Anda di halaman 1dari 6

Tabarruj Dan Ikhtilath

Islam adalah agama yang mengatur hidup dan kehidupan manusia. Ajaran-ajarannya
menjadi acuan bagi siapa saja, pribadi, keluarga, masyarakat, dan bangsa untuk meniti
kehidupan yang lebih baik dan harmonis dalam ridha sang pencipta. Rambu-rambunya
diletakkan untuk dijadikan pedoman perjalanan hidup untuk selamat sampai tujuan. Jika
ada rambu yang dilanggar, maka akibat buruk akan menimpa pelanggar itu dan bahkan
sering menimpa orang lain juga. Lihatlah, sebuah kecelakaan di jalan raya, korbannya tidak
hanya pelaku pelanggaran, namun menimpa pengguna jalan yang lain.

Di antara persoalan besar yang dihadapi oleh manusia adalah yang berkaitan dengan
wanita. Persoalan ini adalah persoalan Bani Israel dan persoalan umat ini. Rasulullah telah
mengisyaratkan masalah ini,

َ ‫ت بَ ْع ِدي فِ ْتنَةً َأ‬


ِ ‫ض َّر َعلَى الرِّ َج‬
‫ال ِمنَ النِّ َسا ِء‬ ُ ‫َما تَ َر ْك‬

“Aku tidak tinggalkan fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki selain (fitnah) wanita.” (H.R.
Bukhari dan Muslim)

Harta paling berharga yang dimiliki wanita adalah rasa malu dan harga diri. Jika wanita
melepaskan pakaian malunya dan tidak lagi menjaga harga diri serta kewanitaannya,
dampaknya akan menimpa keluarga dan masyarakat. Maka selayaknya keluarga dan
masyarakat juga turut dalam menjaga nilai-nilai ini pada diri wanita-wanitanya. Jika wanita
tidak lagi mengenakan hijab sebagaimana yang telah ditentukan Islam, ditambah dengan
pelanggaran batas hubungan antar laki-laki dan wanita, maka kerusakan akan terjadi. Hal ini
karena syahwat manusia adalah sesuatu yang berbahaya jika tidak dikendalikan.

Imam Muslim meriwayatkan dari Jabir bahwa Rasulullah saw. bersabda,

ِ ‫ْص َر َأ َح ُد ُك ْم ا ْم َرَأةً فَ ْليَْأ‬


‫ت َأ ْهلَهُ فَِإ َّن َذلِكَ يَ ُر ُّد َما فِي نَ ْف ِس ِه‬ َ ‫ِإ َّن ْال َمرْ َأةَ تُ ْقبِ ُل فِي صُو َر ِة َش ْيطَا ٍن َوتُ ْدبِ ُر فِي صُو َر ِة َش ْيطَا ٍن فَِإ َذا َأب‬

“Wanita itu dari depan nampak seperti bentuk setan dan dari belakang nampak seperti
bentuk setan. Kalau salah seorang di antara kalian melihat wanita hendaklah mendatangi
istrinya. Karena hal itu akan meredakan apa yang di dalam dirinya.”

Pengertian Tabarruj dan Ikhtilath

Menurut bahasa, tabarruj adalah wanita yang memamerkan keindahan dan perhiasannya
kepada laki-laki (Ibnu Manzhur di Lisanul Arab). Tabarrajatil mar’ah artinya wanita yang
menampakkan kecantikannya, lehernya, dan wajahnya. Ada yang mengatakan, maksudnya
adalah wanita yang menampakkan perhiasannya, wajahnya, kecantikannya kepada laki-laki
dengan maksud untuk membangkitkan nafsu syahwatnya.

Menurut syariah, tabarruj adalah setiap perhiasan atau kecantikan yang ditujukan wanita
kepada mata-mata orang yang bukan muhrim. Termasuk orang yang mengenakan cadar, di
mana seorang wanita membungkus wajahnya, apabila warna-warnanya mencolok dan
ditujukan agar dinikmati orang lain, ini termasuk tabarruj jahiliyah terdahulu. Seperti yang
disinyalir ayat,

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku
seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan
taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa
dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (Al-Ahzab: 33)

Allah melarang para wanita untuk tabarruj setelah memerintahkan mereka menetap di
rumah. Tetapi apabila ada keperluan yang mengharuskan mereka keluar rumah, hendaknya
tidak keluar sembari mempertontonkan keindahan dan kecantikannya kepada laki-laki asing
yang bukan muhrimnya. Allah juga melarang mereka melakukan tabrruj seperti tabarrujnya
orang-orang jahiliyah terdahulu. Apa maksud tabarruj jahiliyah terdahulu itu?

