Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Teknik Patra Akademika

Vol 7. No.1 Juli 2016

PERHITUNGAN TRAJECTORY
PADA DIRECTIONAL DRILLING SUMUR GEOTHERMAL AL2
DI PT. PERTAMINA DRILLING SERVICE INDONESIA
1) Sefilra Andalucia, 2) Aldhi Priambudi
1,2)
Program Studi Teknik Eksplorasi Produksi Migas, Jurusan Teknik Perminyakan
Politeknik Akamigas Palembang
Jl. Kebon Jahe, Komperta Plaju, Palembang, Indonesia
Email : andalucia@pap.ac.id

Abstrak
Design Trajectory merupakan langkah awal sebelum dilakukannya pemboran berarah atau sebagai
acuan untuk pelaksanaan program pemboran, dari penentuan azimuth, sudut inklinasi, penentuan Kick
Of Point, dan penentuan panjang total lintasan yang diprediksi dari perhitungan dan analisa formasi.
Sehingga saat operasi pemboran berlangsung d riller mampu meminimalisir kesalahan yang akan
dibuat karena ada proyeksi sebagai acuan. Dalam penentuan parameter parameter yang akan dicari,
metode radius kelengkungan digunakan dalam perhitungan manual design trajectory ini, dimana hasil
yang didapat dari penentuan KOP adalah 200 mTVD dengan inklinasi sebesar 40.33 o dan azimuth yang
diperoleh sebesar N 239.98 o E. Model lintasan pemboran ini menggunakan tipe Build and Hold karena
nilai R adalah 859.87 meter yang lebih kecil dari panjang displacement horizontal sepanjang 1620
meter. Pembelajaran serta pemahaman mengenai design trajectory pada lokasi Hululais AL-2, Rig
PDSI #43.3/AB1500.E akan membahas perhitungan design dari lintasan pemboran dari surface hingga
target sumur yang telah ditentukan demi berlangsungnya operasi pemboran di Hululais.

Kata kunci : Design Trajectory, Mathematic Directional Drilling, Pemboran.

1. Pendahuluan 4. Dapat membandingkan perhitungan secara


Dalam melakukan proses pemboran suatu manual dan perhitungan software yang
formasi, seharusnya selalu menginginkan arah digunakan perusahaan.
lubang bor yang tegak/vertikal. Arah lubang yang
vertikal, secara operasinya lebih mudah, dan 2. Dasar Teori
umumnya membutuhkan biaya yang relatif murah 2.1 Pengertian Pemboran
dibanding dengan melakukan pemboran horizontal. Pemboran sumur merupakan usaha
Akan tetapi, letak suatu formasi kadang berbeda jauh yang dilakukan untuk mencari sumber energi
dengan kondisi yang diinginkan, sehingga harus guna untuk memenuhi kebutuhan energi. Oleh
dilakukan pemboran berarah. Faktor yang menjad i karena itu pada proses ini memerlu kan
sebab dilakukannya pemboran berarah karena integrasi berbagai faktor mulai dari berbagai
kondisi permukaan, alasan geologi, ekonomi, dan macam disiplin ilmu, personel pelaksana
alasan lainnya. Jadi pemboran berarah hanya (perusahaan jasa, kontraktor konsultan dan oil
dilakukan alasan dan keadaan khusus saja. company), hingga diperlukan keahlian khusus
Pemboran berarah adalah teknik pemboran dengan pelaksanaan kegiatan pemboran penuh dengan
lintasan pemboran yang diarahkan mengiku t i resiko, yaitu resiko keselamatan kerja maupun
lintasan yang telah direncanakan menuju kearah resiko kegagalan mendapatkan hasil yang
tertentu untuk mencapai target yang telah diharapkan. Pemboran sumur memerlu kan
ditentukan. biaya yang tinggi yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan.
Tujuan penelitian di PT. Pertamina Drillin g
Service Indonesia adalah: 2.2 Jenis Jenis Pemboran
1. Mengetahui panjang lengkungan yang Jenis pengeboran ini didasarkan pada
terbentuk dari KOP sampai EOB. bentuk lubang yang dibuat atau dibentuk
2. Mengetahui sudut inklinasi maksimal dan pada operasi pemboran yang dilakukan .
azimuth. Berdasarkan bentuk lubangnya, pemboran
3. Mengetahui panjang total sebenarnya dari dibedakan menjadi :
surface sampai target. - Pemboran tegak (straight hole
drilling/vertical drilling)

