Anda di halaman 1dari 8

Al-Kauniyah Jurnal Biologi, 9(1), 2016, 66-73

Available online at http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/kauniyah

Naskah Review
POHON PELAWAN (Tristaniopsis merguensis): SPESIES KUNCI
KEBERLANJUTAN TAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
NAMANG ±BANGKA TENGAH
PELAWAN TREE (Tristaniopsis merguensis): SPECIES KEY SUSTAINABILITY IN NAMANG
BIODIVERSITY PARK CENTRAL BANGKA
Dian Akbarini1, 2*
1
Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Padjadjaran
2
Bappeda Kabupaten Bangka Tengah
*Corresponding author: akbarini@gmail.com

Diterima: 26 April 2016. Direvisi: 28 Juni 2016. Disetujui: 18 Juli 2016.

Abstrak
Pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang tidak memprioritaskan sektor ekonomi
semata, tapi juga menyeimbangkan sektor sosial dan lingkungan. Salah satu indikator yang
digunakan adalah kelimpahan keanekaragaman hayati yang terdapat di suatu wilayah. Indikator
pembangunan berkelanjutan yang disusun oleh Perserikatan Bangsa Bangsa adalah kelimpahan
spesies kunci. Pohon Pelawan (Tristaniopsis merguensis) merupakan satu spesies kunci bagi
keberlanjutan keanekaragaman hayati di kabupaten Bangka Tengah. Pohon Pelawan dapat men-
jamin tetap tumbuhnya jamur Heimioporus sp. dan panen madu Pelawan di Taman Keaneka-
ragaman Hayati kabupaten Bangka Tengah.
Kata kunci: Bangka Tengah; Pohon Pelawan; Taman keanekaragaman hayati

Abstract
Sustainable development is the development not only focusing on economic sectors but also
balancing social and environment balance. One of the indicators used (in this research) is the
abundance of biodiversity found in a region. Sustainable development indicators compiled by the
United Nation is the abundance of key species. Pelawan tree (Tristaniopsis merguensis) is one of
the key species for sustainable diversity in Central Bangka regency. Pelawan tree is supposed to
preserve the growth of fungi Heimioporus sp. and the harvest of Pelawan honey in Biodiversity
park, Central Bangka region.
Keywords: Biodiversity park; Central Bangka; Pelawan tree
Permalink/DOI: http//:dx.doi.org/10.15408/kauniyah.v9i7.3500