Mujahid berkata, “Wanita dahulu keluar dan berada di antara para laki-laki. Inilah maksud
dari tabarruj jahiliyah terdahulu.”

Qatadah berkata, “Wanita dahulu kalau berjalan berlenggak-lenggok genit. Allah melarang
hal ini.”

Muqatil bin Hayyan berkata, “Maksud tabarruj adalah wanita yang menanggalkan
kerudungnya lalu nampaklah kalung dan lehernya. Inilah tabarruj terdahulu di mana Allah
melarang wanita-wanita beriman untuk melakukannya.”

ِ َ‫ْح عَن ُم َجا ِهد َوالَ تَبَرَّجْ نَ تَبَرُّ َج ْال َجا ِهلِيَّ ِة اُألوْ لَى قَا َل َكان‬
‫ت ْال َمرْ َأةُ تَتَ َم َّشى بَ ْينَ َأ ْي ِدي ْالقَوْ ِم فَ َذلِكَ تَبَرُّ ُج ْال َجا ِهلِيَّ ِة‬ ٍ ‫َر َوى اِبْنُ َأبِي نَ ِجي‬

Ibnu Abu Najih meriwayatkan dari Mujahid, “Janganlah kamu berhias dan bertingkah laku
seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu…” Dia (Mujahid) berkata, “Wanita dahulu
berjalan-jalan di hadapan kaum (laki-laki). Itulah tabarruj Jahiliyah.”

Ada yang mengatakan, yang dimaksud jahiliyah pertama adalah jahiliyah sebelum Islam,
sedangkan jahiliyah kedua adalah umat Islam yang melakukan perbuatan jahiliyah pertama.

Sedangkan pengertian ikhtilath secara bahasa adalah bercampurnya dua hal atau lebih.
Ikhtilath dalam pengertian syar’i maksudnya bercampur-baurnya perempuan dan laki-laki
yang bukan muhrim di sebuah momen dan forum yang tidak dibenarkan oleh Islam.

Imam Abu Daud meriwayatkan,

َ‫اختَلَط‬ ِ ‫ار ٌج ِم ْن ْال َمس‬


ْ َ‫ْج ِد ف‬ ِ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُو ُل َوهُ َو خ‬ َ ِ ‫اريِّ ع َْن َأبِي ِه َأنَّهُ َس ِم َع َرسُو َل هَّللا‬ ِ ‫ص‬َ ‫ع َْن َح ْمزَ ةَ ْب ِن َأبِي ُأ َس ْي ٍد اَأْل ْن‬
َ ‫ْس لَ ُك َّن َأ ْن تَحْ قُ ْقنَ الطَّ ِري‬
‫ق َعلَ ْي ُك َّن‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم لِلنِّ َسا ِء ا ْستَْأ ِخرْ نَ فَِإنَّهُ لَي‬ ِ ‫الرِّ َجا ُل َم َع النِّ َسا ِء فِي الطَّ ِر‬
َ ِ ‫يق فَقَا َل َرسُو ُل هَّللا‬
‫َار ِم ْن لُصُوقِهَا بِ ِه‬ ِ ‫ق بِ ْال ِجد‬ ِ ‫ق بِ ْال ِجد‬
ُ َّ‫َار َحتَّى ِإ َّن ثَوْ بَهَا لَيَتَ َعل‬ ُ ‫ص‬ ِ َ‫َت ْال َمرْ َأةُ ت َْلت‬ ْ ‫يق فَ َكان‬ِ ‫ت الطَّ ِر‬ ِ ‫بِ َحافَّا‬

Hamzah bin Abi Usaid Al-Anshari bahwa ia mendengar Rasulullah saw keluar rumah dari
masjid. Tiba-tiba orang laki-laki dan wanita berkumpul di jalanan. Rasulullah saw berkata
kepada para wanita itu, “Agar wanita di belakang saja, kalian tidak boleh berada di tengah-
tengah jalan (ketika ada laki-laki) dan hendaknya kalian di pinggiran jalan.” Serta merta ada
wanita yang merapat ke dinding (rumah) sampai-sampai pakaiannya tersangkut ke dinding
itu karena terlalu nempel.” (Abu Daud).

