provinsi Jawa Baratdalam Kegiatan
Investasi Penanam Modal Asing (Pma) Dan Penanam Modal Dalam
Negeri (PMDN) Di Provinsi Jawa Barat, (Jatinangor : Universitas
Padjadjaran, 2012).

Dirdjosisworo. Soedjono , Hukum Perusahaan Mengenai Penanaman Modal di


Indonesia, cetakan Pertama, (Bandung : CV. Mandar Maju, 1999).

Dirdjosisworo. Soedjono , Asas-asas Sosiologi. (Bandung : Penerbit: Armico,


1985).

Dumairy. Perekonomian Indonesia, (Jakarta : Penerbit Erlangga. 1997).

Ernawan. Erni, R., Business Ethics. (Bandung : Penerbit Alfabet, 2007).

Gayatri. Monica Nunik, Prinsip Keadilan Dan Kepastian Hukum Dalam Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Terhadap
Pemberian Insentif Bagi Investor Asing (Tinjauan terhadap Kepentingan
yang Dilindungi dalam Undang-Undang Penanaman Modal), Penulisan
karya Ilmiah (Surakarta :Universitas Sebelas Maret, 2010).

Hamid. Edy Suadi, Ekonomi Indonesia dari Sentralisasi ke Desentralisasi,


(Yogyakarta : UII Press, 2005).

Harjono. Dhaniswara K., Hukum Penanaman Modal: Tinjauan terhadap


Pemberlakuan UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal,
(Jakarta: PT. Raharja Grafindo Persada, 2007).

HS. Salim dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta : PT


RajaGrafindo Persada, 2008).

Halim. Abdul, Analisis Investasi. Edisi Pertama, (Jakarta : Penerbit Salemba


Empat, 2003).

Ilmar. Aminuddin, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta : Penerbit


Kencana, 2007).

Irianto. Sigit, Harmonisasi Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia,


(Semarang : Universitas 17 Agustus 1945 Press, 2007).

Universitas Sumatera Utara


Jeddawi. Murtir, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,Kajian Beberapa
Perda Tentang Penanaman Modal, (Yogyakarta : UII Press, 2005).

Kairupan. David, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia, (Jakarta :


Kencana, 2013).

Kessa. Wahyudin, Perencanaan Pembangunan Desa, (Jakarta : Kementerian Desa,


Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi Republik Indonesia, 2015).

Kurniati. Yati, Donni Fajar Anugrah & Tevy Chawwa, Peran Investasi Dalam
Mendorong Pertumbuhan Ekonomi, Working Paper, (Jakarta : Bank
Indonesia, 2008).

Malik. Hermen, Menguak Ketertinggalan Meretas Jalan Baru, (Jakarta :


Kemitraan, 2008).

Manik. Anugrah Martua, Iznilah Hestovani, Novita Kusuma Ningrum, Dewi


Sartika Simangunsong, Strategi Pembangunan Daerah Tertingal
Dan Dampaknya Terhadap Keuangan Daerah, Makalan Pengelolaan
Daerah Tertinggal, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Jambi, 2015.

MIGA . “World Investment and Political Risk 2012”, MIGA WIPR Report, 2012.

Muchsin . Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia,


(Surakarta; magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret, 2003).

Muhammad. Abdulkadir, Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung : PT Citra


Aditya Bakti, 2002).

Mulyadi. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa, (Yogyakarta:


STIE YKPN, 2001).

Noor. Henry Faizal, Investasi : Pengelolaan Keuangan Bisnis dan Pengembangan


Ekonomi Masyarakat, (Jakarta : PT Indeks, 2009).

Prasetyo. Eko, Analisis Pengaruh Penanaman Modal dalam Negeri (PMDN),


Penanaman Modalsing (Pma), Tenaga Kerja, Dan Eksporterhadap
Pertumbuhan Ekonomi Di Jawatengah, (Semarang : Universitas Negeri
Semarang, 2011).

Rafael La Porta . “Investor Protection and Corporate Governance”, Journal of


Financial Economics, No. 58, (Oktober 1999).

Rakhmawati . N. Rosyidah, Hukum Penanaman Modal di Indonesia Dalam


Menghadapi Era Global, (Malang: Bayumedia Publishing, 2003).

Universitas Sumatera Utara


Rahardjo. Soetjipto, Permasalahan Hukum Di Indonesia, (Bandung: Alumni,
1983).

Rajagukguk. Erman, “Hukum Ekonomi Indonesia: Menjaga Persatuan Bangsa,


Memulihkan Ekonomi, dan Memperluas Kesejahteraan Sosial”, Jurnal
Hukum Bisnis, vol. 22 (2003).

Rares. Widya Natalia, Tanggung Jawab Investor Dalam Penanaman Modal Di


Indonesia, Program Studi Ilmu Hukum Pascasarjana (Manado : Universitas
Sam Ratulangi Manado, 2013).

Rokharussa’dyah. Ana dan Suratman, Hukum Investasi & Pasar Modal, (Jakarta :
Sinar Grafika, 2010).

Sarwedi. Investasi Asing Langsung di Indonesia dan Faktor yang


Mempengaruhinya. (Jakarta ; Penerbit Gramedia. 2002).

Sembiring. Sentosa, Hukum Perbankan, (Bandung : CV Mandar Maju, 2000).

Setiono. Rule of Law (Supremasi Hukum). (Surakarta : Universitas Sebelas Maret.


2004).

Sihombing. Jonker, Hukum Penanaman Modal di Indonesia. (Bandung : Penerbit


PT. Alumni, 2009).

Sosiawan. Ulang Mangun, Efektifitas Peraturan Perundang-Undangan Kaitan


Dengan Pembangunan Daerah Tertinggal, Laporam Akhir Penelitian
Hukum, Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Ri, (Jakarta : Badan
Pembinaan Hukum Nasional, 2011)\I.

Supancana. IBR , Perlindungan Terhadap Investasi di Bidang Pengangkutan dalam


Era Globalisasi, Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2006.

Suparji. Pengaturan Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta : UAI Press, 2013).