16 | Trajectory Directional Drilling (Sefilra Andalucia)


Jurnal Teknik Patra Akademika

Vol 7. No.1 Juli 2016

- Pemboran berarah (directional dan permukaan ke KOP dan sumur


horizontal drilling) horizontal yaitu dari EOB ke sumur
target.
5. Kick-off point (KOP), kedalaman
dimana sumur pertama menyimpan g
dari vertikal dimana lubang mulai
diarahkan. Pada titik ini dipasang alat
pembelok.
6. Measured Depth (MD), istilah untuk
ukuran depth, kedalaman ini diukur
berdasarkan panjang lubang atau
Gambar 2.1 Desain Pemboran panjang rangkaian pemboran.
7. Relief Co-ordinates, atau titik lokasi
2.3 Pemboran Horizontal adalah titik di permukaan menara
Pemboran horizontal merupakan ilmu didirikan.
pengetahuan terapan dari teknik perminyakan 8. Co-ordinates Target, titik
yaitu suatu pengetahuan tentang teknik pemeriksaan tentang arah dan
pemboran dalam mengarahkan lubang sumur kemiringan dari lubang yang telah
dari vertikal menjadi horizontal pada jarak dibuat, ini perlu dilakukan agar proses
dan arah tertentu untuk mencapai suatu pemboran tidak jauh dari target dan
formasi yang dituju. Kalau dilihat secara masih dapat ditoleransi.
sederhana pemboran sebuah sumur seolah- 9. True Vertikal Depth (TVD),
olah sangat mudah dilakukan sampai kedalaman ini diukur secara vertikal
menembus suatu lapisan formasi target, tetapi dari titik lokasi sampai suatu titik di
pada pemboran horizontal dilakukan dengan dalam lubang dan biasanya digunakan
peralatan yang canggih dan rumit . dalam perhitungan tekanan hidrostatis
Keberhasilan dalam menggunakan semua lumpur.
peralatan tersebut didapat melalui studi dan
pengalaman. 2.5 Aplikasi Pemboran Berarah
Pemboran berarah sendiri adalah salah
2.4 Definisi & Terminologi satu seni membelokkan lubang sumur untuk
Directional drilling adalah kemudian diarahkan ke suatu sasaran di
metodologi untuk mengarahkan sumur bor di dalam formasi yang tidak terletak vertikal di
sepanjang lintasan yang telah ditentukan bawah mulut sumur. Dalam melakukan
untuk mencapai target. Sumur vertikal pemboran suatu formasi, sebenarnya selalu
biasanya didefinisikan sebagai sumur dengan diinginkan lubang yang vertikal, karena
kemiringan dibawah 5°. Sumur dengan dengan lubang yang vetikal, selain
kemiringan lebih dari 60° disebut juga sumur operasinya lebih mudah juga biayanya lebih
berarah. Sumur dengan bagian yang memilik i murah dari pada pemboran berarah. Jadi
kemiringan lebih besar dari 85° untuk jarak pemboran berarah hanya dilakukan karena
yang signifikan disebut sumur horizontal. alasan – alasan tertentu.
Berikut adalah terminologi yang digunakan :
1. Azimuth, sudut (°) penyimpangan
lubang berdasarkan sumbu bumi,
Utara, Selatan, Barat, dan Timur.
2. Build-up rate, merupakan bagian saat
sudut dari KOP mulai terbentuk,
terhitung dalam satuan Build-up rate
(°/30 m) adalah tingkat dimana sudut
dibangun. Setiap alat pembelo k
memiliki perubahan sudut tertentu.
3. Horizontal Displacement,
Gambar 2.2 Aplikasi Pemboran Berarah
penyimpangan mendatar dari suatu
titik di dalam lubang ke titik lokasi,
atau juga terkenal dengan notasi (H),
2.6 Tipe Lintasan Pemboran Berarah
drift dan throw.
Ada beberapa jenis profil sumur bor.
4. Inclination, sudut yang diukur
Berikut ini merupakan ilustrasi profil sumur
terhadap sumur vertikal yaitu dari
yang paling umum:

17 | Trajectory Directional Drilling (Sefilra Andalucia)


Jurnal Teknik Patra Akademika

Vol 7. No.1 Juli 2016

Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu  160


km dari kota Bengkulu ke arah Utara. Lokas i
sumur AL-2 direncanakan terletak di Desa
Taba Anyar, Kecamatan Lebong Selatan,
Kabupaten Lebong Bengkulu.

