Anda di halaman 1dari 142

BERITA PENELITIAN ARKEOLOGI

NO. 25

LAPORAN PENELITIAN KEPURRAKALAAN


DI SULAWESI TENGAH

JAKARTA

1980
LAPORAN PENELITIAN KEPURBAKALAAN
DI SULAWESI TENGAH

NO. 25

Penyusun Laporan :

Haris Sukendar

P r o y e k Penelitian dan Penggalian P u r b a k a l a


Departemen P & K .
LAPORAN
P E N E L I T I A N A R K E O L O G I DAN GEOLOGI
DI J A W A BARAT
1978 - 1982
LAPORAN
PENELITIAN A R K E O L O G I DAN GEOLOGI
DI J A W A B A R A T
1978 - 1982

Proyek Penelitian Purbakala J a k a r t a


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Copyright KATA PENGANTAR
Pusat Penelitian Arkeologi Nasional
1986
Penerbitan Berita Penelitian Arkeologi nomor 3 6 i n i , merupakan himpunan naskah laporan
geologi dan arkeologi prasejarah, yang diselenggarakan dari tahun 1978 -- 1 9 8 2 , yang ditunjang
ISSN 0126 - 2599 dana rutin maupun pembangunan. Keterlambatan penerbitan berbagai naskah tersebut, semata-
mata bersifat teknis, yaitu menunggu terhimpunnya naskah-naskah laporan, yang u m u m n y a me-
rupakan: (1) hasil peninjauan penjajagan, (2) penelitian singkat dilihat dari jangka w a k t u pelaksa-
naannya, dan (3) diusahakan agar himpunan ini masih sejenis dalam periodisasinya, yang dalam
hal ini seluruh naskah merupakan hasil penelitian situs-situs prasejarah.
Dalam B P A No. 3 6 ini, dilaporkan secara umum mengenai lingkungan dan berbagai jenis data
arkeologi di kabupaten-kabupaten Cianjur, S u k a b u m i , T a s i k m a l a y a , Ciamis, Kuningan dan Cirebon.
Kecuali di daerah Cirebon, maka di daerah-daerah lainnya berhasil dikunjungi dan diidentifikasi
berbagai situs prasejarah. Beberapa situs di antaranya, pernah dilaporkan oleh H . R . van Heekeren,
baik dalam b u k u n y a The Stone Age of Indonesia maupun The Bronze Iron Age of Indonesia.
Hampir sebagian besar lokasi yang dikunjungi oleh t i m , merupakan lokasi dengan data ar-
Dewan Redaksi
keologi yang bercorak megalitis, dan sebagian lainnya merupakan situs dengan data arkeologi berupa
Penasehat R . P . Soejono artefak (reliek) seperti beliung persegi, alat-alat serpih-bilah dan sebagainya, baik yang dibuat dari
Ketua Nies A . Subagus batuan terubah (flint, silicified /imestone, fosil k a y u d l l . ) , maupun batuan beku (obsidian dan
andesitik). Sementara i t u , dari temuan-temuan megalit diharapkan dapat diamati pola keletakan
Wakil Nurhadi
dan hubungannya terhadap jenis megalit yang ada di lokasi dimaksud.
Staf Redaksi Hasan M. A m b a r y
Laporan ini disusun oleh tim yang melaksanakan penelitian, sehingga dapat dimengerti bahwa
R . Indraningsih P.
di sana-sini terdapat variasi gaya penulisan, tetapi tetap dalam konteks yang sama, yaitu laporan
Soejatmi Satari
arkeologis. Terhadap kekurangan yang pasti ada, maka redaksi tetap membuka diri terhadap k r i t i k
D . D . Bintarti
dan saran dari semua pihak yang menggunakan informasi dalam laporan ini. Dalam pengolahan
Endang S r i Hardiati
dan penyelesaian naskah ini,Redaksi dibantu oleh Saudara Fadhila A r i f i n A z i s sebagai penyunting.

Percetakan Offset P . T . Sejayawan

TIDAK UNTUK DIPERDAGANGKAN

iv v
D A F T A R ISI

Halaman

KATA PENGANTAR v
vii
D A F T A R ISI
RINGKASAN/SUMMARY xi
DAFTAR PETA *v

DAFTAR GAMBAR x v i

DAFTAR FOTO xvii

Bab I Survey di Daerah C i l i l i n , Bandung 1978 oleh Nies Anggraeni, Haris Sukendar,
X I X
KosasihSA
1.1 Pendahuluan
1.2 R i w a y a t Penelitian *
1.3 Pelaksanaan Penelitian 2
3
1.4 Lokasi dan Hasil Survei
3
1.4.1 Pasir K a d u t
3
1.4.2 Pasir Asep R o k e
3
1.4.3 Pasir Suramanggala
4
1.4.4 Pasir Kawung
4
1.4.5 Pasir Monggor
4
1.4.6 Pasir Suje
4
1.4.7 Pasir T a m p i a n
4
1.4.8 T e m u a n Lain
9
1.5 Penutup
Bab II Survei Arkeologi dan Geologi di J a w a Barat 1981 oleh D.D. Bintarti, T o n y
Djubianto 13
, 5
2.1 Pendahuluan
2.2 Lokasi dan Hasil Survei 15
2.2.1 Pangguyangan, Kabupaten Sukabumi 15
2.2.2 Gunung Padang, Kabupaten Cianjur 15
2.2.3 Karangnunggal, Kabupaten T a s i k m a l a y a 16
2.2.4 Manonjaya, Kabupaten T a s i k m a l a y a 16
2.2.5 K a w a l i , Kabupaten Ciamis I 7
1 8
2.2.6 Panjalu, Kabupaten Ciamis
8
2.2.7 Cipari, Kabupaten Kuningan 1
p
2.2.8 C i b u n t u , Kabupaten Kuningan 1
1 9
2.2.9 Cirebon
1 9
2.3 Penutup
Bab I I I Survei di Daerah Kuningan T a h a p I, 1981 oleh Kosasih S A , Nies Anggraeni,
D.D. Bintarti 27
3.1 Pendahuluan 31
3 . 2 . R i w a y a t Penelitian 31
3.3 Deskripsi T e m u a n 32
3.3.1 T a m a n Purbakala Cipari 32

vii
3.3.2 S u s u k a n 32
3.3.3 Sagarahiyang 33
3.3.4 Cigadung 33
3.3.5 Cangkuang 34
3.3.6 Winduherang 34
3.3.7 Cibuntu 34
3.3.8 Ragawacana 35
3.3.9 Darmaloka 35
3.4 Penutup 35
3.4.1 Masalah 35
3.4.2 Kesimpulan 36
3.4.3 Saran 36
Bab I V Survei di Daerah Kuningan T a h a p I I , 1981 oleh R. Budi Santosa A z i s , Sri Wasisto 47
4.1 Pendahuluan 51
4.2 Lokasi dan Hasil Survei 51
4.2.1 Kecamatan Kuningan 51
4.2.2 Kecamatan Mandirancan 52
4 . 2 . 3 Kecamatan Jalaksana 54
4.2.4 Kecamatan Kadugede 55
8 8
4 . 2 . 5 Kecamatan Ciniru
8 8
4.3 Tinjauan
8 7
4.4 Penutup
Bab V Survei Situs Megalitik di Sukabumi 1 9 8 2 oleh R. Budi Santosa A z i s , D.D.
7 7
Bintarti
8 1
5.1 Pendahuluan
8
5.2 Lokasi dan Hasil Survei ^
8 1
5.2.1 Kampung K u t a
8 2
5.2.2 Batu Jolang
0,5
5.3 Penutup

viii
SUMMARY

Chapter I

Research carried out in 1 9 y 8 at C i ' i l i n , Regency of Bandung, consisted of a survey on 8 sites in the
administrative territory of the district of Sindangkerta. T h e sites are in a hill station on a height
of 6 4 5 -- y 6 5 m above sea level. T h e research team collected a number of stone artifacts samples.
T h e types of stones were quartz, obsidian, silicified limestone, flint~stone,etc. T h e artifacts were
scrapers, points, core stones and rectangular adzes.

Chapter 11
Research carried out in 1981 consisted of archaeological research, aimed at obtaining a picture of
form and c h a r a c t e r i s t i c s of the environment of various archaeological sites. T h e team visited
4 megalithic sites, namely at Pangguyangan ( S u k a b u m i ) , Gunung Padang ( C i a n j u r ) , Cipari ( K u -
ningan) and Cibuntu ( K u n i n g a n ) , a neolithic workshop (?) at Karangnunggal ( T a s i k m a l a y a ) and
3 Islamic sites, i.e. K a w a l i and Panjalu (Ciamis) and Sunyaragi (Cirebon). T h e team also obtained
information on 11 sites in the regency of S u k a b u m i w h i c h on that occasion could not y e t be
investigated or surveyed.

Chapter L III
A survey was carried out in Kuningan, the first phase was f r o m February 2 5 -- March 3 , 1 9 8 1 . It
was a second survey of previously investigated sites and of newly discovered sites. T h e team visited
2 megalithic sites w h i c h had already been investigated, namely at Cipari and Cibuntu and 7 sites
which had not y e t been investigated of the 9 sites w h i c h were visited, 7 were megalithic, while
2 were hinduistic sites.

Chapter IV

A second research was carried out in the regency of Kuningan 12 sites in 6 districts were inves-
tigated. Of the 12 sites, 3 were Islamic graveyards, 8 were megalithic sites, w h i l e one was a rock
shelter where one blade of silicified limestone was f o u n d .

Chapter V
In the regency <^f Sukabumi a research was carried out in 1 9 8 2 . Investigated were 2 megalithic sites
in 2 districts: namely at Cicurug and at Parungkuda. Both are megalithic sites. T h e first one, namely
the K u t a site yielded some data in the form of incised stonps, menhir structures on a foot of stone
planks, while the second one, the site of Batu Jolang yielded a menhir and a stone w i t h a hole. Both
sites lie on the slope of a hill.

T h i s collective report, view from the prehistoric aspect shows the following points for observation:
1) T h e environment and the finds on hills in the district of Sindangkerta (Bandung) happen to
be situated in the former lake of Bandung where microliths and stone artifacts of obsidian
were found. It is felt necessary to carry out further research on those sites, in order to obtain
more samples, of surface finds as well as those yielded by excavations, to be supported bv
geological research.
2) T h e environment and megalithic finds in the regencies of Cianjur, S u k a b u m i and Kuningan.
T h e number of samples is quite sufficient. It is felt that special attention should be paid to

xi
the physiography of the sites, to obtain data, w h i c h a may be general as well as special data on
the spatial patterns of the megalithic sites. R ING K A S A N
A s more intensive research on the remains should be made, w h i c h are called " k e r a m a t by the
villagers". These are Islamic graves but w h i c h still have megalithic characteristics. Such a re- Bab I
search may reveal the existing connections between local legends and prehistoric or historic Penelitian yang dilaksanakan pada tahun 1978 di daerah C i l i l i n , Kabupaten Bandung, meliputi
events. survei di delapan situs yang termasuk w i l a y a h Kecamatan Sindangkerta. Situs-situs tersebut ber-
lokasi di sebuah b u k i t , dengan ketinggian 6 4 5 - 7 6 5 meter di atas m u k a laut. Pada penelitian itu
dikumpulkan sejumlah artefak batu berupa serut, lancipan, batu inti dan beliung persegi. Jenis
batuan yang digunakan ialah kuarsa, obsidian, batu gamping, batu api dan sebagainya.

Bab II
Pada tahun 1 9 8 1 , dilaksanakan penelitian arkeologi yang bertujuan memperoleh gambaran tentang
bentuk dan sifat lingkungan berbagai situs arkeologi. Dalam penelitian tersebut, tim mengunjungi
empat situs megalitik, yaitu Pangguyangan ( S u k a b u m i ) , Gunung Padang ( C i a n j u r ) , Cipari ( K u -
ningan), dan Cibuntu ( K u n i n g a n ) ; sebuah situs perbengkelan neolitik (?) di Karangnunggal (Tasik-
m a l a y a ) ; serta tiga situs Arkeologi Islam, yaitu K a w a l i dan Panjalu (Ciamis), serta Sunyaragi ( C i -
rebon). T i m juga berhasil memperoleh informasi mengenai sebelas situs di Kabupaten S u k a b u m i ,
yang pada w a k t u itu belum dapat diteliti atau disurvei.

Bab III

Survei dilaksanakan di daerah Kuningan. Survei tahap pertama berlangsung dari tanggal 2 5 Febru-
ari sampai dengan 3 Maret 1 9 8 1 , dan dilaksanakan baik pada situs-situs yang telah disurvei maupun
pada situs-situs baru.
T i m mengunjungi Situs Cipari dan C i b u n t u , yang telah diteliti sebelumnya, serta tujuh situs baru.
Dari kesembilan situs tersebut, tujuh di antaranya merupakan situs megalitik, sedangkan sisanya
situs Arkeologi Klasik yang bersifat Hindu.

Bab IV
Daerah yang diteliti pada penelitian kedua di Kabupaten Kuningan meliputi dua belas situs di
enam kecamatan. Dari kedua belas situs tersebut, tiga di antaranya merupakan situs K u b u r Islam,
delapan merupakan situs megalitik, dan sebuah lagi merupakan suatu ceruk tempat ditemukan-
n y a sebuah bilah yang dibuat dari batu gamping.

Bab V
Pada tahun 1 9 8 2 , dilakukan penelitian di dua situs megalitik, y a i t u di Kecamatan Cicurug dan
Parungkuda. Di situs pertama, yang disebut Situs K u t a , ditemukan batu bergores dan susunan
menhir pada kaki papan-papan batu; sedangkan di situs kedua, yaitu Situs Batu Jolang, ditemukan
sebuah menhir dan batu berlubang. Kedua situs tersebut terletak pada lereng sebuah bukit.
Ditinjau dari segi prasejarah, laporan terpadu ini menunjukkan beberapa hal yang perlu diamati,
yaitu :
1. Situs-situs arkeologi dan sejumlah artefak di Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung,
ditemukan di bekas Danau Bandung, yaitu tempat ditemukannya m i k r o l i t dan sejumlah arte-
f a k obsidian. U n t u k menjperoleh sampel lebih banyak, baik yang berasal dari m u k a tanah
maupun kotak penggalian, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang ditunjang oleh peneli-
tian geologi.

2. J u m l a h sampel megalitik dalam lingkungan Kabupaten Cianjur, S u k a b u m i dan Kuningan sudah

xii xiii
cukup memadai. Untuk memperoleh data umum maupun khusus mengenai pola-pola ruang
DAFTAR PETA
situs-situs megalitik tersebut, perhatian terhadap keadaan fisiografi situs-situs tersebut harus
ditingkatkan.
Penelitian terhadap peninggalan-peninggalan yang oleh penduduk disebut "keramat", harus Peta 1 Lokasi Penelitian Situs di Daerah Jawa Barat tahun 1978 - 1982
dilaksanakan secara lebih intensif. Peninggalan-peninggalan tersebut sesungguhnya berupa Peta 2 Lokasi Survei Kepurbakalaan di Daerah Sindangkerta, Kabupaten Bandung
kuburan Islam yang masih mengandung unsur-unsur megalitik. Penelitian yang intensif ter- Peta 3 Lokasi Survei Arkeologi di Kabupaten Kuningan, Cirebon
sebut diperkirakan dapat menguraikan hubungan antara legenda-legenda setempat dan peris- Peta 4 Lokasi Situs Arkeologi di Daerah Kuningan, Cirebon
tiwa-peristiwa yang berlangsung pada masa prasejarah atau sesudahnya. Peta 5 Lokasi Situs Megalitik di Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug dan Desa Cisaat, Kecamatan
Parungkuda, Sukabumi.

xiv
XV
D A F T A R GAMBAR DAFTAR FOTO

Foto 1 A l a t Serpih Berbentuk Serut, Dibuat dari Batu K a l i ( A n d e s i t ) , Ditemukan di Lereng


Gambar 1 T e m u a n Papan Batu Datar dan Lumpang Batu di Kabupaten Bagawat, Kampung Paren- T i m u r Pasir K a d u t , Kampung Saguling
ca, Desa Puncak, Kabupaten Kuningan Foto 2 A l a t Serpih Berbentuk Lancipan Segitiga, Bahan Obsidian, Ditemukan di Lereng Pasir
Gambar 2 Penampang Lokasi Makam Nyi R a t n a Herang di Panulisan, Kecamatan Kuningan, K a d u t Kampung Saguling
Kabupaten Kuningan, Cirebon Foto 3 Beliung Persegi dari Bahan Batu Gamping, Ditemukan di Lereng B a r a t l a u t ; Pasir K a d u t ,
Gambar 3 Penampang Lokasi T e m u a n A r c a Panyusupan, Kecamatan Mandirancan, Kabupaten Kampung Dengkeng
Kuningan Foto 4 A l a t Serpih Berbentuk Serut, Bahan Batu Gamping, Ditemukan di Lereng T i m u r dan
Gambar 4 Denah T e m u a n A r c a Panyusupan, Desa C i b u n t u , Kecamatan Mandirancan, Kabupaten Selatan Pasir Asep R o k e
Kuningan Foto 5a Beliung Persegi, Bahan Batu Gamping, Pengasahan Belum Sempurna, Ditemukan di Pasir
Gambar 5 T e m u a n A r c a Kelompok I Panyusupan, Desa C i b u n t u , Kecamatan Mandirancan, Suramanggala
Kabupaten Kuningan Foto 5b Beliung Persegi, Ditemukan di Pasir Suramanggala
Gambar 6 T e m u a n A r c a Kelompok I Panyusupan, Desa C i b u n t u , Kecamatan Mandirancan, Foto 6 A l a t Serpih, Berbentuk Serut Samping, Bahan Batu Gamping dan Batu A p i , Berasal dari
Kabupaten Kuningan Pasir Suramanggala
Gambar 7 Denah Keletakan A r c a Cibubur, Desa C i b u n t u , Kecamatan Mandirancan, Kabupaten Foto 7 Beliung Persegi, Berbentuk Pahat, Bahan Batu Gamping, Ditemukan di Pasir Suramang-
Kuningan
gala
Gambar 8 Penampang Lokasi T e m u a n Menhir di Kebon J e r o , Kampung S a l i y a , Desa Ciherang, Foto 8 Beliung Persegi, Bahan Batu Gamping, Ditemukan di Pasir K a w u n g , Kampung Cipeun-
Kabupaten Kadugede, Kuningan deuy
Gambar 9
Denah T e m u a n Menhir di Kebon J e r o , Kampung S a l i y a , Desa Ciherang, Kecamatan Foto 9 A l a t Serpih Berbentuk Serut Bahan Batu Andesit, Berasal dari Pasir Monggor, Kampung
Kadugede, Kuningan
Cipeundeuy
Gambar 10 A l a t Bilah dari G u a Walet, Desa C i n i r u , Kecamatan C i n i r u , Kabupaten Kuningan
Foto 10 Beliung Persegi Milik Basir (Salah Seorang Penduduk di Kampung C i p e u n d e u y ) , Kampung
Gambar 11 Batu Bergores dan Berlubang dari Kampung K u t a , Desa Pasawahan, Kecamatan C i -
curug, Sukabumi di Lereng Selatan T a m p i a n

Gambar 12 Menhir dari Kampung K u t a , Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, S u k a b u m i Foto 11 Beliung Persegi Milik Indi (Salah Seorang Penduduk Kampung Bojongsempur), Ditemu-
Gambar 13 Batu Jolang dan Menhir dari Kampung Cileuer, Desa Cisaat, Kecamatan Parungkuda, kan di T e p i Sungai J a m b u .
Sukabumi Foto 12 Jalan Masuk ke Punden Berundak di Pangguyangan Kecamatan Cisalak, Kabupaten S u k a -
Gambar 14 Menhir dari Kampung C i l e u e r , , Desa Cisaat, Kecamatan Parungkuda, S u k a b u m i bumi
Foto 13 Batu Bersusun Mendatar dengan Dua Buah Batu Tegak di Sebelah Barat dan T i m u r , Teras
Puncak Punden Berundak di Pangguyangan, Kecamatan Cisalak, Kabupaten S u k a b u m i
Foto 14 Undak Pertama Punden Berundak di Gunung Padang, Kabupaten Cianjur
Foto 15 Lubang Uji di Undak Tiga Punden Berundak di Gunung Padang, Kabupaten Cianjur
Foto 16 Genta Perunggu, Disimpan di Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kabupa-
ten T a s i k m a l a y a
Foto 17 Salah Satu Prasasti yang Ditemukan di Karali, Kabupaten Ciamis i i s
Foto 18 Peti K u b u r Batu Hasil Penggalian di Cipari, Kabupaten Kuningan
Foto 19 A r c a dari Panyusupan, Desa C i b u n t u , Kecamatan Mandirancan, Kuningan
Foto 20 T a m a n Sunyaragi, di Cirebon
Foto 21 Batu Dakon dengan E n a m Lubang di K o m p l e k s T a m a n Purbakala Cipari, Kabupaten K u -
ningan, Cirebon
Foto 22 Beliung Persegi Koleksi Museum Cipari, Kabupaten Kuningan, Cirebon
Foto 23 Kendi Lebar T a n p a C u c u k , T e m u a n Situs Kuningan, Koleksi Museum Cipari, Cirebon
Foto 24 Gelang Batu Kalsedon, Koleksi Museum Cipari, Cirebon
Foto 25 Kapak Perunggu dari Berbagai Situs di Kuningan, Koleksi Museum Cipari, Cirebon
Foto 26 Bulatan-bulatan T a n a h Liat Keras dan Padat Ditemukan di Sekitar Peti-peti K u b u r Batu
Cipari, Cirebon
Foto 27a T e m u a n Y o n i Batu di T e p i Sungai Ciberes, Desa S u s u k a n , Kabupaten Kuningan, Cirebon
Foto 27b Y o n i Batu T a n p a Cungkup
Foto 28 Pasir Sanghiyang, Dilihat dari Sebelah Tenggara, Terletak di Desa Sagarahiyang, Keca-
matan Kadugede
xvi xvii
Foto 29 T e m u a n Arkeologi di Pasir Sanghiyang, Desa Sagarahiyang, Kabupaten Kuningan, Cirebon BAB I
Foto 30 A r c a Nandi T a n p a Kepala di A t a s Y o n i ( ? ) , T e m u a n di Pasir Sanghiyang, Desa Sagara- S U R V E I DI D A E R A H C I L I L I N , B A N D U N G
hiyang, Kabupaten Kuningan, Cirebon 1978
Foto 31 Kelompok Menhir di Situs C i b u n t u , Kecamatan Mandirancan Kabupaten K u n i n g a n , Cire-
bon
Foto 3 2 Peti K u b u r Batu dan Menhir, Ditemukan di Halaman R u m a h Penduduk Setempat, Situs
C i b u n t u , Kabupaten Kuningan, Cirebon
Foto 33 Sebuah Peti K u b u r L a i n n y a di K o m p l e k s Balai Desa, Situs C i b u n t u , Kabupaten Kuningan
Cirebon
Foto 34 Menhir di K o m p l e k s Pemandian Darmaloka, Kadugede, Cirebon
Foto 36 Lesung Batu dan Batu Datar, Desa Puncak, Kabupaten Kuningan
Foto 36 Detil Lesung Batu Dari Desa Puncak, Kabupaten Kuningan
Foto 37 Makam Nyi Ratna Herang yang Dikeramatkan di B u k i t Panulisan, Kabupaten Kuningan
Foto 38 Tiga Buah Batu Berderet di Batu T i l u , Desa Cigugur, Kabupaten Kuningan
Foto 39 Makam B u y u t Cisumur di Desa Cigugur, Kabupaten Kuningan
Foto 40 Kelompok I A r c a dari Panyusupan, Desa C i b u n t u , Kabupaten Kuningan
Foto 41 Kelompok I I , A r c a dari Panyusupan, Desa C i b u n t u , Kabupaten Kuningan
Foto 42 Kelompok A r c a Cibubur, Desa C i b u n t u , Kabupaten Kuningan
Foto 43 Batu yang Dipahat di Bagian A t a s , Terdapat di Luar Cungkup Makam E y a n g Sapujagad, Penyusun :
Desa Pasawahan, Kabupaten Kuningan
Foto 44 Cungkup Makam " E y a n g B u y u t Dalem Sapujagad Gusti Gede S y e k h A n d a m a n " dari Nies Anggraeni
Desa Pasawahan, Kabupaten Kuningan Haris Sukendar
F o t o 4G Petilasan Prabhu Siliwangi di K o m p l e k s Pemandian Cibulan, Desa Manis K i d u l , K a b u - Kosasih S A
paten Kuningan
Foto 46 K o m p l e k s Makam Keramat Batu T i l u , Desa Ciherang, Kabupaten Kuningan
Foto 47 Beliung Persegi T e m u a n dari Desa Ciherang, Kabupaten Kuningan
Foto 48 Gugus Batuan V u l k a n i k di Desa C i n i r u , Kabupaten Kuningan
Foto 49 G u a Walet Dilihat dari Utara, Desa C i n i r u , Kabupaten Kuningan
Foto 60 Situs K u t a Dilihat dari A r a h Barat
Foto G1 Jalan Batu dan Batu Bergores Menuju Menhir
Foto 62 Menhir dengan Monolit di S e k i t a r n y a , Dilihat dari A r a h T i m u r l a u t
Foto 63 Batu Bergores di Kampung K u t a , Kecamatan Cicurug, Sukabumi
Foto 64 Detil Goresan A n a k Panah, Situs K u t a , Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi
Foto 66 Menhir dengan Monolit di S e k i t a r n y a , dari A r a h T i m u r
Foto 56 Detil Menhir dari A r a h Barat
Foto 57 Situasi Menhir di Situs Batu J o l a n g , dari A r a h T i m u r
Foto 58 Menhir yang Masih Berdiri, di Situs Batu Jolang dari A r a h T i m u r
Foto 59 Menhir yang Masih Berdiri, dari A r a h Selatan
Foto 60 Situasi Menhir yang Telah R o b o h , dari A r a h T i m u r l a u t
Foto 61 " B a t u J o l a n g " , Monolit dengan Cekungan pada Permukaannya, dari A r a h T i m u r l a u t

xviii
1.1 Pendahuluan

Rencana Pusat Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional (sekarang Pusat Penelitian Ar-
keologi Nasional) J a k a r t a di daerah Cililin dan sekitarnya bertujuan untuk melakukan survei yang
sebenarnya sudah harus dilaksanakan pada tahun 1 9 7 B . Mengingat ada pengalihan prioritas peneli-
tian untuk beberapa daerah lain yang harus segera diselesaikan, maka secara operasional survei ini
baru dapat dilaksanakan pada tanggal 14 — 24 A p r i l 1 9 7 8 , dengan menggunakan biaya anggaran
proyek tahun 1977 — 1 9 7 8 .
Peninjauan tim peneliti arkeologi ke daerah Cililin ini dilakukan berdasarkan laporan dari
seorang petugas Proyek Bendungan Saguling berkebangsaan Jepang, yang mengatakan bahwa di
daerah ini dan sekitarnya banyak ditemukan pecahan batuan yang memperlihatkan gejala arkeo-
logis. Oleh sebab itu, pihak Proyek sangat mengharapkan ada penelitian dari pihak kepurbakalaan
untuk melakukan survei pendahuluan, guna menjajagi kemungkinan didapatinya tinggalan arkeo-
logis, sebelum Proyek Bendungan Saguling melaksanakan kegiatan.
Walaupun dengan pengunduran w a k t u itu kerusakan situs akibat pembangunan Proyek ter-
sebut agak terlambat pencegahannya, survei tetap d i l a k u k a n . Oleh karena pihak Proyek juga menga-
lami hal yang sama, yaitu terlambat dalam melaksanakan tugasnya, maka kerusakan yang lebih
besar lagi tampaknya masih dapat dihindarkan.
Satu hal yang perlu dicatat adalah kurang tepatnya informasi yang diterima oleh pihak Pusat
Penelitian Arkeologi Nasional, mengenai lokasinya. Lokasi penelitian yang semula disebutkan di
daerah Cililin dan sekitarnya, ternyata tidak benar. Letak sebenarnya lebih jauh lagi, kira-kira 3 0 ki-
lometer ke arah barat dari Kecamatan Cililin. Lokasi yang dimaksud merupakan sebuah pemukiman
kecil dan terpencil, bernama Kampung Saguling (Peta 1 ) .
Saguling merupakan sebuah kampung sederhana, letaknya di lereng utara Pasir K a d u t , jumlah
penduduknya sekitar 2 0 0 orang. Lereng itu berakhir dengan sebuah tebing curam yang dalamnya
kira-kira 100 meter dan di bawahnya mengalir Sungai Citarum (Peta 2 ) . Menurut rencana Depar-
temen Pekerjaan U m u m dan Tenaga Listrik yang bekerjasama dengan pihak swasta Jepang, sungai
itu akan dibendung guna keperluan Pembangkit Listrik Tenaga A i r ( P L T A ) .
Secara administratif Kampung Saguling termasuk Desa Baranangsiang, Kecamatan Sindang-
kerta. Kabupaten Bandung (Jawa Barat), dan merupakan kampung yang paling dekat dengan ren-
cana proyek pembuatan bendungan tersebut yang letaknya sekitar 1B0 meter dari tebing. Di situ
telah berdiri dua buah bangunan utama milik P r o y e k , sebuah untuk kantor dan ruang kerja teknis,
dan sebuah lagi untuk tempat tinggal serta gudang. Bangunan yang semi permanen itu didirikan
pada tahun 1976 dan t a m p a k n y a belum dihuni sehingga tim survei pada w a k t u itu tinggal di situ.

1.2 R i w a y a t Penelitian

Informasi tentang temuan benda arkeologi, baik dari daerah Saguling khususnya maupun
dari daerah Sindangkerta, sebenarnya agak langka. Dengan d e m i k i a n , usaha survei yang dilakukan
itu pun baru bersifat penjajagan saja yaitu dalam rangka pengumpulan data yang lebih lengkap.
Berdasarkan keterangan dari penduduk setempat, rencana pembuatan bendungan akan dilaksanakan
di daerah Kampung Cijambu dengan aliran sungainya yang bernama C i j a m b u . Dengan adanya berita
itu, tim mencoba untuk membuktikan apakah benar sungai itu akan dibendung. Dalam pengamatan
sepintas lalu dapatlah ditarik kesimpulan bahwa Cijambu ternyata banyak batu-batunya sehingga
tidak mungkin dibuat suatu bendungan, di samping airnya juga sedikit.
Penelitian arkeologi di daerah Cililin dan sekitarnya, dan juga di daerah Sindangkerta dan
sekitarnya, ternyata sudah pernah dilakukan oleh Rothpletz dan Bandi sekitar tahun empat puluhan
(Rothpletz 1 9 5 1 ; Bandi 1 9 5 1 ) . Obyek selidik utamanya adalah artefak batu dari bahan obsidian.
Situs itu kemudian ditinjau lagi oleh Rothpletz pada tahun 19B8, bersama Basoeki dari Dinas Pur-

1
Berita Penelitian Arkeologi 36 (1986) 1 - 12
BERITA PENELITIAN ARKEOLOGI

LAPORAN PENELITIAN KEPURBAKALAAN


DI SULAWESI TENGAH

JAKARTA

1980
LAPORAN PENELITIAN KEPURBAKALAAN
DI SULAWESI TENGAH

NO. 25

Penyusun Laporan :

Haris Sukendar

P r o y e k Penelitian dan Penggalian P u r b a k a l a


Departemen P & K .
Copyright
Pusat Penelitian A r k e o l o g i Nasional
1980

Dewan Redaksi :
Satyawati Suleiman ketua
Rumbi Mulia wakil ketua
R.P. Soe/ono anggota
Soejatmi Safari anggota
Hasan M. Ambary anggota

Percetakan Offset P . T . " R O R A K A R Y A " - Jakarta.


