Anda di halaman 1dari 62

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK CIPTA

BAGI MUSISI SEBAGAI PEMEGANG HAK CIPTA


MELALUI MEDIA YOUTUBE
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Oleh:

YOSERIZAL RAHMAD FADILLAH

NPM:B1A01685

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET DAN TEKNOLOGI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
HALAMAN PENGESAHAN

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK CIPTA


BAGI MUSISI SEBAGAI PEMEGANG HAK CIPTA
MELALUI MEDIA YOUTUBE
Diajukan Untuk Menempuh Ujian dan Memenuhi
Persyaratan Guna Mencapai
Sarjana Hukum

Oleh:
Yoserizal Rahmad Fadillah
B1A016185

Pembimbing I Pembimbing II

., S.H., M.H S.H., M.HUM.


NIP.19600317 198703 2 001
NIP.196305171990011001

Telah Disetujui Oleh:

Mengetahui,
Ketua Bagian Perdata

S,H., M.Hum.
NIP.1960031719870312001

BAB I

PENDAHULUAN

i
Indonesia telah menjadi anggota berbagai konvensi/perjanjian

internasional di bidang hak kekayaan intelektual pada umumnya dan Hak Cipta

pada khususnya yang memerlukan pengejawantahan lebih lanjut dalam sistem

hukum nasionalnya. Perkembangan di bidang perdagangan, industri, dan

investasi telah sedemikian pesat sehingga memerlukan peningkatan

perlindungan bagi Pencipta dan Pemilik Hak Terkait dengan tetap

memperhatikan kepentingan masyarakat luas.

Sistem global untuk perlindungan hak-hak kekayaan intelektual telah

memasuki era baru. Convention For The Protection of Performers, Producers

of Phonograms and Broadcasting Organization (atau disebut Rome

Convention) adalah suatu konvensi internasional yang dirujuk oleh The

Agreement on Trade- Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs)

article 14 angka 6 dalam hubungannya dengan hak pelaku (performers),

produser fonogram (rekaman suara) dan lembaga penyiaran. Rome Convention

kemudian disepakati pada tahun 1961. Berbeda dari Berne Convention, Rome

Convention secara substantif tidak termasuk sebagai syarat dalam TRIPs yang

harus diikuti dan dilaksanakan oleh negara-negara selaku anggota TRIPs. Di

samping itu, ketentuan di dalam TRIPs bersifat “lebih keras” dibandingkan

dengan ketentuan dalam Rome Convention. Bahkan dari sudut isi, sebagian

besar isi Rome Convention telah digantikan oleh WIPO Performances and

Phonograms Treaty (WPPT) 1996. Indonesia mengesahkan WIPO

Performances and Phonograms Treaty 1996/Traktat WIPO Mengenai

ii
Pertunjukan dan Perekam Suara melalui Keputusan Presiden Republik

Indonesia Nomor 74 Tahun 2004. 1

Kejelasan makna dari arti kekayaan intelektual mendorong pemahaman

dan kesadaran pencipta untuk mendaftarkan hak mereka. Kekayaan intelektual

berkaitan dengan suatu gagasan kreatif, hasil dari suatu pemikiran, kreasi, dan

sebagainya yang timbul dari kemampuan intelektual seseorang. Intellectual

Property Rights (IPR) atau istilah yang padanannya yang dipakai di Indonesia,

Kekayaan Intelektual (KI), telah menjadi materi yang sangat penting. 2

Konsep “Kekayaan Intelektual” adalah konsep barat tentang hak,

kekayaan, dan hasil akal budi manusia. Ketika konsep itu harus

ditransplantasikan ke dalam hukum nasional, pembelajar hukum harus perlu

memahami konsep itu dengan pendekatan filosofis dan historis untuk

memahami hakikat dari Hak Cipta. Konsep hukum Hak Cipta adalah

“transplantasi hukum”, yakni dimasukkannya prinsip-prinsip yang dimiliki

sistem hukum lain ke dalam sistem hukum nasional. Prinsip-prinsip hukum itu

terdapat pada konvensi Berne dan berbagai ketentuan penyempurnaannya.3

hak cipta adalah karya dalam bidang ilmu pengetahuan seni dan sastra,

atau dalam terminologi asalnya adalah scientific (ilmu pengetahuan), artistic

works (karya seni), literary works (karya sastra) atau dalam terminologi
1
Achmad Zen Umar Purba, Perjanjian TRIPs dan Beberapa Isu Strategis, FH UI, Jakarta, 2007,
hlm.20
2
Regyna Putri Wilis, (et al), 2021, “Hak Pencipta atas Performing rights dalam Peraturan Hak
Cipta Indonesia dan Konvensi Internasional Creator's Rights To Performing rights In Indonesian
Copyright Regulations And Internasional Conventions.”, Jurnal Hukum Lex Generalis, Vol.3,
No.1, 2022
3
Bernard Nainggolan, Pemberdayaan Hukum Hak Cipta dan Lembaga Manajemen Kolektif,
Penerbit PT Alumni, Bandung, 2011, hlm.1.

iii
Auteurswet digunakan istilah wetenschap (ilmu pengetahuan), kunst (seni) dan

literatuur (sastra).4

Dalam pengaturan Hak Cipta, terdapat tiga hak yang diatur dalam UUHC

2014 yaitu hak moral (Moral Rights), hak ekonomi (Economic Rights), dan hak

terkait (Neighbouring Rights). Pengaturan Neighbouring Rights dalam hukum

Indonesia masih ditumpangkan dengan pengaturan Hak Cipta. Neighbouring

Rights bisa juga disebut Related Rights atau hak-hak terkait sebagai hak yang

bersifat sekunder. Penciptaan ciptaan drama, musik atau paduan keduanya

memiliki hak penampilan ciptaannya di muka umum termasuk dengan cara dan

proses apapun pengomunikasian dari penampilannya tersebut (The Right of

Public Performance). Sebagai contoh, hak cipta atas lagu dapat melahirkan hak

terkait berupa Performer's Rights apabila pencipta memberikan izin kepada

artis untuk menampilkan (to perform) lagu yang bersangkutan, baik dalam

suatu Live Show maupun dalam bentuk karya rekaman.

Negara Republik Indonesia sampai saat ini masih mengalami fenomena

pelanggaran-pelanggaran dalam peniruan performing rights. Fenomena ini

terus meresahkan bagi banyak seniman di Indonesia karena beberapa kali

terjadi peristiwa yang merugikan para seniman kita baik secara materil maupun

inmateril. Hal ini terjadi pada grup band Kangen Band dan Tri Suaka serta

Zidane Zidan, dimana Tri Suaka dan Zidane Zidan dengan sadar

memparodikan dengan maksud membuat suatu lelucon terkait karya pencipta

aslinya yaitu Andikha Mahesa selaku vokalis Kangen Band. Tri Suaka dan
4
Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intelectual Property Rights), Penerbit PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2015, hlm.189.

iv
Zidane Zidan tersebut juga meniru gaya perfom dari Andikha Mahesa di atas

panggung untuk konten lelucon yang diunggah di kanal Youtubenya. Peristiwa

tersebut membuat pihak Andikha Mahesa, pemegang hak cipta merasa tidak

senang dengan semua perbuatan tersebut.

Pasal 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014

Tentang Hak Cipta menegaskan:

“Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak


eksklusif yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi:”

Kemudian dalam Pasal 5 ayat (1) huruf e Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta kembali menegaskan:

“Hak moral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 merupakan hak yang


melekat secara abadi pada diri Pencipta untuk:

mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan, mutilasi


Ciptaan, modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan
kehormatan diri atau reputasinya.”

Berdasarkan bunyi pasal tersebut maka perbuatan Tri Suaka dan Zidane

Zidan memenuhi unsur “hal-hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau

reputasi” yang dapat ditafsirkan sebagai suatu perbuatan melawan hukum yang

menjadi objek perlindungan hukum dalam perlindungan hukum hak moral atas

hak cipta.

Media Youtube pada saat ini menjadi teknologi yang cukup terkenal

khususnya bagi para pelaku musik khususnya di Indonesia. Tingginya akses

masyarakat Indonesia terhadap Youtube pada akhirnya menarik minat

masyarakat untuk menggunakan Youtube sebagai tempat untuk

v
mengekspresikan diri. Dengan membuat video seperti tutorial hijab tutorial

make up, Vlog, Cover lagu, kegiatan sehari-hari ataupun sesuatu yang dapat

menarik minat seseorang untuk menontonnya. Semakin banyak yang menonton

semakin banyak pula monetize yang ia dapatkan.

Youtube juga menyediakan layanan Monitize yang cukup menggiurkan

bagi para konten kreator yang aktif di Youtube. Monetize merupakan suatu

keterampilan untuk mengubah suatu model bisnis agar memberikan pendapatan

yang lebih maksimal terhadap video yang diupload di Youtube melalui kanal

iklan yang tersedia. Oleh karena itu saat ini banyak orang berlomba untuk

membuat konten video dan menguploadnya ke Yotube, termasuk konten musik.

Namun fenomena yang terjadi banyak yang melupakan perlindungan hukum

atas hak cipta bagi musisi sebagai pemegang hak cipta.

Hal tersebut memperlihatkan problematika mengenai perlindungan

hukum atas hak cipta yang masih menjadi persoalan yang pelik di industri

musik Indonesia. Yang mana hak cipta musik di era digital belakangan ini juga

menjadi topik yang sering dibahas di kalangan musisi sehingga salah satu

langkah yang dilakukan pemerintah adalah mengeluarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 56 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Royalti Hak Cipta

Lagu dan/atau Musik. Padahal apabila merujuk pada Pasal 54 Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta yang berbunyi:

“Untuk mencegah pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait melalui


sarana berbasis teknologi informasi, Pemerintah berwenang melakukan:

vi
a. pengawasan terhadap pembuatan dan penyebarluasan konten
pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait;
b. kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak, baik dalam
maupun luar negeri dalam pencegahan pembuatan dan
penyebarluasan konten pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait;
dan
c. pengawasan terhadap tindakan perekaman dengan menggunakan
media apapun terhadap Ciptaan dan produk Hak Terkait di tempat
pertunjukan.”

Berdasarkan peraturan tersebut, maka aparat penegak hukum memiliki dasar

hukum untuk mencegah pelanggaran-pelanggaran yang berkaitan dengan hak

cipta.

Oleh karena itu, peneliti bermaksud membahas mengenai pengaturan hak

cipta atas karya seni musisi yang berjudul “Perlindungan Hukum Atas Hak

Cipta Bagi Musisi Sebagai Pemegang Hak Cipta Melalui Media Youtube”

C. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana pengaturan perlindungan hukum atas hak cipta bagi musisi

sebagai pemegang hak cipta melalui media Youtube menurut Undang-

Undang no 28 Tahun 2014 Hak Cipta?

