Anda di halaman 1dari 5

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN

KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DI RUMAH


SAKIT UMUM KABUPATEN TANGERANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan


Program Sarjana Terapan Keperawatan

Disusun Oleh:

CITRA ASYKA
NIM: P27905119006

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN
TANGERANG
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) merupakan spektrum gejala dimana gula darah meningkat
akibat penurunan sekresi insulin secara bertahap akibat resistensi insulin (Soegondo, 2011;
Safitri dan Putriningrum, 2019). Hal ini ditandai dengan ketidakmampuan pankreas
memproduksi hormon insulin atau sel-sel tubuh menggunakan insulin yang diproduksi
oleh organ pankreas kanan (Astuti, 2018). DM biasanya disebabkan oleh gangguan
metabolisme. Penyakit kronis yang ditandai dengan hiperglikemia akibat penurunan
insulin secara bertahap (Corwin, 2009, Putriani & Setyawati, 2018). Insulin adalah hormon
yang digunakan untuk mengatur gula darah, yang membuat kadar gula darah tidak
terkendali dan terjadi pertumbuhan (Kemenkes, 2014).
Menurut International Diabetes Federation (IDF), 463 juta orang di seluruh dunia
hidup dengan diabetes tipe 2 pada tahun 2019 dan prevalensi diabetes tipe 2 naik menjadi
700 juta pada tahun 2019 dalam 25 tahun berikutnya. Populasi AS adalah sekitar 358 juta
orang (31,0 %), sedangkan di Indonesia, jumlah penderita diabetes tipe 2 per juta orang
meningkat sebesar 10,7%. Pada 2019, diperkirakan tumbuh 16,6% menjadi 1 juta.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia memiliki jumlah penderita
diabetes terbanyak keempat di dunia, setelah India, China, dan Amerika Serikat. Di
Indonesia, jumlah penderita diabetes sekitar 17 juta, terhitung 8,6% dari 220 juta
penduduk negara (Astuti, 2018).
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
(2013). Diabetes mencapai 9,1 juta orang. Dan untuk penderita diabetes Tipe 2
menyumbang 90% dari penderita diabetes (Soegondo,2012). Menurut agensi Statistik
Indonesia adalah jumlah penduduk Indonesia yang menderita diabetes melitus tipe 2 di
kota 14,7%, di pedesaan 7,2% provinsi dalam Indonesia memiliki prevalensi diabetes
melitus yang tinggi, salah satunya adalah Provinsi Banten.
Hal ini sesuai dengan data yang menunjukkan prevalensi diabetes di wilayah Banten
melitus adalah 104,962 dan prevalensi di wilayah metropolitan Tangerang adalah sebesar
23,5% (Departemen Kesehatan RI, 2013). Menurut departemen Dinas Kesehatan
Kabupaten Tangerang (2019) memperkirakan jumlah orang sakit Proporsi diabetes
melitus pada seluruh populasi adalah sekitar dua persen 3,47 juta orang. Direktur
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang di
Tarmizi menyebutkan perkiraan jumlahnya penderita diabetes mencapai 69.500 orang
dari 29 orang daerah Tangerang.
Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang terjadi
ketidakmampuan untuk mengoksidasi karbohidrat karena gangguan mekanisme insulin
normal menyebabkan hiperglikemia,glukosa,poliuria,haus,lapar,penurunanberat
badan,kelamahan,asidosis,sering menyebabkan sesak napas, lipemia,ketonuria dan
akhirnya koma (Sya’diyah,2018).
Kadar glukosa darah yang tinggi pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dapat
disebabkan karena adanya beberapa faktor seperti genetik, jenis kelamin, pola makan,
obesitas, aktifitas fisik yang kurang, dan stres (American Diabetes Association (ADA),
2015).
Sebagian besar pengelolaan DM di rumah sakit masih terpusat pengobatan dan gizi,
memperhatikan pelaksanaan aktivitas fisik. Aktivitas fisik meningkatkan metabolisme
tubuh konduktif secara optimal kadar gula darah dikontrol dengan cara ini perawatan
holistik diperlukan (Akbar,2018). Salah satu fungsi tubuh Relaksasi Otot Progresif dapat
digunakan.
Relaksasi otot progresif adalah jenis latihan yang berfokus pada kontraksi dan
relaksasi kelompok otot yang berurutan PMR pertama kali diperkenalkan oleh Jacobson
pada tahun 1938 dan masih banyak digunakan sampai sekarang. Jacobson menjelaskan
bahwa relaksasi otot progresif memfasilitasi konsumsi oksigen tubuh, mempercepat
metabolisme, mempercepat pernapasan, meredakan ketegangan otot, menyimbangkan
tekanan darah sistolik dan diastolik dan meningkatkan gelombang otak alfa (Lindquist
et al, 2018)
Relaksasi adalah upaya untuk menggunakannya untuk meredakan ketegangan
emosional Individu dapat berpikir lebih rasional. Akibatnya,produksi gula darah di bawah
kontrol yang memadai untuk memungkinkan gula darah stabil secara normal (Safitri &
Putriningum,2019).
Perawatan relaksasi otot progresif adalah pengobatan non medis dan bagian dari
perawatan komplementer yang menurunkan kadar glukosa Darah pada penderita diabetes
melitus (Avianti et al., 2016). Terapi Relaksasi Otot Progresif pada pasien DM yang
mengalami ketegangan otot tertentu Kombinasikan dengan latihan pernapasan maka hasil
yang diharapkan penurunan ketegangan otot, diikuti oleh penurunan gula darah dalam
darah (Damayanti, 2015).
Selain itu, pengobatan non-obat juga merupakan bentuk pengobatan yang penting
dalam hal pengendalian gula darah. Salah satunya adalah teknik relaksasi otot progresif.
Relaksasi otot progresif pada penderita diabetes dapat menurunkan kadar HbA1C
(Ghezeljeh, et al. 2017). Banyak manfaat terapi relaksasi otot progresif, seperti,
mengurangi insomnia, stres dan tekanan darah (Putri & Bayhaki, 2018; Irawan, 2018).
Salah satu cara melepaskan ketegangan emosi yang cukup mudah dilakukan adalah
melalui relaksasi otot progresif. Teknik ini memaksa orang tersebut untuk fokus pada
ketegangan ototnya dan kemudian melatihnya untuk rileks.Orang yang stres secara
emosional tegang dan mengalami ketegangan otot. Teknik ini bertujuan untuk melepaskan
ketegangan otot dengan harapan dapat mengurangi ketegangan emosional,sehingga teknik
relaksasi otot progresif ini dapat digunakan berdampingan dengan teknik tradisional yang
sudah umum digunakan.
Hasil penelitian Safitri & Putriningrum, (2019) Kadar glukosa darah pasien Diabetes
tipe 2 sebelum uji coba awal terapi relaksasi otot progresif 173,07 mg/dl dan setelah
pemeriksaan 161,68 mg/dl, 18 responden orang dan langkah-langkah untuk relaksasi otot
progresif dapat disimpulkan efeknya Terapi relaksasi progresif untuk kadar glukosa darah
pada pasien diabetes.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa terapi relaksasi otot progresif dapat
berefek hingga turunnya kadar gula darah (Galvani,2017). Menurut penelitian yang
dilakukan di rumah sakit Grand Medistra Lubuk Pakam (Tati, 2019), terapi relaksasi otot
progresif merupakan pengobatan yang mudah dilakukan dan dapat digunakan dalam
tindakan medis pada pasien diabetes melitus dengan kadar gula darah tinggi.

B. Rumusan Masalah
Apakah terdapat pengaruh dari teknik relaksasi otot progresif terhadap penurunan
kadar gula darah pada penderita diabetes melitus tipe 2 di RSU Kabupaten Tangerang?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui apakah terdapat pengaruh dari teknik relaksasi otot progresif terhadap
penurunan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus tipe 2 di RSU Kabupaten
Tangerang.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan bagaimana teknik relaksasi otot progresif dilakukan pada penderita
diabetes melitus tipe 2 di RSU Kabupaten Tangerang.
b. Menganalisis pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap penurunan kadar gula
darah pada penderita diabetes melitus tipe 2 di RSU Kabupaten Tangerang.
c. Menyarankan solusi atau saran bagi penderita diabetes melitus tipe 2 di RSU Kabupaten
Tangerang yang ingin mencoba teknik relaksasi otot progresif untuk menurunkan kadar
gula darah.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penelitian/Penulis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai pengalaman belajar yang mendalam
menerapkan ilmu dan meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan sikap dalam
pekerjaan perawatan penderita diabetes melitus,menenangkan dengan relaksasi otot
progresif yang dalam mengatasi stres mental dan menurunkan gula darah.
2. Bagi Pasien/Subjek Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada responden dalam
melakukan penurunan gula darah serta dapat memberikan manfaat tentang pengaruh
teknik relaksasi otot progresif terhadap diabetes melitus.
3. Bagi Rumah Sakit/Praktik Keperawatan
Penelitian ini bertujuan untuk menguntungkan rumah sakit khususnya di RSU
Kabupaten Tangerang gunakan sebagai bahan yang berkaitan dengan peningkatan
kinerja perawat pelaksana khususnya, meningkatkan kualitas layanan perawatan dalam
perawatan pasien diabetes melitus.
4. Bagi Instansi Pendidikan/Praktik Keperawatan
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian proses
penatalaksanaan terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus tipe
2 dengan intervensi menggunakan teknik relaksasi otot progresif.
5. Bagi Pembaca
Hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca yaitu untuk menjadi sumber
referensi dan informasi bagi orang yang membaca penelitian ini untuk mengetahui dan
lebih mendalami bagaimana pengaruh atau intervensi teknik relaksasi otot progresif
untuk pasien diabetes melitus.

Anda mungkin juga menyukai