Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 4 No. 1 Tahun 2015 Hal.

89-96
Program Studi Pendidikan Kimia ISSN 2337-9995
Universitas Sebelas Maret http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED


LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN
KREATIVITAS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM KOLOID
KELAS XI IPA SEMESTER GENAP MADRASAH ALIYAH
NEGERI KLATEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Yulistyana Pradita 1*, Bakti Mulyani 2, dan Tri Redjeki 2


1
Mahasiswa Pendidikan Kimia, FKIP UNS, Surakarta, Indonesia
2
Dosen Pendidikan Kimia, FKIP UNS, Surakarta, Indonesia
*
Keperluan korespondensi, telp: 085712469319, email: azzahra_1412@yahoo.com

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar dan kreativitas
siswa kelas XI IPA semester genap di MAN Klaten melalui penerapan model pembelajaran
Project Based Learning pada materi pokok sistem koloid. Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas (Class Action Research) yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi (pengamatan) dan refleksi. Subjek
penelitian adalah siswa kelas XI IPA-2 MAN Klaten tahun pelajaran 2013/2014. Sumber data
berasal dari guru dan siswa yang diperoleh melalui observasi, wawancara, tes, angket dan
kajian dokumen. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dan
kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Project Based
Learning dapat meningkatkan prestasi belajar dan kreativitas siswa kelas XI IPA-2 MAN Klaten
pada materi sistem koloid. Pada siklus I persentase siswa yang tuntas adalah 38,09% dan
meningkat menjadi 76,19% pada siklus II. Aspek afektif menunjukkan ketercapaian sebesar
78,31%. Sedangkan untuk aspek kreativitas, pada siklus I siswa yang mencapai kreativitas
tinggi sebanyak 57,14% dan meningkat menjadi 66,67% pada siklus II.

Kata Kunci: Penelitian Tindakan Kelas, Project Based Learning, Prestasi Belajar, Kreativitas
siswa, Sistem koloid

PENDAHULUAN tahun, beban belajar untuk mata


Penyelenggaraan pendidikan pelajaran dan beban belajar per minggu
dasar dan menengah sebagaimana untuk setiap peserta didik. Salah satu
yang dinyatakan dalam Peraturan mata pelajaran yang wajib diikuti oleh
Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 peserta didik yang masuk pada
tentang Pengelolaan dan kelompok mata pelajaran peminatan IPA
Penyelenggaraan Pendidikan bertujuan adalah Kimia [1].
membangun landasan bagi Madrasah Aliyah Negeri Klaten
berkembangnya potensi peserta didik (MAN Klaten) adalah salah satu
agar menjadi manusia yang beriman SMA/MA yang berada di kota Klaten.
dan bertakwa kepada Tuhan Yang SMA ini memiliki 28 kelas yang terdiri
Maha Esa, berakhlak mulia, dan dari kelas X, XI dan XII. Masing kelas
berkepribadian luhur; berilmu, cakap, terdapat 20-25 siswa. Untuk kelas XI
kritis, kreatif, dan inovatif; sehat, terdapat 2 jurusan, IPA dan IPS.
mandiri, dan percaya diri; dan toleran, Terdapat 5 kelas jurusan IPA dan 4
peka sosial, demokratis, dan kelas jurusan IPS. Dalam
bertanggung jawab [1]. pembelajarannya, MAN Klaten
Struktur kurikulum menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal
menggambarkan isi kurikulum dalam (KKM) untuk mata pelajaran Kimia
bentuk mata pelajaran, posisi mata adalah 73.
pelajaran dalam kurikulum, distribusi Dari hasil wawancara dengan guru
mata pelajaran dalam semester atau kimia di sekolah tersebut, hampir

