I. Buku
Amirizal. Hukum Bisnis Risalah dan Praktek, Jembatan, (Jakarta : Adinatha Mulia,
1999).
Gayatri. Monica Nunik, Prinsip Keadilan Dan Kepastian Hukum Dalam Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Terhadap
Pemberian Insentif Bagi Investor Asing (Tinjauan terhadap Kepentingan
yang Dilindungi dalam Undang-Undang Penanaman Modal), Penulisan
karya Ilmiah (Surakarta :Universitas Sebelas Maret, 2010).
Kurniati. Yati, Donni Fajar Anugrah & Tevy Chawwa, Peran Investasi Dalam
Mendorong Pertumbuhan Ekonomi, Working Paper, (Jakarta : Bank
Indonesia, 2008).
MIGA . “World Investment and Political Risk 2012”, MIGA WIPR Report, 2012.
Rokharussa’dyah. Ana dan Suratman, Hukum Investasi & Pasar Modal, (Jakarta :
Sinar Grafika, 2010).
Susetyo. Ivan Budi, Tjahjanulin Domai, Wima Yudo Prasetyo, Kualitas Anggaran
Dan Belanja Daerah Terhadap Penyediaan Pelayanan Masyarakat Dalam
Mendorong Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (Studi Di
Kabupaten Lebak Provinsi Banten), Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol.
2, No. 3, Hal. 511-517, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya,
Malang, 2013.
Warka. Made, Dampak Penanaman Modal dalam Konteks Otonomi Daerah Jawa
Timur, Jurnal Ilmiah Hukum ISSN : 0854-6509, Nomor 2 Vol. 15,
(Surabaya : Universitas 17 Agustus 1945).
Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha Yang
Tertutup Dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang
Penanaman Modal.
Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No.14 Tahun 2015 tentang
Pedoman dan Tata cara Izin Prinsip Penanaman Modal.
III. Website
Aditiawan Chandra, Penanaman Modal dalam Era Otonomi Daerah , melalui https://
businessenvironment.wordpress.com/2007/01/05/penanaman-modal-dalam-
era-otonomi-daerah.html, diakses tanggal 16 Januari 2016.
Eko Budi, Implikasi UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman modal terhadap
PeningkatanInvestasi di Provinsi Jambi, melalui
http://ditpolairdajambi.blogspot.co.id /2015/01/implikasi-uu-no-25-tahun-
2007-tentang.html, diakses tanggal 16 Februari 2016.
Gita Karina P.I.S , Lasmawati Butar-butar & Tsiqah Khumirah, Penanaman Modal
Asing, melalui http://tsiqahk.blogspot.co.id/2013/05/tugas-3-penanaman-
modal-asing.html, diakses tanggal 27 Februari 2016.
http://svrp1.telkomhosting.com/~admin19/detail_artikel.php?id=430, diakses
tanggal 17 Februari 2016.
http://www.modern-cikande.co.id/lang_id/artikel/satu-lagi-uu-no-25-tahun-2007-
tentang-regulasi-investasi-di-indonesia-indonesia-investment-law.html,
diakses tanggal 13 Januari 2016.
http://koirula.blogspot.co.id/2015/01/kewajiban-dan-hak-serta-tanggung-
jawab.html, diakses tanggal 19 Februari 2016.
http://keuda.kemendagri.go.id/artikel/detail/35-pembangunan-infrastruktur-dan-
sinergi-pusat-daerah.html, diakses tanggal 18 Januari 2016.
http://www.neraca.co.id/article/52803/pencairan-dana-desa-harus-
dipercepat.html, diakses tanggal 20 Januari 2016.
http://pekalongankab.go.id/fasilitas-web/artikel/ekonomi/4255-peran-investasi-
dalam-pembangunan-ekonomi-nasional.html?device=xhtml, diakses
tanggal 24 Januari 2016.
http://unisosdem.org/article_detail.php?aid=8382&coid=1&caid=28&gid=3.html
, diakses tanggal 24 Januari 2016.
http://ninathalib.tumblr.com/post/52298890226/penanaman-modal-asing, diakses
tanggal 13 Februari 2016.
http://forum-penanaman-modal.blogspot.co.id/2010/03/spirit-kerja-sama-
penanaman-modal.html, diakses tanggal 21 Februari 2016.
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl48/peranan-multilateral-investment-
guarantee-agency-di-indonesia, diakses tanggal 20 Februari 2016.
Moch. Basarah, Peran dan Prospek Konvensi Washington 1965 Dalam Kerangka
Penanaman Modal Asing di Indonesia,
https://mochamadbasarah.wordpress.com/2009/05/28/my-article/, diakses
tanggal 21 Februari 2016.
yang relatif tertinggal dari segi ekonomi, kesehatan, sosial, dan pendidikan.