Copyright © 2016, Al-Kauniyah Jurnal Biologi,


p-ISSN: 1978-3736, e-ISSN: 2502-6720
Al-Kauniyah Jurnal Biologi, 9(1), 2016

PENDAHULUAN dimaksud adalah Tristaniopsis merguensis,


Indonesia dikenal sebagai negara mega- yang dalam bahasa lokal dikenal dengan nama
biodiversitas di dunia. Yang Maha Pencipta kayu Pelawan atau pohon Pelawan.
telah menganugerahkan keanekaragaman flora
yang sangat besar jumlahnya dan besar manfa- MENGENAL Tristaniopsis merguensis
atnya untuk keberlanjutan hidup masyarakat Tristaniopsis merguensis (Griff.) Peter
Indonesia, diantaranya Gymnospermae 19.112 G. Wilson & J. T. Waterh merupakan salah
jenis dan Angiosspermae 30.000-40.000 jenis satu anggota dari famili Myrtaceae. Tumbuhan
(BAPPENAS, 2016). ini banyak tersebar di hutan-hutan Kepulauan
Salah satu daerah yang menyimpan Bangka Belitung, tetapi belum semua daerah
kekayaan flora tersebut adalah Desa Namang, menjadikan tumbuhan ini untuk dikonservasi
Kecamatan Namang, Kabupaten Bangka secara berkelanjutan atau melalui aturan yang
Tengah. Pemerintah Desa Namang dengan legal seperti di Kabupaten Bangka Tengah.
luas 203,56 km2, telah menjadikan sebagian Tumbuhan ini hidup pada tanah dengan pH,
wilayahnya sekitar 52,04 ha sebagai Taman 5,9-6 (Yarli, 2011). T. merguensis merupakan
Keanekaragaman Hayati (Keputusan Bupati pohon dengan batang berwarna merah dengan
Bangka Tengah No. 188.45/403/KLH/ 2013). bagian kulit luar yang mengelupas (Gambar 1).
Masyarakat melalui pemerintah desa telah Kedudukan daun berseling, jarang berha-
berinisiatif untuk mengkonservasi keanekara- dapan. Permukaan daun kasar, tak berambut.
gaman flora dan fauna yang ada di desanya Bentuk daunnya obovatus atau oblanceolatus
agar generasi mendatang dapat menikmati dengan pangkal tumpul sampai meruncing ke
kekayaan hasil hutan, khususnya hasil hutan arah tangkai daunnya. Tangkai daun bersayap.
bukan kayu yang ada di desa tersebut. Panjang daun antara 6-8 inci dan lebar 1,25-
Konservasi demi keberlanjutan generasi 2,25 inci. Bunga majemuk besar, padat, putih
mendatang ini diprakarsai pada tahun 2009, dengan ibu tangkai bunga di ketiak daun (axi-
oleh kepala desa yang menjabat saat itu, laris) dan berambut. Kelopak berbentuk tabung
mengajukan wilayah Hutan Kalung seluas menyatu dengan bagian lobus yang tajam, be-
52,04 ha sebagai kawasan lindung, yang rambut. Petal 5 berlekatan. Benang sari ba-
kemudian ditindaklanjuti oleh SK Bupati nyak, berhadapan dengan petal, 5 kelompok.
Bangka Tengah No. 188.45/586/DPK/2009 Ovari tenggelam atau setengah tenggelam
tentang Penetapan Daerah Kalung Desa dengan 3 ruang. Buah kapsul dengan 3 lokus,
Namang Kecamatan Namang Kabupaten sebagian tertutup kelopak. Biji bersayap
Bangka Tengah sebagai Kawasan Lindung. (Ridley, 1922).
Kemudian seiring dinamika pembangunan, Sampai saat ini masih belum ada data
daerah Kalung berubah menjadi Taman yang akurat tentang perkembangbiakan dan
Keanekaragaman Hayati. pertumbuhan pohon Pelawan. Masyarakat saat
Hutan Kalung dipilih sebagai kawasan ini mulai membudidayakan pohon Pelawan
yang harus dilindungi karena di kawasan ini dari anakannya. Pohon Pelawan dimanfaatkan
terdapat spesies yang harus dilestarikan karena oleh masyarakat di Kepulauan Bangka Beli-
mempengaruhi keberadaan dan kebermanfaat- tung sebagai kayu bakar karena menghasilkan
an hasil hutan bukan kayu lainnya, yaitu seba- api yang bagus, panas lebih lama, dan abu se-
gai inang pertumbuhan jamur Pelawan dan dikit. Selain itu, pohon Pelawan mempunyai
makanan lebah yang menghasilkan madu pahit kayu yang sangat kuat sehingga dijadikan se-
Pelawan. Spesies ini disebut juga sebagai spe- bagai bahan bangunan oleh masyarakat. Selain
sies kunci. Spesies kunci di dalam komunitas itu, pohon Pelawan merupakan tumbuhan yang
biologi merupakan spesies tertentu atau kelom- memegang peranan penting bagi masyarakat di
pok spesies dengan ciri-ciri ekologi yang sama, Kepulauan Bangka Belitung sebagai sumber
dapat menentukan kemampuan sejumlah besar ekonomi. Keberadaan pohon ini akan memicu
spesies lain untuk bertahan di dalam komunitas kemanfaatan yang sangat berarti bagi pereko-
tersebut (Primarck et al., 1998). Spesies yang nomian masyarakat. Pada sistem perakaran po-