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 89


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 1 Tahun 2015 Hal. 89-96

sebagian besar pembelajaran kimia di guru saja. Namun, kenyataan di


kelas dirasa masih sulit bagi siswa, nilai lapangan menunjukkan bahwa guru
siswa cenderung masih rendah. Salah menyampaikan materi dengan metode
satu materi yang memiliki presentase ceramah dan diskusi antar guru-siswa
ketuntasan yang rendah adalah materi yang cenderung membentuk sikap pasif
sistem koloid. Dari informasi diperoleh siswa.
data bahwa rata-rata nilai yang Faktor-faktor yang memengaruhi
diperoleh siswa pada materi sistem prestasi belajar siswa ada 2 yaitu faktor
koloid tahun pelajaran 2012/2013 hanya internal dan faktor eksternal. Salah satu
sekitar 20-50% siswa yang mencapai faktor eksternal yang berpengaruh pada
ketuntasan. Nilai ulangan harian materi prestasi belajar siswa adalah
koloid siswa kelas XI IPA MAN Klaten metode/model pembelajaran [2]. Guru
semester genap tahun pelajaran biasa mengajar dengan metode
2012/2013 disajikan pada Tabel 1. ceramah saja. Siswa menjadi bosan,
Tabel 1. Daftar Nilai Ulangan Harian mengantuk, pasif, dan hanya mencatat
Materi Koloid Siswa Kelas XI IPA MAN saja. Guru yang progresif berani
Klaten Tahun Pelajaran 2012/2013 mencoba metode baru yang dapat
Kelas Jumlah Rata- Siswa meningkatkan kegiatan belajar mengajar
siswa rata nilai tidak
tuntas sehingga prestasi belajar siswa juga
XI IPA 1 20 siswa 74,10 10 siswa meningkat [3].
XI IPA 2 20 siswa 48,25 16 siswa Pendukung keterlaksanaan
XI IPA 3 19 siswa 57 17 siswa
XI IPA 4 18 siswa 72,47 10 siswa pembelajaran adalah kreativitas.
Namun, pendidikan di sekolah lebih
Melalui observasi yang telah berorientasi pada pengembangan
dilakukan, pembelajaran kimia di MAN intelegensi (kecerdasan) daripada
Klaten masih berpusat pada guru pengembangan kreativitas, sedangkan
(Teacher Centered Learning). Metode keduanya sama pentingnya untuk
yang digunakan masih terbatas pada mencapai keberhasilan dalam belajar.
metode ceramah dan diskusi antar guru- Kelompok siswa yang kreativitasnya
siswa. Guru mengajarkan secara tinggi memiliki prestasi belajar yang
langsung dan runtut, memberi soal pada sama dengan kelompok yang memiliki
siswa kemudian membahasnya. Hal intelegensi yang relatif tinggi [4].
tersebut dapat memberikan dampak Kreativitas yang tinggi akan
yang kurang baik pada siswa. Siswa memudahkan siswa dalam memahami
menjadi pasif dan tidak memiliki materi yang dipelajari, maka
kesempatan untuk mengungkapkan ide pengetahuan atau kognitif akan tinggi
maupun gagasannya. Untuk beberapa pula.
materi yang kontekstual, maka metode Dari hasil observasi awal yang
ini kurang cocok diterapkan. telah dilakukan sebanyak 80% siswa
Sistem koloid merupakan materi memperhatikan guru. Namun, kegiatan
pelajaran yang sangat penting diajarkan lain seperti bertanya mengenai materi
kepada siswa karena merupakan materi pelajaran 9,52%, menjawab pertanyaan
yang sangat kontekstual, mempelajari guru 14,28%, mengerjakan soal latihan
fenomena-fenomena perubahan materi 14,28%. Jika hal ini dibiarkan akan
yang ada di alam. Sub bab yang memberikan dampak siswa tak mampu
terdapat dalam materi sistem koloid menggali ide-ide atau gagasannya
meliputi sistem dispersi, jenis-jenis sehingga kreativitasnya cenderung
koloid, sifat-sifat koloid, dan penerapan rendah. Maka akan berakibat pada nilai
koloid dalam kehidupan sehari-hari. atau prestasi belajar yang rendah.
Sebagian besar materi-materi pada bab Pembelajaran konvensional
sistem koloid diterapkan dalam berpusat pada guru telah gagal untuk
kehidupan sehari-hari. Seperti pada memecahkan masalah dalam
sub-bab sifat-sifat dan penerapan koloid pembelajaran dan gagal untuk
dalam berbagai bidang, dibutuhkan meningkatkan kemampuan berpikir kritis
pembelajaran yang tidak berpusat pada siswa. Menurut beberapa tokoh

