Artikel Full
Artikel Full
Negara dan konstitusi adalah dwitunggal. Jika diibaratkan bangunan, negara sebagai
pilar-pilar atau tembok tidak bisa berdiri kokoh tanpa pondasi yang kuat, yaitu konstitusi
Indonesia. Hampir setiap negara mempunyai konstitusi, terlepas dari apakah konstitusi tersebut
telah dilaksanakan dengan optimal atau belum. Yang jelas, konstitusi adalah perangkat negara
yang perannya tak bisa dipandang sebelah mata.
A. Eksitensi Negara
1. Pengertian Negara
Dalam Insiklopedia Indonesia, dasar Negara berarti pedoman dalam mengatur kehidupan
penyelenggaraan ketatanegaraan Negara yang mencakup berbagai kehidupan. Dasar Negara
yang di gunakan di Indonesia adalah Pancasila, nilai-nilai luhur yang terkandung. Pancasila telah
ada dalam kalbu bangsa jauh sebelum Indonesia merdeka.
Secara historis pengertian Negara senantiasa berkembang sesuai dengan kondisi masyarakat
pada saat ini. Pengertian tentang Negara telah banyak di definisikan oleh para ahli filsuf Yunani
Kuno, para ahli abad pertengahan, sampai abad modern. Beberapa pendapat tersebut antara
lain:
a. Pendapat Aristoteles (Schmandt, 2002), negara adalah komunitas keluarga dan kumpulan
keluarga yang sejahtera demi kehidupan yang sempurna dan berkecukupan.
b. Jean Bodin (Schmandt, 2002), negara sebagai pemerintahan yang tertata dengan baik dari
beberapa keluarga serta kepentingan bersama mereka oleh kekuasaan berdaulat.
c. Riger Soltau, (Budiardjo, 2007; Agustino, 2007; Kaelan dan Achmad Zubaidi, 2007), negara
adalah alat atau wewenang yang mengatur atau mengendalikan persoalan bersama atas nama
masyarakat.
Miriam Budiardjo (2007), negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah oleh
sejumlah pejabat dan berhasil menuntut dari warganya untuk ketaatan melalui kekuasaan yang
sah.
b) Teori Organik
Teori ini pertama kali diperkenalakan oleh Plato bahwa negara organic bukanlah rakyat
semata yang menjadi badan politik, juga bukan orang yang tinggal di wilayah geografis saja, tapi
negara harus ada ikatan yang muncul yaitu keadilan. Negara muncul karena ada kebutuhan
yang sangat banyak dan beragam.
c) Teori Perjanjian
Teori perjanjian masyarakat memandang terjadinya suatu Negara karena adanya
perjanjian masyarakat.
d) Teori Kekuasaan
Menurut teori kekuasan, siapa yang berkemampuan untuk memiliki kekuasaan atau
berhasil mencapai kekuasaan, selayaknya memegangg pucuk pemerintahan.
e) Teori Kedaulatan
Teori kedaulatan rakyat memandang keberadaan Negara karena adanya kekuasaan
tertinggi yang mampu mengatur kehidupan bersama masyarakat (negara).
3. Bentuk Negara
a. Negara Kesatuan (unitaris)
Negara kesatuan adalah Negara yang tersusun tunggal, Negara yang hanya berdiri satu
Negara saja, tidak terdapat Negara dalam suatu Negara.
Dalam pelaksanaan pemerintah derah di nrgara kesatuan dapat di laksanakan dengan dua
alternative system, yaitu:
Sistem desantralisasi, dimana daerah-daerah diberikan keleluasaan dan kekuasaan
untuk mengurus rumah tangganya sendiri (otonomi)
Sistem sentralisasi: dimana segala sesuatu urusan dalam Negara tersebut langsung diatur an di
urus oleh pemerintah pusat, termasuk segala hal yang menyangkut pemerintahan dan
kekuasaan di daerah.