Suprapto. Siti Adipringadi Adiwoso, Pola Tanggung Jawab Sosial Perusahaan


Lokal di Jakarta, Galang vol. 1 No. 2, Januari 2006.

Supriyono. R.A. Akuntansi Manajemen 2 Struktur Pengendalian


Manajemen. (Jakarta: Penerbit Rajawali Pers, 2001).

Susetyo. Ivan Budi, Tjahjanulin Domai, Wima Yudo Prasetyo, Kualitas Anggaran
Dan Belanja Daerah Terhadap Penyediaan Pelayanan Masyarakat Dalam
Mendorong Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (Studi Di
Kabupaten Lebak Provinsi Banten), Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol.
2, No. 3, Hal. 511-517, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya,
Malang, 2013.

Universitas Sumatera Utara


Tandelilin. Portofolio dan Investasi, (Yogyakarta: Penerbit UGM, 2003).

Wahyu. Rizki Moch Azhar, Pengawasan Badan Koordinasi Promosi Dan


Penanamanmodal Daerah (Bkppmd) Provinsi Jawa Baratdalam Kegiatan
Investasi Penanam Modal Asing (Pma) Dan Penanam Modal Dalam Negeri
(PMDN) Di Provinsi Jawa Barat, (Jatinangor : Universitas Padjadjaran,
2012).

Warka. Made, Dampak Penanaman Modal dalam Konteks Otonomi Daerah Jawa
Timur, Jurnal Ilmiah Hukum ISSN : 0854-6509, Nomor 2 Vol. 15,
(Surabaya : Universitas 17 Agustus 1945).

Wibawa. Fahmi, Praktis Perizinan Usaha Terpadu, (Jakarta: Grasindo, 2014).

Widjaya. I.G.Rai, Penanaman Modal : Pedoman Prosedur mendirikan dan


menjalankan perusahaan dalam rangka PMA dan PMDN, (Jakarta :
Pradnya Paramita, 2005).

II. Peraturan Perundang-Undangan

Undang - Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.

Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha Yang
Tertutup Dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang
Penanaman Modal.

Peraturan Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal 001/KEP/M-


PDT/I/2005 tentang Pembangunan Daerah Tertinggal Strategi Nasional.

Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan


Daerah Tertinggal.

Keputusan Menteri pembangunan daerah tertinggal Nomor 001/KEP/M-


PDT/I/2005 tentang Strategi Nasional Pembangunan Daerah Tertinggal.

Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No.14 Tahun 2015 tentang
Pedoman dan Tata cara Izin Prinsip Penanaman Modal.

Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor: 1/P/2008 Tentang


Pedoman Dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal Yang Didirikan
Dalam Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri Dan Penanaman Modal
Asing.

III. Website

Aditiawan Chandra, Penanaman Modal dalam Era Otonomi Daerah , melalui https://
businessenvironment.wordpress.com/2007/01/05/penanaman-modal-dalam-
era-otonomi-daerah.html, diakses tanggal 16 Januari 2016.

Universitas Sumatera Utara


Alvinu Rahmi, Penanaman Modal, melalui http://alvinurrahmi95.blogspot.co.id
/2014/10/makalah-penanaman-modal.html, diakses tanggal 8 Januari 2016.

Alvin, Penanaman Modal dan PMDN, melalui http://alvincr7.blogspot.


co.id/2013/06/penanaman-modal-dalam-negeri-pmdn-a.html, diakses
tanggal 11 Januari 2016.

Ananda, Dampak Investasi Asing, melalui


http://ananda9mei.blogspot.co.id/2013/05/ dampak-investasi-asing-
terhadap.html, diakses tanggal 15 Januari 2016.

Ardianyah, Perlindungan Hukum Bagi Investasi dan Investor, melalui


https://customslawyer.wordpress.com/2014/05/13/perlindungan-hukum-
bagi-investasi-dan-investor/. diakses tanggal 21 Januari 2016.

Ardiansyah, Letak, Kedudukan dan Posisi hokum Investasi, melalui


https://customslawyer.wordpress.com/2014/05/13/letak-kedudukan-dan-
posisi-hukum-investasi/, diakses tanggal 21 Januari 2016.

Azkar rizal, Penyelesaian Sengketa di bidang Investasi, melalui http://azkarrizal13.


blogspot.co.id/2013/07/penyelesaian-sengketa-di-bidang.html, diakses
tanggal 21 Januari 2016.

Cahaya Turbo, Dampak Investasi Terhadap Perencanaan Pembangunan Ekonomi


Daerah, Makalah Ekonomi, melalui http://cahayaturbo.blogspot
.co.id/p/makalah.html, diakses tanggal 23 Januari 2016.

Devi Puspita Sari, Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi di Indonesia dapat


diwujudkan mealui peningkatan Investasi dan Perluasan Pasar, melalui
https://devipuspitasari. wordpress.com/ diakes tanggal 6 Januari 2016.

Derman, Makalah daerah Tertinggal, melalui http://dernewblogadres.blogspot.co.id


/2015/05/makalah-daerah-tertinggal.html, diakses tanggal 8 Januari 2016.

Eko Budi, Implikasi UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman modal terhadap
PeningkatanInvestasi di Provinsi Jambi, melalui
http://ditpolairdajambi.blogspot.co.id /2015/01/implikasi-uu-no-25-tahun-
2007-tentang.html, diakses tanggal 16 Februari 2016.

Fahmianzah, Penanaman Modal Asing, melalui http://fahmianzah.blogspot.co.id


/2013/02/penanaman-modal-asing-dalam-rangka.html, diakseskan tanggal
12 Januari 2016.

Fhaw Zand, Perkembangan Investasi di Indonesia, melalui http://zempat.blogspot.


co.id/2013/01/makalah-perkembangan-investasi-di-indonesia-by-
fhawzhand.html, diakses tanggal 12 Januari 2016.

Universitas Sumatera Utara


Fitriana Risky, Hukum Investasi (Perlindungan Investasi dalam UU Penanaman
Modal), melalui http://fitrianarizkysh.blogspot.co.id/2015/07/hukum-
investasi-perlindungan-investasi.html, diakses tanggal 28 Januari 2016.