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 90


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 1 Tahun 2015 Hal. 89-96

pendidikan, pembelajaran konvensional The George Lucas Foundation terdiri


terlalu sederhana dan menimbulkan dari:
pengetahuan yang dibuat-buat, a. Dimulai dengan pertanyaan yang
pengetahuan singkat yang hanya essensial, mengambil topik yang
menekankan pada dimensi proses sesuai dengan realitas dunia nyata
kognitif saja [5]. Oleh karena itu, dan dimulai dengan sebuah
masalah tersebut perlu diatasi dengan investigasi mendalam.
melakukan perubahan. Perubahan b. Perencanaan aturan pengerjaan
tersebut diantaranya dengan memilih proyek, berisi tentang aturan main
strategi pembelajaran yang tepat yang serta pemilihan aktivitas yang dapat
mampu meningkatkan kemampuan dan mendukung dalam menjawab
partisipasi aktif siswa. Dibutuhkan pertanyaan esensial, dengan cara
perubahan model pembelajaran dari mengintergrasikan berbagai subjek
guru sehingga guru mampu memotivasi yang mungkin, serta mengetahui alat
siswa, mengubah pembelajaran menjadi dan bahan yang dapat diakses untuk
terpusat pada siswa (Student Centered membantu penyelesaian proyek.
Learning). Sehingga mampu c. Membuat jadwal aktivitas secara
meningkatkan kemampuan, minat dan kolaboratif dalam menyelesaikan
partisipasi aktif siswa. proyek.
Pembelajaran Project Based d. Guru memonitoring perkembangan
Learning (PBL) sangat penting untuk proyek siswa dengan cara
meningkatkan kualitas aktivitas siswa menfasilitasi siswa dalam setiap
dan mengandung beberapa proses proses penyelesaian proyek.
pembelajaran yang berbeda [6]. Model e. Penilaian hasil kerja siswa untuk
pembelajaran berbasis proyek membantu peserta didik dalam
memberikan peluang kepada siswa mengukur ketercapaian standar,
secara bebas melakukan kegiatan berperan dalam mengevaluasi
percobaan, mengkaji literatur di kemajuan masing-masing peserta
perpustakaan, melakukan browsing di didik, memberi umpan balik tentang
internet, dan berkolaborasi dengan guru. tingkat pemahaman yang sudah
Oleh karena itu sumber belajar menjadi dicapai peserta didik, membantu
lebih terbuka dan bervariasi, termasuk peserta didik dalam menyusun
dalam mengeksplorasi lingkungan. strategi pembelajaran berikutnya.
Akibatnya, siswa akan belajar penuh f. Evaluasi pengalaman belajar siswa
dengan kesungguhan karena [10].
termotivasi oleh keinginan untuk Pada materi sistem koloid, siswa
menjawab pertanyaan yang telah dituntut untuk aktif, menggunakan
diajukan sehingga pembelajaran kecakapan untuk memecahkan masalah
menjadi lebih efektif dan bermakna [7]. dan berbagai tujuan belajar yang ingin
Project Based Learning mampu dicapai. Selain itu diperlukan
meningkatkan kemampuan berpikir kritis ketrampilan siswa dalam mempelajari
siswa. Penggunaan Project Based materi ini. Dilihat dari materi dan
Learning diketahui mampu kegiatan pembelajaran, model
meningkatkan kemampuan kognitif pembelajaran Project Based Learning
siswa di kelas kimia pada materi gugus sangat menekankan kreativitas siswa,
fungsional. Penerapan metode proyek Project Based Learning juga
juga dapat meningkatkan prestasi menekankan pada ketrampilan siswa
belajar dan keterampilan siswa dalam bekerja dalam kelompok untuk dapat
pembelajaran fisika jika dibandingkan memecahkan masalah dengan
dengan metode ceramah dan diskusi. menghasilkan suatu produk. Oleh
[8,9]. karena itu, peneliti akan melakukan
Langkah-langkah pembelajaran penelitian untuk meningkatkan prestasi
dalam Project Based Learning (PBL) belajar dan kreativitas siswa kelas XI
sebagaimana yang dikembangkan oleh IPA di MAN Klaten pada materi pokok
sistem koloid.

