Anda di halaman 1dari 84

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK CIPTA

BAGI MUSISI SEBAGAI PEMEGANG HAK CIPTA


MELALUI MEDIA YOUTUBE
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Oleh:

YOSERIZAL RAHMAD FADILLAH

NPM:B1A01685

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET DAN TEKNOLOGI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BENGKULU
2022HALAMAN PENGESAHAN

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK CIPTA


BAGI MUSISI SEBAGAI PEMEGANG HAK CIPTA
MELALUI MEDIA YOUTUBE

SKRIPSI
Diajukan Untuk Menempuh Ujian dan Memenuhi
Persyaratan Guna Mencapai
Sarjana Hukum

Oleh:

YOSERIZAL RAHMAD FADILLAH

B1A01685

Telah Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Widiya N Rosari S.H. M.Hum. Joko Susetyanto SH. MS.


NIP. 197509072006042001 NIP. 196007271985031007
Mengetahui,
Dekan Fakultas Hukum
Universitas Bengkulu

i
Dr.Amancik, S.H,M.Hum
NIP. 196305171990011001

ii
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI

Skripsi Berjudul
Perlindungan Hukum Atas Hak Cipta Bagi Musisi
Sebagai Pemegang Hak Cipta Melalui Media Youtube

Dipertahankan di Depan Tim Penguji Fakultas Hukum


Universitas Bengkulu

Dilaksanakan Pada :

Hari :
Tanggal :
Pukul :
Tempat :
Nilai :

Tim Penguji :

Ketua Penguji, Sekretaris Penguji,

Edi Hermansyah SH. M.H. Ganefi SH. M.Hum.


NIP. 197202021998021002 NIP. 196311201988032001

Anggota Penguji I, Anggota Penguji II

Dr. Widiya N Rosari S.H. M.Hum. Joko Susetyanto SH. MS.


NIP. 197509072006042001 NIP. 196007271985031007

Mengetahui,
Dekan Fakultas Hukum
Universitas Bengkulu
iii
Dr. Amancik, S.H., M.Hum.
NIP. 19630517199001100

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan :

1. Karya tulisan ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk gelar

akademik (sarjana, magister, dan/atau doktor) baik di Universitas

Bengkulu maupun perguruan tinggi lainnya;

2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan, dan hasil penelitian saya sendiri,

yang disusun tanpa bantuan dari pihak lain, kecuali arahan dari tim

pembimbing;

3. Dalam tulisan ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipulihkan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan

sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

dicantumkan dalam daftar pustaka;

4. Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila dikemudian

hari dapat dibuktikan adanya kekeliruan dan ketidakbenaran dalam

pernyataan ini, maka saya bersedia untuk menerima sanksi akademik

berupa pencabutan gelar akademik yang diperoleh dari karya tulis ini, serta

sanksi lainnya sesuai norma yang berlaku di Universitas Bengkulu.

iv
Bengkulu, 2022

YOSERIZAL RAHMAD FADILLAH


NPM.B1A016313

v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“ Last but not least, I want thanks to me for believing in me, I wanna thank

me for doing all this hard work, I wanna thank me for having no days off, I

wanna thank me for, never quitting.”

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Dua orang manusia hebat yang tak pernah henti untuk menyemangati

dalam menggapai cita-cita yang telah lama saya impikan dan selalu

membimbing saya dalam semua hal, Bapakku Yunizal Helmi dan Ibu

Yohana Budiarti yang selalu saya sayangi, Terima kasih untuk selalu

mendoakanku setiap saat, selalu memotivasiku untuk lebih maju, memberi

dukungan dan berkorban dalam keadaan apa pun. Kalian adalah salah satu

alasan terbesarku untuk menjadi manusia yang lebih baik dan manusia

yang bisa membuat kalian bangga. Terimkasih atas apa yang telah kalian

korbankan dan perjuangkan untuk selalu menyemangati agar tercapainya

cita-cita yang selalu saya impikan, Terima kasih untuk semuanya yang

kalian persembahkan selama ini untukku.

2. Utuk saudara dan saudariku Yohendra Pratama dan Yolanda Ayu Rizky

yang selalu menyemangati untuk tetap berjuang dan pangtang menyerah

agar menjadi manusia yang kuat, Dan selalu mengajari agar tetap saling

menghargai sesama.

vi
3. Untuk sahabat-sahabatku yang selalu membersamai dari awal kuliah

hingga akhir. Terima kasih untuk Lamhot, Awan, Isnan, Topa, Febri Apap,

Atun, Afif, Ghalib, Kurniawan, Nepal, Satria, Tio, Ivan para lelaki yang

menjadi tempat berbagi ketika susah maupun senang, menjadi tempat

berdiskusi, bermain, tongkrongan, pemberi support baik secara moril

maupun materiil. Terima kasih untuk Ariza Rahma Kurnia wanita yang

menjadi pemanis dihidup saya. Semoga kita semua menjadi orang yang

berguna di kemudian hari.

4. Untuk semua yang turut serta membantu dan menyemangati dalam

menyelesaikan skripsi yang tak dapat disebutkan satu persatu.

5. Terima kasih juga untuk rekan Streamer Mami Kemeongan(Aisha), Bang

TJ, Bang Jeeto yang memberrikan tontonan selagi saya mengerjakan

Skripsi ini

6. Terima kasih untuk peliharaan ku Jenni,Kobo,Zeta,Kaela yang menemani

selalu dirumah.

7. Karya sederhana ini saya persembahkan bagi segenap orang yang bertanya

tanpa henti, “Kapan wisuda?”.

8. Dan terakhir untuk Kampus dan Almamaterku Universitas Bengkulu

Tercinta.

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat rahmat, dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang

berjudul “Perlindungan Hukum Atas Hak Cipta Bagi Musisi Sebagai

Pemegang Hak Cipta Melalui Media Youtube”. Skripsi ini disusun guna

memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana hukum di Fakultas

Hukum Universitas Bengkulu.

Penulisan skripsi ini merupakan suatu proses yang melibatkan berbagai

pihak, terutama dalam proses bimbingan oleh Pembimbing Utama dan

Pembimbing Pendamping. Oleh karena itu, melalui ruang ucap terima kasih ini,

penulis patut mengucapkan terima kasih, penghargaan dan hormat penulis kepada:

1. Allah S.W.T yang telah memberikan limpahan nikmat kesehatan dan

kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Sopian yusuf dan Mama Aslah.

3. Kakakku Dovi Agout Gguft Wonofa, Bobella Catybia, Galuh Neola

Rahmawati.

4. Ibu Dr. Retno Agustina Ekaputri, S.E., M.Sc. selaku Rektor Universitas

Bengkulu.

5. Bapak Dr. Amancik, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Bengkulu.

viii
6. Bapak Edi Hermansyah, S.H., M.H. selaku ketua bagian Hukum Perdata

dan Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Bengkulu

7. Ibu Widiya N Rosari, S.H., M.Hum. sebagai pembimbing utama, penulis

mengucapkan terima kasih dan penghargaan atas koreksi, arahan dan

bimbingan penuh kesabaran mulai penulis mengajukan judul usulan

penelitian sampai proses penulisan skripsi ini, serta selalu memberi

motivasi untuk tetap semangat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

8. Bapak Joko Susetyanto, S.H., M.S. sebagai pembimbing pendamping,

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan atas koreksi, arahan

dan bimbingan penuh kesabaran mulai penulis mengajukan judul usulan

penelitian sampai proses penulisan skripsi ini, serta selalu memberi

motivasi untuk tetap semangat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

9. Bapak Edy Hermansyah, S.H., M.H dan Ibu Ganefi S.H., M.Hum yang

telah berkenan menjadi pembahas skripsi, penulis merasa beruntung dan

berterima kasih karena telah diberi kesempatan untuk diuji dan kemudian

diberi masukan-masukan yang berharga untuk penulisan skripsi ini.

10. Sahabat-sahabatku yang selalu membersamai dari awal kuliah hingga

akhir. Afif, Febri, Ghalib, Atun, Satria, Nepal, Apap, Kurniawan, Tio, Ivan

11. Ariza Rahmah Kurnia yang selalu menyemangati dan menemani.

12. Seluruh Mahasiswa/mahasiswi teman seperjuangan Angkatan 2016

Fakultas Hukum Universitas Bengkulu.

13. Teman-teman rumah ku Lamhot Sagalah, Bang Awan, Bang Isnan, Topa,

Jenni, Kobo yang selalu menyemangati untuk tetap semangat.

ix
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang ikut berperan

serta mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Semoga Allah S.W.T melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua. Amin.

Demikian kata pengantar ini saya buat agar skripsi yang berjudul

“Perlindungan Hukum Atas Hak Cipta Bagi Musisi Sebagai Pemegang Hak

Cipta Melalui Media Youtube” dapat berguna bagi masyarakat.

Bengkulu, 2022

YOSERIZAL RAHMAD FADILLAH


NPM.B1A016313

x
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................1
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI.................................................... 2
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN SKRIPSI........................................4
MOTTO DAN PERSEMBAHAN.........................................................................6
KATA PENGANTAR.............................................................................................8
DAFTAR ISI..................................................Error: Reference source not found
ABSTRAK............................................................................................................ 1x
ABSTRACT............................................................................................................xi
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN SKRIPSI..................................... xii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Identifikasi Masalah......................................................................................8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.....................................................................8
1. Tujuan Penelitian.......................................................................................8
2. Manfaat Penelitian.....................................................................................9
D. Kerangka Pemikiran....................................................................................10
3. Teori.........................................................................................................10
4. Konseptual...............................................................................................14
E. Keaslian Penelitian......................................................................................18
F. Metode Penelitian.......................................................................................19
1. Jenis Penelitian........................................................................................20
2. Pendekatan Penelitian..............................................................................20
3. Bahan Hukum..........................................................................................21
G. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI...................................................24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................26
A. Sejarah Kekayaan Intelektual di Indonesia.................................................26
B. Hak Cipta....................................................................................................28
xi
C. Perlindungan Hukum..................................................................................32
D. Penegakan Hukum......................................................................................35
E. Media Youtube............................................................................................39
BAB III Perlindungan Hukum Atas Hak Cipta Bagi Musisi Sebagai
Pemegang Hak Cipta Melalui Media Youtube Menurut Undang-Undang No
28 Tahun 2014 Hak Cipta....................................................................................44
A. Perlindungan Hukum Hak Menurut UU No. 28 Tahun 2014.....................44
B. Perlindungan Hukum Hak Ekonomi Menurut UU No. 28 Tahun 2014......48
C. Perlindungan Hak Cipta Bagi Musisi Melalalui Media Youtube Menurut
UU No.28 Tahun 2014.......................................................................................52
BAB IV PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK CIPTA
BAGI MUSISI SEBAGAI PEMEGANG HAK CIPTA MELALUI MEDIA
YOUTUBE DI INDONESIA...............................................................................54
A. Kebijakan Pemerintah dalam Perlindungan Hukum Atas Hak Cipta Bagi
Musisi di Indonesia............................................................................................54
B. Penegakan Hukum Atas Hak Cipta Bagi Musisi di Indonesia....................60
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................65
A. Kesimpulan.................................................................................................65
B. Saran............................................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................66

xii
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana


perlindungan hukum atas hak cipta bagi musisi sebagai pemegang hak cipta
melalui media Youtube menurut Undang-Undang no 28 Tahun 2014 Hak Cipta
dan menganalisis bagaimana perlindungan hukum atas hak cipta bagi musisi
sebagai pemegang hak cipta melalui media Youtube di Indonesia. dua pendekatan
penelitian, yaitu pendekatan undang-undang (statute approach), pendekatan
analisis yuridis-kualitatif dan pendekatan kasus. Pendekatan undang-undang
(statute approach) akan membuka kesempatan bagi peneliti untuk menelaah dan
mempelajari adakah konsitensi dan kesesuaian antara undang-undang dengan
penerapan yang ada yang menemukan bahwa pengaturan perlindungan hukum
atas hak cipta bagi musisi melalui media Youtube berdasarkan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta mengatur terkait hak eklusif musisi
tersebut atas ciptaannya yakni hak moral dan hak ekonomi. Hak Moral mengatur
terkait hak yang melekat secara abadi pada diri pencipta dalam hal yang bersifat
merugikan kehormatan diri dan reputasi pencipta dan Hak Ekonomi mengatur
terkait manfaat-manfaat ekonomi atas hak cipta baik bagi pencipta, pemegang hak
cipta, dan hak terkait. Berkaitan dengan perlindungan hak cipta karya seni musik
bagi musisi di Indonesia melalui media Youtube, ditemukan belum efektif. Hal ini
dapat dilihat dari kebijakan penetapan peraturan yang belum jelas menetapkan
khususnya peraturan pengelolaan royalti melalui media Youtube yang meupakan
hak ekonomi serta belum tegasnya penegakan dari peraturan perundang-undangan
yang telah dibuat oleh pemerintahan.

xiii
ABSTRACT

This study aims to find out and analyze how the legal protection of copyrights for
musicians as copyright holders through the Youtube media according to Law
number 28 of 2014 Copyright and analyze how the legal protection of copyrights
for musicians as copyright holders through the Youtube media in Indonesia. two
research approaches, namely the statute approach, the juridical-qualitative
analysis approach and the case approach. The statute approach will open up
opportunities for researchers to examine and study whether there is consistency
and conformity between the law and the existing implementation which finds that
the regulation of legal protection of copyrights for musicians through the media
Youtube is based on Law Number 28 of the Year 2014 Concerning Copyright
regulates the musician's exclusive rights to his creations, namely moral rights and
economic rights. Moral rights regulate perpetual rights attached to the author in
matters that are detrimental to the creator's self-honor and reputation and
economic rights regulate the economic benefits of copyright both for creators,
copyright holders and related rights. In connection with the protection of
copyrights for musical works of art for musicians in Indonesia through the media
Youtube, it was found to be ineffective. This can be seen from the policy of
establishing regulations that do not clearly stipulate, in particular the regulations
for managing royalties through YouTube media which are economic rights and the
lack of strict enforcement of the laws and regulations that have been made by the
government.