Replubik Indonesia untuk mengubah suatu daerah yang dihuni oleh komunitas atau
menjadi daerah yang maju dengan komunitas atau masyarakat yang kualitas
daerah tertinggal tidak hanya meliputi aspek ekonomi, tetapi juga aspek sosial,
hidup di daerah tertinggal memerlukan perhatian dan keberpihakan yang besar dari
106
Peraturan Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal 001/KEP/M-PDT/I/2005
tentang Pembangunan Daerah Tertinggal Strategi Nasional.
107
Hadiyanto Pratomo, Strategi Mengatasi Kemiskinan Daerah, melalui
http://hadiyantopratomo.blogspot.co.id/2012/05/strategi-mengatasi-kemiskinan-daerah.html,
(diakses tanggal 17 Januari 2016).
serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala
mengubah suatu daerah yang dihuni oleh komunitas dengan berbagai permasalahan
sosial ekonomi dan keterbatasan fisik, menjadi daerah yang maju dengan
komunitas yang kualitas hidupnya sama atau tidak jauh tertinggal dibandingkan
Pembangunan daerah tertinggal tidak hanya meliputi aspek ekonomi, tetapi juga
aspek sosial, budaya, dan keamanan (bahkan menyangkut hubungan antara daerah
108
Lei Mena, Analisis Yuridis Percepatan Pembangunan daerah tertinggal sebagai bagian
dari perwujudan Negara kesejahteraan, melalui http://www.leimena.org/id/page/v/548/analisis-
yuridis-percepatan-pembangunan-daerah-tertinggal-sbg-bag-dr-perwujudan-negara-
kesejahteraan.html, (diakses tanggal 17 Januari 2016).
109
http://keuda.kemendagri.go.id/artikel/detail/35-pembangunan-infrastruktur-dan-
sinergi-pusat-daerah.html, (diakses tanggal 18 Januari 2016).
pada umumnya terdapat pada daerah yang secara geografis terisolir dan terpencil
serta daerah rawan bencana. Di samping itu, perlu perhatian khusus pada daerah
110
Hermen Malik, Menguak Ketertinggalan Meretas Jalan Baru, (Jakarta : Kemitraan,
2008), hlm. 15.
serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala
mengubah suatu daerah yang dihuni oleh komunitas dengan berbagai permasalahan
sosial ekonomi dan keterbatasan fisik menjadi daerah yang maju dengan komunitas
yang kualitas hidupnya sama atau tidak jauh tertinggal dibandingkan dengan
ekonomi, tetapi juga aspek sosial, budaya, keamanan, dan bahkan menyangkut
hubungan antara daerah tertinggal dengan daerah maju. Penetapan kriteria daerah
111
Wahyudin Kessa, Perencanaan Pembangunan Desa, (Jakarta : Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi Republik Indonesia, 2015), hlm. 18.
Dalam hal ini, melalui pelayanan masyarakat yang diberikan oleh pemerintah
daerah dapat dinilai sejauh mana kegiatan tersebut mampu mendorong percepatan
Dalam perubahan sosial yang terjadi pada era sekarang ini, eksistensi
hukum dalam pembangunan masyarakat daerah tidak lepas dari paradigma yang
dipakai dan melekat pada hukum yang berlaku. Untuk merajut motivasi dasar
penegakan hukum, dan segenap lapisan masyarakat selalu dituntut dalam bingkai
112
Ivan Budi Susetyo, Tjahjanulin Domai, Wima Yudo Prasetyo, Kualitas Anggaran Dan
Belanja Daerah Terhadap Penyediaan Pelayanan Masyarakat Dalam Mendorong Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal (Studi Di Kabupaten Lebak Provinsi Banten), Jurnal
Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 3, Hal. 511-517, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas
Brawijaya, Malang, 2013.
ke dalam dan ke luar daerah tertinggal menjadi terbatas. Pada akhirnya kendala-
terkucil dari arus utama perekonomian, kehidupan politik , dan budaya. Ketidak
113
Ulang Mangun Sosiawan, Efektifitas Peraturan Perundang-Undangan Kaitan Dengan
Pembangunan Daerah Tertinggal, Laporam Akhir Penelitian Hukum, Kementerian Hukum Dan
Hak Asasi Manusia Ri, (Jakarta : Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2011), hlm. 76.