B. Negara Indonesia
Berdasarkan berbagai teori terjadinya negara, kedaulatan Negara, serta bentuk dan
tujuan Negara, maka Negara Indoneia yang di proklamasikan tanggal 17 Agustus 1945, dapat
dijelaskan secara teoristis sebagai berikut:
2. Kedaulatan Indonesia
Pernyataan bangsa Indonesia terkait dengan kedaulatan Indonesia dapat diketahui
dalam pembukaan UUD 1945 pada alenea empat. Adapun alinea IV, menjelaskan tentang
terbentuknya bangsa dan negara Indonesia, yaitu adanya rakyat Indonesia, pemerintahan
negara Indonesia yang disusun berdasarkan Undang-Undang Dasar negara, wilayah negara
serta dasar filosofis negara yaitu Pancasila (Notonagoro, 1975). Ketentuan lain dapat dijumpai
pada pasal 1 ayat (1) UUD 1945 Amandemen, Kedaulatan ada ditangan rakyat dan dilakukan
menurut Undang0Undang dasar. Pasal ini dengan tegas menyebut, bahwa Kedaulatan Negara
bersumber pada kedaulatan rakyat, dan rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, yang
pelaksanannya dilakukaan berdasarkan Undang-Undang Dasar..
Dengan memperhatikan pasal tersebut maka, bangsa Indonesia menyatakan dirinya
secara langsung dalam UUD 1945 bahwa Indonesia menganut teori kedaulatan rakyat, yang
pelaksanaannya kembali diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen. Disamping
pengakuan kedaulatan rakyat, bangsa Indonesia juga dipengaruhi pada teori kedaulatan hukum,
dimana dalam tujuan pokok pikiran yang terkandung dalam UUD 1945, sebagaimana pernah
dimuat dalam pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Amandemen, menyatakan, Indonesia adalalah Negara
hukum.
C. Konstitusionalisme
Setiap Negara modern dewasa ini senantiasa memerlukan suatu sistem pengaturan
yang dijabarkan dalam suatu konstitusi. Oleh karena itu konstitusionalisme mengacu kepada
pengertian sistem institusionalisasi secara efektif dan teratur terhadap suatu pelaksanaan
pemerintahan. Dengan lain perkataan untuk menciptakan suatu tertib pemerintahan diperlukan
perlakuan sedemikian rupa, sehingga dinamika kekuasaan dalam proses pemerintahan dapat
dibatasi dan dikendalikan (Hamilton, 1931:255). Gagasan ini muncul karena adanya kebutuhan
untuk merespon perkembangan peran relative kekuasaan umum dalam suatu kehidupan umat
manusia.
Basis pokok konstitusionalisme adalah kesepakatan umum atau persetujuan (consensus) di
antara mayoritas rakyat mengenai bangunan yang diidealkan berkaitan dengan negara.
Organisasi Negara itu diperlukan oleh warga masyarakat politik agar kepentingan mereka
bersama dapat dilindungi atau dipromosikan melalui pembentukkan dan penggunaan
mekanisme yang disebut dengan negara. Kuncinya adalah consensus general agreement. Jika
kesepakatan iti runtuh, maka runtuh pula legitimasi kekuasaan negara yang berkaitan, dan pada
gilirannya dapat terjadi civil war atau perang sipil, atau dapat pula suatu revolusi.
Konsensus yang menjamin tegaknya konstitusionalisme di zaman modern ini pada umumnya
dipahami berdasar pada tiga elemen kesepakatan atau Konsensus, sebagai berikut:
Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama (the general goals of society or general
acceptance of the same philosophy of government).
Kesepakatan tentang the rule of low sebagai landasan pemerintahan atau penyelenggaraan
negara (the basis of government).
Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan prosedur-prosedur ketatanegaraan (the form
of institusions and procedures). (Andrews 1968: 2)
Kesepakatan pertama yaitu berkenaan dengan cita-cita bersama yang sangat menentukan
tegaknya konstitusionalisme dan konstitusi dalam suatu negara. Karena cita-cita bersama itulah
yang pada puncak abstraksinya paling mungkin mencerminkan bahkan melahirkan kesamaan-
kesamaan kepentingan diantara sesama warga masyarakat yang dalam kenyataannya harus
hidup di tengah-tengah pluralisme atau kemajemukan. Oleh karena itu, pada suatu masyarakat
untuk menjamin kebersamaan dalam kerangka kehidupan bernegara, diperlukan perumusan
tentang tujuan-tujuan atau cita-cita bersama yang biasa juga disebut sebagai falsafah
kenegaraan atau staatsidee (cita Negara) yang berfungsi sebagai philosofhiscegronslaag dan
common platforms, di antara sesame warga masyarakat dalam konteks kehidupan bernegara.