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia telah menjadi anggota berbagai konvensi/perjanjian

internasional di bidang hak kekayaan intelektual pada umumnya dan Hak Cipta

pada khususnya yang memerlukan pengejawantahan lebih lanjut dalam sistem

hukum nasionalnya. Perkembangan di bidang perdagangan, industri, dan

investasi telah sedemikian pesat sehingga memerlukan peningkatan

perlindungan bagi Pencipta dan Pemilik Hak Terkait dengan tetap

memperhatikan kepentingan masyarakat luas.

Sistem global untuk perlindungan hak-hak kekayaan intelektual telah memasuki


era baru. Convention For The Protection of Performers, Producers of
Phonograms and Broadcasting Organization (atau disebut Rome Convention)
adalah suatu konvensi internasional yang dirujuk oleh The Agreement on Trade-
Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs) article 14 angka 6 dalam
hubungannya dengan hak pelaku (performers), produser fonogram (rekaman
suara) dan lembaga penyiaran. Rome Convention kemudian disepakati pada tahun
1961. Berbeda dari Berne Convention, Rome Convention secara substantif tidak
termasuk sebagai syarat dalam TRIPs yang harus diikuti dan dilaksanakan oleh
negara-negara selaku anggota TRIPs. Di samping itu, ketentuan di dalam TRIPs
bersifat “lebih keras” dibandingkan dengan ketentuan dalam Rome Convention.
Bahkan dari sudut isi, sebagian

besar isi Rome Convention telah digantikan oleh WIPO Performances

and Phonograms Treaty (WPPT) 1996. Indonesia mengesahkan WIPO

Performances and Phonograms Treaty 1996/Traktat WIPO Mengenai

15
Pertunjukan dan Perekam Suara melalui Keputusan Presiden Republik

Indonesia Nomor 74 Tahun 2004. 1

Kejelasan makna dari arti kekayaan intelektual mendorong pemahaman

dan kesadaran pencipta untuk mendaftarkan hak mereka. Kekayaan intelektual

berkaitan dengan suatu gagasan kreatif, hasil dari suatu pemikiran, kreasi, dan

sebagainya yang timbul dari kemampuan intelektual seseorang. Intellectual

Property Rights (IPR) atau istilah yang padanannya yang dipakai di Indonesia,

Kekayaan Intelektual (KI), telah menjadi materi yang sangat penting. 2

Konsep “Kekayaan Intelektual” adalah konsep barat tentang hak,

kekayaan, dan hasil akal budi manusia. Ketika konsep itu harus

ditransplantasikan ke dalam hukum nasional, pembelajar hukum harus perlu

memahami konsep itu dengan pendekatan filosofis dan historis untuk

memahami hakikat dari Hak Cipta. Konsep hukum Hak Cipta adalah

“transplantasi hukum”, yakni dimasukkannya prinsip-prinsip yang dimiliki

sistem hukum lain ke dalam sistem hukum nasional. Prinsip-prinsip hukum itu

terdapat pada konvensi Berne dan berbagai ketentuan penyempurnaannya.3

hak cipta adalah karya dalam bidang ilmu pengetahuan seni dan sastra,

atau dalam terminologi asalnya adalah scientific (ilmu pengetahuan), artistic

works (karya seni), literary works (karya sastra) atau dalam terminologi
1
Achmad Zen Umar Purba, Perjanjian TRIPs dan Beberapa Isu Strategis, FH UI, Jakarta, 2007,
hlm.20
2
Regyna Putri Wilis, (et al), 2021, “Hak Pencipta atas Performing rights dalam Peraturan Hak
Cipta Indonesia dan Konvensi Internasional Creator's Rights To Performing rights In Indonesian
Copyright Regulations And Internasional Conventions.”, Jurnal Hukum Lex Generalis, Vol.3,
No.1, 2022
3
Bernard Nainggolan, Pemberdayaan Hukum Hak Cipta dan Lembaga Manajemen Kolektif,
Penerbit PT Alumni, Bandung, 2011, hlm.1.

16
Auteurswet digunakan istilah wetenschap (ilmu pengetahuan), kunst (seni) dan

literatuur (sastra).4

Dalam pengaturan Hak Cipta, terdapat tiga hak yang diatur dalam UUHC

2014 yaitu hak moral (Moral Rights), hak ekonomi (Economic Rights), dan hak

terkait (Neighbouring Rights). Pengaturan Neighbouring Rights dalam hukum

Indonesia masih ditumpangkan dengan pengaturan Hak Cipta. Neighbouring

Rights bisa juga disebut Related Rights atau hak-hak terkait sebagai hak yang

bersifat sekunder. Penciptaan ciptaan drama, musik atau paduan keduanya

memiliki hak penampilan ciptaannya di muka umum termasuk dengan cara dan

proses apapun pengomunikasian dari penampilannya tersebut (The Right of

Public Performance). Sebagai contoh, hak cipta atas lagu dapat melahirkan hak

terkait berupa Performer's Rights apabila pencipta memberikan izin kepada

artis untuk menampilkan (to perform) lagu yang bersangkutan, baik dalam

suatu Live Show maupun dalam bentuk karya rekaman.

Negara Republik Indonesia sampai saat ini masih mengalami fenomena

pelanggaran-pelanggaran dalam peniruan performing rights. Fenomena ini

terus meresahkan bagi banyak seniman di Indonesia karena beberapa kali

terjadi peristiwa yang merugikan para seniman kita baik secara materil maupun

inmateril. Hal ini terjadi pada grup band Kangen Band dan Tri Suaka serta

Zidane Zidan, dimana Tri Suaka dan Zidane Zidan dengan sadar

memparodikan karya pencipta aslinya yaitu Andikha Mahesa selaku vokalis

Kangen Band. Tri Suaka dan Zidane Zidan tersebut juga meniru gaya perfom
4
Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intelectual Property Rights), Penerbit PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2015, hlm.189.

17
dari Andikha Mahesa di atas panggung untuk konten yang diunggah di kanal

Youtubenya. Peristiwa tersebut membuat pihak Andikha Mahesa, pemegang

hak cipta merasa dirugikan dengan semua perbuatan tersebut.

Pasal 8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014

Tentang Hak Cipta menegaskan:

“Hak ekonomi merupakan Pemegang Hak Cipta untuk atas Ciptaan”

Kemudian dalam Pasal 9 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28

Tahun 2014 Tentang Hak Cipta kembali menegaskan:

“(1) Pencipta atau Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 8 memiliki hak ekonomi untuk meiakukan:

a. penerbitan Ciptaan;
b. Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya;
c. penerjemahan Ciptaan;
d. pengadaplasian, pengaransemenan, pentransformasian Ciptaan; atau
e. Pendistribusian Ciptaan atau salinannya;
f. pertunjukanCiptaan;
g. Pengumuman Ciptaan;
h. Komunikasi Ciptaan; dan
i. penyewaan Ciptaan.”

(2)Setiap Orang yang melaksanakan hak ekonomi sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) wajib mendapatkan izin Pencipta atau Pemegang Hak
Cipta.

(3)Setiap Orang yang tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta
dilarang melakukan Penggandaan dan/atau Penggunaan Secara
Komersial Ciptaan.

Berdasarkan bunyi pasal tersebut maka perbuatan Tri Suaka dan Zidane

Zidan memenuhi unsur sebagaimana diatur pada ayat (2) dan ayat (3). Tri

Suaka dan Zidane tidak pernah mendapatkan izin dari pemilik hak cipa atau

18
pemegang hak cipta sekaligus mendapakan keuntungan yang didapat melalui

media Youtube.

Media Youtube pada saat ini menjadi teknologi yang cukup terkenal

khususnya bagi para pelaku musik khususnya di Indonesia. Tingginya akses

masyarakat Indonesia terhadap Youtube pada akhirnya menarik minat

masyarakat untuk menggunakan Youtube sebagai tempat untuk

mengekspresikan diri. Dengan membuat video seperti tutorial hijab tutorial

make up, Vlog, Cover lagu, kegiatan sehari-hari ataupun sesuatu yang dapat

menarik minat seseorang untuk menontonnya. Semakin banyak yang menonton

semakin banyak pula monetize yang ia dapatkan.

Grafis 1 Tingkat Intensitas Media Sosial Sering di Kunjugi


Data grafik diatas mengungkapkan bahwa Youtube merupakan media

sosial nomor 2 yang paling sering di kunjungi di dunia 5.Youtube di akses oleh

semua kalangan mulai dari anak-anak, remaja, dewasa sampai orang tua

5
We Are Social, “Digital 2022: Another Year Of Bumper Growth “ diakses melalui situs
https://wearesocial.com/uk/blog/2022/01/digital-2022-another-year-of-bumper-growth-2/ pada
tanggal 28 November 2022, Pukul 15.00 WIB

19
sekalipun, mulai dari memutar musik melihat video tutorial, review dan lain

sebagainya. Adapula jejaring sosial yang sangat popular sampai sekarang ini

yang telah menjadi website konten audiovisual berhasil sebagai media

penyebaran informasi di internet. Para pengguna internet pasti sudah pernah

menggunakan Youtube, baik untuk media hiburan maupun untuk mencari

berbagai informasi dan video tutorial. Kesuksesan Youtube di dunia internet

juga memacu banyak perusahaan untuk membuat channel khusus di Youtube.6

Youtube juga menyediakan layanan Monitize yang cukup menggiurkan

bagi para konten kreator yang aktif di Youtube. Monetize merupakan suatu

keterampilan untuk mengubah suatu model bisnis agar memberikan pendapatan

yang lebih maksimal terhadap video yang diupload di Youtube melalui kanal

iklan yang tersedia. Oleh karena itu saat ini banyak orang berlomba untuk

membuat konten video dan menguploadnya ke Yotube, termasuk konten musik.

Namun fenomena yang terjadi banyak yang melupakan perlindungan hukum

atas hak cipta bagi musisi sebagai pemegang hak cipta.

Hal tersebut memperlihatkan problematika mengenai perlindungan

hukum atas hak cipta yang masih menjadi persoalan yang pelik di industri

musik Indonesia. Yang mana hak cipta musik di era digital belakangan ini juga

menjadi topik yang sering dibahas di kalangan musisi sehingga salah satu

langkah yang dilakukan pemerintah adalah mengeluarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 56 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Royalti Hak Cipta

6
Usman Hamid, Dynamo, “Digital Nation Movement”, Bentang Pustaka, Yogyakarta, 2015,
hlm.18.

20
Lagu dan/atau Musik. Padahal apabila merujuk pada Pasal 54 Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta yang berbunyi:

“Untuk mencegah pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait melalui


sarana berbasis teknologi informasi, Pemerintah berwenang melakukan:

a. pengawasan terhadap pembuatan dan penyebarluasan konten


pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait;
b. kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak, baik dalam
maupun luar negeri dalam pencegahan pembuatan dan
penyebarluasan konten pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait;
dan
c. pengawasan terhadap tindakan perekaman dengan menggunakan
media apapun terhadap Ciptaan dan produk Hak Terkait di tempat
pertunjukan.”

Berdasarkan peraturan tersebut, maka aparat penegak hukum memiliki dasar

hukum untuk mencegah pelanggaran-pelanggaran yang berkaitan dengan hak

cipta.

Oleh karena itu, peneliti bermaksud membahas mengenai pengaturan hak

cipta atas karya seni musisi yang berjudul “Perlindungan Hukum Atas Hak

Cipta Bagi Musisi Sebagai Pemegang Hak Cipta Melalui Media Youtube”

B. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana pengaturan perlindungan hukum atas hak cipta bagi musisi

sebagai pemegang hak cipta melalui media Youtube menurut Undang-

Undang no 28 Tahun 2014 Hak Cipta?

21
2. Bagaimana pelaksanaan perlindungan hukum atas hak cipta bagi musisi

sebagai pemegang hak cipta melalui media Youtube di Indonesia?

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam penelitian yang berjudul “Perlindungan Hukum Atas Hak Cipta

Bagi Musisi Sebagai Pemegang Hak Cipta Melalui Media Youtube” ini, penulis

ingin mencapai tujuan dan manfaat antara lain sebagai berikut:

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian pada dasarnya merupakan arah atau target yang

hendak dicapai dalam suatu penelitian. Pada penelitianini tujuan yang

ingin dicapai penulis adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana perlindungan

hukum atas hak cipta bagi musisi sebagai pemegang hak cipta

melalui media Youtube menurut Undang-Undang no 28 Tahun 2014

Hak Cipta.

b. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana perlindungan

hukum atas hak cipta bagi musisi sebagai pemegang hak cipta

melalui media Youtube di Indonesia?

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian merupakan manfaat yang dapat dipetik dari hasil

akhir sebuah penelitian. Dalam penelitian ini, penulis berharap agar

22
penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Secara Teoritis:

1) Penelitian ini sebagai sumbangan pemikiran bagi ilmu

pengetahuan hukum, khususnya perlindungan hukum atas hak

cipta bagi musisi sebagai pemegang hak cipta melalui media

Youtube.

2) Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam penelitian

mengenai perlindungan hukum atas hak cipta bagi musisi

sebagai pemegang hak cipta melalui media Youtube.

b. Secara Praktis:

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan dan

diterapkan bagi masyarakat dan Pemerintah Republik

Indonesia.

2) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam

menentukan perlindungan hukum atas hak cipta bagi musisi

sebagai pemegang hak cipta melalui media Youtube.

23
1

E. Kerangka Pemikiran

F. Teori

G. Teori Perlindungan Hukum

Menurut Fitzgerald sebagaimana dikutip Satjipto Raharjo awal mula

dari munculnya teori perlindungan hukum ini bersumber dari teori hukum

alam atau aliran hukum alam. Aliran ini dipelopori oleh Plato, Aristoteles

(murid Plato), dan Zeno (pendiri aliran Stoic). Menurut aliran hukum alam

menyebutkan bahwa hukum itu bersumber dari Tuhan yang bersifat

universal dan abadi, serta antara hukum dan moral tidak boleh dipisahkan.

