Rekonstruksi Al Islam Kemuhammadiyahan A B74161e6
Rekonstruksi Al Islam Kemuhammadiyahan A B74161e6
RECONSTRUCTION OF AL-ISLAM-
KEMUHAMMADIYAHAN (AIK) IN MUHAMMADIYAH
UNIVERSITIES AS THE PRAXIS OF VALUE EDUCATION
Syamsul Arifin
Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Bandung No. 1 Malang Jawa Timur 65113
Email: syamsarifin@yahoo.com
Abstract Abstrak
One of the peculiarities marker at the higher Salah satu penanda kekhasan di Perguruan
education of Muhammadiyah is providing the Tinggi Muhammadiyah adalah penyelenggaraan
education of al Islam and Kemuhammadiyahan pendidikan al Islam dan Kemuhammadiyahan
(AIK). In the curriculum of the higher education (AIK). Pada kurikulum Perguruan Tinggi Muham
of Muhammadiyah there is a provision that AIK madiyah terdapat ketentuan bahwa AIK merupakan
is a compulsory subject, a kind of Islamic religious materi wajib, semacam pendidikan agama Islam
education must be given in public higher education. yang wajib diberikan di pendidikan tinggi umum.
However, AIK has a weight of credits and hours of Namun demikian, AIK memiliki bobot kredit dan
study which is greater than the Islamic religious jam studi yang lebih besar dari pada pendidikan
education at public higher education, which weighs agama Islam di perguruan tinggi umum, yang
2 credits and given only one time in one semester, berbobot 2 sks dan diberikan hanya satu kali
while AIK has a weight of 4-8 credits are given for dalam satu semester, sementara AIK memiliki
four semesters. Taking into account the position bobot 4-8 sks yang diberikan selama empat
of the AIK, this paper want elaborate AIK as the semester. Dengan mempertimbangkan posisi
praxis of value education. This paper is based on AIK tersebut, tulisan ini hendak meng elaborasi
a descriptive study of a number of documents AIK sebagai praksis pendidikan nilai. Tulisan ini
relating to AIK generated by Muhammadiyah didasarkan pada riset deskriptif terhadap sejumlah
and University of Muhammadiyah Malang, one of dokumen yang berkaitan dengan AIK yang
higher education of Muhammadiyah that serve as dihasilkan oleh Muhammadiyah dan Universitas
an example the case of the development of AIK. Muhammadiyah Malang, salah satu Perguruan
At the end of this paper, the authors recommend Tinggi Muhammadiyah yang dijadikan sebagai
about the importance of value ducation as a contoh kasus pengembangan AIK. Pada bagian
paradigm in developing AIK. akhir tulisan ini, penulis merekomendasikan
tentang pentingnya pendidikan nilai sebagai
Keywords: Al Islam and Kemuhammadiyahan,
paradigma dalam mengembangkan AIK.
educational value, Muhammadiyah
Kata Kunci: Al Islam dan Kemuhammadiyahan,
pendidikan nilai, Muhammadiyah.
Naskah diterima 19 Juni 2015. Revisi pertama, 2 Juli 2015. Revisi kedua, 19 Juli 2015 dan revisi terahir 5 Agustus 2015
Pada bagian akhir tulisan ini, penulis akan sebagai state of mind, tidak bisa dilepaskan
merekomendasikan beberapa upaya dalam dari proses transfer dan transformasi
rangka mengembangkan AIK sebagai paham keislaman yang dilakukan secara
praksis pendidikan nilai. Tulisan ini sistematis melalui institusi pendidikan
didasarkan pada telaah terhadap beberapa yang dimiliki Muhammadiyah. Dalam
dokumen yang bersumber dari Pimpinan konteks ini, institusi pendidikan al-Islam
Pusat Muhammadiyah yang diakses secara dan Kemuhammadiyahan (AIK) yang ter
daring (online) dan dokumen-dokumen dapat pada semua Perguruan Tinggi
yang terkait dengan AIK di Universitas Muhammadiyah (PTM), ikut berperan
Muhammadiyah Malang (UMM). UMM dalam memengaruhi dan bahkan mengubah
sengaja dipilih karena didasarkan setidaknya cara berfikir (mode of though) mahasiswa
pada tiga pertimbangan. Pertama, UMM terhadap Islam.