Bagi bangsa Indonesia dasar filosofis yang dimaksud adalah dasar fisafat Negara pancasila.
Lima prinsip dasar merupakan dasar filosofis bangsa negara tersebut adalah:
Ketuhanan yang maha esa
Kemanusiaan yang adil dan beradab
Persatuan Indonesia
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan
Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kelima prinsip dasar filsafat negara tersebut merupakan dasar filosofis-ideologis untuk
mewujudkan cita-cita ideal dalam bernegara yaitu:
Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.
Meningkatkan atau memajukan kesejahteraan umum
Mencerdaskan kehidupan bangsa
Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
social
Kesepakatan kedua adalah kesepakatan bahwa basis pemerintahan didasarkan atas aturan
hokum dan konstitusi. Kesepakatan ini sangat principal karena dalam setiap negara harus ada
keyakinan bersama bahwa dalam segala hal dalam penyelenggaraan negara harus berdasarkan
atas rule of law.
Dalam istilah The Rule of Low berbeda dengan istilah The Rule by Low. Dalam istilah terakhir ini,
kedudukan hukum (law) digambarkan hanya bersifat instrumentalis atau hanya sebagai alat
sedangkan kepemimpinan tetap berada di tangan orang atau manusia yaitu The Rule of Man by
Law.
Dalam pengertian demikian hukum dapat dipandang sebagai suatu kesatuan sistem uang
puncaknya terdapat pengertian mengenai hukum dasar yang yang disebut konstitusi, baik itu
dalam arti naskah yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Dari pengertian ini kita kenal istilah
Constitusional State yang merupakan salah satu ciri penting Negara demokrasi modern. Oleh
karena itu kesepakatan tentang sistem aturan sangat peting sehingga konstitusi tidak berguna
karena ia sekedar berfungsi sebagai kertas dokumen yang mati hanya bernilai sematik dan tidak
berfungsi atau tidak dapat difungsikan sebagaimana mestinya.
Kesepakatan ketiga, adalah berkenaan dengan:
Bangunan organ Negara dan prosedur-prosedur yang mengatur kekuasaan
Hubungan-hubungan antar organ Negara itu sama lain
Hubungan antara organ-organ Negara itu dengan warga Negara.
Dengan adanya kesepakatan tersebut, maka isi konstitusi dapat dengan mudah
dirumuskan karena benar-benar mencerminkan keinginan bersama. Kesepakatan itulah yang
dirumuskan dalam dokumen konstitusi yang diharpkan dijadikan pegangan bersama untuk kurun
waktu yang cukup lama. Konstitusi tidak sama dengan undang-undang yang dapat lebih mudah
diubah. Karena itulah mekanisme perubahan undang-undang dasar memang sudah seharusnya
tidak diubah semudah mengubah undang-undang. Meskipun demikian harusnya konstitusi tidak
disakralkan dari kemungkinan perubahan seperti yang terjadi tatkala orde baru.
Semua kesepakatan ini menyangkut prinsip pengaturan dan pembatasan kekuasaan. Atas dasar
pengertian tersebut maka sebenarnya prinsip konstitusionalisme modern adalah menyangkut
prinsip konstitusionalisme modern adalah menyangkut prinsip pembatasan kekuasaan atau yang
lazim disebut sebagai prinsip limited government. Dalam pengertian ini konstitusimengatur dua
hubungan yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu pertama, hubungan antara lembaga
pemerintahan dengan warga negara. Kedua, hubungan antara lembaga pemerintahan yang satu
dengan lainnya.
D. Konstitusi Indonesia
1. Pengantar
Dalam proses reformasi hukum dewasa ini sebagai kajian ilmiah tentang UUD 1945,
banyak yang melontarkan ide untuk melakukan amandemen terhadap UUD 1945. Memang
amandemen tidak dimaksudkan untuk mengganti sama sekali UUD 1945, akan tetapi
merupakan prosedur penyempurnaan terhadap UUD 1945 tanpa harus langsung mengubah
UUD-nya itu sendiri, amandemen lebih merupakan perlengkapan dan rincian yang dijadikan
lampiran otentik bagi UUD tersebut (mahfud, 1999:64).