Para penganut aliran ini memandang bahwa hukum dan moral adalah

cerminan dan aturan secara internal dan eksternal dari kehidupan manusia

yang diwujudkan melalui hukum dan moral”. 7

Eksistensi hukum dalam hidup bermasyarakat, berguna untuk

mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kepentingan-kepentingan yang

biasa bertentangan antara satu sama lain. Maka dari itu, hukum harus bisa

mengintegrasikannya sehinggabenturan-benturan kepentingan itu dapat

ditekan seminimal mungkin. Pengertian terminologi hukum dalam Bahasa

Indonesia menurut KBBI adalah peraturan atau adat yang secara resmi

dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa ataupun pemerintah,

7
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm. 53
2

undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup

masyarakat, patokan atau kaidah tentang peristiwa alam tertentu, keputusan

atau pertimbangan yang ditetapkan oleh hakim dalam pengadilan, atau

vonis.8

Pendapat mengenai pengertian untuk memahami arti hukum yang

dinyatakan oleh Notohamidjojo ialah keseluruhan peraturan yang tertulis

dan tidak tertulis yang biasanya beersifat memaksa untuk kelakuan manusia

dalam masyarakat negara serta antara negara yang berorientasi pada dua

asas, yaitu keadilan dan daya guna, demi tata dan damai dalam masyrakat.9

Perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum, yaitu

konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban,

kepastian, kemanfaatan dan kedamaian. Adapun pendapat yang dikutip dari

beberapa ahli mengenai perlindungan hukum sebagai berikut:

a. Menurut Satjito Rahardjo perlindungan hukum adalah adanya upaya

melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu

Hak Asasi Manusia kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka

kepentingannya tersebut.10

b. Menurut Setiono perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk

Melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa

yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban


8
Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Edisi kedua, cet. 3, Balai Pustaka, Jakarta, 2004, hlm. 595
9
Syamsul Arifin, Pengantar Hukum Indonesia, Medan area University Press, Medan, 2012, hlm.5-
6
10
Sajipto Raharjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hlm. 18
3

dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmat

martabatnya sebagai manusia.

c. Menurut Muchsin perlindungan hukum adalah kegiatan untuk

melindungi individu dengan menyerasikan hubungan nilai-nilai atau

kaidah-kaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan dalam

menciptakan adanya ketertiban dalam pergaulan hidup antara sesama

manusia.

d. Menurut Philipus M. Hadjon Selalu berkaitan dengan kekuasaan. Ada

dua kekuasaan pemerintah dan kekuasaan ekonomi. Dalam hubungan

dengan kekuasaan pemerintah, permasalahan perlindungan hukum bagi

rakyat (yang diperintah), terhadap pemerintah (yang memerintah). Dalam

hubungan dengan kekuasaan ekonomi, permasalahan perlindungan

hukum adalah perlindungan bagi si lemah (ekonomi) terhadap si kuat

(ekonomi), misalnya perlindungan bagi pekerja terhadap pengusaha.

H. Teori Penegakan Hukum

Penegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan

hukum menjadi kenyataan agar terciptanya hukum yang baik guna

melindungi negara, masyarakat dan kepentingan pribadi. Penegakan hukum

secara konkret adalah berlakunya hukum positif dalam praktik sebagaimana

seharusnya patut ditaati. Penegakan hukum bukan hanya tugas dari para

penegak hukum tetapi juga menjadi tugas setiap orang. 11

11
Satjipto Raharjo, Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, Yogyakarta, Genta Publishing ,
2009, hlm.22
4

Penegakan hukum merupakan suatu proses yang melibatkan banyak

hal. Oleh karena itu keberhasilan penegakan hukum dipengaruhi oleh faktor-

faktor dibawah ini :12

a) Faktor hukumnya sendiri.

b) Faktor penegakan hukum yaitu pihak yang membentuk maupun

yang menerapkan hukum.

c) Faktor sarana yang mendukung penegakan hukum.

d) Faktor masyarakat yaitu lingkungan dimana hukum tersebut


berlaku.

e) Faktor kebudayaan yaitu sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

Kelima faktor tersebut saling berkaitan karena merupakan esensi dari

penegakan hukum serta merupakan tolak ukur daripada efektevitas

penegakan hukum. Agar hukum dapat berfungsi dengan baik diperlukan

keserasian dalam hubungan yaitu:

a) Kecocokan antara peraturan perundang-undangan dengan hukum


kebiasan yang ada pada masyarakat.

b) Mental yang baik bagi para penegak hukum dalam melaksanakan


tugasnya.

c) Fasilitas yang dapat mendukung pelaksanaan penegakan hukum.

d) Kepatuhan masyrakat terhadap peraturan perundang-undangan


yang
ada.

12
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2004, hlm. 45.
5

Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia, agar

kepentingan manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan. Pelaksaan

hukum dapat berlangsung secara normal, damai, tetapi dapat terjadi juga

karena pelanggaran hukum. Dalam hal ini hukum yang telah dilanggar harus

ditegakan. Melalui penegakan hukum inilah hukum itu menjadi kenyataan.

Dalam menegakan hukum ada tiga unsur yang selalu harus diperhatikan

yaitu kepastian hukum (Rechtssicherheit), kemanfaatan (Zweckmassigkeit)

dan keadilan(Gerechtigkeit). 13

Efektifitas penegakan hukum adalah hasil positif dari seluruh kegiatan

yang berhubungan dengan upaya melaksanakan, memelihara dan

mempertahankan hukum agar hukum tidak kehilangan makna dan fungsinya

sebagai hukum, yaitu sebagai perlindungan terhadap kepentingan manusia,

baik perorangan (pribadi) maupun seluruh masyarakat.

I. Konseptual

j. Konsep Hak Cipta

Berdasarkan perkembangan HKI yang terbaru tersebut, HKI

mempunyai tujuh cabang, yaitu :

a. Hak Cipta dan Hak Terkait

b. Merek

c. Paten

d. Desain Industri
13
Rocky Marbun, et all, Kapita Selekta Penegakan Hukum (Acara) Pidana, PT Publica Indonesia
Utama, Jakarta, 2021, hlm. 10
6

e. Rahasia Dagang

f. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

g. Perlindungan Varietas Tanaman14.

Kata hak cipta merupakan kata majemuk yang terdiri dari dua suku

kata, yaitu “hak” dan “cipta”. Kata “hak” berarti “kekuasaan untuk berbuat

sesuatu karena telah ditentukan undang-undang”. Sedangkan kata “cipta”

menyangkut daya kesanggupan batin (pikiran) untuk mengadakan sesuatu

yang baru, terutama dilapangan kesenian15.

Dalam Undang-Undang Hak Cipta 2014 terdapat beberapa pengertian

umum mengenai Hak Cipta, yaitu :

“Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara


otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan
diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.” (Pasal 1 ayat (1)
UU No.28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta).

“Pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara


sendiri-sendiri atau bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan
yang bersifat khas dan pribadi.” (Pasal 1 ayat (2) UU No.28
Tahun 2014 tentang Hak Cipta)

“Ciptaan adalah setiap hasil karya ciota di bidang ilmu


pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi,
kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, ketreampilan, atau
keahlian yang di ekspresikan dalam bentuk nyata.” (Pasal 1 ayat
(3) UU No.28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta)

“Pemegang Hak Cipta adalah pencipta sebagai pemilik Hak


Cipta, pihak yang menerima hak tersebut secara sah dari
pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari

14
Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global : Sebuah Kajian
Kontemporer, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2010, hlm. 6-8.
15
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1988
7

pihak yang menerima hak tersebut secara sah.” (Pasal 1 ayat (4)
UU No.28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

Mengacu pada Undang-Undang No 28 Tahun 2014 Tentang Hak

Cipta, maka ciptaan yang mendapat perlindungan hukum ada dalam lingkup

seni, sastra, dan ilmu pengetahuan. Dari tiga lingkup ini Undang Undang

Hak Cipta 2014 merinci lagi diantaranya seperti yang ada pada ketentuan

Pasal 40 ayat (1) Undang Undang Hak Cipta 2014 yang berisi :

“Ciptaan yang dilindungi meliputi ciptaan dalam bidang ilmu

pengetahuan, seni, dan sastra”

Hak Cipta mengandung beberapa prinsip dasar (basic principles) yang

secara konseptual digunakan sebagai landasan pengaturan Hak Cipta di

semua negara, baik itu yang menganut Civil Law System maupun Common

Law System antara lain yang dilindungi Hak Cipta adalah ide yang telah

berwujud dan asli. Prinsip ini adalah prinsip yang paling mendasar dari

perlindungan Hak Cipta, maksudnya yaitu bahwa Hak Cipta hanya

berkenaan dengan bentuk perwujudan dari suatu ciptaan. Prinsip ini dapat

diturunkan menjadi beberapa prinsip lain sebagai prinsip-prinsip yang

berada lebih rendah atau sub-principles16.

K. Konsep Media Youtube

Dilihat dari etimologi kata media berasal dari bahasa Latin medius

yang secara harfiah berarti “tengah‟, “perantara‟ atau “pengantar‟ Media

16
Elyta Ras Ginting, Hukum Hak Cipta Indonesia Analisis Teori dan Praktik, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2012, hlm.137
8

bentuk jamak dari medium yang secara harfiah berarti “perantara‟,

merupakan sarana komunikasi. Kemudian menurut Gerlach & Ely dalam

buku Azhar Arsyad, bahwa media jika dipahami secara garis besar adalah

manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi, yang

menyebabkan siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau

sikap.17

Youtube merupakan media sosial paling populer di dunia. Video jenis

apapun, mulai dari video informatif, video komedi, bajakan film layar lebar

dan televisi, live streaming, video musik, pengetahuan, agama, hingga video

yang tak jelas kebenarannya dapat kita temui di Youtube.

Youtube diluncurkan pada tahun 2005 sebagai situs web dimana

pengguna bisa dengan mudah upload dan bagikan klip video di Internet.

Tanggal 6 pada bulan November 2006, Youtube dibeli oleh Google dengan

harga $ 1,65 miliar, lebih dari 72 juta pengunjung bulanan melihat lebih dari

100 juta video per hari.

Slogan Youtube “broadcast yourself” menjadi daya tarik yang kuat

bagi para Youtuber untuk menyalurkan karyanya yang tidak memiliki tempat

di media komersial seperti televisi.4 Youtuber kini dianggap sebagai sebuah

profesi, yaitu pekerja kreatif yang dapat menghasilkan konten untuk di-

monetize sebagai bentuk dari penghasilan yang didapatkan melalui

kreativitas kreator konten. Penghasilan tinggi dari monetize yang dihasilkan

17
Azhar Arsyad, Asfah Rahman, Media pembelajaran, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2015,
hlm.3.
9

oleh para Youtuber membuat banyak orang tertarik untuk menjadi seorang

Youtuber.18

L. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran dan pengamatan yang dilakukan di Perpustakaan

Fakultas Hukum Universitas Bengkulu, dan pencarian melalui media internet,

peneliti tidak menemukan fakta bahwa permasalahan yang akan diangkat

pernah diteliti sebelumnya. Ide dan gagasan ini timbul karena ketertarikan dari

peneliti mengangkat judul “Perlindungan Hukum Atas Hak Cipta Bagi Musisi

Sebagai Pemegang Hak Cipta Melalui Media Youtube” Namun, terdapat

penelitian terdahulu yang berkaitan dengan aspek penelitian yang diteliti

yakni:

No Penulis Judul Skripsi Permasalahan

1. Lina Lisensi Hak Cipta Lagu 1. Bagaimana


Mariana, Sebagai Bentuk Perlindungan prosedur
B1A007103, Hukum Bagi Pemilik Hak pemberian
Fakultas Cipta di Indonesia lisensi
Hukum
terhadap hak
Universitas
cipta lagu?
Bengkulu,
Bengkulu, 2. Bagaimana
2011 Perlindungan
hukum
terhadap
pemilik hak
cipta lagu?
2. Agatha Perlindungan Hukum 1. Apakah hak

18
Himmatul Ulya, Komodifikasi Pekerja Pada Youtuber Pemula Dan Underrated (Studi Kasus
Youtube Indonesia), Interaksi Jurnal Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro, Vol. 8, Nomor 2 Desember 2019, hlm. 1.
10

Praditya Terhadap Pencipta Lagu pencipta lagu


Cipta Daerah Rejang Atas Hak Siar daerah Rejang atas
B1A007050 Pada Radio di Provinsi penyiaran pada
, Fakultas Bengkulu stasiun radio di
Hukum, Provinsi Bengkulu?
Universitas 2. Bagaimana
Bengkulu, Perlidungan hukum
Bengkulu, bagi pencipta lagu
2013 daerah Rejang atas
hak siar pada
stasiun radio di
Provinsi Bengkulu?

Berdasarkan permasalahan yang diangkat dalam penelitian pada

tabel di atas, berbeda dengan permasalahan yang sedang penulis teliti

dengan rumusan masalah sebagi berikut:

1. bagaimana perlindungan hukum atas hak cipta bagi musisi


sebagai pemegang hak cipta melalui media Youtube menurut
Undang-Undang no 28 Tahun 2014 Hak Cipta?

2. Bagaimana perlindungan hukum atas hak cipta bagi musisi


sebagai pemegang hak cipta melalui media Youtube di
Indonesia?

Dengan begitu jelas meskipun objek penelitan sama tentang tanggung


jawab negara namun penelitian penulis mengambil fokus yang
berbeda.

M. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu sistem dan suatu proses yang

mutlak harus dilakukan dalam suatu kegiatan penelitian dan pengembangan

ilmu pengetahuan. Penelitian bertujuan mengungkap kebenaran secara


11

sistematis, metodologis, dan pasti.19 Suatu penelitian memerlukan metodologi

yang pada hakikatnya memberikan pedoman tentang cara-cara seorang

ilmuwan mempelajari, menganalisis, dan memahami lingkungan-lingkungan

yang dihadapinya.20 Metode penulisan terdiri dari:

14. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif.