Copyright © 2016. Al-Kauniyah Jurnal Biologi, p-ISSN: 1978-3736, e-ISSN: 2502-6720 | 67


Al-Kauniyah Jurnal Biologi, 9(1), 2016
hon Pelawan akan tumbuh jamur Pelawan jika bahkan jika sulit diperoleh dipasaran harganya
selesai hujan yang disertai petir. Jamur Pela- mencapai 1,2 juta/kg. Hasil penelitian Wardani
wan merupakan jamur termahal yang ada di pada tahun 2008, pohon Pelawan berpotensi
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, bahkan sebagai bahan insektisida dengan cara memba-
mungkin di Indonesia. Berdasarkan hasil peng- kar pepagan pada malam hari sehingga asap
amatan, Penulis mendapatkan informasi bahwa yang dihasilkan dapat mengusir hama padi di
1 kg jamur Pelawan bernilai 800 ribu rupiah, sawah.

Gambar 1. Batang Pohon Pelawan (panah)

MENGENAL JAMUR PELAWAN DAN kulat pelawan) dan terhidangnya jamur


MADU PELAWAN tersebut di pesta menunjukkan kelasnya karena
Jamur Pelawan merupakan jamur yang harganya yang sangat mahal. Jika masyarakat
tumbuh bersimbiosis membentuk ektomikoriza desa saat itu panen jamur biasanya mereka
dengan pohon Pelawan. Jamur Pelawan meru- akan menjemurnya hingga kering untuk
pakan salah satu bahan pangan sumber omega disimpan karena jamur Pelawan mudah busuk
6 dan omega 9. Jamur Pelawan mengandung dan pekerjaan ini biasanya dikerjakan oleh
enam asam amino esensial yaitu valin, para perempuan yang ada di desa tersebut.
metionin, treonin, isoleusin, fenilalanin dan Jamur ini merupakan anggota famili
lisin. Jamur Pelawan juga merupakan sumber Boletaceae yang mempunyai ciri berupa pori-
antioksidan alami karena memiliki kemampuan pori di permukaan tudung sebagai tempat
menangkap radikal bebas. Komponen anti- penyimpan spora. Spora memiliki bentuk yang
oksidan yang terdapat pada jamur tersebut ovoid sampai ellipsoid. Berdasarkan morfo-
adalah komponen fenolik (4,77 mg GAE/g bb), loginya dan sekuens DNA, jamur ini termasuk
-karoten (15,37 µg/g bb) dan likopen (6,34 ke dalam genus Heimioporus (Gambar 2).
µg/g bb) (Rich, 2011). Data dari Dinas Perkebunan dan Kehu-tanan
Hasil pengamatan langsung dalam Kabupaten Bangka Tengah tahun 2014 tercatat
kehidupan sehari-hari di masyarakat, biasanya bahwa pada tahun 2013, panen jamur Pelawan
jamur Pelawan yang kering dijadikan salah yang dihasilkan seberat 500 kg. Pada tahun
satu lauk sehari-hari dan jamuan dalam pesta 2014, jamur Pelawan yang berhasil dipanen
perkawinan (dikenal dengan masakan lempah seberat 400 kg.

68 | Copyright © 2016. Al-Kauniyah Jurnal Biologi, p-ISSN: 1978-3736, e-ISSN: 2502-6720