D A F T A R I S I

Halaman

L PENDAHULUAN 1

A. TUJUAN PENELITIAN 1
B. RIWAYAT PENELITIAN 2

II. PENELITIAN DI LEMBAH PALU 4

A. WATUNONJU 4
B. BANGGA 8

HL PENELITIAN DI DAERAH POSO 10

A. TENTENA 10
B. PEURA 11

IV. PENELITIAN DI LEMBAH BADA 12

A. BOMBA 12
B. PADA 13
C. BEWA 13
D. PADANG SEPE 13
E. LENGKEKA 14

V. EKSKAVASI DI LENGKEKA 18

A. EKSKAVASI DI PADANG TUMPUARA 18


B. EKSKAVASI DI BIRANTUA (KALAMBA L E N G K E K A N O . 3) 29

VI. DESKRIPSI TEMUAN 32

VII. PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN UMUM 34

VIII. RINGKASAN 38

DAFTAR BACAAN 40
SUMMARY 42

IX. LAMPIRAN-LAMPIRAN 43

A. DAFTAR PETA, GAMBAR DAN FOTO 43


B. PETA-PETA 46
C. GAMBAR-GAMBAR 55
D. FOTO-FOTO 98
L PENDAHULUAN. 5. Abd. RifaiHS Kantor Suaka Pening-
galan Sejarah dan Ke-
A. TUJUAN PENELITIAN.
purbakalaan (Sulawesi
Penelitian kepurbakalaan di daerah Sulawesi Selatan).
Tengah tahun 1976 dilakukan oleh tim Pusat 6. Andi Badila Tonra sda
Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional 7. Barens Bimbang sda
melalui dana anggaran Pembangunan tahun 8. Masyuddin Masyu- Kepala Bidang PSK
1 9 7 6 — 1 9 7 7 . D a l a m penelitian tersebut i k u t pula da BA. Kanwil Dept. P dan K
berpartisipasi petugas-petugas daerah d i a n t a r a n y a Sulawesi Tengah.
petugas dari Kantor S u a k a Peninggalan Sejarah 9. Hamid Pawenari sda
dan Kepurbakalaan Wilayah Propinsi Sulawesi 10. Arsyad Risah sda
Selatan, Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepur- 11. Ince Mawar Lasasi sda
bakalaan P r o p i n s i S u l a w e s i T e n g a h , petugas d a r i 12. S. Tobogu Kantor Departemen P
Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan K Kab. Poso.
Kabupaten Poso, serta Penilik K e b u d a y a a n Ke- 13. Ny. Lumentut sda
camatan Lore Selatan. 14. Tokare Kesra Popinsi Sulawesi
Penelitian tersebut d i l a k u k a n selama 30 hari Tengah.
y a i t u sejak tanggal 18 Oktober — 18 Nopember
1976. Kegiatan ini bertujuan untuk melengkapi U n t u k menunjang kelancaran penelitian m a k a

data seluas m u n g k i n b a i k k u a n t i t a s a t a u k u a l i t a s . selain bekerja sama dengan petugas-petugas dari

Penelitian kali ini merupakan penelitian ulangan berbagai instansi jajaran Departemen P dan K

(second survey) di samping mengadakan ekskavasi maka masih diperlukan sekitar 26 tenaga lokal

untuk bahan perbandingan dengan temuan di u n t u k membantu pelaksanaan ekskavasi.

bawah tanah. Obyek penelitian yang menjadi Dalam rencana penelitian (research design),
perhatian mencakup temuan artefaktual maupun yang telah disusun, d i samping penelitian di daerah
non a r t e f a k t u a l seperti gua-gua, c e r u k k a r a n g d a n B a d a akan d i l a k u k a n penelitian (survai) terutama
lain-lain. Survai dilakukan pada daerah sekitar di daerah Napu dan Besoa. Dalam hal ini penelitian
lokasi dimana diadakan ekskavasi. di daerah Besoa telah diserahkan khusus kepada
Ince Mawar Lasasi B A yang mendalami tentang
Pada masa-masa sebelum Proyek Pelita,
lukisan-lukisan. Karena diharapkan di daerah
penelitian di daerah ini hanya dapat dilakukan
Besoa dan Napu akan menemukan kalamba-
oleh peneliti-peneliti asing a t a u golongan misionaris
kalamba yang mempunyai berbagai pola hias,
saja. Setelah P e l i t a I I y a i t u dengan a d a n y a anggaran
seperti tokoh manusia, binatang melata dan
yang cukup memadai untuk biaya menangani
lukisan-lukisan yang telah distilir dan dipahatkan
obyek-obyek penelitian yang jauh dan sulit dicapai,
pada batu-batu monolit.
m a k a daerah j a u h seperti S u l a w e s i T e n g a h , m u l a i
Rupanya penelitian yang dilaksanakan ke-
dapat diperhatikan dan diteliti. Daerah Sulawesi
nyataannya tidak sesuai dengan apa yang telah
Tengah adalah daerah yang sangat kaya akan
dicantumkan pada rencana penelitian, karena
peninggalan megalitik, dan mempunyai pening-
tidak semua situs d i daerah B a d a dapat dicapai
galan k h u s u s y a n g t i d a k d i t e m u k a n d i tempat lain
karena kesibukan pada ekskavasi kalamba di
terkecuali di sekitar danau T o b a dan di luar Indo-
Lengkeka atau ekskavasi pemukiman megalitik
nesia di lembah Mekhong (M. Colani, 1935).
di Padangtumpuara.
Team penelitian kepurbakalaan tahun 1976 ini
Peninggalan berupa unsur-unsur megalitik
terdiri dari:
yang baru ditemukan maupun yang pernah dila-
1. Drs. Haris Sukendar : Pus. P3N (Ketua team). porkan sebelumnya begitu luas dan kompleks,
2. Rokus Due Awe : Pus. P3N (analisa dan sehingga tidak mungkin pada kesempatan ini
penggambaran). dapat menangani temuan-temuan di daerah lain
3. Suroso : Pus. P3N (pemetaan). secara m e n d a l a m . Sumbangan besar telah diberi-
4. Walujo : Pus. P3N (pemotretan). kan oleh Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah,

1
L PENDAHULUAN. 5. Abd. Rifai HS Kantor Suaka Pening-
galan Sejarah dan Ke-
A. TUJUAN PENELITIAN.
purbakalaan (Sulawesi
Penelitian kepurbakalaan di daerah Sulawesi Selatan).
Tengah tahun 1976 dilakukan oleh tim Pusat 6. Andi Badila Tonra sda
Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional 7. Barens Bimbang sda
melalui dana anggaran Pembangunan tahun 8. Masyuddin Masyu- Kepala Bidang PSK
1 9 7 6 — 1 9 7 7 . D a l a m penelitian tersebut i k u t pula daBA. Kanwil Dept. P dan K
berpartisipasi petugas-petugas daerah d i a n t a r a n y a Sulawesi Tengah.
petugas dari Kantor S u a k a Peninggalan Sejarah 9. Hamid Pawenari sda
dan Kepurbakalaan Wilayah Propinsi Sulawesi 10. Arsyad Risah sda
Selatan, Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepur- 11. Ince Mawar Lasasi sda
bakalaan P r o p i n s i S u l a w e s i T e n g a h , petugas dari 12. S. Tobogu Kantor Departemen P
Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan K Kab. Poso.
Kabupaten Poso, serta Penilik K e b u d a y a a n Ke- 13. Ny. Lumentut sda
camatan Lore Selatan. 14. Tokare Kesra Popinsi Sulawesi
Penelitian tersebut d i l a k u k a n selama 30 hari Tengah.
y a i t u sejak tanggal 18 Oktober — 18 Nopember
U n t u k menunjang kelancaran penelitian m a k a
1976. Kegiatan ini bertujuan untuk melengkapi
selain bekerja sama dengan petugas-petugas d a r i
data seluas m u n g k i n b a i k k u a n t i t a s a t a u k u a l i t a s .
berbagai instansi jajaran Departemen P dan K
Penelitian kali ini merupakan penelitian ulangan
maka masih diperlukan sekitar 26 tenaga lokal
(second survey) di samping mengadakan ekskavasi
u n t u k membantu pelaksanaan ekskavasi.
untuk bahan perbandingan dengan temuan di
bawah tanah. Obyek penelitian yang menjadi Dalam rencana penelitian (research design),

perhatian mencakup temuan artefaktual maupun yang telah disusun, d i samping penelitian di daerah

n o n a r t e f a k t u a l seperti gua-gua, c e r u k k a r a n g d a n B a d a akan d i l a k u k a n penelitian (survai) terutama

lain-lain. Survai dilakukan pada daerah sekitar di daerah N a p u dan Besoa. D a l a m hal i n i penelitian

lokasi dimana diadakan ekskavasi. di daerah Besoa telah diserahkan khusus kepada
Ince Mawar Lasasi B A yang mendalami tentang
Pada masa-masa sebelum Proyek Pelita,
lukisan-lukisan. Karena diharapkan di daerah
penelitian di daerah ini hanya dapat dilakukan
Besoa dan Napu akan menemukan kalamba-
oleh peneliti-peneliti asing a t a u golongan misionaris
kalamba yang mempunyai berbagai pola hias,
saja. Setelah P e l i t a I I y a i t u dengan a d a n y a anggaran
seperti tokoh manusia, binatang melata dan
yang cukup memadai untuk biaya menangani
lukisan-lukisan yang telah distilir dan dipahatkan
obyek-obyek penelitian yang jauh dan sulit dicapai,
pada batu-batu monolit.
m a k a daerah j a u h seperti Sulawesi T e n g a h , m u l a i
Rupanya penelitian yang dilaksanakan ke-
dapat diperhatikan dan diteliti. Daerah Sulawesi
nyataannya tidak sesuai dengan apa yang telah
Tengah adalah daerah yang sangat kaya akan
dicantumkan pada rencana penelitian, karena
peninggalan megalitik, dan mempunyai pening-
tidak semua situs d i daerah B a d a dapat dicapai
galan k h u s u s y a n g t i d a k d i t e m u k a n d i tempat lain
karena kesibukan pada ekskavasi kalamba di
terkecuali di sekitar danau T o b a dan di luar Indo-
Lengkeka atau ekskavasi pemukiman megalitik
nesia di lembah Mekhong (M. Colani, 1935).
di Padangtumpuara.
Team penelitian kepurbakalaan tahun 1976 ini
Peninggalan berupa unsur-unsur megalitik
terdiri dari:
yang baru ditemukan maupun yang pernah dila-
t. Drs. Haris Sukendar : Pus. P3N (Ketua team). porkan sebelumnya begitu luas dan kompleks,
2. Rokus Due Awe : Pus. P3N (analisa dan sehingga tidak mungkin pada kesempatan ini
penggambaran). dapat menangani temuan-temuan di daerah lain
3. Suroso : Pus. P3N (pemetaan). secara mendalam. Sumbangan besar telah diberi-

4. Walujo : Pus. P3N (pemotretan). kan oleh Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah,

1
Daerah Tingkat I I Kabupaten Poso, Bapak Camat mengerjakan s a w a h , agar hasilnya lebih banyak.
di Lore Selatan serta seluruh masyarakat Lore A p a b i l a hari terlalu panas dan m u s i m penghujan
Selatan. Mereka telah banyak membantu, sehingga tidak kunjung datang maka penduduk memberi-
penelitian berjalan lancar dan dapat mencapai kan sirih (upacara) untuk mendapatkan hujan.
hasil y a n g m e m u a s k a n . (Kruyt, 1909).
Pada tahun 1902 Paul dan Fritz Sarasin telah
mengadakan kunjungan pertama kali di daerah
B. RIWAYAT PENELITIAN.
Bada. Mereka mengadakan perjalanan dari Palu,
Daerah Sulawesi Tengah merupakan daerah Palopo, G i n t u , Badangkaya, tetapi sayang mereka
y a n g sangat k a y a a k a n peninggalan dari m a s a ber- tidak melaporkan tentang tinggalan megalitik di
kembangnya tradisi megalitik. Sejak sekitar 1 abad daerah tersebut. Seorang bangsa A m e r i k a , R a v e n
yang lalu obyek megalitik yang berupa batu-batu telah mengadakan penelitian secara u m u m tentang
besar dalam bentuk kalamba, arca, menhir, batu megalitik di Sulawesi Tengah yang berlangsung
dakon, batu bergores dan lain-lain (Kaudern, pada tahun 1917—1918, hasilnya baru diterbitkan
1938; Kruyt 1898) telah mendapat perhatian pada t a h u n 1 9 2 6 dengan j u d u l " T h e stone images
dari berbagai sarjana luar negeri. Beberapa peneliti and vats of C e n t r a l Celebes".
anthropolog, arkeolog, misionaris telah melakukan
Seorang pegawai Belanda Killian telah me-
penelitian dan pendokumentasian mengenai pe-
ngadakan peninjauan khusus di daerah Besoa ia
ninggalan i n i . O b y e k megalitik d i Sulawesi Tengah
menceritakan bahwa di daerah ini terdapat sebuah
tersebar pada 4 tempat y a i t u di daerah Lembah
patung megalitik, 25 buah kalamba (stone vats),
Palu, dataran tinggi Napu (Lore Utara), dataran
empat buah penutup kalamba, temuan i n i dituang-
tinggi Besoa (Lore Tengah) dan dataran tinggi
kan dalam buku " O u d h e d e n aangetroffen in het
Bada (Lore Selatan).
landschap Besoa Midden-Celebes" (Killian, 1908).
Pada tahun 1898 Adriani dan Kruyt telah Kegiatan penelitian yang mencakup berbagai
menerbitkan b u k u dengan j u d u l " V a n Poso naar daerah megalitik di Sulawesi Tengah seperti di
Parigi Sigi en Lindoe" dimana ia menyebutkan Palu, N a p u , Besoa dan B a d a adalah Walter K a u d e r n
sebuah lumpang batu di lembah Palu. Sedang seorang kebangsaan Swedia yang mengadakan
berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penelitian sekitar tahun 1919 — 1921. Dalam
Kepala Bidang Permuseuman Sejarah dan Ke- penelitian tersebut telah m e n c a k u p berbagai o b y e k
purbakalaan sekarang telah ditemukan sekitar yaitu patung megalitik, kalamba, batu berlubang,
38 buah lumpang batu. K r u y t sendiri telah m e n u - batu dakon, menhir dan lain-lain. Juga berhasil
liskan berbagai buku tentang daerah Sulawesi dibuat data perjalanan dan peta-peta topography
T e n g a h d a r i segi a n t h r o p o l o g i s m a u p u n arkeologis. sebagai pelengkapnya. Buku pertama dari hasil
Pada tahun 1908 berturut-turut ia menulis penelitian K a u d e r n i n i adalah ' T Celebes O b y g d e r "
artikelnya tentang daerah i n i diantaranya "Nadere ( I n Wild Celebes) yang terbit t a h u n 1 9 2 1 (periksa
gegevens betreffende de oudheden aangetroffen pula Loofs, 1967). B u k u n y a yang kedua yang
in het landschap Besoa" (Kruyt, 1908). Judul sangat menarik u n t u k dasar penelitian megalitik
yang lain adalah " D e berglandschappen Napoe en di Sulawesi Tengah adalah "Megalithic finds
Besoa in Midden-Celebes" (Kruyt, 1980). Menyu- in Central Celebes" (Kaudern, 1938) yang juga
sul yang ketiga " H e t landschap Bada in Midden- berisi deskripsi temuan megalitik dilengkapi
Celebes" yang membicarakan pula tentang mega- dengan peta-peta skala k e c i l . Berbagai sarjana y a n g
litik di daerah lembah B a d a di L o r e Selatan, yang telah i k u t berpartisipasi dalam penelitian d i Sula-
diterbitkan pada Tijdschrift. K o n . Nederl. Aardrijks. wesi Tengah antara lain:
Genootschap. Dalam buku ini ia memberikan
keterangan bahwa di Bulili ia melihat patung Pada tahun 1910 dua orang missionaris
yang kepalanya sudah rusak. Di samping itu Belanda yaitu Schuyt dan T e n Kate mengadakan
pada suatu pagar ditemukan pula sebuah kunjungan di Napu, Besoa dan Bada yang hasilnya
pondok sebagai tempat pemujaan suci, berupa dilaporkan dalam " V a n dag tot dag op een reis
batu-batu, yang dipuja pada waktu akan mulai naar de Landschappen Napoe, Besoa en Bada"

2
dimana ia memberikan keterangan bahwa apa yang tersebut diketahui bahwa daerah lembah Palu
sering d i j u m p a i sebagai l u m p a n g b a t u d i p e r g u n a k a n hanya menghasilkan tinggalan megalitik berupa
sebagai alas dari tiang-tiang r u m a h , dan bukan lumpang batu tanpa unsur megalitik yang lain.
m e r u p a k a n l u m p a n g u n t u k p e n u m b u k padi seperti Dalam laporan ini akan diuraikan mengenai
yang dikatakan oleh berbagai sarjana seperti peninggalan di daerah B a d a k h u s u s n y a , mengingat
K a u d e m dan V a n der H o o p . bahwa kegiatan penelitian tersebut yang berupa
Peneliti lain adalah Grubauer dalam b u k u n y a ekskavasi dan survai h a n y a meliputi daerah kecil
" U n t e r Kopfjägern i n C e n t r a l C e l e b e s " mengurai- sekitar B a d a .
kan tentang peninggalan megalitik terutama di Bada merupakan sebuah lembah yang dikeli-
sekitar Napu. Dalam bukunya ia mengatakan lingi oleh pegunungan-pegunungan tinggi. D a e r a h
bahwa V a t u t a u m e r u p a k a n t e m p a t asal d a r i p e n - ini terletak pada ketinggian sekitar 750 m dan
duduk yang membangun bangunan-bangunan batu 125 m di sebelah tenggara kota Palu, termasuk
besar d i d a e r a h N a p u (Grubauer, 1913). kecamatan L o r e Selatan, kabupaten Poso. Daerah
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Masyu- B a d a dialiri oleh sebuah sungai besar y a i t u sungai
huddin Masyhuda sebagai Kepala Bidang Per- Balanta (Lariang) yang memotong-motong lembah
museuman Sejarah dan Kepurbakalaan dimana ini menjadi meander-meander. Situs megalitik B a d a
ia telah berhasil mengadakan survai ulangan serta t e r l e t a k p a d a k o o r d i n a t 1° 4 3 ' 0 5 " L i n t a n g S e l a t a n
mengadakan pendokumentasian terhadap kepur- dan 120° 1 1 ' dan 0 3 " B u j u r T i m u r . Perhitungan i n i
bakalaan d i lembah Bada. Selanjutnya i a mengata- b e r d a s a r k a n atas " A t l a s v a n T r o p i s c h N e d e r l a n d " .
kan bahwa peninggalan d i daerah ini jelas tidak S i t u s i n i sangat sulit d i c a p a i , k a r e n a b e l u m a d a n y a
berasal dari periode Hindu, yang kemungkinan sarana perhubungan y a n g memadai. U n t u k m e n u j u
berasal sekitar t a h u n 5 0 0 S M . H a l i n i berdasarkan daerah i n i harus melalui jalan setapak yang mene-
atas penelitiannya melalui perhitungan glotte robos pegunungan yang tingginya 1500 dari
chronologi (periksa Masyhuddin Masyhuda dalam permukaan air laut.
"Kaili-Pamona", 1971). Dalam laporan kegiatan penelitian tahun
1 9 7 6 i n i mencakup kegiatan survai kembali terha-
Seorang sarjana, Belahan Lapasere Thaing
dap peninggalan megalitik d i Bangga y a n g pernah
menempatkan peninggalan megalitik di daerah
ditinjau pada tahun 1 9 7 5 . D a l a m penelitian ter-
Sulawesi Tengah merupakan peninggalan dari
sebut ternyata j u m l a h temuan bertambah banyak,
masa berkembangnya pengaruh Hindu, yang
yang semula hanya 8 buah tetapi dalam penelitian
ternyata masih memerlukan pembuktian lebih
tahun 1976 menjadi 14 buah.
lanjut.
Pada tahun 1975 team melalui dana dari U n t u k mengetahui secara detil t e m u a n di lembah
P r o y e k P e m b i n a a n K e p u r b a k a l a a n dan Peninggalan Palu, dalam laporan yang berjudul "Penelitian
Nasional, Hadimuljono, Haris Sukendar dan Nies Kepurbakalaan di Sulawesi Tengah" ini akan
Anggraeni telah mengadakan inventarisasi di kami cantumkan pula lumpang-lumpang batu
daerah Sulawesi Tengah k h u s u s n y a di daerah Palu yang berhasil ditemukan dalam penelitian tahun

yaitu di Bangga, Watunonju, Pevunu, Biromaru 1975 maupun 1976.

dan lain-lain. Pada penelitian tersebut telah ditemu- Penelitian sampai sekarang khususnya yang
k a n berbagai b e n t u k l u m p a n g b a t u d a r i jenis b a t u - dilakukan oleh peneliti Indonesia masih sangat
an " m o l l a s e " . Hasil-hasil penelitian i t u antara lain, sedikit dibandingkan dengan luasnya areal pening-
lumpang batu megalitik, fragmen gerabah yang galan megalitik di daerah ini. Penelitian sampai
banyak jumlahnya di daerah Watunonju, alat sekarang baru mencakup dua daerah yaitu di
pemukul kulit kayu, cincin perunggu dari lembah Palu dan lembah Bada, itupun belum
Watununju, dan lain-lain (Hadimuljono d k k , 1 9 7 5 ) . sempurna. Penelitian B a d a h a n y a berlangsung di
Pada penelitian 1975 telah ditemukan 8 buah daerah Bewa, Lengkeka, dan Pada. Sedang pe-
lumpang b a t u d i desa Bangga, 3 buah l u m p a n g b a t u ninggalan megalitik y a n g tersebar d i aliran sungai
di Pevunu, 10 buah di Watunonju dan 3 buah Belanta belum seluruhnya terjangkau. Oleh karena
lumpang batu di Tulo. Berdasarkan penelitian itu perlu penelitian lanjutan terhadap situs-situs

3
penting di daerah i n i pada masa-masa yang akan secara mendalam di daerah N a p u , Besoa dan lem-
datang. bah Bada.

H a l yang menarik selama penelitian di daerah Penelitian lembah Palu selanjutnya dilakukan

ini adalah temuan-temuan baru berupa berba- oleh team pengumpulan data Masterplan pada t a h u n

gai pecahan gerabah berhias yang ditemukan 1975 yang menemukan lumpang-lumpang batu

di daerah Watunonju (Lembah Palu), Bangga baik di Bangga, Watunonju, Tulo, Dolo, Pevunu

( L e m b a h Palu) dan Pada di L o r e Selatan. T e m u a n dan lain-lain, yang semuanya termasuk Kabupaten

pecahan gerabah yang mempunyai pola hias Donggala. Dalam penelitian berikutnya yaitu

berbagai b e n t u k i n i sampai sekarang b e l u m pernah penelitian tahun 1 9 7 6 data megalitik di daerah ini

diteliti secara khusus oleh ahli gerabah. D e m i k i a n menjadi lebih lengkap. D i Bangga telah d i t e m u k a n

p u l a t e n t a n g t e m u a n gerabah y a n g sangat b a n y a k situs pecahan gerabah yang cukup produktip,

jumlahnya di dataran tinggi sekitar Pada yang sedang di Bangga telah ditemukan unsur-unsur

salah satu tempayannya sudah berada di Stock- megalitik baru berupa lumpang batu. D i Bangga

holm ( S w e d i a ) . Masalah y a n g penting ialah bagai- pada tahun 1975 ditemukan 8 buah lumpang

m a n a hubungan antara peninggalan gerabah beserta batu, tetapi tahun 1976 telah ditemukan 14 buah

peninggalan m e g a l i t i k n y a . A p a k a h k e d u a peninggal- y a n g sebagian besar d i t e m u k a n d i sebuah padang

an tersebut m e r u p a k a n khasanah b u d a y a dari hasil sebelah barat k a m p u n g Bangga.

ciptaan pendukung megalitik. Hal inilah yang


m e n j a d i m a s a l a h , sehingga p e r l u a h l i gerabah serta A. WATUNONJU.
peneliti megalitik untuk dapat mengungkapkan
Dalam penelitian kembali di Watunonju
hubungan antara k e d u a jenis tinggalan y a n g dite-
Kecamatan B i r o m a r u Kabupaten Donggala ditemu-
m u k a n bersamaan tersebut.
kan lumpang-lumpang batu baru, beberapa dalam
keadaan utuh dan sebagian lagi d a l a m keadaan
pecah. Pada penelitian tahun 1976 telah berhasil
II. PENELITIAN DI LEMBAH PALU.
ditemukan 15 buah lumpang batu secara ter-
Penelitian kepurbakalaan (peninggalan mega- sebar. Lumpang-lumpang batu tersebut semua-
litik) di daerah ini telah dilakukan oleh team dari nya dibuat dari batuan "mollase" yaitu jenis
Bidang Kebudayaan Perwakilan Departemen Pen- batuan yang mempunyai warna keputih-putihan
didikan dan Kebudayaan Propinsi Sulawesi Tengah dan mengandung partikel-partikel kristal putih
di bawah pimpinan Masyhuddin Masyhuda BA. y a n g sangat padat. D i p e r k i r a k a n b a h w a kampung
D a l a m penelitian tersebut telah tercatat berbagai Watunonju y a n g t e r l e t a k di atas s u a t u b u k i t i n i
temuan dari peninggalan megalitik di lembah m e r u p a k a n k a m p u n g l a m a dan sejak berkembang-
Palu di antaranya lumpang batu di Lempe (dekat nya tradisi megalitik, daerah ini menjadi sangat
Watunonju), lumpang batu di Watunonju, lumpang penting. Diperkirakan bahwa Watunonju merupa-
batu di T u l o , lumpang batu di Dolo dan lain-lain. kan pemukiman megalitik. Karena dari lubang
Berdasarkan informasi yang cukup menarik ini galian u n t u k k e p e r l u a n irigasi dapat dilihat lapisan
maka diadakan penelitian khususnya di daerah pecahan gerabah y a n g sangat tebal, mengandung
lembah P a l u , K a b u p a t e n Donggala. T e t a p i r u p a n y a pecahan-pecahan gerabah pola tali dan lain-lain.
informasi tersebut j a u h lebih lengkap dari catatan- Di samping itu ditemukan pula sebuah alat
catatan Adriani dan K r u y t dalam b u k u n y a "Van pemukul kulit kayu ("ike") serta sebuah cincin
Poso naar Parigi, Sigi en Lindoe" tahun 1898 perunggu. Lumpang-lumpang batu yang d i t e m u k a n
di mana ia mengatakan bahwa di lembah Palu d i sini sudah jelas terdapat tanda-tanda p e m a k a i a n
hanya berhasil ditemukan sebuah lumpang batu karena bagian lubangnya telah aus. Beberapa
megalitik di dekat kampung B o r a (desa tersebut lumpang batu ada yang menunjukkan tonjolan
sekarang sudah hilang). Sedang dalam penelitian ( p e l i p i t ) pada t e p i n y a , sehingga pada w a k t u diper-
Kaudern daerah ini tidak mendapatkan ke- gunakan untuk menumbuk biji-bijiannya tidak
sempatan untuk diteliti, karena pada tahun tumpah. Sebuah lumpang batu ditemukan oleh
1917 — 1921 ia hanya mengadakan penelitian tim di bawah tiang rumah penduduk sebagai

4
penyangga tiang. Hal i n i sangat sesuai dengan panjang 8 8 c m , lebar 5 6 c m dan tebal 2 8 c m ,
apa yang dikatakan oleh Schuyt dan T e n Kate dengan garis tengah lubang 18 cm, dalam
dalam "Van dag tot dag op een reis naar de l u b a n g 1 2 c m . (Gambar: 1 no. 2).
Landschappen Napoe, Besoa en Bada" di mana
dijelaskan bahwa lumpang-lumpang batu yang Lumpang batu Watunonju no. 3 (Wn. 3): Ditemu-
ditemukan di daerah Sulawesi Tengah tidak kan masih in-situ di belakang r u m a h pendu-
dipergunakan untuk menumbuk biji-bijian tetapi duk, yang bernama Lasa. B a h a n n y a adalah
dipergunakan sebagai penyangga tiang (Schuyt, dari jenis batuan mollase yang berbentuk
1910, periksa pula Kaudern 1938). Daerah yang oval. L u m p a n g batu i n i terletak di pekarangan
b a n y a k mengandung pecahan gerabah terletak pada penduduk. P e r m u k a a n n y a sangat r a t a sedang
bagian barat kampung. Pada tempat ini pula lumpang batunya terdiri dari sebuah lubang
ditemukan cincin perunggu yang tentu masih y a n g terletak d i bagian pinggir. U k u r a n b a t u
perlu diteliti hubungan antara temuan-temuan secara keseluruhan tidak dapat diketahui
tersebut dengan tradisi megalitik d i sana. dengan pasti k a r e n a sebagian t e r t a n a m d a l a m
Untuk mengetahui secara detil tentang tanah. Adapun ukuran batunya adalah pan-
bentuk lumpang batu di kampung Watunonju jang 93 cm, lebar 41 cm dan tinggi dari
tersebut baiklah di sini diuraikan satu persatu: permukaan tanah 22 cm, sedang ukuran
lubangnya garis tengah 18 cm dan dalam

Lumpang batu Watunonju no. 1 (Wn. 1): lumpang 8 cm. R u p a n y a alat i n i tidak dipergunakan

ini dalam keadaan pecah, dibuat dari jenis sebagai penumbuk padi tetapi rupanya
untuk penumbuk sesuatu yang perlu dilu-
batuan mollase berwarna keputih-putihan
m askan. Karena untuk menumbuk padi
dan mengandung kristal seperti kaca. Lum-
kelihatannya lubangnya kurang memung-
pang batu ini ditemukan di depan rumah
kinkan (kecil). Bahkan kiranya lebih tepat
seorang penduduk bernama Ince A l i dalam
bila dikatagorikan sebagai batu berlubang
posisi mengarah baratlaut—tenggara. Ukuran-
saja.
n y a adalah panjang 7 5 c m , lebar 59 c m dan
tebal 4 5 c m . P a d a bagian p e r m u k a a n n y a y a n g
rata dan halus terdapat sebuah lubang dengan Lumpang batu Watunonju no. 4 (Wn. 4): Lumpang
u k u r a n garis t e n g a h l u b a n g 2 3 c m d a n d a l a m batu ini sekarang dalam keadaan pecah men-
16 cm. L u m p a n g batu tersebut jelas sudah jadi 3 bagian. Bentuknya memanjang dan
tidak lagi in-situ. Pendapat Schuyt yang berorientasi baratlaut—tenggara, sisi yang
mengatakan bahwa lumpang batu sebagai lebar terletak d i bagian barat d i m a n a terpahat
fondasi rumah dalam hal i n i harus diperta- lumpang b a t u n y a sedang sisi s e m p i t terletak
nyakan kembali. K a r e n a kegunaan lumpang d i bagian tenggara. L u b a n g n y a h a n y a sebuah
batu yang dipakai menumbuk biji-bijian i t u yang terletak pada permukaan rata dan halus.
berakibat aus pada lubangnya dan tanda-tanda B e l u m dapat diketahui arti daripada orientasi
ini kelihatan dengan jelas pada lumpang b a t u lumpang batu tersebut, meskipun beberapa
i n i . (Gambar: 1 no.l, Foto: 1). peninggalan megalitik cenderung berorientasi
barat—timur. Adapun ukuran batu monolit
Lumpang batu Watunonju no. 2 (Wn. 2): Lumpang yang dipakai lumpang batu adalah panjang
batu ini ditemukan di bawah rumah pendu- 84 c m , lebar 4 3 cm d a n tinggi 1 0 c m d a r i
duk bernama Djawiah dan dipergunakan permukaan tanah. Sedang lumpang batunya
sebagai salah satu penyangga tiang rumah. berukuran garis t e n g a h : 18 cm dan dalam
D i k a t a k a n bahwa letaknya sudah tidak in-situ l u b a n g : 5 c m . (Foto: 2).
lagi dan dipergunakan sebagai penyangga
r u m a h sejak r u m a h i t u dibangun. Lumpang Lumpang batu Watunonju no. 5 (Wn. 5): Lumpang
batu i t u masih utuh dengan permukaan rata. batu ini ditemukan dalam keadaan pecah,
Keletakannya timur—barat. Ukuran batu tidak ada tanda-tanda terdapat tonjolan pada

5
tepinya. Permukaannya rata dan dikerjakan nya diusahakan untuk penanaman kedelai
sangat h a l u s d a r i b a t u a n y a n g s a m a . L u b a n g - atau tembakau. Lumpang batu ini ditemukan
nya hanya tinggal sebagian sehingga tidak dalam keadaan baik dan terpelihara. Pada
diketahui ukurannya secara pasti. Benda bidang permukaannya yang halus tersebut
tersebut ditemukan di kampung sebelah terdapat sebuah lubang yang sudah aus,
barat, t i d a k j a u h dari galian u n t u k irigasi. rupanya pendukung megalitik di sana sudah
Pada tempat-tempat sekitar temuan lumpang mempergunakannya. Bahannya batuan
batu i n i ditemukan pecahan-pecahan gerabah mollase. Perlu diketahui bahwa semua bahan
hias tali kasar maupun halus di samping dari lumpang batu Watunonju terbuat dari
pecahan polos yang banyak. U k u r a n lumpang batuan tersebut di atas, tetapi sumber batuan
batu yang dalam keadaan pecah tersebut ini tidak ditemukan di sekitar kampung
adalah panjang 84 cm, lebar 55 cm dan Watunonju. K a l a u menilik kedalaman lubang
tinggi 32 cm. Sedang garis tengah lubang yang hanya berukuran 4,5 cm itu tidak
tidak diketahui ukurannya karena sebagian mungkin dipergunakan sebagai penumbuk
telah hilang, kedalaman lubang 1 1 c m . (Foto: padi tetapi diduga untuk keperluan yang
3). lain. Ukuran lumpang batu adalah panjang
5 9 c m , lebar 4 6 c m dan tinggi 2 5 c m dengan
garis tengah 1 4 c m .
Lumpang batu Watunonju no. 6 (Wn. 6): Lumpang
b a t u no. 6 d i t e m u k a n 5 meter d i sebelah t i -
mur Wn. 5, di belakang rumah penduduk Lumpang batu Watunonju no. 8 (Wn. 8): Ditemu-
yang bernama Tulisi. Seperti juga Wn. 5 k a n d i pekarangan bagian depan r u m a h B a p a k
maka lumpang batu ini juga sudah pecah, Jamin, dalam keadaan tertanam di tanah
tetapi meskipun demikian ukurannya masih dengan posisi miring arah timur-barat.
dapat d i k e t a h u i secara pasti. Orientasi W n . 6 L u m p a n g batu ini dipahatkan dengan mem-
ini adalah timurlaut —baratdaya. Diduga pergunakan tonjolan pada bagian pinggiran
pendukung megalitik pada w a k t u i t u cukup permukaannya sesuai penampang batunya.
memberi lubang dan pelipit (tonjolan) di Pelipit betukuran antara lebar 1,5 cm dan
pinggirnya jika dianggap perlu. Sehingga tinggi m a k s i m u m 2 cm. Tetapi pada w a k t u
semua temuan lumpang batu periode megalitik ditemukan, pelipitnya sudah rusak dan
ini tidak mempunyai bentuk yang khusus, beberapa bagian telah hilang. Ukurannya
seperti misalnya lesung kayu sekarang, di sebagai berikut: garis tengah lubang 12,5
J a w a . U k u r a n lumpang batu tersebut panjang cm dan dalam lubang: 10,5 cm. Lumpang
67 cm, lebar 55 cm d a n tinggi 2 5 c m d a r i batu ini mengingatkan lumpang batu yang
p e r m u k a a n tanah. Sedang u k u r a n lubang ada- berhasil d i t e m u k a n oleh K a u d e r n di daerah
l a h garis t e n g a h : 1 4 c m , d a l a m l u b a n g : 1 2 c m . Tawaelia (Kaudern 1938, hal. 29). Hanya
Lumpang-lumpang batu di sini sudah tidak lumpang batu di Tawaelia ini bentuknya
dianggap keramat, sehingga tidak segan- lebih sempurna.
segan p e n d u d u k m e m e c a h u n t u k k e p e n t i n g a n
yang lain. Tetapi mereka rupanya tidak ada
Lumpang batu Watunonju no. 9 (Wn. 9): Ditemu-
yang mempergunakan peninggalan tersebut
kan di depan r u m a h B a p a k Jalatindo sekitar
sebagai p e n u m b u k padi p a d a saat sekarang.
35 meter di sebelah barat jalan kampung.
Pada bagian permukaannya yang datar ter-
Lumpang batu Watunonju no. 7 (Wn. 7): Ditemu- lihat kulit yang sudah mengelupas, tetapi
kan di pekarangan penduduk bagian barat lumpang batunya masih dalam keadaan
kampung Watunonju yaitu di dekat rumah u t u h . Peninggalan megalitik i n i r u p a n y a masih
bapak Tulisi. Rupanya lumpang batu ini in-situ karena penduduk tidak berani me-
masih in-situ dan pemilik pekarangan sendiri mindahkan dari tempat aslinya. Sebagian
tidak berani memindahkan. Meskipun tanah- b a t u n y a masih tetap tertanam dalam tanah.