Pada penelitian ini hukum yang dikonsepkan sebagai apa yang tertulis

dalam peraturan perundang-undangan (Law in book) atau hukum

dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan prilaku

manusia yang dianggap pantas. Penelitian hukum normatif merupakan

penelitian kepustakaan, yaitu penelitian terhadap data sekunder.21

O. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan dua pendekatan penelitian,

yaitu pendekatan undang-undang (statute approach), pendekatan analisis

yuridis-kualitatif dan pendekatan kasus. Pendekatan undang-undang

(statute approach) akan membuka kesempatan bagi peneliti untuk

menelaah dan mempelajari adakah konsitensi dan kesesuaian antara

undang-undang dengan penerapan yang ada. Hasil dari telaah tersebut

merupakan suatu argumen untuk memecahkan masalah yang dihadapi.22

19
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Cetakan Keempat
Belas, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 1.
20
Sri Mahmudji, (et, al), Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, Badan Penerbit Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2005, hlm 6.
21
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta.
1998, hlm.11
22
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Persada Media Group, Jakarta, 2010, hlm.
133.
12

Pendekatan yuridis-kualitatif digunakan dengan mengandalkan pada

kemampuan abstraksi teoritis atas bahan-bahan hukum, dengan

menggunakan metode penafsiran hukum dan konstruksi hukum, terutama

penafsiran sistematis dan penafsiran sosiologis atas peraturan perundang-

undangan dan data terkait materi kajian.23

P. Bahan Hukum

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum bersifat

autoratif, artinya mempunyai otoritas.24 Bahan bahan hukum primer

yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014

Tentang Hak Cipta

3. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2021 tentang

Pengelolaan Royalti Hak Cipta Lagu dan/atau Musik

4. KEPPRES No. 74 Tahun 2004 Tentang Pengesahan Wipo

Performances And Phonograms Treaty, 1996

5. The Rome Convention for the Protection of Performers,


Producers of Phonograms, and Broadcasting Organization

b. Bahan Hukum Sekunder

Menurut Ronny Hanitijo Soemitro, bahan-bahan hukum

sekunder yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan


23
Yulinda Andharani, Op.cit, hlm. 64.
24
Ronny Hanitijo Soemitro, Op.cit, hlm. 181.
13

hukum primer dan dapat membantu menganalisa dan memahami

bahan hukum primer.25 Adapun bahan-bahan hukum sekunder yang

digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1) Hasil penelitian dan Jurnal-Jurnal dari peneliti terdahulu yang

berkaitan dengan perlindungan hukum atas hak cipta bagi

musisi sebagai pemegang hak cipta melalui media Youtube.

2) Buku-buku yang berkaitan dengan judul penelitian.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier (penunjang) adalah bahan-bahan yang memberikan

informasi tentang bahan hukum primer dan sekunder. 26 Adapun bahan

hukum tersier dalam penelitian ini adalah kamus hukum, artikel-artikel,

media Youtube, website hukum yang berhubungan, ensiklopedia hukum,

dan surat kabar. Selain bahan hukum, penelitian ini di dukung oleh bahan

non hukum yaitu berupa informasi, dan dokumen-dokumen yang

berkaitan dengan perlindungan hukum atas hak cipta bagi musisi sebagai

pemegang hak cipta melalui media Youtube.

d. Prosedur Pengumpulan Bahan Hukum

Prosedur pengumpulan bahan hukum yang digunakan berupa

studi dokumentasi, yaitu pedoman yang digunakan berupa catatan-

catatan untuk membuat kutipan. Penelusuran literatur hukum, dan

informasi lainnya dilakukan dengan penelusuran offline (buku) dan

25
Ronny Hanitijo Soemitro, Ibid, hlm. 25.
26
Iskandar (et al), Panduan Penulisan Tugas Akhir Untuk Sarjana Hukum (S1), Fakultas Hukum,
Universitas Bengkulu, 2018
14

online (internet). Bahan pustaka yang didapat secara offline dapat

diperoleh melalui Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas

Bengkulu, dan Perpustakaan Universitas Bengkulu dan Perpustakaan

Daerah Kota Bengkulu. Sedangkan secara online diperoleh melalui

akses internet.

e. Pengolahan Bahan Hukum

Pengolahan bahan hukum dilakukan dengan cara mengolah

bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, bahan hukum tersier,

dan bahan non hukum berupa data, yang kemudian disesuaikan

dengan substansi agar mempermudah melakukan analisis bahan

hukum. Kemudian, bahan hukum dianalisa berdasarkan asas-asas

hukum, dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan

permasalahan yang diteliti.

f. Analisis Bahan Hukum

Analisis bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis yuridis-kualitatif. Metode ini menekankan analisis

pada proses penyimpulan deduktif-induktif dan sebaliknya serta pada

analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati. 27

Data yang diperoleh baik berupa bahan hukum maupun bahan non

hukum diinterpretasikan berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

27
Saifudin Azwar, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2011, hlm. 5.
15

Q. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN SKRIPSI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR SINGKATAN

ABSTRAK

ABSTRACT

BAB I. PENDAHULUAN

A. Judul Penelitian

B. Latar Belakang

C. Identifikasi Masalah

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

E. Kerangka Pemikiran

F. Keaslian Penelitian

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

2. Pendekatan Penelitian

3. Bahan Hukum

4. Prosedur Pengumpulan Bahan Hukum

5. Pengolahan Bahan Hukum


16

6. Analisis Bahan Hukum

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Perlindungan Hukum Berbasis Teknologi dan Informasi

B. Hak Cipta

C. Tanggung Jawab Pemerintah Terhadap Perlindungan Hak Cipta

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MUSISI SEBAGAI PEMEGAI

PEMEGANG HAK CIPTA MELALUI MEDIA YOUTUBE

BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO 28 TAHUN 2014

HAK CIPTA

A. Beberapa Pengaturan Perlindungan Hukum Bagi Musisi atas Hak Cipta

B. Tanggung Jawab Pemerintah dalam Perlidungan Hak Cipta melalui

media Youtube

BAB IV. PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK CIPTA

BAGI MUSISI SEBAGAI PEMEGANG HAK CIPTA MELALUI

MEDIA YOUTUBE DI INDONESIA

A. Implementasi Perlindungan Hukum atas Hak Cipta di Indonesia

B. Beberapa Langkah Kebijakan Pemerintah dalam Perlindungan atas Hak

Cipta Melalui Media Youtube

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

R. Sejarah Kekayaan Intelektual di Indonesia

Istilah Hak Kekayaan Intelektual (HKI) merupakan terjemahan dari

Intellectual Property Right (selanjutnya disebut IPR) yang dideskripsikan

sebagai hak atas kekayaan yang timbul karena kemampuan intelektual

manusia. Pada prinsipnya, IPR sendiri merupakan perlindungan hukum atas

HKI yang kemudian dikembangkan menjadi suatu lembaga hukum yang

disebut Intellectual Property Right. Menurut Abdul Kadir Muhammad, pada

dasarnya HKI merupakan hak yang berasal dari hasil kegiatan kreatif suatu

kemampuan daya pikir manusia yang diekspressikan kepada khalayak umum

dalam berbagai bentuknya yang yang memiliki manfaat serta berguna dalam

menunjang kehidupan manusia dan memiliki manfaat ekonomi yang berbentuk

nyata biasanya di bidang teknologi, ilmu pengetahuan, seni, dan sastra.28

Pengertian HKI juga dapat dideskripsikan sebagai hak atas kekayaan yang timbul
atau lahir karena kemampuan intelektual manusia Sementara, pendapat lain
mengemukakan bahwa HKI adalah pengakuan dan penghargaan pada seseorang
atau badan hukum atas penemuan atau penciptaan karya intelektual mereka
dengan memberikan hak-hak khusus bagi mereka baik yang bersifat sosial
maupun ekonomis. Berdasarkan substansinya, HKI berhubungan

erat dengan benda tak berwujud serta melindungi karya intelektual yang

lahir dari cipta, rasa dan karsa manusia.


28
Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2001, hlm.15-16
18

Sehingga dapat dipahami HKI adalah hak yang timbul dan lahir dari hasil

kemampuan intelektual manusia dan hak itu mempunyai manfaat ekonomi.

Peraturan yang mengatur HKI di Indonesia, telah ada sejak tahun 1840-

an. Pada tahun 1885, UU Merek mulai diberlakukan oleh pemerintah kolonial

Indonesia dan disusul dengan diberlakukannya UU paten pada tehun 1910. Dua

tahun kemudian, UU Hak cipta (Auteurs Wet 1912) juga diberlakukan di

Indonesia. Untuk melangkapi peraturan perundang-undangan tersebut,

pemerintah kolonial Belanda di Indonesia memutuskan untuk menjadi anggota

Konvensi Paris pada tahun 1888 dan disusul dengan menjadi anggota Konvensi

Berne pada tahun 1914.

Di jaman pendudukan Jepang, peraturan di bidang HKI tersebut tetap di

berlakukan. Kebijaksanaan pemberlakuan HKI Produk Kolonial ini tetap di

pertahankan saat Indonesia mencapai kemerdekaan pada tahun 1945, kecuali

UU paten (Octrooi Wet). Adapun alasan tidak diberlakukanya UU tersebut

adalah karena salah satu pasalnya bertentangan dengan kedaulatan RI.

Disamping itu, Indonesia masih memerlukan teknologi untuk membangaun

perekonomian yang masih dalam taraf perkembangan.

Setelah Indonesia merdeka, pemerintah Indonesia mengundangkan UU

Merek tahun 1961 (UU No. 6 Tahun 1961), yang disusul dengan UU Hak Cipta

nasionalyang pertama pada tahun 1982 (UU No. 6 Tahun 1982) dan UU paten

tahun 1989 (UU No. 6 Tahun 1989). Setelah mengalami bebrapa perubahan

sebagai konsekuensi keikutsertaan Indonesia dengan berbagai konvensi


19

internasional, diantaranya perjanjian TRIPS, UU HKI terkini dari ketiga

cabang tersebut adalah UU Hak Cipta tahun 2002 (UU No. 19 Tahun 2002),

UU paten tahun 2001 (UU No. 14 Tahun 2001) dan UU Merek tahun 2001 (UU

No. 15 Tahun 2001). Untuk melengkapi UU HKI , pe permerintah telah

membuat 4 UU HKI lainnya, yaitu UU Perlindungan Variates Tanaman Tahun

2000 (UU No. 29 Tahun 2000), UU Desain Industri Tahun 2000 (UU No. 31

Tahun 2000), dan UU Desain Tata Letak Terpadu Tahun 2000 (UU No. 32

Tahun 2000).29

S. Hak Cipta

Hak Cipta pada dasarnya telah dikenal sejak dahulu kala, akan tetapi

konsep hukum hak cipta baru dikenal di Indonesia pada awal tahun 80-an.

Setelah masa revolusi sampai tahun 1982, Indonesia masih menggunakan

undang-undang pemerintah kolonial Belanda “Auteurswet 1912” sampai

Undang-Undang Hak Cipta pertama dibuat, yaitu pada tahun 1982. Sejak

menjadi bangsa yang merdeka, Indonesia memunyai empat buah Undang-

Undang yaitu UU No. 6 Tahun 1982, UU No. 7 Tahun 1987, UU No.12 Tahun

1997, UU No. 19 Tahun 2002, dan UU No. 28 Tahun 2014.

Ditinjau dari sejarahnya terdapat dua konsep hak cipta yang saling

memengaruhi yaitu konsep Copyrights yang berkembang di Inggris dan

negara-negara yang menganut sistem Common Law dan konsep Droit d’Auteur

yang berkembang di Perancis dan negaranegara yang menganut sistem Civil

Law. Pengaturan konsep Copyrights yang menekankan perlindungan hak-hak


29
Anis Mashdurohatun, Hak Kekayaan Intelektual (Hki) Dalam Perspektif Sejarah Di Indonesia,
Madina Semarang, Semarang, 2013, hlm.3-4
20

penerbit dari tindakan penggandaan buku yang tidak sah tercantum di dalam

Dekrit Star Chamber 1556 yang isinya menentukan izin percetakan dan tidak

setiap orang dapat mencetak buku. Aturan hukum lain yang secara jelas

melindungi hak penerbit dari tindakan penggandaan tidak sah adalah Act of

Anne 1709 dan sebagai peletak dasar konsep modern hak cipta. Konsep droit

d’auteur berbeda dengan konsep copyright.

Konsep droit d’auteur lebih menekankan perlindungan atas hak-hak

pengarang dari tindakan yang dapat merusak reputasinya. Konsep ini

didasarkan pada aliran hukum alam yang menyatakan bahwa suatu karya cipta

adalah perwujudan tertinggi (alter ego) pencipta. Dalam hal ini pencipta

memunyai hak alamiah untuk memanfaatkan ciptaannya. Konsep tersebut

berkembang pesat setelah revolusi Perancis tahun 1789, konsep droit d’auteur

meletakkan dasar pengakuan bukan saja hak ekonomi dari pencipta akan tetapi

juga hak moral.

Pengertian atau konsep hak cipta menurut pasal 1 angka 1 Undang-

Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi

pencipta atau penerima hak cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak

ciptaannya atau memberikan izin dengan tidak mengurangi ketentuan dalam

undang-undang yang berlaku. Sedangkan menurut Undang-Undang No. 28

Tahun 2014 tentang Hak Cipta, hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang

timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan

diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.