Al-Qur’an memberikan arahan kepada wanita bagaimana seharusnya mereka bersikap,


bersuara dan bergaul dengan lawan jenisnya. Allah berfirman,

“Hai istri-istri nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa.
Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada
penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (Al-Ahzab: 32)

Sekarang ini pemandangan wanita tabarruj menjadi biasa, termasuk di negeri-negeri


muslim. Dunia entertainmen memiliki peran besar dalam mensosialisasikan budaya tabarruj.
Ikhtilath juga tidak bisa dipisahkan dari budaya mereka. Seorang pemuda akan dipandang
aneh jika tidak memiliki teman-teman wanita. Lebih jauh, pergaulan bebas semakin
membudaya.

Tabarruj dan Ikhtilah adalah konspirasi musuh-musuh Islam

Tabarruj dan ikhtilath merupakan tradisi Yahudi, ini nampak dalam Protokoler mereka, wajib
bagi mereka untuk menundukkan semua bangsa dengan cara memerangi akhlak dan
memporak-porandakan nilai-nilai keluarga dengan berbagai sarana yang ada. Lalu mereka
menemukan bahwa sarana yang paling efektif untuk menyerang basis keluarga adalah
dengan cara merangsang mereka melakukan kejahatan dan merangsang nafsu syahwat.
Racun ini lalu mereka sebarkan melalui berbagai media, film, koran, majalah, cerita, dan
lain-lain.

Kita sekarang hidup di zaman banyak dan beragam fitnah dan godaan, karena interaksi kita
dengan dunia luar, misal melalui media masa audio maupun visual. Wanita dibiarkan
berkeliaran ke mana saja tanpa batas dan bergaul dengan siapa saja serta dengan dandanan
model zamannya, membuka aurat, dengan kosmetik dan parfum yang menarik perhatian.
Acap kali kita menyaksikan, bahkan seorang gadis belia keluar dari rumahnya tanpa
didampingi oleh muhrimnya, bertemu dengan siapa saja tanpa pantauan kedua orang
tuanya. Wanita berbicara melalui telepon hingga berjam-jam tanpa diketahui oleh walinya.
Di waktu siang maupun malam tidak jarang dijumpai wanita berada di luar rumah, bukan
untuk suatu kepentingan belanja atau urusan keluarganya, semata-mata untuk mencari
sensasi. Kemudian ia bergabung dalam kerumunan laki-laki dan perempuan. Hampir bisa
dipastikan bahwa tujuan keluar rumah adalah sengaja menyebarkan fitnah dan menggoda
mata laki-laki. Sementara orang tuanya, kakak dan adiknya tenang berada di rumah.

Bahaya Tabarruj dan Ikhtilath

Berikut ini beberapa hal yang berkaitan dengan bahaya tabarruj dan ikhtilah bagi, diri,
keluarga, dan masyarakat.

1. Tabarruj dan ikhtilath adalah maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya

Dan barangsiapa bermaksiat kepada Allah akan merasakan akibatnya. Sama sekali tidak
akan membahayakan Allah. Rasulullah saw. bersabda,
َ ‫ َم ْن َأطَا َعنِي َد َخ َل ْال َجنَّةَ َو َم ْن ع‬:‫ يَا َرسُوْ َل هللاِ َم ْن يَْأبَى؟ قَا َل‬:‫ فَقَالُوْ ا‬،‫ُكلُّ ُأ َّمتِي يَ ْد ُخلُوْ نَ ْال َجنَّةَ ِإالَّ َم ْن َأبَى‬
‫َصانِي فَقَ ْد َأبَى‬

“Setiap umatku akan masuk surga kecuali yang tidak mau.” Mereka (sahabat) bertanya, “Ya
Rasulullah, siapakah yang tidak mau?” Beliau bersabda, “Barangsiapa taat kepadaku akan
masuk surga dan barangsiapa bermaksiat kepadaku ia orang yang tidak mau.” (H.R. Bukhari)

2. Tabarruj dan ikhtilath termasuk dosa besar

Karena kedua hal ini merupakan sarana paling kuat terhadap perbuatan zina. Di riwayat
yang shahih dari Ahmad diceritakan bahwa Umaimah binti Raqiqah datang kepada
Rasulullah saw. Untuk berbaiat kepada beliau dalam membela Islam. Beliau bersabda,