Al-Kauniyah Jurnal Biologi, 9(1), 2016

Gambar 2. Tubuh buah jamur Pelawan

Pohon Pelawan juga menghasilkan madu diabetes demikian pula testimoni pasien yang
yang dihasilkan oleh Apis dorsata (lebah mengkonsumsinya. Selain di tempat asalnya,
madu). Lebah madu menghisap nektar dari madu Pelawan saat ini banyak dijual di kota-
bunga pohon Pelawan. Madu yang dihasilkan kota besar termasuk Bandung dengan berbagai
disebut dengan madu Pelawan. Madu Pelawan merk. Dengan demikian keberadaan pohon
memiliki rasa yang pahit namun bercampur Pelawan semakin penting.
rasa manis sebagaimana madu lainnya. Madu Masyarakat biasanya untuk mengambil
Pelawan memiliki harga yang sama mahalnya hasil madu Pelawan diawali dengan membuat
dengan harga jamur Pelawan yaitu per 300 ml sunggau. Sunggau adalah tempat bersarangnya
nya mencapai 200 ribu rupiah (komunikasi lebah madu yang dibuat dengan memiringkan
pribadi dengan penjual). batang pohon yang ada di sekitar hutan (Gam-
Madu Pelawan tidak hanya minuman bar 3). Para pencari madu biasanya membuat
tonik seperti madu biasa. Madu Pelawan diper- sunggau ini dengan memperhatikan jalur lebah,
cayai masyarakat sebagai obat batuk dan obat dan prosesnya disebut menggusung madu.

Gambar 3. Sarang lebah pada sunggau (panah)

Copyright © 2016. Al-Kauniyah Jurnal Biologi, p-ISSN: 1978-3736, e-ISSN: 2502-6720 | 69


Al-Kauniyah Jurnal Biologi, 9(1), 2016

Masyarakat desa yang mengandalkan lebah seperti Gambar 3, sunggau tersebut


mata pencahariannya sebagai pencari madu sudah dapat dipastikan ada madunya. Para
berlaku etika dalam sistem sosialnya. Etika pencari lebah tidak akan mengambil sunggau
yang berlaku yaitu jika mereka menemukan tersebut karena sudah menjadi milik pencari
pohon yang sudah ada sunggaunya dan berisi madu lainnya.

Gambar 4. Tumbuhan yang digunakan untuk mengusir lebah madu (panah)

Sunggau yang dibuat terlihat, bahwa katkan kualitas hidup manusia, dapat meman-
masyarakat menggunakan sumber daya alam faatkan sumber daya alam yang ada untuk
yang ada di hutan dengan sangat bijak, hanya memenuhi kebutuhan saat ini, tapi tanpa
sebatang kayu yang dimiringkan tidak merusak dan mengurangi kebutuhan yang akan
menggunakan banyak kayu. Demikian pula digunakan pada masa pembangunan generasi
saat akan panen madu, masyarakat tidak yang akan datang.
menggunakan bahan kimia untuk mengusir Menurut Soemarwoto (1983), bumi ini
lebah madu. Mereka menggunakan tumbuhan bukanlah warisan dari nenek moyang kita
hutan yang dibakar hingga mengeluarkan asap melainkan milik anak cucu kita. Dengan kata
untuk mengusir lebah madu lari dari sarangnya lain, bumi haruslah kita kembalikan kepada
(Gambar 4). Data yang didapatkan dari Dinas generasi berikutnya dalam keadaan yang lebih
Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bangka baik, artinya fase yang kita tinggalkan itu harus
Tengah tahun 2015, tercatat panen madu yang dapat merupakan dasar untuk mendukung fase
dihasilkan pada tahun 2013 sebanyak 78 L dan pembangunan berikutnya. Haruslah ada jamin-
tahun 2014 sebesar 144 L. an bahwa tidak akan terjadi keambrukan kare-
na lingkungan tidak dapat mendukung pem-
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN bangunan.
Menurut komisi Brundtland-UNCED Merujuk pada masyarakat di Desa
(United Nations Conference on Environment Namang dan usaha yang telah dilakukannya
and Development, 1997), lembaga PBB yang merupakan salah satu upaya pembangunan
terkait dengan lingkungan hidup, bahwa berkelanjutan, khususnya dalam menjaga hutan
Pembangunan berkelanjutan adalah pem- yang terdapat di kawasan mereka tinggal.
bangunan yang memenuhi kebutuhan masa Masyarakat dapat mendapatkan manfaat
kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi ekonomi dari hutan yang mereka lestarikan dan
mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka juga menjaga hubungan sosial di masyarakat.
sendiri. Dengan kata lain bahwa pembangunan Pembangunan berkelanjutan merupakan
yang pada dasarnya bertujuan untuk mening- pembangunan yang tidak hanya menitikberat-

