Anda di halaman 1dari 39
i — LAPORAN KERJA PRAKTEK IDENTIFIKAS! POTENSI BAHAYA KERJA DI LIBI IN-LINE LOBP 4 PADA PT PERTAMINA LUBRICANT UNIT PRODUKSI JAKARTA Laporan Kerja Praktek ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengambil Tugas Akhir Disusun oleh Nama : Valery Manuhutu No. Pokok — : 4414210082 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PANCASILA 2018 Dipindai dengan CamScanner DAFTAR ISI DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR... .. Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISTILAH. Error! Bookmark not defined.iii BAB | PENDAHULUAN.... Error! Bookmark not dé 1.1, LATAR BELAKANG MASALAH... Error! Bookmark not defined. 1.2, POKOK PERMASALAH. 0 1.3. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN. .Error! Bookmark not defined. 1.4. PEMBATASAN MASALAH 1.5. SISTEMATIKA PENULISAN... BAB Il GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.4. Sejarah Perusahaan ......c 2.2. Logo, Visi , Misi, Tata Nilai Perusahaan, Kebijakan Mutu 2.2.1. Logo Perusahaan 222. Visi Perusahaan 2.23. Misi Perusahaan... 2.24, Tata Nilai Perusahaan ..... 2.2.6. Kebijakan Mutu ... 2.3. Kegiatan Operasi dan Pemasaran .... 2.4. PT Pertamina Lubricants Produksi Unit Jakarta .. 2.5. _Jenis-Jenis Produk PT Pertamina Lubricants Produksi Unit Jakarta....... Bookmark not defined. 2.6. Penerapan HSE di Pertamina Lubricant .. BAB Ill LANDASAN TEORI Error! Bookmark not defined.3 3.1. BAHAYA..... Error! Bookmark not defined.3 3.1.1. Definisi Potensi Bahaya... Error! Bookmark not defined.3 Dipindai dengan CamScanner ... Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined. 3.1.2.1. Bahaya Mekanis 3.1.2.2. Bahaya Listrik Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined. 3.1.2.3, Bahaya Kimiawi Error! Bookmark not defined. 3.1.2.4, Pengertian Fisis 3.1.2.5. Pengertian Biologis. wu. Error! Bookmark not defined. 3.1.3, Teknik Identifikasi Potensi Bahaya .. . Error! Bookmark not defined. 3.1.3.1. Teknik Pasif. Error! Bookmark not defined. 3.1.3.2. Teknik Semi-proaktif, . Error! Bookmark not defined. 3.1.3.3, Metode Proaktif... _... Error! Bookmark not defined. 3.2. Failure Modes and Effect Analysis (FMEA). 3.3. BWIH wenn BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA... 4.1, PENGUMPULAN DATA. 4.2. Observasi 4.2.1. Proses pembuatan pelumas... 4.2.2. Flow Proces... 4.2.3, Proses Produksi In Line.... 4.3. PENGOLAHAN DATA... . Error! Bookmark not defined. +30 4.3.1. Analisis FMEA ... 31 4.3.2. Tahap Penilaian Resiko... 4.3.3, Usulan Perbaikan 5W1H.. AB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN.. 5.2 SARAN. AFTAR PUSTAKA... Dipindai dengan CamScanner BABI PENDAHULUAN 4.1 LATAR BELAKANG MASALAH Keselamatan dan Kesehatan kerja merupakan salah satu upaya pertindungan yang ditujukan kepada semua potensi yang dapat menimbulkan bahaya, agar tenaga kerja dan orang lain yang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat. Potensi = potens! yang dapat menimbulkan bahaya dapat berasal dari mesin, lingkungan kerja, sifat pekerjaan, cara kerja dan proses produksi, Dalam pengertian yang luas, K3_mengarah kepada pengendalian hazard dan isiko untuk meminimalkan terjadinya injury ataupun accident, promosi dan pemeliharaan derajat tertinggi dari fisik, ‘mental dan kesejahteraan sosial pada pekerja di semua tempat kerja, pencegahan pada pekerja terhadap efek buruk Kesehatan yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan terhadap para pekerja dalam lingkungan kerja dari risiko yang berakibat kepada kesehatan yang buruk dan adaptasi pekerjaan terhadap manusia (Anugrah, 2008) Pada industri besar di sektor pertambangan memiliki risiko tinggi, misalnya di pertambangan minyak dan gas bumi. Banyaknya kecelakaan yang terjadi di pertambangan, seperti kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan, dan lainnya menyebabkan industri migas memiliki potensi bahaya yang tinggi terhadap kejadian kecelakaan kerja. Di Indonesia, khususnya di sektor minyak dan gas bumi setiap pekerja disyaratkan untuk melakukan kajian resiko sebelum suatu kegiatan atau fasiitas perminyakan di bangun dan dioperasikan, seperti melakukan identifikasi bahaya yang ada disetiap aktivitas kerja, dan kemudian melakukan analisa dan evaluasi (Ramil, 2010). PT Pertamina merupakan perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki pemerintah Indonesia yang didirkan pada tanggal 10 desember 1957 dengan nama PT Permina dan pada tahun 1961 PT permina berganti nama menjadi PN permina setelah merger dengan PN Pertamin. Dengan adanya Undang-Undang no 8 tahun 1971 sebutan perusahaan berubah menjadi Pertamina, sebutan ini terus dipakai sampai Pertamina berubah status hukumnya menjadi PT Pertamina (Persero) pada tanggal 17 september 2003 berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 22 tanggal 23 November 2001 tentang minyak dan gas bumi. PT Pertamina mempunyai pabrik di wilayah Tanjung Priuk dengan nama Produksi Unit Jakarta yang berada dibawah naungan anak perusahaan PT Pertamina yanc i; Dipindai dengan CamScanner 2 bernama PT Pertamina Lubricants, PT Pertamina Lubricants didirikan pada tanggal 23 September 2013 dan menerima pemisahan Unit Bisnis Peumas PT Pertamina pada 30 Oktober 2013, pendirian perusahaan ini didasarkan Akta No 35 yang dibuat dinadapan notaris Lenny Janus Ishak, S.H. dan PT Pertamina Lubricants. PT Pertamina Lubricants didirikan sebagai sebagai pelaksanaan amanat Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas, tujuan pendirian perusahaan adalah meningkatkan kekuatan bisnis Perseroan di bidang usaha pelumas pada masa mendatang melalui cakupan bisnis didalam dan luar negeri, cakupan bisnis perusahaan meliputi dalam dan luar negeri. PT Pertamina Lubricants bertekad pada masa-masa mendatang dapat menjadi perusahaan Pelumas kelas dunia dan mencapai posisi sebagai Top 20 World Lubricants Company, PT Pertamina Lubricants mempunyai visi menjadi perusahaan pelumas kelas dunia dan misi melaksanakan bisnis solusi pelumas dan memasarkan pelumas serta Produk terkait secara kompetitif dipasar domestik dan luar negeri untuk memperkuat Portofolio bisnis guna mengoptimalkan nilai tambah bagi seluruh pemangku kepentingan. PT Pertamina Lubricants diketahui memilki potensi bahaya yang berisiko mengakibatkan kecelakaan kerja. Seluruh kegiatan operasi pengolahan gas pada ‘masing-masing unit di unit produksi industri migas PT Pertamina Lubricants melibatkan alat — alat berat dan mesin-mesin yang berpotensi menghasil-kan kebisingan dan getaran yang tinggi serta alat-alat listrik yang bertegangan tinggi dan bahan-bahan kimia yang dapat berpotensi menimbulkan ledakan dan pencemaran ling-kungan. Bahaya~ bahaya tersebut dapat berisiko mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja. Berdasarkan bahaya-bahaya yang terdapat di PT Pertamina Lubricants tersebut, peneliti ingin mengetahul pengaruh potensi bahaya terhadap risiko kecelakaan kerja di industri migas PT Pertamina Lubricants 1.2 POKOK PERMASALAHAN 1. Bagaimana peran perusahaan untuk mengurangi potensi bahaya pada para pekerja yang ada di lingkungan perusahaan. Bagaimana keadaan para pekerja pada perusahaan tersebut ? apakah banyal keluhan tentang potensi bahaya yang ada pada lingkungan perusahaan 2 1.3. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN Dipindai dengan CamScanner 3 Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dijabarkan, tujuan dilakukan kerja Praktek ini adalah untuk mengetahul potensi bahaya yang ada pada PT. Pertamina Lubricant unit produks! jakarta dan cara penanganan kecelakaan tersebut 1.4 PEMBATASAN MASALAH Pembatasan masalah dalam pembuatan laporan kerja praktek ini adalah: ‘+ Objek peneiitian adalah para tenaga kerja pada bagian lini In Line Di LOBP 4 Peneiitian dilakukan pada Bulan Jul-Agustus 2017 Penulis memfokuskan penelitian pada potensi bahaya yang dihadapi para pekerja di PT Pertamina Lubricant Data yang digunakan adalah data Primer yang didapatkan dari Penyebaran Kuesioner terhadap 5 orang petugas HSE 4.5 SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan yang digunakan di dalam laporan kerja praktek ini adalah sebagai berikut: BABI : PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang, pokok permasalahan, tujuan dan ‘manfaat penelitian, pembatasan masalah, dan sistematika penulisan. BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Di dalam bab ini akan dijelaskan mengenai profil perusahaan, visi dan misi perusahaan, struktur organisasi perusahaan dan ketenagakerjaan. BAB Ill: LANDASAN TEORI Bab jini menjabarkan tentang definisi, teori, kerugian, faktorfaktor, upaya pencegahan_ kecelakaan kerja serta kebijakan dan Undang-undang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini berisikan mengenai pengumpulan dan pengolahan data yang diperlukan untuk melakukan analisa yang berkaitan dengan laporan kerja praktek. BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini berisikan mengenai kesimpulan yang didapat dari kerja_praktek yang dilakukan oleh penulis terhadap permasalahan yang ada. BAB Il Dipindai dengan CamScanner GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 24 Sojarah Perusahaan PT Pertamina merupakan perusahaan minyak dan gas bumi yang dimilki Pemerintah Indonesia yang didirikan pada tanggal 10 desember 1957 dengan nama PT Permina dan pada tahun 1961 PT permina berganti nama menjadi PN permina setelah ‘merger dengan PN Pertamin, Dengan adanya Undang-Undang no 6 tahun 1974 sebutan Perusahaan berubah menjadi Pertamina, sebutan ini terus dipakal sampai Pertamina berubah status hukumnya menjadi PT Pertamina (Persero) pada tanggal 17 september 2003 berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 22 tanggal 23 November 2001 tentang minyak dan gas bumi. PT Pertamina mempunyal pabrik di wilayah Tanjung Priuk dengan nama Produksi Unit Jakarta yang berada dibawah naungan anak perusahaan PT Pertamina yang bemama PT Pertamina Lubricants. PT Pertamina Lubricants didirikan pada tanggal 23 ‘september 2013 dan menerima pemisahan Unit Bisnis Peumas PT Pertamina pada 30 Oktober 2013, pendirian perusahaan ini didasarkan Akta No 36 yang dibuat dihadapan notaris Lenny Janus Ishak, S.H. dan PT Pertamina Lubricants. PT Pertamina Lubricants didirkan sebagai sebagai pelaksanaan amanat Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas, tujuan pendirian perusahaan adalah meningkatkan kekuatan bisnis Perseroan di bidang usaha pelumas pada masa mendatang melalui cakupan bisnis didalam dan luar negeri, cakupan bisnis perusahaan meliputi dalam dan luar negeri. PT Pertamina Lubricants bertekad pada masa-masa mendatang dapat menjadi perusahaan Pelumas kelas dunia dan mencapai posisi sebagai Top 20 World Lubricants Company. PT Pertamina Lubricants mempunyai visi menjadi perusahaan pelumas kelas dunia dan misi melaksanakan bisnis solusi pelumas dan memasarkan pelumas serta Produk terkait secara kompetitif dipasar domestik dan luar negeri untuk memperkuat Portofolio bisnis guna mengoptimalkan nilai tambah bagi seluruh pemangku kepentingan 2.2 Logo, Visi , Misi, Tata Nilai Perusahaan, Kebijakan Mutu PT Pertamina Lubricants memiliki logo, visi, misi, tata nilai perusahaan, kebijakan mutu Perusahaan sebagai berikut : 4 2.2.1 Logo Perusahaan Logo dari PT Pertamina (Persero) memiliki makna simbol anak panah yang melambangkan aspirasi organisasi pertamina untuk senantiasa bergerak ke depan, mju Dipindai dengan CamScanner 5 ‘dan progresit. Gambar juga tertinat seperti monogram hurut “P* yang molambangkan ‘huruf pertama kata “PERTAMINA’, Logo PT Pertamina (persero) memitki tiga elemen, Ketiga elemen itu metambangkan pula ~ pulau dengan berbagal skala yang merupakan bentuk negara Indonesia, N ‘47 PERTAMINA a LUBRICANTS Gambar 2.4 Logo Porusahaan Arti dari wama logo Pertamina , yaitu : 1. Merah : berbagai 2.Biru_: mencerminkan handal, dapat dipercaya, dan bertanggung jawab. 3. Hijau: mencerminkan sumber daya energi yang berwawasan lingkungan, 2.2.2 Visi Perusahaan Menjadi Perusahaan Pelumas Kelas Dunia 2.2.3 Misi Perusahaan Melaksanakan bisnis solusi Pelumasan dan memasarkan pelumas serta Produk terkait secara kompetii di pasar domestik dan luar negeri untuk memperkuat portofolio bisnis guna mengoptimalkan rilai tambah bagi seluruh pemangku kepentingan. 2.2.4 Tata Nilai Perusahaan PT Pertamina Lubricants memiliki enam tata nilai perusahaan yang menjadi Pedoman bagi seluruh karyawan dalam menjalankan tugasnya berikut adalah tata nilainya : 1.Bersin Perusahaan dikelola secara profesional dengan menghindari_benturan: sertaberpedoman pada asas-asas tata kelola_kepentingan; dak _mentoleri ‘Suap;menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas korporasi yang baik. 2.Kompetitf Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun intemasional, mendorong Pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai kinerja. 