telah melakukan beberapa rekonstruksi Kedua, pendidikan yang dimiliki
terhadap AIK kurang lebih sejak 1991. oleh Muhammadiyah turut memberikan
Kedua, rekonstruksi yang dilakukan oleh kontribusi terhadap apa yang dalam sosiologi
UMM dijadikan salah satu pertimbangan disebut dengan mobilitas sosial. Jika sedikit
oleh Majelis Pendidikan Tinggi Pimpinan melakukan tilikan sejarah, misi pendidikan
Pusat Muhammadiyah dalam mengeluarkan yang dikembangkan oleh Muhammadiyah
kebijakan terkait dengan pengembangan di antaranya ingin mendorong umat Islam
AIK pada level nasional. Ketiga, model AIK terbebas dari jeratan sebagai kelas jelata
di UMM dijadikan acuan oleh beberapa PTM yang diakibatkan dari praktik politik etis
terutama yang berada di wilayah Indonesia pemerintah kolonial Belanda9. Berkat
bagian timur dan PTM yang sedang pendidikan Muhammadiyah, banyak dari
berkembang. umat Islam yang mengalami mobilitas sosial
sebagai kelas menengah.10
PEMBAHASAN Kendati memiliki lembaga pendidikan
dalam jumlah yang banyak serta memberikan
Filsafat Pendidikan Muhammadiyah
kontribusi setidaknya terhadap kehidupan
Dengan jumlah lembaga pendidikan umat Islam, pendidikan Muhammadiyah
yang demikian banyak tersebut, Mu tidak pernah henti-hentinya mendapatkan
hammadiyah terbukti bisa melakukan peran sorotan dan kritik baik dari kalangan
strategis yang dapat dirasakan manfaatnya internal Muhammadiyah sendiri maupun
oleh banyak kalangan. Pertama, pendidikan dari kalangan luar. Sorotan dan kritik
yang dikembangkan oleh Muhammadiyah terhadap pendidikan Muhammadiyah di
telah terbukti menjadi institusi strategis antaranya ada yang bermuatan filosofis.
dalam mendiseminasikan paham keislaman
yang dikembangkan oleh Muhammadiyah. 9
Lihat, Robert van Niel. 2009. Munculnya Elite
Perkembangan Muhammadiyah sebagai Modern Indonesia. Jakarta: Pustaka Jaya Indonesia.
suatu fenomena “society”—bukan hanya
10
Lihat, Matuki HS. 2010. Kebangkitan Kelas
Menengah Santri: Dari Tradisionalisme, Liberalisme,
sebagai fenomena organisasi--, setidaknya Postradisionalisme hingga Fundamentalisme. Tangerang:
Pustaka Dunia.
mendasar tentang pendidikan. Inilah yang AIK sebagai Praksis Pendidikan Nilai
dimaksud dengan esensi (essence), yakni
Telah dikemukakan di bagian awal
sesuatu yang dipandang paling penting.