2. Bagaimana pelaksanaan perlindungan hukum atas hak cipta bagi musisi

sebagai pemegang hak cipta melalui media Youtube di Indonesia?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam penelitian yang berjudul “Perlindungan Hukum Atas Hak Cipta

Bagi Musisi Sebagai Pemegang Hak Cipta Melalui Media Youtube” ini, penulis

ingin mencapai tujuan dan manfaat antara lain sebagai berikut:

1. Tujuan Penelitian

vii
Tujuan penelitian pada dasarnya merupakan arah atau target yang

hendak dicapai dalam suatu penelitian. Pada penelitianini tujuan yang

ingin dicapai penulis adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana perlindungan

hukum atas hak cipta bagi musisi sebagai pemegang hak cipta

melalui media Youtube menurut Undang-Undang no 28 Tahun 2014

Hak Cipta.

b. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana perlindungan

hukum atas hak cipta bagi musisi sebagai pemegang hak cipta

melalui media Youtube di Indonesia?

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian merupakan manfaat yang dapat dipetik dari hasil

akhir sebuah penelitian. Dalam penelitian ini, penulis berharap agar

penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Secara Teoritis:

1) Penelitian ini sebagai sumbangan pemikiran bagi ilmu

pengetahuan hukum, khususnya perlindungan hukum atas hak

cipta bagi musisi sebagai pemegang hak cipta melalui media

Youtube.

2) Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam penelitian

mengenai perlindungan hukum atas hak cipta bagi musisi

sebagai pemegang hak cipta melalui media Youtube.

b. Secara Praktis:

viii
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan dan

diterapkan bagi masyarakat dan Pemerintah Republik

Indonesia.

2) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam

menentukan perlindungan hukum atas hak cipta bagi musisi

sebagai pemegang hak cipta melalui media Youtube.

E. Kerangka Pemikiran

1. Teori

a. Teori Perlindungan Hukum

Menurut Fitzgerald sebagaimana dikutip Satjipto Raharjo awal mula

dari munculnya teori perlindungan hukum ini bersumber dari teori hukum

alam atau aliran hukum alam. Aliran ini dipelopori oleh Plato, Aristoteles

(murid Plato), dan Zeno (pendiri aliran Stoic). Menurut aliran hukum alam

menyebutkan bahwa hukum itu bersumber dari Tuhan yang bersifat

universal dan abadi, serta antara hukum dan moral tidak boleh dipisahkan.

Para penganut aliran ini memandang bahwa hukum dan moral adalah

cerminan dan aturan secara internal dan eksternal dari kehidupan manusia

yang diwujudkan melalui hukum dan moral”. 5

Eksistensi hukum dalam hidup bermasyarakat, berguna untuk

mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kepentingan-kepentingan yang

biasa bertentangan antara satu sama lain. Maka dari itu, hukum harus bisa

mengintegrasikannya sehinggabenturan-benturan kepentingan itu dapat

5
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm. 53

ix
ditekan seminimal mungkin. Pengertian terminologi hukum dalam Bahasa

Indonesia menurut KBBI adalah peraturan atau adat yang secara resmi

dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa ataupun pemerintah,

undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup

masyarakat, patokan atau kaidah tentang peristiwa alam tertentu, keputusan

atau pertimbangan yang ditetapkan oleh hakim dalam pengadilan, atau

vonis.6

Pendapat mengenai pengertian untuk memahami arti hukum yang

dinyatakan oleh Notohamidjojo ialah keseluruhan peraturan yang tertulis

dan tidak tertulis yang biasanya beersifat memaksa untuk kelakuan manusia

dalam masyarakat negara serta antara negara yang berorientasi pada dua

asas, yaitu keadilan dan daya guna, demi tata dan damai dalam masyrakat.7

Perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum, yaitu

konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban,

kepastian, kemanfaatan dan kedamaian. Adapun pendapat yang dikutip dari

beberapa ahli mengenai perlindungan hukum sebagai berikut:

a. Menurut Satjito Rahardjo perlindungan hukum adalah adanya upaya

melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu

Hak Asasi Manusia kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka

kepentingannya tersebut.8
6
Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Edisi kedua, cet. 3, Balai Pustaka, Jakarta, 2004, hlm. 595
7
Syamsul Arifin, Pengantar Hukum Indonesia, Medan area University Press, Medan, 2012, hlm.5-
6
8
Sajipto Raharjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hlm. 18

x
b. Menurut Setiono perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk

Melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa

yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban

dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmat

martabatnya sebagai manusia.

c. Menurut Muchsin perlindungan hukum adalah kegiatan untuk

melindungi individu dengan menyerasikan hubungan nilai-nilai atau

kaidah-kaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan dalam

menciptakan adanya ketertiban dalam pergaulan hidup antara sesama

manusia.

d. Menurut Philipus M. Hadjon Selalu berkaitan dengan kekuasaan. Ada

dua kekuasaan pemerintah dan kekuasaan ekonomi. Dalam hubungan

dengan kekuasaan pemerintah, permasalahan perlindungan hukum bagi

rakyat (yang diperintah), terhadap pemerintah (yang memerintah). Dalam

hubungan dengan kekuasaan ekonomi, permasalahan perlindungan

hukum adalah perlindungan bagi si lemah (ekonomi) terhadap si kuat

(ekonomi), misalnya perlindungan bagi pekerja terhadap pengusaha.

b. Teori Penegakan Hukum

Penegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan

hukum menjadi kenyataan agar terciptanya hukum yang baik guna

melindungi negara, masyarakat dan kepentingan pribadi. Penegakan hukum

secara konkret adalah berlakunya hukum positif dalam praktik sebagaimana

xi
seharusnya patut ditaati. Penegakan hukum bukan hanya tugas dari para

penegak hukum tetapi juga menjadi tugas setiap orang. 9

Penegakan hukum merupakan suatu proses yang melibatkan banyak

hal. Oleh karena itu keberhasilan penegakan hukum dipengaruhi oleh faktor-

faktor dibawah ini :10

a) Faktor hukumnya sendiri.

b) Faktor penegakan hukum yaitu pihak yang membentuk maupun

yang menerapkan hukum.

c) Faktor sarana yang mendukung penegakan hukum.

d) Faktor masyarakat yaitu lingkungan dimana hukum tersebut


berlaku.

e) Faktor kebudayaan yaitu sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

Kelima faktor tersebut saling berkaitan karena merupakan esensi dari

penegakan hukum serta merupakan tolak ukur daripada efektevitas

penegakan hukum. Agar hukum dapat berfungsi dengan baik diperlukan

keserasian dalam hubungan yaitu:

a) Kecocokan antara peraturan perundang-undangan dengan hukum


kebiasan yang ada pada masyarakat.

b) Mental yang baik bagi para penegak hukum dalam melaksanakan


tugasnya.

c) Fasilitas yang dapat mendukung pelaksanaan penegakan hukum.

9
Satjipto Raharjo, Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, Yogyakarta, Genta Publishing ,
2009, hlm.22
10
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2004, hlm. 45.

xii
d) Kepatuhan masyrakat terhadap peraturan perundang-undangan
yang
ada.

Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia, agar

kepentingan manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan. Pelaksaan

hukum dapat berlangsung secara normal, damai, tetapi dapat terjadi juga

karena pelanggaran hukum. Dalam hal ini hukum yang telah dilanggar harus

ditegakan. Melalui penegakan hukum inilah hukum itu menjadi kenyataan.

Dalam menegakan hukum ada tiga unsur yang selalu harus diperhatikan

yaitu kepastian hukum (Rechtssicherheit), kemanfaatan (Zweckmassigkeit)

dan keadilan(Gerechtigkeit). 11

Efektifitas penegakan hukum adalah hasil positif dari seluruh kegiatan

yang berhubungan dengan upaya melaksanakan, memelihara dan

mempertahankan hukum agar hukum tidak kehilangan makna dan fungsinya

sebagai hukum, yaitu sebagai perlindungan terhadap kepentingan manusia,

baik perorangan (pribadi) maupun seluruh masyarakat.

2. Konseptual

a. Konseptual Hak Cipta

Berdasarkan perkembangan HKI yang terbaru tersebut, HKI

mempunyai tujuh cabang, yaitu :

a. Hak Cipta dan Hak Terkait

b. Merek

11
Rocky Marbun, et all, Kapita Selekta Penegakan Hukum (Acara) Pidana, PT Publica Indonesia
Utama, Jakarta, 2021, hlm. 10

xiii
c. Paten

d. Desain Industri

e. Rahasia Dagang

f. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

g. Perlindungan Varietas Tanaman12.

Kata hak cipta merupakan kata majemuk yang terdiri dari dua suku

kata, yaitu “hak” dan “cipta”. Kata “hak” berarti “kekuasaan untuk berbuat

sesuatu karena telah ditentukan undang-undang”. Sedangkan kata “cipta”

menyangkut daya kesanggupan batin (pikiran) untuk mengadakan sesuatu

yang baru, terutama dilapangan kesenian13.

Dalam Undang-Undang Hak Cipta 2014 terdapat beberapa pengertian

umum mengenai Hak Cipta, yaitu :

“Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara


otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan
diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.” (Pasal 1 ayat (1)
UU No.28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta).

“Pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara


sendiri-sendiri atau bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan
yang bersifat khas dan pribadi.” (Pasal 1 ayat (2) UU No.28
Tahun 2014 tentang Hak Cipta)

“Ciptaan adalah setiap hasil karya ciota di bidang ilmu


pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi,
kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, ketreampilan, atau
keahlian yang di ekspresikan dalam bentuk nyata.” (Pasal 1 ayat
(3) UU No.28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta)

12
Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global : Sebuah Kajian
Kontemporer, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2010, hlm. 6-8.
13
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1988

xiv
“Pemegang Hak Cipta adalah pencipta sebagai pemilik Hak
Cipta, pihak yang menerima hak tersebut secara sah dari
pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari
pihak yang menerima hak tersebut secara sah.” (Pasal 1 ayat (4)
UU No.28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

Mengacu pada Undang-Undang No 28 Tahun 2014 Tentang Hak

Cipta, maka ciptaan yang mendapat perlindungan hukum ada dalam lingkup

seni, sastra, dan ilmu pengetahuan. Dari tiga lingkup ini Undang Undang

Hak Cipta 2014 merinci lagi diantaranya seperti yang ada pada ketentuan

Pasal 40 ayat (1) Undang Undang Hak Cipta 2014 yang berisi :

“Ciptaan yang dilindungi meliputi ciptaan dalam bidang ilmu

pengetahuan, seni, dan sastra”

Hak Cipta mengandung beberapa prinsip dasar (basic principles) yang

secara konseptual digunakan sebagai landasan pengaturan Hak Cipta di

semua negara, baik itu yang menganut Civil Law System maupun Common

Law System antara lain yang dilindungi Hak Cipta adalah ide yang telah

berwujud dan asli. Prinsip ini adalah prinsip yang paling mendasar dari

perlindungan Hak Cipta, maksudnya yaitu bahwa Hak Cipta hanya

berkenaan dengan bentuk perwujudan dari suatu ciptaan. Prinsip ini dapat

diturunkan menjadi beberapa prinsip lain sebagai prinsip-prinsip yang

berada lebih rendah atau sub-principles14.

b. Konseptual Youtube

14
Elyta Ras Ginting, Hukum Hak Cipta Indonesia Analisis Teori dan Praktik, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2012, hlm.137

xv
Youtube merupakan media sosial paling populer di dunia. Video jenis

apapun, mulai dari video informatif, video komedi, bajakan film layar lebar

dan televisi, live streaming, video musik, pengetahuan, agama, hingga video

yang tak jelas kebenarannya dapat kita temui di Youtube.

Youtube diluncurkan pada tahun 2005 sebagai situs web dimana

pengguna bisa dengan mudah upload dan bagikan klip video di Internet.

Tanggal 6 pada bulan November 2006, Youtube dibeli oleh Google dengan

harga $ 1,65 miliar, lebih dari 72 juta pengunjung bulanan melihat lebih dari

100 juta video per hari.

Slogan Youtube “broadcast yourself” menjadi daya tarik yang kuat

bagi para Youtuber untuk menyalurkan karyanya yang tidak memiliki tempat

di media komersial seperti televisi.4 Youtuber kini dianggap sebagai sebuah

profesi, yaitu pekerja kreatif yang dapat menghasilkan konten untuk di-

monetize sebagai bentuk dari penghasilan yang didapatkan melalui

kreativitas kreator konten. Penghasilan tinggi dari monetize yang dihasilkan

oleh para Youtuber membuat banyak orang tertarik untuk menjadi seorang

Youtuber.15

F. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran dan pengamatan yang dilakukan di Perpustakaan

Fakultas Hukum Universitas Bengkulu, dan pencarian melalui media internet,

peneliti tidak menemukan fakta bahwa permasalahan yang akan diangkat

pernah diteliti sebelumnya. Ide dan gagasan ini timbul karena ketertarikan dari
15
Himmatul Ulya, Komodifikasi Pekerja Pada Youtuber Pemula Dan Underrated (Studi Kasus
Youtube Indonesia), Interaksi Jurnal Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro, Vol. 8, Nomor 2 Desember 2019, hlm. 1.

xvi
peneliti mengangkat judul “Perlindungan Hukum Atas Hak Cipta Bagi Musisi

Sebagai Pemegang Hak Cipta Melalui Media Youtube” Namun, terdapat

penelitian terdahulu yang berkaitan dengan aspek penelitian yang diteliti

yakni:

No Penulis Judul Skripsi Permasalahan

1. Lina Lisensi Hak Cipta Lagu 1. Bagaimana


Mariana, Sebagai Bentuk Perlindungan prosedur
B1A007103, Hukum Bagi Pemilik Hak pemberian
Fakultas Cipta di Indonesia lisensi
Hukum
terhadap hak
Universitas
cipta lagu?
Bengkulu,
Bengkulu, 2. Bagaimana
2011 Perlindungan
hukum
terhadap
pemilik hak
cipta lagu?
2. Agatha Perlindungan Hukum 1. Apakah hak
Praditya Terhadap Pencipta Lagu pencipta lagu
Cipta Daerah Rejang Atas Hak Siar daerah Rejang atas
B1A007050 Pada Radio di Provinsi penyiaran pada
, Fakultas Bengkulu stasiun radio di
Hukum, Provinsi Bengkulu?
Universitas 2. Bagaimana
Bengkulu, Perlidungan hukum
Bengkulu, bagi pencipta lagu
2013 daerah Rejang atas
hak siar pada
stasiun radio di
Provinsi Bengkulu?

Berdasarkan permasalahan yang diangkat dalam penelitian pada

tabel di atas, berbeda dengan permasalahan yang sedang penulis teliti

dengan rumusan masalah sebagi berikut:

xvii
1. bagaimana perlindungan hukum atas hak cipta bagi musisi
sebagai pemegang hak cipta melalui media Youtube menurut
Undang-Undang no 28 Tahun 2014 Hak Cipta?

2. Bagaimana perlindungan hukum atas hak cipta bagi musisi


sebagai pemegang hak cipta melalui media Youtube di
Indonesia?

Dengan begitu jelas meskipun objek penelitan sama tentang tanggung


jawab negara namun penelitian penulis mengambil fokus yang
berbeda.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu sistem dan suatu proses yang

mutlak harus dilakukan dalam suatu kegiatan penelitian dan pengembangan

ilmu pengetahuan. Penelitian bertujuan mengungkap kebenaran secara

sistematis, metodologis, dan pasti.16 Suatu penelitian memerlukan metodologi

yang pada hakikatnya memberikan pedoman tentang cara-cara seorang

ilmuwan mempelajari, menganalisis, dan memahami lingkungan-lingkungan

yang dihadapinya.17 Metode penulisan terdiri dari:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif.

Pada penelitian ini hukum yang dikonsepkan sebagai apa yang tertulis

dalam peraturan perundang-undangan (Law in book) atau hukum

dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan prilaku

16
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Cetakan Keempat
Belas, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 1.
17
Sri Mahmudji, (et, al), Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, Badan Penerbit Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2005, hlm 6.

xviii
manusia yang dianggap pantas. Penelitian hukum normatif merupakan

penelitian kepustakaan, yaitu penelitian terhadap data sekunder.18

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan dua pendekatan penelitian,

yaitu pendekatan undang-undang (statute approach), pendekatan analisis

yuridis-kualitatif dan pendekatan kasus. Pendekatan undang-undang

(statute approach) akan membuka kesempatan bagi peneliti untuk

menelaah dan mempelajari adakah konsitensi dan kesesuaian antara

undang-undang dengan penerapan yang ada. Hasil dari telaah tersebut

merupakan suatu argumen untuk memecahkan masalah yang dihadapi.19

Pendekatan yuridis-kualitatif digunakan dengan mengandalkan pada

kemampuan abstraksi teoritis atas bahan-bahan hukum, dengan

menggunakan metode penafsiran hukum dan konstruksi hukum, terutama

penafsiran sistematis dan penafsiran sosiologis atas peraturan perundang-

undangan dan data terkait materi kajian.20

3. Bahan Hukum

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum bersifat

autoratif, artinya mempunyai otoritas.21 Bahan bahan hukum primer

yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah :

18
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta.
1998, hlm.11
19
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Persada Media Group, Jakarta, 2010, hlm.
133.
20
Yulinda Andharani, Op.cit, hlm. 64.
21
Ronny Hanitijo Soemitro, Op.cit, hlm. 181.

xix
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014

Tentang Hak Cipta

3. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2021 tentang

Pengelolaan Royalti Hak Cipta Lagu dan/atau Musik

4. KEPPRES No. 74 Tahun 2004 Tentang Pengesahan Wipo

Performances And Phonograms Treaty, 1996

5. The Rome Convention for the Protection of Performers,


Producers of Phonograms, and Broadcasting Organization

b. Bahan Hukum Sekunder

Menurut Ronny Hanitijo Soemitro, bahan-bahan hukum

sekunder yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan

hukum primer dan dapat membantu menganalisa dan memahami

bahan hukum primer.22 Adapun bahan-bahan hukum sekunder yang

digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1) Hasil penelitian dan Jurnal-Jurnal dari peneliti terdahulu yang

berkaitan dengan perlindungan hukum atas hak cipta bagi

musisi sebagai pemegang hak cipta melalui media Youtube.

2) Buku-buku yang berkaitan dengan judul penelitian.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier (penunjang) adalah bahan-bahan yang

memberikan informasi tentang bahan hukum primer dan sekunder.23


22
Ronny Hanitijo Soemitro, Ibid, hlm. 25.
23
Iskandar (et al), Panduan Penulisan Tugas Akhir Untuk Sarjana Hukum (S1), Fakultas Hukum,
Universitas Bengkulu, 2018

xx
Adapun bahan hukum tersier dalam penelitian ini adalah kamus

hukum, artikel-artikel, media Youtube, website hukum yang

berhubungan, ensiklopedia hukum, dan surat kabar. Selain bahan

hukum, penelitian ini di dukung oleh bahan non hukum yaitu berupa

informasi, dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan

perlindungan hukum atas hak cipta bagi musisi sebagai pemegang hak

cipta melalui media Youtube.

d. Prosedur Pengumpulan Bahan Hukum

Prosedur pengumpulan bahan hukum yang digunakan berupa

studi dokumentasi, yaitu pedoman yang digunakan berupa catatan-

catatan untuk membuat kutipan. Penelusuran literatur hukum, dan

informasi lainnya dilakukan dengan penelusuran offline (buku) dan

online (internet). Bahan pustaka yang didapat secara offline dapat

diperoleh melalui Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas

Bengkulu, dan Perpustakaan Universitas Bengkulu dan Perpustakaan

Daerah Kota Bengkulu. Sedangkan secara online diperoleh melalui

akses internet.

e. Pengolahan Bahan Hukum

Pengolahan bahan hukum dilakukan dengan cara mengolah

bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, bahan hukum tersier,

dan bahan non hukum berupa data, yang kemudian disesuaikan

dengan substansi agar mempermudah melakukan analisis bahan

hukum. Kemudian, bahan hukum dianalisa berdasarkan asas-asas

xxi
hukum, dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan

permasalahan yang diteliti.

f. Analisis Bahan Hukum

Analisis bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis yuridis-kualitatif. Metode ini menekankan analisis

pada proses penyimpulan deduktif-induktif dan sebaliknya serta pada

analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati. 24

Data yang diperoleh baik berupa bahan hukum maupun bahan non

hukum diinterpretasikan berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

H. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN SKRIPSI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR SINGKATAN