Ide tentang amandemen terhadap UUD 1945 tersebut didasarkan pada suatu kenyataan sejarah
selama masa orde lama dan orde baru, bahwa penerapan terhadap pasal-pasal UUD memiliki
sifat “multi interpretable” atau dengan kata lain berwayuh arti, sehingga mengakibatkan adanya
sentralisasi kekuasaan terutama kepada presiden.karena latar belakang politik inilah maka masa
orde baru berupaya untuk melestarikan UUD 1945 bahkan UUD 1945 seakan-akan bersifat
keramat yang tidak dapat diganggu gugat.
Suatu hal yang sangat mendasar bagi pentingnya amandemen UUD 1945 adalah tidak adanya
sistem kekuasaan dengan “checks and balance” terutama terhadap kekuasaan eksekutif. Oleh
karena itu bagi Indonesia proses reformasi terhdap UUD 1945 adalah merupakan suatu
keharusan, karena hal itu kan mengantrkan bagsa Indonesia kearah tahapan baru melakukan
penataan terhadap ketatanegaran
Amandemen pertama UUd 1945 dilakukan dengan memberikan tambahan dan perubahan
terhadap pasal 9 UUD 1945. yang kedua di lakukan pada tahun 2000, ketiga thun 2001, dan
yang terakhir pada tahuhun 2002 dan disahkan pada tnggal 10 agustus 2002.
2. Konstitusi
Konstitusi dalam kosa kata bahasa Inggris constitutional, yang salah satu maknanya
adalah Undang-Undang Dasar. Konstitusi adalah sebuah aturan-aturan dasar dan ketentuan-
ketentuan hukum yang di bentuk untuk mengatur fungsi dan struktur lembaga pemerintah
termasuk dasar hubungan kerja sama antara Negara dan masyarakat dalam konteks kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Herman Heller membagi pengertian konstitusi dalam tiga cakupan, yaitu:
Konstitusi yang mencerminkan kehidupan politik didalam masyarakat sebagai suatu kenyataan
(mengandung arti politis dan sosiologis).
Konstitusi adalah suatu kaidah yang hidup dimasyarakat (mengandung arti hukum atau
yuridis).
Konstitusi adalah kaidah yang ditulis dalam suatu naskah Undang-Undang tertinggi yang berlaku
dalam suatu Negara.
Sifat konstitusi ada dua macam, yakni
Flexibel (luwes) dan rigid (kaku).
Bersifat rigid, karena untuk mengubah konstitusi perlu prosedur yang rumit. Sedang bersifat
flexible, konstitusi tersebut mudah mengikuti perkembangan jaman. Apabila diperlukan konstitusi
tidak membutuhkan prosedur yang istimewa atau rumit. Perubahan itu cukup dilakukan oleh
badan pembuat undang-undang biasa.
Formil dan materiil
Bersifat Formil berarti tertulis. Sedangkan bersifat Materiil dilihat dari segi isinya
berisikan hal-hal bersifat dasar pokok bagi rakyat dan negara. (sama dengan konstitusi dalam
arti relatif). Konstitusi yang besifat kaku tidak dapat megikuti perkembangan zaman karena tidak
hanya memuat hal-hal pokok saja, namun juga memuat hal-hal yang penting. UUD 1945
meskipun perubahannya membutuhkan prosedur istimewa, namun bersifat luwes karena
memuat ketentuan-ketentuan yang bersifat pokok-pokok saja sehingga mudah mengikuti
perkembangan zaman.
Fungsi pokok konstitusi adalah membatasi kekuasaan pemerintah, sehingga penyelenggaraan
kekuaaan tidak bertindak sewenang-wenang. Dengan demikian hak-hak warga Negara akan
dilindungi.