tulisan ini bahwa Muhammadiyah memiliki
Dengan demikian, berfikir secara radikal
ribuan institusi pendidikan sejak dari TK
dalam konteks pendidikan berarti suatu
sampai PT. Sebagai organisasi berbasis
ikhtiar untuk memahami esensi (apa yang
dan berkarakter keagamaan (keislaman),
paling penting) pendidikan. Pemahaman
maka wajar jika pendidikan yang dirancang
terhadap esensi pendidikan perlu dimiliki
oleh Muhammadiyah selalu diusahakan
oleh semua pemangku kepentingan
melekat dengan segala sesuatu yang ber
(stakeholders), lebih-lebih bagi pengelola
hubungan dengan agama (Islam). Salah satu
suatu institusi pendidikan. Menurut Omar
yang menjadi karakter pada pen didikan
Muhammad al-Toumy al-Syaibani:14
Muhammadiyah adalah adanya program
pendidikan bernama al-Islam-Kemuham
Falsafah pendidikan itu dapat menolong
perancang-perancang pendidikan dan madiyahan (AIK) pada jenjang perguruan
orang-orang yang melaksanakannya dalam tinggi (Perguruan Tinggi Muhammadiyah/
suatu negara untuk membentuk pemikiran PTM). AIK di PTM bisa disetarakan dengan
yang sehat terhadap proses pendidikan. pendidikan agama pada perguruan tinggi
Di samping itu dapat menolong terhadap lain di Indonesia yang berkedudukan sebagai
tujuan-tujuan dan fungsi-fungsinya serta
mata kuliah wajib kendati hanya berbobot 2
meningkatkan mutu penyelesaian masalah
sks. Dalam sistem pendidikan di Indonesia,
pendidikan dan peningkatan tindakan
dan keputusan termasuk rancangan- pendidikan agama menurut Abdul Mu’ti dan
rancangan pendidikan mereka, begitu Fajar Riza Ul Haq bersifat confessional yang
juga untuk memperbaiki peningkatan bertujuan menanamkan keyakinan dan
pelaksanaan pendidikan serta kaedah dan membentuk manusia taat kepada agamanya
cara mereka mengajar yang mencakup (learning to be religious persons), bukan sekedar
penilaian, bimbingan, dan penyuluhan.
sebagai sebagai obyek ilmu pengetahuan
Hal itu dapat mewarnai tindakan mereka
(learning to know about religion).15 Pemberian
dengan tujuan tertentu dan memberikan
usaha-usaha pendidikan itu suatu merata status terhadap pendidikan agama sebagai
fikiran dan falsafah. Begitu juga hal itu mata kuliah wajib dalam sistem pendidikan
dapat ia mengaitkan di antara berbagai nasional juga terkandung maksud sebagai
segi kegiatan dan usaha-usaha yang “instrumen” bagi pencapaian tujuan
dilakukannya untuk mencapai tujuan- pendidikan nasional. Pada Undang-Undang
tujuan pendidikan. Falsafah pendidikan
Republik Indonesia (UU RI) Nomor 20 Tahun
yang menyeluruh yang dibatasi dalam
2003, Bab II (Dasar, Fungsi, dan Tujuan),
rangka sejarah bangsa dan kebudayannya
dan suasana kerohanian, sosial, ekonomi Pasal 3 terdapat pernyataan:
dan politik dapat menyebabkan pelajarnya,
dan orang yang mendalaminya memandang Pendidikan nasional berfungsi me
proses pendidikan. ngembangkan kemampuan dan membentuk
pada satuan pendidikan diselenggarakan di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: CTSD IAIN Sunan
kalijaga Yogyakarta, h. 132.
menganalisis atau mengevaluasi gagasan antara guru atau dosen dengan murid
atau informasi yang disampaikan dosen. atau mahasiswa di dalam kelas dalam
kerangka tujuan pembelajaran. Sedangkan
Ketiga, isi, kandungan, atau content AIK.
menurut Azyumardi Azra,19 pengajaran
Sorotan terhadap AIK yang menyangkut isi
lebih menekankan pada proses transfer
(content) berkaitan dengan lingkup materi,
ilmu belaka, bukan transformasi nilai dan
yang dinilai masih terlalu menekankan
pembentukan kepribadian dengan segala
pada aspek kognitif (pengetahuan teoritik)
aspek yang dicakupinya. Oleh karena
daripada pengembangan sikap moral
itu,menurut J.I.G.M. Drost.20 perlu dibedakan
keagamaan. Pada bagian pembahasan
antara proses mengajar dengan belajar
filsafat pendidikan Muhammadiyah terdapat
(pengajaran) dengan pendidikan yang
pertanyaan tentang esensi pendidikan.
memiliki makna lebih luas.