6
Seperti juga posisi lumpang-lumpang batu Bentuk Wn. 10 ini mengingatkan kita pada
yang lain m a k a lumpang batu Wn. 9 mem- bentuk lesung d i J a w a .
punyai orientasi timurlaut—baratdaya. K a l a u
melihat ukuran lumpang-lumpang batu di Lumpang batu Watunonju 11 (Wn. 11): Ditemu-
situs W a t u n o n j u i n i m a k a d i p e r k i r a k a n b a h w a kan di pekarangan penduduk dekat rumah
peninggalan tersebut erat hubungannya Djawatia. B a h a n n y a batu mollase. Lumpang
dengan kebutuhan sehari-hari tidak berhu- b a t u n y a d i p a h a t k a n pada bagian pinggirnya.
bungan dengan hal-hal lain, seperti m i s a l n y a Permukaannya rata dan halus. U k u r a n l u m -
untuk upacara kematian seperti apa yang pang batu ini adalah panjang 106 c m , lebar
dikatakan oleh Teguh Asmar di Sulawesi 86 cm, tinggi 70 cm. Garis tengah lubang
Selatan (Teguh Asmar, 1975) atau untuk 19 c m dan dalam lubang 1 1 c m . L u b a n g n y a
memberi minum babi agar tidak merusak sangat halus menunjukkan tanda-tanda pe-
tanaman orang lain (Rokus Due dan Budi, m a k a i a n . (Foto: 6).
1 9 7 9 , in press). U k u r a n lumpang batu W n . 9
ini adalah yang paling besar y a i t u panjang
Lumpang batu Watunonju no. 12 (Wn. 12): Lum-
109 cm, lebar 106 cm dan tinggi 4 8 cm.
pang b a t u i n i d i t e m u k a n 5 m d i sebelah barat
Garis tengah lubang 17 c m dan dalam lubang
lumpang batu 11, terdapat di pekarangan
1 0 , 5 c m . (Foto: 4).
seorang penduduk Djawita. Keadaannya su-
dah pecah dan retak-retak. B a h a n n y a adalah
Lumpang batu Watunonju no. 10 (Wn. 10): Lum- sama yaitu batuan mollase. Lumpang batu

pang batu ini ditemukan di pinggir jalan ini telah dipindahkan dari tempat aslinya,

yang menghubungkan daerah Watunonju sehingga tidak diketahui orientasi semula.

dengan tempat-tempat yang lain. Menurut U k u r a n lumpang batu tersebut adalah panjang
8 4 c m , lebar 6 0 c m d a n tinggi 2 9 c m , dengan
keterangan penduduk setempat lumpang
garis tengah l u b a n g 1 7 c m d a n d a l a m l u b a n g
ini telah dipindahkan dari tempat semula.
12 cm. L u b a n g n y a yang halus dan aus itu
Bentuknya oval memanjang, sedang orien-
dipahatkan pada permukaan yang rata dan
tasinya tidak diketahui aslinya. Lumpang
dikerjakan dengan sempurna.
ini ditemukan di bagian timur kampung.
Permukaannya halus tetapi pada bagian
tengahnya berbentuk cekung. Lubang yang Lumpang batu Watunonju no. 13 (Wn. 13): Lum-
bentuknya relatif besar dan memenuhi pang batu Wn. 13 ditemukan pada sebuah
syarat untuk menumbuk padi itu dipahat- sungai kecil yang mengalir d i bagian barat
kan pada salah satu ujungnya. Melihat per- kampung Watunonju. Mula-mula lumpang
mukaan dan bentuk lubangnya maka sudah ini terendam dalam air dan h a n y a sebagian
jelas terlihat bekas pemakaian. Pada bagian kelihatan d i atas air. Dengan bantuan pendu-
pinggirnya juga terdapat tonjolan, tetapi duk setempat yang mengetahui tentang batu
rupanya sebagian tonjolan tersebut telah ini, maka lumpang batu tersebut diangkat
rusak. Ukuran lumpang batu Wn. 10 ini dan ternyata telah pecah. Ukuran lumpang
adalah yang paling besar, yaitu berukuran batu dalam keadaan pecah tersebut adalah

panjang 120 cm, lebar 72 cm dan tinggi panjang: 40 cm, lebar 30 cm, dan tebal

4 8 c m . U k u r a n l u b a n g garis t e n g a h n y a : 1 8 c m , 23 cm, d e n g a n garis t e n g a h lubang: 17 cm

dan dalam lubang: 1 3 , 5 c m . (foto: 5). Perlu dan dalam lubang: 12 c m . L u m p a n g batu ini
sekarang telah dipindahkan dan dibawa ke
diketahui pula bahwa di pelosok-pelosok
tempat kering untuk menghindarkan kehan-
pegunungan J a w a terdapat apa yang dinama-
curan.
kan lesung yang terdiri dari lubang bulat
sebagai lumpang yang dipahatkan di salah
sgtu bagian ujungnya dan lubang berbentuk Lumpang batu Watunonju no. 14 (Wn. 14):
persegi y a n g d i p e r g u n a k a n sebagai lesungnya. Lumpang batu ini ditemukan di sebuah

7
pekarangan tidak jauh dari rumah Nihawari. PSK Propinsi Sulawesi Tengah di daerah ini.
L u m p a n g batu i n i terawat dengan baik dan Peninjauan ke daerah i n i cukup lancar, karena
tidak dipergunakan. Keadaannya masih utuh. sarana perhubungan yang menghubungkan Bangga
P e r m u k a a n n y a agak c e k u n g d a n d i t e n g a h n y a — Palu cukup baik bila dibandingkan dengan
terdapat sebuah lubang halus yang menunjuk- keadaan tahun 1975.
k a n a d a n y a bekas p e m a k a i a n , u n t u k m e n u m - Penelitian kali ini menemukan 6 buah lum-
buk sesuatu. Orientasinya baratdaya—timur pang batu, dua buah ditemukan di semak-semak
laut. D i t e m u k a n m i r i n g d a n sebagian lubang- sedang 4 l a i n n y a di padang r u m p u t , serta s e m u a n y a
nya tertutup tanah. Oleh karena itu ukuran terbuat dari batuan mollase. Jumlah seluruh
lumpang batu Wn. 14 i n i h a n y a dapat dila- lumpang batu yang berhasil ditemukan team
k u k a n pada bagian y a n g berada d i atas t a n a h . Pusat Penelitian Purbakala adalah 14 buah. Selain
Adapun u k u r a n n y a adalah panjang 68 cm, temuan lumpang batu tersebut, temuan lain yang
lebar 25 cm, tebal 25 cm dari permukaan penting adalah temuan kereweng yang tersebar
t a n a h . U k u r a n l u b a n g n y a garis t e n g a h : 1 8 c m di permukaan tanah akibat adanya penggalian
d a n d a l a m l u b a n g : 1 4 c m . (Foto: 7). liar, yang dilakukan oleh pencari harta karun.
K e r e w e n g i n i ada yang polos dan ada y a n g berhias
Lumpang batu Watunonju no. 15 (Wn. 15): Lum- pola tali. D i bawah ini akan diuraikan diskripsi
pang batu Watunonju no. 15 ditemukan temuan lumpang batu di daerah Bangga.
tidak jauh dari lumpang batu no. 14 yaitu
di pekarangan Nihawari. Keadaan lumpang Lumpang batu Bangga no. 1 (Bg. 1): Lumpang
batu ini dalam keadaan pecah. Bahannya batu ini ditemukan di dalam semak-semak,
dari batuan mollase. Rupanya sudah tidak meskipun keadaannya tidak terawat, tetapi
p a d a t e m p a t n y a s e m u l a sehingga t i d a k d i k e - jelas bahwa lumpang batu ini aman dari
tahui orientasinya yang asli. Ukurannya gangguan tangan manusia dan keadaannya
adalah: 54 X 35 X 35 cm, dengan garis masih utuh. Arah hadap lumpang batu ini
tengah lubang: 18 cm dan dalam lubang: adalah timurlaut—baratdaya. P e r m u k a a n batu-
14 cm. n y a r a t a sedang l u b a n g n y a sangat h a l u s , y a n g
m e n u n j u k k a n bekas pemakaian. U k u r a n l u m -
Pada tempat yang pernah ditemukan pecahan- pang batu ini adalah: 105 x 75 x 12 cm,
pecahan kereweng dengan hiasan pola tali (cord- d e n g a n garis t e n g a h l u b a n g : 1 8 c m d a n d a l a m
marked), ditemukan lagi pecahan-pecahan kere- l u b a n g : 1 2 c m . (Foto: 8).
weng yang cukup b a n y a k dengan pola hias y a n g
sama pula. (Gambar: 1). Menurut keterangan Lumpang batu Bangga no. 2 (Bg. 2): Lumpang
penduduk yang belum tercatat dalam laporan batu ini ditemukan di kebun kopi milik
survai Pengumpulan D a t a Masterplan t a h u n 1 9 7 5 , Sdr. L a h u d u . L u m p a n g batu dalam keadaan
dikatakan bahwa lumpang-lumpang batu itu miring dan berorientasi timurlaut—baratdaya.
digunakan untuk menumbuk semacam biji-bijian Keadaan lubangnya aus dan halus. Bahan
atau padi. Lubang batu lumpang ini terletak di dari batuan mollase berwarna keabu-abuan
tepi, menurut keterangan dipergunakan sebagai dengan kristal-kristal menyerupai kaca.
penumbuk padi. L u m p a n g batu ini berukuran: 75 x 53 x 44
c m , d e n g a n garis t e n g a h l u b a n g : 1 8 c m dan
dalam lubang: 1 5 c m . (Foto: 9). Tidak jauh
B. BANGGA.
dari lumpang batu ini ditemukan pula sebuah
Perjalanan ke daerah Bangga K e c a m a t a n D o l o , batu datar yang m u n g k i n ada hubungannya
disertai oleh Kepala Direktorat Kesra Propinsi dengan lumpang batu Bangga no. 2. Ukuran
Sulawesi Tengah, Kepala Bidang Permuseuman batu datar adalah: 55 x 4 5 x 1 5 c m .
Sejarah dan K e p u r b a k a l a a n beserta staf. Peninjauan
ini terutama untuk melihat temuan lumpang Lumpang batu Bangga no. 3 (Bg. 3): Ditemukan
batu baru yang dilaporkan oleh Kepala Bidang di pinggiran kebun kopi tidak jauh dari

8
perbatasan antara desa dan padang rumput. U k u r a n n y a adalah: 6 0 x 24 x 18 c m , dengan
Keadaan lumpang batu terbelah menjadi dua garis t e n g a h l u b a n g : 1 3 c m d a n d a l a m l u b a n g :
bagian. Permukaannya rata dengan sedikit 1 2 c m . (Foto: 11).
tonjolan pada bagian pinggirnya. Posisi
timurlaut — baratdaya. U k u r a n n y a adalah: Lumpang batu Bangga no. 9 (Bg. 9): Lumpang
9 3 x 4 1 x 2 2 c m , d e n g a n garis t e n g a h l u b a n g : b a t u d i t e m u k a n d i atas b u k i t y a n g berketing-
18 c m dan dalam lubang: 12 cm. (Gambar: gian ± 150 m di atas p e r m u k a a n laut, di
3 no. 3). tengah-tengah semak d i bagian barat sungai
Ore. Lumpang batu ditemukan di kebun kopi
Lumpang batu Bangga no. 4 (Bg. 4): Lumpang penduduk bernama L a h u d u . Keadaan lubang
batu ini ditemukan sekitar 10 m d i sebelah lumpang, batunya sangat halus, mungkin
t i m u r B g . 3. Posisi lumpang batu utara—selatan, bekas dipakai. A r a h hadap timurlaut — barat-
berukuran: 58 x 45 x 2 4 c m , d e n g a n garis daya. L u m p a n g batu ini berukuran: 56 x 50 x
tengah: 18 cm dan dalam lubang: 14 cm. 43 c m , dengan garis tengah lubang: 19 cm
(Gambar: 3 no. 4). dan dalam lubang: 13 c m .

Lumpang batu Bangga no. 5 (Bg. 5): Ditemukan Lumpang batu Bangga no. 10 (Bg. 10): Lumpang
t i d a k j a u h dari B g . 4, terdapat d i tepian desa. batu ini ditemukan di semak-semak milik
Posisi tenggara — baratlaut. Permukaan L a h u l u dalam keadaan miring ke arah barat-
lumpang batunya sangat rata. Lubangnya laut. Lumpang batu ini terletak 10 m di
sangat licin. D i sekeliling lumpang batu ini sebelah tenggara lumpang Bangga no. 2.
ditemukan batu-batu besar dan kecil yang Keadaan telah pecah. K a r e n a situasi tempat
tidak diketahui fungsinya. Ukuran lumpang temuan merupakan semak sehingga sangat
batu ini adalah: 6 1 x 48 x 14 cm dengan s u l i t u n t u k m e n c a r i tempa b a n t u a n p e n d u d u k
garis t e n g a h l u b a n g : 1 7 c m d a n d a l a m l u b a n g : setempat. Lubang lumpang batunya telah
1 1 c m . (Foto: 10, Gambar: 3 no. 5). pecah namun masih dapat diketahui bahwa
keadaannya sangat halus. Adapun ukuran

Lumpang batu Bangga no. 6 (Bg. 6): Ditemukan lumpang batu ini adalah: 44 x 38 x 40 cm,

sekitar 4,5 m d i sebelah t i m u r B g . 5 di ping- d e n g a n gais t e n g a h l u b a n g : 1 7 c m d a n d a l a m

giran padang rumput. Posisi lumpang batu lubang: 14 c m .

timurlaut — baratdaya. Pada permukaannya


yang rata terdapat sebuah lubang yang halus. Lumpang batu Bangga no. 11 (Bg. 11): Lumpang
Sekitar lubang kelihatan lebih cekung batu i n i d i t e m u k a n di padang r u m p u t kepu-
dibandingkan dengan permukaan yang lain. nyaan W.S. Lemba terletak ± 200 meter
U k u r a n n y a adalah: 1 6 2 x 50 x 2 3 c m , dengan di sebelah baratdaya lumpang batu Bangga
garis tengah lubang: 16,5 cm dan dalam no. 3. L u m p a n g batu ini ditemukan dalam
l u b a n g : 1 0 c m . (Gambar: 3 no. 6). keadaan u t u h , pada bagian permukaan rata
dan tidak ditemukan tonjolan pada bagian
Lumpang batu Bangga no. 7 (Bg. 7): Ditemukan tepi batunya. U k u r a n lumpang batu tersebut
di dekat kebon kopi penduduk di pinggiran adalah: 70 x 59 x 5 cm, tebal 5 cm dari
padang rumput. Lumpang batu ini masih permukaan tanah. Garis tengah lubang:
utuh dengan pemukaan yang rata. Arah 17 cm dan dalam lubang: 13 cm. Lumpang
hadap timurlaut — baratdaya. Ukuran: batu tersebut ditemukan oleh penduduk,
4 8 x 3 5 x 1 7 c m , dengan garis tengah l u b a n g : pada areal yang dikenal sebagai padang
18 c m dan dalam lubang: 13 cm. Sidobiru.

Lumpang batu Bangga no. 8 (Bg. 8): Bangga no. 8 Lumpang batu Bangga no. 12 (Bg. 12): Lumpang
ini hanya merupakan sebuah fragmen. batu ini masih terletak di tanah milik

9
W . S . L e m b a di sebelah tenggara ± 75 meter mungkinan merupakan bibir tempayan. Pecahan
dari lumpang batu Bangga no. 3. Keadaan lain berupa badan berhias pola jala dengan w a r n a
lumpang batu telah retak-retak dengan per- kehitam-hitaman. Lapisan tanah yang terdapat
mukaan yang datar dan rata dengan lubang dalam lubang galian terdiri dari:
lumpang batunya yang halus. Permukaan
h u m u s y a n g b e r w a r n a k e h i t a m - h i t a m a n sete-
l u m p a n g b a t u tepat sejajar dengan p e r m u k a -
bal 1 - 2 5 cm.
an tanah sehingga tidak diketahui tebal
lapisan tanah gembur berwarna kehitam-
lumpang batu yang sebenarnya. Seperti
h i t a m a n setebal 50 c m .
lumpang batu yang lain m a k a lumpang batu
ini dibuat dari batuan mollase. Pengamatan lapisan t a n a h liat yang pekat dan steril.
di sekitar lumpang batu ini tidak menunjuk-
T i d a k j a u h dari tempat tersebut ditemukan b a n y a k
kan adanya gejala arkeologi lainnya. Pada
sekali t e m u a n kereweng tersebar d i atas p e r m u k a a n
permukaan batunya yang datar dan halus
tanah, berbentuk bibir, badan, dengan warna
terdapat 2 buah lubang. U k u r a n batu: 70 x
hitam keabu-abuan, coklat, kemerah-merahan
68 x 6 cm, (tebal 6 cm dari permukaan
(Gambar: 4).
tanah). Ukuran lubangnya masing-masing
a d a l a h : garis tengah l u b a n g 1 : 1 8 c m , d a l a m :
1 2 c m ; garis t e n g a h l u b a n g 2 : 18 c m , dalam
IH. P E N E L I T I A N D I D A E R A H POSO.
lubang: 13 cm.
Penelitian di daerah Poso dapat dibedakan
menjadi dua kegiatan penelitian y a i t u : penelitian
Lumpang batu Bangga no. 13 (Bg. 13): Lumpang
di K e c a m a t a n Pamona Utara dan di L e m b a h B a d a
b a t u terletak pada bagian t i m u r dari padang
( L o r e Selatan). Pelaksanaan penelitian di Pamona
Sidobiru dan terletak ± 75 meter ke arah
U t a r a bersifat peninjauan (survai) yang mencakup
timur dari lumpang batu Bangga no. 4.
desa Peura dan Tentena. Sedang penelitian di
Lumpang batu ini sudah tidak in-situ lagi
lembah B a d a bersifat ekskavasi di samping m e l a k u -
dan ditemukan dalam keadaan miring. Bagian
k a n survai di daerah-daerah sekitarnya seperti di
permukaan rata dan terdapat sebuah lubang
daerah B o m b a , Pada, C i n t u , gadang Sepe ( B e w a ) ,
dengan sebuah bulatan cekung di sampingnya
Padang Birantua, Padan Tumpuara (Lengkeka)
m e n u n j u k k a n tanda-tanda aus. U k u r a n l u m -
dan lain-lain.
pang batu Bangga no. 1 3 i n i adalah: 70 x 62
x 4 0 c m , d e n g a n garis t e n g h l u b a n g : 16 cm
dan dalam lubang: 9 c m . A. TENTENA.

Menhir.
Lumpang batu Bangga no. 14 (Bg. 14): Lumpang
batu i n i d i t e m u k a n di padang r u m p u t tidak Tentena terletak di tepi pantai utara danau
jauh dari lumpang batu Bangga no. 5. P a d a Poso ± 8 5 k m d i sebelah selatan Poso ( K e c a m a t a n
bagian permukaan batu ditemukan 2 buah Pamona Utara, kabupaten Poso). Daerah ini terle-
lubang, sebuah dalam keadaan u t u h sedang tak pada ketinggian ± 6 0 0 m d i atas p e r m u k a a n
yang lain telah pecah. U k u r a n lumpang batu: air laut, pada 1° 39 25" lintang selatan dan
75 x 5 1 x 13 c m . Terdapat d u a buah lubang 120° 32' 05" bujur timur. Pada bagian paling
yang masing-masing bergaris tengah: 20 cm barat kota Tentena, tepatnya di depan gereja
dan dalam lubang: 12 c m . ditemukan 3 buah menhir (batu tegak) yang
masih dalam keadaan berdiri pada tempatnya
Di tengah-tengah padang ditemukan sebuah semula. Menurut keterangan penduduk, sebelum
lubang yang menurut keterangan merupakan d i d i r i k a n gereja, d i sini b a n y a k didapati b a t u - b a t u
bekas galian liar dari seorang yang datang dari tegak. T e t a p i sejak gereja i t u b e r d i r i , m a k a b a t u -
Ujung Pandang bernama A b d u . Pada pengamatan batu tegak itu banyak yang dihancurkan. Dua
yang dilakukan oleh team ternyata ditemukan buah menhir yang masih berdiri berjajar ti-
beberapa bibir kereweng yang sangat tebal, ke- m u r — barat bergeser 3 0 ° . M e n h i r y a n g l a i n d i t e -

10
m u k a n berdiri di sampingnya. M e n h i r yang terbesar B e l u m dapat diambil kesimpulan apakah tempat
berukuran tinggi 1 1 0 c m , lebar 40 c m dan tebal i n i m e r u p a k a n t e m p a t tinggal m a n u s i a prasejarah
20 c m . Menhir kedua seperti juga menhir pertama sebelum adat penguburan berlangsung di tempat
dibuat dari jenis batuan sabak dalam bentuk papan ini.
batu (stone slab). Menhir ini terletak 2% m di
sebelah t i m u r m e n h i r terbesar t a d i . A d a p u n u k u r a n B. PEURA.
m e n h i r i n i a d a l a h tinggi 1 3 5 c m , lebar 4 5 c m dan D e s a P e u r a terletak 15 k m di sebelah tenggara
tebal 1 9 % c m . Menhir ketiga terletak 3 meter di Tentena termasuk Kecamatan Pamona Utara.
sebelah m e n h i r p e r t a m a , b e r u k u r a n tinggi 9 9 cm, Peninjauan ke situs Peura berdasarkan adanya
l e b a r 3 5 c m d a n t e b a l 2 0 c m . (Foto: 12, Gambar: temuan kapak-kapak perunggu yang sekarang
5). diamankan di Sektor Kepolisian 1909 — 04 Pamona
Pada m e n h i r pertama yang u k u r a n terbesar pada Utara di Tentena.
bagian puncaknya, terdapat hiasan (pahatan) Letak temuan kapak-kapak perunggu di
y a n g d i p a h a t k a n b e r u p a garis l u r u s h o r i s o n t a l . sebuah lereng pegunungan. Pengamatan di situs
tidak berhasil m e n e m u k a n sesuatu. T e m u a n kapak
Penguburan kedua di gua Tangkaboba. perunggu terjadi k e t i k a seorang penduduk Peura

Gua Tangkaboba, terletak di desa Sangele, bernama N a p i Masero sedang mencangkul untuk

Kecamatan Pamona Utara. Di gua ini banyak pembuatan selokan pembuangan air, pada bulan

sekali d i t e m u k a n r a n g k a m a n u s i a , sebagian tersebar J u n i 1975. Pada kedalaman 1 % m, 12 buah kapak

ditemukan d i atas t a n a h d a n sebagian lagi m a s i h perunggu berhasil ditemukan secara kebetulan.

terdapat di dalam peti kayu. Menurut ceritera Tetapi 3 buah di antaranya telah dicuri orang,

orang-orang t u a setempat si m a t i biasanya diletak- sehingga sekarang tinggal 9 buah. Team telah

kan membujur, arah timur barat. Hal ini berhasil m e l a k u k a n pencatatan, pengukuran, peng-

dimaksudkan bahwa awal kehidupan itu dilam- gambaran dan pemotretan.

bangkan dengan terbitnya matahari di bagian Adapun kapak-kapak perunggu tersebut


timur sedang kematian dilambangkan seperti masing-masing m e m p u n y a i tanda-tanda dan u k u r a n
tenggelamnya matahari d i bagian barat. s e b a g a i b e r i k u t . (Foto: 14, 15 dan Gambar: 8,9).

A p a b i l a ada orang meninggal, m a k a , pertama


Kapak perunggu Peura no. 1 (Pr. 1): ekornya
kali si mati ditempatkan pada tempat terbuka
berbentuk ekor burung seriti tetapi mempu-
(di pekarangan) dengan para-para (panggung).
nyai bentuk yang ramping dan memanjang.
Setelah tinggal tulang-tulangnya baru diadakan
K a p a k tersebut tanpa hiasan h a n y a terdapat
upacara besar-besaran yang disebut "mogawe".
tonjolan sepanjang sisinya, seperti bentuk
Pada waktu itu diadakan upacara pemotongan
kapak yang lain. K a p a k berukuran panjang:
kerbau secara besar-besaran.
27 c m , lebar: 12 c m dan tebal: 2,5 c m . (tipe
Tulang-tulang d i k u m p u l k a n dalam peti dan ditaruh
Soejono H a ) . *
d a l a m g u a t e r s e b u t . (Foto: 13, Gambar: 6). Bersa-
m a dengan tulang-tulang tersebut biasanya diserta- Kapak Peura no. 2 (Pr. 2): mempunyai bentuk
kan barang-barang sebagai bekal kubur, seperti hiasan t u m p u l pada bagian lubang t a n g k a i n y a .
manik-manik, gelang dari kulit kerang, gelang Sedang lubang tangkai kapak ini tidak
perunggu, cincin perunggu, dulang, tempat sirih berbentuk ekor burung seriti, tetapi bentuk-
dan lain-lain. (Gambar: 7). Di daerah Pamona nya dibuat setengah lingkaran. Adapun
Utara ini terdapat 5 — 6 bentuk penguburan sema- ukuran kapak tersebut: panjang 17,5 cm,
cam ini. Penelitian lebih lanjut pada situs l e b a r 1 2 c m d a n t e b a l 3,2 c m . ( t i p e S o e j o n o
Tangkaboba berhasil ditemukan kulit-kulit kerang Ib).
yang telah bersatu dengan tanah dalam jumlah
c u k u p banyak. K e r a n g tersebut ada yang dari jenis
*) "The distribution of types of bronze axes in I n d o n e s i a " ,
dapat dimakan manusia dan ada beberapa yang R . P . Soejono B u l l e t i n o f the A r c h a e o l o g i c a l I n s t i t u t e n o . 9,
tidak dapat dimakan, dari jenis kerang danau. Jakarta 1972.

11
Kapak Peura no. 3 (Pr. 3): mempunyai bentuk tonjolan. Tidak ditemukan hiasan pada
kapak Peura no. 2 h a n y a m e m p u n y a i u k u r a n fragmen i n i .
yang berbeda y a i t u panjang 16,5 cm, lebar
c. Gelang batu: Gelang batu i n i dibuat dari jenis
10,3 c m , dan tebal 2,5 c m (tipe Soejono I b ) .
batuan kwarsa yang berwarna putih, dan
b e r u k u r a n garis t e n g a h : 8 , 4 c m , l e b a r : 1,8 cm
Kapak Peura no. 4 (Pr. 4): kapak ini mempunyai
d a n t e b a l : 1,6 c m . (Gambar: 9).
bentuk tangkai ekor burung seriti. Pada
salah satu p e r m u k a a n terdapat tonjolan yang d. Gelang perunggu: Berhias tali pada bagian ping-
searah dan paralel dengan sisi kapaknya. girnya serta pilin berganda. (Gambar: 11).
A d a p u n u k u r a n dari kapak ini adalah panjang:
e. Fragmen-fragmen gelang perunggu yang rata-
1 5 , 5 c m , l e b a r : 6 , 1 c m d a n t e b a l : 1,8 c m ( t i p e
r a t a b e r u k u r a n garis t e n g a h : 5,7 cm, tebal:
Soejono Ha).
0,3 c m dan lebar: 0,2 c m .
Kapak Peura no. 5 (Pr. 5): b e n t u k n y a sama dengan
Pr. 4, berukuran panjang: 14,8 cm, lebar:
IV. PENELITIAN DI LEMBAH BADA.
9,5 c m d a n tebal: 2,3 c m (tipe Soejono H a ) .
Penelitian di lembah Bada (Lore Selatan)

Kapak Peura no. 6 (Pr. 6): b e n t u k n y a sama dengan mencakup survai dan ekskavasi. Survai dilakukan

kapak Peura no. 4. Ukuran kapak tersebut d i berbagai desa seperti di B o m b a , P a d a , B e w a d a n

adalah panjang: 1 4 , 8 c m , lebar: 9,9 cm dan Lengkeka. Ekskavasi telah dilakukan di sebuah

tebal: 2,3 c m (tipe Soejono H a ) . b u k i t kecil y a n g biasa disebut Padang T u m p u a r a .