Galih Adips, Sokong Pembangunan Daerah Tertinggal dengan Pengembangan


Potensi Daerah Menuju Industri Kreatif,
http://economicwatcher.blogspot.co.id/ 2012/04/sokong-pembangunan-
daerah-tertinggal.html, diakses tanggal 22 Januari 2016.

Gita Karina P.I.S , Lasmawati Butar-butar & Tsiqah Khumirah, Penanaman Modal
Asing, melalui http://tsiqahk.blogspot.co.id/2013/05/tugas-3-penanaman-
modal-asing.html, diakses tanggal 27 Februari 2016.

Hadiyanto Pratomo, Strategi Mengatasi Kemiskinan Daerah, melalui


http://hadiyantopratomo.blogspot.co.id/2012/05/strategi-mengatasi-
kemiskinan-daerah.html, diakses tanggal 17 Januari 2016.

http://evaerviana23.blogspot.co.id/.html, diakses tanggal 28 Januari 2016.

http://kemendesa.go.id/hal/300027/183-kab-daerah-tertinggal, diakses tanggal 7


Januari 2016.

http://svrp1.telkomhosting.com/~admin19/detail_artikel.php?id=430, diakses
tanggal 17 Februari 2016.

http://www.modern-cikande.co.id/lang_id/artikel/satu-lagi-uu-no-25-tahun-2007-
tentang-regulasi-investasi-di-indonesia-indonesia-investment-law.html,
diakses tanggal 13 Januari 2016.

http://koirula.blogspot.co.id/2015/01/kewajiban-dan-hak-serta-tanggung-
jawab.html, diakses tanggal 19 Februari 2016.

http://keuda.kemendagri.go.id/artikel/detail/35-pembangunan-infrastruktur-dan-
sinergi-pusat-daerah.html, diakses tanggal 18 Januari 2016.

http://www.neraca.co.id/article/52803/pencairan-dana-desa-harus-
dipercepat.html, diakses tanggal 20 Januari 2016.

http://pekalongankab.go.id/fasilitas-web/artikel/ekonomi/4255-peran-investasi-
dalam-pembangunan-ekonomi-nasional.html?device=xhtml, diakses
tanggal 24 Januari 2016.

http://unisosdem.org/article_detail.php?aid=8382&coid=1&caid=28&gid=3.html
, diakses tanggal 24 Januari 2016.

http://beta.mediaindonesia.com/news/2012/10/24/1160206/html, diakses tanggal


25 Januari 2016.

Universitas Sumatera Utara


http://cramoz.blogspot.co.id/2011/03/tugas-2-investasi-dan-penanaman
modal.html, diakses tanggal 27 Januari 2016.

http://ninathalib.tumblr.com/post/52298890226/penanaman-modal-asing, diakses
tanggal 13 Februari 2016.

http://forum-penanaman-modal.blogspot.co.id/2010/03/spirit-kerja-sama-
penanaman-modal.html, diakses tanggal 21 Februari 2016.

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl48/peranan-multilateral-investment-
guarantee-agency-di-indonesia, diakses tanggal 20 Februari 2016.

Iffaty Nasyi’ah, Kewajiban dan Hak serta Tanggungjawab Penanaman Modal


Asing, melalui http://koirula.blogspot.co.id/2015/01/kewajiban-dan-hak-
serta-tanggung-jawab.html, diakses tanggal 5 Maret 2016.

Intan Permata Sari, Penanaman Modal Dalam Negeri Untuk Pembangunan di


Indonesia, melalui
http://intaaanpermata.blogspot.co.id/2013/06/penanaman-modal-dalam-
negeri-untuk.html, diakses tanggal 11 Januari 2016.

Iwan Setiawan, Keterlambatan Dana, Hambat Pembangunan Desa, melalui


http://www.gatra.com/ekonomi/makro/163983-keterlambatan-dana-
hambat-pembangunan-desa.html, diakses tanggal 19 Januari 2016.

Lei Mena, Analisis Yuridis Percepatan Pembangunan daerah tertinggal sebagai


bagian dari perwujudan Negara kesejahteraan, melalui http://www.leimena.
org/id, diakses tanggal 17 Januari 2016.

Max Ridzka, Penanaman Modal Asing, melalui http://maxyridzka.blogspot.


co.id/2012/03/tugas-softskill-penanaman-modal-asing.html, diakses tanggal
10 Januari 2016.

Moch. Basarah, Peran dan Prospek Konvensi Washington 1965 Dalam Kerangka
Penanaman Modal Asing di Indonesia,
https://mochamadbasarah.wordpress.com/2009/05/28/my-article/, diakses
tanggal 21 Februari 2016.

Muharyanto, Hukum Penanaman Modal Asing, melalui


http://muharyanto.blogspot.co.id /2009/04/blog-post.html, diakses tanggal
17 februari 2016.

Noviana Monalisa, Kritik atas Undang-undang Penanaman Modal, melalui


https://yudicare.wordpress.com/2011/03/19/kritik-atas-undang-undang-
penanaman-modal-di-indonesia/, diakses tanggal 27 Januari 2016.

Prasetyo, Perekonomian Indonesia, melalui https://punyaprasetyo.wordpress.com/


diakses tanggal 18 Januari 2016.

Universitas Sumatera Utara


Prasetyo, Perekonomian dan faktor mempengaruhi Investasi dalam Perekonomian
suatu negara, melalui https://punyaprasetyo.wordpress.com/, diakses
tanggal 22 Januari 2016.

Ratna Riani, Investasi dan Penanaman Modal, melalui


https://ratrianicp.wordpress.com /2013/07/02/investasi-dan-penanaman-
modal.html, diakses tanggal 9 Januari 2016.

Satria Nugraha, http://www.kompasiana.com/satriya1998/tanggung-jawab-sosial-


dan-lingkungan-perseroan-terbatas-sudah-diatur-pemerintah-dan-
pemerintah-provinsi-jawa-timur_55106191a333111c37ba8449, diakses
tanggal 20 Februari 2016.

Sendaru Giana, Investasi dan Penanaman Modal, melalui http://sendarusgiana.


blogspot.co.id /2012/05 /investasi- dan-penanaman-modal.html, diakses
tanggal 7 Januari 2016.