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 91


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 1 Tahun 2015 Hal. 89-96

METODE PENELITIAN pembelajaran berbasis pada


Penelitian ini adalah penelitian penyelesaian proyek yang berupa
tindakan kelas (Classroom Action mading materi sistem koloid. Pada awal
Research) yang dilakukan berkolaborasi pembelajaran, beberapa siswa sudah
dengan guru karena guru yang paling terlihat antusias dengan pembelajaran
mengerti kondisi kelas sebenarnya. yang akan dilakukan karena baru
Penelitian ini terdiri dari empat tahapan pertama kali ini dilakukan pembelajaran
dasar yaitu perencanaan (planning), kooperatif Project Based Learning
pelaksanaan (acting), pengamatan (secara berkelompok). Namun siswa
(observing) dan refleksi (reflecting). masih terlihat kebingungan dengan
Subjek penelitian adalah siswa kelas XI proyek yang harus diselesaikan,
IPA-2 semester genap MAN Klaten sehingga guru harus kembali
tahun pelajaran 2013/2014 dengan menjelaskan apa yang seharusnya
jumlah siswa 21 orang. Sumber data siswa lakukan dalam pembelajaran
berasal dari guru dan siswa yang tersebut. Pada pertemuan selanjutnya
diperoleh melalui observasi, wawancara, siswa mulai terlihat sudah mengerti
tes, angket dan kajian dokumen. dengan pembelajaran model Project
Instrumen penilaian yang digunakan Based Learning, mereka sudah mampu
adalah penilaian aspek kognitif berupa mengajukan permasalahan, aktif
tes objektif materi sistem koloid, bertanya dan menjawab,
penilaian afektif berasal dari angket, mengungkapkan gagasan, dan
observasi dan wawancara serta tes mencoba menyelesaikan permasalahan.
kreativitas verbal yang mengacu pada Pada setiap pertemuan kegiatan
struktur intelek Guilford yang telah awal pembelajaran dimulai dengan guru
distandarisasi. Analisis penelitian ini memberikan apersepsi dan mengecek
adalah analisis deskriptif kualitatif, yaitu kesiapan siswa baik secara psikis dan
penelitian ini lebih bersifat fisiknya. Selanjutnya guru
mendeskripsikan data berdasarkan fakta menyampaikan pertanyaan essensial
dan keadaan yang terjadi di sekolah sehingga terjadi diskusi antar guru-
tersebut. siswa kemudian guru membimbing
siswa dalam kelompok (eksploration).
HASIL DAN PEMBAHASAN Masalah yang diajukan berupa soal
Berdasarkan hasil penelitian yang yang kemudian dicari penyelesaiannya
telah dilakukan, menunjukkan bahwa secara berdiskusi dan praktikum siswa
pembelajaran dalam kelas ini sesuai dengan langkah yang ada di
mengalami peningkatan. Hal ini RPP (elaboration). Siswa berdiskusi
ditunjukkan dengan adanya perubahan- dalam kelompok lalu mempresentasikan
perubahan yang terjadi selama siklus I hasil belajarnya. Di setiap akhir
dan siklus II. pembelajaran, guru terus mengingatkan
A. Kegiatan Guru dan Siswa siswa untuk menyelesaikan proyek yang
1. Siklus I telah disepakati di awal. Untuk
Berdasarkan rencana pelaksanaan pertemuan akhir siklus I, dilaksanakan
pembelajaran (RPP) yang telah disusun, presentasi produk hasil pembelajaran
maka pembelajaran kimia materi sistem yaitu mading sistem koloid. Guru
koloid di kelas XI IPA-2 MAN Klaten memimpin dan membimbing jalannya
membutuhkan 5 kali pertemuan pada presentasi proyek dan diskusi sambil
kegiatan belajar mengajar yaitu 4 x 90 melakukan penilaian proyek sesuai
menit dan 1 x 90 menit untuk tes siklus dengan lembar penilaian proyek yang
I. sudah ada. Guru juga menjadi fasilitator
Pengamatan terhadap siswa dalam diskusi multi arah (confirmation).
dilakukan selama proses pembelajaran Setelah presentasi proyek dilakukan,
berlangsung. Setelah siswa duduk Kelompok terbaik mendapatkan reward
berkelompok, setiap kelompok terdiri karena berhasil mempresentasikan
dari 4-5 siswa, guru memberikan proyek dengan baik.
pengarahan kepada siswa yaitu