Survai yang dilakukan ialah d i :
Kapak Peura no. 7 (Pr. 7): sama dengan kapak
Peura no. 4 hanya pada bagian ketajaman A. BOMBA.
terdapat bagian y a n g m e n c u a t pada salah satu Penelitian pertama yang dilakukan di lembah
sisi t a j a m a n n y a . ( t i p e S o e j o n o H a ) . Bada adalah di kampung Bomba. Kampung ini
terletak d i bagian paling u t a m a t a n a h B a d a . S e b u a h
Kapak Peura no. 8 (Pr. 8): sama dengan Peura
arca megalitik yang dapat digolongkan sebagai
no. 4. U k u r a n n y a panjang: 16,4 cm, lebar:
arca m e n h i r d i t e m u k a n di bagian barat kampung
10,5 cm, dan tebal: 2 cm. (tipe Soejono
di kebun jambu. Oleh penduduk setempat arca
Ha). ini biasa disebut d e n g a n a r c a Langkebulawa yang
b e r a r t i : gelang k a k i d a r i emas. A r c a i n i m e n g g a m -
Kapak Peura no. 9 (Pr. 9): kapak ini mempunyai
barkan seorang wanita dengan kemaluan yang
tipe sama dengan k a p a k Peura no. 2 yaitu
d i g a m b a r k a n sangat m e n o n j o l . M a t a n y a berbentuk
pada bagian tangkai (lubangnya) mempunyai
bulat, hidung pesek dan keningnya menonjol.
b e n t u k setengah l i n g k a r a n . H a n y a pada k a p a k
Pada bagian kepalanya seolah-olah digambarkan
ini tidak terdapat pola hias. (tipe Soejono I b ) .
tali kepala yang oleh penduduk setempat disebut
d e n g a n talibonto. K e d u a tangannya digambarkan
Temuan lain: pada bagian samping dan diarahkan menuju ke
T e m u a n yang lain dari Peura adalah: bagian k e m a l u a n d e n g a n j a r i t e r b u k a . (Foto: 16,
Gambar: 12). Adapun u k u r a n dari arca tersebut
a. Gelang perunggu: Gelang ini tidak bersambung. adalah: tinggi 176 cm, panjang muka 96 cm,
Terdapat pola hias y a n g berupa lingkaran- lebar m u k a 64 c m , lebar b a h u 6 8 c m .
lingkaran kecil serta hiasan tumpal yang
Arca ini rupanya masih pada tempatnya
digoreskan pada seluruh gelang tersebut
y a n g asli ( i n - s i t u ) , d a n menghadap ke a r a h barat.
secara melingkar. Ukuran garis tengah:
Tidak jauh dari arca ini ditemukan batu datar
5 , 5 c m , t e b a l : 0 , 3 c m . (Gambar: 10).
dengan permukaan yang sangat halus. Sayang
b. Fragmen tempat ludah: Fragmen ini berupa bahwa fungsi dari batu datar ini tidak diketahui
pecahan leher. P a d a bagian tengah terdapat dengan pasti. U k u r a n b a t u datar i n i a d a l a h sebagai

12
berikut: panjang 1 7 S c m , lebar 1 4 3 c m dan tebal b e r i k u t : tinggi 6 2 c m , panjang m u k a 4 3 c m , lebar
2 2 , S c m . (Gambar: 13). muka 26 cm.
Orientasi ke sekeliling tempat ini tidak berha-
sil menemukan gejala arkeologi, kecuali hanya
D. PADANG SEPE.
apa yang oleh penduduk setempat biasa disebut
Padang Sepe terletak ± 1 k m di sebelah t i m u r
dengan beteng. Beteng ini berujud gundukan
kampung Bewa. Daerah ini terdiri dari padang
tanah berdenah melingkar dan ditumbuhi pohon
rumput yang sangat luas dan dikenal karena
bambu.
ditemukannya patung raksasa yang berdiri di
tengah padang. Selain ditemukan arca di sini
B. PADA. ditemukan juga lumpang batu, batu berlubang,
D a e r a h P a d a t e r l e t a k s e k i t a r llA k m d i sebelah batu umpak dan kelompok monolit.
tenggara B o m b a . Ketinggiannya sekitar 760 m di
atas permukaan laut. Pada puncak pegunungan Arca megalitik.
kecil yang tandus berdiri sebuah arca megalitik Arca ini berdiri sekitar 76 m dari tepian
yang besar. Oleh penduduk setempat arca ini sungai Balanta. Oleh penduduk setempat biasa
b i a s a d i s e b u t d e n g a n a r c a Loga, yang menggambar- d i s e b u t d e n g a n a r c a Palindo yang berarti: penghi-
kan manusia. Genitalia tidak dipahatkan. Adapun bur. A r c a ini sekarang dalam keadaan miring ke
tanda-tanda arca tersebut adalah: m u k a digambar- selatan, sekitar 30°. U k u r a n arca tersebut adalah:
kan bulat, kening menonjol dan m a t a sipit, hidung tinggi 400 cm, lebar bahu 160 cm, lebar dari
pesek, t a n p a m u l u t , tangan dipahatkan sedekap m u k a ke belakang 1 2 9 c m , lebar kepala 1 5 0 cm,
dengan a r a h ke dada, dengan j a r i dalam keadaan garis tengah m a t a 2 5 c m , panjang h i d u n g 6 5 cm,
terbuka. A r c a terdiri dari kepala, badan tanpa k a k i . lebar hidung 37 c m , dan panjang telinga 30 cm,
U k u r a n a r c a adalah: tinggi 1 7 8 c m , panjang m u k a lebar m u l u t 5 c m , panjang mulut 22 c m , dalam
66 cm, lebar m u k a 64 c m , lebar bahu 1 6 8 cm. m u l u t 1 c m , panjang dagu 7 c m .
(Foto: 17, Gambar: 14).
Pada waktu pengamatan permukaan tanah Tanda-tanda arca:
di sekitar arca megalitik ini ditemukan banyak D i antara rambut dan dahi terdapat tonjolan
sekali pecahan kereweng yang bervariasi dalam y a n g m e n y e r u p a i tali bonto (tali pengikat kepala),
warna dan ketebalannya. Kereweng ini semuanya muka rata, mata bulat, hidung pesek, terdapat
dalam keadaan polos. Pecahan yang paling tebal telinga, terdapat m u l u t y a n g h a n y a berupa goresan
mencapai 2,26 c m dan r u p a n y a adalah fragmen dari memanjang, tangan dipahatkan pada bagian
sebuah t e m p a y a n besar. samping badannya dan mengarah ke kemaluan,
S a m p a i saat i n i , d i daerah P a d a m a s i h b a n y a k p h a l l u s d i g a m b a r k a n sangat m e n o n j o l d a n b e r d i r i
orang y a n g m e m b u a t kain dari k u l i t k a y u . A l a t yang tegak. Arca dibuat dari jenis batuan mollase.
dipakai adalah pemukul kulit kayu yang oleh (Foto: 19, Gambar: 15).
penduduk setempat disebut ike.
Lumpang batu Sepe no. 1.

C BEWA. L u m p a n g batu ini terletak kira-kira 350 meter


di sebelah baratlaut arca Palindo. U k u r a n lumpang
Di tengah-tengah kampung Bewa yaitu di
batu tersebut adalah: panjang 50 c m , lebar 46 c m ,
perempatan jalan yang menuju ke G i n t u terdapat
tinggi 32 c m , garis t e n g a h lubang 23 c m , dalam
sebuah arca megalitik. A r c a i n i jelas sudah tidak
lubang 20 cm, lubang lumpang batu kelihatan
lagi pada t e m p a t a s l i n y a . B e n t u k n y a sangat seder-
h a l u s . (Gambar: 16 no. 1).
hana dan h a n y a t e r d i r i d a r i bagian kepala dan
leher. (Foto: 18). Tanda-tanda arca ini adalah:
Lumpang batu Sepe no. 2.
pada bagian k e p a l a atas k a n a n , terdapat tonjolan,
mata bulat, hidung pesek, telinga digambarkan Lumpang batu ini terletak tidak jauh dari
m e m a n j a n g , b e n t u k r a m p i n g . U k u r a n a r c a i n i sebagai lumpang b a t u Sepe no. 1 , y a i t u d i sebelah selatan

13
pada jarak 50 meter. Lumpang batu ini jelas Kalamba Lengkeka no. 2.
menunjukkan bekas pemakaian. Permukaannya K a l a m b a terletak 70 meter di sebelah selatan
cekung sedang pada bagian tepi batu terdapat kalamba Lengkeka no. 1. Kalamba sekarang
tonjolan (pelipit) kecil yang rupanya diperguna- dalam keadaan miring ke arah timur. Bentuk
kan sebagai penahan biji-bijian yang ditumbuk. k a l a m b a bulat seperti silinder tetapi u k u r a n bagian
Ukuran lumpang batu tersebut: panjang muka atas dan bawah berbeda, bagian atasnya lebih
68 cm, lebar 6 0 c m , tinggi 3 1 c m , garis tengah kecil dibandingkan bagian bawah. Penggarapan
lubang 21 cm, dalam lubang 15 c m , t i d a k lagi lebih sempurna dibandingkan dengan Lengkeka
d i t e m p a t a s l i n y a (Gambar: 16 no. 2). no. 1. Lubang sangat dangkal dan seolah-olah
b e l u m selesai d i p a h a t k a n . U k u r a n d a n t a n d a - t a n d a
Batu berlubang. kalamba: tinggi 190 cm (dari permukaan tanah),
g a r i s t e n g a h 2 1 0 c m , garis t e n g a h l u b a n g 1 4 5 cm,
Di tengah-tengah Padang Sepe terdapat
dalam lubang 35 cm, kalamba ditemukan tanpa
sekelompok batu monolit yang mengingatkan
tutup, sekarang dalam keadaan retak dan miring
kembali kepada kompleks megalitik di Matesih.
k e t i m u r . (Foto: 20, 21, Gambar: 18).
P a d a bagian t i m u r k o m p l e k s team berhasil mene-
mukan sebuah batu dakon yang hampir tertutup
Kalamba Lengkeka no. 3.
oleh r u m p u t ilalang. U k u r a n batu berlubang terse-
but adalah: panjang 130 cm, lebar b a t u 50 cm, Kalamba ini terletak 5 meter di sebelah
garis tengah lubang 12 c m , dalam lubang 4 cm. selatan kalamba L e n g k e k a no. 2. K a l a m b a dalam
(Gambar: 16 no. 3). keadaan m i r i n g 25° ke selatan, ditemukan dalam
keadaan terbuka tanpa tutup. Karena tertutup
oleh rerumputan yang tinggi dan tumbuhan
E. LENGKEKA
semak, penelitian di sekitar kalamba tidak
a. P a d a n g B i r a n t u a ( K o m p l e k s L e n g k e k a 1). mungkin dilakukan. Sesudah dilakukan pember-
sihan, t e r n y a t a k a l a m b a i n i berisi t a n a h dan b a t u ,
Padang Birantua terletak di kampung Lengke-
sehingga diputuskan untuk melakukan ekskavasi.
ka, kecamatan Lore Selatan. Situs kepurbakalaan
Adapun ukuran kalamba: tinggi 160 cm, garis
terdapat pada bagian tenggara k a m p u n g d i t u m b u h i
tengah 202 cm, lebar bibir 2 2 cm, garis tengah
rumput dan kebun jambu. Unsur-unsur megalitik
l u b a n g 1 5 8 c m , d a l a m l u b a n g 1 3 4 c m . (Foto: 20,
yang ditemukan di tempat ini terdiri dari kalamba
22. Gambar: 19).
(stone vats), arca megalitik, lumpang batu, batu
berlubang, batu bergores dan juga ditemukan
Kalamba Lengkeka no. 4.
pecahan gerabah dalam jumlah yang banyak.
Kalamba ini terletak 125 meter di sebelah
Kalamba yang ditemukan adalah:
selatan k a l a m b a L e n g k e k a no. 3. K e a d a a n k a l a m b a
sangat u n i k , m e m p u n y a i bentuk yang kecil sekali
Kalamba Lengkeka no. 1. dan sangat berlainan dengan bentuk kalamba
K a l a m b a ini terdapat pada tanah yang datar, Lengkeka yang lain. Keadaan kalamba yang seka-
dalam keadaan miring ke arah baratdaya. Sebagian rang dalam keadaan miring ke timur. Kalamba
dinding k a l a m b a telah pecah sedang pecahannya ditemukan dalam keadaan tidak tertutup, dan
sudah tidak d i k e t a h u i lagi. A d a p u n ukuran dan sebagian bibir lubangnya telah patah dan hilang.
tanda-tanda kalamba i n i a d a l a h sebagai berikut: Adapun ukuran kalamba tersebut adalah: tinggi
garis tengah maksimum 230 c m , tinggi 168 cm 145 c m , garis tengah 60 c m , tebal bibir 13 cm,
(dari permukaan tanah), garis tengah lubang garis t e n g a h l u b a n g 4 1 c m , d a l a m l u b a n g 2 2 cm,
150 c m , dalam lubang 1 1 1 c m , tebal bibir 50 cm, k e a d a a n lubang sangat kecil dan dangkal (Gam-
kalamba dalam keadaan terbuka tanpa tutup, bar: 27).
pengerjaan k u r a n g s e m p u r n a sedang b e n t u k bulat
d i bagian-bagian dindingnya tidak simetris. (Gam- Kalamba Lengkeka no. 5.
bar: 17). Kalamba ini terletak 35 meter di sebelah

14
t i m u r k a l a m b a L e n g k e k a n o . 4. R u p a n y a k a l a m b a satu lebih kecil dan dangkal sedang lubang yang
ini belum d a p a t d i k a t a k a n sebagai k a l a m b a d a l a m lain berukuran lebih besar dan dalam. Kalamba
arti sebenarnya karena lubangnya belum selesai Lengkeka no. 8 terletak pada tanah yang ber-
dikerjakan. Dan pemahatannya masih sangat gunduk. Kalamba inilah yang dikatakan oleh
dangkal. Bentuknya menyerupai silinder yang penduduk setempat merupakan bak mandi putri-
mempunyai perbedaan garis t e n g a h pada bagian putri raja. Kalamba ini berukuran: tinggi dari
ujungnya, yang satu lebih k e c i l sedang y a n g lain permukaan tanah 100 cm, garis t e n g a h 2 3 0 cm,
lebih besar. Adapun ukuran kalamba tersebut dalam lubang 55 c m , tebal bibir kalamba 2 5 cm.
a d a l a h : t i n g g i 2 1 5 c m , garis t e n g a h b a g i a n bawah (Gambar: 23).
2 0 5 c m , garis tengah bagian atas 1 3 0 c m , k e a d a a n -
n y a m a s i h i n - s i t u . (Gambar: 20). Kalamba Lengkeka no. 9.

K a l a m b a i n i terletak tidak begitu jauh dari


Kalamba Lengkeka no. 6.
kalamba no. 8, terdapat tidak jauh dari sawah.
Kalamba ini terletak 45 meter di sebelah K a l a m b a dibuat dari batu mollase.
selatan kalamba no. 5. Ketebalan bagian bibir
Kalamba ditemukan tanpa tutup, lubang
lubangnya tidak sama, dan mempunyai ukuran
yang kelihatan lebar tertutup oleh tanah dan
yang berbeda-beda. Kalamba masih in-situ dan
rumput. Keadaan kalamba masih utuh hanya
dalam keadaan terbuka. Seluruh bagian bibir
beberapa bagian badan mengelupas. Bagian bibir
kalamba telah pecah dan pecahannya terle-
atas pecah (gumpil). Ukuran kalamba adalah:
tak di sampingnya. Ukuran kalamba 6 adalah:
tinggi d a r i p e r m u k a a n t a n a h 1 3 0 c m , garis tengah
t i n g g i GO c m ( d a r i p e r m u k a a n t a n a h ) , g a r i s t e n g a h
1G0 c m , dalam lubang 4 5 c m (sampai tanah dalam
2 2 5 c m , b i b i r 4 5 c m , garis t e n g a h l u b a n g 1 3 5 cm,
k a l a m b a ) , t e b a l b i b i r 1Q c m . (Gambar: 24).
dalam lubang 24 cm (dalam keadaan pecah).
(Gambar: 21).
Kalamba Lengkeka no. 10.

Kalamba Lengkeka no. 7. Kalamba ini ditemukan pada bagian timur


kompleks Birantua dalam keadaan utuh. Di-
Kalamba ini terletak 60 meter di sebelah
buat dari batuan yang sama dengan kalamba
timur kalamba no. 6. Keadaannya masih utuh
yang lain. Lubang kalamba dibagi menjadi dua
dan belum pindah dari tempat aslinya, serta
bagian sebagian dangkal dan y a n g lain lebih d a l a m .
masih berdiri tegak. Bagian lubangnya dibagi
Tetapi antara k e d u a n y a tidak dibatasi oleh dinding
menjadi dua bagian, yang satu lubangnya besar
seperti pada kalamba no. 8. Bagian lubangnya
dan sedang yang lain lebih kecil. K e d u a lubang
y a n g d a l a m i t u kosong sampai pada bagian dasar-
tersebut dipisahkan oleh sebuah tonjolan. K a l a m b a
n y a . U k u r a n k a l a m b a a d a l a h : tinggi dari p e r m u -
ini dalam keadaan terbuka tanpa tutup. Keadaan
k a a n t a n a h 1 6 0 c m , garis tengah 153 cm, dalam
t a n a h sekeliling sangat datar dan r a t a t i d a k seperti
l u b a n g 1 0 0 c m , t e b a l b i b i r 2 4 c m (Gambar: 25).
pada k a l a m b a yang lain. U k u r a n k a l a m b a i n i adalah
Tidak jauh dari kalamba ini banyak. ditemukan
sebagai berikut: tinggi Q6 cm dari permukaan
batu-batu berlubang, serta batu-batu monolit yang
t a n a h , garis t e n g a h kalamba 235 c m , tebal bibir
berserakan, yang tidak diketahui fungsinya. (Foto:
3 G c m , g a r i s t e n g a h l u b a n g 1 6 G c m . (Gambar: 22).
23).

Kalamba Lengkeka no. 8.


Kalamba Lengkeka no. 11.
K a l a m b a i n i terletak di sebelah selatan sekitar
10,5 m dari kalamba no. 7. K a l a m b a d i b u a t d a r i Kalamba ini terletak tidak jauh dari sawah
batu mollase, ditemukan dalam keadaan terbuka. d i bagian t i m u r dari k o m p l e k s B i r a n t u a . K a l a m b a
Tipe kalamba ini berbeda dengan kalamba yang dalam keadaan terbelah, sebagian kulit luar-
lain terutama pada bagian lubangnya. Lubang nya mengelupas (pecah). Pecahan kalamba
kalamba yang dalamnya 57 cm dibagi menjadi yang lain tidak k e l i h a t a n lagi. Ukuran kalamba
2 bagian y a n g dibatasi o l e h d i n d i n g . L u b a n g y a n g adalah: tinggi dari permukaan tanah 140 cm,

15
garis t e n g a h 180 c m , dalam lubang 9 S c m , tebal jang 6 8 , 5 c m , lebar 54 c m , tebal dari p e r m u k a a n
b i b i r 2 0 c m . (Gambar: 26). tanah 16 cm. B a t u n y a rata-rata dibuat dari batu
m o l l a s e (Gambar: 27).
Kalamba Lengkeka no. 12.

K a l a m b a i n i pada bagian a t a s n y a sudah pecah Batu berlubang Birantua no. 4.


dan j a t u h tidak j a u h dari kalamba tersebut. K a l a m - B a t u berlubang i n i terletak 7 meter d i sebelah
ba dalam keadaan terbuka tanpa tutup. Bagian t i m u r batu berlubang no. 3. L u b a n g n y a yang ber-
dinding luarnya pecah-pecah dan sedikit retak. j u m l a h 2 1 b u a h d a n d i b u a t sangat halus i t u t e r l e t a k
Ukuran kalamba adalah: tinggi dari permukaan pada bagian permukaan batu yang tidak rata.
t a n a h 1 1 9 c m , garis tengah 1 0 9 c m , d a l a m l u b a n g
L u b a n g n y a kadang-kadang d i p a h a t k a n pada bagian
6 0 c m , t e b a l b i b i r 1 8 c m . (Gambar: 26).
yang menonjbl, tetapi sering dipahatkan pula
Selain kalamba di Padang Birantua ditemukan pada permukaan batu yang cekung. Tiga buah
juga b a n y a k batu berlubang. Diskripsi batu berlu- lubang yang berjajar pada permukaannya dihu-
bang adalah sebagai b e r i k u t : bungkan oleh sebuah alur. U k u r a n batu berlubang
ini adalah: panjang 55 c m , lebar 35 c m dan tebal
Batu berlubang Birantua no. 1.
2 0 c m . (Gambar: 29).
Batu berlubang ini ditemukan tertutup
rumput yang tebal sehingga sangat susah dite- Batu berlubang Birantua no. 5.
mukan. Batu berlubang ini terdiri dari 7 buah
B a t u ini mempunyai lubang sejumlah 13 buah
lubang yang letaknya tidak teratur. Lubang-
y a n g d i p a h a t k a n pada bagian p e r m u k a a n dan sisi
lubangnya sangat halus d a n seolah-olah bekas d i -
samping batunya. Sebagian dari batunya terpen-
p a k a i . B a t u i n i d i t e m u k a n d i bagian selatan Padang
dam dalam tanah, sehingga ukurannya hanya
Birantua bersama-sama dengan monolit-monolit
berdasarkan pada permukaan batu yang tampak
yang lain. Lubang-lubang yang berukuran berbeda-
d i atas t a n a h . U k u r a n b a t u berlubang i n i adalah:
beda berada di pinggiran batu. L u b a n g terbesar
panjang 52 c m , lebar 32 cm, dan tebal 16 cm.
b e r u k u r a n 10 c m dan terkecil 4,6 c m .
(Gambar: 29).
U k u r a n batu berlubang tersebut adalah: panjang
1 0 S c m , l e b a r 1 0 2 c m , t e b a l 3 2 c m . (Gambar: 27).
Batu berlubang Birantua no. 6.

Batu berlubang Birantua no. 2. B a t u berlubang ini ditemukan bersama-sama


dengan batu berlubang 5 d i bawah r u m p u t ilalang
B a t u berlubang ini ditemukan tidak j a u h dari
yang tebal.
batu berlubang no. 1. Lubang-lubang batunya
Lubangnya menunjukkan pemahatan, terdiri dari
sangat banyak dan letaknya tidak teratur. Ada
5 b u a h y a n g b e r u k u r a n besar d a n k e c i l . U k u r a n
beberapa lubang yang dihubungkan dengan alur-
batu berlubang i n i adalah: panjang 97 c m , lebar
alur yang tidak diketahui artinya. Lubang batu
2 0 c m d a n t e b a l 1 2 c m . (Gambar: 29).
y a n g terbesar b e r u k u r a n : 14,6 c m . K e a d a a n lubang
sangat halus d a n r a t a . U k u r a n b a t u berlubang i n i
Batu berlubang Birantua no. 7.
adalah: panjang 136 c m , lebar 9 1 c m dan tebal
3 6 c m . (Foto: 24, Gambar: 28). B a t u i n i beberapa bagian p e r m u k a a n n y a telah
pecah. Terdiri dari 8 buah lubang yang berlainan
Batu berlubang Birantua no. 3. u k u r a n n y a . Seperti juga batu berlubang yang lain

Batu berlubang i n i terletak berjajar dengan maka batu i n i sebagian besar terpendam dalam

batu berlubang Birantua no. 2. P a d a bagian per- tanah sehingga ukuran yang sebenarnya tidak

mukaannya yang tidak rata ditemukan 4 buah d i k e t a h u i d e n g a n p a s t i (Gambar: 29).

l u b a n g y a n g r a t a - r a t a b e r u k u r a n 3,6 c m . K e l e t a k a n
lubangnya seperti batu berlubang yang lain t i d a k Batu bergores Padang Birantua.

t e r a t u r . K e a d a a n b a t u n y a m a s i h u t u h d a n sebagian Pengamatan di daerah Padang Birantua


terpendam dalam tanah. U k u r a n n y a adalah: pan- berhasil menemukan 4 buah batu bergores di

16
bawah semak-semak yang ditumbuhi oleh pohon laki-laki yang digambarkan sangat menonjol dan
ilalang. Goresan yang terdapat pada batu-batu menghadap ke atas. T a n g a n dipahatkan menuju
ini masih belum dapat diketahui artinya. Penemuan ke kemaluan dengan jari-jari yang terbuka. B e n t u k
yang sama didapati juga d i daerah L a m p u n g y a i t u muka dari arca-arca ini mempunyai kesamaan
di Pugungraharjo dan Kebontebu, yang terdiri dengan 4 buah arca menhir yang ditemukan di
dari goresan-goresan berbentuk garis lurus dan Playen, Kabupaten Wonosari. Mulutnya tidak
ada juga yang berbentuk h u r u f T . pernah dipahatkan. Pada arca B i r a n t u a yang ber-
Batu bergores yang ditemukan di Padang bentuk k e c i l , pada bagian kiri terdapat tonjolan
Birantua didapatkan bersama-sama dengan batu atas k e p a l a y a n g m e n y e r u p a i t o n j o l a n i k a t k e p a l a
berlubang. B e n t u k goresan ada y a n g menyerupai pada orang-orang Sulawesi.
lingkaran memusat, tetapi kebanyakan tidak
Arca Birantua no. 1 (besar): Arca ini mempunyai
mempunyai pola khusus (tidak teratur).
bentuk kepala yang memanjang, dengan
A d a p u n u k u r a n b a t u bergores tersebut masing-
tonjolan di antara muka dan bagian atas
masing adalah:
kepala. Mata digambarkan bulat dengan
kening menonjol. Hidung pesek dan tanpa
Batu bergores no. 1: panjang 1 1 7 c m , lebar 6 3 c m ,
m u l u t . Telinga digambarkan sederhana h a n y a
d a n t e b a l 1 0 , 5 c m . (Gambar: 30).
merupakan pahatan kecil dengan bentuk
Batu bergores no. 2: panjang 9 2 c m , lebar 8 1 c m , setengah lingkaran. Ukuran: tinggi 365 cm,
d a n t e b a l 1 3 c m . (Gambar: 30). panjang muka 125 c m , lebar m u k a 8 2 cm,
Batu bergores no. 3: panjang 6 2 c m , lebar 4 9 cm l e b a r b a h u 1 1 5 c m . (Foto: 24, Gambar: 32).
d a n t e b a l 1 9 c m . (Gambar: 30).
Arca Birantua no. 2 (kecil): Arca ini ditemukan
Batu bergores no. 4: p a n j a n g 2 2 3 c m , l e b a r 1 3 5 c m dalam keadaan pecah menjadi 2 bagian.
d a n t e b a l 4 5 c m . (Gambar: 31). Muka digambarkan berbentuk bulat seperti
juga bentuk matanya. Memakai tonjolan
Arca megalitik Birantua. pada bagian kiri atas k e p a l a n y a . H i d u n g pesek
dan tanpa mulut. Kedua tangannya tidak
Arca megalitik yang ditemukan di Padang
begitu jelas k a r e n a aus dan pecah. Tetapi
Birantua, L o r e Selatan semuanya dapat digolong-
rupanya ada tanda-tanda dipahatkan ke arah
k a n sebagai a r c a m e n h i r . H a l i n i d i s e b a b k a n bentuk
kemaluan. Ukuran patung tersebut adalah:
arca-arca tersebut menyerupai menhir. Wujud
tinggi 176 cm, panjang m u k a 50 cm, lebar
arca ini hanya terdiri dari bagian kepala dan
m u k a 3 4 c m , l e b a r b a h u 4 9 c m . (Foto: 25,
badan saja. Sedang anggota badan y a n g lain t i d a k
Gambar: 28).
ada. Bentuk pahatannya sangat kaku walau-
pun cara mengerjakannya halus dan teliti.
b. Padang T u m p u a r a ( K o m p l e k s L e n g k e k a I I ) .
B e n t u k kepala, telinga, mata, tangan dan lain-lain
digambarkan sekedarnya. Pemahatan yang kaku Padang Tumpuara masih terletak di desa
dan tidak menyerupai bentuk yang sebenarnya ini Lengkeka, K e c a m a t a n L o r e Selatan. D i situs i n i
jelas m e m a n g disengaja oleh p e n d u k u n g megalitik juga masih ditemukan kalamba, ialah:
pada w a k t u i t u . R u p a n y a b e n t u k y a n g bagus dan
Kalamba Tumpuara no. 1.
indah tidak menjadi tujuan dari pemahatnya,
bahkan kadang-kadang memang disengaja arca K a l a m b a i n i terletak pada bagian t i m u r b u k i t
y a n g d i p a h a t i t u agar m e n a k u t k a n a t a u m e m p u n y a i T u m p u a r a . K e a d a a n n y a sudah pecah-pecah menja-
bentuk yang lucu. di beberapa bagian, dan bertutup. T e t a p i pecahan-
Arca megalitik yang ditemukan di Padang pecahan tutupnya hanya sebagian yang berhasil
B i r a n t u a i n i s e m u a n y a telah rebah di atas t a n a h . d i t e m u k a n . Seperti juga kalamba yang lain k a l a m -
K e d u a arca yang berhasil dideskripsikan mempu- ba ini dibuat dari batuan mollase. D i sekeliling
nyai ukuran yang cukup besar. K e d u a n y a m e n g - kalamba ini ditemukan p u l a b a t u - b a t u besar dan
gambarkan t o k o h manusia dengan bentuk kelamin kecil yang tidak diketahui fungsinya. Ukuran

17
kalamba tersebut adalah : tinggi dari permu- c. Hamboa (Lengkeka I I I ) .
k a a n t a n a h 1 0 0 c m , garis tengah 176 cm, dalam
Temuan peninggalan megalitik yang lain
lubang 20 c m , t e b a l b i b i r 2 2 c m . (Gambar: 34). berhasil dijumpai team d i sebuah k a m p u n g kecil
bernama Hamboa termasuk kelurahan Lengkeka.
Kalamba Tumpuara no. 2.
Untuk memudahkan uraian selanjutnya kompleks
K a l a m b a tersebut terdapat di tengah-tengah megalitik d i H a m b o a i n i disebut dengan kompleks
bukit dan telah dideskripsikan baik oleh Kruyt L e n g k e k a I I I . Situs tersebut terletak sekitar 4 k m
maupun K a u d e r n . K a l a m b a dalam keadaan kosong, di sebelah baratdaya L e n g k e k a I I . Pada situs i n i
r u p a n y a telah digali. Pada bagian atasnya terdapat berhasil ditemukan, arca megalitik, batu berlubang,
tutup dalam keadaan utuh. U k u r a n n y a adalah: lumpang batu, dan k a l a m b a serta batu bergores.
tinggi d a r i p e r m u k a a n t a n a h 4 0 c m , garis tengah Sebuah arca megalitik yang oleh penduduk
220 c m , dalam lubang 108 c m , tebal bibir 16 cm. setempat biasa disebut dengan "arca monyet",
(Foto: 26, Gambar: 35). d i t e m u k a n d i atas sebidang s a w a h dengan bagian
anggota badan bawah tertanam di dalam tanah.
Kalamba Tumpuara no. 3. Arca megalitik tersebut mempunyai ciri-ciri:
K a l a m b a ini terletak tidak jauh dari kalamba m a t a o v a l , alis melengkung, terdapat telinga dan
Tumpuara no. 2, ditemukan tanpa tutup dan tanpa mulut. Tangan digambarkan dalam posisi
berisi air. Pada waktu dilakukan pembersihan ke arah kemaluan, yang digambarkan berdiri
terhadap kalamba i n i berhasil ditemukan beberapa tegak. A d a p u n u k u r a n a r c a tersebut adalah tinggi
kereweng dan 2 buah b a t u giling y a n g berbentuk 87 cm, lebar b a h u 6 5 c m . (Foto: 28, Gambar:

bulat. H a m p i r semua bagian k a l a m b a i n i t e r t u t u p 33b).