21

Hak cipta di Indonesia diatur di dalam UU No. 19 Tahun 2002 tentang

Hak Cipta dan telah diperbarui melalui UU No. 28 Tahun 2014. Undang-

Undang melalui pasal 1 angka 1 memberikan pengertian bahwa hak cipta

merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta untuk

mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis

setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut

peraturan perundangundangan yang berlaku. Hak cipta dalam pengertian ini

menjelaskan adanya asas deklaratif di mana perlindungan hukum otomatis

diberikan saat ciptaan sudah jadi wujudnya (dilahirkan) tanpa harus

mendaftarkannya. TRIPs mengakui bahwa ciptaan yang layak mendapat

perlindungan hukum manakala ciptaan tersebut merupakan ekspresi atau

perwujudan ide (pasal 9 ayat 2 TRIPs). Selain itu syarat keaslian atau

originality, maksudnya adalah ciptaan memunyai bentuk yang khas dan

menunjukkan keaslian atas dasar kemampuan dan kreativitasnya yang bersifat

pribadi dari si pencipta karena ciptaan adalah ego tertinggi.30

Objek/Lingkup perlindungan Hak Cipta dalam bidang ilmu pengetahuan,

seni dan sastra ditunjukkan oleh tabel berikut ini:31

No Objek ciptaan Masa perlindungan

1. Buku, pamflet dan semua


hasil karya tulis lain

30
Khoirul Hidayah, Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Setara Press, Malang, 2017, hlm.28-32
31
Mujiyono, Feriyanto , Buku Praktis Memahami dan Cara Memperoleh Hak Kekayaan
Intelektual, LPPM UNY, Yogyakarta, 2017, hlm.12-13
22

2. Ceramah, kuliah, pidato


dan ciptaan sejenis lainnya

3. Alat peraga yang


diperuntukkan untuk
kepentingan pendidikan
dan ilmu pengetahuan

4. Lagu atau musik dengan Perlindungan berlaku selama hidup pencipta


atau tanpa teks dan terus berlangsung selama 70 tahun
setelah pencipta meninggal
5. Drama, drama musikan,
tari, koreografi, pantomim
dan pewayangan

6. Karya seni rupa dalam


segala bentuk: lukisan
gambar, ukiran, kaligrafi,
seni pahat, patung atau
kolase

7. Karya arsitektur

8. Peta

9. Karya seni batik atau seni


motif lain

10. Karya fotografi

11. Potret

12. Karya sinematografi

13. Permainan video

14. Program komputer

15. Perwajahan karya tulis


23

16. Terjemahan, tafsir, bunga


rampai, basis data, Perlindungan berlaku selama 50 tahun sejak
adaptasi, aransemen, pertama kali diumumkan
modifikasi dan karya lain
dari hasil transformasi

17. Terjemahan, adaptasi,


aransemen, transformasi
atau modifikasi ekspresi
budaya tradisional

18. Kompilasi ciptaan atau


data baik dalam format
yang dapat dibaca
program komputer atau
media lainnya

19. Kompilasi ekspresi


budaya tradisional selama
kompilasi tersebut adalah
karya yang asli

T. Perlindungan Hukum

Aristoteles mengatakan bahwa manusia adalah “zoon politicon”,

makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, oleh karena tiap anggota

masyarakat mempunyai hubungan antara satu dengan yang lain. Sebagai

makhluk sosial maka sadar atau tidak sadar manusia selalu melakukan

perbuatan hukum (rechtshandeling) dan hubungan hukum (rechtsbetrekkingen)

tiap-tiap perbuatan hukum tersebut membutuhkan perlindungan hukum atau

perlindungan dari hukum. C.S.T. Kansil, menjelaskan:

“Perlindungan hukum adalah penyempitan arti dari perlindungan, dalam


hal ini hanya perlindungan oleh hukum saja. Perlindungan yang
diberikan oleh hukum, terkait pula dengan adanya hak dan kewajiban,
24

dalam hal ini yang dimiliki oleh manusia sebagai subyek hukum dalam
interaksinya dengan sesama manusia serta lingkungannya. Sebagai
subyek hukum manusia memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan
suatu tindakan hukum.”

Perlindungan hukum menurut Solly Lubis adalah ”perlindungan yang

diberikan oleh hukum (legal protection) terhadap sesuatu status (kedudukan)

ataupun hak, misalnya: hak milik, hak pilih, hak berusaha, hak khusus warga

negara, dan sebagainya”. Dengan demikian, perlindungan hukum erat

kaitannya dengan kepastian hukum, yakni kejelasan peraturan hukum

mengenai hak, kewajiban dan status seseorag atau suatu badan hukum

Kepastian hak, kewajiban dan kepastian status ini mendatangkan ketertiban,

karena dengan adanya kejelasan seperti diatur oleh hukum, maka seseorang

tahu benar-benar bagaimana status atau kedudukannya, seberapa jauh hak

maupun kewajibannya dalam kedudukan tersebut.

Harjono mengemukakan bahwa perlindungan hukum dalam Bahasa

Inggris disebut legal protection, sedangkan dalam Bahasa Belanda disebut

rechtsbecherming. Harjono memberikan pengertian bahwa perlindungan

hukum sebagai perlindungan dengan menggunakan sarana hukum atau

perlindungan yang diberikan oleh hukum untuk kemudian ditujukan kepada

perlindungan terhadap kepentingan-kepentingan tertentu, yaitu dengan

menjadikan kepentingan-kepentingan yang perlu untuk dilindungi tersebut

dalam sebuah hak hukum.32

32
Harjono, Konstitusi sebagai Rumah Bangsa. Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah
Konstitusi, Jakarta, 2008, hlm. 357.
25

Philipus M Hadjon mengemukakan perlindungan hukum adalah

perlindungan akan harkat dan martabat serta pengakuan terhadap hak-hak asasi

manusia yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari

kesewenangan atau sebagai kumpulan peraturan atau kaidah yang akan dapat

melindungi suatu hal dari hal yang lainnya. Berarti hukum memberikan

perlindungan terhadap hak-hak dari seseorang terhadap sesuatu yang

mengakibatkan tidak terpenuhinya hak-hak tersebut.

Setiono mengemukakan bahwa perlindungan hukum juga dapat diartikan

sebagai tindakan atau upaya untuk melindungi masyarakat dari perbuatan

sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum,

untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga hal tersebut

memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia.

Beberapa faktor yang tidak menunjang kepastian dan perlindungan

hukum, antara lain:

1. Sikap tidak responsif dari pembuat aturan hukum, baik perencanaan

(drafting), maupun pembuat keputusan (decision) dan akhirnya

pelaksanaan (enforcement) serta penindakan setiap pelanggarannya

(punishment).

2. Tiadanya kesadaran dan ketaatan yang sesungguhnya dari semua

pihak, baik pihak pencari keadilan maupun pihak aparat sebagai

penegak keadilan, serta warga masyarakat seluruhnya.

3. Sikap tidak adil dan obyektif dari aparat penegak hukum dan penegak

keadilan.
26

Dari pengertian perlindungan hukum di atas, dapat dipahami bahwa

perlindungan hukum adalah perlindungan yang diberikan oleh hukum (legal

protection) terhadap sesuatu status (kedudukan) ataupun hak, misalnya: hak

milik, hak pilih, hak berusaha, hak khusus warga negara, dan sebagainya.

Perlindungan hukum erat kaitannya dengan kepastian hukum, maka dari itu

perlindungan hukum hanya dapat dicapai apabila telah ada aturan hukum yang

mengatur tentang hakhak individu, atau kelompok dalam suatu aturan

perundang-undangan. Demikian pula halnya dengan perlindungan terhadap

korban, adanya aturan (regulasi) yang mengatur hak-hak korban akan

memberikan kepastian hukum terhadap hak-hak korban, berupa substansi

hukum yang mengatur tentang hak-hak korban, lembaga dan tata cara

pelaksanaan hak-hak korban, dan keberlakuan aturan hukum yang mengatur

tentang pelaksanaan hak-hak korban.

Upaya penanggulangan kejahatan dan perlindungan hukum terhadap

masyarakat melalui kebijakan kriminal adalah merumuskan peraturan

perundang-undangan oleh pembuat undang-undang (legislatif).

Berdasarkan konsep tersebut, peran Negara guna meciptakan suatu

kesejahteraan sosial sebagaimana amanat UUD 1945 dan Pancasila, tidak

hanya terbatas pada pemenuhan kebutuhan-kebutuan materiil dari warga

negaranya, tetapi lebih dari itu, diperlukan penegakan hukum yang mempunyai

aspek perlindungan kepada korban kejahatan guna terpenuhinya rasa keadilan

dan kepastian hukum dalam kehidupan bernegara.33


33
Gongom T.P Siregar, Rudolf Silaban , Hak-Hak Korban Dalam Penegakan Hukum Pidana, CV.
Mahanji, Medan, 2020, hlm.63-65
27

U. Penegakan Hukum

Penegakkan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan-

keinginan hukum menjadi kenyataan. Yang disebut keinginan hukum disini

tidak lain adalah pikiran-pikiran badan pembuat Undang-Undang yang

dirumuskan dalam peraturan hukum. Peraturan hukum itu. Perumusan

pemikiran pembuat hukum yang dituangkan dalam peraturan hukum akan turut

menentukan bagaimana penegakan hukum itu dijalankan.34

Penegakan hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia.

Agar kepentingan manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan.

Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, damai tetapi dapat

terjadi juga karena pelanggaran hukum. Dalam hal ini hukum yang telah

dilanggar harus ditegakkan. Melalui penegakan hukum inilah hukum itu

menjadi kenyataan. Dalam menegakan hukum ada tiga unsur yang harus

diperhatikan, yaitu :35

1. Kepastian Hukum (rechtssicherheit) :

Hukum harus dilaksanakan dan ditegakkan. Setiap orang mengharapkan

dapat ditetapkannya hukum dalam hal terjadi peristiwa yang konkrit.

Bagaimana hukumnya itulah yang harus berlaku, pada dasarnya tidak

boleh menyimpang : fiat justicia et pereat mundus (meskipun dunia akan

runtuh, hukum harus ditegakkan).

34
Satjipto Raharjo, Penegakan Hukum Sebagai Tinjauan Sosiologis, Genta Publishing.
Yogyakarta. 2009. Hlm.25
35
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum. Liberty Yogyakarta, Yogyakarta, 2000. Hlm. 145
28

Itulah yang diinginkan oleh kepastian hukum. Kepastian hukum

merupakan perlindungan yustisiable terhadap tidakan sewenang-wenang,

yang berarti seorang akan memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam

keadaan tertentu.

2. Manfaat (zweckmassigkeit)

Masyarakat mengharapkan manfaat dalam pelaksanaan atau penegakan

hukum. Hukum adalah untuk manusia, maka pelaksanaan hukum atau

penegakan hukum harus memberi manfaat atau kegunaan bagi

masyarakat. Jangan sampai justru karena hukumnya dilaksanakan atau

ditegakkan timbul keresahan di dalam masyarakat.

3. Keadilan (gerechtigkeit)

Masyarakat sangat berkepentingan bahwa dalam pelaksanaan atau

penegakan hukum keadilan diperhatikan. Dalam pelaksanaan dan

penegakan hukum harus adil. Hukum tidak identik dengan keadilan.

Hukum itu bersifat umum, mengikat setiap orang, bersifat

menyamaratakan. Barang siapa yang mencuri harus dihukum : siapa yang

mencuri harus dihukum, tanpa membedabedakan siapa yang mencuri.

Sebaliknya, keadilan bersifat subjektif, individualistis, dan tidak

menyamaratakan.

Teori penegakan hukum menurut Soerjono Soekanto adalah bahwa faktor

penegakan hukum ditentukan oleh 5 (lima) faktor, yaitu: 36

36
Soerjono Soekanto,Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2008 hlm. 8
29

1. Faktor Hukumnya Sendiri (Undang-Undang). Praktek menyelenggaraan

penegakan hukum di lapangan seringkali terjadi pertentangan antara

kepastian hukum dan keadilan. Hal ini dikarenakan konsepsi keadilan

merupakan suatu rumusan yang bersifat abstrak sedangkan kepastian

hukum merupakan prosedur yang telah ditentukan secara normatif.

2. Faktor Penegak Hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun

menerapkan hukum. Salah satu kunci dari keberhasilan dalam penegakan

hukum adalah mentalitas atau kepribadian dari penegak hukumnya

sendiri. Dalam rangka penegakan hukum oleh setiap lembaga penegak

hukum, keadilan dan kebenaran harus dinyatakan, terasa, terlihat dan

diaktualisasikan.

3. Faktor Sarana atau Fasilitas yang Mendukung Penegakan Hukum. Sarana

dan fasilitas yang mendukung mencakup tenaga manusia yang

berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang

memadai, penegakan hukum tidak dapat berjalan dengan lancar dan

penegak hukum tidak mungkin menjalankan peran semestinya.

4. Faktor Masyarakat, yakni lingkungan di mana hukum tersebut berlaku

atau diterapkan. Masyarakat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap

pelaksanaan penegakan hukum, sebab penegakan hukum berasal dari

masyarakat dan bertujuan untuk mencapai dalam masyarakat. Semakin

tinggi kesadaran hukum maka akan semakin memungkinkan penegakan

hukum yang baik.


30

5. Faktor Kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang

didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup. Kebudayaan

Indonesia merupakan dasar dari berlakunya hukum adat. Berlakunya

hukum tertulis (perundang-undangan) harus mencermikan nilainilai yang

menjadi dasar hukum adat. Dalam penegakan hukum, semakin banyak

penyesuaian antara peraturan perundang-undangan dengan kebudayaan

masyarakat, maka akan semakin mudah menegakkannya.

Kelima faktor diatas saling berkaitan dengan eratnya, oleh karena

merupakan esensi dari penegakkan hukum, juga merupakan tolak ukur

daripada efektifitas penegakan hukum. Pada elemen pertama, yang menentukan

dapat berfungsinya hukum tertulis tersebut dengan baik atau tidak adalah

tergantung dari aturan hukum itu sendiri.37

V. Media Youtube

Youtube adalah situs video yang menyediakan tampilan audio visual.

Situs ini memang disediakan untuk pencarian video dan menonton langsung.

Kita juga bisa berpartisipasi mengunggah video ke situs Youtube dan

membagikannya keseluruh dunia.38

Youtube saaat ini merupakan media elektronik paling tinggi angka untuk

pengunjung secara online. Youtube telah menjadi media elektronik yang sangat

populer belakangan ini karena fasilitas video dari semua deskripsi. Pada Media

Youtube, banyak orang menemukan video atau sesuatu yang informatif atau

37
Ibid, hlm. 8
38
Dedy Rusdianto, Adsense weapons, Oase Media, Bandung, 2010, hlm.15.
31

mendidik. Youtube memberikan fasilias video hiburan lama dari tahun-tahun

sebelumnya.

Video dalam media Youtube ini dapat dengan mudah dibagikan beberapa

kali. Hal ini merupakan sesuatu yang penting untuk pemasaran karya-karya

apapun, karena banyak dari video online terbaik dibagikan berkali-kali oleh

pengguna Youtube yang berkaitan dengan bisnis diteruskan ke banyak orang di

Youtube, sehingga memberi kesempatan yang lebih baik untuk mendapatkan

pekerjaan yang terlihat karena begitu banyak orang dapat menemukannya

beberapa karya dengan mudah.

Youtube dikembangkan pada tahun 2005 di California. Awalnya Youtube

diperkenalkan sebagai sarana untuk mengundang orang online untuk menonton

streaming video dari semua jenis. Dengan hal tersebut, orang dapat menonton

video tanpa menggunakan program lain. Pengguna Youtube hanya perlu

menggunakan browser web dengan plug-in yang tepat yang memungkinkan

mereka untuk menonton video.

Popularitas Youtube tertangkap dengan cepat dalam banyak hal yang

sedang menjadi perhatian di masyarakat. Video pertunjukan, arsip bersejarah

video, dan hal-hal lain yang diposting di Youtube. Segala jenis iklan mulai

muncul termasuk yang yang menonjolkan produk atau layanan tertentu.

Bahkan video musik menjadi populer di Youtube.

Media Youtube merupakan layanan video berbagi yang disediakan oleh

Google bagi para penggunanya untuk memuat, menonton dan berbagi klip

video secara gratis. Youtube merupakan wujud dari pergeseran teknologi


32

internet (world wide web) dari “read only web” ke “read write web”, yakni dari

keadaan ketika internet hanya menyediakan sumber bacaan bagi penggunanya

ke keadaan ketika internet menyediakan sarana bagi penggunanya untuk

membuat dan membagikan sumber bacaan bagi pengguna yang lain.

Pergeseran tersebut menyebabkan Youtube menjadi salah satu media sosial

yang praktis dan mudah diakses, sehingga saat ini Youtube merupakan situs

paling populer dan ditonton oleh ribuan orang tiap harinya. Kecenderungan

orang menonton Youtube naik 60% tiap tahunnya dan 40% tiap harinya. Selain

itu, jumlah penonton Youtube naik tiap tahunnya tiga kali lipat. Adapun jumlah

video yang ditonton tiap harinya 100.000 video dan ada 65.000 video yang

diunggah tiap jamnya. Sekitar 20 juta penonton mengunjungi Youtube tiap

bulannya dengan kisaran usia 12 - 17 tahun.39

Selama bertahun-tahun, Youtube telah berkembang dan sekarang

menawarkan video semua jenis. Terlepas dari apa yang diminati masyarakat

secara global. Musisi menggunakan Youtube untuk memposting video musik

dan siaran langsung pertunjukan. Usaha kecil menampilkan video tentang apa

mereka menawarkan dan bahkan beberapa video petunjuk. Tim olahraga

memposting video yang menunjukkan wawancara dengan pemain, tim

highlight, dan lain-lain.

Masyarakat dapat membuat video dapat menunjukkan apa yang Anda

lakukan aktivitas sehari-hari yang menarik atau memberikan video inspirasi

39
Lestari, Renda, “Penggunaan Youtube sebagai Media Pembelajaran Bahasa Inggris. Makalah
Seminar Nasional Kedua Pendidikan Berkemajuan dan Menggembirakan”, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, jurnal pendidikan, hal. 609
33

kepada orang-orang sesuatu yang bisa mengubah hidup mereka menjadi lebih

baik.

Media Youtube mengenal sistem monetisasi. Sistem ini memungkinkan

setiap pengguna Youtube dapat menerima penghasilan berupa uang ketika

mengikuti program partner Youtube dengan syarat telah berusia 18 tahun.

Program partner Youtube memiliki beberapa fitur yang dapat menjadi sumber

penghasilan pengguna akun Youtube seperti berikut:

1. Pendapatan iklan

Yakni pendapatan iklan dari iklan display, overlay, dan video.

Mendapatkan penghasilan dari fitur ini memiliki syarat berusia

minimal 18 tahun, atau memiliki wali sah berusia lebih dari 18 tahun

yang dapat menangani pembayaran melalui AdSense

2. Langganan channel

Yakni Pelanggan akun Youtube terkait melakukan pembayaran

bulanan berulang dengan imbalan berupa keuntungan khusus yang

Anda tawarkan.

Mendapatkan penghasilan dengan fitur ini harus tinggal di

negara/wilayah tempat langganan channel tersedia

3. Shopping:

Yakni pengikut akun Youtube terkait dapat menelusuri dan membeli

produk, seperti merchandise, dari toko akun tersebut di Youtube.

Mendapatkan penghasilan dengan fitur ini harus memiliki lebih dari

1.000 subscriber atau merupakan Channel Artis Resmi Channel tidak


34

ditetapkan sebagai Dibuat untuk Anak-Anak dan tidak memiliki

banyak video yang ditetapkan sebagai Dibuat untuk Anak-Anak

4. Super Chat & Super Stickers:

Yakni pengikut akun terkait dapat membayar agar pesan atau gambar

animasinya di streaming chat ditandai.

Mendapatkan penghasilan dengan fitur ini harus memiliki Tinggal di

negara/wilayah tempat Super Chat dan Super Stickers tersedia.

5. Super Thanks:

Yakni pengikut akun terkait dapat membayar agar pesannya di

komentar video ditandai.

Mendapatkan penghasilan dengan fitur ini harus memiliki Tinggal di

negara/wilayah tempat Super Chat dan Super Stickers tersedia. Selain

itu wajib tersedia bukan channel musik berdasarkan SRAV

6. Pendapatan Youtube Premium:

Yakni mendapatkan bagian dari biaya langganan Youtube Premium

saat pelanggan menonton konten.

Penguna akun Youtube embuat konten yang ditonton oleh pelanggan

Youtube Premium.
35

BAB III

Perlindungan Hukum Atas Hak Cipta Bagi Musisi Sebagai Pemegang Hak

Cipta Melalui Media Youtube

Menurut Undang-Undang No 28 Tahun 2014 Hak Cipta

W.Perlindungan Hukum Hak Menurut UU No. 28 Tahun 2014

Berdasarkan Pasal 28G Undang-undang Negara Republik Indonesia 1945

menegaskan bahwa:

“Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,

masyarakat, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta

berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk

berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi”

Pasal tersebut dapat ditafsirkan bahwa setiap orang berhak atas perlindungan

hukum termasuk salah satunya harta benda yang dibawah kekuasaannya. Hak

Cipta merupakan suatu benda yang tak berwujud yang penguasaannya dapat

diberikan kepada orang atau badan hukum dalam suatu bentuk hak. Sehingga

penguasaan hak cipta menurut UUD 1945 termasuk objek yang harus dilindungi

oleh hukum.

Pengertian lebih jelas mengenai hak cipta diatur dalam Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2014 yang berbunyi:

“Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam
36

bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan”

Menurut penjelasan Pasal tersebut yang dimaksud dengan "hak eksklusif' adalah

hak yang hanya diperuntukkan bagi Pencipta, sehingga tidak ada pihak lain yang

dapat memanfaatkan hak tersebut tanpa izin Pencipta. Pemegang Hak Cipta yang

bukan Pencipta hanya memiliki sebagian dari hak eksklusif berupa hak ekonomi.

Maka dapat ditafsirkan Undang-Undang No.28 Tahun 2014 mengatur bentuk

perlindungan hak ekslusif atas ciptaan menjadi dua, yakni hak moral dan hak

ekonomi.

Hak Moral timbul dikarenakan hubungan pribadi ciptaannya dengan

intelektual penciptanya. Konsep hak moral ini terdapat pada Konvesi Berne

pada revisi Roma 1929 yang kemudian disempurnakan berkali-kali melalui

revisi Brussel dan Stockholm.40 Berdasarkan UU No.28 Tahun 2014 Tentag

Hak Cipta, hak moral diatur haknya pada Pasal 5 sampai dengan Pasal 7.

Pasal 5 berbunyi:

(1) Hak moral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 merupakan hak yang

melekat secara abadi pada diri Pencipta untuk:

a. tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan

sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya untuk umum;

b. menggunakan nama aliasnya atau samarannya;

c. mengubah Ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat;

40
Muhammad Djumhana ,R.Djubadillah, Hak Milik Intelektual (sejarah, teroi dan prakteknya),
PT. Citra Aditya Bakti, Jakarta, 2001, hlm.58-59.
37

d. mengubah judul dan anak judul Ciptaan; dan

e. mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan, mutilasi

Ciptaan, modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan

kehormatan diri atau reputasinya.

(2) Hak moral sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat dialihkan

selama Pencipta masih hidup, tetapi pelaksanaan hak tersebut dapat

dialihkan dengan wasiat atau sebab lain sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan setelah Pencipta meninggal dunia.

(3) Dalam hal terjadi pengalihan pelaksanaan hak moral sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), penerima dapat melepaskan atau menolak

pelaksanaan haknya dengan syarat pelepasan atau penolakan

pelaksanaan hak tersebut dinyatakan secara tertulis.

Pasal 6 berbunyi:

Untuk melindungi hak moral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat

(1), Pencipta dapat memiliki:

a. informasi manajemen Hak Cipta; dan/atau

b. informasi elektronik Hak Cipta.

Pasal 7 berbunyi:

(1) Informasi manajemen Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6

huruf a meliputi informasi tentang:

a. metode atau sistem yang dapat mengidentifikasi originalitas substansi

Ciptaan dan Penciptanya; dan

b. kode informasi dan kode akses.


38

(2) Informasi elektronik Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf

b meliputi informasi tentang:

a. suatu Ciptaan, yang muncul dan melekat secara elektronik dalam

hubungan dengan kegiatan Pengumuman Ciptaan;

b. nama pencipta, aliasnya atau nama samarannya;

c. Pencipta sebagai Pemegang Hak Cipta;

d. masa dan kondisi penggunaan Ciptaan;

e. nomor; dan

f. kode informasi.

Hak moral apabila ditafsirkan berdasarkan ketiga Pasal tersebut di atas,

haknya melekat abadi pada penciptanya. Hal ini artinya sejak timbul hak cipta

tersebut, perlindungan hak moral atas suatu ciptaan berlaku sampai selama-

lamanya.

Bagi musisi atas hasil karya ciptaan musiknya merupakan salah satu hak

cipta dalam bidang seni. Pasal 40 ayat (1) UU No.28 Tahun 2014 menegaskan

bahwa Ciptaan yang dilindungi meliputi Ciptaan dalam bidang ilmu

pengetahuan, seni, dan sastra. Karya musik musisi ditegaskan secara jelas pada

huruf d pada Pasal tersebut menegaskan yakni “lagu dan/atau musik dengan

atau tanpa teks”. Maka seluruh pengaturan perlindungan hukum Hak Cipta

yang diatur pada Pasal 5 sampai dengan 7 juga melindungi karya cipta para

musisi.
39

Perlindungan hak moral hak cipta bagi musisi melalui media Youtube

dapat ditafsirkan pada Pasal 6 UU No.28 Tahun 2014 huruf b yang berbunyi

“informasi elektronik hak cipta”. Informasi elektronik ini dapat diberikan

perlindungan hukum sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 7 UU No.28

Tahun 2014 terkait apabila suatu ciptaan muncul secara elektronik dalam

hubungan dengan kegiatan pengumuman ciptaan baik secara elektronik

maupun non elektronik, nama pencipta, alias, nama samaran, pencipta sebagai

pemegang hak cipta, masa dan kondisi penggunaa hak cipta, nomor dan kode

informasi. Seluruh informasi elekronik tersebut dilarang dihilangkan, diubah,

atau dirusak.

Perlindungan pada Pasal 7 pada uraian di atas tersebut menurut UU

No.28 Tahun 2014 tersebut juga mengatur ketentuan sanksi pidana. Pasal 112

menegaskan:

“Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dan/atau pasal 52 untuk Penggunaan

Secara Komersial, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)

tahun dan / atau pidana denda paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah).”

X. Perlindungan Hukum Hak Ekonomi Menurut UU No. 28 Tahun 2014

Hak ekonomi merupakan suatu objek benda kekayaan intelektual yang

bernilai dan dapat dihitung dengan nilai uang. Dalam hal ini hak ekonomi
40

adalah hak untuk mendapatkan keuntungan atas penggunaan suatu ciptaan baik

oleh pencipta sendiri ataupun orang lain.41

Undang-Undang No.28 Tahun 2014 mengatur secara lengkap mengenai

hak ekonomi pada Pasal 8 sampai dengan Pasal 11.

Pasal 8 berbunyi:

Hak ekonomi merupakan hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak

Cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas Ciptaan.

Pasal 9 berbunyi:

(1)Pencipta atau Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 8 memiliki hak ekonomi untuk melakukan:

a. penerbitan Ciptaan;
b. Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya;
c. penerjemahan Ciptaan;
d. pengadaplasian, pengaransemenan, atau pentransformasian
Ciptaan;
e. Pendistribusian Ciptaan atau salinannya;
f. pertunjukanCiptaan;
g. Pengumuman Ciptaan;
h. Komunikasi Ciptaan; dan
i. penyewaan Ciptaan.
(2)Setiap Orang yang melaksanakan hak ekonomi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib mendapatkan izin Pencipta atau
Pemegang Hak Cipta.
(3)Setiap Orang yang tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta
dilarang melakukan Penggandaan dan/atau Penggunaan Secara
Komersial Ciptaan.

Pasal 10 berbunyi:
41
Abdul Wahib dan Mohammad Labib, Kejahatan Mayantara (Cyber Crime), Refika Aditama,
Bandung, 2005, hlm. 103
41

Pengelola tempat perdagangan dilarang membiarkan penjualan dan/atau

penggandaan barang hasil pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait di

tempat perdagangan yang dikelolanya.

Pasal 11 berbunyi

(1)Pengelola tempat perdagangan dilarang membiarkan penjualan

dan/atau penggandaan barang hasil pelanggaran Hak Cipta dan/atau

Hak Terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya.

(2)Hak ekonomi untuk menyewakan Ciptaan atau salinannya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i tidak berlaku

terhadap Program Komputer dalam hal Program Komputer tersebut

bukan merupakan objek esensial dari penyewaan.

Berdasarkan uraian Pasal 8 sampai dengan Pasal 9, penulis menemukan bahwa

perlindungan Hak Ekonomi merupakan segala sesuatu bentuk perbuatan

hukum yang menghasilkan nilai uang atas suatu ciptaan itu dikuasai oleh

pencipta dan/atau pemegang hak cipta. Apabila ketentuan Pasal-Pasal tersebut

dilanggar juga terdapat ketentuan yang diatur pada Pasal 113 dan Pasal 114.

Pasal 113 Berbunyi:

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak

ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk

Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling

lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak

Rp. 100.000.000 (seratus juta rupiah).


42

(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta

atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi

Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf

d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial

dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau

pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah).

(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta

atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi

Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (l) huruf a, huruf

b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial

dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/

atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar

rupiah).

(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan

pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda

paling banyak Rp. 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Pasal 113 Berbunyi:

“Setiap Orang yang mengelola tempat perdagangan dalam segala

bentuknya yang dengan sengaja dan mengetahui membiarkan penjualan

dan/atau penggandaan barang hasil pelanggaran Hak Cipta dan/ atau Hak

Terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya sebagaimana dimaksud


43

dalam Pasal 10, dipidana dengan pidana denda paling banyak

Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).”

Y. Perlindungan Hak Cipta Bagi Musisi Melalalui Media Youtube Menurut

UU No.28 Tahun 2014

Perlindungan hak cipta bagi musisi melalui Media Youtube tidak diatur

secara eksplisit dalam UU No.28 Tahun 2018. Media Youtube adalah salah satu

media elektronik yang pada saat ini sangat populer digunakan oleh seluruh

kalangan masyarakat baik dalam pembagian video drama, sastra dan termasuk

musik.

Penulis menafsirkan terdapat Pasal yang mengatur mengenai

perlindungan hak cipta bagi musisi melalui Media Youtube menurut Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Dalam Pasal 55 ayat (1)

berbunyi sebagai berikut:

“Setiap Orang yang mengetahui pelanggaran Hak Cipta dan / atau Hak

Terkait melalui sistem elektronik untuk Penggunaan Secara Komersial

dapat melaporkan kepada Menteri.”

Pengaturan mengenai pelanggaran Hak Cipta, baik hak moral maupun hak

ekonomi sebagaimana yang telah diuraikan pada sub bab sebelumnya. Maka

jika dikaitkan dengan Pasal 55 ayat (1) yang menyatakan pelanggaran-

pelanggaran tersebut melalui media elektronik, dapat dilaporkan kepada

menteri terkait.

Berdasarkan Pasal 56 ayat (1) UU Hak Cipta Tahun 2014 lebih tegas

menentukan sebagai berikut:


44

“Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

telekomunikasi dan informatika berdasarkan rekomendasi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (3) dapat menutup

konten, dan/atau hak akses pengguna yang melanggar Hak Cipta

dan/atau Hak terkait dalam sistem elektronik dan menjadikan layanan

sistem elektronik tidak dapat diakses.”

Lebih lanjut dalam penjelasan Pasal tersebut yang dimaksud dengan

"menutup konten dan/atau hak akses pengguna" adalah mencakup 2 (dua) hal

yang meliputi pertama pemblokiran konten atau situs penyedia jasa layanan

konten dan kedua berupa pemblokiran akses pengguna terhadap situs tertentu

melalui pemblokiran intemet protocol address atau sejenisnya.

Maka dapat ditafsirkan segala bentuk pelanggaran yang berkaitan dengan

hak cipta melalui media youube, secara tegas dilindungi oleh Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Pemerintah memiliki kewenangan

untuk menutup konten dan/atau hak akses bagi pengguna yang melanggar.
45

BAB IV

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK CIPTA BAGI

MUSISI SEBAGAI PEMEGANG HAK CIPTA MELALUI MEDIA

YOUTUBE DI INDONESIA

Z. Kebijakan Pemerintah dalam Perlindungan Hukum Atas Hak Cipta Bagi

Musisi di Indonesia

Negara Republik Indonesia dalam rangka memberikan perlindungan dan

kepastian hukum terhadap hak cipta termasuk hak cipta bagi musisi melalui

media Youtube telah mengeluarkan beberapa kebijakan dalam suau bentuk

peraturan perundang-undangan seperti peraturan pemerintah, peraturan menteri

dan keputusan presiden. Hak cipta merupakan terminologi hukum yang dapat

menggambarkan hak-hak yang diberikan kepada pencipta untuk karya-karya

dalam bidang seni dan sastra mereka.42

Presiden pada tanggal 10 September 2004 secara resmi meratifikasi

traktat WIPO mengenai Pertunjukan dan Rekaman Suara tahun 1966.

Kebijakan tersebut seluruh kebijakan yang telah ditentukan dalam traktat

WIPO menjadi berlaku di Indonesia. Kebijakan tersebut merupakan salah satu

bentuk upaya pemerintah dalam melindung hak cipta di Indonesia.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, royalti


adalah imbalan atas pemanfaatan Hak Ekonomi suatu Ciptaan atau

42
Sujud Margono, Hukum dan Perlindungan Hak Cipta, CV. Novindo Pustaka Mandiri, Jakarta
2003, hlm.23.
46

Produk Hak Terkait yang diterima oleh pencipta atau pemilik hak terkait.

Menurut Undang-Undang tersebut Royalti yang merupakan hak ekonomi itu

tidak juga termasuk pemanfaatan suatu hak cipta melalui media elektronik

salah satunya hak cipta bagi musisi melalui media Youtube sebagaimana yang

telah diuraikan pada bab sebelumnya.

Hak cipta yang merupakan kekayaan intelektual di bidang ilmu

pengetahuan, seni, dan sastra yang mempunyai piranan strategis dalam

mendukung pembangunan bangsa dan memajukan kesejahteraan ilmu

sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan

sastra, sudah demikian pesat sehingga memerlukan peningkatan pelindungan

dan jaminan kepastian hukum bagi Pencipta, Pemegang Hak Cipta, dan pemilik

Hak Terkait. Sebagaimana yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya,

Pemerintah dalam rangka melindungi hak cipta baik hak moral dan hak

ekonomi yang menjadi hak pokok yang harus dilindungi sebagaimana yang

telah dicita-citakan oleh Undang-Undang Hak Cipta, mengeluarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 16 Tahun 2020 Tentang Pencatatan Ciptaan Dan Produk

Hak Terkait.

Karya musik bagi musisi merupakan salah satu objek seni yang diberikan

perlindungan hak cipta oleh Undang-Undang Hak Cipta. Pasal 2 PP No.16

Tahun 2020 berbunyi:


47

(1) Menteri menyelenggarakan pencatatan dan penghapusan

pencatatan Ciptaan dan Produk Hak Terkait.

(2) Pencatatan dan penghapusan pencatatan Ciptaan dan Produk Hak

Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui

permohonan.

(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:

a. pencatatan Ciptaan atau Produk Hak Terkait;

b. pencatatan pengalihan hak atas pencatatan Ciptaan atau

Produk Hak Terkait;

c. pencatatan perubahan nama dan atau alamat Pencipta,

Pemegang Hak Cipta, atau pemilik Hak Terkait;

d. penarikan kembali permohonan pencatatan Ciptaan atau

Produk Hak Terkait;

e. penghapusan pencatatan Ciptaan atau Produk Hak Terkait; dan

f. petikan resmi Ciptaan atau Produk Hak Terkait

Sehinga menteri bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pencatatan dan

penghapusan pencatatan ciptaan dalam suatu bentuk rangkaian prosedur

permohonan oleh calon pemegang hak dengan syarat-syarat yang telah

ditentukan dalam rangka perlindungan kepastian hukum hak cipta bagi

pencipta kekayaan intelektual termasuk seni musik bagi musisi.

Pemerintah juga dalam rangka mengoptimalkan fungsi pengelolaan


royalti hak cipta atas pemanfaatan demi tercapainya perlindungan dan
kepastian hukum terhadap Pencipta, Pemegang Hak Cipta, dan Pemilik Hak
48

Terkait pemerintah mengeluarkan suatu Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun


2021 Tentang Pengelolaan Royalti Hak Cipta Lagu dan/atau musik. Dalam
Pasal 1 ayat (3) Peraturan Pemerintah tersebut menegaskan:

“Pengelolaan Royalti Hak Cipta Lagu dan/atau Musik yang


selanjutnya disebut Pengelolaan Royalti adalah penarikan,
penghimpunan, dan pendistribusian Royalti Hak Cipta lagu dan/atau
musik.”

Melalui PP No.56 Tahun 2021 tersebut pemerintah juga mengatur


mengenai pembayaran royalti bagi pemegang hak cipta dalam bentuk layanan
publik sebagaimana tertuan dalam Pasal 3 yang berbunyi:

(1) Setiap Orang dapat melakukan Penggunaan Secara Komersial lagu


dan/atau musik dalam bentuk layanan publik yang bersifat
komersial dengan membayar Royalti kepada Pencipta, Pemegang
Hak Cipta, dan/atau pemilik Hak Terkait melalui LMKN.
(2) Bentuk layanan publik yang bersifat komersia-l sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. seminar dan konferensi komersial;
b. restoran, kafe, pub, bar, bistro, kelab malam, dan diskotek;
c. konser musik;
d. pesawat udara, bus, kereta api, dan kapal laut;
e. pameran dan bazar
f. bioskop;
g. nada tunggu telepon;
h. bank dan kantor;
i. pertokoan;
j. pusat rekreasi;
k. lembaga penyiaran televisi;
l. lembaga penyiaran radio;
m. hotel, kamar hotel, dan fasilitas hotel; dan
n. usaha karaoke.

(3) Penambahan bentuk layanan publik yang bersifat komersial


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan
49

Menteri.

Berdasarkan ketentuan tersebut maka dapat ditafsirkan perlindungan hak

ekonomi terkait royalti bagi musisi melalui media Youtube tidak diakomodir

dengan jelas melalui PP Nomor 56 tahun 2021 tersebut. Namun sampai

sekarang belum ada peraturan menteri yang ditetapkan oleh menteri terkait

dalam mengatur bentuk layanan publik terkait pemanfaatan ciptaan musisi

melalui media elektronik seperti Youtube sebagaimana diatur dalam Pasal 3

ayat (3) yang menyatakan akan diatur bentuk layanan publik lain melalui suatu

peraturan menteri.

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia mengeluarkan Peraturan

Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 9 Tahun

2022 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2021

Tentang Pengelolaan Royalti Hak Cipta Lagu Dan/Atau Musik. Kebijakan

tersebut dalam rangka menyesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan

hukum di masyarakat.

Melalui Permenkumham No. 9 Tahun 2022 tersebut pemerintah

membentuk suatu Lembaga Manajemen Kolektif (LMK) yakni institusi yang

berbentuk badan hukum nirlaba yang diberi kuasa oleh Pencipta, Pemegang

Hak Cipta, dan/atau pemilik Hak Terkait guna mengelola hak ekonominya

dalam bentuk menghimpun dan mendistribusikan Royalti yang mana

bertanggung jawab kepada menteri terkait.


50

Untuk menjalankan tanggung jawabnya tersebut LMK memiliki beberapa

fungsi yang diatur dalam Pasal 5 Permenkumham tersebut antara lain sebagai

berikut:

a. melakukan Pengelolaan Royalti;

b. menyusun kode etik LMK di bidang lagu dan/atau musik;

c. menyampaikan rekomendasi kepada Menteri terkait dengan

perizinan LMK di bidang lagu dan/atau musik yang berada di

bawah koordinasinya;

d. menyusun standar operasional prosedur terkait Pengelolaan

Royalti;

e. menetapkan sistem dan tata cara penghitungan pembayaran Royalti

oleh pengguna kepada LMK;

f. menetapkan tata cara pendistribusian Royalti dan besaran Royalti

untuk Pencipta, Pemegang Hak Cipta, dan pemilik Hak Terkait;

g. melakukan sinkronisasi dan pembersihan data pemilik hak;

h. melaksanakan mediasi atas sengketa pendistribusian Royalti oleh

LMK jika terdapat keberatan dari anggota LMK; dan

i. menyampaikan laporan kinerja dan laporan keuangan kepada

Menteri yang ditembuskan kepada LMK dan pengawas.

Kemudian diatur pihak yang terdapat dalam LMK antara lain:

a. 1 (satu) orang perwakilan pihak pemerintah;

b. 3 (tiga) orang perwakilan LMK Pencipta; dan


51

c. 1 (satu) orang Pencipta.

Berdasarkan kewenangan sebagaimana tertuang dalam ketentuan-

ketentuan tersebut di atas, maka saat ini para musisi yang memiliki hak cipta

atas karya seni musiknya dapat menjadi bagian dari Lembaga Manajemen

Kolekif yang dapat ikut serta dalam pengelolaan royalti atas hak citap seni

musiknya.

Royalti merupakan inti dari pada hak ekonomi pencipta dan pemegang

hak terkait. Adanya royalti menunjukkan penghargaan terhadap jerih payah dan

talenta para pencipta dan pemegang hak terkait, sekaligus memberikan gairah

(motivasi) kepada pencipta dan pemegang hak terkait untuk melahirkan

ciptaan-ciptaan baru atau untuk berkarya. Tanpa royalti, tidak ada penghargaan

yang patut kepada pencipta dan pemegang hak terkait dan akibatnya proses

penciptaan atau kreativitas akan mandek. Secara umum royalti adalah

pembayaran yang diberikan oleh pengguna hak cipta atau produk hak terkait

kepada pencipta dan atau pemegang hak terkait sehubungan dengan pemberian

izin untuk mengeksploitasi atau menggunakan ciptaan atau produk hak terkait.

Jumlah pembayaran royalti biasanya berdasarkan kesepakatan dengan ukuran-

ukuran tertentu dan kemudian dituangkan dalam perjanjian tertulis atau akta

yang menjadi kepastian hukum dalam rangka perlindungan hukum terkait hak

cipta atas karya musik bagi musisi.

Pemerintah juga mempertegas komitmen dalam melindungi perlindungan

hukum terkait hak kekayaan hak intelektual dalam wilayah dimensi media
52

elektronik. Dalam Pasal 25 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik yang menegaskan:

“Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang disusun

menjadi karya intelektual, situs internet, dan karya intelektual yang ada

di dalamnya dilindungi sebagai Hak Kekayaan Intelektual berdasarkan

ketentuan Peraturan Perundang-undangan.”

Berdasarkan ketentuan tersebut media elektronik termasuk Media Youtube

haruslah mengikuti peraturan perundangan-undangan yang berlaku dalam hal

ini di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

AA. Penegakan Hukum Atas Hak Cipta Bagi Musisi di Indonesia

Hak cipta lagu atau musik dapat dikatakan perlindungannya menjadi

masalah serius di Indonesia. Bahkan Indonesia pernah dikecam dunia

internasional karena lemahnya perlindungan hukum terhadap hak cipta lagu

atau musik tersebut. Sesuai laporan kantor perwakilan perdagangan Amerika

Serikat (USTR atau United States Trade Representative) sebelum tahun 2000,

Indonesia merupakan satu-satunya negara ASEAN yang masuk dalam kategori

Priority Watch List.43

Pelanggaran pidana terkait hak cipta juga pernah diadili pernah terjadi

atas nama terpidana Chairul Arifin alias Ruli pada tahun 2016. Ruli terbukti

bersalah melakukan penjualan CD, VCD, MP3, dan DVD berupa film dan

lagu di jalan Mataram No.52 Rt. 022/008 Suryatmajan Danurejan Yogyakarta


43
Hulman Panjaitan,” Penggunaan Karya Cipta Musik Dan Lagu Tanpa Izin Dan Akibat
Hukumnya” Jurnal Hukum to-ra, Vol. 1 No. 2, Agustus 2015
53

yang mana telah dilarang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf

a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g yaitu Pencipta atau Pemegang Hak Cipta

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 memiliki hak ekonomi untuk melakukan

penerbitan Ciptaan, Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya,

Pendistribusian Ciptaan atau salinannya, dan/atau Pengumuman Ciptaan, untuk

Penggunaan Secara Komersial. Ruli akhirnya diputus pidana oleh hakim

pidana denda Rp.30.000.000,- yang diganti dengan pidana Penjara selama 5

tahun karena tidak dibayar sebagaimana tertuang dalam putusan pengadilan

Negeri Yogyakarta Nomor : 35/Pid.Sus/2016/PN.Yyk.

Penegakan hukum hak cipta karya seni musik bagi musisi pernah

dilakukan beberapa pengadilan perkara di Indonesia yang dilakukan oleh

penyanyi koplo asal Nganjuk. Pada tahun 2014 Eni Setyaningsih telah terbukti

dan secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana "Dengan

sengaja menyiarkan kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran

Hak Cipta" mengingat Pasal 72 ayat (2) UURI No. 19 tahun 2002 tentang Hak

Cipta melalui putusan pengadilan negeri Nganjuk Nomor 10/ Pid.B/20I4/PN

Njk. Namun faktanya sampai saat ini video koplo tersebut masih dapat dikases

dan beredar di Youtube yang diunggah oleh akun Youtube dengan nama

pengguna arpon786 Official.44

Pelanggaran hak cipta karya seni musisi sampai saat ini masih banyak

terjadi melalui media Youtube khususnya dengan mudahnya akses media

Youtube. Pengelolaan royalty yang diatur dalam PP Nomor 56 Tahun 2021 juga
44
Youtube, “OM SAGITA ~ OPLOSAN JOWO (ENY SAGITA)” diakses terakhir pada tanggal 11
Oktober 2022 melalui situs https://www.Youtube.com/watch?v=vS0sHw_hQUA
54

tidak jelas mengatur media Youtube sebagai objek yang dilindungi oleh hukum

sebagaimana yang telah diuraikan pada sub bab sebelumnya.

Korban pelanggaran hak cipta juga terjadi pada musisi terkenal tanah air

kangen band. Dalam sebuah video yang diunggah di Youtube, salah satu

seleberiti media soial yakni Tri Suaka dan Zidan menampikan sebuah

penampilan yang meniru gestur andika sekaligus menyanyikan lagu kangen

band tersebut yang menurut publik adalah gestur menghina dengan suara yang

dibuat-buat dengan tidak hormat. Perbuatan Tri suaka dan Zidan dapat diduga

melanggar hak cipta terkait hak moral sebagaimana diatur dalam Pasal 5 huruf

e yang berbunyi:

“mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan,

mutilasi Ciptaan, modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat

merugikan kehormatan diri atau reputasinya.”

Youtube kali lebih cenderung digunakan oleh konsumen dibandingkan

media elektronik lainnya untuk mencari informasi mengenai suatu merek,

produk, atau layanan.45 Youtube juga memiliki fitur Program Partner Youtube

(YPP) memberi kreator akses lebih luas ke referensi dan fitur monetisasi

Youtube. Program ini juga memungkinkan pembagian hasil dari iklan yang

ditayangkan di konten pengguna.46 Sehingga Youtube sangat potensial menjadi

45
Youtube, Youtube Advertising, diakses pada tanggal 11 Oktober 2022 melalui situs
https://www.Youtube.com/intl/ALL_id/ads/

46
Google Support, Ringkasan & persyaratan kelayakan Program Partner Youtube,
diakses pada tanggal 11 Oktober 2022 melalui situs
https://support.google.com/Youtube/answer/72851?hl=id&ref_topic=9153642
55

media yang dapat digunakan masyarakat dalam pemanfaatan karya seni musik

secara komersial yang seharusnya dilindungi undang-undang.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak cipta

yang menegaskan sebagai berikut:

Pasal 54 berbunyi:

“Untuk mencegah pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait melalui

sarana berbasis teknologi informasi, Pemerintah berwenang

melakukan:

a. pengawasan terhadap pembuatan dan penyebarluasan konten

pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait;

b. kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak, baik dalam

maupun luar negeri dalam pencegahan pembuatan dan

penyebarluasan konten pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait;

dan

c. pengawasan terhadap tindakan perekaman dengan menggunakan

media apapun terhadap Ciptaan dan produk Hak Terkait di

tempat pertunjukan.

Pasal 56 berbunyi:

“Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

telekomunikasi dan informatika berdasarkan rekomendasi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (3) dapat menutup

konten, dan/atau hak akses pengguna yang melanggar Hak Cipta


56

dan/atau Hak terkait dalam sistem elektronik dan menjadikan layanan

sistem elektronik tidak dapat diakses.”

Pemerintah memiliki kewenangan untuk mengawasi dan menutup konten

yang terbukti melakukan pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Namun sampai saat ini pelanggaran-

pelanggaran hak cipta karya seni musik bagi musisi tersebut masih sering

terjadi sehingga perlu upaya penegakan hukum secara tegas dari pemerintah.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

BB. Kesimpulan

1. Pengaturan perlindungan hukum atas hak cipta bagi musisi melalui media

Youtube berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak

Cipta mengatur terkait hak eklusif musisi tersebut atas ciptaannya yakni

hak moral dan hak ekonomi. Hak Moral mengatur terkait hak yang

melekat secara abadi pada diri pencipta dalam hal yang bersifat merugikan

kehormatan diri dan reputasi pencipta dan Hak Ekonomi mengatur

terkait manfaat-manfaat ekonomi atas hak cipta baik bagi pencipta,

pemegang hak cipta, dan hak terkait.

2. Pelaksanaan perlindungan hak cipta karya seni musik bagi musisi di

Indonesia melalui media Youtube belum efektif. Hal ini dapat dilihat dari
57

kebijakan penetapan peraturan yang belum jelas menetapkan khususnya

peraturan pengelolaan royalti melalui media Youtube yang meupakan hak

ekonomi serta belum tegasnya penegakan dari peraturan perundang-

undangan yang telah dibuat oleh pemerintahan.

3. Saran

Pemerintah dan masyarakat juga diharakan lebih peka dan serius

terhadap segala pembentukan pengaturan serta menegakkan hukum terkait

segala bentuk pelanggaran hak cipta karya seni musik bagi musisi sehingga

terdapat efek jera dan timbul ekosistem perlindungan hak cipta yang sehat.

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Abdul Wahib dan Mohammad Labib, Kejahatan Mayantara (Cyber Crime),


Refika Aditama, Bandung, 2005

Achmad Zen Umar Purba, Perjanjian TRIPs dan Beberapa Isu Strategis, FH
UI, Jakarta, 2007

Anis Mashdurohatun, Hak Kekayaan Intelektual (Hki) Dalam Perspektif


Sejarah Di Indonesia, Madina Semarang, Semarang, 2013

Bernard Nainggolan, Pemberdayaan Hukum Hak Cipta dan Lembaga


Manajemen Kolektif, Penerbit PT Alumni, Bandung, 2011

Dedy Rusdianto, Adsense weapons, Oase Media, Bandung, 2010

Elyta Ras Ginting, Hukum Hak Cipta Indonesia Analisis Teori dan Praktik,
Citra Aditya Bakti, Bandung, 2012
58

Gongom T.P Siregar, Rudolf Silaban ,Hak-Hak Korban Dalam Penegakan


Hukum Pidana, CV. Mahanji, Medan, 2020

Iskandar (et al), Panduan Penulisan Tugas Akhir Untuk Sarjana Hukum (S1),
Fakultas Hukum, Universitas Bengkulu, 2018

Kamus Besar Bahasa Indonesia Cetakan 3, Balai Pustaka, Jakarta, 2004

Khoirul Hidayah, Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Setara Press, Malang,


2017

Mujiyono, Feriyanto ,Buku Praktis Memahami dan Cara Memperoleh Hak


Kekayaan Intelektual, LPPM UNY, Yogyakarta, 2017

Muhammad Djumhana ,R.Djubadillah, Hak Milik Intelektual (sejarah, teroi


dan prakteknya), PT. Citra Aditya Bakti, Jakarta, 2001

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Persada Media Group,


Jakarta, 2010

Rocky Marbun, et all, Kapita Selekta Penegakan Hukum (Acara) Pidana, PT


Publica Indonesia Utama, Jakarta, 2021

Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia


Indonesia, Jakarta. 1998

Sajipto Raharjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006

Satjipto Raharjo, Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, Yogyakarta,


Genta Publishing, 2009

Saifudin Azwar, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2011

Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intelectual Property Rights),


Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2015

Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,


Cetakan Keempat Belas, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012

Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT


Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004

Sri Mahmudji, (et, al), Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, Badan
Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2005

Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000
59

Satjipto Raharjo, Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, Yogyakarta,


Genta Publishing , 2009

Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Liberty Yogyakarta, Yogyakarta,


2000

Sujud Margono, Hukum dan Perlindungan Hak Cipta, CV. Novindo Pustaka
Mandiri, Jakarta, 2003

Syamsul Arifin, Pengantar Hukum Indonesia, Medan area University Press,


Medan, 2012

Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan pengembangan Bahasa, Kamus


Besar Bahasa Indonesia, Edisi kedua, cet. 3, Balai Pustaka, Jakarta, 2004

Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global : Sebuah
Kajian Kontemporer, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2010

Usman Hamid, Dynamo, Digital Nation Movement, Bentang Pustaka,


Yogyakarta, 2015

B. JURNAL

Regyna Putri Wilis, (et al), 2021, “Hak Pencipta atas Performing rights dalam
Peraturan Hak Cipta Indonesia dan Konvensi Internasional Creator's Rights To
Performing rights In Indonesian Copyright Regulations And Internasional
Conventions.”, Jurnal Hukum Lex Generalis, Vol.3, No.1, 2022

Himmatul Ulya, “Komodifikasi Pekerja Pada Youtuber Pemula Dan


Underrated (Studi Kasus Youtube Indonesia)”, Interaksi Jurnal Ilmu
Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro,
Vol. 8, Nomor 2 Desember 2019

Hulman Panjaitan,” Penggunaan Karya Cipta Musik Dan Lagu Tanpa Izin Dan
Akibat Hukumnya” Jurnal Hukum to-ra, Vol. 1 No. 2, Agustus 2015

C. INTERNET

Diva Studio “ Video Full Tri Suaka Dan Zidan Menghina Andika Kangen
Band”melalusi situs https://www.Youtube.com/watch?v=Jtp7rxr9mu4, diakses
pada tanggal 05 Juli 2022.

Youtube, “OM SAGITA ~ OPLOSAN JOWO (ENY SAGITA)” diakses terakhir


pada tanggal 11 Oktober 2022 melalui situs https://www.Youtube.com/watch?
60

v=vS0sHw_hQUA

Google Support, “Ringkasan & persyaratan kelayakan Program Partner


Youtube”, diakses pada tanggal 11 Oktober 2022 melalui situs
https://support.google.com/Youtube/answer/72851?hl=id&ref_topic=9153642

We Are Social, “Digital 2022: Another Year Of Bumper Growth “ diakses pada
tanggal 28 November 2022 melalui situs
https://wearesocial.com/uk/blog/2022/01/digital-2022-another-year-of-bumper-
growth-2/

Anda mungkin juga menyukai