Gambar 2.3 Tipe Sumur Berarah

1. Build and Hold


Proyeksi vertikal merupakan suatu
proyeksi lintasan sumur pada suatu bidang
vertikal antara lokasi permukaan dan sasaran.
2. Build Hold and Drop
Pada pemboran tipe ini setelah titik
belok dilakukan pemboran dengan dua Gambar 2.4 Peta Lokasi AL-2
bentuk lintasan, yaitu lintasan pertama
membangun sudut sampai besar sudut yang Struktur geologi yang berkembang di
kita inginkan (build section), dan lintasan prospek Hululais didominasi oleh kelurusan
kedua pemboran dilakukan dengan dengan trend NW-SE yang paralel dengan
mempertahankan besar sudut yang telah patahan besar Sumatera serta NE-SW yang
dicapai sampai ke sasaran (hold section). merupakan antitetik dari patahan Sumatera.
3. Continous Build / Deep Build Data struktur geologi dari hasil logging
Jenis sumur bor ketika ada halangan, Formation Micro Imager (FMI)
seperti kubah garam, atau ketika sumur harus Schlumberger di Sumur AL-C1 mendapatkan
side-track. Sumur dibor secara vertikal ke data yang sangat bermanfaat terutama arah
KOP dan kemudian kemiringan dibangun dari struktur-struktur yang permeable. Pola
secara terus menerus ke target. Pada rekahan terbuka (Continous Conductive
pemboran tipe ini, pembentukan sudut Fracture), terutama pada interval kedalaman
setelah titik belok (kick off point) terus 1800-1900 mMD dimana terdapat hilang
dilakukan hingga mencapai sasaran. sirkulasi sebagian, memperlihatkan trend
fracture yang berarah NW-SE (N 320⁰E)
2.7 Perencanaan Lintasan Pemboran dengan kemiringan ke arah NE dan sudut
Berarah kemiringan berkisar antara 80-90⁰. Pola ini
Langkah pertama di dalam sejalan dengan hasil rekonstruksi struktur
merencanakan sumur berarah adalah dengan berdasarkan data geofisika. Data FMI pada
mendesain lintasan lubang sumur hingga kedalaman di bawah 2000 mMD tidak bisa
mencapai sasaran. Langkah-langkah dalam didapatkan di Sumur AL-C1 karena sudut
merencanakan lintasan adalah sebagai yang ekstrim dan relatif mendatar serta
berikut : temperatur yang sangat tinggi (298ºC shut-
1. Dari data geologi ditentukan in).
kedalaman sasaran, jumlah sasaran Data gravitasi (density: 2.67 gr/cc),
dan jarak horizontal sasaran. anomali negatif berada di bawah Bukit
2. Menentukan kick off point yang tepat Hululais dan Rim Suban Agung dengan trend
dan laju pembentukan sudut (build up pola struktur yang berarah NW-SE paralel
rate /BUR) yang akan digunakan. dengan Semangko Fault. Sedangkan, hasil
3. Menentukan tipe lintasan yang sesuai rekonstruksi MT-resistivity (JICA, 2012),
(continuous build type, build and hold Zona Reservoir geothermal yang bersifat sub-
type, atau build-hold and drop / S resistif kemungkinan ditemukan di bawah
type). Bukit Hululais dan Rim Suban Agung dengan
4. Mendesain proyeksi lintasan secara trend NW-SE selaras dengan pola patahan
vertikal dan horizontal. besar Sumatera.

2.8 Geologi Lapangan


Lokasi lapangan panas bumi Hululais
secara administratif terletak di wilayah

18 | Trajectory Directional Drilling (Sefilra Andalucia)