Setyo Pamungkas, Investasi di Era Otonomi Daerah, melalui


https://setyopamungkas. wordpress.com/2012/07/11/investasi-di-era-
otonomi-daerah-2.html. diakses tanggal 4 Maret 2016

Suleman Batu bara, Peranan Investasi Dalam Pertumbuhan, Ekonomi Di Indonesia,


melaluihttp://batubarasuleman.blogspot.co.id/2010/11/peranan-investasi-
dalam-pertumbuhan.html, diakses tanggal 23 Januari 2016.

Susaei, Pertumbuhan Ekonomi Pertanian dan Daerah Tertinggal, melalui


https://susaei. wordpress.com/2013/12/12/pertumbuhan-ekonomi-
pertanian-dan-daerah-tertinggal-2/, diakses tanggal 20 Januari 2016.

Tanti Tri Setianingsih, Investasi dan Penanaman Modal, melalui http://tantitrisetia


ningsih.blogspot.co.id/2012/05/investasi-dan-penanaman-modal.html,
diakses tanggal 27 Februari 2016.

Warka, Dampak Penanaman Modak dalam Konteks, melalui http://madewarka.


blogspot.co.id/2012/02/dampak-penanaman-modal-dalam-konteks.html,
diakses tanggal 12 Januari 2016.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

KEDUDUKAN HUKUM INVESTOR DALAM PEMBANGUNAN

PADA DAERAH TERTINGGAL

A. Daerah Tertinggal, Syarat, Ciri-ciri Sebagai Daerah Tertinggal

Daerah Tertinggal adalah daerah Kabupaten yang masyarakat serta

wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala

nasional.106Daerah tertinggal adalah daerah Kabupaten yang relatif kurang

berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional, dan berpenduduk

yang relatif tertinggal dari segi ekonomi, kesehatan, sosial, dan pendidikan.

Pembangunan daerah tertinggal merupakan upaya terencana dari pemerintah

Replubik Indonesia untuk mengubah suatu daerah yang dihuni oleh komunitas atau

masyarakat dengan berbagai permasalahan sosial ekonomi dan keterbatasan fisik,

menjadi daerah yang maju dengan komunitas atau masyarakat yang kualitas

hidupnya sama atau tidak jauh tertinggal dibandingkan dengan masyarakat

Indonesia lainnya. Pembangunan daerah tertinggal ini berbeda dengan

penanggulangan kemiskinan dalam hal cakupan pembangunannya. Pembangunan

daerah tertinggal tidak hanya meliputi aspek ekonomi, tetapi juga aspek sosial,

budaya, dan keamanan (bahkan menyangkut hubungan antara daerah tertinggal

dengan daerah maju). Di samping itu kesejahteraan kelompok masyarakat yang

hidup di daerah tertinggal memerlukan perhatian dan keberpihakan yang besar dari

pemerintah.107Sebuah daerah dapat dikatakan sebagai daerah tertinggal apabila

106
Peraturan Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal 001/KEP/M-PDT/I/2005
tentang Pembangunan Daerah Tertinggal Strategi Nasional.
107
Hadiyanto Pratomo, Strategi Mengatasi Kemiskinan Daerah, melalui
http://hadiyantopratomo.blogspot.co.id/2012/05/strategi-mengatasi-kemiskinan-daerah.html,
(diakses tanggal 17 Januari 2016).

Universitas Sumatera Utara


kawasan beserta penduduk daerah tersebut tidak berkembang dibandingkan dengan

kawasan beserta penduduk daerah lainya,. Pembangunan daerah tertinggal menjadi

penting karena menyangkut kebahagian dan kesejahteraan masyarakat sesuai

dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945.108

Daerah Tertinggal dimaknai sebagai daerah kabupaten yang masyarakat

serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala

nasional yang penentuannya menggunakan enam kriteria dasar, yaitu:

perekonomian masyarakat, sumberdaya manusia, prasarana (infrastruktur),

kemampuan keuangan daerah, aksesibilitas, dan karakteristik khusus daerah

(bencana alam, konflik, dan perbatasan negara).109

Pembangunan daerah tertinggal merupakan upaya terencana untuk

mengubah suatu daerah yang dihuni oleh komunitas dengan berbagai permasalahan

sosial ekonomi dan keterbatasan fisik, menjadi daerah yang maju dengan

komunitas yang kualitas hidupnya sama atau tidak jauh tertinggal dibandingkan

dengan masyarakat Indonesia lainnya. Pembangunan daerah tertinggal ini berbeda

dengan penanggulangan kemiskinan dalam hal cakupan pembangunannya.

Pembangunan daerah tertinggal tidak hanya meliputi aspek ekonomi, tetapi juga

aspek sosial, budaya, dan keamanan (bahkan menyangkut hubungan antara daerah

tertinggal dengan daerah maju). Di samping itu kesejahteraan kelompok

masyarakat yang hidup di daerah tertinggal memerlukan perhatian dan

keberpihakan yang besar dari pemerintah.

108
Lei Mena, Analisis Yuridis Percepatan Pembangunan daerah tertinggal sebagai bagian
dari perwujudan Negara kesejahteraan, melalui http://www.leimena.org/id/page/v/548/analisis-
yuridis-percepatan-pembangunan-daerah-tertinggal-sbg-bag-dr-perwujudan-negara-
kesejahteraan.html, (diakses tanggal 17 Januari 2016).
109
http://keuda.kemendagri.go.id/artikel/detail/35-pembangunan-infrastruktur-dan-
sinergi-pusat-daerah.html, (diakses tanggal 18 Januari 2016).

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan hal tersebut di atas, diperlukan program pembangunan daerah

tertinggal yang lebih difokuskan pada percepatan pembangunan di daerah yang

kondisi sosial, budaya, ekonomi, keuangan daerah, aksesibilitas, serta ketersediaan

infrastruktur masih tertinggal dibanding dengan daerah lainnya. Kondisi tersebut

pada umumnya terdapat pada daerah yang secara geografis terisolir dan terpencil

seperti daerah perbatasan antarnegara, daerah pulau-pulau kecil, daerah pedalaman,

serta daerah rawan bencana. Di samping itu, perlu perhatian khusus pada daerah

yang secara ekonomi mempunyai potensi untuk maju namun mengalami

ketertinggalan sebagai akibat terjadinya konflik sosial maupun politik.