3.Percaya Diti Dipindai dengan CamScanner —_ — 6 erperan dalam pembangunan ekonom! nasionel menjadi pelopor dalam reformast BUMN dan membangun kebanggaan bangs. 4,Fokus Pada Pelanggan eroviontasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk memberikan yang pelayanan terbalk kepada pelanggan. skomersial Menciptakan ilai tambah dengan exientasl Komersial dan mengambil_ keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat. 6, Mampu Dikelola oleh pemimpin dan pekerja profesional yang momiikitalenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan pengembangan. 2.2.5 Kebljakan Mutu fakan mutu dari PT. Pertamina Lubricants adalah per mitmen yang telah ditetapkan. Kebij fusahaan menjamin kepuasan setiap pelanggan dan konsumen melalui ko Untuk mencapai hal ity perusahaan memiliki komitmen untuk : 4. Menyediakan dan memasarkan produk sesuai kebutuhan aman bagi keselamatan pelanggan 2. Memberikan layanan terbaik bag! berkepentingan dengan perusahaan 3. Menerapkan sistem manajemen mutu dan K3LL sesual 9001 : 2008, ISO 14001 : 2004, ISO 17025 : 2005 secara berkelanjutan ikan secara berkesinambungan dalam dan tuntutan pasar serta pelanggan serta pihak-pihak lain yang dengan persyaratan ISO 4, Meningkatkan mutu dan kinerja melalui perbal segala aspek yang bertujuan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan 2.3 Kegiatan Operasi dan Pemasaran PT. Pertamina Lubricants mengoperasikan ti Cilacap dan Gresik serta mengelola penjualan yang terbagi Ke dalam tujuh area pemasaran. Dalam gambar 3.1 dapat ditunjukkan bahwa area pemasaran tersebar di iga pabrik pelumas yakni di Jakarta, seluruh wilayah Indonesia. Wilayah pemasaran atau sering disebut dengan Sales Region terdiri dari: 1. Sales Region 1 Melayani kebutuhan pelumas di wilayah Sumatra Bagian Utara. 2. Sales Region 2 Melayani kebutuhan pelumas di wilayah Sumatra Bagian Selatan, 3, Sales Region 3 Dipindai dengan CamScanner Melayani kebutuhan pelumas di wilayah Jawa Barat, DK! Jakarta dan Banten 4, Sales Region 4 Melayani kebutuhan pelumas di wilayah Jawa Tengah. 5, Sales Region 5 ‘Melayani kebutuhan pelum 6. Sales Region 6 i wilayah Jawa Timur. Melayani kebutuhan pelumas di wilayah Kalimantan. 7. Sales Region 6 Melayani kebutuhan pelumas di wilayah timur Indonesia. 1. ExLOHP Takats 2. EXLOEP Cikcep Gambar 2.2 Wilayah Pemasaran Dalam segi kegiatan usaha PT. Pertamina Lubricants meliputi beberapa hal, antara lain: 4. Melaksanakan Kegiatan produksi dan pengolahan pelumas , grease specialist product , dan base oll serta bahan baku pelumas , grease , speck jst product dan base oil dalam arti Kata seluas — luasnya termasuk penyediaan prasarananye - 2. Melaksanakan kegiatan perdagangan ekspor maupun impor pelumas , grease , specialist product dan base oil serta bahan baku pelumas » grease specialist product dan base oil . 3, Melaksanakan Kegiatan pengangkutan , penyimpanan , penyaluran , distribusi dan dan base oil seta bahan baku pemasaran pelumas , grease , specialist product pelumas , grease , specialist product dan base of dalam arti kata seluas luasnya termasuk penyediaan prasarananya - 4, Melaksanakan kegiatan jasa_produksi , pengolahan » pengangkutan , penyimn penyaluran ,cistibusi dan pemasaran pelumas , 285. specialist product . jpanan , Dipindai dengan CamScanner 5. Melakukan tahap pengujian dart awal material masuk ke production unit hingga ke tahap Anish product . semua tahap pengujian tersebut di lakukan untuk memastikan Kualitas material pelumas dari awal masuk hingga akhir memang benar - benar ‘Sesuai standart yang di buat oleh bagian R&D dari PT. Pertamina Lubricants Menyelenggarakan kegiatan usaha lainnya yang secara langsug maupun tidak langsung terksit atau menunjang kegiatan usaha dari kelima point diatas 2.4 PT Pertamina Lubricants Produksi Unit Jakarta PT Pertamina Lubricants Produksi Unit Jakarta berlokasi di Jalan Jampea No. 1 Jakarta Utara 14220 dan mulai beroperasi pada tahun 1957 dengan luas area 7 Ha, Production Unit Jakarta Lubricants adalah salah satu dari tiga unit produksi pelumas yang dimiliki oleh PT Pertamina (Persero) , sedangkan unit produksi lainnya berada di Cilacap (Production Unit Cilacap) dan gresik (Pruduction Unit Gresik). Production Unit Jakarta merupakan unit produksi pelumas terbesar dari PT Pertamina Lubricants yang Memproduksi produk pelumas , grease , specialty chemicals dengan menggunakan bahan baku dan bahan pendukung untuk proses pembuatan pelumas, untuk bahan base oi! didapatkan dari Kilang dari dalam negeri maupun impor dari luar negeri, sedangkan adiftif didatangkan dari produksi dalam negeri maupun hasil produksi dari luar negeri, untuk material packaging didapatkan dari perusahaan dalam negeri. ==) Gambar 2.3 Struktur Organisasi Production Unit Jakarta Produksi Unit Jakarta mempunyai 5 Plant yaitu LOBP 1 (Lube Oil Blending Plant), LOBP 2 (Lube Oil Blending Plant 2), Grease, New Plant, VM Plant ( Viscosity Indeks Modifier er Dipindai dengan CamScanner 9 Plant) dan mempunyai fasilitas penunjang lainnya, berikut merupakan plant dan fasiitas sebagai berikut : 1. LOBP 1 (Lube Oit Blending Plant |) LOBP 1 adalah bagian dari PT Pertamina Lubricants Produksi Unit Jakarta yang memproduksi pelumas dalam kemasan botol ataul lithos yang digunakan untuk Pelumas otomotif seperti mobil dan motor 2. LOBP 2 (Lube Oil Blending Plant 2) LOBP 2 adalah bagian dari PT Pertamina Lubricants Produksi Unit Jakarta yang Memproduksi pelumas dalam bentuk drum yang digunakan untuk pelum as mesin lustri dan mesin perkapalan, 3. Grease Grease merupakan bagian dari PT Pertamina Lubricants Produksi Unit Jakarta yang 'memproduksi pelumas dalam bentuk gemuk 4, New Plant ‘New Plant merupakan Plant terbaru dari PT PT Pertamina Lubricants Produksi Unit Jakarta’ yang memproduksi pelumas dengan teknologi paling baru yang berbasiskan ‘sistem otomatis dalam produksinya 5. VM Plant ( Viscosity Indeks Modifier Plant) Viscosity Indeks Modifier Plant merupakan plant yang dikhusus kan untuk ‘memproduksi zat adiktif untuk proses pembuatan pelumas 6. Kantor kantor di PT. Pertamina Lubricants Produksi Unit Jakarta memiliki beberapa fasilitas yaitu. ruang kerja karyawan, ruang maken, ruang rapat, dan ruang tamu serta memiliki laboratorium, Dalam ruang kerja karyawan terdiri dari seperangkat meja dan kursi yang sesuai dengan jumlah karyawan, serta didukung dengan fasiitas pendukung lainnya berupa komputer, printer, dan telepon. Fasiitas pendukung tersebut berfungsi untuk dapat memudahkan aktifitas pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan, 7. Material Quality Control Material Quality Control merupakan tempat untuk melakukan proses quality control pada material berbentuk botol dan drum pada saat material datang dan juga melakukan proses Quality Control pada saat produksi. 