daerah tertinggal untuk menghasilkan barang dan jasa yang bisa dijual di pasar
yang lebih luas (regional, nasional, atau global). Keterbatsan-keterbatasan ini dapat
diakui bahwa dari ketidak beruntungan ini adalah kelangkaan sumber daya
keuangan. Secara umum, dunia usaha, masyarakat, dan bahkan otoritas local di
daerah tertinggal relatif miskin dan memiliki kapasitas yang terbatas. Proses
akumulai modal, jika ada, sangat terbatas dalam sektor produksi primer, resiko
sangat tinggi, dan banyak faktor yang menghambat kemampuan tntrepreneur dan
jenis infrastruktur dapat juga dianggap sebagai ketidak beruntungan dalam hal
pendidikan yang relatif rendah, keterampilan yang rendah, dan belakangan ini
daerah tertinggal yang memiliki tingkat pendidikan yang relati lebih baik banyak
tertinggal. Salah satu akibat dari lemahnya sumberdaya manusia daerah tertinggal
rendah.
budaya saling percaya (mutual trust) dan keinginan untuk bekerja sama pun bisa
madani (civic) yang juga merupakan ketidak beruntungan akses akan menghambat
beruntungan dalam hal sumberdaya ini akan membuat daerah tertinggal tidak
tidak bisa melaksanakan berbagai program pembangun desan yang telah disepakati
merugikan bagi desa, karena menghambat kegiatan pembangunan desa yang telah
semua sangat vital bagi kemajuan pertanian dan usaha desa lainnya. Adapun tujuan
ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara
berkelanjutan. Atas dasar itu, pembangunan infrastruktur desa itu sangat mendesak.
Misalnya, banyak jalan desa yang kondisinya rusak parah dan harus segera
diperbaiki agar sarana transportasi desa berjalan lancar, ekonomi desa berjalan
baik, perdagangan antar desa berjalan lancar, dan masyarakat bisa menjual hasil
kebun atau ternak dan ikannya ke kota. Dana desa juga penting untuk memajukan
kerja dan usaha bagi masyarakat desa, mengurangi pengangguran, kemiskinan dan
urbanisasi. Potensi desa yang berbasis sumberdaya alam, seperti sumber mata air
yang bisa dikembangkan menjadi usaha air bersih, selain bisa memberikan
pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga desa, juga bisa
dikelola sebagai bisnis air bersih yang memberikan keuntungan komersial bagi
desa. 115
kendala internal dan eksternal. Hal-hal yang termasuk dalam kendala internal
115
Iwan Setiawan, Keterlambatan Dana, Hambat Pembangunan Desa, melalui
http://www.gatra.com/ekonomi/makro/163983-keterlambatan-dana-hambat-pembangunan-
desa.html, (diakses tanggal 19 Januari 2016).
regional dan global yang tidak mendukung serta kurang menariknya insentif atau
stabilitas politik yang merupakan faktor eksternal ternyata menjadi faktor penting
modal.116
distribusi dana desa kepada 74.093 desa sasaran dipercepat pada pertengahan 2015,
pencairan dana desa tersebut dapat terjadi karena program dana desa merupakan
program baru, dimana pemerintah pusat dan daerah perlu mematangkan persiapan
agar dana desa tersebut efektif untuk pembangunan desa. Keterlambatan pencairan
dana desa ini, tidak akan memberikan dampak signifikan bagi target penurunan
tingkat kemiskinan.117
tertinggal selama ini sebagian besar di topang oleh pertanian secara luas
116
Widya Natalia Rares, Op.Cit , hlm. 74.
117
http://www.neraca.co.id/article/52803/pencairan-dana-desa-harus-dipercepat.html,
(diakses tanggal 20 Januari 2016).
sebaran kemiskinan yang banyak di perdesaan yang sebagian besar berada di sektor
respon positif dalam mengatasi persoalan ini. Dengan sebaran industrialisasi dan
hilirisasi khususnya di luar Jawa selain meningkatkan nilai tambah produksi juga
pertumbuhan ekonomi baru diharapkan terus diperbanyak di luar Pulau Jawa. Hal
ini akan menstimuli pembangunan di luar Pulau Jawa, sehingga kedepannya akan
lebih banyak lagi daerah yang akan berkembang. Untuk aksesibilitas ke sektor
akses produksi dan pasar dilakukan melalui berbagai program baik yang dilakukan
adalah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang
serta untuk menghindari merosotnya nilai kekayaan yang dimiliki. Investor adalah
penanam uang atau modal; orang yang menanamkan uangnya dalam usaha dengan
alokasi dana yang produktif dari pihak yang memiliki kelebihan dana (investor)
adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam
negeri maupun penanaman modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara
tertentu. Orang awam menyebutnya jumlah uang atau modal yang ditanam di
118
Susaei, Pertumbuhan Ekonomi Pertanian dan Daerah Tertinggal, melalui https://susaei.
wordpress.com/2013/12/12/pertumbuhan-ekonomi-pertanian-dan-daerah-tertinggal-2/, (diakses
tanggal 20 Januari 2016).
119
Abdul Halim, Op.Cit, hlm. 83.