tanah. Ukuran kalamba tersebut: tinggi dari T e m u a n yang lain yang berhasil didokumenta-
permukaan tanah 18 cm, garis t e n g a h 120 cm, sikan adalah temuan lumpang batu. L u m p a n g batu
dalam lubang 92 c m , tebal bibir 16 c m . (Gambar: tersebut berukuran garis tengah 46 cm, garis
36). tengah lubang 25 cm dan dalam lubang 15 cm.
Bahan dibuat dari batuan jenis mollase. (Gam-
Kalamba Tumpuara no. 4.
bar: 33a).
K a l a m b a ini semula hanya kelihatan tutupnya
Temuan-temuan yang lain yang berupa
saja. Sedang bagian wadah kalambanya tertanam
k a l a m b a , b a t u berlubang serta b a t u bergores t i d a k
dalam tanah. Baru setelah diadakan ekskavasi di
berhasil diukur dan digambar mengingat waktu
tempat ini pada kedalaman 15 cm kelihatan
tidak memungkinkan.
w a d a h n y a . D i sekitar k a l a m b a i n i d a l a m penggalian
berhasil d i t e m u k a n batu berlubang, mata t o m b a k ,
tempayan, manik-manik dan lain-lain. Sedang V. EKSKAVASI DI LENGKEKA
dalam k a l a m b a n y a sendiri tidak d i t e m u k a n apa-apa
terkecuali hanya bagian tengkorak dari seekor A. EKSKAVASI DI PADANG TUMPUARA
binatang penggerek. U k u r a n k a l a m b a : tinggi dari
permukaan tanah 140 cm, garis t e n g a h 1 9 2 cm, Dasar pemilihan situs.
dalam lubang 135 c m , tebal bibir 16 c m . (Foto:
Setelah melakukan survai selama 2 hari di
27, Gambar: 37).
desa B o m b a , G i n t u , Pada, B e w a , L e n g k e k a , m a k a
dapatlah ditentukan lokasi penggalian. Berda-
Kalamba Tumpuara no. 5. sarkan temuan-temuan permukaan (surface finds)
K a l a m b a i n i dalam keadaan pecah-pecah dan yang berupa elemen-elemen dari berkembangnya
tidak dapat direkonstruksi, u k u r a n maupun bentuk tradisi megalitik maupun temuan-temuan lepas
aslinya. Pecahan kalamba ini ditemukan di tepi lainnya m a k a ekskavasi akan dilakukan di sebuah
b u k i t T u m p u a r a sebelah barat. D i sekitar t e m u a n bukit y a n g biasa oleh penduduk setempat disebut
kalamba ini terdapat banyak kereweng yang padang Tumpuara. Tumpuara terletak rata-rata
tersebar d i p e r m u k a a n tanah. 750 m di atas permukaan air laut. Pemilihan

18
situs ini dilandasi oleh berbagai hal. Terutama terhadap temuan-temuan di sekitar padang Tum-
banyaknya temuan unsur megalitik berupa: puara. Untuk memenuhi syarat dalam tradisi
kalamba, lumpang batu, batu berlubang, serta setempat, dilakukan selamatan/upacara dengan
temuan-temuan dari batu kali pada bagian melepaskan ayam putih mulus. Sebagai tempat
tebing-tebing yang diperkirakan merupakan perlindungan di waktu istirahat makan, serta
sisa-sisa d a r i k o n s t r u k s i b a n g u n a n benteng, untuk berlindung di waktu hujan dibuatlah rumah
menahan bahaya-bahaya yang mengancam. Disam- (werkkeet). Sebuah tangga dipersiapkan dengan
ping itu hampir pada seluruh permukaan tanah ukuran 5 meter untuk melakukan pemotretan.
yang telah terbuka banyak sekali ditemukan ke- Patok-patok dari kotak-kotak yang berderet
reweng yang sangat bervariasi baik warnanya, arah utara selatan m e m p e r g u n a k a n kode angka
ketebalan maupun pola hiasnya. Pada padang d a r i 1,2 dan seterusnya. Sedang patok-patok dari
T u r n bare bagian barat banyak sekali ditemukan kotak-kotak yang membujur arah timur barat
kereweng, ada y a n g kelihatan berasal dari periode diberi k o d e b e r d a s a r k a n atas a b j a d ; A , B , C, D
baru maupun lama. T i d a k j a u h dari lereng ter- d a n s e t e r u s n y a (Foto: 30).
sebut d i t e m u k a n sebuah tutup kalamba yang ti- Ekskavasi yang dilakukan di padang Tum-
dak diketahui wadahnya. Lima meter di sebelah puara ini ternyata tidak dapat dilakukan pada
timur tutup kalamba tersebut ditemukan sebuah seluruh kotak, mengingat waktu yang terbatas.
wadah k a l a m b a dalam keadaan terbuka dan penuh Kotak-kotak yang berhasil digali adalah LP.IV,
air. M e s k i p u n wadah kalamba i t u terletak di de- V, V I , V I I ,VIII, X I , X V , X V I , XVIII, X I X , X X
kat t u t u p k a l a m b a tetapi t i d a k ada kemungkinan dan X X I . Kotak L p . I , I I dan I I I h a n y a digali
bahwa tutup kalamba tersebut m e r u p a k a n tutup sampai pada spit 5. Karena ternyata tidak ada
dari wadah kalamba di dekatnya. Hal ini meng- temuan, m a k a ekskavasi tidak dilanjutkan (Foto:
ingat bahwa tutup itu t e r l a l u besar dibanding 31).
dengan wadahnya. Untuk mengetahui konteks
antara wadah, tutup, serta temuan-temuan
kereweng yang terdapat di tebing padang bagian Ekskavasi L P . I V .
barat tersebut m a k a p e r l u d i l a k u k a n e k s k a v a s i d i
Spit 1 : E k s k a v a s i pada spit 1 dengan k e d a l a m a n
tempat tersebut. Ekskavasi tersebut juga akan
1 5 c m , berlangsung pada lapisan h u m u s
memberikan umpan balik terhadap penelitian
yang gembur berwarna coklat kehitam-
kalamba khususnya dalam hubungannya dengan
h i t a m a n . P a d a spit i n i d i t e m u k a n kere-
temuan-temuan kereweng. Apakah ada suatu
weng polos sejumlah G buah yang ter-
kemungkinan bahwa temuan-temuan kereweng
diri dari: pecahan bibir (2 buah) dan
yang terdapat di lereng-lereng bukit Tumpuara
badan (7 buah). Semua kereweng ber-
mempunyai periode y a n g sejajar dengan pening-
warna coklat kemerah-merahan. Batu-
galan tradisi megalitik d i t e m p a t i n i .
batu kali berukuran kecil banyak dite-
m u k a n secara tersebar.
Ekskavasi dilakukan dengan sistem kotak
(box s y s t e m ) , sedang penggaliannya dengan sistem Spit 2: E k s k a v a s i spit 2 sedalam 10 c m , tidak
spit. K o t a k penggalian berukuran 150 x 150 cm, berhasil menemukan sesuatu, kecuali
dengan garis sumbu utara — selatan, sebagian beberapa batu kali. K e a d a a n tanah spit
kotak-kotak ekskavasi terarah ke barat, sehingga ini terdiri dari lapisan yang pekat ber-
dengan d e m i k i a n secara k e s e l u r u h a n k o t a k - k o t a k warna coklat kekuning-kuningan.
p e n g g a l i a n t e r s e b u t m e m b e n t u k h u r u f T (Foto: 29).
Spit 3 : Spit i n i keadaan t a n a h n y a sama dengan
spit 2, hanya lebih pekat dan keras,
Proses e k s k a v a s i : serta lebih banyak mengandung pasir.
Pada kedalaman 33 cm dari permukaan
Tumpuara.
tanah d i t e m u k a n badan k a l a m b a bagian
Sebelum dilakukan ekskavasi terlebih dahulu atas, yang merupakan wadah dari t u t u p
dilakukan pengukuran, pencatatan, pemotretan kalamba yang ditemukan di permukaan

1Q
tanah. Pecahan-pecahan kereweng tidak kuningan. T i d a k berhasil ditemukan se-
ditemukan. suatu kecuali batu-batu kali.

Spit 4 : K e a d a a n t a n a h pada spit i n i sama dengan Spit 1 1 : Keadaan tanah masih menunjukkan la-
spit di a t a s n y a . Pada lubang galian d i pisan tanah yang sama. Pada bagian s u -
sana-sini ditemukan batu-batu kali, se- dut tenggara keadaan tanah berwarna
hingga ekskavasi lebih lambat, karena coklat keabu-abuan dan gembur, me-
harus mentrasir k e m u n g k i n a n ada tidak- ngandung pasir serta d i t e m u k a n bebe-
nya hubungan antara batu-batu kali rapa kereweng di sekitarnya. Keseluruh-
tadi dengan kalamba. an t e m u a n kereweng dari spit i n i adalah:
Spit 5 : K e a d a a n t a n a h pada spit i n i agak gembur 34 dengan pembagian, badan: 30 buah,
dan berwarna agak kehitam-hitaman. bibir: 3 buah dan dasar: 1 b u a h , semua-
Temuan-temuan batu kali masih terus n y a tidak berhias.
didapati. T e m u a n lain berupa kereweng;
Spit 1 2 : Keadaan tanah pada spit ini sebagian
bibir: 1 buah dan badan: 2 buah yang
agak keabu-abuan dan mengandung
tidak berhias.
pasir. Pada bagian kotak sisi selatan
Spit 6: Keadaan tanah pada spit ini masih banyak ditemukan kereweng terutama
sama dengan lapisan tanah pada spit pada bagian di dekat badan kalamba.
5. H a n y a di sini terlihat sangat keras Tetapi dalam keadaan tersebar dan
dan padat. Temuan-temuan berupa kere- sangat fragmentaris (kecil-kecil) terdiri
weng: 26 buah yang terdiri dari pecahan dari; pecahan badan: 22 buah, pecahan
bibir: 8 buah dan pecahan badan: 18 bibir: 2 buah dan pecahan pegangan:
buah. 1 buah.

Spit 7 : K e a d a a n tanah sama dengan tanah pada Spit 1 3 : Ekskavasi LP.IV i n i terus dilangsung-
s p i t 6. Kereweng yang ditemukan ber- kan dan diperdalam untuk menge-
j u m l a h 6 3 buah yang terdiri dari: pecah- tahui hubungan lapisan tanah dan
an bibir: 1 5 b u a h , pecahan leher 3 b u a h , temuan sekitar kalamba, serta untuk
pecahan badan 45 buah. mengetahui badan kalamba bagian sisi
Spit 8 : Keadaan tanah masih sama dengan utara. Ekskavasi tidak menghasil-
lapisan tanah di atasnya. T e m u a n berupa kan temuan dan keadaan tanah ber-
92 kereweng dalam bentuk badan: 65 beda-beda. R u p a n y a keadaan tanah dari
buah, bibir: 20 buah, tutup: 2 buah, bagian atas sampai ke bawah belum
pegangan: 5 buah. Selain i t u pada ke- mengalami gangguan ( u n d i s t u r b e d ) . K e -
dalaman 88 c m dari titik D (77 c m dari adaan tanah kompak berpasir dan

p e r m u k a a n t a n a h ) , d i t e m u k a n alat dari merupakan t a n a h endapan (bekas danau

besi ("fragmen pahat") yang menurut besar). Begitu juga w a r n a n y a tidak ada

penduduk merupakan alat penumbuk perbedaan. T e m u a n - t e m u a n dalam peng-


galian spit ini berupa 14 kereweng
sirih.
dalam bentuk badan: 13 buah dan bibir:
Spit 9: Ekskavasi spit ini berlangsung pada
1 buah. Ketebalan bervariasi dari 0 , 3 - 0 , 5
lapisan tanah yang gembur mengandung
cm. Berwarna coklat kemerah-merahan.
pasir b e r w a r n a c o k l a t kekuning-kuning-
an. Pada spit ini berhasil ditemukan Spit 1 4 : Keadaan tanah sama dengan spit-spit
sejumlah 66 buah kereweng yang terdiri di atasnya. Temuan-temuan berupa
dari: pecahan bibir: 5 buah, pegangan: pecahan badan: 4 buah dan bibir: 4
1 buah, badan: 60 buah. buah. Tanah berwarna coklat kemerah-
Spit 1 0 : Ekskavasi spit i n i tetap berukuran 10 kemerah-merahan dan rupanya telah
cm. Keadaan tanah sangat keras dan sampai pada t a n a h , y a n g s a m a sekali be-
kompak berwarna coklat kekuning- lum terganggu (virgin soil)

20
Ekskavasi LP.V. kayu (ike) serta sebuah batu bulat
panjang yang kemungkinan merupakan
LP. V akan mencakup pula ekskavasi b a t u giling. F r a g m e n ike d i t e m u k a n pada
isi k a l a m b a no. 4 d a r i Padang T u m p u a r a . kedalaman 63 c m dari permukaan tanah.
Letak dari kalamba tersebut tepat di
tengah-tengah L P . V . Spit 7 : Keadaan tanah sampai pada spit ini
tidak sama dengan keadaan tanah dari
Spit 1 : E k s k a v a s i spit 1 sedalam 15 c m berlang-
spit-spit sebelumnya. D i sini ditemukan
sung pada lapisan tanah yang berwarna
sejumlah kereweng yang berwarna coklat
coklat kehitam-hitaman. Pada spit ini
ke merah-merahan dan coklat. Ketebalan
tidak ditemukan sesuatu.
kereweng juga sangat bervariasi. K e r e -
Spit 2 : E k s k a v a s i spit i n i sedalam 10 c m , keada- weng semuanya polos, dan terdiri dari:
an tanah masih sama dengan spit 1 . T e - fragmen badan: 18 buah dan bibir: 21
muan berupa 4 buah batu kali, yang buah.
dipergunakan sebagai penyangga tutup
Spit 8 : Spit ini menghasilkan 4 kereweng yang
kalamba. Dari keempat buah batu ter-
m e m p u n y a i variasi w a r n a , ketebalan dan
sebut, 2 b u a h terdapat d i bagian u t a r a
lain-lainnya. Semua kereweng tersebut
sedang 2 buah yang lain terdapat di
berupa fragmen badan dan semuanya
atas dinding kalamba bagian selatan.
dalam keadaan polos. Selain i t u d i t e m u -
Spit ini tidak menghasilkan sesuatu.
kan 5 buah batu kali. Keadaan tanah
Spit 3 : Keadaan tanah masih sama dengan spit lebih pekat dan keras.
2 h a n y a di sini lebih gembur bercampur
pasir dengan warna coklat kehitam- Spit 9 : E k s k a v a s i pada spit 9 keadaan t a n a h n y a

h i t a m a n . Pada spit i n i d i t e m u k a n 2 b u a h sangat keras, berpasir, dan berwarna

pecahan bibir kereweng. coklat kekuning-kuningan. Terdapat


batu-batu kali kecil. Selain itu ditemu-
Spit 4 : Keadaan tanah masih sama dengan spit
kan juga kereweng berupa pecahan
3. Pada ekskavasi ini tidak ditemukan
badan: 16 buah dan pecahan bibir:
sesuatu.
2 buah. S e m u a pecahan tersebut polos.
Spit 5 : Keadaan tanah sama dengan spit atasnya,
Spit 1 0 : Ekskavasi spit ini berukuran 10 cm,
tetapi lebih kompak. Temuan pada
berlangsung pada lapisan tanah yang
penggalian ini hanya berupa pecahan-
keras y a n g s a m a dengan spit-spit sebe-
pecahan kereweng sejumlah 84 buah
lumnya. Warna tanah coklat kekuning-
terdiri dari: bibir: 2 buah, badan: 6
kuningan mengandung pasir dan keras.
buah, pegangan: 1 buah.
Penggalian di sini tidak menemukan
Semuanya tanpa pola-rias. Ketebalan
sesuatu kecuali pecahan-pecahan kere-
kereweng bervariasi antara 0,4—0,6 cm.
weng yang berjumlah 23 buah terdiri
Disamping itu ditemukan juga sebuah
dari: pecahan badan: 2 1 , leher: 1 dan
batu bulat yang mungkin merupakan
pegangan: 1. K e d a l a m a n terakhir spit
b a t u giling.
ini adalah : 1 0 5 cm.
Spit 6 : E k s k a v a s i spit 6 i n i berhasil m e n e m u k a n
Spit 11 : E k s k a v a s i spit i n i m e n e m u k a n kereweng
tengkorak dari binatang penggerek leng-
berjumlah 34 buah terdiri dari pecahan
k a p d e n g a n g i g i n y a b a i k gigi s e r i m a u p u n
badan: 30 buah, pecahan bibir: 3 buah
geraham. Selain itu ditemukan kereweng
dan pecahan dasar: 1 buah yang seluruh-
dalam berbagai b e n t u k ; ada y a n g berhias
n y a tidak berhias.
dan polos. A d a p u n kereweng i n i terdiri
dari: bibir: 13 buah, badan: 4 buah, Spit 12 : K e a d a a n t a n a h pada spit i n i sama dengan
tangkai tutup: 1 buah. Temuan yang spit-spit sebelumnya. D i antara pecahan-
lain berupa fragmen pemukul kulit pecahan kereweng ditemukan juga batu-

21
batu kali. Adapun kereweng itu terdiri arkeologi k e c u a l i b e r u p a sisa-sisa t u a n g a n
dari pecahan bibir: 3 buah, pegangan besi pada k e d a l a m a n 1 0 c m .
1 buah, pecahan leher: 3 buah dan
badan: 42 buah. Jadi jumlah temuan Spit 2 : Keadaan lapisan tanah pada spit ini

kereweng ada 49 buah, yang mempu- terdiri dari lapisan tanah berwarna
coklat kekuning-kuningan. Dalam ekska-
n y a i variasi w a r n a dari coklat kemerah-
vasi i n i b e l u m d i d a p a t i t e m u a n .
merahan, coklat dan coklat keabu-
abuan. Spit 3: K e a d a a n tanah masih sama dengan spit 2.
Lubang-lubang rayap banyak ditemukan.
S p i t 13 : Ekskavasi spit 13 keadaan tanahnya
Tanahnya mengandung pasir halus.
sama dengan tanah di atasnya hanya
E k s k a v a s i spit i n i m e n e m u k a n sejumlah
lebih keras dan padat. Kereweng ter-
10 kereweng dalam keadaan polos
sebut d i t e m u k a n tersebar d i p e r m u k a a n
semuanya berwarna coklat kemerah-
spit ini. Temuan berupa kereweng
merahan yang terdiri dari pecahan
yang terdiri dari bibir: B buah, leher:
badan. Ketebalan kereweng bervariasi
2 pecahan, badan: 22 buah, pecahan
antara 0,4 c m - 0,6 c m .
dasar 1 b u a h , pegangan: 1 b u a h . J u m l a h
temuan kereweng 34 buah. Spit 4: Ekskavasi spit 4 sedalam 10 cm ini
berlangsung pada lapisan yang sama
Spit 14 : Pada spit 1 4 ( t e r a k h i r ) b a n y a k ditemu-
dengan spit 3. T e t a p i k e p e k a t a n t a n a h -
kan batu-batu kali yang berbentuk kecil-
nya lebih besar. Batu-batu kali besar
kecil. K e a d a a n t a n a h sangat keras ber-
dan kecil ditemukan tersebar merata
warna coklat keabu-abuan. Kereweng
s e c a r a h o r i z o n t a l sehingga a g a k menyu-
banyak ditemukan di dasar kalamba
litkan dalam ekskavasi. Seperti juga pada
yang terdiri dari bibir: 4 buah dan
spit-spit a t a s n y a m a k a spit i n i mengha-
badan: 26 buah, yang semuanya polos.
silkan juga kereweng sejumlah 33 buah
Ekskavasi kalamba Tumpuara n o. 4
dalam keadaan polos y a n g terdiri dari
ini berakhir pada spit 14 dengan keda-
pecahan bibir: 6 buah dan pecahan
l a m a n k a l a m b a I S O c m . (foto 32 dan 33)
badan: 26 buah serta pegangan: 1 b u a h .
T e r n y a t a kalamba tersebut pada bagian
dasarnya tidak bulat tetapi bentuk Spit 5 : Lapisan tanah sampai pada spit ini
rupanya tidak ada perubahan yang
l u b a n g n y a persegi e m p a t ( b u j u r s a n g k a r ) .
menyolok. Lapisan tanah sama dengan
Pada bagian bibir kalamba terdapat
lapisan d i atasnya. T e m u a n - t e m u a n yang
lubang-lubang yaitu pada bagian bibir
didapatkan berupa kereweng berjumlah
dalam dan tembus ke dinding lubang
16 buah, pecahan badan: 14 buah,
bagian dalam. Jumlah lubang yang
pecahan bibir: 2 buah. Batu-batu kali
tembus i n i 8 buah dan dipahatkan secara
juga banyak d i t e m u k a n .
simetris y a n g saling berhadapan.
Spit 6 : K e a d a a n t a n a h pada spit i n i terdiri dari

Ekskavasi L P . V I . lapisan tanah yang sangat keras, ber-


campur pasir halus yang berwarna
Spit 1 : Spit i n i digali sedalam I B cm. Keadaan coklat kekuning-kuningan. Pada spit ini
tanah berwarna coklat kehitam-hitaman tepatnya pada kedalaman 67 cm, dite-
(humus). D i sana-sini terdapat lubang- mukan bibir sebuah tempayan besar,
lubang kecil yang merupakan bekas yang selanjutnya diketahui masih
sarang r a y a p . B a t u - b a t u k a l i besar dan terlihat bentuk semula meskipun telah
kecil ditemukan pada bagian barat pecah-pecah. (Foto 34, Gambar 32).
kotak galian. Ekskavasi pada spit Ekskavasi selanjutnya dilakukan untuk
ini tidak berhasil menemukan gejala menampakkan temuan tempayan (Foto

22
35). T e m u a n yang lain berupa kereweng pecahan bibir: 1 1 buah, pecahan badan:
106 buah dalam keadaan tidak teratur 32 buah dan leher: 1 buah. Seperti
yang terdiri dari pecahan bibir: 24 buah juga temuan spit 8 m a k a temuan spit i n i
dan pecahan badan: 8 0 b u a h , pegangan: yang berupa kereweng m e m p u n y a i variasi
2 buah. Hampir semuanya dalam keada- baik bentuk, ukuran, ketebalan dan
a n polos d a n sangat f r a g m e n t a r i s . H a n y a lain-lain.
1 buah yang berhias pola tali.
Spit 1 0 : Keadaan lapisan tanah pada spit ini
Spit 7 : P a d a spit ini banyak ditemukan kere- sama dengan lapisan tanah spit 9. E k s k a -
weng dalam keadaan tersebar, serta vasi spit i n i t i d a k menghasilkan sesuatu.
batuan kerakal yang rupanya disusun
S p i t 11 : Keadaan lapisan tanah tetap seperti
m e r a t a seolah-olah sebagai fondasi a t a u
spit 1 0 . B a n y a k mengandung pasir d a n
landasan. Pada dinding bagian timur
keras sekali, sehingga kadang-kadang
yaitu pada jarak 20 cm dari kalamba
untuk menggali dipergunakan linggis
d i t e m u k a n alat dari besi yang m e r u p a k a n
kecil karena sudip bambu sudah tidak
sebuah tombak. A d a p u n u k u r a n t o m b a k
k u a t lagi m e n e m b u s t a n a h keras tersebut.
besi tersebut adalah: panjang 17 cm,
Pada spit ini ditemukan batu kerikil
l e b a r 2 c m , t e b a l 2 c m . (Gambar: 39)
yang c u k u p b a n y a k , serta d i t e m u k a n 47
Tombak i n i ditemukan pada kedalaman
buah kereweng dalam bentuk: pecahan
57 cm di bawah permukaan tanah atau
badan: 37 buah, pecahan leher: 2 buah,
57 cm dari titik nol. Selain itu masih
fragmen pegangan: 1 b u a h , dan bibir: 7
ditemukan 9 buah pecahan bibir dalam
b u a h y a n g s e m u a p o l o s (Foto: 36).
bentuk yang berbeda-beda dan pecahan
badan sebanyak 26 buah. Semuanya
tanpa hiasan. Ekskavasi LP. V I I

Spit 8: Ekskavasi spit ini masih pada lapisan Spit 1 : P a d a ekskavasi spit 1 y a n g berkedalaman
tanah yang keras berwarna coklat 15 c m tidak m e n e m u k a n sesuatu. E k s k a -
kekuning-kuningan. Pada kedalaman 84 vasi berlangsung pada keadaan tanah

c m persis b e r i m p i t p a d a badan k a l a m b a yang berwarna coklat kehitam-hitaman

tepatnya pada bagian sudut timur di- dan m a w u r , mengandung pasir. Beberapa

t e m u k a n sebuah m a n i k - m a n i k kaca yang batu-batu kali d i t e m u k a n tersebar.

berwarna kehijau-hijauan (No. T e m . 13). Spit 2 : Spit 2 berukuran 10 cm. Keadaan tanah-
Ukuran manik-manik ini adalah garis n y a berwarna coklat kekuning-kuningan
tengah: 0,2 cm dan panjang: 0,4 cm. bercampur pasir. Terdapat beberapa l u -
Kereweng ditemukan dalam bentuk bang rayap serta batu kali yang berukur-
pegangan: 1 buah, pecahan bibir: 12 an kecil. Pada ekskavasi ini ditemukan
buah dan pecahan badan: 36 buah. 4 buah kereweng yang terdiri dari
K e r e w e n g tersebut m e m p u n y a i berbagai pecahan badan: 3 buah, pecahan bibir:
variasi warna, ketebalan dan bentuk. 1 buah, semuanya berwarna coklat
Warna antara lain coklat kemerah- kemerah-merahan.
merahan, coklat kehitam-hitaman dan
Spit 3 : Keadaan tanah pada spit ini masih
coklat keabu-abuan.
sama dengan spit-spit d i atasnya. Batu
Spit 9: Spit ini mempunyai kedalaman 10 cm, kali banyak didapati pada LP. VII ter-
masih pada lapisan yang sama dengan utama pada bagian barat dari kotak
spit 8. Keadaan tanah semakin keras galian. Temuan berupa kereweng ber-
dan banyak mengandung pasir. Pada jumlah 14 buah tidak berhias. Kete-
spit i n i t i d a k lagi d i t e m u k a n batu-batu balan kereweng bervariasi antara 0,3-0,5
kali. Temuan hanya berupa kereweng cm berwarna coklat kemerah-merahan.
berjumlah 44 buah yang terdiri dari Kereweng ini terdiri dari pecahan bibir:

23
8 buah dan pecahan badan: 6 buah. yang lain berupa kereweng polos, yang
Pada akhir spit ini mulai banyak dite- terdiri dari pecahan bibir: 1 buah dan
mukan batu kali yang berukuran kecil badan: 9 buah.
pada bagian k o t a k galian sebelah selatan
dan barat. Pada bagian barat k o t a k i n i Spit 2: Pada beberapa bagian dari kotak eks-
tepat pada dinding galian ditemukan kavasi i n i lapisan humus masih berlang-
batu pipih bulat. Sebagian batunya sung terus di bawahnya.
masih menempel pada dinding tersebut. Sehingga ada bagian dari spit 2 y a n g t a n a h -
Batu ini agaknya dikerjakan oleh n y a m a s i h h u m u s sedang y a n g lain k e a d a -
manusia h a n y a mengenai fungsinya yang an tanahnya sudah berubah menjadi
belum dapat diketahui. Temuan-temuan coklat kekuning-kuningan dan keras.
batu kali (kerakal) makin banyak dan Pada spit i n i d i t e m u k a n 4 buah pecahan
t a m p a k dengan jelas k a l a u diatur sehing- bibir, dan 4 buah pecahan badan dalam
ga t e r s u s u n h o r i z o n t a l . keadaan polos.

Spit 4 : E k s k a v a s i spit i n i berlangsung pada t a n a h Spit 3 : Ekskavasi spit ini berlangsung pada
yang sangat keras bercampur dengan lapisan tanah yang berwarna coklat
kerakal-kerakal. Dengan demikian ekska- kekuning-kuningan dan keras bercampur
vasi berlangsung lambat dan hati-hati. pasir. Pada spit ini ditemukan batu-
Rupanya ada kesengajaan bahwa pele- batu kali ada y a n g k e c i l dan ada y a n g
takan/penyusunan batu-batu kali yang besar terutama banyak didapatkan di
lebih besar ditempatkan pada bagian bagian selatan kotak galian. Selain
atas dari batu-batu kerakal. Hal ini batu-batu kali ditemukan sejumlah 45
mungkin ada tujuan-tujuan tertentu. kereweng yang terdiri dari pecahan ba-
Temuan dari spit ini terdiri dari 72 dan: 42 buah, pecahan bibir: 3 buah
kereweng dalam bentuk: bibir: 13 buah, dan sebuah fragmen terrakota tanpa
badan: 50 buah, pegangan: 9 buah. bentuk. Pada akhir spit b a n y a k sekali
Semuanya polos. Selain i t u d i t e m u k a n ditemukan batu-batu kali yang terdiri
juga 3 buah batu bulat kecil. dari kerakal dan seakan-akan disusun
mendatar menyerupai lantai.
Spit 5: Ekskavasi spit ini bertujuan menonjol-
kan temuan batu-batuan kali dan kera- Spit 4: Ekskavasi spit ini berlangsung pada
kal, untuk mengetahui konteks temuan lapisan tanah yang sama dengan spit
secara keseluruhan. T e m u a n terdiri dari 3. Hanya di sini lebih keras karena
53 buah kereweng yang berbentuk bibir: a d a n y a c a m p u r a n dengan k e r a k a l (batu-
8 buah, badan: 45 buah, semuanya batu kali). Dengan demikian ekskavasi
dalam keadaan polos berwarna kemerah- berjalan sangat lambat dan hati-hati
merahan. Untuk sementara ekskavasi untuk mentrasir temuan batu kali
b e r h e n t i d i s i n i . (Foto: 32). yang disusun seperti lantai y a n g h a m p i r
terdapat di semua bagian kotak ga-
lian. T e m u a n h a n y a terdiri dari 2 buah
Ekskavasi L P . V I I 1
kereweng 1 buah pecahan badan dan
Spit 1 : Ekskavasi spit ini berukuran 15 cm. yang lain pecahan bibir. Ekskavasi
Sampai pada kedalaman 14-15 cm kotak ini h a n y a sampai pada spit ini
keadaan tanah terdiri dari lapisan tanah karena tujuan dari pada ekskavasi kotak
humus berwarna coklat kehitam-hitaman ini adalah u n t u k mengetahui bagaimana
mengandung pasir dan gembur. Batu susunan dari batu-batu kali yang diper-
kali banyak ditemukan baik dalam g u n a k a n sebagai p e n u n j a n g d a l a m p e n d i -
ukuran besar maupun kecil. Temuan rian kalamba.

24
Ekskavasi L P . X I Disamping itu di sekitar batu-batu
kali ini banyak ditemukan kereweng,
Spit 1 : Ekskavasi spit pertama berkedalaman
yang semuanya polos. B e r w a r n a coklat
15 c m . Keadaan tanah terdiri dari lapis-
kemerah-merahan dan kelihatan telah
an h u m u s y a n g b e r w a r n a c o k l a t k e h i t a m -
aus. K e r e w e n g y a n g t e r d a p a t di s p i t i n i
hitaman dan mawur (gembur). Ekskavasi
berjumlah 42 buah yang terdiri dari:
spit ini berlangsung agak c e p a t k a r e n a
pecahan badan: 35 buah, pecahan bibir:
disamping tanah yang gembur dapat
4 buah, pecahan pegangan: 2 buah,
d i k a t a k a n b a h w a t e m u a n sangat m i n i m ,
pecahan dasar: 1 buah.
hanya ditemukan pecahan damar.