8. Gudang Bahan baku Gudang penyimpanan bahan baku penunjang di PT. Pertamina Lubricants Produksi Unit Jakarta digunakan sebagai tempat penyimpanan material yang dibutuhkan Dipindai dengan CamScanner 10 dalam proses produksi. Gudang penyimpanan disebut pula sebagai warehouse. Gudang bahan baku menyimpan material proses packing seperti botol plastik, label, tutup botol, kardus, drum, dan segel. 9. HSE HSE mempunyal fungsi untuk menjaga lingkungan kerja yang aman , tertib , dan Sehat dalam rangka mewujudkan terciptanya suasana kerja dengan zero accident . 10. Laboratorium Laboratorium pada Produksi Unit Jakarta mempunyai fungs! untuk melakukan kegiatan quality contro! pada Base Oil, pelumas dan zat adiktt 11, Fasilitas Penyimpanan Tanki Fasilitas Penyimpanan Tanki merupakan fasiitas untuk menyimpan bahan baku ‘maupun penyimpanan pelumas sementara yang terdiri dari 23 tanki base oil dengan jumiah kapasitas 7.900 m®, 14 tanki zat adiktif dengan jumlah kapasitas 6.410 m?, dan 20 mini bulk dengan kapasitas 88 m? 2.5 Jenis-Jenis Produk PT Pertamina Lubricants Produksi Unit Jakarta Jenis — jenis produk yang di produksi Production Unit PT. Pertamina Lubricants. Produksi Unit Jakarta adalah : 1. Pelumas CarMotor Oil. Passanger Car Diesel Gil . Heavy Duty Diesel Oil. Powershift Transmission & Hydraulic Oil for Equipment. ‘Automatic Transmission & manual Transmission Oil. Air Cooled Motorcycle / Small Engine Oil. Water Cooled Small Engine Oil Industrial & Marine Engine Oil . Natural Gas Engine Oils Industrial Compressor Oils: j. Industrial Gear Oils k. Industrial Hydraulic Oils |. Industrial Turbin Oils . m. Circulating Oils . Fase ao spp n. Refrigerating Oils . 0. Heat Transfer Oils . Dipindai dengan CamScanner " 2, Product Grease atau gemuk 3. Specialty Lubricants. 4, Specialty Chemicals . 2.6 Penerapan HSE di Pertamina Lubricant Dj Pertamina Lubricants, penerapan aspek HSE dilakukan balk di pekerjean maupun di lar pekerjaan, Setiap pekerja harus melakukan dan menyelesaikan pekerjaan dengan cara yang paling aman. Sesuai visi untuk menjadi perusahaan pelumas kelas dunia, Pertamina Lubricants berupaya untuk menghasikan produk yang unggul dan mengembangkan budaya berikut program kesehatan dan keselamatan kerja serta lindungan jingkungan yang juga unggul (Health Safety & Environment! HSE). Pertamina Lubricants melaksanakan upaya penerapan HSE sebagai berkut Menaati peraturan yang berlaku Menyediakan lingkungan kerja yang aman, sehat, bersin dan layak Menyiapkan prosedur kerja yang sesual Melaksanakan pelatihan Memastikan seluruh prosedur kerja dilaksanakan pelindung diri yang sesuai dan diberi pelatinan cara mm observasi dan isnpeksi HSE untuk mengidentifikasi a Pekerja diberi alat penggunaan Menjalankan prograt rea yang petty mendapat perbaikan Membangun kesiagaan dan tanggap darurat di seluruh fasiitas Pertamina Lubricants Dipindai dengan CamScanner BAB III LANDASAN TEORI 3.1. BAHAYA Menurut Health and Safety commission (1882) Fitriana (2012) definisi bahaya adalah sesuatu yang memilki potensi untuk menyebabkan Kerugian atau kerusakan. Bentuk dari bahaya dapat berasal dari mesin kerja, bahan baku, metode Kerja, serta hal hal yang dapat menimbulkan risiko besar dan penting meskipun potensi bahayanya sangat kecil dengan pengendalian yang tepat dan benar, risiko dapat direduksi sehingga bahaya yang lebih besar lagi dapat direduksi pula Bahaya adalah segala sesuatutermasuk situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia, Kerusakan atau gangguan lainnya, Karena hadimya bahaya mka diperlukan upaya pengendalian agar bahaya tersebut tidak menimbulkan akibat yang merugikan. 3.1.4 Definisi Potensi Bahaya Potensi Bahaya (Hazard) adalah suatu kondis/keadaan pada suatu proses, alat, ‘mesin, bahan atau cara kerja yang secara intrisik/alamiah dapat menjadikan luka, cidera bahkan kematian pada manusia serta menimbulkan kerusakan pada alat dan lingkungan. Bahaya (danger) adalah suatu kondisi hazard yang terekspos atau terpapar pada lingkungan sekitar dan terdapat peluang besar terjadinya kecelakan/insiden. Identifikasi bahaya guna mengetahui potensi bahaya dalam setiap pekerjaan dan poses lerja. Identifikasi Bahaya ditakukan bersama pengawas pekerjaan atau petugas K3. Dipindai dengan CamScanner didokumentasikan dengan bail kegiatan, 3.4.2 Jonis Bahaya balk (ramiis.2011) enis bahaya dapat diklasitkasikan sebagai berikut, 1. bahaya mekanis bahaya listrik bahaya fisis, . bahaya biologis bahaya kimia 2 Pon 34.24 Bahaya Mekanis Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau benda bergerak dengan gaya mekanika baik yang digerakkan secara manual maupun dengan Penggerak. Misalnya mesin gerinda, bubut, potong, press, tempa, pengaduk dan tain- lain, Bagian yang bergerak pada mesin mengandung bahaya seperti gerakan mengebor, memotong, menempa, menjepit, menekan dan bentuk gerakan lainnya. Gerakan mekanis ini dapatmenimbulkan cedera atau kerusakan seperti tersayat, terjepit, terpotong, atau terkupas. 3.1.2.2 Bahaya Listrik Adalah sumber bahaya yang berasal dari energi listrk. Energi listrk dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, dan hubungan arus pendek. Dilingkungan kerja banyak ditemukan bahaya listrik, baik dari jaringan listrik, ‘Taupun peralatan kerja atau mesin yang menggunakan energ listrik. Dipindai dengan CamScanner 4 3.4.2.3 Bahaya Kimiawi Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan kandungannya. Banyak kecelakaan terjadi akibat bahaya kimiawi. Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia antara lain + keracunan oleh bahan kimia yang bersifat beracun (toxic). * Intasi, oleh bahan kimia yang memitki sifatitasi seperti asam keras, cuka air aki dan lainnya, Kebakaran dan peledakan. Beberapa jenis bahan kimia memiiki sifat mudah terbakar dan meledak misalnya golongan senyawa hidrokarbon seperti minyak tanah, premium, LPG (liquified petroleum gas) dan lainnya. + Polusi dan pencemaran lingkungan. 3424 — Bahaya Fisis Bahaya yang berasal dari faktor fisis antara lain: + Bising , dapat mengakibatkan bahaya ketulian atau kerusakan indra pendengaran * Tekanan + Getetaran * Suhu panas atau dingin * Cahaya atau penerangan + Radiasi dari bahan radioaktif, sinar ultra violet atau infra merah 3.4.2.5 Bahaya Biologis Di berbagai lingkungan kerja terdapat bahaya yang bersumber dari unsur biologis seperti flora dan fauna yang terdapat di lingkungan kerja atau berasal dari aktivitas kerja. Potensi bahaya ini ditemukan dalam industri makanan, farmasi, pertanian dan kimia, pertambangan, minyak dan gas bumi. 3.1.3 Teknik Identifikasi Potensi Bahaya Menurut Safety Enginer Career Workshop (2003), Phytagoras Global Development teknik identifkasi bahaya adalah alat untuk mengidentifikasi berbagai kelemahan potensi resiko yang terdapat dalam proses desain atau operasi suatu sistem atau unit plan yang dapat menimbulkan berbagai konsekuensi yang tidak diinginkan terjadi dan menentukan rekomendasi atau tindakan yang dapat dilakukan untuk eliminasi berbagai resiko atau permasalahan yang mengganggu jalannya proses tersebut atau mengurangi Dipindai dengan CamScanner 15 konsekuensi yang dapat ditimbulkan secara sistematis, terstruktur dan baku. Teknik identifkasi bahaya ada berbagai macam yang dapat diklasidikasikan atas + Metoda pasit Metoda semiproaktif * Metoda aktif 3.1.3.1 Teknik Pasif Metoda ini sangat rawan, karena tidak semua bahya dapat menunjukan Bisakah mengurus metode ini sangat rawan karena tidak semua bahaya dapat menunjukkan eksistensinya sehingga dapat terihat sebagai contch ai dalam suatu pabrik kimia terdapat berbagai jenis bahan dan peralatan sebagai contoh di dalam suatu pabrik kimia terdapat berbagai jenis bahan dan peralatan, Selama bertahun-tahun di pabrik tersebut tidak terjadi kecelakaan atau kejadian jainnya. Dalam hal ini, belum tentu bahwa pabrik tersebut aman dan tidak mengandung bahaya jika tidak dilakukan identifikasi bahaya secara baik. vika tidak dilakukan identifkasi bahaya, mungkin masih terdapat sumber bahaya yang setiap saat dapat menimbulkan kecelakaan. Melakukan identifikasi pasif, ibarat ‘menyimpan waktu yang dapat meledak setiap saat. 3.1.3.2 Teknik semi proaktif Teknik ini disebut juga belajar dari pengalaman orang lain karena Kita tidak perlu mengalaminya sendiri. Teknik ini lebih baik Karena tidak perlu mengalami sendiri setelah {tu baru mengetahui adanya bahaya. Namun teknik ini juga kurang efektif karena: + Tidak semua kejadian telah diketahui atau pernah menimbulkan dampak kejadian kecelakaan, * Tidak semua kejadian dilaporkan atau infokan kepada pihak lain untuk diambil sebagai pelajaran. Kecelakaan telah terjadi yang berarti tetap menimbulkan kerugian, walaupun ‘menimpa pinak lain. 3.1.3.3 Metode proaktif Metode terbaik untuk mengidentifkasi bahaya cara proaktif atau mencari bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat atau dampak yang merugikan. Tindakan proaktif memiliki kelebihan sebagai berikut : « Bersifat preventif karena bahaya dikendalikan sebelum menimbulkan kecelakaan atau cedera. Dipindai dengan CamScanner 16 + Bers Bersift Peningkatan berkolanjutan karona dengan mengenal bahaya dapat diiakukan upaya-upaya perbaikan, + Meningkatkan kepedutian Semua pekerja setelah mengetahui dan mengenal ssdanya bahaya dl sokta tempat kerja om fencegah pemborosan yang tidak diinginkan, karena adanya bahaya dapat ‘menimbulkan kerugian, Berikut Berbagai macam teknik ‘dentifixasi bahaya yang bersifat proaktif antara lain 1. Daar periksa dan audit atau inspeksi K3 Analisa bahaya awal ( pretiminary hazard analysis - PHA) ‘Analisa pohon kegagalan (what if analysis - FTA) Analisa what if (what it analysis - ETA) Analisa moda kegagalan dan efek (eilure mode and effect analysis - FMEA) Hazops (hazard dan operabiity study) Analisa keselamatan pekerjaan (job safety analysis - JSA) Analisa resiko pekerjaan (task risk analysis - TRA) PNPM ROD 3.2 Failure Modes and Effect Analysis (FMEA) FMEA digunakan untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan. Melalui menghilangkan mode kegagalan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan yang menggunakan produk tersebut. Langkah-langkah dalam pembuatan Failure modes and affect analysis (FMEA) (Syukron, 2013) adalah sebagai berikut : 1) Mengidentifikasi proses atau produk 2) Membuat daftar masalah-masalah potensial yang akan muncul. 3) Memberikan tingkatan pada masalah untuk severity, occurrence, dan detection. 4) Menghitung risk priority number (RPN) dan menentukan prioritas tindakan perbaikan. 5) Mengembangkan tindakan untuk mengurangi resiko. i adalah 1-10. Penilaian tergantung dari 6) Sekala penilaian untuk perhitungan proses itu sendiri berada pada tingkatan berapa bila diukur dari sisi severity, occurrence dan detection. 7) Penelitian Severty (S), Occurrence, dan Detection (D) Terhadap proses ini dilakukan secara subyektif, dengan cara berdiskusi dengan manajer mutu, manajer teknisi, dan costomer service. Dipindai dengan CamScanner 7 ®) Fisk Prionty Number (REN) merupakan perkslian dari rating Severty(S), Occurrence (0), dan Detoctation (0) 3.3 SWIH SW1H merupakan tahap melakukan Pengukuran. Rekomendasi ulasan perbaikan, menganalisa Kemudian tindakan perbalkan diakukan. Agar dapat menggimplentasikan penelitian ini seperti diuraikan di atas, maka akan digunakan tahapan SW1H sebagai berikut: 1. What Menentukan pokok permasalahan utama Langkah pertama adalah analisis atau ‘menentukan pokok permasalahan dari beberapa permasalahan yang ada. 2 Why Yeitu mencari penyebab. Langkah kedua adalah mengidentinkasi keriungkinan Penyebab masalah. Tahapan ini dilakukan dengan mengunakan masalah yang ‘menjadi prioritas untuk diselesaikan, 3. Who dan Where Yaitu siapa yang melakukan dan dimana peneltian dilaksanakan. Langkah ketiga ini berlujuan mengidentifkasi atau menentukan proses yang akan ditakukan usulan Perbaikan dan menentukan sumber-sumber (resources) yang dibutuhkan dalam pelaksanaannya 4. When Yaitu kapan perbaikan dilaksanakan. Langkah keempat adalah membuat usulan Perbaikan, sehingga perbaikan dapat terlihat dimonitor agar dapat tercapai sesuai target. 