Edukasi Dokter Pada Orangtua Dengan Bayi Diare Usia 0-6 Bulan Di Puskesmas Tegal Barat
Edukasi Dokter Pada Orangtua Dengan Bayi Diare Usia 0-6 Bulan Di Puskesmas Tegal Barat
1. PENDAHULUAN
Edukasi atau yang disebut juga sebagai pendidikan merupakan usaha manusia untuk
menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi yang ada di dalam dirinya baik jasmani
maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha-
usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut serta mewariskan
kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam
suatu proses pendidikan sebagai usaha manusia untuk melestarikan hidupnya (Ihsan, 2005).
Banyak orang berfikir bahwa pendidikan itu penting, tapi tidak sedikit pula yang berfikir
bahwa pendidikan itu tidak penting. Apalagi bagi masyarakat yang tinggal dipedesaan ataupun
daerah terpencil, mereka menganggap pendidikan itu tidak penting.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dilihat betapa pentingnya pemberian edukasi atau
pendidikan itu sendiri. Dalam penelitian ini akan menjelaskan bagaimana cara
pengimplementasian dalam memberikan eduasi khususnya dalam bidang kesehatan.
Tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992
maupun WHO yakni: “meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara
ekonomi maupun secara sosial, pendidikan kesehatan disemua program kesehatan baik
pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat pelayanan kesehatan
maupun program kesehatan lainnya. Pendidikan kesehatan sangat berpengaruh untuk
meningkatkan derajat kesehatan seseorang dengan cara meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk melakukan upaya kesehatan itu sendiri.
Penyakit diare dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain keadaan lingkungan, perilaku
masyarakat, pelayanan masyarakat, gizi, kependudukan, pendidikan yang meliputi pengetahuan,
dan keadaan sosial ekonomi (Ragil & Dyah, 2017).
Sementara itu penyebab dari penyakit diare itu sendiri antara lain virus yaitu Rotavirus
(40-60%), bakteri Escherichia coli (20-30%), Shigella sp. (1-2%) dan parasit Entamoeba
hystolitica (<1%) Diare dapat terjadi karena higiene dan sanitasi yang buruk, malnutrisi,
lingkungan padat dan sumber daya medis yang buruk (Ragil & Dyah, 2017).
Faktor-faktor yang menyebabkan diare persister meliputi : bayi dengan usia kurang atau
berat badan lahir bayi dikatakan rendah, riwayat infeksi pada saluran pernafasan, ibu berusia muda
dengan pengalaman dan pengetahuan yang terbatas dalam merawat bayi, pengetahuan yang kurang
tentang higienis serta pengetahuanm sikap dan perilaku dalam pemberian ASI dan makanan
pendamping ASI (Sukut, Surya, Yuni S. A., 2015).
Diare dapat tertular pada balita melalui perantara pengasuh, hal ini disebabkan karena
balita masih banyak bergantung pada pengasuh dan memiliki intensitas waktu yang lama
dibanding dengan orang lain (Khasanah, Rejeki, & Khayati, 2014).
Penyebab diare bukan hanya karena tingkat pengetahuan ibu saja melainkan ada faktor lain
seperti: sumber air minum tidak bersih, hygiene dan sanitasi lingkungan, gizi balita dan lainnya.
Faktor tersebut dapat menyebabkan diare tanpa berpengaruh pada tingkat pengetahuan ibu.
Sanitasi lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian diare. Ketersediaan
jamban yang bersih dan layak serta ketersediaan air bersih di rumah. Ketersediaan jamban yang
tidak sehat, pembuangan BAB yang tidak pada tempatnya dapat mencemari sumber air minum dan
dapat menjadi media penularan diare (Arsurya & Rini, 2017).
Pada waktu lahir sampai beberapa bulan sesudahnya, bayi belum dapat membentuk
kekebalan sendiri secara sempurna. ASI memberikan zat-zat kekebalan yang belum dapat dibuat
oleh bayi tersebut, sehingga bayi yang minum ASI lebih jarang sakit, terutama pada awal dari
kehidupannya. Komponen zat anti infeksi yang banyak dalam ASI akan melindungi bayi dari
berbagai macam infeksi, baik yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan antigen lainnya (Astari &
Kusumastuti, 2013).
Pada tahun 2001, WHO merevisi rekomendasi ASI eksklusif yang mulanya 4-6 bulan
menjadi 6 bulan. Bayi yang disusui secara eksklusif sampai 6 bulan umumnya lebih sedikit
menderita penyakit gastrointestinal dan lebih sedikit mengalami gangguan pertumbuhan. Definisi
ASI eksklusif bermacam-macam, tetapi definisi yang sering diterapkan adalah definisi dari WHO
yang menyebutkan bahwa ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa cairan atau
makanan padat apapun kecuali vitamin, mineral, atau obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai
usia 6 bulan (Susilaningsih, 2013).
Pada kenyataannya diare menjadi penyebab utama kematian pada anak usianya di bawah 5
tahun, dari riset 17% kematian anak di dunia dikarenakan diare. Kemudian merujuk pada kasus
diare di Indonesia menurut hasil riskesdas didapati diare merupakan penyebab utama kematian
bayi yaitu sebesar 47% (Putra & AR, 2014).
Penelitian ini membahas tentang bagaimana cara dokter dalam memberikan edukasi pada
orangtua dengan bayi yang mengalami diare, apa saja hal-hal yang harus diperhatikan serta
menjelaskan faktor penghambat dan pendukung dalam memberikan edukasi.
Tujuan dari penelitian ini adadalah agar pembaca mengetahui bagaimana edukasi untuk
orangtua dengan bayi diare serta hal apa saja yang harus diperhatikan. Dengan harapan pembaca
juga dapat mengimplementasikannya untuk menjaga kondisi kesehatan tubuh.
2. METODE
Penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian dengan tujuan memahami fenomena
ataupun kejadian yang dialami subjek penelitian. Misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan
dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dana bahasa pada
suatu konteks khusus yang alamiah serta dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah
(Moleong, 2015). Pengumpulan data untuk menunjang penelitian ini dilakukan melalui pegamatan
langsung dan melakukan wawancara pada narusumber.
4. SIMPULAN
Edukasi yang dilakukan dokter cukup efektif dengan memberikan gambaran umum
mengeni penyakit diare dan bagaimana cara mananganinya terutama bila terjadi pada bayi. Dokter
mampu berkomunikasi dengan baik dengan pasiennya dan bisa menempatkan diri serta memilah
bahasa yang sekiranya mudah dipahami oleh para pasien.
Dalam kasus diare pada bayi, hal yang sangat ditekankan adalah aspek kebersihan yang
harus bisa dijaga oleh ibu bayi. Hal ini sangat berpengaruh ketika ibu bayi berinteraksi dengan
bayinya, mulai dari menyusui, memandikan hingga hal lainnya yang semestinya dilakukan pada
bayi. Pemberian ASI eksklusif menjadi alternatif utama untuk menangani diare pada bayi.
Disamping kandungan ASI yang dapat menambah sistem kekebalan tubuh bayi, sistem pencernaan
bayi pun belum berfungsi sepenuhnya untuk mencerna asupan luar seperti halnya susu formula.
Namun semua itu tidak menyampingkan aspek kebersihan, baik ibunya ataupun lingkungan
sekitarnya yang dapat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan bayi.
5. SARAN
Sebagai orang tua, seharusnya bisa lebih memperhatikan kebersihan karena sangat penting
untuk kondisi bayinya. Dan juga biasakan untuk menambah wawasan dan pengetahuan karena
bayi perlu perhatian dan perawatan yang baik dari seorang ibu. Karena sistem tubuh bayi masih
belum berfungsi sepenuhnya maka perlu perhatian lebih untuk menjaga kondisi kesehatan bayi.
Terkadang juga masih ada orangtua yang mengesampingkan pemberian oralit sebagai
tindakan pertolongan pertama ketika bayi terkena diare. Sebaiknya orangtua lebih sadar akan
pentingnya pemberian oralit ketika bayi terkena diare karena hal ini dapat mecegah bayi
mengalami dehidrasi berlebihan.
6. DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ihsan, Fuad. (2005). Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Lexy J. Moleong. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Jurnal
Arsurya, Y., & Rini, E. A. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Penanganan Diare
dengan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Korong Gadang Kecamatan Kuranji Kota
Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 6(2), 452–456.
Astari, N., & Kusumastuti, A. C. (2013). Hubungan Pemberian Susu Formula Dengan Kejadian
Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan. Journal of Nutrition College; Vol 2, No 4 (2013): Journal
of Nutrition College, 2(4), 419–424. Retrieved from
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jnc/article/view/3722
Putra, I. A., & AR, R. (2014). Hubungan Pemberian Susu Formula dengan Kejadian Diare pada
Bayi Usia 0-6 Bulan di Puskesmas Mojolaban Sukoharjo. Jurnal Maternity, 2(1), 27–36.
Ragil, D., & Dyah, Y. (2017). Hubungan antara pengetahuan dan kebiasaan mencuci tangan
pengasuh dengan kejadian diare pada balita. Jurnal of Health Education, 2(1), 39–46.
Retrieved from http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jhealthedu/%0AHUBUNGAN
Sukut, Surya, Yuni S. A., N. Q. (2015). Faktor Kejadian Diare Pada Balita. Nutrition Journal,
3(2), 20. https://doi.org/10.1016/j.yebeh.2006.05.009
Susilaningsih, T. I. (2013). GAMBARAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF BAYI 0-6 BULAN DI
WILAYAH PUSKESMAS SAMIGALUH II TAHUN 2013 Exclusive Breast Feeding
Description in Area of Primary Health Centre Samigaluh II. Jurnal Kesehatan Reproduksi,
4(April), 81–89.
Lainnya
Khasanah, N., Rejeki, S., & Khayati, N. (2014). Perilaku cuci tangan ibu dalam pencegahan diare
pada bayi di Desa Karangayu Kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal. Prosiding Seminar
Nasional, 2(1), 328–338.