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 92


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 1 Tahun 2015 Hal. 89-96

Berdasarkan observasi, guru juga memahami materi koloid liofil dan liofob.
menerapkan metode konstruktivistik di Dalam hal ini guru memberikan sedikit
mana siswa diberi kebebasan untuk penjelasan untuk mengulang kembali
mengkonstruksi pengetahuannya. Guru materi koloid liofil dan liofob kemudian
telah mampu memberi pertanyaan guru kembali memberi kesempatan
essensial kepada siswa. Sebagai pada mereka untuk menyelesaikan teka-
fasilitator, guru mampu memberikan teki silang yang diajukan sebagai proyek
penguatan dan umpan balik hasil siklus II lalu meminta kelompok lain
diskusi, selalu memberikan penekanan untuk mengerjakan TTS tersebut.
pada hal-hal yang penting selama Kemudian setelah proyek selesai maka
pelajaran, serta memberikan dilakukan presentasi produk tiap-tiap
penghargaan kepada kelompok maupun kelompok. Di sini perwakilan kelompok
individu. mempersentasikan jawaban sekaligus
2. Siklus II menerangkan benar tidaknya jawaban
Tindakan pada siklus II lebih yang telah diisi oleh kelompok lain,
difokuskan untuk penyempurnaan dan dengan harapan penjelasan dari
perbaikan terhadap masalah yang sesama siswa akan cenderung lebih
masih ditemukan pada siklus I. Adapun memberikan kebebasan pada mereka
tindakan yang dimaksud adalah sebagai untuk bertanya dan memiliki rasa
berikut: Pertama, guru lebih menghargai teman. Terjadi diskusi
memperhatikan siswa-siswa yang antusias di dalam kelas. Di sini peran
mengalami kesulitan dalam guru sebagai fasilitator dan pembimbing
pembelajaran. Kedua, mendorong siswa diskusi sangat diperlukan. Guru lalu
untuk berani mengemukakan menyampaikan jawaban yang benar dan
pendapatnya, bertanya maupun menyamakan persepsi antar kelompok.
menjawab. Ketiga, guru menegaskan Di akhir pembelajaran guru memberikan
kembali bahwa harus ada kerjasama reward bagi kelompok yang
antar anggota kelompok agar siswa presentasinya paling bagus sesuai
saling membantu jika ada kesulitan dengan lembar penilaian proyek yang
dalam penyelesaian proyek, sehingga telah dibuat.
pembelajaran akan lebih terkondisikan.
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus B. Ketercapaian Hasil Belajar Siswa
II terdiri dari 2 kali pertemuan yaitu 1 x 1. Siklus I
90 menit untuk mengulang materi dan Data yang diperoleh dalam
presentasi produk, 2 x 45 menit untuk penelitian ini adalah prestasi belajar
tes siklus II. (kognitif dan afektif) dan kreativitas
Guru menyampaikan tentang siswa. Ketercapaian tiga aspek yang
proyek yang akan diangkat dalam dinilai dari kegiatan pembelajaran
pembelajaran siklus II yaitu pembuatan selama siklus I dirangkum pada Tabel 2.
teka-teki silang (TTS) oleh tiap-tiap
kelompok. Guru telah meninjau bahwa Tabel 2. Ketercapaian Target Siklus I
harus dilakukan penekanan pada Siklus I
Aspek
Keterca- Kriteria
indikator yang belum tercapai yaitu yang Target
paian Keberhasilan
Dinilai (%)
menjelaskan koloid liofil dan liofob (%)
sehingga TTS yang dibuat haruslah Kognitif 50 38,09 Belum Berhasil
Afektif 50 78,31 Berhasil
lebih banyak menekankan pada Kreativitas 40 57,14 Berhasil
penjelasan tentang koloid liofil dan
liofob. Guru kembali membentuk Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa
kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa. pada siklus I persentase ketuntasan
Guru kembali menyampaikan kelas sebesar 38,09%. Hal ini
pertanyaan essensial sesuai dengan menunjukkan bahwa hasil belajar dari
indikator yang belum tercapai penilaian aspek kognitif belum
(eksploration). Lalu siswa berdiskusi memenuhi target secara klasikal.
dalam kelompoknya, dari hasil observasi Sedangkan, aspek afektif dan kreativitas
ternyata kebanyakan siswa belum telah memenuhi target yang