Untuk melaksanakan percepatan pembangunan daerah tertinggal diperlukan

suatu instrumen yang menjadi acuan dalam merencanakan, menyusun, dan

merumuskan program kegiatan terkait dengan pelaksanaan percepatan

pembangunan daerah tertinggal.

Adapun instrumen yang dimaksud adalah sebagai berikut :110

a. Instrumen Bantuan Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Khusus


Penyelenggaraan instrumen ini merupakan dukungan nyata pemerintah dalam
memfasilitasi pemerintah daerah untuk melakukan pembangunan dan
mengembangkan daerah-daerah tertinggal dan khusus, serta meningkatkan
sosial ekonomi dan pemerintah setempat dengan memperkuat kapasitas
masyarakat ditingkat kabupaten serta memusatkan pada upaya memperkuat
kembali proses perencanaan sebagai jalan menuju proses pembangunan yang
normal dan secara operasional dapat mendorong terjadinya pendekatan yang
efektif secara multi sektor. Instrumen Pembukaan Keterisolasian Daerah
Penyelenggaraan PDT memprioritaskan penyediaan infrastruktur dasar yang
mendukung potensi ekonomi wilayah berbasis sektor primer, sekunder maupun
tersier, yang dapat dipergunakan untuk membuka keterisolasian daerah dan
mengurangi disparitas ketersediaan infrastruktur dasar tersebut. Melalui
dukungan peningkatan infrastruktur dalam pembangunan, diharapkan produk-
produk yang dihasilkan (dari bahan baku yang memiliki keunggulan
komparatif) akan memiliki keunggulan kompetitif atau berdaya saing
(competition advantages) tinggi, yang diharapkan mampu menguasai pasar
domestik ataupun berkiprah dalam pasar global. Tujuan dan sasaran

110
Hermen Malik, Menguak Ketertinggalan Meretas Jalan Baru, (Jakarta : Kemitraan,
2008), hlm. 15.

Universitas Sumatera Utara


penyelenggaraan instrument ini adalah membuka keterisolasian yang
difokuskan pada daerah memiliki potensi ekonomi besar dan aksesibilitas yang
sangat diperlukan dalam membuka keterisolasian Daearah. Dengan demikian
gema pembangunan daerah tertinggal tidak hanya menjadi retorika politik
(tidak berhenti pada tataran political will), namun merupakan akselerasi
(political implementation) yang dilakukan secara terpadu dan harmonis, serta
menghindari terjadinya tumpang tindih kebijakan program dan kegiatan
pembangunan di daerah tertinggal yang selama ini sering terjadi.
b. Instrumen Pembangunan Kawasan Produksi
Instrumen pembangunan kawasan produksi, salah satunya melalui
pengembangan lahan usaha dan investasi di sektor pertanian, perikanan,
pertambangan, industri pengolahan, pariwisata dan sektor lainnya sesuai
potensi unggulan daerah setempat yang produktif dan prospektif dalam skala
usaha ekonomi menengah dan besar menjadi sebuah kawasan produksi terpadu
yang saling terintegrasi mulai dari kegiatan hulu, tengah sampai kegiatan hilir.
c. Instrumen Pengembangan Jaringan Ekonomi Antar Wilayah
Jaringan ekonomi di daerah tertinggal ternyata belum berjalan optimal, akibat
masih belum tertanganinya pembangunan secara terintegrasi. Salah satu daya
pemacu dalam pembangunan daerah tertinggal adalah melalui pembinaan
ekonomi dan dunia usaha secara konsisten dan berkesinambungan, sedangkan
daya topang yang sangat vital adalah ketersediaan jaringan ekonomi antar
wilayah yang memadai. Ketersediaan jaringan ekonomi antar wilayah di daerah
tertinggal masih sangat terbatas atau dapat dikatakan jauh dari memadai.
Apabila jaringan ekonomi antar wilayah ini dikembangkan, jarak antara
produsen dan konsumen menjadi lebih singkat, sehingga produk yang
dihasilkan berdasar pada potensi local masing-masing daerah tertinggal akan
mempunyai daya saing yang tinggi, baik lokal maupun pasar global.
d. Instrumen Pembangunan Pusat Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Pembangunan pusat pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu kegiatan
strategis Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal dalam upaya
mendorong tumbuhnya pusat ekonomi baru dengan memperhatikan produk
andalan daerah. Tujuannya membangun daerah tertinggal yang mampu
meningkatkan kegiatan ekonomi produktif berbasis komoditas unggulan,
memperluas lapangan usaha, dan membuka kesempatan kerja baru,
meningkatkan taraf hidup lebih layak, serta tercapainya pemerataan
pembangunan.
e. Instrumen Pembangunan Kawasan Perbatasan dan Pulau Terpencil
Sebagian besar kawasan perbatasan dan pulau terpencil di Indonesia
merupakan kawasan tertinggal, dari 199 kabupaten tertinggal, 26 diantaranya
berada di wilayah perbatasan dengan sarana prasarana sosial dan ekonomi
masih sangat terbatas. Perubahan paradigma pembangunan perbatasan yang
lebih mengutamakan pendekatan keamanan (security approach) daripada
kesejahteraan (prosperity approach), mengakibatkan kawasan perbatasan di\
beberapa wilayah menjadi daerah yang tidak tersentuh oleh dinamika
pembangunan. Peluang ekonomi di kawasan perbatasan dan pulau terpencil
menjadi lebih terbuka dengan berlakunya perdagangan bebas dan kesepakatan
kerjasama ekonomi regional maupun bilateral, didukung potensi sumber daya
alam cukup potensial namun belum dikelola secara optimal.