ABSTRAK

ABSTRACT

BAB I. PENDAHULUAN

A. Judul Penelitian

B. Latar Belakang
24
Saifudin Azwar, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2011, hlm. 5.

xxii
C. Identifikasi Masalah

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

E. Kerangka Pemikiran

F. Keaslian Penelitian

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

2. Pendekatan Penelitian

3. Bahan Hukum

4. Prosedur Pengumpulan Bahan Hukum

5. Pengolahan Bahan Hukum

6. Analisis Bahan Hukum

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Perlindungan Hukum Berbasis Teknologi dan Informasi

B. Hak Cipta

C. Tanggung Jawab Pemerintah Terhadap Perlindungan Hak Cipta

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MUSISI SEBAGAI PEMEGAI

PEMEGANG HAK CIPTA MELALUI MEDIA YOUTUBE

BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO 28 TAHUN 2014

HAK CIPTA

A. Beberapa Pengaturan Perlindungan Hukum Bagi Musisi atas Hak Cipta

B. Tanggung Jawab Pemerintah dalam Perlidungan Hak Cipta melalui

media Youtube

BAB IV. PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK CIPTA

xxiii
BAGI MUSISI SEBAGAI PEMEGANG HAK CIPTA MELALUI

MEDIA YOUTUBE DI INDONESIA

A. Implementasi Perlindungan Hukum atas Hak Cipta di Indonesia

B. Beberapa Langkah Kebijakan Pemerintah dalam Perlindungan atas Hak

Cipta Melalui Media Youtube

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRA

xxiv
N

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sejarah Kekayaan Intelektual di Indonesia

Peraturan yang mengatur HKI di Indonesia, telah ada sejak tahun 1840-

an. Pada tahun 1885, UU Merek mulai diberlakukan oleh pemerintah kolonial

Indonesia dan disusul dengan diberlakukannya UU paten pada tehun 1910. Dua

tahun kemudian, UU Hak cipta (Auteurs Wet 1912) juga diberlakukan di

Indonesia. Untuk melangkapi peraturan perundang-undangan tersebut,

pemerintah kolonial Belanda di Indonesia memutuskan untuk menjadi anggota

Konvensi Paris pada tahun 1888 dan disusul dengan menjadi anggota Konvensi

Berne pada tahun 1914.

Di jaman pendudukan Jepang, peraturan di bidang HKI tersebut tetap di

berlakukan. Kebijaksanaan pemberlakuan HKI Produk Kolonial ini tetap di

pertahankan saat Indonesia mencapai kemerdekaan pada tahun 1945, kecuali

UU paten (Octrooi Wet). Adapun alasan tidak diberlakukanya UU tersebut

adalah karena salah satu pasalnya bertentangan dengan kedaulatan RI.

Disamping itu, Indonesia masih memerlukan teknologi untuk membangaun

perekonomian yang masih dalam taraf perkembangan.

Setelah Indonesia merdeka, pemerintah Indonesia mengundangkan UU

Merek tahun 1961 (UU No. 6 Tahun 1961), yang disusul dengan UU Hak Cipta

nasionalyang pertama pada tahun 1982 (UU No. 6 Tahun 1982) dan UU paten

1
tahun 1989 (UU No. 6 Tahun 1989). Setelah mengalami bebrapa perubahan

sebagai konsekuensi keikutsertaan Indonesia dengan berbagai konvensi

internasional, diantaranya perjanjian TRIPS, UU HKI terkini dari ketiga

cabang tersebut adalah UU Hak Cipta tahun 2002 (UU No. 19 Tahun 2002),

UU paten tahun 2001 (UU No. 14 Tahun 2001) dan UU Merek tahun 2001 (UU

No. 15 Tahun 2001). Untuk melengkapi UU HKI , pe permerintah telah

membuat 4 UU HKI lainnya, yaitu UU Perlindungan Variates Tanaman Tahun

2000 (UU No. 29 Tahun 2000), UU Desain Industri Tahun 2000 (UU No. 31

Tahun 2000), dan UU Desain Tata Letak Terpadu Tahun 2000 (UU No. 32

Tahun 2000).25

B. Hak Cipta

Hak Cipta pada dasarnya telah dikenal sejak dahulu kala, akan tetapi

konsep hukum hak cipta baru dikenal di Indonesia pada awal tahun 80-an.

Setelah masa revolusi sampai tahun 1982, Indonesia masih menggunakan

undang-undang pemerintah kolonial Belanda “Auteurswet 1912” sampai

Undang-Undang Hak Cipta pertama dibuat, yaitu pada tahun 1982. Sejak

menjadi bangsa yang merdeka, Indonesia memunyai empat buah Undang-

Undang yaitu UU No. 6 Tahun 1982, UU No. 7 Tahun 1987, UU No.12 Tahun

1997, UU No. 19 Tahun 2002, dan UU No. 28 Tahun 2014.

Ditinjau dari sejarahnya terdapat dua konsep hak cipta yang saling

memengaruhi yaitu konsep Copyrights yang berkembang di Inggris dan

negara-negara yang menganut sistem Common Law dan konsep Droit d’Auteur

25
Anis Mashdurohatun, Hak Kekayaan Intelektual (Hki) Dalam Perspektif Sejarah Di Indonesia,
Madina Semarang, Semarang, 2013, hlm.3-4

2
yang berkembang di Perancis dan negaranegara yang menganut sistem Civil

Law. Pengaturan konsep Copyrights yang menekankan perlindungan hak-hak

penerbit dari tindakan penggandaan buku yang tidak sah tercantum di dalam

Dekrit Star Chamber 1556 yang isinya menentukan izin percetakan dan tidak

setiap orang dapat mencetak buku. Aturan hukum lain yang secara jelas

melindungi hak penerbit dari tindakan penggandaan tidak sah adalah Act of

Anne 1709 dan sebagai peletak dasar konsep modern hak cipta. Konsep droit

d’auteur berbeda dengan konsep copyright.

Konsep droit d’auteur lebih menekankan perlindungan atas hak-hak

pengarang dari tindakan yang dapat merusak reputasinya. Konsep ini

didasarkan pada aliran hukum alam yang menyatakan bahwa suatu karya cipta

adalah perwujudan tertinggi (alter ego) pencipta. Dalam hal ini pencipta

memunyai hak alamiah untuk memanfaatkan ciptaannya. Konsep tersebut

berkembang pesat setelah revolusi Perancis tahun 1789, konsep droit d’auteur

meletakkan dasar pengakuan bukan saja hak ekonomi dari pencipta akan tetapi

juga hak moral.

Pengertian atau konsep hak cipta menurut pasal 1 angka 1 Undang-

Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi

pencipta atau penerima hak cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak

ciptaannya atau memberikan izin dengan tidak mengurangi ketentuan dalam

undang-undang yang berlaku. Sedangkan menurut Undang-Undang No. 28

Tahun 2014 tentang Hak Cipta, hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang

timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan

3
diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Hak cipta di Indonesia diatur di dalam UU No. 19 Tahun 2002 tentang

Hak Cipta dan telah diperbarui melalui UU No. 28 Tahun 2014. Undang-

Undang melalui pasal 1 angka 1 memberikan pengertian bahwa hak cipta

merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta untuk

mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis

setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut

peraturan perundangundangan yang berlaku. Hak cipta dalam pengertian ini

menjelaskan adanya asas deklaratif di mana perlindungan hukum otomatis

diberikan saat ciptaan sudah jadi wujudnya (dilahirkan) tanpa harus

mendaftarkannya. TRIPs mengakui bahwa ciptaan yang layak mendapat

perlindungan hukum manakala ciptaan tersebut merupakan ekspresi atau

perwujudan ide (pasal 9 ayat 2 TRIPs). Selain itu syarat keaslian atau

originality, maksudnya adalah ciptaan memunyai bentuk yang khas dan

menunjukkan keaslian atas dasar kemampuan dan kreativitasnya yang bersifat

pribadi dari si pencipta karena ciptaan adalah ego tertinggi.26

Objek/Lingkup perlindungan Hak Cipta dalam bidang ilmu pengetahuan,

seni dan sastra ditunjukkan oleh tabel berikut ini:27

No Objek ciptaan Masa perlindungan

26
Khoirul Hidayah, Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Setara Press, Malang, 2017, hlm.28-32
27
Mujiyono, Feriyanto , Buku Praktis Memahami dan Cara Memperoleh Hak Kekayaan
Intelektual, LPPM UNY, Yogyakarta, 2017, hlm.12-13

4
1. Buku, pamflet dan semua
hasil karya tulis lain

2. Ceramah, kuliah, pidato


dan ciptaan sejenis lainnya

3. Alat peraga yang


diperuntukkan untuk
kepentingan pendidikan
dan ilmu pengetahuan
Perlindungan berlaku selama hidup pencipta
4. Lagu atau musik dengan
dan terus berlangsung selama 70 tahun
atau tanpa teks
setelah pencipta meninggal
5. Drama, drama musikan,
tari, koreografi, pantomim
dan pewayangan

6. Karya seni rupa dalam


segala bentuk: lukisan
gambar, ukiran, kaligrafi,
seni pahat, patung atau
kolase

7. Karya arsitektur

8. Peta

9. Karya seni batik atau seni


motif lain

10. Karya fotografi

11. Potret

12. Karya sinematografi

13. Permainan video

14. Program komputer

15. Perwajahan karya tulis

5
16. Terjemahan, tafsir, bunga
Perlindungan berlaku selama 50 tahun sejak
rampai, basis data,
pertama kali diumumkan
adaptasi, aransemen,
modifikasi dan karya lain
dari hasil transformasi

17. Terjemahan, adaptasi,


aransemen, transformasi
atau modifikasi ekspresi
budaya tradisional

18. Kompilasi ciptaan atau


data baik dalam format
yang dapat dibaca
program komputer atau
media lainnya

19. Kompilasi ekspresi


budaya tradisional selama
kompilasi tersebut adalah
karya yang asli

C. Perlindungan Hukum

Aristoteles mengatakan bahwa manusia adalah “zoon politicon”,

makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, oleh karena tiap anggota

masyarakat mempunyai hubungan antara satu dengan yang lain. Sebagai

makhluk sosial maka sadar atau tidak sadar manusia selalu melakukan

perbuatan hukum (rechtshandeling) dan hubungan hukum (rechtsbetrekkingen)

tiap-tiap perbuatan hukum tersebut membutuhkan perlindungan hukum atau

perlindungan dari hukum. C.S.T. Kansil, menjelaskan:

“Perlindungan hukum adalah penyempitan arti dari perlindungan, dalam


hal ini hanya perlindungan oleh hukum saja. Perlindungan yang
diberikan oleh hukum, terkait pula dengan adanya hak dan kewajiban,

6
dalam hal ini yang dimiliki oleh manusia sebagai subyek hukum dalam
interaksinya dengan sesama manusia serta lingkungannya. Sebagai
subyek hukum manusia memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan
suatu tindakan hukum.”