ِ ‫ْك َو ِرجْ لَي‬


َ‫ْك َوال‬ [َ ‫ك َوالَ تَْأتِي بِبُ ْهتَا ٍن تَ ْفت َِر ْينَهُ بَ ْينَ يَ َدي‬
ِ ‫ َوالَ تَ ْقتُلِي َولَ َد‬،‫ َوالَ ت َْزنِي‬،‫ْرقِي‬ َ ‫ُأبَايِ ُع‬
ِ ‫ َوالَ تُس‬،‫ك َعلَى َأ ْن الَ تُ ْش ِر ِكي بِاهللِ َش ْيًئا‬
‫َّجي تَبَرُّ َج ْال َجا ِهلِيَّ ِة اُألوْ لَى‬ ِ ‫تَنُوْ ِحي َوالَ تَتَبَر‬

“Aku membaiatmu agar kamu tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, tidak mencuri,
tidak berzina, tidak membunuh anakmu, tidak melakukan kebohongan dari hadapanmu
(karena perbuatan lisan dan kemaluan), tidak meratapi (orang mati), dan tidak tabarruj
dengan tabarruj jahiliyah pertama.” (H.R. Bukhari)

Lihatlah bagaimana Rasulullah saw. mengaitkan antara tabarruj dan dosa-dosa besar seperti
syirik, mencuri, dan berzina.

3. Tabarruj dan Ikhtilath mendatangkan laknat

Di Mustadrak Al-Hakim dan di Musnad Imam Ahmad dari Abdullah bin Umar Rasulullah saw
bersabda,

ٌ َ‫َاري‬ ٌ َ‫اسي‬ ِ ‫ب ْال َمس ِْج ِد نِ َساُؤ هُ ْم َك‬


ِ ‫ال يَ ْن ِزلُونَ َعلَى َأ ْب َوا‬
ِ ‫ُوج َكَأ ْشبَا ِه ال ِّر َج‬ ‫يَقُو ُل َسيَ ُكونُ فِي ِ ُأ‬
‫ات‬ ِ ‫ات ع‬ ِ ‫آخ ِر َّمتِي ِر َجا ٌل يَرْ َكبُونَ َعلَى ال ُّسر‬
‫ُأْل‬ ‫ُأ‬
‫َت َو َرا َء ُك ْم َّمةٌ ِم ْن ا َم ِم لَ َخ َد ْمنَ نِ َساُؤ ُك ْم نِ َسا َءهُ ْم َك َما‬ ٌ ‫اف ْال َعنُوه َُّن فَِإنَّه َُّن َم ْلعُون‬
ْ ‫َات لَوْ َكان‬ ِ ‫ت ْال ِع َج‬
ِ ‫َعلَى ُر ُءو ِس ِه ْم َكَأ ْسنِ َم ِة ْالب ُْخ‬
ُ‫يَ ْخ ِد ْمنَ ُك ْم نِ َسا ُء اُأْل َم ِم قَ ْبلَك ْم‬

“Akan datang di akhir umatku nanti laki-laki yang naik pelana (mewah) layaknya laki-laki
yang turun ke pintu-pintu masjid, wanita-wanita mereka mengenakan pakaian namun
telanjang, di kepala mereka seperti punuk unta kurus. Kutuklah wanita-wanita itu karena
sesungguhnya mereka itu terkutuk. Jika setelah kalian ada kaum, tentu wanita-wanita kalian
akan melayani wanita-wanita mereka sebagaimana wanita-wanita kaum terdahulu melayani
kalian.”