Pertanyaan ini juga bisa ditujukan kepada
AIK; apakah sebenarnya yang menjadi esensi Jika coba dianalisis secara etimologis,
AIK? kata pendidikan berasal dari dua kata kerja
yang berbeda, yaitu, dari kata educare dan
Sebagaimana ditulis pada judul tulisan
educere. Kedua kata ini berasal dari bahasa
ini, AIK ingin dipahami dalam konteks
Latin yang kemudian diserap ke dalam
praksis pendidikan nilai. Pada judul sengaja
bahasa Inggris menjadi education. Educare
disisipkan kata praksis (praxis) dengan
mengandung pengertian melatih atau
maksud ingin mendorong terjadinya
menjinakkan (seperti melatih hewan liar
perubahan cara berfikir (mode of thought)
menjadi jinak) dan menyuburkan (seperti
bahwa AIK bukan hanya aktivitas verbal
mengolah tanah pertanian dengan baik
(ceramah/pidato/retorika) menjelaskan
sehingga mendatangkan hasil panen yang
segala sesuatu yang berhubungan dengan
melimpah). Berdasarkan pada arti harfiah
agama Islam dan Muhammadiyah. Lebih dari
educare ini, Doni Koesoema A kemudian
sekedar aktivitas verbal—sejalan dengan
menjelaskan makna pendidikan sebagai
pengertian kata praksis yakni berbuat atau
berikut:21
bertindak—AIK perlu dipahami sebagai
tindakan “edukatif” dan sekaligus tindakan Jadi, pendidikan merupakan sebuah
“didaktis” yang dapat mendorong peserta proses yang membantu menumbuhkan,
didik mewujudkan perilaku bermoral. mengembangkan, mendewasakan, mem
Tahapan dari tindakan edukatif-didaktis buat yang tidak tertata atau liar men
jadi semakin tertata, semacam proses
sampai pada terwujudnya suatu perilaku
penciptaan sebuah kultur dan tata
yang bermoral, tidak bisa dicapai hanya keteraturan dalam diri maupun dalam diri
dengan aktivitas pengajaran, tetapi harus orang lain. Selain merupakan semacam
melalui pendidikan. Pengajaran, menurut
Doni Koesoema A18, lebih berkaitan dengan 19
Azyumardi Azra. 1999. Pendidikan Islam: Tradisi
konteks pedagogis-didaktis dalam relasi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru.Jakarta: Logos,
h. 3.
Doni Koesoema A. 2007. Pendidikan Karakter:
18 20
J.I.G.M. Drost. 1998. Sekolah: Mengajar atau
Strategi Mendidik Anak di Zaman Global.Jakarta: Mendidik? . Yogyakarta: Kanisius, h. 32.
Grasindo, h. 58. 21
Doni Koesoema A., Pendidikan Karakter…,h. 53
Majelis Pendidikan Tinggi Pimpinan Pusat AIK. A. Malik Fadjar tidak puas jika AIK hanya
Muhammadiyah maupun di level masing- sebagai aktivitas formal untuk memenuhi
masing PTM (bottom up). Kajian yang tuntutan regulasi Muhammadiyah yang
dilakukan oleh penulis, baik sebagai “orang mewajibkan semua PTM menyelenggarakan
dalam” (insider) karena telah cukup lama AIK. Oleh karena itu, di era A. Malik
mengajar di UMM, maupun sebagai peneliti, Fadjar, AIK mengalami pemadatan yang
menemukan beberapa dokumen yang semula diberikan sejak semester I sampai
menunjukkan bahwa rekonstruksi terhadap semester VIII, diubah hanya sampai pada
AIK telah dilakukan oleh masing-masing semester IV. Langkah ini bisa disebut
PTM seperti yang dilakukan oleh UMM. sebagai proses substansiasi agar materi AIK
Sejak 1991 UMM telah melakukan beberapa betul-betul menyentuh kebutuhan paling
langkah rekonstruktif terhadap AIK sebagai mendasar pada aspek kognitif, afekstif, dan
bagian dari pengembangan UMM secara psikomotorik mahasiswa. A. Malik Fadjar
keseluruhan semenjak di bawah kendali kemudian membentuk semacam lem
kepemimpinan A. Malik Fadjar pada 1984. baga “think tank” yang akan menggodok
Salah satu kata kunci yang sering di pemikiran strategis untuk pengembangan
kemukakan oleh A. Malik Fadjar adalah AIK yang lebih substantif dan memiliki
pembaruan (reform). Kata kunci ini sering wibawa. Pada 1989 berdirilah Tim Pembina
diulang-ulang oleh A. Malik Fadjar karena al Islam dan Kemuhammadiyahan (TPAIM)
dalam pandangannya mengelola pendidikan yang kemudian berubah menjadi Pusat
bukan sekedar aktivitas mempertahankan Dokumentasi Kajian al Islam dan Kemu
apa yang sudah ada, suatu aktivitas yang hammadiyahan (PDKIM) dan Lembaga Studi
paling mudah untuk dilakukan. Te tapi Islam dan Kemuhammadiyahan (LSIK).