Perlindungan hukum menurut Solly Lubis adalah ”perlindungan yang

diberikan oleh hukum (legal protection) terhadap sesuatu status (kedudukan)

ataupun hak, misalnya: hak milik, hak pilih, hak berusaha, hak khusus warga

negara, dan sebagainya”. Dengan demikian, perlindungan hukum erat

kaitannya dengan kepastian hukum, yakni kejelasan peraturan hukum

mengenai hak, kewajiban dan status seseorag atau suatu badan hukum

Kepastian hak, kewajiban dan kepastian status ini mendatangkan ketertiban,

karena dengan adanya kejelasan seperti diatur oleh hukum, maka seseorang

tahu benar-benar bagaimana status atau kedudukannya, seberapa jauh hak

maupun kewajibannya dalam kedudukan tersebut.

Beberapa faktor yang tidak menunjang kepastian dan perlindungan

hukum, antara lain:

1. Sikap tidak responsif dari pembuat aturan hukum, baik perencanaan

(drafting), maupun pembuat keputusan (decision) dan akhirnya

pelaksanaan (enforcement) serta penindakan setiap pelanggarannya

(punishment).

2. Tiadanya kesadaran dan ketaatan yang sesungguhnya dari semua

pihak, baik pihak pencari keadilan maupun pihak aparat sebagai

penegak keadilan, serta warga masyarakat seluruhnya.

7
3. Sikap tidak adil dan obyektif dari aparat penegak hukum dan penegak

keadilan.

Dari pengertian perlindungan hukum di atas, dapat dipahami bahwa

perlindungan hukum adalah perlindungan yang diberikan oleh hukum (legal

protection) terhadap sesuatu status (kedudukan) ataupun hak, misalnya: hak

milik, hak pilih, hak berusaha, hak khusus warga negara, dan sebagainya.

Perlindungan hukum erat kaitannya dengan kepastian hukum, maka dari itu

perlindungan hukum hanya dapat dicapai apabila telah ada aturan hukum yang

mengatur tentang hakhak individu, atau kelompok dalam suatu aturan

perundang-undangan. Demikian pula halnya dengan perlindungan terhadap

korban, adanya aturan (regulasi) yang mengatur hak-hak korban akan

memberikan kepastian hukum terhadap hak-hak korban, berupa substansi

hukum yang mengatur tentang hak-hak korban, lembaga dan tata cara

pelaksanaan hak-hak korban, dan keberlakuan aturan hukum yang mengatur

tentang pelaksanaan hak-hak korban.

Upaya penanggulangan kejahatan dan perlindungan hukum terhadap

masyarakat melalui kebijakan kriminal adalah merumuskan peraturan

perundang-undangan oleh pembuat undang-undang (legislatif).

Berdasarkan konsep tersebut, peran Negara guna meciptakan suatu

kesejahteraan sosial sebagaimana amanat UUD 1945 dan Pancasila, tidak

hanya terbatas pada pemenuhan kebutuhan-kebutuan materiil dari warga

negaranya, tetapi lebih dari itu, diperlukan penegakan hukum yang mempunyai

8
aspek perlindungan kepada korban kejahatan guna terpenuhinya rasa keadilan

dan kepastian hukum dalam kehidupan bernegara.28

D. Penegakan Hukum

Penegakkan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan-

keinginan hukum menjadi kenyataan. Yang disebut keinginan hukum disini

tidak lain adalah pikiran-pikiran badan pembuat Undang-Undang yang

dirumuskan dalam peraturan hukum. Peraturan hukum itu. Perumusan

pemikiran pembuat hukum yang dituangkan dalam peraturan hukum akan turut

menentukan bagaimana penegakan hukum itu dijalankan.29

Penegakan hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia.

Agar kepentingan manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan.

Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, damai tetapi dapat

terjadi juga karena pelanggaran hukum. Dalam hal ini hukum yang telah

dilanggar harus ditegakkan. Melalui penegakan hukum inilah hukum itu

menjadi kenyataan. Dalam menegakan hukum ada tiga unsur yang harus

diperhatikan, yaitu :30

1. Kepastian Hukum (rechtssicherheit) :

Hukum harus dilaksanakan dan ditegakkan. Setiap orang mengharapkan

dapat ditetapkannya hukum dalam hal terjadi peristiwa yang konkrit.

Bagaimana hukumnya itulah yang harus berlaku, pada dasarnya tidak

28
Gongom T.P Siregar, Rudolf Silaban , Hak-Hak Korban Dalam Penegakan Hukum Pidana, CV.
Mahanji, Medan, 2020, hlm.63-65
29
Satjipto Raharjo, Penegakan Hukum Sebagai Tinjauan Sosiologis, Genta Publishing.
Yogyakarta. 2009. Hlm.25
30
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum. Liberty Yogyakarta, Yogyakarta, 2000. Hlm. 145

9
boleh menyimpang : fiat justicia et pereat mundus (meskipun dunia akan

runtuh, hukum harus ditegakkan).

Itulah yang diinginkan oleh kepastian hukum. Kepastian hukum

merupakan perlindungan yustisiable terhadap tidakan sewenang-wenang,

yang berarti seorang akan memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam

keadaan tertentu.

2. Manfaat (zweckmassigkeit)

Masyarakat mengharapkan manfaat dalam pelaksanaan atau penegakan

hukum. Hukum adalah untuk manusia, maka pelaksanaan hukum atau

penegakan hukum harus memberi manfaat atau kegunaan bagi

masyarakat. Jangan sampai justru karena hukumnya dilaksanakan atau

ditegakkan timbul keresahan di dalam masyarakat.

3. Keadilan (gerechtigkeit)

Masyarakat sangat berkepentingan bahwa dalam pelaksanaan atau

penegakan hukum keadilan diperhatikan. Dalam pelaksanaan dan

penegakan hukum harus adil. Hukum tidak identik dengan keadilan.

Hukum itu bersifat umum, mengikat setiap orang, bersifat

menyamaratakan. Barang siapa yang mencuri harus dihukum : siapa yang

mencuri harus dihukum, tanpa membedabedakan siapa yang mencuri.

Sebaliknya, keadilan bersifat subjektif, individualistis, dan tidak

menyamaratakan.

E. Media Youtube

10
Youtube adalah situs video yang menyediakan tampilan audio visual.

Situs ini memang disediakan untuk pencarian video dan menonton langsung.

Kita juga bisa berpartisipasi mengunggah video ke situs Youtube dan

membagikannya keseluruh dunia.31

Youtube saaat ini merupakan media elektronik paling tinggi angka untuk

pengunjung secara online. Youtube telah menjadi media elektronik yang sangat

populer belakangan ini karena fasilitas video dari semua deskripsi. Pada Media

Youtube, banyak orang menemukan video atau sesuatu yang informatif atau

mendidik. Youtube memberikan fasilias video hiburan lama dari tahun-tahun

sebelumnya.

Video dalam media Youtube ini dapat dengan mudah dibagikan beberapa

kali. Hal ini merupakan sesuatu yang penting untuk pemasaran karya-karya

apapun, karena banyak dari video online terbaik dibagikan berkali-kali oleh

pengguna Youtube yang berkaitan dengan bisnis diteruskan ke banyak orang di

Youtube, sehingga memberi kesempatan yang lebih baik untuk mendapatkan

pekerjaan yang terlihat karena begitu banyak orang dapat menemukannya

beberapa karya dengan mudah.

Youtube dikembangkan pada tahun 2005 di California. Awalnya Youtube

diperkenalkan sebagai sarana untuk mengundang orang online untuk menonton

streaming video dari semua jenis. Dengan hal tersebut, orang dapat menonton

video tanpa menggunakan program lain. Pengguna Youtube hanya perlu

31
Dedy Rusdianto, Adsense weapons, Oase Media, Bandung, 2010, hlm.15.

11
menggunakan browser web dengan plug-in yang tepat yang memungkinkan

mereka untuk menonton video.

Popularitas Youtube tertangkap dengan cepat dalam banyak hal yang

sedang menjadi perhatian di masyarakat. Video pertunjukan, arsip bersejarah

video, dan hal-hal lain yang diposting di Youtube. Segala jenis iklan mulai

muncul termasuk yang yang menonjolkan produk atau layanan tertentu.

Bahkan video musik menjadi populer di Youtube.

Selama bertahun-tahun, Youtube telah berkembang dan sekarang

menawarkan video semua jenis. Terlepas dari apa yang diminati masyarakat

secara global. Musisi menggunakan Youtube untuk memposting video musik

dan siaran langsung pertunjukan. Usaha kecil menampilkan video tentang apa

mereka menawarkan dan bahkan beberapa video petunjuk. Tim olahraga

memposting video yang menunjukkan wawancara dengan pemain, tim

highlight, dan lain-lain.

Masyarakat dapat membuat video dapat menunjukkan apa yang Anda

lakukan aktivitas sehari-hari yang menarik atau memberikan video inspirasi

kepada orang-orang sesuatu yang bisa mengubah hidup mereka menjadi lebih

baik.

12
BAB III

Perlindungan Hukum Atas Hak Cipta Bagi Musisi Sebagai


Pemegang Hak Cipta Melalui Media Youtube
Menurut Undang-Undang No 28 Tahun 2014 Hak Cipta

Berdasarkan Pasal 28G Undang-undang Negara Republik Indonesia 1945

menegaskan bahwa:

“Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,

masyarakat, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta

berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk

berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi”

Pasal tersebut dapat ditafsirkan bahwa setiap orang berhak atas perlindungan

hukum termasuk salah satunya harta benda yang dibawah kekuasaannya. Hak

Cipta merupakan suatu benda yang tak berwujud yang penguasaannya dapat

diberikan kepada orang atau badan hukum dalam suatu bentuk hak. Sehingga

penguasaan hak cipta menurut UUD 1945 termasuk objek yang harus dilindungi

oleh hukum.

Pengertian lebih jelas mengenai hak cipta diatur dalam Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2014 yang berbunyi:

“Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis

berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam

1
bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan”

Menurut penjelasan Pasal tersebut yang dimaksud dengan "hak eksklusif' adalah

hak yang hanya diperuntukkan bagi Pencipta, sehingga tidak ada pihak lain yang

dapat memanfaatkan hak tersebut tanpa izin Pencipta. Pemegang Hak Cipta yang

bukan Pencipta hanya memiliki sebagian dari hak eksklusif berupa hak ekonomi.