70 | Copyright © 2016. Al-Kauniyah Jurnal Biologi, p-ISSN: 1978-3736, e-ISSN: 2502-6720


Al-Kauniyah Jurnal Biologi, 9(1), 2016

kan pada pembangunan ekonomi semata na- nomi. Selain itu, madu Pelawan yang menjadi
mun diimbangi dengan menjaga aspek sosial ikon di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
dan lingkungannya. Hubungan timbal balik di yang bermanfaat sebagai sumber obat
antara ketiganya dapat terjadi di alam. Sebagai tradisional dan juga sumber ekonomi masih
contoh yang telah dilakukan oleh masyarakat dapat dipertahankan di provinsi ini.
desa Namang, Bangka Tengah. Masyarakat di Keberadaan pohon Pelawan telah meng-
desa ini telah berupaya melestarikan pohon gerakkan masyarakat untuk mengelola hutan
Pelawan dan menggunakan secukupnya kayu yang ada dengan konsep pengelolaan hutan
dari pepohonan lainnya yang tumbuh di hutan berkelanjutan. Pengelolaannya disesuaikan
dalam membuat sunggau. Potensi alam di Hu- dengan prinsip pembangunan berkelanjutan
tan Kalung telah memberikan masyarakat yang bertujuan ekonomi, tapi tetap memper-
Namang kecukupan materi ekonomi, menjaga hatikan lingkungan dan sosial. Aktivitas yang
hubungan sosial kemasyarakatan, dan bahu dilakukan masyarakat desa Namang telah
membahu tetap menjaga ekosistem di mendukung tujuan rangkap pelestarian (Odum,
sekitarnya. 1994) yaitu memastikan pengawetan ling-
Mengamati apa yang telah dilakukan kungan yang mengindahkan estetika dan
oleh masyakat di Desa Namang, mereka juga kebutuhan rekreasi maupun hasilnya; dan
telah mendukung prinsip pembangunan memastikan kelanjutan hasil tanaman, binatang
berkelanjutan yang telah menjadi konsep dan bahan-bahan yang berguna dengan
pembangunan berkelanjutan di Indonesia menciptakan siklus seimbang antara panenan
sebagaima-na yang kita kenal dengan agenda dan pembaharuan.
21. Prinsip dan kebijakan dari pembangunan Sebuah komunitas yang berkelanjutan
berkelanjutan adalah menghemat dan me- berupaya untuk mempertahankan dan mening-
ningkatkan basis sumberdaya dan meng- katkan karakteristik ekonomi, lingkungan dan
integrasikan lingkungan dan ekonomi dalam sosial dari suatu daerah sehingga anggotanya
pengambilan keputusan. dapat terus memimpin, produktif, hidup
Konsep pembangunan berkelanjutan menyenangkan, dan sehat. Komunitas berke-
merupakan konsep pembangunan lintas lanjutan merupakan sekelompok orang yang
sektoral dan juga bersifat holistik. Sifat hidup dan berinteraksi dalam wilayah geogra-
penilaian siklus hidup (LCA) dan manajemen fis tertentu di dalamnya ada interaksi antara
memberikan dasar untuk bergerak ke arah sektor ekonomi, hubungan sosial, saling keter-
keberlanjutan. Keberlanjutan hanya dapat gantungan terhadap lingkungan, mengandalkan
dicapai jika solusi yang diusulkan dan sumber daya bersama atau jasa ekosistem
perbaikan lingkungan atau sosio ekonomi dan umum seperti hutan, lahan pertanian, pasokan
secara ekonomi dapat terus bergerak (Curran, air dan pasokan udara (Hart, 2013).
et al., 2003). Berdasarkan uraian di atas, indikator
suatu pembangunan berkelanjutan secara
POHON PELAWAN DAN INDIKATOR umum adalah adanya kegiatan pembangunan
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN tersebut terwujudnya kesejahteraan manusia
Masyarakat di desa Namang melestari- dan kesejahteraan atau terjaminnya ekosistem.
kan pohon Pelawan agar dengan terkonservasi- Indikator pembangunan berkelanjutan yang
nya pohon Pelawan maka mereka yang hidup dikeluarkan Perserikatan Bangsa Bangsa
saat ini dan generasi mendatang masih dapat (PBB) (CSD indicators of sustainable develop-
menikmati manfaat dari pohon tersebut. Jamur ment 3-rd edition, 2007) terkait keaneka-
Pelawan masih dapat dinikmati oleh generasi ragaman hayati disajikan pada Tabel 1.
selanjutnya sebagai sumber pangan karena
mengandung protein tinggi dan sumber eko-