4. Tabarruj temasuk sifat penghuni neraka

Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda,

‫ت‬ٌ ‫ت َماِئاَل‬ ٌ ‫ات ُم ِمياَل‬ٌ َ‫َاري‬


ِ ‫ات ع‬ ٌ َ‫اسي‬ِ ‫اس َونِ َسا ٌء َك‬َ َّ‫ب ْالبَقَ ِر يَضْ ِربُونَ بِهَا الن‬ِ ‫ار لَ ْم َأ َرهُ َما قَوْ ٌم َم َعهُ ْم ِسيَاطٌ َكَأ ْذنَا‬
ِ َّ‫ص ْنفَا ِن ِم ْن َأ ْه ِل الن‬
ِ
‫ير ِة َك َذا َو َك َذا‬‫س‬ ‫م‬
َ ِ َ ِ َْ
‫ن‬ ‫م‬ ُ
‫د‬ ‫ُوج‬ ‫ي‬َ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ه‬‫ح‬ ‫ي‬‫ر‬ ‫ن‬َّ ‫و‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ح‬ ‫ي‬ ‫ر‬ ْ
‫د‬ ‫ج‬ ‫ي‬ ‫اَل‬
َ َ ِ ‫ِ َ ِئ ِ َ نَ َ َ َ ِ نَ ِ َ َ َِإ‬‫و‬ َ ‫ة‬َّ ‫ن‬‫ج‬ ْ
‫ال‬ ْ
‫ل‬ ُ
‫خ‬ ْ
‫د‬ ‫ي‬ ‫اَل‬ ‫ة‬َ ‫ل‬ ‫ا‬‫م‬ ْ
‫ال‬ ‫ت‬ ‫ُخ‬ْ ‫ب‬ ْ
‫ال‬ ‫ة‬ ‫م‬
ِ َِ ‫ن‬‫س‬ْ ‫َأ‬ َ
‫ك‬ َّ
‫ُن‬ ‫ه‬ ‫س‬
ُ ‫و‬ ‫ء‬ُ ‫ر‬
ُ

“Ada dua golongan penduduk neraka yang belum aku lihat sekarang ini. Satu kaum yang
bersama mereka cambuk-cambuk seperti ekor sapi yang dipakai untuk memukul orang.
Wanita-wanita mereka berpakaian namun telanjang, bergaya pundak mereka dan berpaling
dari kebenaran. Kepala mereka seperti punuk unta kurus, mereka tidak masuk surga dan
tidak mencium baunya. Padahal baunya tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian.”
(H.R. Muslim)

5. Tabarruj adalah Kemunafikan yang akan Mendatangkan Kegelapan di hari Kiamat

Al-Baihaqi meriwayatkan sabda Rasulullah saw. dengan sanad shahih,

‫ات الَ يَ ْد ُخ ُل ْال َجنَّة‬ُ َ‫ت َوه َُّن ْال ُمنَافِق‬ ُ َ‫ات ْال ُمتَخَ يِّال‬
ُ ‫َخ ْي ُر نِ َساِئ ُك ْم اَ ْل َو ُدوْ ُد ْال َولُوْ ُد ْال ُم َواتِيَةُ ْال ُم َوا ِسيَةُ ِإ َذا اتَّقَ ْينَ هللاَ َو َشرُّ نِ َساِئ ُك ْم اَ ْل ُمتَبَ ِّر َج‬
َ ‫ب اَأل ْع‬
‫ص ِم‬ ِ ‫َ ِم ْنه َُّن ِإالَّ ِم ْث َل ْال ُغ َرا‬

“Sebaik-baik wanita kalian adalah yang penyayang, yang banyak melahirkan, yang cocok
(dengan suaminya) jika mereka bertakwa kepada Allah. Dan seburuk-buruk wanita adalah
yang tabarruj dan sombong. Mereka itulah orang-orang munafik. Tidak akan masuk surga
salah seorang di antara mereka kecuali seperti gagak putih.” (Baihaqi).

6. Tabarruj dan ikhtilath menodai kehormatan keluarga dan masyarakat

Diriwayatkan dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda,

َ ‫ق فَ َماتَ َوا ْم َرَأةٌ غ‬


‫َاب َع ْنهَا زَ وْ ُجهَا قَ ْد‬ َ َ‫صيًا َوَأ َمةٌ َأوْ َع ْب ٌد َأب‬ َ ‫ق ْال َج َما َعةَ َو َع‬
ِ ‫صى ِإ َما َمهُ َو َماتَ عَا‬ َ َ‫ثَالَثَةٌ الَ تَ ْسَألْ َع ْنهُ ْم َر ُج ٌل ف‬
َ ‫ار‬
ْ ‫َأ‬ ْ ْ
‫َكفَاهَا ُمْؤ نَةَ ال ُّدنيَا فَتَبَ َّر َجت بَ ْع َدهُ فَالَ تَ ْس لْ َعنهُ ْم‬

“Ada tiga orang yang, kamu jangan bertanya kepada mereka: seseorang yang keluar dari
jamaah dan durhaka kepada imamnya lalu mati dalam keadaan bermaksiat, seorang budak
perempuan dan laki-laki yang berlari (dari tuannya) kemudian ia mati, dan seorang wanita
ditinggal keluar oleh suaminya dan telah dicukupi kebutuhan dunianya lalu ia bertabarruj
setelah itu. Maka jangan bertanya kepada mereka.” (H.R. Ahmad)