Spit 2: E k s k a v a s i spit i n i keadaan t a n a h bagian


utara dari kotak galian masih beru- Ekskavasi LP. X V
p a h u m u s d a n pada bagian selatan k e a d a -
Spit 1 : Ekskavasi LP.XV ini bertujuan untuk
an tanahnya sudah mengalami perubah-
mengetahui adanya kemungkinan lapisan
an t i d a k seperti spit d i a t a s n y a ( h u m u s )
budaya yang terdapat di antara tutup
tetapi sudah lebih keras dan berwarna
k a l a m b a ( y a n g digali) dan lereng bagian
coklat kekuning-kuningan. Pada kotak
barat padang T u m p u a r a di mana banyak
bagian barat ditemukan beberapa batu
ditemukan kereweng. Diharapkan pada
k a l i d a l a m u k u r a n besar.
ekskavasi L P . X V ini berhasil ditemukan
Spit 3 : Pada spit i n i b a n y a k sekali ditemukan lapisan b u d a y a dimana banyak ditemu-
batu-batu kali yang berbentuk besar kan kereweng seperti yang terdapat
maupun kecil, batu-batu kali ini me- pada tebing bagian barat padang T u m -
rupakan lanjutan dari temuan batu puara, sehingga dengan ditemukannya
kali pada spit 2. K e a d a a n lapisan tanah kereweng pada LP ini berarti bahwa
masih sama dengan lapisan di atasnya. memang ada persebaran temuan kere-
Pada spit 1 , 2 d a n 3 tidak ditemukan weng di padang ini. Dengan demikian
sesuatu. adanya lapisan kereweng dari LP.I—IX
sampai dengan LP.XV-XIII, XIX
Spit 4 : Ekskavasi spit 4 b e r k e d a l a m a n 10 cm,
dan seterusnya maka jelas ada suatu
berlangsung dalam lapisan tanah yang
lapisan budaya yang dibentuk oleh
berwarna coklat kekuning-kuningan me-
masyarakat kuna di sana dengan me-
ngandung pasir. Pada ekskavasi ini
ninggalkan pecahan gerabah. Spit
masih banyak sekali ditemukan batu
pertama dari L P i n i tidak berhasil me-
kali yang terdapat hampir di seluruh
nemukan apa-apa. Keadaan lapisan ta-
ekskavasi spit 4. Di samping temuan
nahnya coklat kehitam-hitaman.
batu-batu kali ditemukan juga kereweng
23 buah yang terbagi dalam: pecahan Spit 2 : Ekskavasi spit 2 menemukan sejumlah
badan: 19 buah, pecahan bibir: 3 buah, besar b a t u kali di a n t a r a b a t u - b a t u kali
pecahan leher: 1 buah. S e m u a kereweng ditemukan kereweng yang cukup banyak
tidak berhias. yang berjumlah 67 buah terbagi dalam
badan polos: 55 buah, bibir polos:
Spit 5 : Ekskavasi spit 5 berlangsung pada
10 buah, dasar: 1 buah dan fragmen
tanah coklat kekuning-kuningan. Di
pegangan: 1 buah.
bagian barat kotak galian banyak
ditemukan batu kali yang besar-besar Spit 3 : Spit ini berkedalaman 10 cm. Keadaan
dan diatur/ditumpuk membujur utara- tanah m e s k i p u n mengandung pasir tetapi
selatan. Keadaan lapisan tanah ber- keras dan padat. Pada kedalaman 26 cm
warna coklat keabu-abuan. Di antara dari permukaan tanah ditemukan sisa-
batu-batu kali y a n g tersusun i t u terdapat sisa t u a n g a n b e s i 1 b u a h . T e m u a n y a n g
sebuah dakon dengan sebuah lubang. lain berupa kereweng yang terdiri dari

25
badan berhias pola tali: 1 buah, bibir: galian (LP) maka diperkirakan kere-
10 buah dan fragmen pegangan: 1 buah. weng ini memang ditemukan pada
satu lapisan budaya yang bersamaan
Spit 4 : Spit 4 berkedalaman 10 cm. Ekskavasi
periodenya.
berlangsung pada tanah y a n g keras ber-
warna keabu-abuan dan mengandung Spit 1 : Ekskavasi spit 1 berukuran 15 cm.
pasir. T e m u a n y a n g berhasil didapatkan Lapisan tanahnya merupakan tanah
adalah beberapa kereweng yang terdiri humus yang berwarna coklat kehitam-
dari badan berhias tali: 1 buah, fragmen hitaman, gembur mengandung pasir.
pegangan: 1 buah dan fragmen bibir: Dari permukaan tanah sudah kelihat-
5 buah. an beberapa batu kali yang menonjol
Spit 5 : Lapisan t a n a h n y a sama dengan lapisan dan melanjut sampai akhir spit ini.
tanah pada spit-spit d i atasnya. T e m u a n Sebuah temuan berupa batu bulat
terdiri dari kereweng, ialah: badan: panjang mengingatkan pada alat batu
25 buah, bibir: 6 buah, fragmen pe- giling, untuk m e l u m a t k a n sesuatu. T e -
gangan: 1 buah. Ekskavasi dari L P ini m u a n yang lain berupa kereweng yang
hanya berakhir pada spit 5 dengan dalam keadaan tersebar. Yang menarik
kedalaman maksimal 55 cm. adalah sebuah kereweng yang menun-
j u k k a n bentuk tempat pedupaan. Temu-
Spit 6 : Ekskavasi spit ini bertujuan untuk
an kereweng-kereweng mempunyai va-
menonjolkan temuan-temuan batu kali
riasi warna seperti: coklat kemerah-
dan mencoba untuk mengetahui susu-
merahan, abu-abu, kehitam-hitaman
nannya. Keadaan lapisan tanah agak
serta mempunyai ketebalan yang ber-
keras karena bercampur dengan k e r a k a l
beda-beda dari yang tipis berukuran
dan pasir. Kereweng tetap ditemukan
2 l /2 m m — 5 1 4 mm. Pecahan-pecahan ini
dalam keadaan tersebar. Kereweng
menunjukkan a d a n y a b e n t u k y a n g ber-
terdiri dari badan: 12 buah bibir: 10
aneka ragam dari gerabah yang dicip-
buah leher: 1 buah, yang semuanya
takan masyarakat yang menghasilkan-
polos. Ketebalan dan w a r n a bervariasi.
nya. Pecahan gerabah terdiri dari:
Spit 7 : Temuan kereweng makin banyak. Keada- pecahan badan polos: 32 buah, pecahan
an tanah masih bersamaan dengan spit bibir: 9 bubh, pegangan: 2 buah.
di atasnya. Temuan batu kali makin
kelihatan jelas susunannya. Rupanya Spit 2: Ekskavasi spit 2 ini berkedalaman
pada bagian atas terdapat batu-batu 10 c m , berlangsung pada tanah berwar-
besar, sedang di bawah batu-batu tadi na hitam keabu-abuan dan gembur
ditemukan batu-batu kerakal yang mengandung pasir. Batu-batu kerakal
disusun mendatar. Kereweng terbagi masih banyak ditemukan terutama di
dalam: badan: 30 buah, bibir: 13 buah, bagian sudut timur laut. Seperti juga
semuanya polos. spit p e r t a m a m a k a spit i n i h a n y a dite-
mukan kereweng yang beraneka ragam
bentuk maupun ketebalannya. Kereweng
Ekskavasi LP. X V I
badan sangat menonjol dibandingkan
LP.XVI berjajar d i sebelah barat dari dengan bagian yang lain. Kereweng
LP.XV. Ekskavasi sektor ini adalah terdiri dari: badan: 16 buah, bibir:
untuk melakukan pengecekan apakah 4 buah, dasar: 1 buah.
lapisan budaya yang menghasilkan ke- H a m p i r pada semua dinding penggalian
reweng terdapat juga pada L P . ini. banyak ditemukan kereweng yang masih
Ada kemungkinan b a h w a dengan dite- menempel. Rupanya temuan kereweng
mukannya lapisan tanah yang meng- tersebut tersebar pada seluruh lubang
hasilkan k e r e w e n g pada berbagai lubang galian, pada lapisan y a n g sama.

26
Spit 3 : Ekskavasi spit 3 berlangsung pada Padang T u m p u a r a . T u j u a n ekskavasi L P
lapisan tanah yang berwarna keabu- ini untuk mengetahui dengan pasti
abuan. U k u r a n spit i n i 10 c m . Temuan apakah terdapat lapisan tanah yang
yang berhasil dikumpulkan dalam spit menghasilkan kereweng yang tersebar di
ini hanya terdiri dari kereweng dalam permukaan tanah dari tebing bagian
keadaan polos t e r d i r i berbagai ketebalan, barat Padang T u m p u a r a .
antara 21/2—5 mm. Jumlah pecahan
Spit 1 : Ekskavasi spit 1 ini berkedalaman 15
yang menonjol adalah pecahan badan
cm, berlangsung pada lapisan tanah
terdiri 9 buah pecahan agak besar
berwarna coklat kehitam-hitaman (hu-
dan 13 berujut pecahan kecil. Kereweng
mus). Pada ekskavasi spit ini berhasil
yang lain adalah pecahan bibir: 2 buah
ditemukan 8 buah kereweng dalam
dan dasar: 1 buah.
keadaan polos dan semuanya terdiri
Spit 4 : Spit 4 berukuran 10 cm. Lapisan tanah- dari pecahan badan. Memang dalam
n y a sama dengan lapisan tanah sebelum- beberapa lubang ekskavasi ternyata pada
n y a baik warnanya maupun kekompak- lapisan humus menunjukkan temuan
annya. Temuan kereweng dalam yang sangat m i n i m d a n b a r u p a d a spit-
keadaan tersebar tidak ada konsentrasi. spit b e r i k u t n y a t e m u a n m u l a i b a n y a k .
Pecahan itu terdiri dari: pecahan badan
Spit 2: Ekskavasi spit 2 yang berkedalaman
polos: 18 buah, pecahan bibir: 5 buah,
10 cm, berlangsung pada lapisan yang
cerat: 1 buah.
coklat kekuning-kuningan mengandung
Warna gerabah yang menonjol adalah
pasir tetapi d a l a m keadaan agak gembur.
coklat kemerah-merahan sedang yang
Keadaan timah baik warna, maupun
lain coklat keabu-abuan dan kehitam-
jenis lapisannya pada seluruh kotak
hitaman.
hampir bersamaan. Pada ekskavasi ini
Spit 5 : L a p i s a n t a n a h n y a sama dengan lapisan selain d i t e m u k a n batu-batu kali berben-
tanah pada spit 4. Perbedaan warna tuk kecil-kecil, juga ditemukan 28
tanah tidak terlihat. Kereweng umum- buah kereweng, yang semuanya terdiri
n y a polos h a n y a beberapa berhias pola dari pecahan badan (sebuah berhias
tali (cord-marked). Kereweng terdiri pola tali).
dari: pecahan badan: 13 (2 berhias
Spit 3 : Ekskavasi pada spit ini yang berke-
pola tali), pecahan dasar 2 b u a h , pecah-
dalaman 10 cm berhasil menemukan
an bibir tipis 3 buah.
b a n y a k sekali kereweng dengan berbagai
Spit 6 : Spit ini berkedalaman 10 cm. Lapisan variasi baik bentuk, ketebalan maupun
tanah berwarna keabu-abuan kompak warnanya..
dan keras dengan u n s u r pasir lebih do- Pada lapisan yang berwarna coklat
m i n a n (Foto 37). T e m u a n berupa kere- kekuning-kuningan dan agak keras ba-
weng yang terdiri: badan: 20 buah, nyak batu kali ditemukan disamping
leher: 1 buah, bibir: 1 buah. Seperti itu pecahan badan polos: 160 buah,
juga kereweng di lubang galian y a n g lain pecahan badan berhias: 19 buah,
maka pada ekskavasi LP ini baik pecahan bibir: 28 buah, pecahan leher:
ketebalan maupun warna sangat ber- 5 buah.
variasi.
Spit 4 : Ekskavasi spit 4 masih berlangsung
pada lapisan yang sama dengan spit 3.
Ekskavasi L P . X V I I I Di sini banyak ditemukan kereweng
L P i n i terletak pada bagian paling barat yang polos dan banyak juga yang ber-
dari tempat e k s k a v a s i . L e t a k n y a 2Vfe m hias. K e t e b a l a n kereweng bervariasi dari
dari tebing barat yang curam pada situs 0,3 — 0,5 c m . Sedang w a r n a n y a terdiri

27
dari coklat, coklat kemerah-merahan, mengandung pasir. Temuan dari spit
coklat kehitam-hitaman dan lain-lain. ini tidak begitu banyak hanya terdiri
Selain itu ditemukan sisa t u a n g a n besi dari kereweng yang berjumlah 8 buah,
serta sebuah batu bulat panjang yang yaitu: pecahan badan polos: 6 buah,
kemungkinan merupakan batu giling pecahan bibir: 2 buah.
(grinding-stone). Adapun kereweng itu
Spit 3 : Seperti pada spit 2 m a k a spit 3 berke-
terdiri dari: pecahan badan: 34 buah
dalaman 10 c m , keadaan tanah bersama-
(berhias), pecahan badan: 525 buah
an dengan spit 2 h a n y a w a r n a n y a agak
(polos), pecahan bibir: 9 8 buah, pecahan
berlainan. Pada kedalaman 32 cm
leher: 8 buah, pecahan pegangan: 13
ditemukan sebuah fragmen pemukul
b u a h , sisa tuangan besi 1 b u a h . (Gambar:
k u l i t k a y u (ike: bahasa daerah) (Gambar:
40). Jumlah kereweng keseluruhan ada-
42b). Selain itu ditemukan kereweng
lah 68 buah.
16 buah yang semuanya dalam keadaan
Spit 5 : Keadaan tanah pad spit i n i terdiri dari polos.
tanah berwarna keabu-abuan dan me-
Spit 4 : Kedalaman spit ini adalah 10 cm,
ngandung pasir. Pada bagian sudut
keadaan tanah berwarna keabu-abuan
timur laut ditemukan lapisan tanah
dan mengandung pasir. Pada spit ini
yang sangat keras berwarna coklat
ditemukan 39 kereweng yang semuanya
kehitam-hitaman. Secara keseluruhan
polos, terdiri dari: pecahan badan:
lapisan tanah d i spit i n i dapat d i k a t a k a n
30 buah, bibir: 7 buah, leher: 1 buah,
keras dan banyak mengandung pasir.
tutup: 1 buah. D i samping itu ditemukan
Kerikil tidak banyak ditemukan. T e m u - sisa t u a n g a n besi ( s e b u a h ) .
an terdiri dari kereweng polos dan
berhias (pola tali) di samping i t u ditemu- Spit 5 : Kedalaman, keadaan tanah dan lain-lain
kan pula alat dari batu yang dapat masih sama dengan lapisan tanah pada -
d i m a s u k k a n dalam alat p e n u m b u k atau spit 4. Temuan terdiri dari kereweng
alat penggiling. Adapun kereweng itu berjumlah 35 buah dan merupakan
terdiri dari: pecahan bibir: 32 buah, pecahan badan dalam keadaan polos.
pecahan leher: 2 buah, pegangan: 3 buah,
Spit 6 : K e a d a a n tanah lebih keras dan berwarna
pecahan badan: 79 buah (polos), pecah-
abu-abu mengandung pasir. Temuan
an badan: 5 buah (berhias).
terdiri dari 2 6 kereweng dan batu giling
(grinding-stone). Kereweng tersebut ter-

Ekskavasi L P . X I X diri dari: Pecahan badan: 19 buah,


pecahan bibir: 7 buah. Selain itu
Spit 1 : E k s k a v a s i pada spit i n i berlangsung pada ditemukan juga batu-batu bulat yang
tanah humus yang berwarna coklat kemungkinan d i p e r g u n a k a n sebagai alat
kehitam-hitaman. Spit ini berkedalaman penggiling.
15 cm. Keadaan t a n a h sangat gembur
Spit 7 : Pada spit yang terakhir ini keadaan
karena a d a n y a lubang-lubang bekas r a -
tanah sangat keras berwarna keabu-
yap dan akar rumput-rumputan. Sampai
abuan. Spit ini menghasilkan 75 kere-
kedalaman 15 c m tidak berhasil ditemu-
weng yang bervariasi baik ketebalan
kan apa-apa, terkecuali hanya batu-
maupun warnanya. Kereweng tersebut
batu kecil yang ditemukan dalam
terdiri dari: pecahan bibir polos: 10
keadaan tersebar.
buah, pecahan badan polos: 59 buah,
Spit 2 : Ekskavasi pada spit ini berkedalaman pegangan: 6 buah. Pendalaman pada
10 cm. Keadaan tanahnya berwarna spit-spit berikutnya (spit 8 sampai
hitam keabu-abuan dan agak gembur spit 13) memperlihatkan jarangnya te-

28
muan dan bahkan pada spit 13 sudah Ekskavasi L P . X X I .
sama sekali tidak didapat temuan.
Spit 1 : Spit 1 berkedalaman 15 c m , berlangsung
Strata pada spit-spit pendalaman ini
pada tanah humus coklat kehitam-
b e r u p a p a s i r (Foto: 38).
hitaman. S e l u r u h lubang penuh dengan
akar rumput-rumputan dan di beberapa
Ekskavasi L P . X X . tempat ditemukan lubang rayap. Pada
ekskavasi spit i n i tidak berhasil d i t e m u -
Spit 1 : Ekskavasi berkedalaman 15 c m karena
kan sesuatu, kecuali hanya beberapa
temuan pada spit ini biasanya masih
batu kali.
tidak begitu banyak. Keadaan tanah
berwarna coklat kehitam-hitaman dan Spit 2 : K e a d a a n t a n a h sangat g e m b u r mengan-
gembur mengandung pasir. Pada spit dung pasir b e r w a r n a c o k l a t keabu-abuan.
pertama ditemukan 1 (satu) buah Batu-batu kali masih ditemukan pada
pecahan bibir polos dan 5 (lima) buah sisi l u b a n g s e b e l a h b a r a t . D a r i k e l e t a k a n -
pecahan badan. Warna kereweng adalah n y a dan susunannya batu-batu tersebut
coklat kemerah-merahan, coklat kehitam- m e r u p a k a n b a t u lepas y a n g t i d a k m e m -
hitaman dan abu-abu. p u n y a i hubungan satu dengan yang lain.
Pada spit i n i p u n t i d a k d i t e m u k a n artefak.
Spit 2 : D a l a m penggalian spit 2 yang berkeda-
Spit 3 : L a p i s a n tanah sama dengan lapisan tanah
laman 10 cm keadaan lapisan tanah
di spit 2. Batu-kali tidak ditemukan
sangat g e m b u r oleh b a n y a k n y a lubang-
lagi pada spit ini. T e m u a n berupa 15
lubang kecil dan akar-akar rumput.
pecahan badan yang semuanya polos.
T e m u a n kereweng tersebar. K e s e m u a n y a
K e r e w e n g tersebut m e n u n j u k k a n a d a n y a
berjumlah 10 buah yang mempunyai
perbedaan bentuk karena t e b a l n y a ber-
variasi baik warna, ukuran maupun
beda-beda.
ketebalannya. Pecahan badan terdiri
dari 4 buah yang mempunyai ukuran Spit 4 : Keadaan lapisan tanah baik warna,
ketebalan berbeda-beda berkisar dari kekompakan dan lain-lainnya sama de-
2V2 mm — 5 mm. Warnanya rata-rata ngan spit sebelumnya. Temuan berupa
coklat kemerah-merahan. Pecahan-pecah- 20 buah pecahan bibir dan 52 buah
an yang lain terdiri dari pecahan bibir: pechan badan dengan berbagai warna
4 b u a h dan pegangan: 2 b u a h . dan ketebalan. Melihat lapisan tanah
yang hampir semuanya bersamaan baik
Spit 3 : T e m u a n - t e m u a n d a r i spit i n i m e n u n j u k -
pada L P . I V , L P . V I dan seterusnya,
kan angka bertambah yaitu 42 kereweng.
maka jelas b a h w a keadaan tanah pada
T e m u a n t i d a k t e r k o n s e n t r i r tetapi terse-
situs padang T u m p u a r a i n i m a s i h b e l u m
bar di seluruh lubang galian. Seperti
teraduk.
juga pada spit yang lain di sinipun
kereweng mempunyai berbagai variasi:
pecahan badan: 33 buah dalam keadaan B. EKSKAVASI BIRANTUA - KALAMBA
polos, pecahan bibir: 9 buah. L E N G K E K A N O . 3.

Spit 4 : Keadaan lapisan tanah dalam spit i n i Ekskavasi kalamba Lengkeka no. 3 ditujukan
sama dengan spit-spit 4 d i lubang galian untuk mencari data yang pasti tentang fungsi
yang lain. T e m u a n di sini lebih sedikit kalamba. H a l i n i mengingat karena masih banyak-
dibandingkan dengan sit sebelumnya. n y a perdebatan sengit tentang peninggalan m e g a l i t i k
Temuan hanya berupa kereweng yang tersebut, yang tidak putus-putusnya. Survai yang
dibagi dalam: pecahan badan polos: dilakukan di beberapa tempat sekitar Bada berhasil
11 buah, pecahan bibir: 2 buah. Eks- menemukan kalamba-kalamba yang dalam keadaan
kavasi L P . X X d i h e n t i k a n pada spit 4. kosong. D u a buah kalamba yang masih tertutup

29
tanah pada lubangnya dijumpai di padang B i r a n t u a 0,5 cm. Warnanya bervariasi antara
(Lengkeka I I ) , dan sebuah lagi y a n g h a n y a k e l i - coklat tua, coklat kemerah-merahan dan
hatan t u t u p n y a d i t e m u k a n di padang Tumpuara coklat kekuning-kuningan.
(yang kemudian digali). Pemilihan kalamba Leng-
Spit 3 : Ekskavasi pada spit i n i d i l a k u k a n dengan
keka no. 3 untuk ekskavasi berdasarkan atas
sangat t e l i t i , k a r e n a d i s a m p i n g t a n a h n y a
berbagai h a l d i a n t a r a n y a : k a l a m b a L e n g k e k a n o . 3
yang keras juga diharapkan temuan lebih
tempatnya terlindung dan tidak banyak dijamah
b a n y a k dari spit 2. K e a d a a n tanah sama
oleh tangan manusia, tanah dalam kalamba masih
dengan spit di atasnya tetapi di spit
tertutup oleh rumput-rumputan dan pohon-
ini lebih keras lagi. Batu-batu kali
pohon semak sehingga diharapkan masih asli.
besar maupun kecil semakin banyak.
Sebelum dilakukan ekskavasi, diadakan pem-
Pecahan bibir yang tebal mulai banyak
bersihan untuk pendokumentasian. Ternyata di
ditemukan. Selain itu banyak juga
bagian atas kalamba no. 3 ditemukan banyak
ditemukan pecahan-pecahan periuk serta
sekali batu-batu kali besar dan kecil. Ekskavasi
pecahan badan polos (undecorated).
dalam k a l a m b a i n i d i l a k u k a n dengan sistem spit
Batu-batu halus yang kemungkinan me-
untuk memudahkan pengontrolan dan pencatatan
rupakan pecahan batu asah atau batu
temuan.
giling banyak ditemukan di spit ini.
Nyata sekali bahwa batu-batu kali
Spit 1 : P a d a spit i n i keadaan t a n a h n y a sangat
disusun berlapis-lapis. Pada spit ini
gembur, berwarna coklat tua mengan-
ditemukan pemukul kulit kayu. Peng-
dung pasir. Batu-batu kali berserakan
galian pada spit ini tidak begitu rata
memenuhi kalamba bercampur dengan
karena banyak temuan-temuan batu kali
beberapa moluska darat serta akar
yang bermacam-macam ukuran. Keda-
tumbuh-tumbuhan. Spit ini berukuran
laman maksimum pada spit i n i adalah
15 c m , karena diharapkan pada kalamba
35 cm dari permukaan tanah dalam
tersebut lapisan batuan cukup tebal.
kalamba. Temuan kereweng berjumlah
S a m p a i pada akhir spit 1 tidak d i t e m u -
217 buah yang terdiri dari: pecahan
kan sesuatu. B e r d a s a r k a n atas susunan
badan: 172 buah, pecahan bibir: 34
batu-batu kali tersebut maka dapat
buah, pecahan leher: 3 b u a h , pegangan:
diketahui bahwa ini sengaja diatur
5 b u a h , pecahan dasar: 2 buah, pecahan
sebagai penutup kalamba, agar tidak
tangkai tutup: 1 buah, pecahan pemukul
mudah teraduk.
kulit k a y u 2 buah.
Spit 2 : Spit ini berkedalaman 10 cm, keadaan
tanahnya berupa lapisan tanah yang Spit 4 : Setelah dilakukan pemotretan pada akhir
keras berwarna coklat dan mengadung ekskavasi spit 3, m a k a ekskavasi spit 4
pasir. Spit ini ditandai oleh batu kali dimulai, dengan kedalaman 10 cm.
yang sangat banyak jumlahnya dan Pertama d i l a k u k a n pengangkatan batu-
d i a t u r m e r a t a , ada y a n g besar d a n ada batuan yang terserak. Pada spit ini
yang kecil. D i samping itu ditemukan temuan pecahan periuk serta pecahan
kereweng yang kemungkinan merupa- tempayan semakin banyak. Batu kali
k a n pecahan dari sebuah t e m p a y a n besar. masih terus d i t e m u k a n . Keadaan tanah
Karena tanahnya yang kering dan berwarna coklat keabu-abuan dan keras
sangat keras maka ekskavasi berlang- serta mengandung pasir. T e m u a n - t e m u a n
sung sangat lambat. Temuan yang terdiri dari 248 pecahan gerabah, yang
berhasil dikumpulkan adalah kereweng terdiri dari: pecahan badan: 192 buah,
yang terdiri dari: pecahan badan polos: pecahan bibir: 41 buah, pegangan:
38 buah, pecahan bibir polos: 7 buah. 5 b u a h , pecahan dasar: 3 buah, pecahan
Ketebalan m a k s i m u m dari kereweng ada- tangkai tutup: 4 buah, batu asah:
lah 3,5 cm dan ketebalan minimum 3 buah. Ketebalan maupun warna

30
pecahan-pecahan gerabah yang sangat menonjol dan terdiri dari pecahan
bervariasi. Ketebalan maksimum 4 cm badan bibir, dasar d a n lain-lain. K e a d a a n
dan m i n i m u m 0,3 m m . W a r n a n y a h i t a m , t a n a h n y a sangat keras lebih-lebih t a n a h
coklat kehitam-hitaman, coklat kemerah- di sekitar tempayan. Warna tanah coklat
merahan dan coklat keabu-abuan. kehitam-hitaman dan mengandung pasir
halus. Tulang-tulang manusia masih
Spit 5 : Ekskavasi spit ini berlangsung pada
banyak ditemukan di sekitar tempayan
lapisan t a n a h y a n g sangat keras m e n g a n -
seperti atap tengkorak, j a r i , tulang kering
d u n g pasir h i t a m . P a d a k e d a l a m a n 4 9 c m
dan lain-lain dalam keadaan sangat
dari permukaan tanah yang terdapat
rapuh. Ternyata ekskavasi berikutnya
dalam kalamba-kalamba ditemukan bibir
menemukan tulang-tulang yang terdapat
dari sebuah tempayan yang kelihatan
dalam tempayan. Berdasarkan hasil
lengkap dan dalam posisi masih meling-
penggalian Birantua dari kalamba Leng-
kar meskipun sudah pecah-pecah. (Gam-
k e k a no. 3 m a k a jelas b a h w a penguburan
bar: 2). Ekskavasi lebih berhati-hati
dalam kalamba merupakan penguburan
lagi. Ternyata tidak jauh dari bibir
kedua, karena banyak tulang-tulang m a -
tempayan tersebut ditemukan sebuah
nusia yang ditemukan dalam keadaan
pemukul kulit kayu dalam keadaan
bercampur. Dalam penggalian spit ini
agak u t u h h a n y a bagian-bagian permu-
masih banyak ditemukan batu-batu kali
kaannya yang agak gumpil. Pemukul
berbagai ukuran yang ditemukan
kulit kayu ditemukan pada kedalaman
bersama-sama tulang-tulang manusia. B e -
53 cm dari permukaan tanah dalam
berapa batu menunjukkan bekas-bekas
kalamba. Ekskavasi pada tempayan telah
pemakaian untuk mengasah sesuatu
berhasil menemukan beberapa fragmen
sehingga oleh tim digolongkan sebagai
tulang manusia. Di bagian lain dari
batu asah. Pecahan-pecahan gerabah
spit i n i b a n y a k d i t e m u k a n tulang-tulang
banyak ditemukan tersebar, tetapi se-
m a n u s i a y a n g sangat r a p u h . G i g i b a n y a k
m u a n y a dalam keadaan polos. T e m u a n
ditemukan di sekitar bibir tempayan.
pecahan gerabah terdiri dari berbagai
Pengangkatan tulang-tulang manusia sa-
ketebalan dalam bentuk badan, pecahan
ngat sulit d i l a k u k a n k a r e n a sudah r a p u h .
bibir, pecahan dasar d a n t a n g k a i t u t u p ,
Bersama-sama dengan ulang manusia di-
yang rata-rata berwarna merah kecoklat-
temukan batu-batu bulat yang kemung-
coklatan. T e m u a n yang menarik adalah
kinan dipergunakan sebagai b a t u giling.
tutup-tutup periuk yang tangkainya
T e m u a n penting lainnya adalah fragmen
menyerupai bentuk tipe B u n i . Sebanyak
tutup p e r i u k y a n g sangat m i r i p dengan
3 buah tutup periuk tipe B u n i ditemu-
tutup periuk dari kompleks Buni (Jawa
kan. Tulang-tulang manusia yang ber-
Barat). T e m u a n pecahan gerabah t e r d i r i
campur aduk semakin padat. Keadaan
dari: pecahan badan: 54 buah, pecahan
tanah pada akhir spit i n i semakin l e m -
bibir: 23 buah, pecahan tangkai tutup:
bab karena r u p a n y a air hujan tertahan
1 buah, karinasi: 4 buah, kaki tungku:
pada kalamba yang tidak berlubang
1 buah.
pada bagian bawahnya. Jumlah tulang-
tulang manusia sudah tidak ter-
Spit 6 : Ekskavasi spit 6 ini yang terpenting h i t u n g lagi k a r e n a b a n y a k n y a . Sebagian
adalah m e n a m p a k k a n temuan tempayan m a s i h u t u h s e b a g i a n lagi s u d a h hancur.
yang didahului oleh temuan bibir yang Di antara yang u t u h antara lain tulang
utuh. Pada spit ini juga masih banyak k a k i dan tulang tangan sedang tengkorak
ditemukan batu-batu kali yang tersebar t i d a k k e l i h a t a n lagi a d a y a n g u t u h . P a d a
t i d a k t e r a t u r seperti pada spit-spit sebe- spit i n i berhasil d i t e m u k a n pecahan ba-
l u m n y a . T e m u a n - t e m u a n kereweng tetap

31
dan 26 buah, pecahan bibir: 10 buah, — lumpang batu,
tangkai tutup: 3 buah dan pecahan — dan berbagai temuan serta yang didapat-
dasar: 2 buah. kan dalam ekskavasi.

Spit 7 : Spit 7 berukuran 10 c m , keadaan tanah- Untuk mengetahui secara lebih mendetil
nya berwarna coklat kehitam-hitaman tentang deskripsi dari temuan ini baiklah diurai-
dan padat m e s k i p u n agak l e m b a b . B a t u kan satu persatu.
kali besar dan kecil masih ditemukan,
yang tidak diketahui fungsinya. Seba- a). A r c a megalitik.
nyak 5 buah batu asah ditemukan.
Arca megalitik berhasil ditemukan tim di
Ekskavasi spit 7 ini bertujuan untuk
berbagai t e m p a t seperti d i padang Sepe ( 1 b u a h ) ,
menonjolkan temuan tempayan yang
padang Birantua (2 buah), Pada ( 1 buah), B e w a
sudah kelihatan dari spit-spit sebelum-
( 1 buah) dan di B o m b a ( 1 buah). A r c a megalitik
nya. Tulang-tulang manusia yang terdiri
Sulawesi Tengah dibuat dari batu monolit jenis
dari berbagai ukuran ditemukan baik
mollase, berbentuk silinder hanya pada bagian (
di dalam maupun di luar tempayan.
puncaknya dipahatkan kepala yang digambarkan
R u p a n y a tempayan tersebut sudah retak-
dalam keadaan primitip. Karena bentuknya me-
retak dan tidak diketahui ukurannya,
nyerupai menhir maka arca megalitik Sulawesi
karena ketika diangkat pecah-pecah.
Tengah dapat digolongkan sebagai arca menhir
Diperkirakan bahwa tempayan tersebut
(Sukendar, 1971). Penggambaran arca tersebut
merupakan wadah tulang-tulang manusia
bersifat statis hal ini sangat berlainan dengan
sebelum dikuburkan dalam kalamba.
bentuk-bentuk arca megalitik Pasemah yang
Pada kedalaman 83 cm dari permukaan
d i k a t a k a n o l e h V a n der H o o p sebagai a r c a d i n a m i s .
kalamba ditemukan sebuah pemukul
(Van der H o o p , 1 9 3 2 ) . A d a p u n tanda-tanda arca
kulit k a y u (ike) yang rupanya dipergu-
megalitik Sulawesi Tengah adalah: badan berben-
n a k a n sebagai b e k a l k u b u r .
tuk bulat, tangan dipahatkan sederhana menuju
Temuan yang menonjol dari spit ini
ke kemaluan, hidung pesek, mata digambarkan
adalah pecahan badan: 4 5 buah, pecahan
sederhana dalam bentuk bulat m a u p u n oval (sipit),
bibir: 12 buah dan pecahan tutup:
m u l u t t i d a k d i g a m b a r k a n , alis m e l e n g k u n g tebal,
1 buah.
telinga kadang-kadang ada dan kadang-kadang
tidak, pada bagian d a h i n y a kelihatan seperti tali
Spit 8 : Spit ini adalah m e r u p a k a n spit terakhir.
yang dapat d i i d e n t i f i k a s i k a n sebagai tali kepala
Setelah tempayan terangkat di bawah-
(tali "bonto"), kemaluan kadang-kadang digam-
nya masih tampak juga tulang-tulang
barkan sangat menonjol. A r c a megalitik rupanya
manusia yang sudah tidak mungkin
merupakan unsur megalitik yang penting yang
diamankan lagi karena rapuh. Pada
hampir ditemukan di situs megalitik. Hal ini
akhir spit ini ditemukan 2 buah batu
dapat dimengerti karena antara arca megalitik dan
kwarsa berbentuk bulat yang tidak
alam pikiran pendukunya mempunyai hubungan
d i k e t a h u i f u n g s i n y a (Gambar: 43).
yang sangat erat. Arca-arca megalitik ditemukan
di berbagai daerah seperti di Pasemah (van der
VI. DESKRIPSI TEMUAN. Hoop, 1932), Ciarca (Jabar), Sipirok, Tapanuli

Penelitian arkeologi di Sulawesi Tengah (Schnitger, 1938), Gunung Kidul (Sukendar,

yang telah d i l a k u k a n di 3 daerah seperti d i lembah 1971), Bondowoso, Bali dan masih banyak lagi.

