Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesuai dengan falsafah dasar negara Pancasila terutama sila ke-5
mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Hal ini juga termaktub dalam
pasal 28H dan pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan ditegaskan bahwa
setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas
sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan
yang aman, bermutu, dan terjangkau.
Kesadaran tentang pentingnya jaminan perlindungan sosial terus
berkembang sesuai amanat pada perubahan UUD 1945 Pasal l34 ayat 2,
yaitu menyebutkan bahwa negara mengembangkan Sistem Jaminan
Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan dimasukkannya Sistem
Jaminan Sosial dalam perubahan UUD 1945, kemudian terbitnya Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) menjadi suatu bukti yang kuat bahwa pemerintah dan pemangku
kepentingan terkait memiliki komitmen yang besar untuk mewujudkan
kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyatnya. Melalui Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) sebagai salah satu bentuk perlindungan sosial,
pada hakekatnya bertujuan untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
Untuk mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi WHA
ke-58 tahun 2005 di Jenewa yang menginginkan setiap negara
mengembangan Universal Health Coverage (UHC) bagi seluruh
penduduk, maka pemerintah
Usaha ke arah itu sesungguhnya telah dirintis pemerintah dengan
menyelenggarakan beberapa bentuk jaminan sosial di bidang kesehatan,
diantaranya adalah melalui PT Askes (Persero) dan PT Jamsostek
(Persero) yang melayani antara lain pegawai negeri sipil, penerima

1|Dokumen Jaminan Kesehatan Nasional


pensiun, veteran, dan pegawai swasta. Untuk masyarakat miskin dan
tidak mampu, pemerintah memberikan jaminan melalui skema Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan Kesehatan Daerah
(Jamkesda). Namun demikian, skema-skema tersebut masih
terfragmentasi, terbagi-bagi sehingga biaya Kesehatan dan mutu
pelayanan menjadi sulit terkendali.
Untuk mengatasi hal tersebut, pada tahun 2004 dikeluarkan Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN). Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 ini mengamanatkan
bahwa program jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk termasuk
program Jaminan Kesehatan melalui suatu badan penyelenggara jaminan
sosial.
Badan penyelenggara jaminan sosial telah diatur dengan Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) yang terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan. Untuk program Jaminan Kesehatan yang
diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, implementasinya telah dimulai
sejak 1 Januari 2014. Program tersebut selanjutnya disebut sebagai
program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Pengaturan teknis
pelaksanaan lebih lanjut program JKN dituangkan dalam berbagai
peraturan sebagai turunan dari kedua Undang-Undang tersebut diatas,
baik dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden
(Perpres), Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes), Keputusan Menteri
Kesehatan (Kepmenkes), Surat Edaran (SE) Menteri Kesehatan,
Pedoman Pelaksanaan (Manlak), Petunjuk Teknis (Juknis), Panduan
Praktis dan lain-lain.
Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) ini memuat berbagai ketentuan pokok yang selanjutnya dijabarkan
dalam berbagai petunjuk teknis sehingga diharapkan dapat menjadi acuan
bagi semua pemangku kepentingan dalam pelaksanaan program Jaminan
Kesehatan Nasional.

2|Dokumen Jaminan Kesehatan Nasional


bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat
melalui program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk dapat
hidup layak dan produktif, untuk itu diperlukan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang terkendali biaya dan mutunya, melalui program
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.
Pengelolaan dana pelayanan kesehatan bagi peserta program JKN dana
amanah yang harus harus dikelola secara efektif dan efisien dan
dilaksanakan secara terkoordinasi dan terpadu dari berbagai pihak terkait
baik pusat maupun daerah.
Diharapkan pelayanan kesehatan bagi penduduk melalui program
JKN ini dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk mewujudkan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat seutuhnya. Semoga apa yang
menjadi harapan kita semua yaitu jaminan kesehatan bagi
semua/Universal Health Coverage pada tahun 2019 dapat terwujud
dengan baik dan kepada semua pihak yang telah memberikan
sumbangsihnya, baik gagasan pemikiran, tenaga dan kontribusi lainnya
mendapatkan imbalan
B. Tujuan