7. Tabarruj adalah sunnah Iblis

Jika menutup aurat dan berhijab serta menjaga diri dan kehormatan adalah sunnah Nabi
saw. Maka tabarruj dan ikhtilath adalah sunnah Iblis, di mana sasaran godaan pertama
terhadap manusia adalah agar auratnya terbuka. Allah mewanti-wanti hal ini kepada kita
agar kita tidak terfitnah oleh tipu daya Iblis. Allah berfirman,

“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah
mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya
untuk memperlihatkan kepada keduanya ‘auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-
pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.
Sesungguhnya kami telah menjadikan syetan-syetan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-
orang yang tidak beriman.” (Al-A’raf: 27).

8. Tabarruj dan Ikhtilath adalah Permulaan Zina

Setiap kali penyimpangan terjadi akan melahirkan penyimpangan lain yang lebih besar.
Ketika wanita tidak menutup auratnya dan tidak menjaga kehormatannya dengan
bercampur bersama laki-laki yang bukan muhrimnya, terlebih dengan dandanan yang
menyebar fitnah, rasa malu sudah sirna dan ghirah laki-laki mulai tiada, maka hal-hal haram
menjadi mudah dilakukan bahkan dosa-dosa besar menjadi hal yang biasa dan wajar.
Termasuk di antaranya zina. Di tengah masyarakat kita sekarang terjadi perbedaan persepsi
tentang zina. Bahkan tidak ada undang-undang yang menjadikan zina sebagai kejahatan
kecuali ia terkait dengan hak-hak asasi manusia.

9. Tabarruj dan Ikhtilath mengundang Siksaan Allah

Di hadits riwayat Ibnu Majah Rasulullah saw bersabda,

َ ‫ت فِي َأ ْساَل فِ ِه ْم الَّ ِذينَ َم‬


‫ضوْ ا‬ ُ ‫ط َحتَّى يُ ْعلِنُوا بِهَا ِإاَّل فَ َشا فِي ِه ْم الطَّاعُونُ َواَأْلوْ َجا‬
َ ‫ع الَّتِي لَ ْم تَ ُك ْن َم‬
ْ ‫ض‬ ُّ َ‫اح َشةُ فِي قَوْ ٍم ق‬ ْ ‫لَ ْم ت‬
ِ َ‫َظهَرْ ْالف‬

“Tidaklah nampak kebejatan di antara kaum Luth sampai mereka terang-terangan


(melakukannya) kecuali setelah itu tersebarlah penyakit kolera dan kelaparan yang belum
pernah terjadi pada pendahulu mereka.” (Ibnu Majah).

Secara umum, kemaksiatan kerap kali menjadi penyebab terjadinya berbagai musibah.
Seperti yang Allah sinyalir dalam Al-Qur’an,

“Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, maka kami perintahkan kepada orang-
orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan
kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan
(ketentuan kami), kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (Al-Isra’: 16)

Tentu saja yang akan terkena dampaknya tidak hanya pelaku kemaksiatan, kaum
mutabarrijat dan mereka tidak ada hijab dalam hubungan antar lawan jenis. Semua orang
yang ada di sebuah komunitas akan terkena dampaknya. Maka kewajiban bagi semuanya
adalah mencegah terjadinya berbagai kemaksiatan dan kemungkaran sebisa mungkin. Para
ulama dan pemimpin menjadi penanggung jawab utama sebelum yang lain dalam
menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar.

Abu Bakar As-Shidiq meriwayatkan bahwa ia mendengar sabda Rasulullah saw,

ٍ ‫اس ِإ َذا َرَأ ُوا ْال ُم ْن َك َر فَلَ ْم يُ َغيِّرُوْ هُ َأوْ َشكَ َأ ْن يَ ُع َّمهُ ُم هللاُ بِ ِعقَا‬
‫ب‬ َ َّ‫ِإ َّن الن‬

“Jika manusia melihat kemungkaran lalu tidak merubahnya, hampir Allah meratakan
siksanya kepada mereka semua.” (Diriwayatkan Empat Imam dan dinilai shahih oleh Ibnu
Hibban)

Anda mungkin juga menyukai