Palu, Pamona Utara (Poso) dan lembah Bada, Penggambaran phallus yang sangat menon-
berhasil menemukan berbagai unsur megalitik. jol tersebut mempunyai tujuan yang berhubungan
Tinggalan megalitik di daerah i n i terdiri dari: dengan magis religius. D i k a t a k a n oleh Van der
— A r c a megalitik, Hoop dalam "De P r a e h i s t o r i e " ( V a n der Hoop,
— Menhir, 1938) bahwa patung-patung nenek moyang yang
— kalamba, d i g a m b a r k a n dengan k e m a l u a n y a n g berdiri tegak

32
bertujuan untuk menghindarkan pengaruh jahat, karena berbagai hasil laporan mereka tidak menye-
hal ini berdasarkan atas anggapan bahwa bagian- butkan menhir Pamona ini. Seperti juga arca
bagian badan mempunyai kekuatan gaib seperti megalitik maka menhir juga merupakan unsur
bagian mata, tangan, rambut dan kemaluan. penting pada tradisi megalitik. Beberapa sarjana
N.J. Krom telah mengatakan bahwa patung- telah membahas fungsi menhir. Van der Hoop
patung batu kasar menggambarkan nenek moyang telah menyitir apa yang dikatakan J . Fergusson
(leluhur), konsepsi ini bahkan terus berlangsung yang menguraikan pendapatnya bahwa di Eropa
sampai masa pengaruh Hindu ( N . J . Krom, 1932). menhir berfungsi sebagai tanda peringatan yang
Hal ini diperkuat pula oleh Von Heine Geldern didirikan setelah terjadi pertempuran. (Van der
yang mengatakan bahwa patung-patung batu Hoop, 1932). Dalam artikelnya Harun Kadir
primitip tak dapat diragukan lagi menggambarkan mengatakn bahwa menhir dipergunakan untuk
nenek moyang (Heine Geldern, 1945), demikian mengikat kerbau yang akan disembelih untuk
pula Van der Hoop, Van Stein Callenfels menggaris upacara kurban dimana terkandung pengertian
bawahi pendapat tersebut (Van der Hoop, 1932, simbolis sebagai tanda peringatan pelaksanaan
Stein Callenfels, 1920). upacara pemakaman. (Harun Kadir, 1977). Me-
Arca-arca megalitik Sulawesi Tengah yang mang rupanya ada hubungan yang sangat erat
digambarkan sangat primitip rupanya juga meng- antara menhir dan binatang bertanduk seperti
gambarkan nenek moyang dan dianggap sebagai kerbau. Bahkan Walter Kaudern memberikan
personifikasi dari arwah leluhur yang telah mening- catatan yang sangat tragis tentang fungsi menhir,
gal yang dimakamkan tidak jauh dari tempat- ia mendapat keterangan dari penduduk bahwa
tempat penguburan dalam kalamba. Hal ini sesuai menhir di Kantewu dipergunakan untuk pe-
pula dengan kebiasaan di Tanah Toraja dimana nyiksaan orang yang akan dikurbankan (Kaudern,
mereka selalu membuat patung nenek moyang dari 1938).
kayu pada waktu upacara penguburan. Berdasarkan Rupanya dapat disimpulkan bahwa menhir
atas catatan Masyhuddin Masyhudda B A Kepala merupakan suatu unsur megalitik yang dibangun
Bidang PSK, Kanwil Dept. P dan K Sulawesi oleh pendukungnya untuk memenuhi kebutuhan
Tengah sekitar 14 buah patung primitip dari yang ada hubungannya dengan upacara tertentu,
masa tradisi megalitik ditemukan. Rupanya jumlah misalnya upacara kematian (penguburan), upacara
ini akan meningkat jika dilakukan penelitian pemujaan dan lain-lain. Rokus Due telah menemu-
secara intensip. Arca megalitik terbesar ditemukan kan menhir-menhir yang didirikan secara menge-
di Padang Sepe yang mencapai ketinggian 400 cm. lompok di daerah Nusa Tenggara Timur, di mana
dikatakan oleh penduduk sebagai tempat untuk
bermusyawarah dan memutuskan sesuatu mi-
b). Menhir.
salnya yang berhubungan dengan hukum dan
Selama penelitian tim hanya berhasil mene- lain-lain.
mukan 3 buah menhir yang ditemukan di Tentena
di tepian danau Poso sebelah barat. Menhir-menhir
yang belum sempat diteliti oleh tim antara lain c). Kalamba.
menhir dari Kantewu dan kelompok menhir yang Kalamba merupakan peninggalan megalitik
banyak jumlahnya di lembah Rantepao (Sulawesi yang sangat penting di Sulawesi Tengah, karena
Tengah bagian Tenggara) (Kaudern, 1938). Menu- bentuk peninggalan ini mempunyai ciri khas.
rut keterangan penduduk, menhir Pamona Utara Kalamba (stone-vats) merupakan tong batu yang
didirikan setelah terjadi perang suku. Dikatakan besar dengan lubang di tengahnya. Kadang-kadang
bahwa dahulu banyak sekali menhir dalam ke- bertutup tetapi kadang-kadang terbuka. Kalamba
adaan berdiri tetapi sekarang telah banyak yang terbesar mencapai garis tengah sekitar 235 cm dan
hilang ketika dilakukan pembangunan gereja. tinggi 160. cm, sedang lubangnya ada yang lebar
Menhir yang tertinggi berukuran 110 cm, lebar dan dalam ada pula yang kecil. Dalam penelitian
40 cm dan tebal 20 cm. Rupanya menhir ini tidak tahun 1976 ditemukan 17 buah kalamba di kom-
banyak menarik perhatian peneliti terdahulu pleks Lengkeka I dan I I , sedang kalamba di kom-

33
pleks Lengkeka I I I belum sempat diteliti karena sendiri bahwa di Flores dan Gunung Kidul lumpang
waktunya yang tidak memungkinkan. Demikian batu berhubungan erat dengan upacara tertentu
pula kalamba-kalamba di sekitar Bada seperti di agar binatang itu tidak merusak tanaman kebun
Badangkaya dan Kalori yang menurut peta orang lain, dan agar binatang itu sembuh dari
persebaran Kaudern ditemukan cukup banyak. penyakitnya, dan dapat gemuk, jika diberi minum
Dikatakan olehnya bahwa kalamba di lembah air dari lumpang batu tersebut. Sedang Teguh
Bada semuanya tidak berhias lain halnya dengan Asmar menempatkan lumpang batu tersebut
kalamba sekitar Napu dan Besoa yang kadang- sebagai obyek untuk upacara kematian di mana
kadang dihiasi tokoh-tokoh manusia ataupun ia mengambil contoh lumpang-lumpang batu di
binatang merayap. Beberapa kalamba yang berhasil Sulawesi Selatan banyak ditemukan di kuburan-
ditemukan di Bada hampir semuanya tanpa tutup. kuburan.
Hal ini masih menjadi pertanyaan, karena berbagai
sarjana tidak memberikan kesimpulan tentang
e). Temuan-temuan yang lain.
hal ini. Hanya Kaudern pernah mengatakan bahwa
kalamba yang bertutup rupanya dipergunakan Temuan-temuan artefakta dalam penelitian
untuk tempat penguburan, tempat abu atau di Bada terdiri dari berbagai bentuk seperti, ike
benda yang lain dan diberi tutup agar terhindar (pemukul kulit kayu), batu giling, batu asah,
dari air hujan. manik-manik, alat dari besi (tombak), serta benda-
Rupanya apa yang dikatakan Kaudern juga benda gerabah dalam berbagai bentuk seperti
masih perlu ditinjau karena pada ekskavasi kalamba pedupaan, mangkuk dan lain-lain. Pecahan-pecahan
di padang Birantua (Kalamba Lengkeka no. 3) gerabah yang ditemukan di luar kalamba pada situs
berhasil ditemukan rangka-rangka manusia dalam Padang Tumpuara memberikan bukti adanya
keadaan bertumpuk. sisa-sisa pemukiman, sedang benda-benda yang
lain yang ditemukan dalam kalamba jelas mempu-
nyai hubungan erat dengan upacara penguburan.
d). Lumpang batu.
Jelas bahwa benda-benda tersebut dipergunakan
Lumpang batu oleh penduduk setempat sebagai bekal kubur (funeral gifts).
biasa disebut dengan "watunonju" atau "nonju-ji".
Pada penelitian 1976 telah ditemukan lumpang
batu baik di lembah Palu maupun Bada (Lore Sela- V I I . PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN
tan). Sekitar 34 buah lumpang batu ditemukan. UMUM.
Lumpang batu di daerah ini rata-rata berlubang a). Beberapa masalah yang timbul selama
satu, dan rupanya dipergunakan untuk maksud- pelaksanaan penelitian maupun selama dalam
maksud praktis yaitu untuk menumbuk biji-bijian perjalanan kiranya perlu untuk dikemukakan di
seperti apa yang telah dikemukakan oleh Kaudern sini, sehingga suatu perencanaan untuk penelitian
dan Rusenlund dengan memperbandingkan fungsi di daerah ini pada masa yang akan datang lebih
lumpang batu megalitik dan yang masih dipakai tepat lagi. Peninggalan megalitik di Sulawesi
penduduk. Beberapa lumpang batu di Sulawesi Tengah mencakup 4 daerah yang masing-masing
Tengah memakai bingkai (tonjolan) di pinggirnya daerah mempunyai areal lebih dari 50 k m 2 .
untuk menghalangi agar benda yang ditumbuk Adapun daerah peninggalan megalitik tersebut
tidak tumpah. Van Heekeren dalam "The Bronze yaitu: a), lembah Palu, b), dataran tinggi Napu
Iron Age of Indonesia" juga menuliskan bahwa (Lore Utara), c), dataran tinggi Besoa (Lore Te-
lumpang batu dipergunakan untuk menumbuk ngah), dan d), dataran tinggi Bada (Lore Selatan).
biji-bijian. Lain halnya dengan apa yang dikatakan Masing-masing kompleks tinggalan ini terdiri dari
oleh Van der Hoop bahwa lumpang batu ini berbagai situs yang terpisah-pisah letaknya, (perik-
dipergunakan sebagai tempat benda-benda cair sa Kaudern, 1938). Penelitian tahun 1976 yang
(air) untuk upacara kurban atau untuk tempat tertera dalam rencana penelitian Sulawesi Tengah
saji-sajian (Van der Hoop, 1932). Hal ini sesuai (Research design) semula bertujuan akan men-
dengan apa yang dikatakan Rokus Due dan penulis cakup Napu, Besoa dan Bada, tetapi rupanya

34
pekerjaan yang terlalu berat itu belum dapat tidak hanya berisi hasil survainya saja, tetapi juga
dilaksanakan dalm penelitian ini. Penelitian 1976 hasil-hasil ekskavasinya. Sayang bahwa ia tidak
hanya terdiri dari resurvey di lembah Palu serta menyebutkan proses ekskavasinya secara detail.
ekskavasi dan survai di Bada (Lore Selatan). Hal ini baru diketahui setelah penulis mengadakan
Tetapi meskipun akhirnya kami hanya meneliti perbandingan antara temuan-temuan ekskavasi di
di kompleks Bada, tetapi belum juga mencakup Padang Tumpuara dengan isi buku Kaudern teru-
tinggalan megalitik Bada seluruhnya. Daerah- tama halaman 91 (Kaudern, 1938). Berdasarkan
daerah seperti Bulili, Watutau, Kulawi, Badangka- atas gambar skets yang dibuatnya pada halaman
ya, Lengkeka I I I dan lain-lain yang merupakan tersebut jelas ia telah mengadakan ekskavasi, tetapi
situs penting di daerah Bada belum sempat ia sama sekali tidak menuliskan hasilnya. Rupanya
dijamah. Oleh karena itu tidak mengherankan apa yang disebutkan oleh para ahli bahwa kalamba
pula jika tim Penelitian Pus. P3N sekarang hanya di Sulawesi Tengah merupakan wadah kubur
mencapai sebagian kecil daerah Bada saja. Peneliti- memang beralasan. Hal ini sesuai dengan hasil
peneliti asing sendiri juga mengalami hal-hal ekskavasi team Pus. P3N pada kalamba Birantua
yang sama misalnya: Grubauer selama 1 tahun no. 3, di mana juga ditemukan rangka-rangka
hanya dapat menyelesaikan penelitian di Besoa manusia. Bahkan dapat ditambahkan bahwa
yaitu tahun 1911, Raven selama 1 tahun hanya sistem penguburan kalamba jelas tidak diperguna-
berhasil mengadakan penelitian di Bada yang kan untuk seorang saja tetapi mungkin kuburan
laporannya tak kunjung datang. Dengan penga- keluarga.
laman-pengalaman ini maka untuk penelitian
Hal ini mengingat bahwa tulang-tulang kaki
masing-masing kompleks megalitik Sulawesi Te-
dan tangan serta atap-atap tengkorak berserakan
ngah memerlukan waktu yang cukup lama. Perlu
diketahui pula bahwa untuk menuliskan bukunya memenuhi kalamba. Pecahan-pecahan gerabah yang
"Megalithic F.nds in Central Celebes" Walter ditemukan dalam berbagai bentuk ketebalan mem-
Kaudern harus berada selama 4 tahun di daerah buktikan adanya sistem penguburan dengan mem-
ini. pergunakan bekal kubur, seperti pada penguburan
di tempat lain. Temuan ike (pemukul kulit kayu)
Perjalanan yang terlalu melelahkan antara serta batu-batu giling juga mengingat hal tersebut
Poso — Bada yang jaraknya melebihi 100 km dan di atas.
harus berjalan kaki selama 2 hari mengurangi
Dalam buku Walter Kaudern "Megalithic
waktu penelitian. Pelaksanaan penelitian di daerah
Finds in Central Celebes" tahun 1938 terdapat
megalitik Bada yaitu dengan ekskavasi serta survai
gambar penampang kalamba dari Padang Tum-
di daerah sekitarnya rupanya sangat tepat. Karena
disamping mendapat data-data baik artefaktual puara yang oleh Kaudern hanya disebutkan
maupun nonartefaktual dari permukaan tanah, kalamba (stone vats) dari Bada di sebelah utara
dicapai pula data-data dari dalam tanah yang sangat tepian Tawaelia (Kaudern, 1938, 91), yaitu kalam-
penting bagi arkeologi. ba bertutup dengan kode (B, Kaudern 1938,
hal. 91). Setelah dilakukan penelitian dengan
b). Sebelum dilakukan penelitian ke daerah melakukan perbandingan hasil-hasil penelitian
yang sulit ini maka sangat perlu untuk menghim- maupun dari buku tersebut, maka kalamba yang
pun berbagai literatur baik menyangkut segi berhasil ditemukan oleh team pada ekskavasi
anthropologi maupun arkeologi. Buku-buku dari Padang Tumpuara rupanya pernah digali oleh
berbagai sarjana seperti hasil karya: Walter sarjana Swedia tersebut di atas pada waktu pene-
Kaudern (1938), Kruyt (1932), Adriani (1898), litiannya tahun 1917 — 1920. Hal ini dapat di-
Raven (1926), Grubauer, Killian, Fritz & Sarasin mengerti setelah dalam ekskavasi kalamba tersebut
dan lain sebagainya, perlu dipersiapkan karena tidak menemukan sesuatu, terkecuali hanya
sangat membantu baik dalam perjalanannya mau- tengkorak binatang penggerek (tikus). Dalam
pun penelitiannya itu sendiri. penggambaran diagram yang dilakukan oleh
Buku Walter Kaudern "Megalithic Finds in Kaudern tersebut ada beberapa kekeliruan dan
Central Celebes" setebal 191 halaman itu ternyata ada beberapa bagian penting dan unik dari kalam-

35
ba itu yang tidak dideskripsikan secara tepat, di pada sebuah lapisan tanah berwarna coklat
antaranya: mengandung pasir halus. Pada lapisan ini terdapat
1. Kalam ba tersebut ternyata mempunyai berbagai temuan benda gerabah dan lain-lain.
keistimewaan yaitu pada bagian bibirnya Lapisan ini merupakan lapisan kedua setelah
(bagian atas) terdapat 8 buah lubang humus dan mempunyai ketebalan antara 40 — 50
tembus yang ukurannya bergaris tengah cm. Dengan ditemukannya lapisan kereweng yang
antara 2 cm. cukup tebal pada situs megalitik di Padang Tum-
Delapan (8) buah lubang yang diatur secara puara ini maka jelas bahwa daerah ini merupakan
simetris ini tidak diketahui fungsinya. tempat tinggal (settlement) dari pendukung megali-
Kalau diperuntukkan tempat tali, rupanya tik. Masalah yang timbul sekarang adalah mencari
tidak begitu meyakinkan, karena kalamba- apakah lapisan tanah yang menghasilkan gerabah
nya sendiri berton-ton beratnya. Sayang itu bersamaan waktunya dengan munculnya
bahwa lubang kalamba ini tidak diketahui monumen-monumen dari tradisi megalitik. Hal
fungsinya secara pasti. Tutup kalamba ini dapat dicari pembuktiannya dengan ekskavasi
yang biasa oleh penduduk "tuatena" yang dilakukan di sekitar kalamba. Ekskavasi di
digarap sangat halus dan di bagian atasnya sekitarnya ternyata berhasil menemukan benda-
terdapat tonjolan. benda yang penting untuk data analisa dan inter-
pretasi. Temuan-temuan yang berhasil ditemukan
2. Penampang lubang kalamba bagian atas di sekitar kalamba adalah pecahan gerabah yang
(garis tengahnya) berbentuk bulat, semakin cukup banyak jumlahnya yang menurut warna,
ke bawah bentuk penampangnya sedikit ketebalan dan lain-lain dapat disejajarkan dengan
demi sedikit berubah dan sampai pada pecahan-pecahan gerabah dari ekskavasi di sekitar
bagian dasarnya lubangnya sudah tidak kalamba tersebut. Bersama-sama benda gerabah
berbentuk bulat lagi tetapi membentuk tersebut di atas berhasil pula ditemukan antara
bujur sangkar. Hal inilah yang oleh Kau- lain, tempayan besar, manik-manik berbentuk
dern tidak digambarkan secara jelas. bulat dari kaca, bahan manik-manik dari batu
3. Rupanya ekskavasi tahun 1917 — 1920 kalsedon berwarna putih berbentuk bikon, alat-
yang dilakukan oleh Kaudern hanya alat dari besi (pahat, tombak), batu berlubang
ditujukan pada isi kalambanya saja, sedang dan sebuah batu berbentuk pipih bulat yang
ekskavasi di luar kalamba tidak dilakukan- sangat unik dan belum diketahui fungsinya. Dalam
nya, sehingga data penting dari temuan hal ini dapat diketahui bahwa benda-benda
tersebut merupakan peralatan untuk upacara
sekitar kalamba ini tidak tercantum dalam
penguburan (uborampe: bahasa Jawa). Benda
bukunya. Pada ekskavasi 1976 yang dila-
tersebut ternyata ditemukan pada lapisan yang
kukan oleh team Penelitian Arkeologi
sama dengan lapisan di luar kalamba yang juga
Sulawesi Tengah ternyata menemukan
mengandung benda-benda gerabah. Dengan bukti
berbagai artefakta penting di luar kalam-
tersebut di atas dapatlah dimengerti bahwa muncul-
ba, seperti: manik-manik, alat dari besi,
nya kalamba yang berhubungan dengan temuan-
fragmen pemukul kulit kayu, tempayan,
temuannya sangat mungkin bersamaan dengan
pecahan gerabah dan lain-lain yang penting
lapisan tanah yang banyak mengandung gerabah.
artinya. Data-data penting itu tidak terurai-
Dari bukti ini sementara dapatlah disimpulkan
kan dalam karangannya. Kebanyakan apa
bahwa lapisan budaya yang terbentuk di Padang
yang telah diuraikan olehnya hanya dititik-
Tumpuara yang menghasilkan gerabah, fragmen
beratkan pada temuan permukaan saja.
sisa-sisa tuangan besi dan lain-lain, jelas dihasil-
kan oleh pendukung tradisi megalitik.
c). Pada ekskavasi di Padang Tumpuara yang
dilakukan di bagian barat, tim berhasil menemukan Pada waktu team mengadakan penelitian di
berbagai bentuk peninggalan dari benda gerabah sekitar Padang Birantua (kompleks Lengkeka I )
seperti: pedupaan, periuk, tempayan, mangkuk di bagian barat dan tengah ditemukan pula banyak
dan lain-lain. Benda-benda tersebut ditemukan sekali pecahan-pecahan gerabah yang beraneka

36
ragam bentuknya ada yang polos dan berhias pola merupakan pemukiman masa lampau.
tali, menyerupai gerabah Padang Tumpuara. Rupanya untuk menahan serangan atau
Sayang bahwa situs ini belum mempunyai kesem- gangguan dari binatang buas atau suku-suku lain
patan untuk digali. Berdasarkan pengamatan dari maka ada kecenderungan untuk membuat
lubang-lubang galian untuk penanaman kelapa perkampungan dengan sistem pertahanan dan
diketahui bahwa lapisan kereweng di situs ini perbentengan. Perbentengan yang lain ditemukan
juga tebal tetapi mulai kelihatan dari permukaan di Bomba di mana di dekat arca Langkebulawa
tanah. Rupanya situs yang terdiri dari bukit miring terdapat juga sisa-sisa benteng yang dibuat dari
ini telah mengalami erosi yang cukup kuat sehingga tanggul dan parit serta pohon bambu.
lapisan humus telah terbawa air.
Berdasarkan perbandingan temuan pecahan e) . Pada waktu pembersihan lubang kalamba
gerabah baik yang didapatkan pada ekskavasi Tumpuara no. 4 dan kalamba Lengkeka no. 3
di Padang Tumpuara maupun temuan gerabah di di Padang Birantua masing-masing menghasilkan
Padang Birantua maka dapatlah ditarik kesim- batu-batu bulat yang kemungkinan merupakan
pulan bahwa pendukung megalitik ketika itu batu giling (grinding stone). Pada kalamba padang
mengadakan upacara penguburan tidak jauh Tumpuara no. 4 batu-batu bulat ditemukan
dari tempat tinggal mereka. Hal ini tidak bersama-sama dengan rangka manusia, pemukul
mengherankan karena pendukung megalitik masih kulit kayu dan gerabah. Hal ini menunjukkan
mempunyai kepercayaan akan adanya hubungan bahwa benda-benda tersebut merupakan bekal
yang "langgeng" (abadi) antara mereka yang kubur bagi si mati. Untuk mencari perbandingan-
ditinggalkan dengan arwah nenek moyang mereka. perbandingan adanya bekal kubur serta jenis-
Kalau melihat data-data hasil ekskavasi kalam- jenisnya maka perlu dilakukan ekskavasi yang
ba Padang Birantua 3 yang dilakukan di kompleks asli dan yang belum terganggu oleh tangan
Lengkeka I maka ada tanda-tanda bahwa sistem manusia. Pemukul kulit kayu ini sampai pada masa
penguburan di kalamba tersebut rupanya bentuk penjajahan Belanda bahkan sampai sekarang masih
penguburan kedua (secondary burial). Hal ini dapat dipakai. Dengan melihat adanya perbedaan yang
diketahui karena keadaan rangka manusia yang menyolok tentang unsur dari kalamba-kalamba
ditemukan di sana sudah tidak lagi teratur sesuai maupun ike ini maka timbul permasalahan baru
dengan susunan biologinya. Tulang-tulang manusia yang perlu dipecahkan yakni mengenai hubungan
meskipun cukup banyak jumlahnya tetapi ber- antara ike (pemulul kulit kayu) dan kalamba yang
campur baur. Pembatasan yang dikemukakan di masing-masing mempunyai unsur yang berbeda.
sini, yaitu bahwa penguburan kalamba merupakan Terkecuali kalau memang ike itu sudah mulai
penguburan kedua yang lebih dari satu orang, dipakai sejak tradisi megalitik maka tidak ada per-
dapat disejajarkan dengan penguburan kedua yang masalahan lagi.
dilakukan oleh orang-orang sekitar danau Poso
(Pamona Utara), di mana mereka mempergunakan f) . Temuan kepurbakalaan yang berupa
peti-peti kayu untuk upacara penguburan arca-arca megalitik yang ditemukan di desa Bomba,
kedua. Bewa, Pada dan Lengkeka mempunyai bentuk
yang sederhana. Matanya digambarkan dengan
d). Di sekitar bukit yang biasa disebut Padang bentuk bulat dan ada sebagian yang digambar-
Tumpuara banyak sekali ditemukan monolit yang kan sipit (slanting). Sedangkan mulut sebagian
besar. Monolit ini terutama banyak ditemu- digambarkan secara jelas tetapi ada juga yang sama
kan pada bagian utara dan selatan. Sedang pada sekali tidak digambarkan. Arca dari Sulawesi
bagian timur dan barat di mana terdapat lereng- Tengah ini semuanya hanya terdiri dari bagian
lereng yang terjal jarang ditemukan monolit. kepala dan bagian badan. Bagian kaki tidak pernah
Untuk sementara ini dapat dikatakan bahwa situs dipahatkan. Sedang ukuran badan sampai ke
Padang Tumpuara yang dibatasi oleh lereng-lereng bahu dan kepala rata-rata sama. Di sini dapat
yang terjal pada bagian timur dan barat serta batu- dikatakan bahwa bentuk patung Sulawesi Tengah
batu monolit yang ada di bagian utara dan selatan merupakan transisi dari bentuk menhir dan patung

37
megalitik. Oleh karena itu lebih tepat jika dikata- lebih luas dan mengadakan penelitian sekitar
kan arca menhir karena bentuknya menyerupai padang rumput di bagian barat desa, di mana
menhir. Beberapa arca kadang-kadang digambarkan ditemukan banyak sekali pecahan gerabah yang
dengan bentuk genitalia yang menonjol baik wanita sangat banyak jumlahnya, baik polos maupun
maupun laki-laki. Tetapi ada beberapa yang di- berhias. Diperkirakan bahwa peninggalan gerabah
gambarkan tanpa genitalia. Genitalia yang kadang- ini penting artinya karena erat hubungannya
kadang digambarkan menonjol dan kadang-kadang dengan peninggalan megalitik di daerah ini.
tidak ada, masih merupakan masalah yang perlu Rupanya perlu ekskavasi di Bangga untuk men-
dipecahkan dengan jalan melakukan penelitian dapatkan data baik kuantitatif dan kualitatif
yang lebih intensip, dengan mengumpulkan untuk merekonstruksi peninggalan di sini.
contoh-contoh sebanyak mungkin dan deskripsi Peninggalan di sekitar danau Poso yang
untuk melihat persamaan ataupun perbedaannya. meliputi penguburan kedua dalam peti kayu,
serta temuan menhir di tepian danau Poso dan
gerabah yang tersebar di sekitarnya menambah
VIII. RINGKASAN perbendaharaan tentang tinggalan arkeologi, yang
Penelitian arkeologi di daerah Sulawesi perlu ditangani secara tersendiri. Di gua-gua karang
Tengah bertujuan untuk mencari dan mengum- di Pamona Utara (sekitar danau) ditemukan
pulkan data baru dengan melalui survai dan eks- kerangka manusia yang banyak jumlahnya baik
kavasi. Penelitian tersebut mencakup daerah- yang sudah tersebar di luar peti maupun yang
daerah yang belum diteliti oleh peneliti terdahulu masih dalam peti.. Dalam upacara penguburan
pada masa penjajahan Belanda maupun pada kedua ini diikutkan berbagai bekal kubur dalam
situs-situs yang sama sekali belum diteliti oleh bentuk piring, mangkuk, dulang, manik-manik
mereka. Penelitian di daerah ini telah dilakukan dan lain-lain. Temuan peninggalan megalitik di
oleh berbagai sarjana baik asing maupun ahli sini berbentuk menhir di dekat danau di muka
Indonesia sendiri. Kegiatan penelitian yang gereja Tentena. Semuanya berjumlah 3 buah.
dilakukan oleh Pusat Penelitian Purbakala dan Tetapi menurut keterangan penduduk dahulu
Peninggalan Nasional telah dimulai sejak tahun di tempat ini banyak ditemukan menhir semacam
1975 dalam usaha pengumpulan Data Masterplan, ini. Di sekitarnya ditemukan banyak pecahan
sedang yang kedua dilaksanakan pada tahun 1976 gerabah baik polos dan berhias.
oleh peneliti Pus. P3N. Bantuan dari berbagai Penelitian yang dilakukan di daerah Bada
instansi di daerah seperti dari Kantor Suaka Pe- (Lore Selatan) berhasil menemukan berbagai
ninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Wilayah unsur megalitik di antaranya: patung megalitik
Propinsi Sulawesi Selatan, Bidang Permuseuman (megalithic statues), kalamba (stone vats), lumpang
Sejarah dan Kepurbakalaan, Kantor Wilayah batu (stone mortars), dan lain-lain. Patung
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabu- megalitik yang ditemukan di lembah Bada dapat
paten Poso serta petugas dari Kantor Daerah dikategorikan sebagai patung menhir. Karena ben-
Tingkat I Sulawesi Tengah, sangat membantu tuknya yang menyerupai menhir. Badannya berben-
kelancaran penelitian. Areal penelitian tahun tuk silinder, digambarkan tanpa kaki, sedang ta-
1976 mencakup tiga daerah yaitu di lembah ngannya hanya merupakan pahatan yang digambar-
Palu (Kabupaten Donggala), Lembah Poso dan di kan sederhana dan ditujukan ke bagian kemaluan-
lembah Bada (Lore Selatan). nya Jenis kelamin kadang-kadang digambarkan sa-
Penelitian di lembah Palu yang dilakukan ngat menonjol ada yang menggambarkan wanita dan
di kesa Watunonju dan Bangga telah berhasil ada yang laki-laki. Bagian muka digambarkan
menemukan temuan-temuan baru sehingga menam- sangat primitif, bermata bulat, hidung sederhana
bah jumlah temuan tahun 1975. Baik temuan dan tanpa mulut. Arca megalitik ini ditemukan
daerah Watunonju maupun Bangga bertam- di beberapa tempat dan biasanya diberi nama oleh
bah, terutama peninggalan dalam bentuk lumpang penduduk setempat misalnya, patung Lankebulawa
batu. Selain itu di situs Bangga sendiri tim telah di Bomba, patung Loga di Pada, patung Palindo di
berhasil mengadakan pengamatan pada areal yang padang Sepe dan lain-lain. Patung yang berciri

38
seperti patung-patung Sulawesi Tengah ditemukan menemukan sisa-sisa tempat tinggal yang berupa
pula di Gunung Kidul. lapisan kereweng yang cukup tebal dan benda-
Peninggalan kalamba mempunyai berbagai benda yang lain. Ekskavasi ini dilakukan di sebuah
bentuk ada yang besar dan ada yang kecil, ada bukit di mana 5 buah kalamba besar ditemukan.
yang dipahatkan secara sempurna dan ada pula Berdasarkan temuan hasil ekskavasi baik di padang
yang belum selesai. Oleh para ahli kalamba ini Birantua dan padang Tumpuara maka dapat
dipergunakan untuk tempat penguburan. Rupa- diambil kesimpulan bahwa tempat penguburan
nya hal ini memang dapat dibenarkan, karena dilakukan berdampingan dengan tempat tinggal.
pada ekskavasi yang dilakukan pada kalamba Peninggalan megalitik dalam bentuk kalamba
Birantua 3 di kompleks Lengkeka I ternyata ini dapat dijumpai pula di sekitar danau Toba dan
berhasil ditemukan tulang-tulang manusia dalam di lembah Mekhong. (Kaudern, 1938; Madeleine
keadaan bertumpuk. Jelas bahwa penguburan Colani, 1935).
kalamba merupakan sisa-sisa penguburan kedua
Rupanya masih perlu mengadakan penelitian
dengan disertai berbagai macam benda sebagai
lebih intensip lagi baik melalui survai maupun
bekal kubur.
ekskavasi untuk mengumpulkan data selengkap
Ekskavasi yang dilakukan di kompleks mungkin terhadap peninggalan megalitik ini.
Lengkeka I I yaitu di Padang Tumpuara berhasil

39
DAFTAR BACAAN

Asmar, Teguh Hoop, A.N.J. Th.a.Th.van der,


1975 "Megalitik di Indonesia, ciri dan 1932 Megalithic Remains in South Sumatra,
problimnya" Bulletin Yaperna, Yaya- Zuthpen: W.J. Thieme, Translated by
san Perpustakaan Nasional Jakarta, William Shirlaw.
No. 7 Tahun — 11 Juni. 1935 "Steenkistgraven in Goenoeng Kidoel"
Callenfels, P. V. Stein, Tijdschrift voor Indische Taal-Land-en
1920 "Rapport over en dienstreis door Volkenkunde, Koninklijk Bataviaasch
een deel van Sumatra", Oudheidkundig Genootschap van Künsten en
Verslag, Oudheidkundige Dienst in Wetenschapen, deel L X X V .
Nederlandsch-Indie. 1938 "De Praehistorie" Geschiedenis van
1961 Pedoman Singkat Koleksi Prasejarah Nederlands Indie deel I , Joost van den
Museum Pusat Lembaga Kebudayaan Vondel, Amsterdam.
Indonesia, Revisi oleh Drs.R.P. Soe-
Kaudern, Walter
jono, Cetakan ke 4.
1938 Megalithic Finds in Central Celebes,
Colani, Madeleine, Ethnographical Studies in Celebes,
1935 "Les Mégalithes du Haut-Laos" (Hua Elanders Boktryckeri Aktiebolag
Pan, Tran Ninh). Publication de Göteborg.
L'Ecole Française d'Extrême-Orient,
X X V - X X V I . Paris. Krom, N.J.
1932 Het oude Java en zijn kunst, Haarlem.
Harun Kadir.
1977 "Aspek Megalitik di Toraja Sulawesi Kruyt, A.C.,
Selatan", dibacakan pada Pertemuan 1908 "Nadere gegevens betreffende de
Ilmiah Arkeologi di Cibulan. oudheden aangetroffen in het
landschap Resoa", Tijdschrift
Heekeren, H.R. van, Bataviaasch Genootschap, vol L .
1931 "Megalitische overblijfselen bij Bondo-
1909 "Het landschap Bada in Midden-
woso", Djawa Tijdschrift van het
Celebes" in Tijdschr. K . Nederl.
Java-Instituut.
Aardrijksk. Genootschap, Vol. X X V I ,
1958 "The Bronze-Iron Age of Indonesia" Leiden.
Verhandelingen van het Koninklijk
Instituut voor Taal, Land-en Vol- Loofs, H.H.E,
kenkunde, 's-Gravenhage-Martinus 1967 Elements of the Megalithic Complex
Nijhoff. in Southeast Asia, Camberra; Australian
1960 Penghidupan dalam zaman Prasejarah National University Press.
di Indonesia, Terjemahan Moh. Amir
Sutaarga, Cetakan ke 2, Soeroengan, Rokus Due Awe & Budi Santoso,
Jakarta. Laporan penelitian di Nusa Tenggara
Timur, in press.
Heine Geldern, R. Von,
1945 "Prehistoric Research in the Schnitger, F . M ,
Netherlands Indies", Science and 1938 "Ancient Batak tomb in Tapanuli
Scientists in the Netherlands Indies, (North Sumatra)", Annual Biblio-
Pieter Honig Ph.D and Frans Verdoorn graphy of Indian Archaeology, Vol
Ph.D, New York. X I , E . J . Brill, Leyden.