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 93


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 1 Tahun 2015 Hal. 89-96

direncanakan. Namun, masih perlu C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar


dilakukan perbaikan pembelajaran yaitu Siklus
dengan melanjutkan ke siklus II supaya Persentase ketuntasan aspek
aspek kognitif dapat terpenuhi yaitu kognitif mengalami peningkatan, yaitu
seluruh kompetensi pembelajaran dapat 38,09% pada siklus I menjadi 76,19%
tercapai dengan baik. Dari tabel 2, dapat pada siklus II. Hasil penilaian aspek
digambarkan diagram batang afektif pada pembelajaran materi sistem
ketercapaian target siklus I yang koloid menunjukkan ketercapaian target
disajikan pada Gambar 1. pada siklus I sehingga tidak perlu
dilakukan tes kembali pada siklus II.
80 Ketercapaian target aspek afektif adalah
78,31%. Berdasarkan tes kreativitas
60
persentase

pada siklus II didapatkan bahwa


terdapat peningkatan kreativitas siswa
40
dibandingkan pada siklus I. Pada siklus I
20 sebesar 57,14% dan meningkat pada
siklus II sebesar 66,67%.
0 D. Pembahasan
1 2 3
Berdasarkan hasil tes yang
target 50 50 40
diberikan pada siklus I dan siklus II,
ketercapaian 38.09 78.31 57.14 dapat diketahui bahwa penerapan
model pembelajaran Project Based
Gambar 1. Diagram Batang Learning pada materi sistem koloid
Ketercapaian Target Siklus I dapat meningkatkan kualitas proses dan
hasil belajar.
2. Siklus II Berdasarkan hasil yang diperoleh,
Secara klasikal, pembelajaran diketahui bahwa prestasi belajar siswa
pada siklus II sudah mencapai target aspek kognitif meningkat. Pada siklus I
ketuntasan yang telah direncanakan persentase ketuntasan belajar siswa
yaitu 70% tuntas. Ketercapaian setiap aspek kognitif siswa sebesar 38,09%.
aspek yang diukur pada siklus II Sedangkan, apabila ditinjau dari
terangkum pada Tabel 3. ketercapaian setiap indikator, terdapat
Tabel 3. Ketercapaian Target Siklus II indikator yang belum tuntas yaitu pada
Aspek Siklus II
Kriteria sub bab menjelaskan koloid liofil dan
yang Target Ketercapai
Keberhasilan
Dinilai (%) -an (%) koloid liofob. Hal ini dikarenakan
Kognitif 70 76,19 Berhasil
Afektif 70 78,31 Berhasil
pembelajaran masih sekedar
Kreativitas 60 66,67 Berhasil mendiskusikan permasalahan yang
Diagram batang persentase diberikan oleh guru. Guru belum
ketercapaian siklus II disajikan pada mengkonfirmasi perbedaan koloid liofil
Gambar 2. dan liofob. Guru juga belum
memberikan banyak latihan soal untuk
80 mengetahui tingkat pemahaman siswa.
Oleh karena itu, perlu dilakukan
60 perbaikan pembelajaran dengan
Persentase