Jurnal Teknik Patra Akademika

Vol 7. No.1 Juli 2016

Litologi batuan didominasi oleh


breksi tufa. Intensitas ubahan diperkirakan
sedang sampai kuat (50-90 %) dan pada
interval ini diperkirakan mineral penunjuk
panas sudah mulai muncul (Base On AL-B/ 1
& AL-C/1). Intensitas clay menurun,
intensitas kuarsa dan pirit meningkat (cubical
pyrit individual), masih dijumpai urat yang
terisi kuarsa, pyrit dan epidote.
Breksi andesit terubah berwarna abu-
abu putih hingga kehijauan. Klastik
fragmental, terdiri dari fragmen andesit
Gambar 2.5 Peta Anomali dari survei ±90% dan tuff ±10%. Fragmen andesit
gravitasi bertekstur afanitik-porfiritik.
d. Kedalaman 750 – 1500 mMD
Litologi batuan didominasi oleh
breksi andesit terubah diselingi oleh andesit
terubah. Intensitas kuarsa meningkat ,
intensitas klorit menurun. Epidote mulai sulit
dijumpai. Kekerasan batuan sedang hingga
keras. Breksi andesit terubah berwarna
kehijauan hingga abu-abu keputihan, klastik
fragmental, terdiri dari fragmen andesit ±10-
20%. Batuan teralterasi kuat menjadi kalsit ,
klorit, pyrit, epidote, oksida besi dan kuarsa
Gambar 2.6 Peta MT-Resistivity Pada sekunder. Dominasi mineral ubahan selang-
Kedalaman 1700 M (JICA, 2012) seling klorit dan kuarsa sekunder. Sedikit
pyrit berbentuk kubik pyrit
2.8 Stratigrafi dan Perkiraan e. Kedalaman 1500 – 3000 mMD
Parameter Pemboran Litologi batuan didominasi oleh
Lebih rinci perkiraan per segmen andesit terubah dan breksi andesit terubah.
kedalaman pemboran terhadap komposisi Batuan teralterasi kuat menjadi mineral
batuan dan mineral serta kondisi fisik batuan klorit, pyrit, trace epidote dan kuarsa
dapat dijelaskan sebagai berikut : sekunder. Kekerasan batuan keras. Kuarsa
a. Kedalaman 0 – 200 mMD dan pyrit mengisi sebagai urat. Andesit
Di bagian atas ditempati oleh material berwarna abu-abu putih hingga kehijauan,
piroklastik (unconsolidated), di bawah tekstur mikroporfiritik – afanitik.
lapisan tersebut didominasi oleh Breksi Tufa Berdasarkan pemboran sumur-sumur
diselingi oleh andesit dan breksi andesit. sebelumnya, formasi batuan yang akan
Tingkat ubahan lemah – sedang (20-60%) tertembus diperkirakan memiliki parameter
dengan mineral ubahan didominasi oleh yang dapat dijadikan acuan penentuan KOP.
mineral lempung (5-35%). Dominas i
lempung bersifat wash out, lunak, lengket,
mulai muncul klorit masih dijumpai urat-urat
terisi kuarsa.
b. Kedalaman 200 – 550 mMD
Batuan yang akan dijumpai berupa
breksi andesit yang diselingi oleh Andesit.
Batuan tersebut diperkirakan mengalami
alterasi dengan intensitas sedang – kuat ( 40
– 60 %), banyak dijumpai clay yang bersifat
Wash Out, Sticky & Soft.
Breksi andesit terubah berwarna abu-
abu, abu-abu keputihan, kehijauan hingga
kehitaman. Klastik – fragmental, terdiri dari
fragmen andesit ±80% dan tuf ±20%.
c. Kedalaman 550 – 750 mMD

19 | Trajectory Directional Drilling (Sefilra Andalucia)


Jurnal Teknik Patra Akademika

Vol 7. No.1 Juli 2016

b. Untuk menemukan sudut kemiring an


maksimum (θ), adalah demikian:
90𝑜 = 𝜃 + ( 90𝑜 − Ω) + τ
𝜃= 𝜃−τ
Keterangan:
𝜃 : Sudut inklinasi maksimal yang terbentuk.
τ : Sudut yang terbentuk antara Dh dan
lintasan yang di Hold.
Ω : Sudut yang terbentuk antara lintasan C-D
dan vertikal line