Sebagai Acuan Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan


Nasional (JKN) untuk memberikan perlindungan kesehatan dalam bentuk
manfaat pemeliharaan kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah
membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah
C. Sasaran

Sasaran Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan


Nasional (JKN) ini adalah seluruh komponen mulai dari pemerintah (pusat
dan daerah), BPJS, fasilitas kesehatan, peserta dan pemangku

3|Dokumen Jaminan Kesehatan Nasional


kepentingan lainnya sebagai acuan dalam pelaksanaan program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN).
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengaturan dalam Pedoman Pelaksanaan
Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ini meliputi
penyelenggaraan, peserta dan kepesertaan, pelayanan kesehatan,
pendanaan, badan penyelenggara dan hubungan antar lembaga,
monitoring dan evaluasi, pengawasan, dan penanganan keluhan .

E. Batasan Operasional
Mengacu Perpres No 75 tahun ,Perpres No 64 tahun 2020 ,
Perpres No 75 tahun 2019 ,Permenkes No 21 Tahun 2016, Perpres 46
tahun 2021,permendagri tahun 20

4|Dokumen Jaminan Kesehatan Nasional


BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Alokasi Dana Kapitasi untuk pembayaran jasa
pelayanankesehatan sebagaimana dimaksud dimanfaatkan untuk
pembayaran jasa pelayanan
kesehatan bagi tenaga kesehatan dan tenaga nonkesehatan yang
melakukan pelayanan pada FKTP.
Tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat meliputi Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Pemerintah
dengan Perjanjian Kerja,dan pegawai tidak tetap, yang ditetapkan sesuai
denganketentuan peraturan perundang-undangan.
Pembagian jasa pelayanan kesehatan kepada tenaga
kesehatandan tenaga non kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat ditetapkan dengan
mempertimbangkan variabel:
1. jenis ketenagaan dan/atau jabatan; dan
2. kehadiran.
Variabel jenis ketenagaan dan/atau jabatan sebagaimana
dimaksud pada dinilai sebagai berikut:
1 . tenaga medis, diberi nilai 150 (seratus lima puluh);
2. tenaga apoteker atau tenaga profesi keperawatan (Ners), diberi nilai
100 (seratus);
3. tenaga kesehatan paling rendah S1/D4, diberi nilai
80 (delapan puluh);
4. tenaga kesehatan D3, diberi nilai 60 (enam puluh);
5. tenaga non kesehatan paling rendah D3, atau
asisten tenaga kesehatan, diberi nilai 50 (lima
puluh); dan
6. tenaga non kesehatan di bawah D3, diberi nilai 25

5|Dokumen Jaminan Kesehatan Nasional


(dua puluh lima).
Tenaga sebagaimana dimaksud yang merangkap tugas
administratif, diberi nilai sebagai berikut:
1. tambahan nilai 100 (seratus), untuk tenaga yang merangkap tugas
sebagai kepala FKTP;
2. tambahan nilai 50 (lima puluh), untuk tenaga yang merangkap tugas
sebagai bendahara Dana Kapitasi JKN; dan
3. tambahan nilai 30 (tiga puluh), untuk tenaga yang
merangkap tugas sebagai Kepala Tata Usaha atau penanggung jawab
penatausahaan keuangan.
Tenaga sebagaimana dimaksud yang merangkap tugas sebagai
penanggung jawab program atau yang setara, diberi tambahan nilai 10
(sepuluh) untuk setiap program atau yang setara. Setiap tenaga
sebagaimana dimaksud yang memiliki masa kerja:
1. 5 (lima) tahun sampai dengan 10 (sepuluh) tahun diberi tambahan nilai
5 (lima);
2.11 (sebelas) tahun sampai dengan 15 (lima belas) tahun, diberi
tambahan nilai 10 (sepuluh);
3.16 (enam belas) tahun sampai dengan 20 (dua puluh) tahun, diberi
tambahan nilai 15 (lima belas);
4. 21 (dua puluh satu) tahun sampai dengan 25 (dua puluh lima) tahun,
diberi tambahan nilai 20 (dua puluh); dan
5. lebih dari 25 (dua puluh lima) tahun, diberi tambahan nilai 25 (dua puluh
lima).
Bendahara Dana Kapitasi JKN pada FKTP adalah pegawai negeri
sipil yang ditunjuk untuk menjalankan fungsi menerima, menyimpan,
membayarkan, menatausahakan dan mempertanggung jawabkan dana
kapitasi.
B. Jadwal Kegiatan
1. Upaya Kesehatan perorangan berupa kegiatan preventif,kuratif
dan rehabilatif lainnya dilaksanakan setiap hari , senin- sabtu