aktivitas yang cenderung status quo ini, Pendirian LSIK menurut A. Malik Fadjar
kata A. Malik Fadjar akan segera men memiliki tujuan untuk menciptakan suasana
datangkan petaka bagi masa depan se kondusif bagi kehidupan keagamaan di
buah lembaga pendidikan tinggi. Secara lingkungan kampus. Selain itu juga untuk
perlahan-lahan tetapi pasti, pendidikan mengem bangkan pemikiran Islam dan
tinggi akan tertinggal dalam buritan sejarah Kemuhammadiyahan yang cerdas dan kreatif
akibat ketidakmampuannya mengadakan dalam mengantisipasi dinamika perubahan.
hubungan yang dialektis dengan realitas
24
Sejak adanya lembaga ini, menurut Imam
yang selalu menuntut sikap transformatif. Suprayogo, mantan Pembantu Rektor I UMM
23
Agar UMM tidak berkembang seperti (1984-1996), bisa diselenggarakan kajian dan
yang dikhawatirkannya itu, A. Malik Fadjar diskusi tentang AIK seminggu sekali setiap
melakukan beberapa pembaruan terhadap Jumat malam Sabtu. Berikut penjelasan
pendidikan di UMM. Salah satu yang menjadi Imam Suprayogo lebih lanjut:25
sasaran pembaruan A. Malik Fadjar adalah
24
Anwar Hudiyono dan Anshari Thayib. 2006.
Darah Guru Darah Muhammadiyah: Perjalanan Hidup
A. Malik Fadjar. 1998. Visi Pembaruan Pendidikan
23 Abdul Malik Fadjar. Jakarta: Kompas, h. 118.
Islam. Jakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan 25
Sebagaimana dikemukakan secara tertulis
dan Penyusunan Naskah Indonesia [LP3NI], h. 91. oleh Imam Suprayogo dalam Catatan Akhir Sebuah
keagamaan.28Respons positif terhadap IDI, Amal Usaha. Buku ini bisa disebut sebagai
di samping diwujudkan dalam kajian reguler buku suplemen atau penunjang AIK di
SII yang melibatkan para dosen UMM dari bidang Kemuhammadiyahan karena
berbagai latar belakang keilmuan, juga merupakan kumpulan tulisan yang diolah
terlihat pada kurikulum AIK yang disajikan dari artikel tentang Muhammadiyah yang
bagi mahasiswa UMM. Pelembagaan dipublikasikan oleh Suara Muhammadiyah.
pendekatan interdisipliner atau IDI melalui Pelembagaan IDI dalam AIK baru dilakukan
AIK terjadi pada 1996. Pada tahun-tahun pada 1996. Pada tahun ini dilakukan
sebelumnya, IDI belum terlembagakan dalam rekonstruksi30 materi perkuliahan al Islam dan
Kemuhammadiyahan. Dalam rekonstruksi
AIK. Hal ini bisa dicermati pada dua jilid buku ini, penyelenggaraan AIK diatur dengan
teks al Islam yang terbit pada 1989 (al Islam penjenjangan dan materi sebagaimana
I) dan 1991 (al Islam II) yang merupakan disajikan pada tabel di bawah.
buku pegangan baik dosen dan mahasiswa. Tabel 2. Pokok-pokok Materi al Islam dan
Kedua buku tersebut dicetak dalam jumlah Kemuhammadiyahan31
sebanyak mahasiswa baru UMM. Pada kedua Al Islam I Dasar-dasar Islam yang meliputi: tauhid; Semester I
manusia dan agama; pengertian, ruang
buku tersebut, tidak ada pembahasan secara lingkup dan misi Islam; konsep alam
eksplisit tentang IDI. Buku pertama terdiri dalam Islam; dan nasbah antara tauhid
dengan ibadah, akhlak, dan muamalah.
dari tiga bab dengan pembahasan sebagai
Kemuham Islam sejarah yang meliputi: periodesasi Semester II
berikut: (1) pada bab pertama membahas madiyahan I sejarah Islam; makna pembaruan,
tentang manusia dan agama dengan pembabaruan dalam dunia Islam;
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam,
penekanan pada fitrah manusia adan agama dakwah, pembaharuan; beberapa aspek
manusia; (2) pada bab kedua membahas tentang Muhammadiyah; dan dinamika
Muhammadiyah dalam pergumulan
sumber dan ruang lingkup ajaran Islam; (3) keagamaan, sosial, politik, ekonomi, dan
lain sebagainya.
pada bab ketiga dibahas tentang dasar-dasar
Islam; dan (4) pada bab keempat dibahas Al Islam II Islam ditinjau dari berbagai disiplin Semester III
keilmuan (menyesuaikan dengan jumlah
al Islam sebagai paradigma.29 Adapun fakultas di UMM).
buku kedua, memuat tiga bab. Pada bab Kemuham Kapita selekta tentang Muhammadiyah Semester IV
pertama membahas tentang misi Islam. madiyahan II dan isu-isu aktual yang terkait dengan
Muhammadiyah.
Bab kedua membahas aktualisasi nilai Islam
dalam realitas kehidupan. Sedangkan bab Pada tahun-tahun berikutnya kegiatan
ketiga membahas metodologi pemahaman perkuliahan AIK di UMM mengacu pada
Islam. Sebagaimana buku pertama, buku hasil rekonstruksi yang dilakukan pada
kedua juga tidak membahas Islam dalam 1996. Dari sisi rentang waktu, pemberlakuan
perspektif IDI. Selain kedua buku tersebut, rekonstruksi tersebut terbilang lama karena
pada 1990 diterbitkan buku berjudul,
Muhammadiyah: Sejarah, Pemikiran dan Istilah rekonstruksi berasal dari tim penyusun
30
baru pada 2010, artinya setelah melewati tama, penyebutan atau nomenklatur
waktu selama 14 tahun, terjadi perubahan perkuliahan AIK tidak lagi dipisah seperti
signifikan terhadap AIK. Pada tahun 2010 pada rekonstruksi AIK 1996, tetapi disebut
UMM merumuskan apa yang disebut secara integratif, yaitu AIK. Jika pada
dengan Kurikulum AIK 2010. Penyusunan rekonstruksi AIK pada 1996 disebut: al
Kurikulum AIK 2010 dilatarbelakangi oleh Islam I, Kemuhammadiyahan I, al Islam II,
adanya tiga tuntutan. Pertama, amanat dari dan Kemuhammadiyahan II, maka dalam
Qaidah Perguruan Tinggi Muhammadiyah Kurikulum AIK 2014 penyebutannya men
agar PTM memberikan materi tambahan jadi: AIK I, AIK II, AIK III, dan AIK IV.
untuk memperkuat ciri khas PTM. Materi Kedua, Kurikulum AIK 2010 memuat
tambahan terdiri dari AIK, bahasa Arab, tujuan AIK secara umum, sedangkan re
dan Kajian Tafsir al Qur’an dan as Sunnah. konstruksi AIK 1996, hanya memuat
Kedua, obsesi UMM untuk menjadi uni tujuan pada masing-masing jenjang AIK,
versitas besar dan mendunia yang dapat yakni tujuan al Islam I dan II serta tujuan
melahirkan para lulusan yang cerdas dan Kemuhammadiyaha I dan II. Tujuan AIK
profesional, yang beriman dan bertaqwa secara umum menurut Kurikulum AIK 2010
terhadap Tuhan yang Maha Esa, berakhlak dirumuskan sebagai berikut:
mulia dan mampu bersaing di dunia
kerja. Obsesi ini, menurut tim penyusun (1) memberikan pemahaman ten tang
Kurikulum AIK 2010, memerlukan persiapan ajaran Islam yang dapat menumbuhkem
mental dan kepribadian yang tangguh bangkan kekuatan iman dan amal shaleh;
(2) memberikan keterampilan membaca
serta harus disiapkan dengan baik secara
dan memahami al Qur’an dan al Hadist
sistematik dalam proses penyelenggaraan sebagai sumber utama ajaran Islam; (3)
pendidikannya. Kemudian sebagai latar memberikan keterampilan beribadah yang
belakang yang ketiga, perkembangan global berdasar pada al Qur’an dan al Hadist;
yang menurut tim penyusun Kurikulum (4) memberikan pemahaman tentang
AIK 2010, telah memberi warna-warna Muhammadiyah sebagai gerakan Islam,
budaya yang cenderung merendahkan dakwah, dan tajdid (pembaharuan); (5)
memberikan guidline untuk berperilaku
martabat manusia dan nilai-nilai akhlak
positif (berakhlak karimah) dalam ke
yang mulia. Kurikulum AIK 2010 dengan hidupan yang berdasar pada nilai-nilai
demikian diharapkan mengambil bagian keislaman dan kemuhammadiyahan.33
dalam mewarnai penetrasi budaya dan nilai-
nilai positif dalam menghadapi perubahan Ketiga, pada Kurikulum AIK 2014 ter
tersebut.32 dapat rumusan Standar Kompetensi (SK),
Dibandingkan dengan rekonstruksi sementara pada rekonstruksi AIK 1996
AIK pada 1996, Kurikulum AIK 2010 me belum ada. Rumusan SK pada Kurikulum AIK
muat perubahan sebagai berikut: per 2010 sebagai berikut:
(1) mampu membaca dan memahami sebagaimana AIK II, III, dan IV, tetapi diberi
al Qur’an dengan baik dan benar; (2) kan secara integratif dengan P2KK.
memiliki pengetahuan dan pemahaman
Mahasiswa baru diwajibkan mengikuti
aqidah dan ibadah yang sesuai dengan
tuntutan al Qur’an dan Hadist yang program ini yang diatur secara gelombang
shahih; (3) menghayati pengetahuan atau per angkatan. Masing-masing angkatan
tentang aqidah dan ibadah serta terampil terdiri dari 250 mahasiswa yang berasal dari
mengaktualisasikan dalam aktivitas sehari- berbagai macam program studi. Dari segi
hari sehingga terpancar dalam sifat dan waktu, P2KK dirancang selama satu minggu
perilaku; (4) memahami Muhammadiyah
(Senin-Sabtu) yang dipusatkan di Rusunawa
secara utuh mulai dari asal-usul ideologi,
Universitas Muhammadiyah Malang. P2KK
paham keagamaan, strategi, gerakan,
makna kehadiran, hingga nilai-nilai yang menyerupai “pesantren kilat’ karena
dijunjung tinggi dan menjadi perhatian mahasiswa selama mengikuti P2KK harus
Muhammadiyah; (5) memiliki pengetahuan tinggal di Rusunawa. Selama mengikuti
tentang al Qur’an dan as Sunnah kaitannya P2KK, mahasiswa mendapatkan materi AIK
dengan akhlak dalam kehidupan sosial; yang ditekankan pada pemahaman dan
(6) dapat menghayati pengetahuan akhlak
praktik ibadah. Selain materi yang berkaitan
dalam kehidupan sosial dan terampil
dengan AIK, mahasiswa peserta P2KK juga
mengaktualisasikan dalam kerja keilmuan
maupun kerja kemanusiaan.34 mendapatkan materi pengembangan soft skill
yang meliputi: kepribadian, kepemimpinan,
Keempat, perubahan signifikan pada keterampilan sosial, keterampilan akademik,
Kurikulum AIK 2013 jika dibandingkan dan budaya perguruan tinggi.35Hasil yang
dengan rekonstruksi AIK pada 1996 adalah diperoleh mahasiswa dari P2KK kemudian
adanya penjenjangan peserta perkuliahan dikonversi untuk mata kuliah AIK I. Selain
AIK berdasarkan kemampuan mahasiswa P2KK, program sertifikasi berikutnya
dalam membaca al Qur’an dan pengetahuan adalah Pembinaan Baca Tulis al Qur’an
dasar keislaman. Untuk mengetahui yang dikhususkan bagi mahasiswa jenjang
kemampuan mahasiswa pada dua bidang atau level dasar (mubtadiah). Pada tabel di
tersebut dan penempatannya dalam jen bawah ini disajikan program dan materi AIK
jang tertentu (marhalah), Kantor AIK berdasarkan Kurikulum AIK 2010 (Tabel 3)36
sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) AIK dan program sertifikasi (Tabel 4)37.