Universitas Sumatera Utara


Pengertian Daerah Tertinggal adalah daerah Kabupaten yang masyarakat

serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala

nasional. Suatu daerah dikategorikan sebagai daerah tertinggal, antara lain:

1. Geografis. Umumnya secara geografis daerah tertinggal relatif sulit dijangkau


karena letaknya yang jauh di pedalaman, perbukitan/ pegunungan, kepulauan,
pesisir, dan pulau-pulau terpencil atau karena faktor geomorfologis lainnya
sehingga sulit dijangkau oleh jaringan baik transportasi maupun media
komunikasi.
2. Sumberdaya Alam. Beberapa daerah tertinggal tidak memiliki potensi
sumberdaya alam, daerah yang memiliki sumberdaya alam yang besar namun
lingkungan sekitarnya merupakan daerah yang dilindungi atau tidak dapat
dieksploitasi, dan daerah tertinggal akibat pemanfaatan sumberdaya alam yang
berlebihan.
3. Sumberdaya Manusia. Pada umumnya masyarakat di daerah tertinggal
mempunyai tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan yang relatif
rendah serta kelembagaan adat yang belum berkembang.
4. Prasarana dan Sarana. Keterbatasan prasarana dan sarana komunikasi,
transportasi, air bersih, irigasi, kesehatan, pendidikan, dan pelayanan lainnya
yang menyebabkan masyarakat di daerah tertinggal tersebut mengalami
kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi dan sosial.
5. Daerah Terisolasi, Rawan Konflik dan Rawan Bencana. Daerah tertinggal
secara fisik lokasinya amat terisolasi, disamping itu seringnya suatu daerah
mengalami konflik sosial bencana alam seperti gempa bumi, kekeringan dan
banjir, dan dapat menyebabkan terganggunya kegiatan pembangunan sosial
dan ekonomi.111

B. Dampak dari Keterlambatan dalam Pembangunan Daerah Tertinggal

Pembangunan daerah tertinggal merupakan upaya terencana untuk

mengubah suatu daerah yang dihuni oleh komunitas dengan berbagai permasalahan

sosial ekonomi dan keterbatasan fisik menjadi daerah yang maju dengan komunitas

yang kualitas hidupnya sama atau tidak jauh tertinggal dibandingkan dengan

masyarakat lainnya. Pembangunan daerah tertinggal tidak hanya meliputi aspek

ekonomi, tetapi juga aspek sosial, budaya, keamanan, dan bahkan menyangkut

hubungan antara daerah tertinggal dengan daerah maju. Penetapan kriteria daerah

111
Wahyudin Kessa, Perencanaan Pembangunan Desa, (Jakarta : Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi Republik Indonesia, 2015), hlm. 18.

Universitas Sumatera Utara


tertinggal dilakukan dengan menggunakan pendekatan relatif berdasarkan pada

perhitungan enam kriteria dasar yaitu perekonomian masyarakat, sumber daya

manusia, prasarana, kemampuan keuangan daerah, aksesibilitas, serta karakteristik

daerah. Dalam rangka mencapai sasaran pembangunan daerah tertinggal, kebijakan

diarahkan untuk melakukan pengembangan. Percepatan pembangunan daerah

tertinggal merupakan upaya pemerataan pembangunan yang diarahkan untuk

memberikan pelayanan kepada masyarakat yang berada di suatu daerah tertinggal.

Dalam hal ini, melalui pelayanan masyarakat yang diberikan oleh pemerintah

daerah dapat dinilai sejauh mana kegiatan tersebut mampu mendorong percepatan

pembangunan daerah tertinggal itu sendiri sesuai dengan prioritas kebijakan

pembangunan yang dipilih.112

Dalam perubahan sosial yang terjadi pada era sekarang ini, eksistensi

hukum dalam pembangunan masyarakat daerah tidak lepas dari paradigma yang

dipakai dan melekat pada hukum yang berlaku. Untuk merajut motivasi dasar

masyarakat daerah tertinggal, pendukung tegaknya hukum seperti birokrasi,

penegakan hukum, dan segenap lapisan masyarakat selalu dituntut dalam bingkai

dan rancang bangun “tegaknya hukum”. Sehingga tidak menimbulkan tirani,

ketidakadilan di bidang ekonomi, social budaya, politik yang mengakibatkan

meningkatnya kejahatan, kekerasan, korupsi, dan eksploitasi pada yang lemah.

Kendala pembangunan daerah tertinggal pada umumnya memiliki ketidak

beruntungan komparatif (comparative disadvantage) yang cukup serius dalam

112
Ivan Budi Susetyo, Tjahjanulin Domai, Wima Yudo Prasetyo, Kualitas Anggaran Dan
Belanja Daerah Terhadap Penyediaan Pelayanan Masyarakat Dalam Mendorong Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal (Studi Di Kabupaten Lebak Provinsi Banten), Jurnal
Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 3, Hal. 511-517, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas
Brawijaya, Malang, 2013.

Universitas Sumatera Utara


konteks perkembangan persaingan pasar global. Ketidak beruntungan komparatif

tersebut biasanya muncul karena:

a. ketertinggalan pembangunan berbagai infrastruktur yang mengakibatkan


keterbatasan masyarakat daerah tertinggal dalam berkomunikasi, produk, uang,
dan informasi. Ini merupakan ketidak beruntungan dalam hal akses.
b. keterbatasan kemampuan (ability) dan sumberdaya (resources-type
disadvantage untuk menghasilkan barang dan jasa yang bisa dijual di pasar
yang lebih luas. Ketidak beruntungan dalam hal akses biasanya tampak nyata
dan dapat dikuantifikasikan. Ketidak beruntungan ini membatasi berbagai akses
daerah pinggiran, misalnya akses fisik, ekonomi, dan politis (atau kebijakan).
Contoh yang paling jelas adalah akses fisik yang buruk karena jeleknya
infrastruktur fisik (jaringan transportasi, telekomunikasi, amenities, dan
sebagainya) yang menjadi kendala yang sangat kuat bagi pergerakan manusia,
barang, dan informasi. Jaringan jalan yang buruk akan menghambat kegiatan
communicating masyarakat daerah tertinggal ke sentra-sentra ekonomi dan
industry di sekitarnya, membatasi pemasaran produk yang dihasilkan, atau bisa
juga menghambat kedatangan para wisatawan jika wilayah tersebut memiliki
obyek wisata yang menarik. Lebih dari itu, keterbatasan ketersediaan jaringan
jalan yang memadai juga akan mengurangi daya tarik investasi, baik yang
berasal dari lokal maupun yang dari luar. Keterbatasan infrastruktur lunak
(soft-infrastruktur) seperti jasa-jasa bisnis dan keuangan, institusi pendidikan,
atau jasa pelayanan kesehatan meskipun agak kurang kelihatan (less visible)
tetapi memliki dampak yang sama. Keterbatasan infrastruktur lunak tersebut
akan membatas pergerakan uang (investasi) dan dunia usaha untuk masuk dan
keluar. Ini merupakan kendala akses ekonomi.
c. Kelemahan atau kekurangan institusi publik atau kemasyarakatan yang ada
seperti: administrasi publik, organisasi-organisasi masyarakat, agen-agen
pembangunan (Lembaga Swadaya Masyarakat), masyarakat madani (civil
societies), dan organisasi sosial politik. Kelemahan institusi public tersebut
akan membatasi akses kebijakan (policy access) atau kemampuan organisasi-
organisasi pusat untuk mencapai daerah tertinggal dalam upaya untuk
menetapkan aturan atau menyalurkan sumberdaya pembangunan.113

Dampak dari seluruh kendala di atas adalah keterbatasan akses yang

menyebabkan aliran modal, barang-barang, masyarakat, informasi, dan kebijakan

ke dalam dan ke luar daerah tertinggal menjadi terbatas. Pada akhirnya kendala-

kendala tersebut akan menyebabkan daerah tertinggal tetap tertinggal karena

terkucil dari arus utama perekonomian, kehidupan politik , dan budaya. Ketidak

113
Ulang Mangun Sosiawan, Efektifitas Peraturan Perundang-Undangan Kaitan Dengan
Pembangunan Daerah Tertinggal, Laporam Akhir Penelitian Hukum, Kementerian Hukum Dan
Hak Asasi Manusia Ri, (Jakarta : Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2011), hlm. 76.

Universitas Sumatera Utara


beruntungan dalam hal akses ke sumberdaya (resources-type acces) dari daerah

tertinggal merupakan akibat dari ketergantungan daerah tertinggal terhadap pusat-

pusat perkotaan, struktur ekonomi dan lokasi geograis yang kurang

menguntungkan dan keterbatasan akses daerah tertinggal terhadap barang,

informasi, dan sumberdaya pokok. Kendala tersebut membatasi kemampuan

daerah tertinggal untuk menghasilkan barang dan jasa yang bisa dijual di pasar

yang lebih luas (regional, nasional, atau global). Keterbatsan-keterbatasan ini dapat

dikelompokkan menjadi keterbatasan sumberdaya keuangan, manusia (human),

dan kelembagaan (institusional). Secara empiris dan realitas di lapangan, harus

diakui bahwa dari ketidak beruntungan ini adalah kelangkaan sumber daya

keuangan. Secara umum, dunia usaha, masyarakat, dan bahkan otoritas local di

daerah tertinggal relatif miskin dan memiliki kapasitas yang terbatas. Proses

akumulai modal, jika ada, sangat terbatas dalam sektor produksi primer, resiko

sangat tinggi, dan banyak faktor yang menghambat kemampuan tntrepreneur dan

otoritas lokal untuk mendapatkan modal untuk investasi. Kelangkaan beberapa

jenis infrastruktur dapat juga dianggap sebagai ketidak beruntungan dalam hal

sumberdaya, jika kelangkaan jalan antar kabupaten dapat membatasi komunikasi

local, pengembangan jejaring sosial, kerjasama (co-operation), dunia usaha.

Kehilangan amneties dan inrastruktur wisata menyulitkan pengembangan potensi

wisata. Keterbatasan ketesediaan lembaga keuangan di daerah tertinggal

menyulitkan perkembangan dunia usaha.

Jenis lain dari ketidakberuntungan adalah bersumber dari kelemahan

sumberdaya manusia. Sumberdaya manusia daerah tertinggal ditandai oleh tingkat

pendidikan yang relatif rendah, keterampilan yang rendah, dan belakangan ini

Universitas Sumatera Utara


jumlah penduduk berusia lanjut yang semakin meningkat. Sementara itu, penduduk

daerah tertinggal yang memiliki tingkat pendidikan yang relati lebih baik banyak

berimigrasi ke daerah lainnya, terutama ke daerah perkotaan/industry sehingga

memperburuk kualitas dan kuantitas sumberaya manusia yang tinggal di wilayah

tertinggal. Salah satu akibat dari lemahnya sumberdaya manusia daerah tertinggal

ini adalah rendahnya budaya kewirausahaan (entrepreneurship) dan rendahnya

jumlah sumberdaya yang dimiliki masyarakat daerah tertinggal sehingga pada

gilirannya mengakibatkan kapasitas inovasi dan pembelajaran masyarakat juga

rendah.

Pada daerah tertinggal dimana sumberdaya manusianya sangat buruk,

budaya saling percaya (mutual trust) dan keinginan untuk bekerja sama pun bisa

hilang sehingga pada akhirnya semakin menyulitkan dalam memulai atau

melaksanakan pembangunan jenis apapun. Keterbatasan institusi publik dan

madani (civic) yang juga merupakan ketidak beruntungan akses akan menghambat

daerah tertinggal untuk menyadari dan mengekspresikan kebutuhan mereka secara

efisien dan untuk menarik bantuan dan sumberdaya keuangan. Ketidak

beruntungan dalam hal sumberdaya ini akan membuat daerah tertinggal tidak

mampu bertahan dan bersaing dalam persaingan global, meskipun mereka

memiliki akses yang memadai ke pasar.114

Lambannya penyaluran dana desa sangat merugikan warga desa, karena

tidak bisa melaksanakan berbagai program pembangun desan yang telah disepakati

dalam musyawarah desa. Lambatnya desa menerima pencairan dana, sangat

merugikan bagi desa, karena menghambat kegiatan pembangunan desa yang telah

ditetapkan melalui musyawarah desa. Dana segera diterima desa, segera


114
Ibid., hlm. 79.

Universitas Sumatera Utara


manfaatkan untuk membangun infrastruktur desa, seperti jalan dan irigasi. Ini

semua sangat vital bagi kemajuan pertanian dan usaha desa lainnya. Adapun tujuan

pembangunan desa, yakni meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan

kualitas hidup manusia, serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan

kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi

ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara

berkelanjutan. Atas dasar itu, pembangunan infrastruktur desa itu sangat mendesak.