6|Dokumen Jaminan Kesehatan Nasional


2. Upaya kegiatan kegawat daruratan dan rawat inap buka 24jam
setiap hari
3. Kegiatan kunjungan rumah dalam rangka upaya kesehatan
perorangan dilakukan satu bulan minimal 10 kali oleh petugas

7|Dokumen Jaminan Kesehatan Nasional


BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A.Standar Fasilitas

Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang selanjutnya disingkat


FKTP adalah fasilitas kesehatan yang melakukan pelayanan
kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik untuk keperluan
observasi, promotif, preventif, diagnosis, perawatan, pengobatan,
dan/atau pelayanan kesehatan lainnya.
Pelayanan pemeriksaan penunjang rujuk balik di FKTP sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf c, terdiri dari:
1. pemeriksaan gula darah sewaktu;
2. pemeriksaan gula darah puasa (GDP); dan
3. pemeriksaan gula darah Post Prandial (GDPP
Pelayanan skrining kesehatan tertentu sebagaimana memerlukan
pemeriksaan penunjang IVA, PaP Smear, gula darah, diberlakukan
tarif non kapitasi sebagai berikut:
1. Pemeriksaan IVA Maksimal Rp25.000,00 (dua puluh lima ribu rupiah)
2. Pemeriksaan Pap Smear Maksimal Rp125.000,00 (seratus dua puluh
lima ribu rupiah)
3. Pemeriksaan gula darah sewaktu, pemeriksaan gula darah puasa
(GDP) dan pemeriksaan gula darah Post Prandial (GDPP) ditetapkan
sebesar Rp.10.000,00 (sepuluh ribu rupiah) sampai dengan
Rp20.000,00 (dua puluh ribu rupiah).
Pelayanan kebidanan, neonatal, dan Keluarga Berencana
yang dilakukan oleh bidan atau dokter sebagaimana dimaksud dalam
ditetapkan sebagai berikut:
1. pemeriksaan ANC sesuai standar
2. persalinan pervaginam normal
3. pemeriksaan PNC/neonatus sesuai standar dilaksanakan dengan 2

8|Dokumen Jaminan Kesehatan Nasional


(dua) kali kunjungan ibu nifas dan neonatus pertama dan kedua
(KF1-KN1 dan KF2-KN2), 1 (satu) kali kunjungan neonatus ketiga
(KN3), serta 1 (satu) kali kunjungan ibu nifas ketiga (KF3)
4. Pelayanan pra rujukan pada komplikasi kebidanan dan neonatal
5. pelayanan KB