5. How Yaitu bagaimana rencana perbaikan dan bagaimana perbaikan dilakukan. Langkah selanjutnya adalah usulan perbaikan dalam bentuk matriks yang berisikan tentang tujuan perbaikan, cara perbaikan, waktu pelaksanaan, area perbaikan dijalankan, serta sasaranitarget yang ingin dicapai. Dipindai dengan CamScanner BAB Iv PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 44 Pengumputan Data Dalam pelaksanaan kerja praktek ini, dipertukan data-data yang berhubungan dengan Pokok Permaalahan, untuk kemudian dianalisis dan diambil kesimpulannya. ‘Adapun data-data yang dikumpulkan adalah sebagai berikut: 1. Data Primer, yaitu data yang memperoleh langsung pada saat kerja praktek di PT Pertamina Lubricant Unit Produksi Jakarta. dengan melakukan penelitian lapangan. Penelitian lapangan ini diperoleh dengan cara a. Observasi Yaitu dengan mengadakan Pengamatan secara langsung terhadap kegiatan- Kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan program ergonomi dan K3 serta sebagai masalah yang menjadi hambatan pelaksanaannya. b. Wawancara Yaitu dengan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada pihak-pihak yang berwenang untuk memberikan informasi yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, ©. Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan untuk menunjang kelengkapan kerja praktek ini. 2. Data sekunder, yaitu data-data yang diperoleh melalui studi kepustakaan yang dilakukan dengan mempelajari berbagai sumber bacaan seperti: a, Buku-buku mengenai K3 b. Jurat-jurnal mengenai K3 c. Hasil penelitian yang sudah ada. d. Media cetak, elektronik dan sumber tertulis lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteit Dipindai dengan CamScanner 19 Hasil pengamatan yang di agustus 2017) pada pT Potomi Selama £4 (empat) minggu (tanggal 24 juli-24 '@ Lubricant Unit Produks! Jakarta mengenai yang 4, Proses pembuatan pelumas 2. Flow proces 3, Proses produksi In Line 42 Observasi 4.2.1 Proses pembuatan Pelumas Dalam T ona eee Pengolahan pelumas (Oli, -a.k.a, Oil) sebenamya bisa disebut oa ‘nik Pencampuran solid-liquid (emulsi). Mirip juga dengan teknik pur. Beberapa bahan baku di siapkan dan dicampur selanjutnya dimasak dengan teknik tertentu (Tumis, kukus, rebus, dl) A. Bahan Baku ‘Ada 2 komponen penting pelumas yakni Base Oil dan Additive. 1, Base Oil: Merupakan bahan dasar pelumas. Base oil bisa dibedakan menjadi dua, 19 yakni mineral oil dan synthetic oil, a. Mineral Oil : Merupakan salah satu dari fraksi Minyak Bumi golongan medium-berat, dengan specific gravity 0.86 0.89 pada suhu 30 derajat celcius b. Synthetic Oil : Base oil yang bisa jadi berasal mineral cil yg diolah lebih lanjut, miyak nabati (vegetables oils), atau bisa juga merupak hasil sintesa dari gugus Poly Alpha Olefin. Base oll enyumbang porsi terbesar dalam Pelumas; sekitar 70 sid 100% volume. ahan. Additive bisa berasal dari campuran base oil dengan 2. Additive: Bahan tambi beberapa tambahan bahan kimia, bisa juga berupa 100% bahan kimia. Additive dapat di golongkan dalam beberapa fungsi itu sendiri. Additive ini disebut primary additive, yang memang mbentuk pelumas tsb. Semisal untuk menaikkan kinematic ‘ang merupakan formula kimia untuk pada mesin, a. Additive pelumas perannya untuk me! viscosity, menaikkan density, atau mem pembuat pelumas tersebut seperti pencegah gesekan antar logam mencegah timbulnya koto itive pelumas untuk motor 2T akan bed ran pada mesin, menetralisir asam, dsb. Ad fa dengan additive untuk motor 4T, beda juga dengan untuk pelumas Gear, dsb. Dipindai dengan CamScanner 20 b. Pewama polumas, Ter a produksi, ‘“gunakan dalam juriah kecil dalam tiap takaran batch . Pengharum pelumas, Say Ima don 8. Penyimpanan Bahan Baky 2m Pewarna, hanya digunakan Base Oil dan storage tert jumtah kecil, = ie ba 'w Ol based atau Synthetic based biasanya disimpan tank nya. Ini dipertukan untuk caeittah el heater | pomanas pada tap storage menuju Blender. Bahkan nace waht anster bahan baku tab (base oil /adtive) "Usk jarang disepanjang jalur pipa additive dinstal steam tracing atau electrical " tracing untuk memudahkan proses transfernya menuju mesin blender. ¢. —Proses Produksi Proses pembuatan pelumas ham, dapur. Dengan menggunakan rese; dimasak, pit sama dengan proses masak-memasak di P tertentu (formula) bahan baku dicampur dan D. Formula / Recipe Setlap Pelumas yang diproduksi memiiki formula yang berbeda satu dengan yang lainnya. Formula biasa juga disebut Recipe (Resep). FormulalRecipe pelumas berisi fumusan Komposisi bahan baku dan tata cara proses produksi atau tata cara memasak. Formula perbandingan komposisi base oil dan additive, serta jenis-jenis additive apa saja yang dipakai pada satu produk tertulis lengkap dalam formulalrecipe. Komposisi perbandingan bahan baku direpresentasikan dalam % weight (persen berat) dan tidak jarang juga komposisi additive dalam ppm (part per million). Karena formula/recipe ini merupakan bagian paling penting, maka kerahasiannya begitu dijaga. Bahkan sangat mungkin hanya orang tertentu pada pabrik pelumas yang mengetahui formula produksi ini, E. Blender Bahan baku dipompa dengan gear pumps dari tanki storage menuju blender melalui steam/electric traced pipes agar memudahkan proses transfer, juga supaya tidak terjadi penyumbatan di dalam pipa. Satu-persatu base oil dipompa menuju blender untuk ditakar / ditmbang beratnya di dalam blender sesuai urutan dalam recipe, dilanjutkan dengan additive selanjutnya dimasak sesuai dengan recipe/formula pelumas tersebut. Di dalam blender semua bahan Dipindai dengan CamScanner 4, Batch blending + Keunggulan batch blending - System sudah otomatis = Fleksibittas tinggi + Kekurangan batch blending - _Kapasitas relatif lebih kecil 2. Indine blending ‘+ Keunggulan in-line blending : - Kapasitas besar + Kekurangan in-tine blending : - Dedicated produk (hanya untuk produk tertentu) Setelah proses memasak dan pengadukan cukup, selanjutnya pelumas ditransfer ‘menuju tanki produk dan siap untuk disampling oleh QC pabrik pelumas, F. Quality Control ‘Seperti pada kebanyakan industri, peran QC sangat penting untuk memuaskan konsumen. Jaminan produk yang bermutu dan berkualitas adalah tuntutan. Tim QC bertanggung-jawab atas semua kualitas