Fungsi dan kedudukan konstitusi antara lain:
1. Membatasi kekuasaan si pengusaha dan menjamin hak warga Negara.
2. Merupakan percerminan keadaan masyarakat dan Negara bersangkutan.
3. Memberi petunjuk dan arahan kemana Negara akan di bawa.
4. Dasar dan sumberhukum bagi peraturan perundangan di bawahnya.
5. Produk politik yang tertinggi bagi suatu bangsa dalam membentuk dan menjalankan Negara.
Konstitusi hukum dasar ada dua, yakni hukum dasar tertulis dan yang tidak tertulis.,
Hukum Dasar Tertulis (Undang-Undang dasar)
konstitusi yang tertulis yakni Undang Undang Dasar. Hukum dasar meliputi dua macam
yaitu,hukum dasar tertulis (Undang-Undang Dasar) dan hukum tidak tertulis (convensi). Oleh
karna itu sifatnya yang tertulis, maka undang-undang dasar itu rumusannya tertulis dan tidak
mudah berubah. Secara umum menurut E.C.S wade dalam bukunya Constitusional Law, undang
– Undang dasar menurut sifat dan fungsi adalah suatu naskah yang memaparkan kerangka dan
tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintah suatu Negara dan menentukan pokok-pokok
cara kerja badan-badan tersebut.
Dalam penjelasan UUD 1945 di sebutkan bahwa undang-undang dasr 1945 bersifat singkat dan
supel. Undang-undang dasar 1945 hanya memiliki 37 pasal, adapun pasal-pasal lainyabhanya
mencatat aturan peralihan dan aturan tambahan.Hal ini mengandung makna:
(1) Telah cukup jikalau uandang-uandang dasar hanya memuat aturan-aturan pokok.
(2) Sifatya yang supel (elastis) dimaksudkan bahwa kita senantia harus terus
berkembang,dinamis.
Menurut padmowahyono, seluruh kegiatan Negara dapat di kelompokan menjadi dua macam
yaitu:
(1) Penyelenggaraan kehidupan Negara.
(2) Penyelenggaraan kesejahteraan social.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas, maka sifat-sifat Undang-undang dasar 1945
adalah sebagai berikut :
(1) Oleh karena sifatnya tertulis maka rumusannya jelas, merupakan suatu hukum positif yang
mengikat pemerintah sebagai penyelenggara Negara, maupun mengikat bagi setiap warga
Negara.
(2) Sebagaimana tersebut dalam penjelasan Undang-undang dasar 1945 bahwa UUD 1945
bersifat singkat dan supel,memuat aturan-aturan yaitu memuat aturan-aturan pokok yang setiap
kali harus di kembangakan sesuai dengan sesui dengan perkembangan jaman, serta memuat
hak-hak asasi manusia.
(3) Memuat norma-norma, aturan-aturan serta ketentuan-ketentuan yang dapat dan harus di
laksanakan secara konstitusional.
(4) Undang-undang dasar 1945 dalam tertip hukum Indonesia merupakan peraturan-peraturan
hukum positif tertinggi,di samping itu sebagai alat control terhadap norma-norma hukum positif
yang lebih rendah dalam hierarki tertip hukum Indonesia.
Hukum Dasar yang tidak tertulis (Convesional)
Konstitusi tidak tertulis dikenal dengan nama Convesional. Convesional adalah hukum dasar
yang tidak tertulis, yaitu aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan Negara meskipun sifatnya tidak tertulis. Salah satu contoh konvensi yang
berlaku di Indonesia adalah pelaksanaan pidato kenegaraan presiden menjelang peringatan
Proklamasi 17 Agustus. Convensi ini mempunyai sifat-sifat sebgai berikut :
(1) Merupakan kebiasaan yang berulangkali dan terpeelihara dalam praktek penyelenggaraan
Negara.
(2) Tidak bertentangan dengan Undang-Undang dasar dan berjalan sejajar.
(3) Di terima oleh seluruh rakyat.
(4) Bersifat sebagai pelengkap sehingga memungkinkan sebagai aturan-aturan dasar yang tidak
terdapat dalam Undang-undang dasar.
Contoh-contoh Convensional antara lain sebagai berikut :
(1) Peangabilan keputusan berdasarkan musyawarah mufakat.
(2) Pratek-praktek penyelenggaraan Negara yang sudah menjadi hukum dasar tidak tertulis
antara lain :
(a) Pidato kenegaraan presiden republic Indonesia setiap tanggal 16 agustus di dalam siding
dewan parwakilan rakyat.