9|Dokumen Jaminan Kesehatan Nasional


BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A.Lingkup Kegiatan
Pelayanan kesehatan di FKTP merupakan pelayanan kesehatan non-
spesialistik yang meliputi :
1. Administrasi pelayanan;
2. Pelayanan promotif dan preventif;
3. Pemeriksanaan, pengobatan, dan konsultasi medis;
4. Tindakan medis non-spesialistik, baik operatif maupun non-operatif;
5. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
6. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama;
dan
7. Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi medis
Pelayanan kesehatan tingkat pertama sebagaimana dimaksud diatas
untuk pelayanan medis mencakup:
1. Kasus medis yang dapat diselesakan secara tuntas di pelayanan
kesehatan tingkat pertama;
2. Kasus medis yang membutuhkan penanganan awal sebelum
dilakukan rujukan;
3. Kasus medis rujuk balik;
4. Pemeriksaan, pengobatan, dan tindakan pelayanan kesehatan gigi
tingkat pertama;
5. Pemeriksaan ibu hamil, nifas, ibu menyusui, bayi, dan anak balita
oleh bidan atau dokter; dan
6. Rehabilitasi medik dasar.
Alokasi Dana Kapitasi untuk dukungan biaya operasional pelayanan
kesehatan dimanfaatkan untuk;
1. Obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai; dan
2. kegiatan operasional pelayanan kesehatan lainnya
Dukungan kegiatan operasional pelayanan kesehatan lainnya, meliputi:

10 | D o k u m e n J a m i n a n K e s e h a t a n N a s i o n a l
1. Upaya kesehatan perorangan berupa kegiatan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif lainnya. Untuk kegiatan ini dana yang ada
antara lain dapat dibelanjakan seperti biaya makan-minum, Jasa
profesi Narasumber, foto copy bahan, service ringan alat kesehatan,
perjalanan.
2. Kunjungan rumah dalam rangka upaya kesehatan perorangan. Dana
yang ada antara lain dapat dibelanjakan seperti perjalanan, uang
harian.
3. Operasional untuk puskesmas keliling. Dana yang ada antara lain
dapat dibelanjakan seperti Bahan Bakar Minyak (BBM), penggantian
Oli, suku cadang kendaraan pusling.
4. Bahan cetak atau alat tulis kantor; dan/atau
5. Administrasi keuangan dan sistem informasi. Dana yang ada antara
lain dapat dibelanjakan seperti perjalanan, uang harian, foto copy
bahan, belanja piranti keras dan piranti lunak dalam mendukung
implementasi sistem informasi JKN, biaya operasional sistem
informasi.
Pelayanan obat untuk peserta JKN pada fasilitas kesehatan mengacu
pada daftar obat yang tercantum dalam Fornas dan harga obat yang
tercantum dalam e-katalog obat.
1. Pengadaan obat menggunakan mekanisme e-purchasing berdasarkan
e-katalog atau bila terdapat kendala operasional dapat dilakukan
secara manual.
2. Dalam hal jenis obat tidak tersedia di dalam Formularium Nasional dan
harganya tidak terdapat dalam e-katalog, maka pengadaannya dapat
menggunakan mekanisme pengadaan yang lain sesuai dengan
peraturan perundang-undangan

11 | D o k u m e n J a m i n a n K e s e h a t a n N a s i o n a l
B.METODE
Pembayaran dana kapitasi dari BPJS kesehatan dilakukan
dilakukan melalui Rekening Dana Kapitasi JKN Pada FKTP dan diakui
sebagai pendapatan.
Pendapatan digunakan langsung untuk pelayanan kesehatan peserta
JKN pada FKTP. Dalam Hal ini pendapatan dana kapitasi tidak
digunakan seluruhnya pada tahun anggaran berkenaan , dana kapitasi
tersebut digunakan untuk tahun anggaran berikutnya.
Bendahara Dana kapitasi mencatat dan menyampaikan realisasi
pendapatan dan belanja setiap bulan kepada kepala FKTP.Kepala
FKTP menyampaikan laporan realisasi pendapatan dan belanja kepada
kepala SKPD Dinas Kesehatan dengan melampirkan surat pernyataan
tanggung jawab.
Berdasarkan laporan realisasi pendapatan dan belanja ,Kepala
SKPD Dinas Kesehatan Menyampaikan Surat Permintaan Pengesahan
Pendapatan Dan Belanja (SP3D) FKTP kepada PPKD.
SP3D FKTP termasuk sisa dana kapitasi yang belum digunakan
pada tahun anggaran berkenaan.