Maka dapat ditafsirkan Undang-Undang No.28 Tahun 2014 mengatur bentuk

perlindungan hak ekslusif atas ciptaan menjadi dua, yakni hak moral dan hak

ekonomi.

A. Perlindungan Hukum Hak Menurut UU No. 28 Tahun 2014

Hak Moral timbul dikarenakan hubungan pribadi ciptaannya dengan

intelektual penciptanya. Konsep hak moral ini terdapat pada Konvesi Berne

pada revisi Roma 1929 yang kemudian disempurnakan berkali-kali melalui

revisi Brussel dan Stockholm.32 Berdasarkan UU No.28 Tahun 2014 Tentag

Hak Cipta, hak moral diatur haknya pada Pasal 5 sampai dengan Pasal 7.

Pasal 5 berbunyi:

(1) Hak moral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 merupakan hak yang

melekat secara abadi pada diri Pencipta untuk:

a. tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan

sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya untuk umum;

b. menggunakan nama aliasnya atau samarannya;


32
Muhammad Djumhana ,R.Djubadillah, Hak Milik Intelektual (sejarah, teroi dan prakteknya),
PT. Citra Aditya Bakti, Jakarta, 2001, hlm.58-59.

2
c. mengubah Ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat;

d. mengubah judul dan anak judul Ciptaan; dan

e. mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan, mutilasi

Ciptaan, modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan

kehormatan diri atau reputasinya.

(2) Hak moral sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat dialihkan

selama Pencipta masih hidup, tetapi pelaksanaan hak tersebut dapat

dialihkan dengan wasiat atau sebab lain sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan setelah Pencipta meninggal dunia.

(3) Dalam hal terjadi pengalihan pelaksanaan hak moral sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), penerima dapat melepaskan atau menolak

pelaksanaan haknya dengan syarat pelepasan atau penolakan

pelaksanaan hak tersebut dinyatakan secara tertulis.

Pasal 6 berbunyi:

Untuk melindungi hak moral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat

(1), Pencipta dapat memiliki:

a. informasi manajemen Hak Cipta; dan/atau

b. informasi elektronik Hak Cipta.

Pasal 7 berbunyi:

(1) Informasi manajemen Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6

huruf a meliputi informasi tentang:

a. metode atau sistem yang dapat mengidentifikasi originalitas substansi

Ciptaan dan Penciptanya; dan

3
b. kode informasi dan kode akses.

(2) Informasi elektronik Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf

b meliputi informasi tentang:

a. suatu Ciptaan, yang muncul dan melekat secara elektronik dalam

hubungan dengan kegiatan Pengumuman Ciptaan;

b. nama pencipta, aliasnya atau nama samarannya;

c. Pencipta sebagai Pemegang Hak Cipta;

d. masa dan kondisi penggunaan Ciptaan;

e. nomor; dan

f. kode informasi.

Hak moral apabila ditafsirkan berdasarkan ketiga Pasal tersebut di atas,

haknya melekat abadi pada penciptanya. Hal ini artinya sejak timbul hak cipta

tersebut, perlindungan hak moral atas suatu ciptaan berlaku sampai selama-

lamanya.

Bagi musisi atas hasil karya ciptaan musiknya merupakan salah satu hak

cipta dalam bidang seni. Pasal 40 ayat (1) UU No.28 Tahun 2014 menegaskan

bahwa Ciptaan yang dilindungi meliputi Ciptaan dalam bidang ilmu

pengetahuan, seni, dan sastra. Karya musik musisi ditegaskan secara jelas pada

huruf d pada Pasal tersebut menegaskan yakni “lagu dan/atau musik dengan

atau tanpa teks”. Maka seluruh pengaturan perlindungan hukum Hak Cipta

yang diatur pada Pasal 5 sampai dengan 7 juga melindungi karya cipta para

musisi.

4
Perlindungan hak moral hak cipta bagi musisi melalui media Youtube

dapat ditafsirkan pada Pasal 6 UU No.28 Tahun 2014 huruf b yang berbunyi

“informasi elektronik hak cipta”. Informasi elektronik ini dapat diberikan

perlindungan hukum sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 7 UU No.28

Tahun 2014 terkait apabila suatu ciptaan muncul secara elektronik dalam

hubungan dengan kegiatan pengumuman ciptaan baik secara elektronik

maupun non elektronik, nama pencipta, alias, nama samaran, pencipta sebagai

pemegang hak cipta, masa dan kondisi penggunaa hak cipta, nomor dan kode

informasi. Seluruh informasi elekronik tersebut dilarang dihilangkan, diubah,

atau dirusak.

Perlindungan pada Pasal 7 pada uraian di atas tersebut menurut UU

No.28 Tahun 2014 tersebut juga mengatur ketentuan sanksi pidana. Pasal 112

menegaskan:

“Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dan/atau pasal 52 untuk Penggunaan

Secara Komersial, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)

tahun dan / atau pidana denda paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah).”

B. Perlindungan Hukum Hak Ekonomi Menurut UU No. 28 Tahun 2014

Hak ekonomi merupakan suatu objek benda kekayaan intelektual yang

bernilai dan dapat dihitung dengan nilai uang. Dalam hal ini hak ekonomi

5
adalah hak untuk mendapatkan keuntungan atas penggunaan suatu ciptaan baik

oleh pencipta sendiri ataupun orang lain.33

Undang-Undang No.28 Tahun 2014 mengatur secara lengkap mengenai

hak ekonomi pada Pasal 8 sampai dengan Pasal 11.

Pasal 8 berbunyi:

Hak ekonomi merupakan hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak

Cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas Ciptaan.

Pasal 9 berbunyi:

(1)Pencipta atau Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 8 memiliki hak ekonomi untuk melakukan:

a. penerbitan Ciptaan;

b. Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya;

c. penerjemahan Ciptaan;

d. pengadaplasian, pengaransemenan, atau pentransformasian

Ciptaan;

e. Pendistribusian Ciptaan atau salinannya;

f. pertunjukanCiptaan;

g. Pengumuman Ciptaan;

h. Komunikasi Ciptaan; dan

i. penyewaan Ciptaan.

33
Abdul Wahib dan Mohammad Labib, Kejahatan Mayantara (Cyber Crime), Refika Aditama,
Bandung, 2005, hlm. 103

6
(2)Setiap Orang yang melaksanakan hak ekonomi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) wajib mendapatkan izin Pencipta atau

Pemegang Hak Cipta.

(3)Setiap Orang yang tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta

dilarang melakukan Penggandaan dan/atau Penggunaan Secara

Komersial Ciptaan.

Pasal 10 berbunyi:

Pengelola tempat perdagangan dilarang membiarkan penjualan dan/atau

penggandaan barang hasil pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait di

tempat perdagangan yang dikelolanya.

Pasal 11 berbunyi

(1)Pengelola tempat perdagangan dilarang membiarkan penjualan

dan/atau penggandaan barang hasil pelanggaran Hak Cipta dan/atau

Hak Terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya.

(2)Hak ekonomi untuk menyewakan Ciptaan atau salinannya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i tidak berlaku

terhadap Program Komputer dalam hal Program Komputer tersebut

bukan merupakan objek esensial dari penyewaan.

Berdasarkan uraian Pasal 8 sampai dengan Pasal 9, penulis menemukan bahwa

perlindungan Hak Ekonomi merupakan segala sesuatu bentuk perbuatan

hukum yang menghasilkan nilai uang atas suatu ciptaan itu dikuasai oleh

7
pencipta dan/atau pemegang hak cipta. Apabila ketentuan Pasal-Pasal tersebut

dilanggar juga terdapat ketentuan yang diatur pada Pasal 113 dan Pasal 114.

Pasal 113 Berbunyi:

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak

ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk

Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling

lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak

Rp. 100.000.000 (seratus juta rupiah).

(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta

atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi

Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf

d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial

dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau

pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah).

(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta

atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi

Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (l) huruf a, huruf

b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial

dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/

atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar

rupiah).

8
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan

pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda

paling banyak Rp. 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Pasal 113 Berbunyi:

“Setiap Orang yang mengelola tempat perdagangan dalam segala

bentuknya yang dengan sengaja dan mengetahui membiarkan penjualan

dan/atau penggandaan barang hasil pelanggaran Hak Cipta dan/ atau Hak

Terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 10, dipidana dengan pidana denda paling banyak

Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).”

C. Perlindungan Hak Cipta Bagi Musisi Melalalui Media Youtube Menurut

UU No.28 Tahun 2014

Perlindungan hak cipta bagi musisi melalui Media Youtube tidak diatur

secara eksplisit dalam UU No.28 Tahun 2018. Media Youtube adalah salah satu

media elektronik yang pada saat ini sangat populer digunakan oleh seluruh

kalangan masyarakat baik dalam pembagian video drama, sastra dan termasuk

musik.

Penulis menafsirkan terdapat Pasal yang mengatur mengenai

perlindungan hak cipta bagi musisi melalui Media Youtube menurut Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Dalam Pasal 55 ayat (1)

berbunyi sebagai berikut:

9
“Setiap Orang yang mengetahui pelanggaran Hak Cipta dan / atau Hak

Terkait melalui sistem elektronik untuk Penggunaan Secara Komersial

dapat melaporkan kepada Menteri.”

Pengaturan mengenai pelanggaran Hak Cipta, baik hak moral maupun hak

ekonomi sebagaimana yang telah diuraikan pada sub bab sebelumnya. Maka

jika dikaitkan dengan Pasal 55 ayat (1) yang menyatakan pelanggaran-

pelanggaran tersebut melalui media elektronik, dapat dilaporkan kepada

menteri terkait.

Berdasarkan Pasal 56 ayat (1) UU Hak Cipta Tahun 2014 lebih tegas

menentukan sebagai berikut:

“Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

telekomunikasi dan informatika berdasarkan rekomendasi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (3) dapat menutup

konten, dan/atau hak akses pengguna yang melanggar Hak Cipta

dan/atau Hak terkait dalam sistem elektronik dan menjadikan layanan

sistem elektronik tidak dapat diakses.”

Lebih lanjut dalam penjelasan Pasal tersebut yang dimaksud dengan

"menutup konten dan/atau hak akses pengguna" adalah mencakup 2 (dua) hal

yang meliputi pertama pemblokiran konten atau situs penyedia jasa layanan

konten dan kedua berupa pemblokiran akses pengguna terhadap situs tertentu

melalui pemblokiran intemet protocol address atau sejenisnya.