40
Perry, W.J. (Desertasi untuk mencapai gelar
1918 The megalithic culture in Indonesia, Doktor pada Universitas Indonesia).
Manchester.
Sukendar, Haris,
Soejono, R.P.
1962 "Penyelidikan sarkofagus di Pulau 1971 Penyelidikan megalitik di daerah
Bali", Laporan Konggres Ilmu Penge- Wonosari, Gunung Kidul, skripsi
tahuan Nasional Kedua, jilid 6, untuk sarjana, Fak. Sastra dan Keb.
seksi D, Jakarta, Majelis Ilmu Penge- Universitas Gajah Mada.
tahuan Indonesia, Archipel, Bogor. 1977 "Tinjauan tentang peninggalan tradisi
1977 Sistem-sistem penguburan pada akhir megalitik di daerah Sulawesi Tengah,
masa Prasejarah di Bali, Jakarta. Pertemuan Ilmiah Arkeologi, 1977.

41
SUMMARY*) jars, vessels, bowls, shallow bowls and beads.
In addition to these in front of the church of
Archaeological research in Central Sulawesi Tentena near the lake three menhirs were found.
consists of surveys and excavations aimed at
collecting new data on the prehistoric traditions Finds from the survey of the Bada valley
of the region. The research activities of the National consisted of megalithic images, the so-called
Research Centre of Archaeology since 1975 have "statues menhirs", stone vats, stone mortars and
pioneered work on the making of a Data Masterplan grooved stones. The stone images were of a type
and the second stage of this research was carried similar to those found on Gunung Kidul (Central
out in 1976. Java) in the form of a menhir; they have no legs,
a shapeless trunk and the arms are pointing down-
Research conducted in 1976 covered three wards to the sex organ. Both male and female
areas: the Palu, Poso and Bada valleys (map no.l images are found.
and 2). Excavations also took place at Padang
Birantua (Complex Lengkeka I) and at Padang The excavation at Padang Birantua (Lengkeka
Tumpuara (Complex Lengkeka II). I complex) of the stone vat Birantua nr.3, indicates
that the stone vat was used for burial purposes.
The research carried out in the Palu valley
in the villages of Watunonjo and Bangga yielded The excavation at Padang Tumpuara (Leng-
29 stone mortars; 15 were found in the neigh- keka I I complex) yielded evidence of dwellings
bourhood of Watunonjo (PI. 1, Photo 1-7) and 14 from the remains of habitation levels, potsherds
in Bangga (PI. 3, Photo 8—11). To the west of and other household implements.
Bangga a considerable number of potsherds were The results so far obtained from this research
found on the surface, either plain or decorated. indicate that the communities following the
In order to establish the connection between the megalithic tradition in this region carried out
earthenware pottery and the presence of a mega- their burial practices in the vicinity of their
lithic tradition in the area systematic excavation dwellings. In order to obtain fuller data, wider
is necessary. and more systematic research is needed, in
The survey of the Poso area yielded remains particular the systematic excavation of other
of secondary burials and grave goods, such as urns, sites and stone vats.

*) Terjemahan oleh Dr. J . F . H . Villiers (The British Institute in South-East Asia).

42
IX. LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. D A F T A R PETA, GAMBAR, DAN FOTO

D A F T A R PETA

Peta Peta lokasi kepurbakalaan di Sulawesi Tengah.


Peta Peta lokasi kepurbakalaan di sekitar Besoa dan Bada, Sulawesi Tengah.
Peta Peta lokasi kepurbakalaan di kompleks Lengkeka I , Lore Selatan, Poso.
Peta Peta lokasi kepurbakalaan di kompleks Lengkeka I I , kecamatan Lore Selatan, Poso.
Peta Irisan LP. I , I I , IV, V, V I , V I I , dan VIII.
Padang Tumpuara (Kompleks Lengkeka II), Lore Selatan Kabupaten Poso.
Peta 6 Kontur dan denah temuan, di Padang Tumpuara (Kompleks Lengkeka II) Lore Selatan,
Poso.
Peta 7 Irisan Kalamba no.3 dan denah temuan kompleks Lengkeka I , Lore Selatan, Poso.
Peta 8 Stratigrafi LP. X V , X V I dan X V I I I . Padang Tumpuara (Kompleks Lengkeka II).
Lore Selatan, Kabupaten Poso.
Peta Q Kontur Denah temuan dan Irisan Padang Tumpuara, Lore Selatan, Poso.

D A F T A R GAMBAR

Gambar Lumpang batu Watunonju no. 1, 2, kecamatan Biromaru, kabupaten Donggala.


Gambar Kereweng berhias dari desa Watunonju, kecamatan Sigi, Biromaru, Donggala.
Gambar Lumpang batu Bangga no. 3—6, kecamatan Biromaru, kabupaten Donggala.
Gambar Kereweng berhias dari Bangga, kecamatan Dolo, kabupaten Donggala.
Gambar Menhir dari Tentena, kecamatan Pamona Utara, kabupaten Poso.
Gambar Peta kubur dari kayu di gua Tangkaboba, kecamatan Pamona Utara, kabupaten Poso.
Gambar Bekal kubur di gua Tangkaboba, kecamatan kecamatan Pamona Utara, kabupaten
Poso.
Gambar 8 Kapak perunggu dari desa Peura, kecamatan Pamona Utara, kabupaten Poso.
Gambar G Kapak perunggu dan gelang batu dari desa Peura, kecamatan Pamona Utara, kabupaten
Poso.
Gambar 10 Gelang perunggu dari desa Peura, kecamatan Pamona Utara, kabupaten Poso.
Gambar 11 Gelanggang perunggu dari desa Peura, kecamatan Pamona Utara, kabupaten Poso.
Gambar 12 Arca Langkebulawa dari desa Bomba, kecamatan Lore Selatan, kabupaten Poso.
Gambar 13 Batu datar dari desa Bomba, kecamatan Lore Selatan, kabupaten Poso.
Gambar 14 Arca Loga dari Pada, kecamatan Lore Selatan, kabupaten Poso.
Gambar 15 Arca Palindo dari Padang Sepe, kecamatan Lore Selatan, kabupaten Poso.
Gambar 16 Lumpang batu no. 1, 2 dan batu berlubang dari Padang Sepe, kecamatan Lore Selatan
kabupaten Poso.
Gambar 17 Kalamba Lengkeka no. 1, kecamatan Lore Selatan, kabupaten Poso.
Gambar 18 Kalamba Lengkeka no. 2, kecamatan Lore Selatan, kabupaten Poso.
Gambar 19 Kalamba Lengkeka no. 3, kecamatan Lore Selatan, kabupaten Poso.
Gambar 20 Kalamba Lengkeka no. 5, kecamatan Lore Selatan, kabupaten Poso.
Gambar 21 Kalamba Lengkeka no. 6, kecamatan Lore Selatan, kabupaten Poso.
Gambar 22 Kalamba Lengkeka no. 7, kecamatan Lore Selatan, kabupaten Poso.
Gambar 23 Kalamba Lengkeka no. 8, kecamatan Lore Selatan, kabupaten Poso.
Gambar 24 Kalamba Lengkeka no. G, kecamatan Lore Selatan, kabupaten Poso.
Gambar 25 Kalamba Lengkeka no. 10, kecamatan Lore Selatan, kabupaten Poso.

43
Gambar 26 : Kalamba Lengkeka no. 11, 12 dan lumpang batu no.l dan 2, kecamatan Lore Selatan,
kabupaten Poso.
Gambar 27 : Batu berlubang Birantua no.l dan 3; kalamba Lengkeka no.4 kecamatan Lore Selatan,
kabupaten Poso.
Gambar 28 : Batu berlubang Birantua no.2; arca Birantua no.2, kecamatan Loree Selatan, kabupaten
Poso.
Gambar 29 : Batu berlubang Birantua no. 4, 5, 6, dan 7, kecamatan Lore Selatan, kabupaten Poso.
Gambar 30 : Batu bergores Birantua no. 1, 2 dan 3, kecamatan Lore Selatan, kabupaten Poso.
Gambar 31 : Batu bergores Birantua no. 4, kecamatan Lore Selatan, kabupaten Poso.
Gambar 32 : Arca Birantua no. 1, kecamatan Lore Selatan, kabupaten Poso.
Gambar 33 : Arca monyet desa Lengkeka dan lumpang batu, kecamatan Lore Selatan, kabupaten
Poso.
Gambar 34 : Kalamba Tumpuara no. 1 kecamatan Lore Selatan, kabupaten Poso.
Gambar 35 : Kalamba no.2, kecamatan Lore Selatan kabupaten Poso.
Gambar 36 : Kalamba Tumpuara no. 3, kecamatan Lore Selatan kabupaten Poso.
Gambar 37 : Kalamba Tumpuara no. 4, kecamatan Lore Selatan, kabupaten Poso.
Gambar 38 : Tempayan yang ditemukan di LP.VI, Padang Tumpuara, kecamatan Lore Selatan,
kabupaten Poso.
Gambar 39a : Tombak besi dari ekskavasi LP. V I , Tumpuara.
39b : Pedupaan dari LP.XVIII, Tumpuara.
Gambar 40a : Pecahan berbentuk seperti tempat pedupaan.
40b : Tuangan besi.
Gambar 41 : Kereweng berhias dari L P . X V I I I , Tumpuara.
Gambar 42a : Ike (pemukul kulit kayu) dalam kalamba Lengke no. 3 Padang Tumpuara, Lore
Selatan, kabupaten Poso.
42b : Ike (pemukul kulit kayu) dalam LP.XIX, spit 3, Padang Tumpuara, kecamatan Lore
Selatan, kabupaten Poso.
Gambar 43 : Rekonstruksi tempayan yang ditemukan dari kalamba no. 3 di Birantua, kecamatan
Lore Selatan kabupaten Poso.

DAFTAR FOTO

Foto no. 1 : Lumpang batu Watunonju no. 2, Biromaru, Donggala.


Foto no. 2 : Lumpang batu Watunonju no. 4, Biromaru, Donggala.
Foto no. 3 : Lumpang batu Watunonju no. 5 Biromaru, Donggala.
Foto no. 4 : Lumpang batu Watunonju no. 9 Biromaru, Donggala.
Foto no. 5 : Lumpang batu Watunonju no. 10, Biromaru, Donggala.
Foto no. 6 : Lumpang batu Watunonju no. 11, Biromaru, Donggala.
Foto no. 7 : Lumpang batu Watunonju no. 14 Biromaru, Donggala.
Foto no. 8 : Lumpang batu Bangga no. 1, Dolo, Donggala.
Foto no. 9 : Lumpang batu Bangga no. 2, Dolo, Donggala.
Foto no. 10 : Lumpang batu Bangga no. 5 Dolo, Donggala.
Foto no. 11 : Lumpang batu Bangga no. 8 Dolo, Donggala.
Foto no. 12 : Tiga buah menhir dari Tentena, Pamona Utara, Poso.
Foto no. 13 : Sebuah peti kubur dari kayu di gua Tangkaboba, Pamona Utara, Poso.
Foto no. 14 : Kapak perunggu dari Peura, Pamona Utara, Poso.
Foto no. 15 : Kapak perunggu dari Peura, Pamona Utara, Poso.
Foto no. 16 : Arca "Langkebulawa" dari Bomba, Lore Selatan, Kabupaten Poso.

44
Foto no. 17 : Arca "Loga" di desa Pada, Lore Selatan, Kabupaten Poso.
Foto no. 18 : Sebuah arca yang terdiri dari kepala dan leher ditemukan di Bewa, Lore Selatan,
kabupaten Poso.
Foto no. 19 : Arca "Palindo" di Padang Sepe, Lore Selatan, Poso.
Foto no. 20 : Kalamba Lengkeka no. 2 dan no. 3, Lore Selatan, Poso.
Foto no. 21 : Kalamba Lengkeka no. 2, Lore Selatan, Poso.
Foto no. 22 : Kalamba Lengkeka no. 3 yang telah digali, Lore Selatan Poso.
Foto no. 23 : Sebua batu berlubang yang ditemukan di Birantua, Lore Selatan, Poso.
Foto no. 24 : Batu berlubang Birantua no. 2, Lore Selatan, Poso.
Foto no. 25 : Arca Birantua nol, ditemukan dalam keadaan tertelentang Lore Selatan, Poso.
Foto no. 26 : Arca Birantua no. 2, dengan tonjolan di atas kepalanya, Lore Selatan, Poso.
Foto no. 27 : Kalamba Tumpuara no. 2 tutupnya masih utuh, Lore Selatan, Poso.
Foto no. 28 : Arca monyet dari desa Hamboa, dilihat dari depan dengan dari samping, Lore Selatan
Kabupaten Poso.
Foto no. 29 : Kotak-kotak ekskavasi sebelum dibersihkan; kelihatan tutup kalamba Tumpuara
no. 4; kecamatan Lore Selatan Kabupaten Poso.
Foto no. 30 : Kotak-kotak ekskavasi setelah dibersihkan dan diberikan kode angka, kecamatan
Lore Selatan, kabupaten Poso.
Foto no. 31 : Kegiatan ekskavasi di Padang Tumpuara, dari arah selatan nampak kalamba pada
kedalaman 150 cm.
Foto no. 32 : Keadaan ekskavasi dan temuan pada LP.V, V I , V I I , Padang Tumpuara.
Foto no. 33 : Situasi temuan pada spit 14, LP.V dan LPVI, dari arah selatan, Padang Tumpuara.
Foto no. 34 : Sebuah tempayan yang berhasil ditemukan dalam ekskavasi di Padang Tumpuara,
di LP. V I .
Foto no. 35 : Tempayan temuan di LP.VI, dari arah timur, Padang Tumpuara.
Foto no. 36 : Keadaan temuan pada LP V, V I , V I I .
Foto no. 37 : Lapisan tanah dinding utara, LP.XV dan L P X V I .
Foto no. 38 : Situasi batuan di dinding barat LP. X I X .

45
B. PETA-PETA

PETA LOKASI KEPURBAKALAAN


DI
SULAWESI TENGAH

61 K M

Ujung Pane

Lariang

• peninggalan tradisi megalit


V'/t?
lembah Bada

Peta 1 : Peta Lokasi kepurbakalaan di Sulawesi Tengah.

46
PETA LOKASI K E P U R B A K A L A A N
DI L E M B A H BADA
S U L A W E S I TENGAH
0 10 K M .
I • ! • • = <

KETERANGAN :

0 P e n i n g g a l a n tradisi megalitik

Peta 2 : Peta Lokasi kepurbakalaan di sekitar Besoa dan Bada, Sulawesi Tengah.
48
— Jolon setapak

C^S^ 1 Kontur dg. intv. 1,25 m

Peta lokasi kepurbakalaan di kompleks Lengkeka I I , kecamatan Lore Selatan,


Poso.
£

J
a
en

J
a
S
o

g
18
a

g
'O
H*
>
i—r
>
>

g
.a
¿a

50
KONTUR DAN DENAH TEMUAN
RADANG TUMPUARA (KompItkR LENGKEKA II)
Kcc LORE SELATAN K*b POSO

LPJWI LRXVI LP.XVI LRXV LP.MY LP.XB LPJCD

P E T A PERMUKAAN

Lpxvin LP.XY1 LPJCY


V» Ua la la Ra.
•1

* v»
*0
t-
Ca ». M 1.
b
W. Va
* Ua t. I. Ra I.

PETA TEMUAN

Va Ua I. »a R. Ra

kM«k L P. yanfl aifi

lilit 0 - f l t . N m

IET*> TEHW1
a 0

•• R. R.
|. V. "a
1
, — r

S 1 1 j i
1
i 1
i — i 11
1 =
1 1 i • 1
1
1 1 , ; 1
1* "
r

f'

. '.- i
i

Peta 6 : Kontur dan denah temuan, di Padang Tumpuara (Kompleks Lengkeka II) Lore
Selatan, kabupaten Poso.

51
IRISAN KALAMBA3 DAN DENAH TEMUAN
Kompleks LENGKEKA 1
Kec. LORE SELATAN. Kab. P O S O
0 100 C m

52
C. GAMBAR-GAMBAR

LUMPANG BATU
OS.WATUNONJU. K e c . S I G I BIROMARU
DONGGALA

No.1.

No.2.

0 50 c m

Gambar 1 : Lumpang batu Watunonju no.l, 2, kecamatan Biromaru, kabu-


paten Donggala.

55
GAMBAR-GAMBAR

LUMPANG BATU
DS.WATUNONJU, Kec.SIGI BIROMARU
DONGGALA

50 c m

•X.<3ut A.~Joti-oso.-76-

Gambar 1 : Lumpang batu Watunonju no.l, 2, kecamatan Biromaru, kabu-


paten Donggala.
PECAHAN KEREWENG BERHIAS
Ds.WATUNONJU, Kec.SIGI BIROMARU
DONGGALA

0 50 c m

Jt.Jut A. '76 -

Gambar 2 : Kereweng berhias dari desa Watunonju, kecamatan Sigi,


Biromaru, Donggala.
LUMRANG BATU
D s . B A N G G A , Kec. DOLO
DONGGALA

No. 3. No. A.

No.5. No.6.

50 c m

R.<3ot A.-.foii-oso - VA-1

Gambar 3 : Lumpang batu Bangga no.3—6, kecamatan Biromaru, kabupaten


Donggala.

57
LUMFANG BATU
D s . B A N G G A , Kec.DOLO
DONGGALA

No.3. No. 4.

No. 5 . No.6.

0 50 c m
te

tt.Joe A.-.foiroiQ-'76--\

3 : Lumpang batu Bangga no.3—6, kecamatan Biromaru, kabupaten


Donggala.
O».BANGGA K*c.DOLO
DONGGALA

1 i
"B

5 Cm.

Gambar 4 : Kereweng berhias dari bangga, kecamatan Dolo, kabupaten


Donggala.
Os. PAMONA
KEC.PAMONA U T A R A
KAB. POSO

0 100 Cm.

— denah

Gambar 5 : Menhir dari Tentana, kecamatan Pamona Utara, kabupaten Poso.


Gambar 6 : Peti kubur dari kayu di gua Tangkaboba, kecamatan Pamona
Utara, kabupaten Poso.
Ds. PAMONA
K E C . PAMONA UTARA
KAB.POSO

10Cm.

a. talam perunggu dari gua Pamona


b. tempat sirih pinang dari gua Tangkaboba

Gambar 7 : Bekal kubur di gua Tangkaboba, kecamatan Pamona Utara


kabupaten Poso.
Ds.PEURA
K e c . PAMONA UTARA
Kab. P O S O

10 Cm

Gambar 8 : Kapak perunggu dari desa Peura, kecamatan Pamona Utara,


kabupaten Poso.
62
10 Cm
-j

5 Cm-

Ds. P E U R A
K e c . PAMONA UTARA
Kab. P O S O

Gambar 9 : Kapak perunggu dan gelang batu dari desa Peura, kecamatan
Pamona Utara, kabupaten Poso.

63
Ds. P E U R A
Kec. PAMONA UTARA
Kab. POSO

0 5 Cm.

Gambar 10 : Gelang perunggu dari desa Peura, kecamatan Pamona Utara,


Kabupaten Poso.
Gambar 11 : Gelang perunggu dari desa Peura, kecamatan Pamona Utara,
kabupaten Poso.
z
<
< o
CD if)
O if) o
CD CL
< er
o CD
f)
<
a s:

66
DESA BOMBA, KEC. LORE SELATAN
KABUPATEN POSO

BATU DATAR

50 C m

Ji.tSue A-J^croso
' /9 76-

Gambar 13 : Batu datar dari desa Bomba, kecamatan Lore Selatan, kabupaten
Poso.
1s

69
Padang S E P E
Os. BEWA.Kec.LORE SELATAN
KabPOSO

BATU BERLUBANG

0 50 C m .
1 I

Gambar 16 : Lumpang batu no.l, 2 dan batu berlubang dari Padang Sepe,
Kecamatan Lore selatan kabupaten Poso.
KOMPLEKS LENGKEKA I
KEC. LORE SELATAN
KAB.POSO

II III V\V / / / V>\ / / / •«•V m W / A V\V W ^ \ / A W . / A N V \ //-/ VW Ml W /-z'/ W \ z / / W'


A / \\N / A W . H' A' J J z/z i " / Z / v w / / / VW / z / VW zz/ W v * z v.\v zzz \ w / r z v v Z/z-.*.

KALAMBA No. 1

100 C m .

^ &UC A . — i^CMOJO-
~ 19 7 * -

Gambar 17 : Kalamba Lengkeka no.l, kecamatan Lore Selatan, kabupaten


Poso.

71
K A L A M BA No.2.

0^ 100 Cm

Jt <3ut A.-JocroiO-'/i-

Gambar 18 : Kalamba Lengkeka no.2, kecamtan Lore Selatan, kabupaten


Poso.
KOMPLEKS L E N G K E K A I
KEC. LORE SELATAN
KAB. P O S O

KALAMBA No. 3 .

100 C m

X.<8ve A - ^ ¿ e ^ o » a - > - |

Gambar 19 : Kalamba Lengkeka no.3, kecamatan Lore Selatan, kabupaten


Poso.
X. rfu». A. -JberOso. _ '/S-

Gambar 20: Kalamba Lengkeka no.5, kecamatan Lore Selatan, kabupaten


Poso.
74
KOMPLEKS LENGKEKA I
KEC. LORE SELATAN
KAB. POSO

KALAMBA No. 6

100 C m .

Gambar 21 : Kalamba Lengkeka no.6, kecamatn Lore Selatan, kabupaten


Poso.
KOMPLEKS LENGKEKA 1
KEC. LORE SELATAN
KAB. POSO

KALAMBA No.7.

U)0 Cm.

- '9T& -

Gambar 22 : Kalamba Lengkeka no.7, kecamatan Lore Selatan, kabupaten


Poso.
Gambar 23: Kalamba Lengkeka no.8, kecamatan Lore Selatna, kabupaten
Poso.
100 C m .

liur rf. ~ y/orrora,-


- '97*-

Gambar 24: Kajamba Lengkeka no. 9, kecamatan Lore Selatan, kabupaten

78
Gambar 2 5 : Kalamba Lengkeka no.10, kecamatan Lore Selatan, kabupaten
Poso.
80
81
81
ARCA No.2

9 IQOCm

Gambar 2 8 : Batu bertulang Birantua no.2; arca Birantua no.2, kecamatan


Lore Selatan, kabupaten Poso.
BATU DAKON
KOMPLEKS L E N G K E K A I. K E C . L O R E SELATAN
KAB.P050

No. A.

No.5.

Gambar 29 : Batu berlubang Birantua no.4, 5, 6 dan 7, kecamatan Lore


Selatan, kabupaten Poso.
BATU G O R E S
KOMPLEKS LENGKEKAI. KEC. L O R E SELATAN
K A B . POSO

Gambar 30 : Batu bergores Birantua no.l, 2 dan 3, kecamatan Lore Selatan


kabupaten Poso.
50 C m

R.<£tJC /f, ~ Jotraio.-'}6

Gambar 3 1 : batu bergores Birantua no.4, kecamatan Lore Selatan,


kabupaten Poso.
85
KOMPLEKS L E N G K E K A I . K E C . L O R E SELATAN
KAB. POSO

Gambar 32: Arca Birantua no.l, kecamatan Lore Selatan, kabupaten


Poso.
KOMPLEKS LENGKEKA H
K E C . L O R E SELATAN
KAB. POSO

Gambar 34 : Kalamba Tumpuara no.l kecamatan Lore Selatan, kabupaten


Poso.
KOMPLEKS LENGKEKA II
KEC. LORE SELATAN
KAB.POSO

Gambar 36: Kalamba Tumpuara no.3, kecamatan Lore Selatan kabupab


Poso.
•%.<#ut A -Jvero->o -'76 -\

Gambar 37 : Kalamba Tumpuara no.4, kecamatan Lore Selatan, kabupaten


Poso.
KOMPLEKS L E N G K E K A H
K E C . L O R E SELATAN
KAB. POSO

HASIL REKONSTRUKSI TEMUAN L. P. V I . No.7.

25Cm.

Gambar 38 : Tempayan yang ditemukan di LP. V I , Padang Tumpuara, Ke-


camatan Lore Selatan, kabupaten Poso.

92
KOMPLEKS LENGKEKA I
K E C . L O R E SELATAN

0 10 Cm.
1 i i i i l

a . tombak besi h a s i l p e n g g a l i a n L P . V I ( no.11.)


b. p e d u p a a n „ L P. XVIII ( no. 8.)

A.-J?7(.~

Gambar 39a: Tombak besi dari ekskavasi L P . V I , Tempuara.


39b: Pedupaan dari L P . X V I I I , Tumpuara.
t*
d.

TEMUAN L P . XVIII.

a. t e m u a n spit 3.
b c.de. — , . — spit. 5.

O 5 Cm.

Gambar 4 1 : Kereweng berhias L P . X V I I I , Tumpuara.


96
Gambar 43 : Rekonstruksi tempayan yang ditemukan dari kalamba no.
di Birantua, kecamatan Lore Selatan Kabupaten Poso.
Foto no. 1 : Lumpang batu Watunonju no.2, Biromaru, Dong-
gala.
Foto no.3 : Lumpang batu Watunonju no. 5 Biromaru,
Donggala.

Foto no. 4 : Lumpang batu Watunonju no. 9 Biromaru,


Donggala.
Foto no. 5 : Lumpang batu Watunonju no. 10, Biromaru,
Donggala.

100
Foto no. 7 : Lumpang batu Watunonju no. 14 Biromaru,
Donggala.

Foto no. 8 : Lumpang batu Bangga no. 1 , Dolo, Donggala.


Foto no. 9 : Lumpang batu Bangga no. 2, Dolo, Donggala.

Fotono.10: Lumpang batu Bangga no. 5 Dolo, Donggala.


Foto n o . l l : Lumpang batu Bangga no. 8 Dolo, Donggala.

Foto no.12: Tiga buah menhir dari Tentena, Pamona Utara,


Poso.

103
Fotono.13: Sebuah peti kubur dari kayu di gua Tangkaboba,
Pamona Utara, Poso.

Fotono.14: Kapak perunggu dari Peura, Pamona Utara, Poso.


Fotono.16: Arca "Langkebulawa" dari Bomba, Lore Selatan,
Kabupaten Poso.

105
Foto no.17: Arca "Loga" di desa Pada, Lore Selatan, Kabupa-
ten Poso.

Fotono.18: Sebuah arca yang terdiri dari kepala dan leher


ditemukan di Bewa, Lore Selatan, kabupaten Poso.
Foto no.19: Arca "Palindo" di Padang Sepe, Lore Selatan,
Poso.

Foto no.20: Kalamba Lengkeka no.2 dan no.3, Lore Selatan.


Poso.
Fotono.21: Kalamba Lengkeka no. 2, Lore Selatan, Poso.

Fotono.22: Kalamba Lengkeka no. 3 yang telah digali, Lore


Selatan Poso.

108
Foto no.23: Sebuah batu berlubang yang ditemukan di
Birantua, Lore Selatan, Poso.

Foto no.24: Batu berlubang Birantua no.2, Lore Selatan, Poso.


Foto no.25: Arca Birantua nol, ditemukan dalam keadaan
terlentang Lore Selatan, Poso.

Fotono.26: Arca Birantua no.2, dengan tonjolan di atas ke-


palanya, Lore Selatan, Poso.
Fotono.27: Kalamba Tumpuara no.2 tutupnya masih utuh,
Lore Selatan Poso.

Foto no.28a : Arca monyet dari desa Hamboa, dilihat dari depan,
Lore Selatan Kabupaten Poso.
Foto no.28b : Arca monyet dari desa Hamboa, dilihat dari sam-
ping, Lore Selatan Kabupaten Poso.

Fotono.29: Kotak-kotak ekskavasi sebelum dibersihkan; keli-


hatan tutup kalamba Tumpuara no.4; kecamatan
Lore Selatan Kabupaten Poso.
Foto no.30: kotak-kotak ekskavasi setelah dibersihkan dan
diberikan kode angka, kecamatan Lore Selatan,
kabupaten Poso.

Foto n o . 3 i : Kegiatan ekskavasi di Padang Tumpuara, dari arah


Selatan nampak kalamba pada kedalaman 150 cm.
Foto no.32: Keadaan ekskavasi dan temuan pada L P . V , V I ,
V I I , Padang Tumpuara.

Fotono.33: Situasi temuan pada spit 14, L P . V dan L P . V I ,


dari arah selatan, Padang Tumpuara.

114
Fotono.35: Tempayan temuan di L P . V I , dari arah timur,
Padang Tumpuara.
Foto no.36: Keadaan temuan pada L P . V , V I , V I I .

Fotono.37: Lapisan tanah dinding utara, L P . X V dan L P . X V I .

116
Foto no.38: Situasi batuan di dinding barat L P . X I X .

117

Anda mungkin juga menyukai