(b) Pidato presiden yang di ucapkan sebagai keterangan pemerintah tentang rencana anggaran
pendapatan dan belanja negara pada minggu pertama pada minggu bulan januari setiap
tahunnya.
Ketiga hal tersebut dalam batinnya secara tidak langsung adalah merupakan realisasi dari
undang –undang dasar (merupakan pelengkap).Namun perlu di garis bawahi bila mana convensi
ingin di jadikan menjadikan rumusan yang bersifat tertulis , maka yang berwenabg adalah MPR,
dan rumusannya buukanlah merupakan suatu hukum dasar melainkan tertuang dalam ketetapan
MPR.
Jadi convensi bilamana dikehendaki untuk mrnjadi suatu aturan dasar yang tertulis , tidak secara
otomatis setingkat dengan UUD melaikan sebagai suatu keterapan MPR.
Disamping pengertian UUD, di prgunakan juga istilah lain yaitu “konstitusi”. Istilah berasal
dari bahasa inggris “constitution” atau dari bahasa belanda “constitutie”.terjamahan dari istilah
tersebut adalah Undang-Undang Dasar,dan hal ini memang sesuai dengan kebiasaan
orangbelanda Dan jerman . yang dalam percakapan sehari –hari memakai kata “grondwet’
(grond:dasar, Wet= undang-undang) yang keduanya menunjukan naskah tertulis.
Namun pengertian konstitusi dalam praktek ketatanegaraan umumnya dapat mempunyai
Arti:
Lebih luas dari pada undang-undang dasar atau
Sama dengan pengertian undang-undang dasar.
Kata konstitusi dapat mempunyai arti lebih luas dari pada pengertian undang – undang dasar ,
karena pengertian undang-undang dasar hanya meliputi konstitusi saja, dan selain itu masih
terdapat konstitusi tidak tertulis yang tidak tercakup dalam undang-undang dasar.
Bagi Indonesia proses reformasi terhdap UUD 1945 adalah merupakan suatu keharusan, karena
hal itu kan mengantrkan bagsa Indonesia kearah tahapan baru melakukan penataan terhadap
ketatanegaran
Amandemen pertama UUd 1945 dilakukan dengan memberikan tambahan dan
perubahan terhadap pasal 9 UUD 1945.yang kedua di lakukan pada tahun 2000, ketiga tahun
2001,dan yang terakhir pada tahuhun 2002 dan disahkan pada tnggal 10 agustus 2002. Dalam
praktek ketatanegaraan pengertian konstitusi adalah sama dengan pengertian Undang-Undang
Dasar. Hal ini terbukti dengan disebutnya istilah Konstitusi Rebublik Indonesia Serikat bagi
Undang-Undamg Dasar Republik Indonesia (Totopandoyo, 1981:25.26)
Sistem Pemerintahan Negara Menurut UUD 1945 Hasil Amandemen 2002
Sistem pemerintahan Negara Indonesia sebelum dilakukan amandemen dibagi atas tujuh ,
secara sistematis merupakan pengejawantahan kedaulatan rakyat. Oleh karena itu, sistem ini
dikenal dengan tujuh kunci pokok sistem pemerintahan negara. Walaupun tujuh pokok tersebut
tidak lagi sebagai dasar yuridis, namun tetap mengalami perubahan. Sistem pemerintahan
negara menurut UUD 1945 setelah amandemen secara komparatif, sebagai berikut :
Pengertian Negara hukum baik dalam arti formal yang melindungi seluruh bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Juga dalam arti material, yaitu Negara harus
bertanggung jawab terhadap kesejahteraan dan kecerdasan seluruh bangsanya. Dengan
landasan material tersebut, hendaknya setiap tindakan Negara haruslah mempertimbangkan
dua kepentingan atau landasan. Dua landasan tersebut adalah kegunaanya (doelmatigheid) dan
landasan hukumnya (rechtnaigheid).
Sistem Konstitusional
Berdasarkan sifat ini pemerintah atas system konstitusi (hukum dasar) tidak bersifat
absolut (kekuasaan tidak terbatas). Sehingga pengendalian pemerintahan dibatasi oleh
ketentuan-ketentuan konstitusi, juga oleh ketentuan-ketentuan hukum lain yang merupakan
produk konstitusional, Ketetapan MPR, Undang-Undang, dan sebagainya.