Maka dapat ditafsirkan segala bentuk pelanggaran yang berkaitan dengan

hak cipta melalui media youube, secara tegas dilindungi oleh Undang-Undang

10
Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Pemerintah memiliki kewenangan

untuk menutup konten dan/atau hak akses bagi pengguna yang melanggar.

11
BAB IV
PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK
CIPTA BAGI MUSISI SEBAGAI PEMEGANG HAK CIPTA
MELALUI MEDIA YOUTUBE DI INDONESIA

A. Kebijakan Pemerintah dalam Perlindungan Hukum Atas Hak Cipta Bagi


Musisi di Indonesia
Negara Republik Indonesia dalam rangka memberikan perlindungan dan

kepastian hukum terhadap hak cipta termasuk hak cipta bagi musisi melalui

media Youtube telah mengeluarkan beberapa kebijakan dalam suau bentuk

peraturan perundang-undangan seperti peraturan pemerintah, peraturan menteri

dan keputusan presiden. Hak cipta merupakan terminologi hukum yang dapat

menggambarkan hak-hak yang diberikan kepada pencipta untuk karya-karya

dalam bidang seni dan sastra mereka.34

Presiden pada tanggal 10 September 2004 secara resmi meratifikasi

traktat WIPO mengenai Pertunjukan dan Rekaman Suara tahun 1966.

Kebijakan tersebut seluruh kebijakan yang telah ditentukan dalam traktat

WIPO menjadi berlaku di Indonesia. Kebijakan tersebu merupakan salah satu

bentuk upaya pemerintah dalam melindung hak cipta di Indonesia.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta,

royalti adalah imbalan atas pemanfaatan Hak Ekonomi suatu Ciptaan atau

34
Sujud Margono, Hukum dan Perlindungan Hak Cipta, CV. Novindo Pustaka Mandiri, Jakarta
2003, hlm.23.

1
Produk Hak Terkait yang diterima oleh pencipta atau pemilik hak terkait.

Menurut Undang-Undang tersebut Royalti yang merupakan hak ekonomi itu

tidak juga termasuk pemanfaatan suatu hak cipta melalui media elektronik

salah satunya hak cipta bagi musisi melalui media Youtube sebagaimana yang

telah diuraikan pada bab sebelumnya.

Pemerintah dalam rangka melindungi hak cipta baik hak moral dan hak

ekonomi yang menjadi hak pokok yang harus dilindungi sebagaimana yang

telah dicita-citakan oleh Undang-Undang Hak Cipta, mengeluarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 16 Tahun 2020 Tentang Pencatatan Ciptaan Dan Produk

Hak Terkait.

Karya musik bagi musisi merupakan salah satu objek seni yang diberikan

perlindungan hak cipta oleh Undang-Undang Hak Cipta. Pasal 2 PP No.16

Tahun 2020 berbunyi:

(1) Menteri menyelenggarakan pencatatan dan penghapusan

pencatatan Ciptaan dan Produk Hak Terkait.

(2) Pencatatan dan penghapusan pencatatan Ciptaan dan Produk Hak

Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui

permohonan.

(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:

a. pencatatan Ciptaan atau Produk Hak Terkait;

b. pencatatan pengalihan hak atas pencatatan Ciptaan atau

Produk Hak Terkait;

2
c. pencatatan perubahan nama dan atau alamat Pencipta,

Pemegang Hak Cipta, atau pemilik Hak Terkait;

d. penarikan kembali permohonan pencatatan Ciptaan atau

Produk Hak Terkait;

e. penghapusan pencatatan Ciptaan atau Produk Hak Terkait; dan

f. petikan resmi Ciptaan atau Produk Hak Terkait

Sehinga menteri bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pencatatan dan

penghapusan pencatatan ciptaan dalam suatu bentuk rangkaian prosedur

permohonan oleh calon pemegang hak dengan syarat-syarat yang telah

ditentukan dalam rangka perlindungan kepastian hukum hak cipta bagi

pencipta kekayaan intelektual termasuk seni musik bagi musisi.

Pemerintah juga dalam rangka mengoptimalkan fungsi pengelolaan


royalti hak cipta atas pemanfaatan peminta mengeluarkan suatu Peraturan
Pemerintah Nomor 56 Tahun 2021 Tentang Pengelolaan Royalti Hak Cipta
Lagu dan/atau musik. Dalam Pasal 1 ayat (3) Peraturan Pemerintah tersebut
menegaskan:

“Pengelolaan Royalti Hak Cipta Lagu dan/atau Musik yang


selanjutnya disebut Pengelolaan Royalti adalah penarikan,
penghimpunan, dan pendistribusian Royalti Hak Cipta lagu dan/atau
musik.”

Melalui PP No.56 Tahun 2021 tersebut pemerintah juga mengatur


mengenai pembayaran royalti bagi pemegang hak cipta dalam bentuk layanan
publik sebagaimana tertuan dalam Pasal 3 yang berbunyi:

(1) Setiap Orang dapat melakukan Penggunaan Secara Komersial lagu


dan/atau musik dalam bentuk layanan publik yang bersifat

3
komersial dengan membayar Royalti kepada Pencipta, Pemegang
Hak Cipta, dan/atau pemilik Hak Terkait melalui LMKN.
(2) Bentuk layanan publik yang bersifat komersia-l sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. seminar dan konferensi komersial;
b. restoran, kafe, pub, bar, bistro, kelab malam, dan diskotek;
c. konser musik;
d. pesawat udara, bus, kereta api, dan kapal laut;
e. pameran dan bazar
f. bioskop;
g. nada tunggu telepon;
h. bank dan kantor;
i. pertokoan;
j. pusat rekreasi;
k. lembaga penyiaran televisi;
l. lembaga penyiaran radio;
m. hotel, kamar hotel, dan fasilitas hotel; dan
n. usaha karaoke.
(3) Penambahan bentuk layanan publik yang bersifat komersial
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan
Menteri.

Berdasarkan ketentuan tersebut maka dapat ditafsirkan perlindungan hak

ekonomi terkait royalti bagi musisi melalui media Youtube tidak diakomodir

dengan jelas melalui PP Nomor 56 tahun 2021 tersebut. Namun sampai

sekarang belum ada peraturan menteri yang ditetapkan oleh menteri terkait

dalam mengatur bentuk layanan publik terkait pemanfaatan ciptaan musisi

melalui media elektronik seperti Youtube sebagaimana diatur dalam Pasal 3

4
ayat (3) yang menyatakan akan diatur bentuk layanan publik lain melalui suatu

peraturan menteri.

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia mengeluarkan Peraturan

Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 9 Tahun

2022 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2021

Tentang Pengelolaan Royalti Hak Cipta Lagu Dan/Atau Musik. Kebijakan

tersebut dalam rangka menyesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan

hukum di masyarakat.

Melalui Permenkumham No. 9 Tahun 2022 tersebut pemerintah

membentuk suatu Lembaga Manajemen Kolektif (LMK) yakni institusi yang

berbentuk badan hukum nirlaba yang diberi kuasa oleh Pencipta, Pemegang

Hak Cipta, dan/atau pemilik Hak Terkait guna mengelola hak ekonominya

dalam bentuk menghimpun dan mendistribusikan Royalti yang mana

bertanggung jawab kepada menteri terkait.

Untuk menjalankan tanggung jawabnya tersebut LMK memiliki beberapa

fungsi yang diatur dalam Pasal 5 Permenkumham tersebut antara lain sebagai

berikut:

a. melakukan Pengelolaan Royalti;

b. menyusun kode etik LMK di bidang lagu dan/atau musik;

c. menyampaikan rekomendasi kepada Menteri terkait dengan

perizinan LMK di bidang lagu dan/atau musik yang berada di

bawah koordinasinya;

5
d. menyusun standar operasional prosedur terkait Pengelolaan

Royalti;

e. menetapkan sistem dan tata cara penghitungan pembayaran Royalti

oleh pengguna kepada LMK;

f. menetapkan tata cara pendistribusian Royalti dan besaran Royalti

untuk Pencipta, Pemegang Hak Cipta, dan pemilik Hak Terkait;

g. melakukan sinkronisasi dan pembersihan data pemilik hak;

h. melaksanakan mediasi atas sengketa pendistribusian Royalti oleh

LMK jika terdapat keberatan dari anggota LMK; dan

i. menyampaikan laporan kinerja dan laporan keuangan kepada

Menteri yang ditembuskan kepada LMK dan pengawas.

Kemudian diatur pihak yang terdapat dalam LMK antara lain:

a. 1 (satu) orang perwakilan pihak pemerintah;

b. 3 (tiga) orang perwakilan LMK Pencipta; dan

c. 1 (satu) orang Pencipta.

Berdasarkan kewenangan sebagaimana tertuang dalam ketentuan-

ketentuan tersebut di atas, maka saat ini para musisi yang memiliki hak cipta

atas karya seni musiknya dapat menjadi bagian dari Lembaga Manajemen

Kolekif yang dapat ikut serta dalam pengelolaan royalti atas hak citap seni

musiknya.

B. Penegakan Hukum Atas Hak Cipta Bagi Musisi di Indonesia

6
Hak cipta lagu atau musik dapat dikatakan perlindungannya menjadi

masalah serius di Indonesia. Bahkan Indonesia pernah dikecam dunia

internasional karena lemahnya perlindungan hukum terhadap hak cipta lagu

atau musik tersebut. Sesuai laporan kantor perwakilan perdagangan Amerika

Serikat (USTR atau United States Trade Representative) sebelum tahun 2000,

Indonesia merupakan satu-satunya negara ASEAN yang masuk dalam kategori

Priority Watch List.35

Pelanggaran pidana terkait hak cipta juga pernah diadili pernah terjadi

atas nama terpidana Chairul Arifin alias Ruli pada tahun 2016. Ruli terbukti

bersalah melakukan penjualan CD, VCD, MP3, dan DVD berupa film dan

lagu di jalan Mataram No.52 Rt. 022/008 Suryatmajan Danurejan Yogyakarta

yang mana telah dilarang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf

a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g yaitu Pencipta atau Pemegang Hak Cipta

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 memiliki hak ekonomi untuk melakukan

penerbitan Ciptaan, Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya,

Pendistribusian Ciptaan atau salinannya, dan/atau Pengumuman Ciptaan, untuk

Penggunaan Secara Komersial. Ruli akhirnya diputus pidana oleh hakim

pidana denda Rp.30.000.000,- yang diganti dengan pidana Penjara selama 5

tahun karena tidak dibayar sebagaimana tertuang dalam putusan pengadilan

Negeri Yogyakarta Nomor : 35/Pid.Sus/2016/PN.Yyk.

Penegakan hukum hak cipta karya seni musik bagi musisi pernah

dilakukan beberapa pengadilan perkara di Indonesia yang dilakukan oleh


35
Hulman Panjaitan,” Penggunaan Karya Cipta Musik Dan Lagu Tanpa Izin Dan Akibat
Hukumnya” Jurnal Hukum to-ra, Vol. 1 No. 2, Agustus 2015

7
penyanyi koplo asal Nganjuk. Pada tahun 2014 Eni Setyaningsih telah terbukti

dan secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana "Dengan

sengaja menyiarkan kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran

Hak Cipta" mengingat Pasal 72 ayat (2) UURI No. 19 tahun 2002 tentang Hak

Cipta melalui putusan pengadilan negeri Nganjuk Nomor 10/ Pid.B/20I4/PN

Njk. Namun faktanya sampai saat ini video koplo tersebut masih dapat dikases

dan beredar di Youtube yang diunggah oleh akun Youtube dengan nama

pengguna arpon786 Official.36

Pelanggaran hak cipta karya seni musisi sampai saat ini masih banyak

terjadi melalui media Youtube khususnya dengan mudahnya akses media

Youtube. Pengelolaan royalty yang diatur dalam PP Nomor 56 Tahun 2021 juga

tidak jelas mengatur media Youtube sebagai objek yang dilindungi oleh hukum

sebagaimana yang telah diuraikan pada sub bab sebelumnya.

Korban pelanggaran hak cipta juga terjadi pada musisi terkenal tanah air

kangen band. Dalam sebuah video yang diunggah di Youtube, salah satu

seleberiti media soial yakni Tri Suaka dan Zidan menampikan sebuah

penampilan yang meniru gestur andika sekaligus menyanyikan lagu kangen

band tersebut yang menurut publik adalah gestur menghina dengan suara yang

dibuat-buat dengan tidak hormat. Perbuatan Tri suaka dan Zidan dapat diduga

melanggar hak cipta terkait hak moral sebagaimana diatur dalam Pasal 5 huruf

e yang berbunyi:

36
Youtube, “OM SAGITA ~ OPLOSAN JOWO (ENY SAGITA)” diakses terakhir pada tanggal 11
Oktober 2022 melalui situs https://www.Youtube.com/watch?v=vS0sHw_hQUA

8
“mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan,

mutilasi Ciptaan, modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat

merugikan kehormatan diri atau reputasinya.”

Youtube 4 kali lebih cenderung digunakan oleh konsumen dibandingkan

media elektronik lainnya untuk mencari informasi mengenai suatu merek,

produk, atau layanan.37 Youtube juga memiliki fitur Program Partner Youtube

(YPP) memberi kreator akses lebih luas ke referensi dan fitur monetisasi

Youtube. Program ini juga memungkinkan pembagian hasil dari iklan yang

ditayangkan di konten pengguna.38 Sehingga Youtube sangat potensial menjadi

media yang dapat digunakan masyarakat dalam pemanfaatan karya seni musik

secara komersial yang seharusnya dilindungi undang-undang.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak cipta

yang menegaskan sebagai berikut:

Pasal 54 berbunyi:

“Untuk mencegah pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait melalui

sarana berbasis teknologi informasi, Pemerintah berwenang

melakukan:

a. pengawasan terhadap pembuatan dan penyebarluasan konten

pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait;

37
Youtube, Youtube Advertising, diakses pada tanggal 11 Oktober 2022 melalui situs
https://www.Youtube.com/intl/ALL_id/ads/

38
Google Support, Ringkasan & persyaratan kelayakan Program Partner Youtube,
diakses pada tanggal 11 Oktober 2022 melalui situs
https://support.google.com/Youtube/answer/72851?hl=id&ref_topic=9153642

9
b. kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak, baik dalam

maupun luar negeri dalam pencegahan pembuatan dan

penyebarluasan konten pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait;

dan

c. pengawasan terhadap tindakan perekaman dengan menggunakan

media apapun terhadap Ciptaan dan produk Hak Terkait di

tempat pertunjukan.

Pasal 56 berbunyi:

“Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

telekomunikasi dan informatika berdasarkan rekomendasi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (3) dapat menutup

konten, dan/atau hak akses pengguna yang melanggar Hak Cipta

dan/atau Hak terkait dalam sistem elektronik dan menjadikan layanan

sistem elektronik tidak dapat diakses.”

Pemerintah memiliki kewenangan untuk mengawasi dan menNamun

sampai saat ini pelanggaran-pelanggaran hak cipta karya seni musik bagi

musisi tersebut masih sering terjadi sehingga perlu upaya penegakan hukum

secara tegas dari pemerintah.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

10
A. Kesimpulan

1. Pengaturan perlindungan hukum atas hak cipta bagi musisi melalui media

Youtube berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak

Cipta mengatur terkait hak eklusif musisi tersebut atas ciptaannya yakni

hak moral dan hak ekonomi. Undang-Undang Hak Cipta juga mengatur

bahwa pemerintah memiliki wewenang dalam mengawasi dan menutup

akses segala bentuk pelanggaran hak cipta yang terjadi melalui media

Youtube oleh menteri terkait.

2. Pelaksanaan perlindungan hak cipta karya seni musik bagi musisi di

Indonesia melalui media Youtube belum efektif. Hal ini dapat dilihat dari

kebijakan penetapan peraturan yang belum jelas menetapkan khususnya

peraturan pengelolaan royalti melalui media Youtube yang meupakan hak

ekonomi serta belum tegasnya penegakan dari peraturan perundang-

undangan yang telah dibuat oleh pemerintahan.

B. Saran

Pemerintah diharapkan menetapkan pengaturan yang lebih jelas terkait

perlindungan hukum mengenai pengelolaan royalti bagi musisi melalui media

Youtube agar terjaminnya kepastian hukum. Pemerintah dan masyarakat juga

diharakan lebih tegas dalam menegakkan hukum terkait segala bentuk

pelanggaran hak cipta karya seni musik bagi musisi sehingga terdapat efek jera

dan timbul ekosistem perlindungan hak cipta yang sehat.

DAFTAR PUSTAKA

11
A. BUKU

Abdul Wahib dan Mohammad Labib, Kejahatan Mayantara (Cyber Crime),


Refika Aditama, Bandung, 2005

Achmad Zen Umar Purba, Perjanjian TRIPs dan Beberapa Isu Strategis, FH
UI, Jakarta, 2007

Anis Mashdurohatun, Hak Kekayaan Intelektual (Hki) Dalam Perspektif


Sejarah Di Indonesia, Madina Semarang, Semarang, 2013

Bernard Nainggolan, Pemberdayaan Hukum Hak Cipta dan Lembaga


Manajemen Kolektif, Penerbit PT Alumni, Bandung, 2011

Dedy Rusdianto, Adsense weapons, Oase Media, Bandung, 2010

Elyta Ras Ginting, Hukum Hak Cipta Indonesia Analisis Teori dan Praktik,
Citra Aditya Bakti, Bandung, 2012

Gongom T.P Siregar, Rudolf Silaban ,Hak-Hak Korban Dalam Penegakan


Hukum Pidana, CV. Mahanji, Medan, 2020

Iskandar (et al), Panduan Penulisan Tugas Akhir Untuk Sarjana Hukum (S1),
Fakultas Hukum, Universitas Bengkulu, 2018

Kamus Besar Bahasa Indonesia Cetakan 3, Balai Pustaka, Jakarta, 2004

Khoirul Hidayah, Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Setara Press, Malang,


2017

Mujiyono, Feriyanto ,Buku Praktis Memahami dan Cara Memperoleh Hak


Kekayaan Intelektual, LPPM UNY, Yogyakarta, 2017

Muhammad Djumhana ,R.Djubadillah, Hak Milik Intelektual (sejarah, teroi


dan prakteknya), PT. Citra Aditya Bakti, Jakarta, 2001

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Persada Media Group,


Jakarta, 2010

Rocky Marbun, et all, Kapita Selekta Penegakan Hukum (Acara) Pidana, PT


Publica Indonesia Utama, Jakarta, 2021

Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia


Indonesia, Jakarta. 1998

Sajipto Raharjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006

12
Satjipto Raharjo, Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, Yogyakarta,
Genta Publishing, 2009

Saifudin Azwar, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2011

Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intelectual Property Rights),


Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2015

Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,


Cetakan Keempat Belas, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012

Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT


Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004

Sri Mahmudji, (et, al), Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, Badan
Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2005

Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000

Satjipto Raharjo, Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, Yogyakarta,


Genta Publishing , 2009

Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Liberty Yogyakarta, Yogyakarta,


2000

Sujud Margono, Hukum dan Perlindungan Hak Cipta, CV. Novindo Pustaka
Mandiri, Jakarta, 2003

Syamsul Arifin, Pengantar Hukum Indonesia, Medan area University Press,


Medan, 2012

Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan pengembangan Bahasa, Kamus


Besar Bahasa Indonesia, Edisi kedua, cet. 3, Balai Pustaka, Jakarta, 2004

Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global : Sebuah
Kajian Kontemporer, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2010

B. JURNAL

Regyna Putri Wilis, (et al), 2021, “Hak Pencipta atas Performing rights dalam
Peraturan Hak Cipta Indonesia dan Konvensi Internasional Creator's Rights To

13
Performing rights In Indonesian Copyright Regulations And Internasional
Conventions.”, Jurnal Hukum Lex Generalis, Vol.3, No.1, 2022

Himmatul Ulya, “Komodifikasi Pekerja Pada Youtuber Pemula Dan


Underrated (Studi Kasus Youtube Indonesia)”, Interaksi Jurnal Ilmu
Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro,
Vol. 8, Nomor 2 Desember 2019

Hulman Panjaitan,” Penggunaan Karya Cipta Musik Dan Lagu Tanpa Izin Dan
Akibat Hukumnya” Jurnal Hukum to-ra, Vol. 1 No. 2, Agustus 2015

C. INTERNET

Diva Studio “ Video Full Tri Suaka Dan Zidan Menghina Andika Kangen
Band”melalusi situs https://www.Youtube.com/watch?v=Jtp7rxr9mu4, diakses
pada tanggal 05 Juli 2022.

Youtube, “OM SAGITA ~ OPLOSAN JOWO (ENY SAGITA)” diakses terakhir


pada tanggal 11 Oktober 2022 melalui situs https://www.Youtube.com/watch?
v=vS0sHw_hQUA

Google Support, “Ringkasan & persyaratan kelayakan Program Partner


Youtube”, diakses pada tanggal 11 Oktober 2022 melalui situs
https://support.google.com/Youtube/answer/72851?hl=id&ref_topic=9153642

14

Anda mungkin juga menyukai