melanjutkan pada tindakan siklus II


40 supaya target aspek kognitif terpenuhi.
Pembelajaran pada siklus II ini lebih
20
ditekankan pada indikator yang belum
0 tuntas. Selain itu, diupayakan untuk
1 2 3 meningkatkan hasil belajar yang telah
Target 70 70 60 dicapai pada siklus I.
Ketercapaian 76.19 78.31 66.67 Aspek kognitif siswa meningkat dari
38,09% pada siklus I menjadi 76,19%
Gambar 2. Diagram Batang pada siklus II. Pembelajaran
Ketercapaian Target Siklus II menggunakan model pembelajaran

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 94


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 1 Tahun 2015 Hal. 89-96

kooperatif Project Based Learning pada divergen siswa pada sistem koloid
sistem koloid mendorong siswa untuk melewati 6 sub tes yang mewakili setiap
terlibat aktif dalam proses pembelajaran aspek kreativitas. Observasi di saat
melalui kerja proyek. Berdasarkan hasil pembelajaran juga menunjukkan bahwa
observasi, siswa aktif bertanya, pembelajaran Project Based Learning
menjawab dan berdiskusi dalam pada sistem koloid menuntut siswa
kelompok untuk memecahkan masalah. berpikir kritis dan kreatif. Hal ini
Pembelajaran menggunakan Project ditunjukkan dengan semakin banyak
Based Learning menjadi pengalaman siswa yang bertanya, mengemukakan
bermakna karena memungkinkan siswa pendapat dan menjawab pertanyaan
menguasai suatu konsep, memecahkan guru. Dalam pembelajaran Project
suatu masalah melalui penyelesaian Based Learning ini siswa tak hanya
proyek dan memberi kesempatan dituntut untuk mampu mengungkapkan
berpikir kritis dan kreatif. Penggunaan gagasannya, namun siswa juga dituntut
model tersebut membuat siswa lebih untuk mampu memecahkan masalah
paham dengan materi yang diajarkan melalui pemberian proyek sehingga
guru sehingga prestasi belajarnya kreativitas siswa dalam berpikir
menjadi lebih baik. Hal ini sejalan meningkat.
dengan penelitian sebelumnya yang Dilihat dari hasil belajar siswa
menyatakan bahwa penerapan Project yang mencakup aspek ketuntasan
Based Learning mampu meningkatkan belajar secara kognitif, afektif siswa, dan
kemampuan berpikir kritis dan prestasi kreativitas siswa dapat dinyatakan
belajar siswa [7]. bahwa penerapan model pembelajaran
Aspek afektif siswa mengalami kooperatif Project Based Learning pada
peningkatan dan telah mencapai target materi koloid dapat meningkatkan
yaitu 78,31%. Sikap afektif siswa dapat kualitas pembelajaran. Setelah model
terlihat pada angket dan saat kegiatan pembelajaran kooperatif Project Based
belajar mengajar. Berdasarkan hasil Learning diterapkan pada materi sistem
observasi, pembelajaran dengan model koloid ketuntasan siswa dapat mencapai
pembelajaran Project Based Learning 38,09% pada siklus I dan 76,19% pada
pada sistem koloid mendorong siswa siklus II. Sedangkan bila dilihat dari
untuk aktif, mengerjakan tugas tepat aspek afektif siswa, ketercapaian afektif
waktu, kehadiran tinggi dalam sebesar 78,31%. Penerapan model
pembelajaran, berinteraksi sosial, pembelajaran Project Based Learning
memiliki toleransi yang tinggi terhadap pada sistem koloid juga dapat
teman sekelompok maupun teman yang meningkatkan kreativitas siswa, siswa
lainnya, mampu mengajukan dengan kreativitas tinggi adalah 57,14%
pertanyaan-pertanyaan dan menjawab pada siklus I dan 66,67% pada siklus II.
pertanyaan dari guru atau teman. Hal ini
menunjukkan mereka antusias dalam KESIMPULAN
belajar kimia. Pembelajaran yang Dari hasil penelitian, maka dapat
tergolong baru ini direspon positif oleh diambil kesimpulan bahwa penerapan
siswa. Hal ini sesuai dengan peneltian model pembelajaran Project Based
sebelumnya yang menyatakan bahwa Learning dapat meningkatkan prestasi
Pembelajaran menggunakan model belajar dan kreativitas siswa pada
Project Based Learning mampu materi pokok sistem koloid kelas XI IPA-
membentuk sikap positif dan 2 semester genap di MAN Klaten.
keterampilan siswa [5].
Aspek kreativitas siswa pada siklus UCAPAN TERIMAKASIH
I sebesar 57,14% dan meningkat Bapak Drs. H. Muslih, M.Pd selaku
menjadi 66,67% pada siklus II. Aspek Kepala MAN Klaten yang telah
kreativitas diukur menggunakan tes memberikan izin penelitian, serta ibu
kreativitas verbal yang telah Dra. Setyasih Parwati selaku guru mata
distandarisasi. Tes ini mampu pelajaran kimia kelas XI IPA MAN
menunjukkan kemampuan berpikir