Dengan landasan keduanyanya, maka dapat diciptakan system mekanisme hubungan dan
hokum antar lembaga Negara, yang dapat menjamin terlaksananya sistem itu sendiri dan juga
dapat memperlancar pelaksanaan pencapaian cita-cita nasional.
Kekuasaan Negara yang Tertinggi di Tangan Rakyat
d. Presiden ialah Penyelenggara Pemerintahan Negara yang Tertinggi Di samping MPR dan
DPR.
Kekuasaan Presiden menurut UUD 1945 sebelum dilakukan amandemen , sebagai
berikut :
“Di bawah Majelis Permusyawaratan Rakyat, Presiden ialah penyelenggara pemerintahan
Negara yang tertinggi. Dalam menjalankan pemerintahan Negara, kekuasaan dan tanggung
jawab ada ditangan Presiden (Concentration of power responsibility upon the president) “.
Berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen 2002, presiden merupakan penyelenggara
pemerintahan tertingggi di samping MPR dan DPR, karena Presiden dipilih langsung oleh rakyat
(UUD 1945 Pasal 6A ayat (1)).
Menteri Negara ialah Pembantu Presiden, Menteri Negara tidak Bertanggungjawab Kepada
Dewan Perwakilan Rakyat
Sistem ini dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002 maupun dalam penjelasan UUD 1945,
sebagai berikut :
“ Presiden dalam melaksanakan tugas pemerintahannya dibantu oleh menteri-menteri Negara
(Pasal 17 ayat (1) UUD 1945 hasil amandemen). Presiden mengangkat dan memberhentikan
Menteri-Menteri Negara (Pasal 17 ayat (2) UUD 1945 Hasil Amandemen 2002).
Kekuasaan Kepala Negara Tidak Terbatas
Sistem ini dinyatakan secara tidak eksplisit dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002dan masih
sesuai dengan penjelasan UUD 1945, sebagai berikut :
Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh rakyat secara langsung (UUD 1945 hasil Amandemen
2002 pasal 6A ayat (1)). Dengan demikian dalam system kekuasaan kelembagaan Negara
Presiden tidak lagi merupakan mandataris MPR bahkan sejajar dengan DPR dan MPR. Hanya
jikalau Presiden melanggar Undang-Undang maupun Undang-Undang Dasar, maka DPR dapat
melakukan Impeachment.
Pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi yang menandung persamaan dalam bidang politik,
hukum, sosial, ekonomi, dan kebudayaan.
Peradilan yang bebas dari suatu pengaruh kekuasaan atau kekuatan lain dan tidak memihak.
Jaminan kepastian hukum, yaitu jaminan bahwa ketentuan hukumnya dapat dipahami dan
dilaksanakan secara aman dalam melaksanakannya.
Sifat hukum yang berdasarkan Pancasila, hukum memberikan pengayom agar cita-cita
luhur bangsa Indonesia tercapai dan terpelihara. Dalam era reformasi ini, bangsa Indonesia
benar-benar akan mengembalikan peranan hokum, aparat penegak hokum bersama seluruh
sistem peraturan perundang-undangan akan dikembalikan pada dasar-dasar Negara hukum
yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 hasil amandemen 2002 yang mengemban amanat
demokrasi dan perlindungan hak-hak asasi manusia.
Adapun pembangunan hukum di Indonesia sesuai dengan tujuan Negara hukum,
diarahkan pada terwujudnya sistem hukum yang mengabdi pada kepentingan nasional terutama
rakyat, melalui penyusunan materi hokum yang bersumber pada Pancasila sebagai sumber
filosofinya dan UUD 1945 sebagai dasar konstitusinya, serta aspirasi rakyat sebagai sumber
materialnya.
DAFTAR PUSTAKA
Kaelan, Achmad Zubaidi. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma.
Bedjo, Zainul Akhyar. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education). Banjarmasin:
Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lambung Mangkurat.
WP Harsoyo, dkk. 1982. Pendidikan Moral Pancasila. Solo: Tiga Serangkai.
Sukonto Bambang Priyo. 2009. Panduan Belajar Pendidikan Keawrganegaraan. Yogyakarta:
Primagama.