12 | D o k u m e n J a m i n a n K e s e h a t a n N a s i o n a l
C. Langkah Kegiatan
1. Dana Kapitasi JKN

DANA
KAPITASI

40%
60 %
DUKUNGAN BIAYA
JASA PELAYANAN
OPERASIONAL
KESEHATAN
YANKES

25 %
OBAT, BAHAN
15 %
MEDIS HABIS
PAKAI, ALAT DUKUNGAN BIAYA
KESEHATAN, OPERASIONAL
LABORATORIUM LAINNYA

13 | D o k u m e n J a m i n a n K e s e h a t a n N a s i o n a l
2. Pelayanan kebidanan Neonatal dan KB oleh Bidan Jejaring

BIDAN JEJARING PUSKESMAS

BPJS
- Verifikasi
- Pembayaran klaim

14 | D o k u m e n J a m i n a n K e s e h a t a n N a s i o n a l
3. Pelayanan Kesehatan Rawat inap JKN Rujukan Dan Persalinan JKN
dipuskesmas

BPJS
- Verifikasi
Puskesmas - Pembayaran
klaim
BPJS
membayar
langsung ke
bendahara
penerima
dinkes

DPA Dinkes
KAS DAERAH

15 | D o k u m e n J a m i n a n K e s e h a t a n N a s i o n a l
BAB V
LOGISTIK

A. BELANJA BARANG OPERASIONAL


1. Belanja Obat
Ruang lingkup dari belanja ini meliputi belanja obat-obat untuk
pelayanan kesehatan kepada semua pasien yang mendapatkan
pelayanan kesehatan termasuk peserta JKN di FKTP milik
Pemerintah Daerah.
Contoh belanja:
Paracetamol (Tab, Syrup), Amoksisillin (Tab, Syrup), Antacida(Tab,
Syrup), CTM (Tab), Alopurinol (Tab), Asam Askorbat/Vit C(Tab),
Captopril (Tab), Deksamethason (Tab), Asam Mefenamat (Tab),
Lidokain, dan lain-lain.
2. Belanja Alat Kesehatan
Ruang lingkup dari belanja ini meliputi belanja alat kesehatan untuk
pelayanan kesehatan, alat-alat laboratorium untuk pemeriksaan
laboratorium di FKTP milik Pemerintah Daerah.
Contoh belanja:
Dental unit, stebilisator, stetoskop, tensi meter, tabung gas oksigen,
gunting, bejana pemeriksaan, labu pemeriksaan lab, pinset, dan lain-
lain
3. Belanja Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
Ruang lingkup dari belanja ini meliputi belanja bahan medis habis pakai
yang berkaitan langsung dengan pelayanan kesehatan (medis dan
laboratorium) di FKTP milik Pemerintah Daerah.
Contoh belanja:
Kasa pembalut/perban, reagen, dan lain-lain.
4. Pelayanan Kesehatan Dalam Gedung
Lingkup pelayanan kesehatan secara komprehensif bagi semua pasien
termasuk peserta JKN yang mencakup upaya promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif di FKTP milik PemerintahDaerah.