Sudut τ dapat ditemukan dengan


mempertimbangkan OCD segitiga, dimana (
kasus R < Dh ) :
𝐷ℎ
τ = tan −1 (𝑅 − )
𝑇𝑉𝐷3 −𝑇𝑉𝐷1
Gambar 2.7 Korelasi Sumur AL-B1, AL- Keterangan:
C1 Dan AL- A1 Terhadap AL-2 𝑇𝑉𝐷1 : Kedalaman vertikal A-B, meter.
𝑇𝑉𝐷3 : Kedalaman vertikal A-C, meter.
2.9 Tahapan Perhitungan Data 𝐷ℎ : Panjang horizontal dari titik awal
trajectory sampai titik target.
Dalam suatu operasi pemboran
berarah perlu diamati pada saat pengontrolan c. Sudut Ω dapat ditemukan dengan
arah lintasan. Terutama pada interval mempertimbangkan ODC , di mana :
R
pembentukan sudut dalam pemboran berarah sin Ω = dan
OP
yaitu pengontrolan inklinasi dan azimun t
𝐿𝑜𝑏 = √(𝑅 − 𝐷ℎ ) 2 + (𝑇𝑉 𝐷3 − 𝑇𝑉𝐷1 )2
secara bersamaan yang merupakan pekerjaan
yang rumit. Untuk itulah diperlukan adanya Keterangan:
perencanaan lintasan. Sehingga dapat sesuai 𝐿𝑜𝑏 : Panjang lintasan O-B, meter.
target yang direncanakan.
d. Menggantikan OP ke Persamaan awal
memberikan:
𝑅
Sin Ω = √( )2 ( )2
𝑅−𝐷ℎ + 𝑇𝑉𝐷3 −𝑇𝑉𝐷1
e. Sudut kemiringan maksimal ( θ ),
untuk kasus build - dan-terus mana
Dh> R adalah:
𝑇𝑉𝐷 −𝑇𝑉𝐷1
θ = 180 − sin−1 ( 3 )−
𝐷ℎ −𝑅
−1 𝑅 𝑇𝑉𝐷3 −𝑇𝑉𝐷1
cos ( ) sin(tan −1 )
𝑇𝑉𝐷3 −𝑇𝑉𝐷1 𝐷ℎ −𝑅

f. Panjang busur , bagian BC , adalah


:
Gambar 2.8 Desain Trayek Pemboran
Berarah 𝜋
𝐿(𝐵𝐶) = 𝑜 ∗ 𝑅 ∗ θ (2.3
180
1. Tahapan perhitungan trayek pemboran Keterangan:
berarah: 𝐿𝐵𝐶 : Panjang lintasan B-C, meter.
a. Jari-jari kelengkungan (R), adalah g. Panjang jalur lintasan C-D, pada sudut
demikian: kemiringan konstan dapat ditentukan
180𝑜 1 dari segitiga DCO sebagai :
𝑅= ∗ 𝐶𝑂 𝑅
𝜋 𝑞
tan Ω = =
Keterangan: 𝐿𝑐𝑏 𝐿𝑐𝑏
𝑅 : Radius jari jari kelengkungan yang akan h. Total kedalaman diukur dalam MD,
terbuat, meter. untuk kedalaman vertikal sejati 𝑇𝑉𝐷3
𝑞 : dogleg severity yang terbentuk setiap 30 adalah :
meter. π ∗θ∗R 𝑇𝑉𝐷3 −𝑇𝑉𝐷1 −𝑅∗sin 𝜃
𝐷𝑀 = 𝑇𝑉𝐷1 + o
+
𝜋 : nilai kontanta 3,14. 180 cosθ

20 | Trajectory Directional Drilling (Sefilra Andalucia)


Jurnal Teknik Patra Akademika

Vol 7. No.1 Juli 2016

Keterangan: menjanjikan. Dari profil pemanasan (heating


𝐷𝑀 : Panjang total lintasan pemboran dalam up) selama 13 jam, sumur AL-2 dapat
ukuran meterMD. mencapai temperatur 275 - 298o C yang
artinya sumur ini sangat memungkinkan
3. Metodelogi Penelitian untuk mampu melakukan self-discharge
Metodelogi penelitian merupakan suatu sehingga dapat berproduksi cukup lama.
cara atau tahapan kerja yang dilakukan untuk Zona loss sumur ini ditemukan pada
mempermudah dalam suatu proses kedalaman 2776 meter (mMD) dengan tebal
pengumpulan data yang diperlukan dalam 210 meter.
suatu analisa permasalahan yang terjadi Lokasi Proyek Hululasi terletak di
dilapangan tersebut, sehingga dalam Kabupaten Lebong, Propinsi Bengkulu yang
penulisan bisa lebih sistematis dan jelas berjarak sekitar 180 Km dari kota Bengkulu.
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Melalui project Hululais, PGE diharap
3.2 Metode Pengumpulan Data
3.2.1 Studi Literatur
3.2.2 Observasi Lapangan
3.2.3 Diskusi

3.3 Pengolahan dan Analisa Data


Dalam mempermudah memah ami
laporan penelitian penulis membuat diagram
alir sebagai berikut:
1. Penentuan KOP dari Litologi.
2. Penentuan radius of Curvatur.
3. Penentuan Inklinasi Maksimum. mampu menyumbang listrik sebesar 1 x 55
4. Koordinat Azimuth. MW pada tahun 2018.
5. Perhitungan Trajectory Pemboran
4.2 Analisa Penentuan Titik KOP
4. Pembahasan Dalam menentukan titik KOP
Untuk mendapatkan hasil pemboran pastinya banyak membutuhkan pertimbangan
yang efisien dalam menentukan target sumur yang matang dan logis, dimana yang perlu
kita harus menentukan rencana yang sangat diperhatikan dalam pemilihan KOP salah
matang untuk mencari arah pemboran yang satunya adalah litologi batuan, penentuan
tepat pada titik target berada, dalam rencana KOP dari litologi batuan harus diperhatikan
untuk menentukan arah pemboran tersebut dengan melihat perlapisan pada batuan dan
dibutuhkan beberapa parameter untuk dapat menentukan kekompakan dari formas i
membantu menyempurnakan penetuan arah yang mampu menahan tekanan yang terjadi
pemboran tersebut, parameter yang akibat perubahan sudut yang terbentuk.
digunakaan tersebut diantaranya sebagai Pada sumur AL-2 yang dipilih untuk
berikut : Penentuan Azimuth sebagai arah titik penempatan KOP ada pada kedalaman 200
target yang akan menjadi tujuan dari lintasan, meter, karena pada stratigrafi yang ada
inklinasi maksimum sebagai sudut maksimal kedalaman 0-200 meter masih disusun oleh
yang dapat terbentuk, dan memprediksikan struktur yang tidak kompak, sehingga
panjang lintasan sebenarnya sampai ke titik memungkinkan titik KOP bergeser ketika
akhir target. sudut terbentuk karena tekanan dari pipa
yang melengkung. Sedangkan pada
4.1 Riwayat Sumur AL-2 kedalaman 200-550 meter dari permukaan
PT. Pertamina Geothermal Energy tanah didominasi oleh andesit yang
(PT PGE) proyek Hululais telah sukses merupakan batuan yang kompak karena pada
melakukan pemboran sumur panas bumi tekstur andesit tersusun lebih banyak fragmen
mencapai kedalaman 3000 meter (mMD). dari pada matriks.
Sumur AL-2 tajak pertama kali 25 Juni 2015 Kedalaman 550-750 meter lapisan
menggunakan Rig PDSI tipe 43.3/AB150 0 E formasi tersusun dari batuan kuarsa, kuarsa
dan dinyatakan selesai pada 31 Agustus 2015. merupakan batuan yang sangat kompak
Sumur AL-2 merupakan sumur sehingga masih memungkinkan dan diyakin i
pemboran berarah tipe big hole dengan sudut mampu menahan tekanan yang ada selama
inklinasi mencapai 37.03o . Sumur ini sudut masih terbentuk, dan pada kedalaman
memperlihatkan potensi produks i yang cukup 750-1500 meter, intensitas batuan kuarsa

21 | Trajectory Directional Drilling (Sefilra Andalucia)


Jurnal Teknik Patra Akademika

Vol 7. No.1 Juli 2016

semakin meningkat dan memuat formas i persamaan selanjutnya sesuai dengan


pada kedalaman ini semakin keras dan indikator R dan Dh yang berlaku.
kompak dan sangat layak sebagai formas i 4.5 Penentuan Inklinasi Maksimum
pembentukan sudut arah pemboran. Maka Sudut inklinasi sendiri memiliki nilai
dari itu dipilihlah kedalaman 200 meter yang maksimum agar spesifikasi dogleg yang
sebagai titik awal pembentukan sudut ada tidak berlebihan memaksakan build up
dimulai.. rate yang dibuat. Sebagai salah satu faktor
4.3 Penentuan Arah Pemboran ( penentu terbentuknya lintasan yang akan
Azimuth ) dibuat maka pasti akan ada nilai kritis atau
Parameter ini digunakan dalam maksimal untuk pembentukan sudut itu
perencanaan lintasan suatu sumur berarah, sendiri untuk mencegah hal hal yang tidak
karena hasil akhir yang dibaca pada pemetaan diinginkan dalam pelaksanaan pemboran
lintasan sumur adalah jarak kedalaman tegak θ
𝑇𝑉𝐷3 − 𝑇𝑉𝐷1
sumur terhadap vertical section dalam section = 180 − tan−1 ( )
𝐷ℎ − 𝑅
view serta arah Utara dan Timur pada plan 𝑅 𝑇𝑉𝐷3 − 𝑇𝑉𝐷1
view. Penentuan ini digunakan agar tidak − cos−1 ( ) sin (tan−1 )
𝑇𝑉𝐷3 − 𝑇𝑉𝐷1 𝐷ℎ − 𝑅
terjadi kesalahan arah yang begitu 2429 − 200
𝜃 = 1800 − tan− 1 ( )
melenceng, dan sebagai acuan untuk 1620 − 859.87
859.87
mengetahui target dari sumur target. − cos −1 [
2429 − 200
Target Well : 197162.47 mE & 9640677.74 2429 − 200
∗ sin (tan−1 ( ))]
mN 1620 − 859.87
0
Relief Well : 195759.17 mE & 9639867.15 𝜃 = 180 − 71.169 − 68.168
𝜃 = 40.310
mN
Sehingga Perbedaan Jarak yang ada
4.6 Penentuan Panjang Lintasan End
∆𝐸 ( EAST ) : 1403.3 meter
Of Build
∆𝑁 ( NORTH ) : 810.59 meter
1403 .3 Dengan penentuan panjang EOB
𝑎 = tan −1 ( ) atau akhir dari pembentukan sudut pemboran,
810.3 kita dapat memperkirakan panjang lintasan
𝑎 = tan −1 1.73
yang melengkung sehingga kesalahan pada
𝑎 = 59.98𝑜
oprasi pemboran dapat diminimalisir.
𝐵𝑒𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔 = 180𝑜 + 59.98𝑜 → 239.98𝑜 ≈
D EOB = (𝜃/𝑞) + 𝐷𝐾𝑂𝑃
N240𝑜 𝐸 2𝑜
Sehingga jika dihubungkan dengan D EOB = (40.31/ ) + 200
30
arah mata angin, arah pemboran.
D EOB = 805 𝑚𝑀𝐷
𝜋
4.4 Radius Kelengkungan 𝐿𝐵𝐶 = ∗ 𝑅∗ 𝜃
180
Merupakan seberapa jauh jarak yang 3.14
dapat dijangkau dari panjang kelengkungan 𝐿𝐵𝐶 = ∗ 859.87 ∗ 40.310
180
tersebut, bukan hanya itu saja penghitungan 𝐿𝐵𝐶 = 605 𝑚
radius kelengkungan yang terbentuk juga
sebagai indikator perhitungan untuk Sehingga dapat dibuktikan dengan
menentukan persamaan apa yang akan dipilih mengacu pada titik KOP yang telah
untuk rencana lintasan selanjutnya sehingga dipastikan nilainya.
tidak ada kekeliruan yang terjadi saat operasi 𝐾𝑂𝑃 = D EOB − 𝐿𝐵𝐶
pemboran berlangsung. 𝐾𝑂𝑃 = 805 − 605 = 200 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 r
180 1
𝑅 = ∗ Serta panjang horizontal departure titik
𝜋 2 EOB (𝐷𝐸 ) dapat dicari dengan persamaan:
30 𝐷𝐸 = 859.87 ∗ (1 − cos 40.660 )
𝑅 = 859.87 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
𝐷𝐸 = 219.26 𝑚
Diketahui :
𝑇𝑉𝐷3 = 2429 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
𝑇𝑉𝐷1 = 200 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
𝐷ℎ = 1620 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

Pada penggunaan persamaan diatas


pada lapangan AL-2 telah diketahui bahwa R
< Dh. Sehingga dapat ditentukan penggunaan

22 | Trajectory Directional Drilling (Sefilra Andalucia)


Jurnal Teknik Patra Akademika

Vol 7. No.1 Juli 2016

Table 4.1 Table Trajectory Drilling


Program

Gambar 4.2 Lintasan Program Drilling


Program AL-2. 4.8 Perbandingan Perhitungan
Manual dan Software
4.7 Penentuan Panjang Total Lintasan Dalam melakukan analisa yang
Pemboran semakin mendekati keberhasilan tentunya
Penent uan panjang total dari suatu dibutuhkan sebuah pembanding untuk
pemboran merupakan perhitungan panjang membuat pendekatan yang mamp u
dari permukaan sampai ke titik target, karena digunakan untuk mendekati hasil yang
dengan panjang total itu sendiri perusahaan efisien. Salah satunya adalah dengan
dapat memperkirakan dengan logis penggunaan
kebutuhan dari proses pemboran, panjang
AL- software. Berukut ini merupakan
gambar hasil dari perhitungan software yang
yang dihitung bukanlah kedalaman yang 2
digunakan.
terhitung secara vertikal (meter TVD) namun Table 4.2 Hasil Perhitungan Software Pada
secara measure depth (meter MD) sehingga Sumur AL-2
benar benar memberi gambaran tentang
pengeboran yang akan dilakukan.
π∗θ∗R 𝑇𝑉 𝐷 −𝑇𝑉𝐷 −𝑅∗sin 𝜃
3 1
𝐷𝑀 = 𝑇𝑉𝐷1 + +
180o cosθ
𝐷𝑀
= 200
3.14 ∗ 40.66 ∗ 859.87
+(
180
2429 − 200 − 859.87 ∗ sin( 40.66)
+ )
cos 40.66
𝐷𝑀 = 3009 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑀𝐷

Dengan adanya gambaran dari


lintasan pemboran yang nantinya akan
dijadikan sebagai prosedur setelah disetujui
oleh pihak yang berwenang untuk
Dalam mempermudah pembacaan
melaksanakan drilling project tesebut.
perbandingan maka dapat dilihat dalam Table
4.3 dimana perbandingan parameter
pemboran berarah dengan perhitungan
software dan perhitungan manual.

23 | Trajectory Directional Drilling (Sefilra Andalucia)


Jurnal Teknik Patra Akademika

Vol 7. No.1 Juli 2016

Table 4.3 Perbandingan Data Perhitungan


Manual dan Data Software. Daftar Pustaka
Parameter Perhitungan Data Bourgoyne, A.T., Millheim, K.K.,
Manual Software Chenevert, M.E., and Young, F.S. Jr.,
1991: Applied drilling engineering.
SPE Textbook Series, 2, 502 pp.
Panjang 3009 3000 Ellins Vivien 2009 “The Mathematic Of
Total Directonal Drilling” : University of
Lintasan Aberdeen.
(Md) Mitchell B 1995.”Advanced Oil Well
Inklinasi 40.31 40 Drilling Engineering” USA : USA
Maksimal Library of Congress
Azimuth 239.9 240 Omar Farah 2013 “Directional Well Design,
End Of 805 800 Trajectory And Survey Calculation ”
Build Iceland : United Nation Unuversity
REI, 2008: Drilling and testing of
Dari hasil perhitungan secara manual geothermal exploration wells in the
diperoleh bahwa, nilai perhitungan software Assal Area, Djibouti: Environmental
tidak jauh berbeda dengan perhitungan secara management plan. Reykjavik Energy
manual, hal ini terlihat dari hasil perhitungan Invest, report REI-2008/Assal 1, 58
panjang total lintasan, inklinasi maksimu m, pp.
azimuth, dan panjang dari titik surface ke Rubiandini Rudi 2010 “Teknik Pemboran
EOB yang seperti terlihat pada Table 4.3. Lanjutan” Bandung : Institut
Teknologi Bandung
3 Kesimpulan Sperry-Sun, 2001: Directional surveying
Dari perhitungan yang telah fundamentals. Sperry-Sun Training
dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa : Department, a Halliburton Company,
1. Besarnya titik KOP ke EOB adalah Houston, TX, United States, 108 pp.
605 mMD, sebagai nilai yang
menunjukan panjangnya lintasan
pemboran yang melengkung.
2. Dari hasil analisa lebih lanjut dengan
menggunakan metode perhitungan
radius kelengkungan nilai inklinas i
maksimal yang terbentuk sebesar
40.310 dan arah azimuth yang bernilai
N 239.80 E.
3. Panjang total lintasan adalah sebesar
3009 mMD, diperkirakan dari titik
surface sampai titik target.
4. Berdasarkan perhitungan manual
(Inklinasi, Azimuth, Panjang
Kelengkungan, dan Panjang Total
Lintasan) tidak terdapat perbedaan
yang signifikan pada hasil analisa
perhitungan manual dengan
perhitungan hasil komputer (Sofware
Sperrysan).

24 | Trajectory Directional Drilling (Sefilra Andalucia)

Anda mungkin juga menyukai