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 95


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 1 Tahun 2015 Hal. 89-96

Klaten yang senantiasa membimbing


dan membantu kelancaran penelitian.

DAFTAR RUJUKAN
[1] Kemendikbud. (2013). Kurikulum
2013. Jakarta. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
[2] Hamdani. (2011). Strategi Belajar
Mengajar. Bandung: CV Pustaka
Setia
[3] Slameto. (2010). Belajar dan
Faktor-faktor yang Mempengaruhi.
Jakarta: Rineka Cipta
[4] Munandar, Utami. (2012).
Pengembangan Kreativitas Anak
Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta
[5] Brown, J.S., A. Collins, & P. Duguid.
(1989). Situated Cognition and the
Culture of Learning. Champaign:
University of Illinois at Urbana
[6] Yalcin, A.S., Turgut, U., &
Buyukkasap, E. (2009). The Effect
of Project Based Learning on
Science Undergraduates’ Learning
of Electricity, Attitude towards
Physics and Scientific Process
Skills. International Online Journal
of Educational Sciences, 1 (1), 81-
105
[7] Muderawan, I.W., Sastrika, I.A.K., &
Sadia, I.W. (2013). Pengaruh Model
Pembelajaran Berbasis Proyek
Terhadap Pemahaman Konsep
Kimia Dan Keterampilan Berpikir
Kritis. Journal Program
Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha Program Studi
IPA, 3, 1-13
[8] Johnson, Cynthia S., & Shannon
Delawsky. (2013). Project Based
Learning and Student Engagement.
Academic Research International, 4
(4), 560-570
[9] Muriithi, E.M., Odundo, P.A., Origa,
J.O., & Gatumu, J.C. (2013). Project
Method and Learner Achievement
in Physics in Kenyan Secondary
School. International Journal of
Education and Research, 1 (7), 1-
12
[10] Lucas, George. (2005). Instructional
Module Project Based Learning.
http://www.edutopia. org/modules/
PBL/whatpbl.php. Diakses tanggal
06 Februari 2014

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 96

Anda mungkin juga menyukai