Copyright © 2016. Al-Kauniyah Jurnal Biologi, p-ISSN: 1978-3736, e-ISSN: 2502-6720 | 71


Al-Kauniyah Jurnal Biologi, 9(1), 2016

Tabel 1. Indikator pembangunan berkelanjutan keanekaragaman hayati


Tema Sub tema Indikator inti Indikator lainnya
Keanekaragaman Ekosistem Proporsi daerah terestrial - Pengelolaan efektivitas
Hayati dilindungi, total dan oleh kawasan lindung
wilayah secara ekologi - Area yang dipilih sebagai
ekosistem kunci
- Fragmentasi habitat

Jenis Perubahan status ancaman - Kelimpahan spesies kunci


jenis yang diseleksi
- Kelimpahan spesies asing
yang invasif
Sumber: CSD Indicators of sustainable development 3-rd edition, 2007

Makna dari spesies kunci yang dalam daerah lainnya di Propinsi Kepulauan Bangka
tulisan ini ditujukan untuk pohon Pelawan Belitung. Keberadaan Taman Keanekaragaman
dicirikan menurut indicators of sustainable Hayati menyebabkan terbentuknya kelompok
development edisi 3 yang dikeluarkan oleh masyarakat pengelola kawasan tersebut.
PBB tahun 2007. Keberadaan pohon Pelawan Secara ringkas, pembangunan ber-
telah membuat masyarakat desa Namang kelanjutan terdiri atas integrasi aspek ekonomi,
khususnya untuk menjaga hutan sehingga saat ekologi, dan sosial. Keberadaan pohon
ini hutan yang awalnya hutan desa bebas Pelawan telah mewujudkan keberlanjutan
berubah status menjadi Taman Keanekara- secara ekologi (lingkungan), yaitu dengan
gaman Hayati. Keberadaan pohon Pelawan menjamin keberlangsungan ekosistem; daya
menjadi inang dari terbentuknya jamur dukung ekosistem, dan pemanfaatan sumber
Pelawan dan madu Pelawan, sehingga tanpa daya alam (tidak terjadi konversi lahan).
keberadaan pohon Pelawan akan meniadakan Pemeliharaan keanekaragaman hayati men-
keberadaan madu Pelawan dan jamur Pelawan. jamin keberlanjutan sektor ekonomi, sosial
Tumbuhnya tubuh buah jamur Pelawan pada budaya, dan lingkungan.
sistem perakaran pohon Pelawan menandakan
serasah masih cukup baik di sekitar daerah KESIMPULAN
tersebut. Ektomikoriza yang terbentuk dari Pembangunan berkelanjutan merupakan
sistem perakaran pohon Pelawan mengikat pembangunan yang mengintegrasikan aspek
nitrogen membantu nutrien tanah. Keberadaan ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan.
hutan yang berfungsi menjadi Taman Keaneka- Indikator pembangunan berkelanjutan adalah
ragaman Hayati, area luasnya bertambah, yang dapat terpenuhinya kebutuhan saat ini dan
awalnya 52,04 ha menjadi 200 ha sehingga masa depan tanpa merusak sumber daya yang
menambah area konservasi. Keberadaan pohon ada.
Pelawan di tempat tersebut mengundang orang Pohon Pelawan (T. merguensis) merupa-
untuk mengetahui pohon Pelawan sehingga kan spesies kunci untuk keberlanjutan Taman
menjadi sarana pendidikan dan menginspirasi Keanekaragaman Hayati di Kabupaten Bangka
orang lain untuk melestarikan pohon Pelawan. Tengah. Pohon tersebut telah berfungsi demi
Terjaganya kawasan tersebut mendatangkan terjaminnya kebelanjutan pembangunan eko-
berbagai jenis burung untuk tinggal di daerah nomi, sosial budaya, dan lingkungan.
tersebut yang pada awalnya belum pernah
ditemukan. Pelestarian pohon Pelawan di hutan
kawasan desa Namang yang dipelopori
Kabupaten Bangka Tengah, mulai diikuti oleh