produk, bahan baku, dan packaging. Analisa viscosity (kinematic), density, metal contents, sulfur content, water content, dsb. bahan baku, dan produk disampling oleh team QC untuk dianalisa di laboratorium yang selanjutnya akan diberikan sertifkasi kualtas. Apakah produk tsb direlease, di re-blend atau perlu di hold karena out of specs. Adapun aktivitas QC di PT Pertamina Lubricant sebagai berikut : + Quality control for incoming material (base oils & additive) + Quality control during process + Quality control prior to filing (products) Dipindai dengan CamScanner 2 42.2 Flow proces ui ‘Simuitanous Blender Holding Tank ‘Add in Drum Gambar 4.1 flow proces pelumas pertamina lubricant Pada flow proces pelumas pertamina seperti gambar 4.1 dapat djelaskan proses wal dari pembuatan pelumas dimulai dari base cil dan additive ol dipompa dari tank atau drum ke dalam blender. Lalu pelumas yang telah dicampur didalam blender akan diperiksa oleh bagian QC apakah akan direlease, di re-blend atau perlu di hold karena out. Of specs. Jika pelumas release maka dari blender masuk kedalam bagian filing yang terbagi dalam filing botol produk, drum, dan curah. Untuk botol produk dan drum akan disimpan ke gudang nusantara sebelum didistribusikan kepada konsumen, Dipindai dengan CamScanner 23 423, PTOSCS PrOdUKSI In Ling Proses produksi pada potol ukuran 6-10 ler yang teri nine mera 401i 11 stasiy akan lini pengisian (fing) untuk produk m kerja yoitu 4, Area pembungkus ‘Sambar 4.2 area pembungkus pada in line Pada stasiun kerja ini kegiatan yg dlakukan adalah memasukan bototbotol kosong yang dibawa oleh forklift dan masih terbungkus plastik untuk masuk kedalam jalur conveyor agar dapat dilanjutkan ke stasiun kerja selanjutnya. 2. Labelling Dipindai dengan CamScanner Gamb; 2 20. stn Pada stasiun kerja ini bot tem Ke tabi pada in tne olbotoy label Pada bagian depan gan ent Sutah masuk Kedalam conveyor akan dber Pekeriaan Pada stasiun kerja disiny «no PO! Menggunakan mesin labeling mengisi ulang label yang haty " Sudah semi otomatis karena pekeria hanya n yang baru, denga, 3. Filer Gambar 4.4 stasiun kerja filler pada in line Pada stasiun kerja ini botol yang sudah diberi label akan disi dengan pelumas yang sudah di release oleh bagian QC untuk dikemas pada botol untuk didistribusikan ke para konsumen. Pekerjaan pada bagian ini sudah otomatis tetapi pekerja tetap memperhatikan jumlah pelumas yang masuk ke botol udah dalam komposisi yang sesuai 4, Capper Dipindai dengan CamScanner 25 Pada stasiun kerja ini Bote) yan, telah tenes secara manual olch para peje, no” Mls Pelumas akan diberkan tutup botol a a. P; in te ins ‘ i sangat tinggi fika Pekeria kurang be ae Stasiun kerja ini potensi tangan terjepit vat. 5, Induction sealer Gambar 4.6 stasiun kerja induction sealer pada in line Pada stasiun kerja ini botol yang sudah diberi tutup botol akan dikencangkan tutupnya menggunakan mesin agar tertutup secara sempurna. Pekerjaan pada stasuin kerja ini sudah otomatis tetapi para pekerja tetap memperhatikan botol yang tidak tertutup secara sempuma akan langsung diambil dari conveyor. Dipindai dengan CamScanner %6 Laser coder Sambar 47 produ van ‘Sudan dibor nomor batch Stasiun Kerja ini bertungs, UntUK me yang akan menjadi identitas ae kan ap botol Produ, lomor batch pada setiap = Meja pengumpul 7. Gambar 4.8 meja pengumpul pada in line Pada stasiun kerja ini produk yang sudah lolos pada stasiun kerja sebelumnya akan dimasukan kedalam karton untuk dilanjutka kestasiun kerja selanjutnya Pada stasiun kerja ini masih Menggunakan proses manual karena botol-botol akan dimasukan secara manual oleh pekerja kedalam kardus. 8. Membentuk karton ~ Dipindai dengan CamScanner Gambar 4.9 membentuk karton pada in line pada stasiun Keri Ini Pekerjaan yang dlakukan adalah menempelkan stker pada bagian Karlon untuk mengetahui apa isi karton tereebut dan membentuk karton dari berbentuk lembaran menjadi berbentuk kotak dengan cara manual oleh para pekerja. carton sealer Gambar 4.10 carton sealer Pada in line Pada stasiun kerja ini kegiatan yang dilakukan pekerja adalah melipat bagian atas karton dan memasukan karton kedalam mesin sealer agar karton tertutup secara sempurna. !0. Timbangan karton Dipindai dengan CamScanner 28 Gam bar 4.11 timbangan karton pada in tine Pada stasiun kerja ini karton yang tela . ah trtut : cap jka berat sesuai dengan ketentuan, “bang dan ciberkan 11. Stacking Gambar 4.12 stacking pada in line Pada stasiun kerja ini kegiatan yang dilakukan para pekerja adalah menyusun karton-karton dari meja pengumpul setelah ditimbang ke atas pallet agar bisa diangkat oleh forklift. Dipindai dengan CamScanner 29 4.3 Pengolahan Data 4.3.1 Analisis FMEA FMEA (Failure Mode Erect) merupakan salah satu teknik yang sistematis untuk ‘mengidentiikasikan dan menganalisa serla mencegah kegagalan. Suatu modus kegagalan yang terjadi pada sistem yang bag: jana cara untuk memperbaiki atau meminimalis kegagalan-kegagalan atau feel-efeknya pada sistem (perbaikan dan minimalis yang dilakukan biasanya berdasarkan pada sebuah ranking dari severity dan probability dari kegagalan), Dalam peneitian ini, langkah-langkah yang digunakan dalam analisis mengunakan FMEA adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifika: roses, peralatan, dan keluaranya. 2, Membuat daftar masalah-masalah potensial yang akan muncul 3. Memberikan tingkatan pada masalah untuk severity, occurrence, dan detection. 4 Menghitung risk priorty number (RPN) dan menentukan prioritas tindakan perbaikan. 2 Mengembangkan tindakan untuk mengurangi risiko. Skala penilaian untuk tingkat ini adalah 1-10. Tergantung dari proses itu senditi berada pada tingkat berapa bila diukur dati sisi severity, occurrence, dan detection Penilaian severity (S) , occurrence (0), dan detection (0) terhadap proses ini dilakukan melalui brainstorming dengan para pemangku kepentingan. Untuk dapat mengetahui jenis kegagalan, efek, dan bagaimana carannya untuk ‘melakukan perbaikan, maka langkah selanjutnya adalah menuangkan hasil brainstorming kedalam kertas kerja FMEA. Kemudian dengan bantuan teknik brainstorming diberikan Penilaian terhadap dampak atau severity kegagalan tersebut. Setelah kedua hal tersebut diselesaikan, selanjutnya menentukan kontrol yang ada saat ini untuk mengeliminasi kegagalan tersebut dan menentukan tingkat kemudahan pendeteksinya. 