Misalnya, banyak jalan desa yang kondisinya rusak parah dan harus segera

diperbaiki agar sarana transportasi desa berjalan lancar, ekonomi desa berjalan

baik, perdagangan antar desa berjalan lancar, dan masyarakat bisa menjual hasil

kebun atau ternak dan ikannya ke kota. Dana desa juga penting untuk memajukan

ekonomi desa, mengembangkan sumberdaya yang ada di desa menjadi usaha

produktif yang bisa menggerakkan ekonomi desa, menciptakan banyak lapangan

kerja dan usaha bagi masyarakat desa, mengurangi pengangguran, kemiskinan dan

urbanisasi. Potensi desa yang berbasis sumberdaya alam, seperti sumber mata air

yang bisa dikembangkan menjadi usaha air bersih, selain bisa memberikan

pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga desa, juga bisa

dikelola sebagai bisnis air bersih yang memberikan keuntungan komersial bagi

desa. 115

Terdapat 2 (dua) hambatan atau kendala yang dihadapi untuk

mendatangkan investasi asing, sebagaimana diinventarisasi oleh BKPM, yaitu

kendala internal dan eksternal. Hal-hal yang termasuk dalam kendala internal

adalah: kesulitan perusahaan mendapatkan lahan atau lokasi proyek yang

115
Iwan Setiawan, Keterlambatan Dana, Hambat Pembangunan Desa, melalui
http://www.gatra.com/ekonomi/makro/163983-keterlambatan-dana-hambat-pembangunan-
desa.html, (diakses tanggal 19 Januari 2016).

Universitas Sumatera Utara


sesuai;kesulitan memperoleh bahan baku;kesulitan dana/pembiayaan; kesulitan

pemasaran; dan adanya sengketa atau perselisihan di antara pemegang saham.

Sedangkan kendala eksternal, meliputi: faktor lingkungan bisnis, baik nasional,

regional dan global yang tidak mendukung serta kurang menariknya insentif atau

fasilitas investasi yang diberikan pemerintah; masalah hukum;keamanan, maupun

stabilitas politik yang merupakan faktor eksternal ternyata menjadi faktor penting

bagi investor untuk menanamkan modal di Indonesia; adanya peraturan daerah,

keputusan menteri, undangundang yang turut mendistorsi kegiatan penanaman

modal.116

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas meminta agar

distribusi dana desa kepada 74.093 desa sasaran dipercepat pada pertengahan 2015,

mengingat keterlambatan pencairan tahap pertama di pertengahan April 2015 yang

dikhawatirkan dapat mengganggu program pemberdayaan desa. Keterlambatan

pencairan dana desa tersebut dapat terjadi karena program dana desa merupakan

program baru, dimana pemerintah pusat dan daerah perlu mematangkan persiapan

agar dana desa tersebut efektif untuk pembangunan desa. Keterlambatan pencairan

dana desa ini, tidak akan memberikan dampak signifikan bagi target penurunan

tingkat kemiskinan.117

C. Kedudukan hukum investor dan Perlunya Investor menanamkan

modalnya dalam Pembangunan daerah tertinggal

Dalam konteks ketertinggalan, struktur ekonomi kabupaten di daerah

tertinggal selama ini sebagian besar di topang oleh pertanian secara luas

116
Widya Natalia Rares, Op.Cit , hlm. 74.
117
http://www.neraca.co.id/article/52803/pencairan-dana-desa-harus-dipercepat.html,
(diakses tanggal 20 Januari 2016).

Universitas Sumatera Utara


(perkebunan, tanaman pangan, peternakan dan perikanan kelautan). Dengan profil

sebaran kemiskinan yang banyak di perdesaan yang sebagian besar berada di sektor

pertanian, diharapkan Industrialisasi dan hilirisasi yang sedang berjalan menjadi

respon positif dalam mengatasi persoalan ini. Dengan sebaran industrialisasi dan

hilirisasi khususnya di luar Jawa selain meningkatkan nilai tambah produksi juga

diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja dan usaha baru. Pusat-pusat

pertumbuhan ekonomi baru diharapkan terus diperbanyak di luar Pulau Jawa. Hal

ini akan menstimuli pembangunan di luar Pulau Jawa, sehingga kedepannya akan

lebih banyak lagi daerah yang akan berkembang. Untuk aksesibilitas ke sektor

produktif, program pemberdayaan masyarakat, perluasan akses keuangan (modal),

akses produksi dan pasar dilakukan melalui berbagai program baik yang dilakukan

pemerintah pusat maupun daerah.118 Alasan seorang investor melakukan investasi

adalah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang

serta untuk menghindari merosotnya nilai kekayaan yang dimiliki. Investor adalah

penanam uang atau modal; orang yang menanamkan uangnya dalam usaha dengan

tujuan mendapatkan keuntungan.119

Kedudukan penanaman modal di suatu negara merupakan salah satu tempat

alokasi dana yang produktif dari pihak yang memiliki kelebihan dana (investor)

kepada pihak yang membutuhkan dana (perusahaan). Penanaman Modal (investor)

adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam

negeri maupun penanaman modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara

tertentu. Orang awam menyebutnya jumlah uang atau modal yang ditanam di

118
Susaei, Pertumbuhan Ekonomi Pertanian dan Daerah Tertinggal, melalui https://susaei.
wordpress.com/2013/12/12/pertumbuhan-ekonomi-pertanian-dan-daerah-tertinggal-2/, (diakses
tanggal 20 Januari 2016).
119
Abdul Halim, Op.Cit, hlm. 83.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai