Anda di halaman 1dari 6

Edukasi Dokter pada Orangtua dengan Bayi Diare

Usia 0-6 Bulan di Puskesmas Tegal Barat


Kresnantyo Adi Nugroho
Prodi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
kresnanug10@gmail.com

Abstract. Diarrhea is a symptom of a disease that often occurs in infants, especially


infants who consume formula milk. Parents often ignore the importance of exclusive
breastfeeding as baby's immune booster. Apparently few parents do not care of their
sanitation or even the environment around them, this issue can greatly affect the condition
of the baby. Proper hand washing techniques are needed to maintain the sanitation of
parents and environment around them to reduce the risk of babies getting diarrhea.
Exclusive breastfeeding and ORS is suggested when the baby has diarrhea.

Keywords: diarrhea,baby, breastfeeding,

1. PENDAHULUAN
Edukasi atau yang disebut juga sebagai pendidikan merupakan usaha manusia untuk
menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi yang ada di dalam dirinya baik jasmani
maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha-
usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut serta mewariskan
kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam
suatu proses pendidikan sebagai usaha manusia untuk melestarikan hidupnya (Ihsan, 2005).
Banyak orang berfikir bahwa pendidikan itu penting, tapi tidak sedikit pula yang berfikir
bahwa pendidikan itu tidak penting. Apalagi bagi masyarakat yang tinggal dipedesaan ataupun
daerah terpencil, mereka menganggap pendidikan itu tidak penting.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dilihat betapa pentingnya pemberian edukasi atau
pendidikan itu sendiri. Dalam penelitian ini akan menjelaskan bagaimana cara
pengimplementasian dalam memberikan eduasi khususnya dalam bidang kesehatan.
Tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992
maupun WHO yakni: “meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara
ekonomi maupun secara sosial, pendidikan kesehatan disemua program kesehatan baik
pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat pelayanan kesehatan
maupun program kesehatan lainnya. Pendidikan kesehatan sangat berpengaruh untuk
meningkatkan derajat kesehatan seseorang dengan cara meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk melakukan upaya kesehatan itu sendiri.
Penyakit diare dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain keadaan lingkungan, perilaku
masyarakat, pelayanan masyarakat, gizi, kependudukan, pendidikan yang meliputi pengetahuan,
dan keadaan sosial ekonomi (Ragil & Dyah, 2017).
Sementara itu penyebab dari penyakit diare itu sendiri antara lain virus yaitu Rotavirus
(40-60%), bakteri Escherichia coli (20-30%), Shigella sp. (1-2%) dan parasit Entamoeba
hystolitica (<1%) Diare dapat terjadi karena higiene dan sanitasi yang buruk, malnutrisi,
lingkungan padat dan sumber daya medis yang buruk (Ragil & Dyah, 2017).
Faktor-faktor yang menyebabkan diare persister meliputi : bayi dengan usia kurang atau
berat badan lahir bayi dikatakan rendah, riwayat infeksi pada saluran pernafasan, ibu berusia muda
dengan pengalaman dan pengetahuan yang terbatas dalam merawat bayi, pengetahuan yang kurang
tentang higienis serta pengetahuanm sikap dan perilaku dalam pemberian ASI dan makanan
pendamping ASI (Sukut, Surya, Yuni S. A., 2015).
Diare dapat tertular pada balita melalui perantara pengasuh, hal ini disebabkan karena
balita masih banyak bergantung pada pengasuh dan memiliki intensitas waktu yang lama
dibanding dengan orang lain (Khasanah, Rejeki, & Khayati, 2014).
Penyebab diare bukan hanya karena tingkat pengetahuan ibu saja melainkan ada faktor lain
seperti: sumber air minum tidak bersih, hygiene dan sanitasi lingkungan, gizi balita dan lainnya.
Faktor tersebut dapat menyebabkan diare tanpa berpengaruh pada tingkat pengetahuan ibu.
Sanitasi lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian diare. Ketersediaan
jamban yang bersih dan layak serta ketersediaan air bersih di rumah. Ketersediaan jamban yang
tidak sehat, pembuangan BAB yang tidak pada tempatnya dapat mencemari sumber air minum dan
dapat menjadi media penularan diare (Arsurya & Rini, 2017).
Pada waktu lahir sampai beberapa bulan sesudahnya, bayi belum dapat membentuk
kekebalan sendiri secara sempurna. ASI memberikan zat-zat kekebalan yang belum dapat dibuat
oleh bayi tersebut, sehingga bayi yang minum ASI lebih jarang sakit, terutama pada awal dari
kehidupannya. Komponen zat anti infeksi yang banyak dalam ASI akan melindungi bayi dari
berbagai macam infeksi, baik yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan antigen lainnya (Astari &
Kusumastuti, 2013).
Pada tahun 2001, WHO merevisi rekomendasi ASI eksklusif yang mulanya 4-6 bulan
menjadi 6 bulan. Bayi yang disusui secara eksklusif sampai 6 bulan umumnya lebih sedikit
menderita penyakit gastrointestinal dan lebih sedikit mengalami gangguan pertumbuhan. Definisi
ASI eksklusif bermacam-macam, tetapi definisi yang sering diterapkan adalah definisi dari WHO
yang menyebutkan bahwa ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa cairan atau
makanan padat apapun kecuali vitamin, mineral, atau obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai
usia 6 bulan (Susilaningsih, 2013).
Pada kenyataannya diare menjadi penyebab utama kematian pada anak usianya di bawah 5
tahun, dari riset 17% kematian anak di dunia dikarenakan diare. Kemudian merujuk pada kasus
diare di Indonesia menurut hasil riskesdas didapati diare merupakan penyebab utama kematian
bayi yaitu sebesar 47% (Putra & AR, 2014).
Penelitian ini membahas tentang bagaimana cara dokter dalam memberikan edukasi pada
orangtua dengan bayi yang mengalami diare, apa saja hal-hal yang harus diperhatikan serta
menjelaskan faktor penghambat dan pendukung dalam memberikan edukasi.
Tujuan dari penelitian ini adadalah agar pembaca mengetahui bagaimana edukasi untuk
orangtua dengan bayi diare serta hal apa saja yang harus diperhatikan. Dengan harapan pembaca
juga dapat mengimplementasikannya untuk menjaga kondisi kesehatan tubuh.

2. METODE
Penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian dengan tujuan memahami fenomena
ataupun kejadian yang dialami subjek penelitian. Misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan
dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dana bahasa pada
suatu konteks khusus yang alamiah serta dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah
(Moleong, 2015). Pengumpulan data untuk menunjang penelitian ini dilakukan melalui pegamatan
langsung dan melakukan wawancara pada narusumber.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Edukasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam interaksi antara seorang dokter
dengan pasiennya. Kesembuhan pasien tidak hanya ditentukan oleh pemeriksaan dari dokter yang
baik, namun tidak lepas juga dari bagaimana cara dokter dalam memberikan edukasinya kepada
pasien. Maka dari itu seorang dokter harus bisa memberikan edukasi sebaik-baiknya agar dapat
dipahami oleh pasiennya. Edukasi sebaik-baiknya bukan berarti seorang dokter menjelaskan
secara rinci mengenai penyakit yang diderita pasiennya. Melainkan dokter lebih menjelaskan
secara efketif mengenai penyakit yang diderita pasien.
Dalam memberikan edukasi, seorang dokter harus bisa menempatkan diri dengan benar.
Edukasi yang diberikan kepada pasien berusia lanjut usia jelas berbeda dengan pasien yang
mungkin measih remaja, ataupun masih terbilang anak-anak. Berbeda lagi jika bertemu pasien
balita atau bahkan masih bayi. Dalam pembahasan ini akan lebih ditekankan edukasi dokter jika
bertemu pasien bayi yang menderita diare. Dalam hal ini diperlukan orang ketiga untuk menerima
edukasi dari dokter karena bayi tentunya masih belum bisa untuk diajak interaksi. Misal orang
ketiga disini bisa orangtuanya ataupunorang terdekatnya yag sekiranya bisa menerima dan
mengolah informasi dengan baik.
Dalam memberikan edukasi, dokter bisa memulainya dengan memberikan penjelasan
singkat mengenai penyakit diare. Sebenarnya diare bukan suatu penyakit, melainkan sebuah gejala
yang akan menimbulkan berbagai komplikasi nantinya. Diare bukan termasuk penyakit karena
sebenarnya diare merupakan suatu kompensasi dari tubuh untuk mengelurkan racun dari tubuh
seperti halnya ketika kita muntah. Selanjutnya dokter bisa menjelaskan berbagai faktor penyebab
timbulnya diare, bisa dikarenakan terkena infeksi bakteri, virus ataupun parasit.
Terjadinya diare pada bayi tidak terlepas dari peran faktor perilaku yang menyebabkan
penyebaran kuman enterik terutama yang berhubungan dengan interaksi perilaku ibu dalam
mengasuh anak dan faktor lingkungan dimana anak tinggal. Faktor perilaku yang menyebabkan
penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare yaitu tidak memerikan ASI
eksklusif secara penuh pada bulan petama kehidupan, memberikan susu formula dalam botol bayi,
penyimpanan makanan masak pada suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar, tidak
mencuci tangan pada saat memaskan, makan atau sebelum menyuapi bayi atau sesudah buang air
besar dan sesudah membuang tinja anak atauapun tidak membuang tinja dengan benar. Aspek
kebersihan sangat ditekankan dalam kasus ini karena bakteri ataupun parasit akan muncul dari
lingkungan yang tidak terjaga kebersihannya.
Diare dapat berakibat fatal apabila tidak ditangani secara serius karena tubuh bayi
sebagian besar terdiri dari air, sehingga bila terjadi diare sangat mudah terkena dehidrasi. Diare
pada bayi yang tidak ditangani dengan tepat dapat menyebabkan komplikasi berupa dehidrasi,
hipoglikemia bahkan kematian. Hal terdekat yang menjadi risiko timbulnya diare pada bayi adalah
kebersihan tangan dari ibunya. Dokter harus memberikan edukasi mengenai pentingnya menjaga
kebersihan tangan dengan muncuci tangan sesuai dengan aturan yang benar.
Sebagian besar ibu telah memilii kebiasaan yang baik dalam hal cuci tangan setelah BAB
maupun BAK, namun masihdisayangkan masih ada ibu yang hanya melakukannya kadang-kadang
saja. Kurangnya pengetahuan dalam aspek kebersihan diri ibu maupun keluarga sehingga memicu
terjadinya perpindahan bakteri ke dalam makanan maupun alat untuk makan sebagai penyebab
diare. Disini dokter bertugas memberikan pengetahuan bagaimana mencuci tangan yang baik dan
benar. Sabiknya cuci tangan menggunakan sabun antiseptik dan menggunakan air yang mengalir,
tidak hanya mencuci tangan dengan air saja yang belum tentu juga air itu bersih dan bisa jadi
menambah banyaknya bakteri. Sabun yang dianjurkan adalah sabun cair, jika sabun batangan
takutnya akan memindahkan bakteri dari tangan pengguna sebelumnya. Cuci tangan harus
dilakukan sesering mungkin. Cuci tangan bisa dilakukan sebelum dan sesudah menyusui bayi,
ataupun sebelum nyiapkan dan mengolah makanan bayi serta sesudah BAB ataupun BAK.
Penyebab yang selanjutnya, seringkali para ibu mengesampingkan pemberian ASI
eksklusif yang mungkin hanya keluar sedikit lalu memberikan susu formula pada bayinya. Justru
dari sini akan bertambah risiko bayi terkena diare. Susu formula termasuk tempat yang baik untuk
pertumbuhan bakteri. Ditambah lagi dengan penyajian susu formula yang kurang baik untuk
bayimya. Mulai dari tempat menyimpan susu formula, cara penyajian dan kembali lagi pada
tindakan sanitasi tangan dari ibu bayi. Sebenarnya bayi yang mengonsumsi ASI eksklusif pada
umumnya jarang terkena diare karena tidak terjadi kontaminasi dari luar. Dan juga jika bayi yang
mengonsumsi ASI eksklusif terkena diare pun akan lebih cepat pulih kembali karena dalam ASI
eksklusif terkandung zat-zat anti infeksi.
Penyebaran bakteri tidak hanya dari ibu, bisa melalui pengasuh bayi. Karena ada juga bayi
yang sebagian besar waktunya dihabiskan bersama pengasuhnya. Seringkali kita mendapati
pengasuh yang kurang memperhatikan kebersihannya. Dan biasanya pengasuh bayi yang kurang
profesional juga belum mengetahui banyak khususnya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
diare, mulai dari peyebab, pertolongan pertama dan juga penanganannya.
Pertolongan pertama yang bisa dilakukan ketika bayi terkena diare adalah memberikan
oralit. Dalam memberikan oralit pun ada aturan pemakaiannya. Pemberian oralit ini bertujuan
untuk menggantikan cairan tubuh dari bayi yang banyak terbuang karena terkena diare. Hal ini
bisa dilakukan untuk mencegah bayi mengalami dehidrasi yang bahkan bisa menyebabkan
kematian pada bayi sehingga meningkatkan angka kematian bayi akibat terkena diare.
Pemberian segala edukasi tadi harus diberikan oleh dokter dengan menyesuaikan wawasan
pengetahuan atau pendidikan orangtua bayi juga. Jika orangtua bayi terbilang kurang wawasan
terhadap berbagai hal terkait kesehatan, maka dokter dianjuran memberikan edukasi dengan
bahasa yang mudah dipahami. Tidak memberikan edukasi dengan mengeluarkan istilah-istilah
yang jarang diketahui oleh orang awam.
Diakhir pemberian edukasi, dokter bisa meminta feedback dari orangtua bayi terkait hal-
hal yang berkenaan dengan edukasi ketika bayi mengalami diare. Hal ini sangat penting untuk
dilakukan guna memastikan sudah seberapa besar pemahaman orangtua bayi terhadap hal-hal yang
harus dilakukan untuk menghadapi bayi yang terkena diare.
Kendala ketika memberikan edukasi ini, misalnya karena pengetahuan orangtua yang
masih kurang. Terkadang masih ada orangtua yang masih mengikuti cara kuno dari para tetuanya.
Disini peran dokter diuji untuk bisa membuka pikiran dan wawasan orangtua untuk bisa mengikuti
apa yang seharusnya dilakukan ketika bayinya terkena diare. Kemudian dari segi intelegensi dari
orangtua terkadang menjadi kendala dalam menerima informasi atau edukasi dari dokter. Tingkat
pemahaman dari setiap induvidu berbeda dan cara mengkapnya pun berbeda satu dengan yang
lainnya. Disinilah peran dokter dalam meminta feedback sangat penting untuk mengecek tingkat
pemahaman orangtu dalam menerima informasi dan bagaimana cara menerapkannya.
Pemberian edukasi ini akan lebih mudah dilakukan ketika berhadapan dengan orangtua
yang sudah memiliki wawasan lebih banyak. Pemberian edukasi dapat dengan mudah diberikan
dan dapat dengan mudah dipahami oleh orangtua seperti ini. Dari hal ini juga bisa menjadi sarana
promotif untuk menyebarluaskan edukasi terkait penanganan diare pada bayi usia 0-6 bulan
dengan memberitahukan dari orangtua satu ke orangtua lainnya.
Dari rangkaian penjelasan di atas, bisa kita ketahui beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam memberikan edukasi pada orangtua dengan bayi usia 0-6 bulan yang mengalami diare.
Mulai dari asupan apa saja yang telah diberikan orangtua kepada bayinya, seperti susu formula
ataupun makanan-makanan kecil misalnya. Hal selanjutnya yang harus diperhatikan adalah sejauh
mana perilaku sanitasi orangtua untuk menjaga kebersihan sehingga bayinya bisa terhindar dari
berbagai bakteri ataupun virus. Selanjutnya agar informasi bisa tersampaikan secara efektif dan
diterima secara baik oleh orangtua bayi, sebagai dokter harus bisa memahami tingkat pengetahuan
orangtua bayi terkait hal-hal yang berkaitan dengan kasus diare pada bayi usia 0-6 bulan.
Dan yang terakhir jangan lupa untuk memastikan kembali apakah oragtua bayi sudah
mengerti betul apa saja yang harus dilakukan terkait dengan edukasi terhadap bayi usia 0-6 bulan
yang mengalami diare.

4. SIMPULAN
Edukasi yang dilakukan dokter cukup efektif dengan memberikan gambaran umum
mengeni penyakit diare dan bagaimana cara mananganinya terutama bila terjadi pada bayi. Dokter
mampu berkomunikasi dengan baik dengan pasiennya dan bisa menempatkan diri serta memilah
bahasa yang sekiranya mudah dipahami oleh para pasien.
Dalam kasus diare pada bayi, hal yang sangat ditekankan adalah aspek kebersihan yang
harus bisa dijaga oleh ibu bayi. Hal ini sangat berpengaruh ketika ibu bayi berinteraksi dengan
bayinya, mulai dari menyusui, memandikan hingga hal lainnya yang semestinya dilakukan pada
bayi. Pemberian ASI eksklusif menjadi alternatif utama untuk menangani diare pada bayi.
Disamping kandungan ASI yang dapat menambah sistem kekebalan tubuh bayi, sistem pencernaan
bayi pun belum berfungsi sepenuhnya untuk mencerna asupan luar seperti halnya susu formula.
Namun semua itu tidak menyampingkan aspek kebersihan, baik ibunya ataupun lingkungan
sekitarnya yang dapat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan bayi.

5. SARAN
Sebagai orang tua, seharusnya bisa lebih memperhatikan kebersihan karena sangat penting
untuk kondisi bayinya. Dan juga biasakan untuk menambah wawasan dan pengetahuan karena
bayi perlu perhatian dan perawatan yang baik dari seorang ibu. Karena sistem tubuh bayi masih
belum berfungsi sepenuhnya maka perlu perhatian lebih untuk menjaga kondisi kesehatan bayi.
Terkadang juga masih ada orangtua yang mengesampingkan pemberian oralit sebagai
tindakan pertolongan pertama ketika bayi terkena diare. Sebaiknya orangtua lebih sadar akan
pentingnya pemberian oralit ketika bayi terkena diare karena hal ini dapat mecegah bayi
mengalami dehidrasi berlebihan.

6. DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ihsan, Fuad. (2005). Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Lexy J. Moleong. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Jurnal
Arsurya, Y., & Rini, E. A. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Penanganan Diare
dengan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Korong Gadang Kecamatan Kuranji Kota
Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 6(2), 452–456.
Astari, N., & Kusumastuti, A. C. (2013). Hubungan Pemberian Susu Formula Dengan Kejadian
Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan. Journal of Nutrition College; Vol 2, No 4 (2013): Journal
of Nutrition College, 2(4), 419–424. Retrieved from
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jnc/article/view/3722
Putra, I. A., & AR, R. (2014). Hubungan Pemberian Susu Formula dengan Kejadian Diare pada
Bayi Usia 0-6 Bulan di Puskesmas Mojolaban Sukoharjo. Jurnal Maternity, 2(1), 27–36.
Ragil, D., & Dyah, Y. (2017). Hubungan antara pengetahuan dan kebiasaan mencuci tangan
pengasuh dengan kejadian diare pada balita. Jurnal of Health Education, 2(1), 39–46.
Retrieved from http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jhealthedu/%0AHUBUNGAN
Sukut, Surya, Yuni S. A., N. Q. (2015). Faktor Kejadian Diare Pada Balita. Nutrition Journal,
3(2), 20. https://doi.org/10.1016/j.yebeh.2006.05.009
Susilaningsih, T. I. (2013). GAMBARAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF BAYI 0-6 BULAN DI
WILAYAH PUSKESMAS SAMIGALUH II TAHUN 2013 Exclusive Breast Feeding
Description in Area of Primary Health Centre Samigaluh II. Jurnal Kesehatan Reproduksi,
4(April), 81–89.

Lainnya
Khasanah, N., Rejeki, S., & Khayati, N. (2014). Perilaku cuci tangan ibu dalam pencegahan diare
pada bayi di Desa Karangayu Kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal. Prosiding Seminar
Nasional, 2(1), 328–338.

Anda mungkin juga menyukai