4.3.2. Tahap Per n Risiko Penilaian dilakukan dengan memberikan nial SOD untuk setiap penyebab potensi tisiko. @. Severity/Pengaruh buruk (S) adalah besamya efek atau dampak yang disebabkan kesalahan yang mempengaruhi output proses. Dipindai dengan CamScanner 30 Occurance/Tingkat keseringan (0) adalah perkiraan subjektif tentang probabiltas atau frekuensi kejadian kegagaalan, Detection/Tingkat deteksi (0) adalah kemampuan mendeteksi kesalahan sebelum efek dari kesalahan tersebut bener-benar terjadi. Nilai SOD antara 1 sampai 10, dimana semakin besar nilai maka makin tinggi dampakifrekuensi/kesulitan pendeteksinya. Berikut adalah hasit perhitungan RPN. Berikut adalah hasil perhitungan nilai RPN keseluruhan ‘Tabel 4.1 Failure Modes Effect Analysis (FMEA) Potensi Penyebab Bahaya Lokasi Potensi Penyebab Bahaya |S fo) D RPN Kegiatan Area =| Kondisi_ Ruangan | 1 3 2 Pembungku Panas 6 s Mata Cepat | Pencahayaan 2 3 3 Lelah kurang 18 Tertimpa ‘Tumpukan Material | 2 3 4 Terjatuh 24 Tersandung | Tumpukan Plastik | 2 3 3 Yang Berantakan 18 Pegal___—|Posisi Yang Tidak | 7 a 7 Pegal Ergonomi 4 Bindeng Kondisi_ Ruangan | 4 3 3 Bising 36 Tersenggol |Ruang Gerak | 2 3 4 Tumpukan | Tidak Leluasa Material 24 Labeling | Terjepit Mengambil Botol | 2 2 4 Yang Jatuh 16 Dehidrasi_ | Kondisi_ Ruangan | 7 3 2 Panas 6 Bindeng Kondisi_ Ruangan | 4 3 4 Bising 48 Filler Dehidrasi— | Kondisi_ Ruangan | 7 3 2 Panas 6 Dipindai dengan CamScanner 31 Bindeng Kondisi Ruangan 3 4 Bising 48 Lantai Licin | Tumpahan Oli 4 3 36 Tersenggol | Ruang Gerak 2 4 Mesin Tidak Leluasa 32 ‘Capper Terjepit Mengambil Tutup 2 4 Botol Yang Jatuh 16 Dehidrasi Kondisi_ Ruangan 3 2 Panas 6 Bindeng Kondisi Ruangan 3 4 Bising 48 Tersenggol | Ruang Gerak 2 4 Mesin Tidak Leluasa 32 Induction | Terjepit Mengambil Tutup 2 4 Sealer Botol Yang Jatuh 16 Dehidrasi | Kondisi Ruangan 3 2 Panas 6 Bindeng Kondisi_ Ruangan 3 4 Bising 48 Tersenggol_|Ruang _ Gerak 2 4 Mesin Tidak Leluasa 32 Pegal __—| Posisi Yang Tidak 4 2 Pegal Ergonomi 8 Laser Coder | Terjepit Mengambil Botol 2 4 Yang Jatuh 16 Dehidrasi__| Kondisi_ Ruangan 3 2 6 Dipindai dengan CamScanner 32 1 Panas Bindeng KondisiRuangan 3 4 Bising 48 Tersenggol | Ruang Gerak 2 4 Mesin Tidak Leluasa 32 Pegal =| Posisi Yang Tidak 4 2 Pegal Ergonomi 8 Sesak Nafas [Adanya Asap Darl 7 4 Mesin 12 Meja Dehidrasi | Kendisi Ruangan 3 2 Pengumpul Panas 6 Mata” Cepat | Pencahayaan 3 3 Lelah kurang 18 Tertimpa | Botol Yang 3 4 Terlepas Dari Pegangan 24 Tangan ‘Tumpukan Botol 2 4 Terjepit 16 Pegal — —| Posisi Yang Tidak a 2 Pegal Ergonomi 8 Bindeng Kondisi_ Ruangan 3 4 Bising 48 Tersenggol_|Ruang Gerak 2 4 Mesin Tidak Leluasa 32 Membentuk | Dehidrasi | Kondisi_ Ruangan 3 2 Karton Panas 6 Bindeng Kondisi Ruangan 3 4 Bising 48 Tersenggol |Ruang Gerak 3 4 Material Tidak Leluasa 24 Carton Dehidrasi_ | Kondisi_ Ruangan 3 2 Sealer Panas 6 Bindeng Kondisi_ Ruangan 3 4 Bising 48 Dipindai dengan CamScanner 33 Teriepit — [Katton Yang [2 —y—q@——__ Tersangkut eqienaan | Dehides! "| WondstRaangan 7 —t * oon Panas Bindeng | Kondisi Ru | Bising Terjepit Karton Yang [2 2 4 * Berdempetan 16 Stacking Dehidrasi "| KondisiRuangan | 73 —t Panas 6 Bindeng "| Kondist_Ruangan 41 3-——t Bising 48 Tertimpa | Material Yang [2-3 ya berat 24 Berdasarkan tabel 4.1 terdapat potensi-potensi yang dapat menyebabkan bahaya pada inline, Dari beberapa penyebab kegagalan pada tabel diatas terdapat poin RPN (Risk Priority Number). RPN didapat dari pengalian nilai pada Severity, Occurrence dan detection, yang kemudian akan diperjelas dengan memberikan ranking seperti pada tabel dibawah ini, Tabel 4.2 Rangking Risiko Berdasarkan Nilai RPN Penyebab Potensial RPN | Rangking Bindeng akibat ruangan bising 48 1 Lantai icin akitab adanya tumpahan olf 36 2 Tersenggol mesin akibat ruang gerak tidak _ ; leluasa Tertimpa material 24 4 Tersenggol material akibat ruang gerak tidak leluasa ° | Dari tabel 4.2 faktor-faktor yang menjadi penyebab utama permasalahan telah dikelompokkan dengan memberikan ranking berdasarkan nilai RPN. Nilai RPN dengan Sumber: Pengolahan Data ranking kecil ini berarti merupakan penyebab utama yang merupakan hasil Dipindai dengan CamScanner a inéeng akibat ruangan bising, Faktorinlah yang menjadi What Why] Failure |}——__| Why Where | Who When How FoR | Mode ‘Alasan Ti . rarget ivan utama | kegunaa | Lokasi | Pelaksan Penyelesaia | Weaken a . Perbaikan ‘Sesegera | Menggunaka ao Di usuikan | 49a" Bagian | Para mungkin n earply Bin nbising | ™*99unaka terhindar pekerja ai | untuk saat ° nearplug dari LOBP | in-ine menghindari_| memasuki bindeng | 4 LOBP1 | resiko yang | ruang lebih tinggi | produksi topik untuk tahap penyusunan rencana perbaikan Tahap Improve ( 5W1H). Tabel 4.3 Penggunan SW1H Untuk akar masalah nila bindeng akibat ruangan ising. Dai hasil analisis seperti dalam uraian diatas, selanjutnya dalam peneitian ini dsampaikan usulan kepada para pemangku kepentingan perusahaan terkait dengan mengurangi potensi bahaya akibat bindeng pada ruangan yang bising dengan memberikan earplug dan melakukan pengawaasan tethadap para pekerja yang tidak menggunakan earplug. Dipindai dengan CamScanner BABV KESIMPULAN DAN SARAN 54 KESIMPULAN Berdasarkan peneiitian yang telah dilakukan day at diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1, Faktor-faktor penyebab dan Paling dominan yang menjadi terjadinya masalah adalah bindeng pada Tuangan yang bising disebabkan karena Para pekerja tidak menggunakan earplug saat memasuki ruangan, 2. Usulan sebagai tindakan perbaikan untuk mengurangi potensi bahaya akibat bindeng sebaiknya memberikan earplug dan melakukan pengawaasan tethadap Para pekerja yang tidak menggunakan earplug. 5.2. SARAN Dari kesimpulan di atas, untuk pekerja agar berjalan proses produksi dengan optimal disarankan: 1. Perlu adanya pengawasan kepada para pekerja untuk mengunakan earplug saat memasuki ruangan yang bising. 2. Peneiitian ini adalah awalan dalam mengurangi potensi bahaya pada in-line LOBP 4 dengan menggunakan metode Failure mode effect analysis, maka disarankan Dipindai dengan CamScanner 36 in peneliti aiiekuken penelitan yang febin lanjut sebaiknya dilakukannya adalah efek yang terjadi akibat terpapar suara bising diruang produkst 37 Dipindai dengan CamScanner

Anda mungkin juga menyukai