16 | D o k u m e n J a m i n a n K e s e h a t a n N a s i o n a l
Contoh belanja:
Konsumsi untuk penyuluhan/sosialisasi, transport (bagi peserta
pertemuan, narasumber), uang harian bagi narasumber, konsumsi
rapat, biaya petugas piket/jaga (honor lembur + uang makan), dan lain-
lain.
5. Pelayanan Kesehatan Luar Gedung
Lingkup Pelayanan di luar gedung mencakup pelayanan kesehatan
yang bersifat upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, serta
kunjungan rumah pada peserta JKN dalam penyelenggaraan program
JKN,
Contoh belanja:
Uang transport, uang harian petugas dalam kunjungan rumah,
konsumsi penyuluhan/sosialisasi, transport dan honor
narasumber pada penyuluhan/sosialisasi dan lain-lain.
6. Operasional dan Pemeliharaan Kendaraan Puskesmas Keliling
Ruang Lingkup belanja ini adalah untuk operasional dan pemeliharaan
puskesmas keliling (pusling) sehingga pusling
selalu siap dan dalam kondisi prima sehingga optimal dalam
pelayanan kesehatan.Bahan Bakar Minyak (BBM), penggantian oli,
penggantian suku
cadang pusling, service berkala dan pemeliharaan kendaraan
puskesmas keliling, dan lain-lain.
7. Bahan Cetak atau Alat Tulis Kantor
Lingkup untuk kegiatan ini mencakup kebutuhan akan cetakan dan alat
tulis kantor yang diperlukan FKTP Milik Pemerintah Daerah dalam
memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat
Contoh belanja:
Cetak family folder, belanja alat tulis kantor, computer supplies, tinta
printer, cetak leaflet, brosur, poster, dan lain-lain.
8. Administrasi, Koordinasi Program dan Sistem Informasi

17 | D o k u m e n J a m i n a n K e s e h a t a n N a s i o n a l
Ruang Lingkup belanja ini adalah untuk kegiatan administrasi,
koordinasi program dan pelaksanaan sistem informasi dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan serta Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN
Contoh belanja:
Transport, uang harian, honor panitia pengadaan dan penerima
barang, konsumsi, meterai, perangko, hardware dan software
sistem informasi (komputer, laptop), mouse, printer, langganan
internet, LCD, dan lain-lain.
9. Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia Kesehatan
Ruang Lingkup belanja ini adalah dalam rangka meningkatkan
kemampuan/peningkatan kapasitas SDM petugas di FKTP milik
pemerintah daerah.
Contoh belanja:
Transport, uang harian, biaya penginapan, biaya paket
pelatihan/kursus, honor narasumber, konsumsi, dan lain-lain.
10. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Ruang Lingkup belanja ini adalah untuk pemeliharaan sarana dan
prasarana FKTP milik pemerintah daerah untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang lebih baik pada masyarakat termasuk peserta JKN.
Contoh belanja:
Belanja penggantian kunci pintu, engsel pintu, bohlam lampu,
pengecetan FKTP, perbaikan saluran air/wastafel, biaya tukang,
penggantian pintu dan jendela yang rusak, pemeliharaan AC, perbaikan
dan pengecatan pagar FKTP, service alat kesehatan, dan lain-lain.
B. BELANJA MODAL
1. Pengadaan Sarana dan Prasarana yang Berkaitan Langsung
Dengan Pelayanan Kesehatan Ruang Lingkup belanja ini adalah untuk
penyediaan sarana dan prasarana di FKTP milik pemerintah daerah
yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan pelayanan
kesehatan

18 | D o k u m e n J a m i n a n K e s e h a t a n N a s i o n a l
di FKTP milik pemerintah daerah pemerintah daerah.
Contoh belanja:
Belanja kursi tunggu pasien, lemari obat, toilet, gorden, linen, lemari
arsip, meja kerja petugas, AC, genset, pembuatan papan nama,
pembuatan billboard, pembuatan pagar FKTP, dan lain – lain.
(Permenkes 21 tahun 2016 )

19 | D o k u m e n J a m i n a n K e s e h a t a n N a s i o n a l
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN / PROGRAM