menyelenggarakan tes penempatan dan
pengelompokan (placement test). Perubahan
signifikan lainnya, pada Kurikulum AIK 2010
terdapat program sertfikasi khusus AIK I
yang disatukan dengan pelaksanaan P2KK
(Program Pembentukan Kepribadian dan 35
Atok Miftahul Huda, dkk., Membentuk Pribadi
Kepemimpinan) yang wajib diiikuti oleh & Pemimpin Unggul: Membangun Peradaban Utama
semua mahasiswa baru. Dengan demikian, (Materi Penunjang Program Pembentukan Kepribadian
AIK I tidak diselenggarakan secara reguler dan Kepemimpinan [P2KK]) (Malang: Aditya Media
Publishing, tt), h. ix-x.
36
Abdul Haris, dkk., Kurikulum Pendidikan…, h. 3
34
Ibid. 37
Ibid.
Koesoema A., Doni (2007): Pendidikan saingan Nasional dan Global. Jakarta,
Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Uhamka Press.
Global. Jakarta, Grasindo. Suyoto, dkk., (1992): “Misi Rahmatan Lil-
Madjid, Abdul, dkk. (1991): Seri Studi Islam: al ‘Alamin” dalam PDKIM-UMM (ed.),
Islam I. Malang, Pusat Dokumentasi dan Islam Kajian Interdisipliner. Malang, UMM
Publikasi Universitas Muhammadiyah Press.
Malang . Tanfidz Keputusan Muktamar Satu Abad
Matuki HS (2010): Kebangkitan Kelas Me Muhammadiyah dalam http://
nengah Santri: Dari Tradisionalisme, Libe www.muhammadiyah.or.id/
ralisme, Postradisionalisme hingga Funda muhfile/download/Tanfidz%20
mentalisme. Tangerang, Pustaka Dunia. Muhammadiyah/Tanfidz%20
McTurnan Kahin, George (2013): Nasionalisme Muhammadiyah%20Sept%202010.PDF
& Revolusi Indonesia. Jakarta, Komunitas Ulwan, Abdullah Nashih (2015): Pendidikan
Bambu. Anak dalam Islam. Sukoharjo, Insan
Mu’ti, Abdul dkk. (2009): Kristen Muham Kamil.
madiyah: Konvergensi Muslim dan Kristen Van Niel, Robert (2009): Munculnya Elite
dalam Pendidikan. Jakarta, al Wasath. Modern Indonesia. Jakarta, Pustaka Jaya
Muhammad al-Toumy al-Syaibani, Omar Indonesia.
(1979): Falsafah Pendidikan Islam. Jakarta, Zaini, Hisyam dkk. (2002): Desain Pembelajaran
Bulan Bintang. di Perguruan Tinggi. Yogyakarta, CTSD
Nakamura, Mitsuo (2012): The Crescent IAIN Sunan kalijaga Yogyakarta.
Arises over the Banyan Tree: A Study of the https://publikasiilmiah.ums.ac.id/
Muhammadiyah Movement in a Central handle/11617/1051
Javanase Town, c. 1910s-2010. Singapore,
ISEAS.
Nimrod Aloni (2007): Enhancing Humanity The
Philosophical Foundations of Humanistic
Education. Netherlands, Springer.
Noer, Dealiar (1990): Gerakan Modern Islam di
Indonesia 1900-1942. Jakarta, LP3ES.
Nurcholish Madjid (1997), Masyarakat
Religius. Jakarta, Paramadina.
Silabus Mata Kuliah al Islam dan Kemuham
madiyahan Universitas Muhammadiyah
Malang (1996).
Suprayogo, Imam: Catatan Akhir Sebuah
Pengabdian di Universitas Muhammadiyah
Malang.
Suyatno et al (ed.) (2010): Revitalisasi Pen
didikan Muhammadiyah di Tengah Per