72 | Copyright © 2016. Al-Kauniyah Jurnal Biologi, p-ISSN: 1978-3736, e-ISSN: 2502-6720


Al-Kauniyah Jurnal Biologi, 9(1), 2016

REFERENSI Ridley, H. N. (1922). The flora of the Malay


BAPPENAS. (2016). Indonesian biodiversity Peninsula 1. London: L. Reeve & Co.
strategy and action plant 2015-2020. Ltd.
Jakarta: Kementrian Perencanaan Soemarwoto, O. (1983). Ekologi lingkungan
Pembangunan Nasional/BAPPENAS, hidup dan pembangunan. Jakarta:
Kementrian Lingkungan Hidup dan Penerbit Djambatan.
Kehutanan (KLHK), dan Lembaga Tasuruni, D. (2012). Analisis morfologi dan
Ilmu Pengetahuan Indonesia. sekuens ITS rDNA jamur edible
CSD indicators of sustainable development 3- ektomikoriza pelawan dan struktur
rd edition. (2007). Division for ektomikorizanya. (Tesis). Sekolah
sustainable development. (29 Juni Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
2016) Diunduh dari www.un.org/ United Nations Conference on Environment
esa/susdev/natlinfo/indicators/factsheet. and Development. (1997). The earth
Curran, M., James, A., & Stephen, C. (2003). summit. (1 Mei 2016) Diunduh dari
Sustainability and the life cycle http://www.un.org/geninfo/bp/enviro.ht
concept: International and Inter- ml.
disciplinary Perspective. Environmental Wardani, M. (2008). Keragaman potensi
Progress, 22-40. tumbuhan berguna di Cagar Alam
Hart, M. (2013). Definition of sustainability. Mandar, Kalimantan Barat. Jurnal
(15 April 2016) Diunduh dari Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
www.sustainablemeasure.com. 5(3), 252-266.
Odum, E. P. (1994). Dasar-dasar ekologi. Yarli, N. (2011). Ekologi pohon pelawan
Edisi Ketiga. Terjemahan oleh (Tristaniopsis merguensis Griff.)
Koesbiono, Bengon, D.G., Eidmen, M. sebagai inang jamur Pelawan di
& Sukarjo, S. Jakarta: Gramedia. kabupaten Bangka Tengah. (Tesis).
Primarck, R. B. (1998). Biologi konservasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Jakarta: Yayasan Obor. Bogor.
Rich, R. (2011). Kajian terhadap jamur
pangan Pelawan (Boletus sp.) khas
Indonesia sebagai sumber potensial
pangan fungsional. (Skripsi). Fakultas
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian
Bogor.

Copyright © 2016. Al-Kauniyah Jurnal Biologi, p-ISSN: 1978-3736, e-ISSN: 2502-6720 | 73

Anda mungkin juga menyukai