Monitoring , Evaluasi dan Penanganan Keluhan


Dalam penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional berbagai
pihak melaksanakan monitoring dan evaluasi sesuai dengan kewenangan
masing-masing. Para pihak yang melakukan monev yaitu Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN), Kementerian
Kesehatan, Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional
(BAPPENAS), Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS)-
Kes).
Dalam hal pengembangan program Jaminan Kesehatan Nasional
dan kepesertaan secara menyeluruh merupakan kewenagan monev dari
DJSN. Sehat atau tidaknya keuangan dalam penyelenggaraan jaminan
kesehatan oleh BPJS Kesehatan merupakan kewenangan monev dari
OJK. Dari sisi penyelenggaraan pelayanan jaminan kesehatan merupakan
kewenagan Kementerian Kesehatan dalam melaksanakan monev. Dalam
hal evaluasi status kesehatan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, social
protection dan fiskal dari penyelengaaraan JKN merupakan kewenangan
Bappenas.
Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pelayanan Jaminan
Kesehatan dimaksudkan agar tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama, Fasilitas
Kesehatan rujukan tingkat lanjutan telah sesuai dengan kewenangan dan
standar pelayanan medis yang ditetapkan oleh Menteri.
Dalam upaya meningkatkan kualitas penyelenggaraan pelayanan
kesehatan BPJS Kesehatan dan Kementerian Kesehatan bertanggung
jawab dalam menangani keluhan. Penanganan keluhan dilaksanakan
secara terstruktur dan berjenjang. (Permenkes 28 Tahun 2014 hal 43 ).

20 | D o k u m e n J a m i n a n K e s e h a t a n N a s i o n a l
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam upaya penanganan keluhan di dalam penyelenggaaan pelayanan


jaminan kesehatan meliputi beberapa prinsip :
1. Prinsip Penanganan Keluhan
a. Obyektif: penanganan keluhan masyarakat harus berdasarkan fakta
atau bukti yang dapat dinilai berdasarkan kriteria tertentu yang
ditetapkan.
b. Responsif: (cepat dan akurat) setiap pengaduan dan permasalahan
perlu ditangani/ditanggapi secara cepat dan tepat.
c. Koordinatif: penanganan keluhan masyarakat harus dilaksanakan
dengan kerja sama yang baik di antara pejabat yang berwenang dan
terkait, berdasarkan mekanisme, tata kerja, dan prosedur yang
berlaku, sehingga permasalahan dapat diselesaikan sebagaimana
mestinya.
d. Efektif dan efisien: penanganan keluhan masyarakat harus
dilaksanakan secara tepat sasaran, hemat tenaga, waktu, dan biaya.
e. Akuntabel: proses penanganan keluhan masyarakat dan tindak
lanjutnya harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
prosedur yang berlaku.
f. Transparan: penanganan keluhan masyarakat dilakukan berdasarkan
mekanisme dan prosedur yang jelas dan terbuka, sehingga
masyarakat yang berkepentingan dapat mengetahui perkembangan
tindak lanjutnya.
2. Mekanisme Penanganan Keluhan
Penanganan keluhan merupakan salah satu instrumen untuk
menyelesaikan masalah pelayanan kesehatan, baik yang bersifat
administratif maupun bersifat medis. Permasalahan bisa terjadi antara

21 | D o k u m e n J a m i n a n K e s e h a t a n N a s i o n a l
Peserta dengan Fasilitas Kesehatan; antara Peserta dengan BPJS
Kesehatan; antara BPJS Kesehatan dengan Fasilitas Kesehatan; atau
antara BPJS Kesehatan dengan Asosiasi Fasilitas Kesehatan .

22 | D o k u m e n J a m i n a n K e s e h a t a n N a s i o n a l
Mekanisme yang dapat ditempuh untuk menyelesaikan keluhan, terdiri
atas :
a. Apabila terjadi masalah antara Peserta dengan fasilitas kesehatan atas
pelayanan yang diberikan tidak memuaskan maka Peserta dapat
mengajukan pengaduan/keluhan kepada Fasilitas Kesehatan yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan maka sebaiknya diselesaikan
oleh para pihak secara musyawarah. Jika keluhan tidak dapat
diselesaikan, maka dapat diteruskan ke jenjang selanjutnya, yaitu ke
BPJS Kesehatan setempat, Tim Monev Kabupaten/Kota, Tim Monev
Provinsi, Tim Monev Pusat, dan Menteri Kesehatan selaku mediator).
b. Apabila terjadi masalah antara Peserta dengan BPJS Kesehatan atas
pelayanan yang diberikan tidak memuaskan maka Peserta dapat
mengajukan keluhan kepada BPJS Kesehatan setempat untuk
penyelesaian masalah secara musyawarah oleh para pihak. Jika
keluhan tidak dapat diselesaikan, maka dapat diteruskan ke jenjang
selanjutnya, yaitu Tim Monev Kabupaten/Kota, Tim Monev Provinsi,
Tim Monev Pusat, dan Menteri Kesehatan selaku mediator).
c. Apabila terjadi permasalahan antara BPJS Kesehatan dengan Fasilitas
Kesehatan maka sebaiknya diselesaikan secara musyawarah oleh para
pihak. Jika penanganan keluhan tidak dapat diselesaikan, maka dapat
diteruskan ke jenjang selanjutnya yaitu Tim Monev Kabupaten/Kota,
Asosiasi Fasilitas Kesehatan setempat, Tim Monev Provinsi, Tim
Monev Pusat, dan Menteri Kesehatan selaku mediator).
d. Apabila terjadi permasalahan antara BPJS Kesehatan dengan Asosiasi
Fasilitas Kesehatan maka sebaiknya diselesaikan secara musyawarah
oleh para pihak. Jika penanganan keluhan tidak dapat diselesaikan,
maka dapat diteruskan ke jenjang selanjutnya yaitu Tim Monev
Kabupaten/Kota, Tim Monev Provinsi, Tim Monev Pusat, dan Menteri
Kesehatan selaku mediator).

23 | D o k u m e n J a m i n a n K e s e h a t a n N a s i o n a l
Apabila penanganan keluhan atas permasalahan yang dihadapi oleh para
pihak baik antara Peserta dengan Fasilitas Kesehatan, Peserta dengan
BPJS Kesehatan, Fasilitas Kesehatan dengan BPJS Kesehatan, BPJS
Kesehatan dengan Asosiasi Fasilitas Kesehatan setelah dilakukan
mediasi oleh Menteri Kesehatan maka dapat (Permenkes 28 tahun 2014
hal 45)

24 | D o k u m e n J a m i n a n K e s e h a t a n N a s i o n a l
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan Peraturan Menteri ini dilakukan

oleh Kepala SKPD Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota dan Kepala FKTP secara berjenjang dan secara
fungsional oleh Aparatur Pengawas Instansi Pemerintah Kabupaten/Kota
sesuai dengan ketentuanPeraturan Perundang -Undangan

25 | D o k u m e n J a m i n a n K e s e h a t a n N a s i o n a l
BAB IX
PENUTUP

Kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk dapat


hidup layak dan produktif, untuk itu diperlukan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang terkendali biaya dan mutunya, melalui program
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.
Pengelolaan dana pelayanan kesehatan bagi peserta program
JKN dana amanah yang harus harus dikelola secara efektif dan efisien
dan dilaksanakan secara terkoordinasi dan terpadu dari berbagai pihak
terkait baik pusat maupun daerah.
Diharapkan pelayanan kesehatan bagi penduduk melalui program
JKN ini dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk mewujudkan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat seutuhnya. Semoga apa yang
menjadi harapan kita semua yaitu jaminan kesehatan bagi semua dapat
terwujud dengan baik dan kepada semua pihak yang telah memberikan
sumbangsihnya, baik gagasan pemikiran, tenaga dan kontribusi lainnya
mendapatkan imbalan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

26 | D o k u m e n J a m i n a n K e s e h a t a n N a s i o n a l
27 | D o k u m e n J a m i n a n K e s e h a t a n N a s i o n a l

Anda mungkin juga menyukai